Penerapan Metode Drill Dalam Meningkatkan Kanji Pada Siswa LPK Dwipayana Cipta Karya Ubud Tahun Ajaran 2022
on
p-ISSN: 2528-7508
e-ISSN: 2528-7516
PUSTAKA VOL. 23, NO. 2 • 114 – 122
Terakreditasi Sinta-5, SK No: 105/E/KPT/2022
Penerapan Metode Drill Dalam Meningkatkan Kanji
Pada Siswa LPK Dwipayana Cipta Karya Ubud Tahun Ajaran 2022
I Gusti Ayu Niken Launingtia
Politeknik Pariwisata Bali, Jln. Darmawangsa, Kampial, Benoa [email protected]
Abstract
Teaching Japanese especially in learning kanji is very difficult, so the teacher tries the drill method which aims to make it easy for students to remember kanji letters from how to read kanji and how to write the kanji for each stroke and also to find out the obstacles students experience during the kanji learning process. The method used in learning kanji is the Drill method for three weeks. The subjects in this study were 30 students of LPK Dwipayana Cipta Karya located in Bunutan Village, Ubud. The type of data in this study uses quantitative data which is used in calculating the results of students' kanji answers and qualitative data which will be presented by the results of the questionnaire and combined with the results of interviews with teachers and students. Methods and data research techniques in this study, namely using observation before knowing the weaknesses experienced by students at LPK Dwipayana Cipta Karya, then distributing questionnaires related to starch to students, after that conducting interviews with students and teachers regarding the results obtained from the results of the questionnaire. It can be concluded from the results of the analysis that the drill method is very effective in learning kanji for LPK Dwipayana Cipta Karya students. It can be seen from the fact that there are more students who get vulnerable kanji scores of 70-100 than students who get <70 because after receiving kanji training at LPK and not practicing back independently.
Keywords: Drill Method, Japanese, Kanji
PENDAHULUAN
Bahasa Jepang mempunyai 3 tulisan yang wajib dikuasai sebelum bekerja di Jepang, yaitu hiragana, katakana dan kanji. Huruf kanji biasanya sering disebut huruf sederhana dari huruf hiragana, namun cara penulisannya dan goresannya sangat susah karena beda sedikit goresan saja sudah membuat tulisan kanji itu terbaca berbeda dan membuat artinya pun ikut berbeda maka dari itu sangat perlu ketelitian dalam penulisan kanji tersebut dan membuat siswa kesulitan dalam menulis kanji. Kanji adalah huruf yang melambangkan makna dan mempunyai dua cara baca yaitu kunyomi dan onyomi. Romaji adalah huruf alphabet yang kita ketahui, contoh masing-masing huruf di atas adalah sebagai berikut: kata gohan, jika ditulis dengan huruf hiragana menjadi ごは ん , jika ditulis dengan huruf katakana menjadi ゴハン, jika ditulis dengan huruf kanji menjadi 御 飯 , jika ditulis dengan huruf romaji menjadi gohan.
Siswa sebagian besar di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) dwipayana Cipta Karya diberikan pelatihan dari hari senin sampai sabtu dari jam 1 siang sampai jam 6 sore dan juga diberikan tugas
agar siswa mampu mengingat pembelajaran yang sudah didapatkan selama belajar di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) tersebut, namun kendala yang terdapat pada siswa ini terdapat pada keterampilan menulis terutama menulis kanji yang memang menulis kanji itu merupakan hal yang paling tersulit diantara pembelajaran yang lain. Dari hasil observasi dan wawancara informal bahwa kesulitan dalam menulis kanji maupun membaca kanji dialami siswa Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipayana Cipta Karya dengan lama belajar huruf kanji selama 1-2 tahun, diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam cara penulisan, menghafal makna, dan membaca huruf kanji. Penyebab dari kesulitan di atas adalah karakteristik kanji yang unik yaitu memiliki bushu (radikal), kakusuu (jumlah coretan), hitsujun (urutan menulis), serta yomikata (cara baca). Pendidik di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipayana Cipta Karya ini harus bekerja keras dalam mencari berbagai metode pembelajaran yang efektif untuk mengajarkan pembelajaran menulis kanji dan membuat siswa dengan mudah menghafal cara penulisan kanji setiap kata atau kalimat.
