Hubungan rasa memiliki pada organisasi dan konformitas terhadap partisipasi perempuan dalam sekaa teruna teruni di Bali
on
Jurnal Psikologi Udayana
2022, Vol.9, No.1, 94-104
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 2654 4024; p-ISSN: 2354 5607
DOI: 10.24843/JPU/2022.v09.i01.p10
Hubungan rasa memiliki pada organisasi dan konformitas dengan partisipasi perempuan dalam sekaa teruna teruni di Bali
Ni Komang Tri Utami Widiyasari dan Luh Made Karisma Sukmayanti Suarya
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Abstrak
Sekaa Teruna Teruni (STT) merupakan salah satu organisasi kepemudaan yang terdapat di Bali. Tercapainya tujuan dari STT dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah partisipasi dari anggota organisasi yang dapat muncul akibat adanya rasa memiliki serta konformitas. Keanggotaan STT yang secara umum bersifat sukarela menyebabkan hampir tidak ada tekanan yang mewajibkan anggota STT untuk hadir dan aktif dalam kegiatan STT namun bila dilihat dari kegiatan keseharian di STT, terdapat kecenderungan bahwa laki-laki lebih banyak mengambil peran dibandingkan dengan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara rasa memiliki pada organisasi dan konformitas terhadap partisipasi perempuan dalam mengikuti kegiatan di STT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan jumlah subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak 178 orang anggota perempuan yang mengikuti STT di kabupaten Badung, Tabanan, dan Gianyar. Penelitian ini menggunakan alat ukur yang terdiri dari tiga skala yaitu, skala Partisipasi dalam STT, skala Rasa Memiliki pada Organisasi dan skala Konformitas serta menggunakan teknik uji korelasi berganda untuk menganalisa data. Berdasarkan analisis uji hipotesis diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,653 dengan nilai F hitung sebesar 65,118 dan