Mengingat juga bahwa siswa yang belajar di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) tersebut rata-rata
sudah berumur 30 tahunan jadi siswa mengeluhkan susah dalam mempelajari bahasa Jepang terutama pada penulisan kanji, maka dari itu pendidik mencoba dengan metode Drill saat mengajarkan huruf kanji kepada siswa-siswa di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK). Menurut Sudjana (2011: 87) metode Drill digunakan pada umumnya untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Menurut Richards dan Platt (1993: 117) metode ini biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa untuk melatih bunyi bahasa (sounds) atau pola-pola kalimat dalam bahasa yang berdasarkan latihan dan pengulangan yang dipandu. Permasalahan yang terdapat pada siswa di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipayana Cipta Karya membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Penerapaan Metode Drill Dalam Meningkatkan Menulis Kanji Pada Siswa LPK Dwipahara Cipta Karya”. Adapaun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu ingin Mengetahui penerapan dan hasil Metode drill yang digunakan dalam kanji di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipayana Cipta Karya, dan Mengetahui faktor penghambat yang dihadapai selama menggunakan metode drill pada pembelajaran kanji di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipayana Cipta Karya. penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi, masukan dan bahan pertimbangan untuk Metode pembelajaran bahasa Jepang yang efektif dalam meningkatkan keterampilan menulis khususnya pada saat menghafal kanji.
LANDASAN TEORI
Di dalam Kokugo Jiten disebutkan 漢字は 中国で作られた表意文字。また、 それをまね て日本で作った文字 (1999: 298). Huruf Kanji adalah hyoo’i moji yang awalnya dibuat di Cina. Huruf tersebut kemudian ditiru dan dijadikan huruf Jepang. Menurut Sudjianto dan Dahidi (2007: 5670) huruf kanji memiliki karakteristik:
-
1) Memiliki bushu, yaitu bagian-bagian radikal pada huruf kanji yang dapat dijadikan dasar untuk pengklasifikasian huruf kanji. Terdapat tujuh macam bushu yaitu hen, tsukuri, kanmuri, ashi, tare, nyoo, dan kamae.
-
2) Memiliki kakusuu, yaitu jumlah garis atau coretan yang membentuk sebuah kanji. Kanji yang sederhana memiliki sedikit kakusuu,
namun kanji yang rumit memiliki banyak kakusuu.
-
3) Memiliki hitsujun atau urutan penulisan yang harus ditulis dengan benar.
-
4) Memiliki yomikata atau cara baca. Terdapat dua cara baca yaitu onyomi dan kunyomi. Onyomi merupakan cara baca kanji yang mengikuti pelafalan orang Cina, namun tidak sama persis bunyi aslinya karena disesuaikan dengan pelafalan orang Jepang, sedangkan untuk makna yang sama dan orang Jepang sudah mempunyai padanan kata dalam bahasa Jepang, dibaca dengan cara baca Jepang asli (kunyomi).
Metode latihan yang disebut juga dengan metode training yaitu merupakan suatu cara kebiasaan tertentu juga sarana untuk memelihara kebiasaan yang baik, selain itu metode ini juga dapat digunakan untuk ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan ketrampilan. Menurut Nana Sudjana (2011: 86), metode drill adalah satu
kegiatan melakukan hal yang sama, secara berulang- ulang secara sungguh- sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama.
Menurut Abyani Tahmid (2009) Bentuk-bentuk Metode drill dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk teknik, yaitu sebagai berikut: a. Teknik kerja kelompok Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok peserta didik untuk bekerja sama dalam memecahakan masalah dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan.
-
b. Teknik Micro Teaching digunakan untuk mempersiapkan diri peserta didik sebagai calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan memperoleh nilai pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai pengajar.
-
c. Teknik Modul Belajar Digunakan dengan cara mengajar peserta didik melalui paket belajar.
-
d. Teknik Belajar Mandiri Dilakukan dengan cara meminta peserta didik agar belajar sendiri dan tetap dalam bimbingan pengajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
Adapun tujuan dari penggunaan metode drill dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari kedua belah pihak yaitu dapat dilihat dari segi peserta didik dan dari segi pengajar.
Tujuan menggunakan metode drill ini biasanya digunakan oleh siswa:
-
a. Memiliki kemampuan menghafalakan katakata, menulis, mempergunakan alat.
-
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan.
-
c. Memiliki kemampuan menghubungkan
antara sesuatu keadaan dengan yang lain.
-
d. Memperoleh suatu ketangkasan,
keterampilan tentang sesuatu yang dipelajari siswa dengan melakukannya secara praktis pengetahuan yang telah dipelajari dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu
diperlukan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang pengajar dalam menggunakan metode drill ini, yaitu:
-
a. Tujuan harus dijelaskan kepada peserta didik sehingga selesai latihan mereka dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.
-
b. Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga peserta didik mengetahui apa yang harus dikerjakan.
-
c. Lama latihan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik.
-
d. Selingilah latihan agar tidak membosankan.
-
e. Perhatikan kesalahan umum yang dilakukan peserta didik untuk perbaikan.
Setiap metode pembelajaran tidak akan sempurna bila digunakan dalam proses pembelajaran, metode drill ini juga mempunyai kekurangan dan kelemahan pada penggunaan dalam proses pembelajaran dan pengajaran.
Menurut Menurut Adhitya (2013:19) Metode drill juga memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut.
-
a. Menguatkan daya ingat peserta didik, karena seluruh pikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.
-
b. Peserta didik dapat menggunakan daya fikirnya dengan baik, dengan pengajaran yang baik, maka peserta didik menjadi lebih teliti.
-
c. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung dari guru.
-
d. Peserta didik akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
-
e. Pengajar bisa lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana peserta didik yang disiplin dan yang tidak.
-
f. Pemanfaatan kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi yang tinggi dalam pelaksanaannya serta dapat membentuk kebiasaan yang baik.
-
g. Pengertian peserta didik lebih luas melalui latihan berulang-ulang.
Metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak dapat dipungkiri bahwa metode drill juga mempunyai kelemahan, yaitu: a. Latihan yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.
-
b. Latihan yang selalu diberikan dibawah bimbingan pengajar, perintah pengajar dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas peserta didik.
-
c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan. maka dari itu, pengajar yang ingin mempergunakan metode ini ada baiknya memahami karakteristik metode ini terlebih dahulu.
Menurut Sumiati dan Asra (2011: 105)
pengajar perlu memperhatikan langkah-langkah atau prosedur yang akan disusun diantaranya:
-
1) Gunakanlah latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang dilakukan secara otomatis, sesuatu yang dilakukan peserta didik tanpa menggunakan pemikiran dan pertimbangan yang mendalam, tetapi dapat dilakukan dengan cepat seperti gerak refleks saja, seperti menghafal, menghitung, lari dan sebagainya.
-
2) Pengajar harus memilih latihan yang mempunyai arti luas yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan latihan sebelum mereka melakukan, sehingga mampu menyadarkan peserta didik akan kegunaan bagi kehidupannya saat sekarang ataupun di masa yang akan datang.
-
3) Pengajar perlu mengutamakan ketepatan, agar peserta didik melakukan latihan secara tepat, kemudian diperhatikan kecepatan agar peserta didik dapat melakukan kecepatan atau keterampilan menurut waktu yang telah ditentukan; juga perlu diperhatikan pula respons ppeserta didil telah dilakukan dengan tepat dan cepat.
-
4) Pengajar memperhitungkan waktu atau masa latihan yang singkat saja agar tidak meletihkan dan membosankan, tetapi sering dilakukan puda kesempatan yang lain. Masa latihan itu harus menyenangkan dan menarik, bila perlu dengan mengubah situasi dan kondisi sehingga menimbulkan optimisme pada peserta didik dan kemungkinan rasa gembira itu bisa menghasilkan keterampilan yang baik.
-
5) Pengajar dan peserta didik perlu memikirkan dan mengutamakan proses-proses yang esensial atau yang pokok atau inti sehingga tidak tenggelam pada hal-hal yang rendah atau tidak perlu kurang diperlukan.
-
6) Pengajar perlu memperhatikan perbedaan individual Peserta didik. Sehingga kemampuan dan kebutuhan peserta didik masing-masing tersalurkan atau dikembangkan, maka dalam pelaksanaan latihan pengajar perlu mengawasi dan memperhatikan latihan perseorangan.
Pada proses belajar mengajar diperukan dalam mengetahui hasil belajar agar mengetahui metode yang digunakan pada proses pembelajaran dan pengajar tersebut efektif ataupun tidak efektif kepada peserta didik.
Ada beberapa pendapat menurut para ahli mengenai definisi belajar, yaitu:
-
a. Uzer Usman (1993), hasil belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis atau proses kematangan. Perubahan terjadi karena kebiasaan belajar, kecakapan (skills), atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).
-
b. Nana Sudjana (2002), hasil belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
-
c. Catharina (2006), hasil belajar adalah proses perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan.
-
d. Syamsu Mappa (1983), hasil belajar adalah sesuatu yang ingin dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan murid.
-
e. Sardiman (2006), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengar, meniru, dan lain sebagainya.
-
f. Umar Tirtaraharja (2015), hasil belajar adalah taraf kemampuan aktual yang bersifat terukur, berupa pengalaman ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap yang dicapai oleh peserta didik dari apa yang dipelajari di sekolah.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu proses yang di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, tinggi rendahnya hasil belajar ppeserta didik tergantung pada faktor-faktor tersebut. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik di sekolah. Menurut Ngalim Purwanto (2012: 107) faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar ada tiga macam, yaitu:
-
1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri peserta didik), yakni keadaan jasmani atau rohani ppeserta didik. Berikut penjelasannya:
-
1) Faktor Fisiologis
Keadaan fisik yang sehat serta kuat akan memberikan hasil belajar yang baik.
-
2) Faktor Psikologis
Faktor Psikologis yang termasuk dalam faktor psikologis adalah perhatian, minat, motivasi dan bakat yang ada dalam diri peserta didik. a) Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan menghasilkan pemahaman yang mantap; b) Minat, Kecenderungan dan keinginan yang besar terhadap sesuatu; c) Motivasi, merupakan keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu; d) Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
-
2. Faktor Eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan sekitar peserta didik. Faktor eksternal dibagi atas dua faktor sosial dan faktor Non sosial, berikut akakn dipaparkan secara terinci:
-
1) Faktor Sosial
Faktor sosial terdapat beberapa bagian lagi, yaitu: a) Lingkungan keluarga; b)
Lingkungan sekolah; c) Lingkungan masyarakat.
-
2) Faktor Non Sosial Yaitu gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik. Faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta didik.
-
3. Faktor Pendekatan Belajar, yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi pelajaran. Faktor Pendekatan Belajar menggunakan metode yang untuk menunjang efektifitas dalam proses pembelajaran pada materi tertentu.
METODE PENELITIAN
-
a. Populasi
Menurut Nursalam (2013) Populasi merupakan keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang diteliti. Populasi pada penelitian ini merupakan peserta didik yang mengikuti pelatihan bahasa Jepang di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) yang ada di daerah Bunutan, Ubud.
-
b. Sampel
Menurut Soekidjo (2005: 79) Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan 30 siswa yang belajar di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipayana Cipta Karya melalui kuesioner pertanyaan dalam bentuk kanji.
-
1. Data Kuantitatif merupakan data yang diambil dalam penelitian berupa angka. Pada penelitian ini data kuantitatif menggunakan angka hasil jawaban dari pertanyaan kanji yang diperoleh ppeserta didik Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipayana Cipta Karya Ubud.
-
2. Data Kualitatif merupakan data yang diolah dalam bentuk deskripsi atau berupa paragraf. Pada penelitian ini data kualitatif digunakan
dalam mendeskripsikan hasil nilai jawaban kanji dan digabungkan dengan hasil wawancara dengan pengajarnya dan peserta didik Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipaya Cipta Karya Ubud.
Jenis data yang digunakan dalam analisis ini, yaitu jenis data primer dan jenis data sekunder
-
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah pengajar masyarakat Bali yang megikuti program kerja ke Jepang di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipayana Cipta Karya Ubud dengan cara melakukan kuesioner pertanyaan terkait kanji, wawancara dan observasi secara langsung, jawaban kegiatan wawancara kepada peserta didik dan dua pengajar Lembaga Pelatihan Kerja (LPK).
-
2. Data Sekunder
Pada penelitian ini digunakan juga data sekunder sebagai penguat hasil analisis dari data primer tentang Data sekunder ini diperoleh dari buku, makalah, literatur dan informasi website yang berhubungan dengan masalah manajemen pembelajaran pelatihan persiapan program magang ke Jepang cara melakukan wawancara dan mencocokkan dengan pengajaran yang terjadi di lapangan saat melakukan proses belajar mengajar agar data yang didapatkan lebih akurat lagi.
Menurut Sugiyono (2010) observasi digunakan untuk mengamati perilaku seseorang atau kelompok, proses kerja, dan gejala-gejala alam dengan catatan lingkup penelitian yang tidak terlalu besar. Pada penelitian ini, hasil observasi kemampuan kanji peserta didik di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipayana Cipta Karya yang digunakan sebagai data pendukung kuesioner soal kanji yang telah dibuat oleh pengajar lembaga pelatihan kerja (LPK) dan data hasil wawancara peserta didik dan pengajar tekait metode drill yang digunakan dan kendala yang dihadapi selama proses belajar mengajar pada masa pandemi.
Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi terkait tentang metode drill yang digunakan selama pembelajaran bahasa Jepang kepada peserta didik yang akan bekerja di Jepang saat mempelajari kanji dan mengetahui metode drill yang baik atau tidaknya digunakan
saat mengajar bahasa Jepang terutama saat pembelajaran kanji.
Menurut Sugiyono (2017:142) angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner pada penelitian ini akan disiapkan dengan beberapa pertanyaan terkait kanji yang akan diisi oleh peserta didik Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipayana Cipta Karya setelah itu akan di analisis kembali terkait jawaban dan hasil wawancara peserta didik dan pengajar Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipayana Cipta Karya terkait pembelajaran kanji dengan menerapkan metode drill.
Adapun variabel yang digunakan pada penelitian ini akan dipaparkan dalam bentuk tabel, yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.1
Variabel Penelitian Kanji
NO |
VARIABEL |
INDIKATOR |
SUMBER |
1 |
Kanji |
Mengetahui Bushu (Bagian-bagian Radikal pada huruf Kanji) |
Sudjianto dan Dahidi (2007: 56 70) |
Mengetahui kakusuu (Jumlah goresan atau coretan kanji) | |||
Mengetahui hitsujun (Urutan penulisan kanji yang benar) | |||
Memahami yomikata (Cara membaca Kanji baik dari onyomi atau kunyomi) |
Agar mencapai tujuan penelitian agar sesuai dengan yang diharapkan, maka data yang diperoleh dari hasil pengukuran dianalisis secara bertahap dengan Pada penelitian ini yang dianalisis dengan metode kualitatif, yaitu paparan secara paragraf yang diambil dari hasil kuesioner terkait kanji yang sudah diterapkan dalam pembelajaran dengan metode drill yang disebarkan kepada peserta didik
yang mengikuti program kerja di Jepang di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipayana Cipta Karya.
PEMBAHASAN
Penilaian hasil terkait penerapan metode drill pada kemampuan kanji peserta didik sebanyak 30 orang yang melakukan pelatihan di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipayana Cipta Karya di daerah Ubud dapat dilihat dari hasil kuesioner dalam tulisan kanji yang dibagikan kepada peserta didik yang telah mempelajari kanji dengan menggunakan metode drill selama 6 minggu. Berikut akan dipaparkan hasil nilai jawaban kanji dari 30 ppeserta didik.
Tabel 4.1
Hasil Jawaban Kanji Peserta Didik
NO |
NAMA SISWA |
NILAI |
1 |
Gede Eka Wardana Putra |
99 |
2 |
Gede Febri Yasa |
83 |
3 |
I Wayan Ari Pratama |
80 |
4 |
Nyoman Putu Adi Pradana |
97 |
5 |
I Wayan Uki Andra Upariawan |
93 |
6 |
I Made Juliana |
71 |
7 |
Ida Wayan Giriana |
76 |
8 |
I Kadek Ardi Wiranata |
60 |
9 |
Kadek Anggi Wadiana |
79 |
10 |
Kadek Anggik Kartna Wibawa |
77 |
11 |
I Komang Wirawan |
59 |
12 |
I Kadek Dwi Restariawan |
55 |
13 |
I Made Sukadana |
75 |
14 |
I Putu Ida Arita Putra |
58 |
15 |
I Kadek Deta Dewantara |
55 |
16 |
I Kadek Agus Bahari |
42 |
17 |
I Komang Agastio Punarbawa |
52 |
18 |
I Putu Agus Ardika Yasa |
63 |
19 |
I Komang Satya Anggara Putra |
65 |
20 |
I Gede Ito Apandi Kartama |
67 |
21 |
Gusti Pratama |
69 |
22 |
I Dewa Putu Krisna Windana |
64 |
23 |
I Kadek Harmoni |
99 |
24 |
Putu Ari Wiyantari |
99 |
25 |
I Wayan Ratih Darmayanti |
87 |
26 |
I Kadek Dwi Ariesta |
80 |
27 |
Putu Guna Yasa |
99 |
28 |
Ni Luh Suci |
87 |
29 |
Komang Ariana |
98 |
30 |
Wayan Sukriani |
97 |
Berdasarkan hasil tabel diatas bahwa sudah banyak peserta didik yang mendapatkan nilai baik dalam memahami kanji dalam membaca kanji maupun dalam mengartikan tulisan kanji tersebut. Peserta didik yang mendapatkan nilai diatas 90 sebanyak 8 peserta didik, peserta didik yang mendapatkan nilai diatas 80 sebanyak 5 ppeserta didik, ppeserta didik yang mendapatkan nilai di atas 70 sebanyak 5 peserta didik, peserta didik yang mendapatkan nilai diatas 60 sebanyak 6 peserta didik, peserta didik yang mendapatkan nilai diatas 50 sebanyak 5 orang, dan peserta didik yang mendapatkan nilai diatas 40 sebanyak 1 peserta didik. Walaupun ppeserta didik tersebut baru belajar kanji dalam jangka waktu 6 minggu, namun sudah cukup baik dalam menghafal kanji baik dalam arti dan cara baca kanji tersebut. Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa ppeserta didik yang mendapatkan nilai dibawah 50-40 sangat sedikit yaitu hanya 6 orang dari 30 peserta didik yang melakukan pelatihan di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipayana Cipta Karya.
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis dan digolongkan sesuai dengan tingkat nilai yang sudah ditentukan dari pengajar Lembaga Pendidikan Perja (LPK) Dwipayana Cipta Karya Ubud yang sudah disepakati bersama setiap pengajar dan lembaga yaitu menggunakan skala. Berikut adalah skala nilai dalam kanji.
0 - 24 |
Sangat kurang |
25- 49 |
Kurang |
50 - 59 |
Cukup |
60 - 69 |
Cukup |
70 -79 |
Baik |
80 – 89 |
Baik |
90 – 100 |
Sangat Baik |
Tabel 4.1
Total Nilai Kanji Siswa LPK Dwipayana Cipta Karya
RENTANAN NILAI |
JUMLAH |
0 – 24 |
0 |
25 – 49 |
1 |
50 – 59 |
5 |
60 – 69 |
6 |
70 – 79 |
5 |
80 – 89 |
5 |
90 – 100 |
8 |
Dapat dilihat pada tabel diatas siswa Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) yang mendapatkan rentanan nilai kanji 0 – 24 tidak ada sama sekali. Peserta didik yang mendapatkan rentanan nilai 25 – 49 sebanyak 1 peserta didik pada rentanan nilai ini menunjukkan bahwa kemampuan kanji peserta didik ini masih kurang, setelah melakukan wawancara terkait nilai kanji yang paling kecil bahwa peserta didik tersebut mengalami kesusahan dalam kanji tersebut yaitu cara baca kanjinya dan juga ada beberapa arti Indonesia dalam kanji tersebut meleset dari perkiraannya karena kanji saat tidak digabungkan dengan kanji lain berbeda dengan kanji yang sudah digabungkan dengan kanji lainnya. Kanji juga terkadang membingungkan antara goresannya, ada kanji yang salah perkiraan karena beda 1 goresan saja dan kurangnya konsentrasi.
Peserta didik yang mendapatkan rentanan nilai kanji 50 – 59 sebanyak 5 ppeserta didik pada rentanan nilai kanji ini siswa tergolong cukup dalam kanji, namun setelah diwawancara terkait kendala yang dihadapi dengan kanji tersebut ppeserta didik ini sebagian besar mengetahui arti dalam bahasa Indonesia namun cara baca kanjinya masih ragu-ragu dengan goresan kanji dan ada beberapa peserta didik juga mengucapkan bahwa terkecoh dan kurang teliti melihat goresan kanjinya.
Peserta didik yang mendapatkan rentanan nilai kanji 60 – 69 sebanyak 6 peserta didik pada rentanan nilai tersebut ppeserta didik tergolong sudah cukup dalam kemampuan kanji, setelah mewawancara peserta didik bahwa ada beberapa peserta didik terkait hasil yang didapatkan oleh mereka bahwa sebagian besar menjawab terkecoh dengan cara menjawab soal cerita yang terdapat dalam tes berupa kanji. Kanji juga ada beberapa yang susah dibaca dan lupa saat kanji digabungkan dengan kanji lainnya.
Peserta didik yang mendapatkan rentanan nilai kanji 70 – 89 sebanyak 5 orang pada rentanan nilai ppeserta didik ini termasuk sudah baik dalam memahami kanji, setelah melakukan wawancara pas yang sering mereka tulis yang keluar saat tes kanji berlangsung jadi sedikit masih mengingatnya namun ada beberapa kanji yang tidak bisa terbaca dengan baik dan juga mengartikannya ad beberapa yang kurang tepat.
Siswa yang mendapatkan rentanan nilai kanji 90 – 100 sebanyak 8 orang pada rentanan nilai peserta didik ini termasuk sangat baik dalam memahami kanji, setelah diwawancara sebagian besar mereka fokus saat melakukan pembelajaran
di LPK namun setelah selesai pelajaran di LPK mereka dirumah mencoba menulis sebanyak-banyaknya kanji yang baru dipelajari di LPK tersebut. Cara mereka belajar juga unik yaitu dengan menghayal atau berimajinasi kanji itu menggambarkan mirip seperti cara baca kanji tersebut. Saat menulis kanji ataupun saat mengartikan tulisan kanji tersebut membuat lebih mudah mengerti dan memahami karena terbiasa melihat dan menulisnya.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan dari hasil analisis data terkait “Penerapan Metode Drill Dalam Meningkatkan Kanji Pada ppeserta didik LPK Dwipayana Cipta Karya Ubud Tahun Ajaran 2022” sangat efektif dilakukan dalam pembelajar kanji kepada peserta didik Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Dwipayana Cipta Karya terlihat dari banyaknya peserta didik yang mendapatkan nilai kanji rentanan 90-100 yang menunjukkan bahwa peserta didik tersebut sangat baik dalam memahami dan mengerti kanji, walaupun ada beberapa peserta didik yang mendapatkan nilai kurang baik dalam memahami kanji namun sedikit peserta didik yang mendapatkan nilai tersebut karena siswa tersebut setelah mendapatkan pelatihan kanji di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) mereka sampai dirumah tidak mempelajari kembali dan berlatih dalam menulis kanji secara mandiri dirumahnya masing-masing. Berbeda dengan peserta didik yang mendapatkan nilai sangat baik, peserta didik tersebut setelah mendapatkan pembelajaran dari Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) mengulang kembali menulis terus menerus kanji tersebut sampai bosan dan tangan sakit. Penerapan metode drill yang dilakukan di LPK oleh pengajar kepada peserta didik saat pembelajaran kanji sudah baik, namun jika peserta didik belajar secara mandiri dirumah kembali menulis dan mengingat kanji tersebut maka hasilnya juga akan lebih maksimal.
Adapun saran terhadap siswa yang belajar kanji agar tidak menerima pembelajaran dari Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) saja namun memiliki inisiatif untuk mengulang kembali pembelajaran kanji yang telah didapatkan dari Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) dan harus fokus mempelajarinya tidak hanya sekedar mendapatkan ilmu tentang kanji tersebut agar dapat mengerti dan
memahami kanji tersebut dengan maksimal dan saat peserta didik tersebut sudah sampai di Jepang tidak merasakan kebingungan karena tidak mengetahui tulisan arah jalan maupun pengumuman yang tertera disepanjang jalan di Jepang. Belajar kanji sangat diperlukan minimal bisa mengerti arti dalam tulisan bahasa Jepang dan membaca kanji tersebut agar mempermudah nanti saat di Jepang.
DAFTAR PUSTAKA
Abyani Tahmid. (2009). Pengertian dan Ragam Metode Pembelajaran. Jakarta: Gramedia.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Bimo Walgito. (2010). Bimbingan dan Konseling Studi Karir. Yogyakarta: Andi.
Catharina. (2006). Psikologi Belajar. Semarang: Universitas. Negeri Semarang Press.
Damayanti, Fitria. (2015). Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Semangat Kerja Melalui Disiplin Kerja. Jurnal investasi Fakultas Ekonomi Unwir Vol.1,No. 1: 36-53.
Darmawan, D. (2017). Teknologi pendidikan, cetakan ke-3. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Dimyati., Mudjiono. (2013). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Febriani. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (Nht) Pokok Bahasan Bilangan Pecahan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Bandung: UPI.
Iskandarwassid, dan H. Dadang Sunendar. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mappa, Syamsu. (1994). Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Departemen P & K.
Ngalim Purwanto. (2012). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Richards dan Platt. 1993. Longman dictionary of : language teaching and applied linguistics/ Jack C. Richards, John Platt, Heidi Platt. London : Longman Group
Roestiyah, N.K. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sardiman. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV.
122
Discussion and feedback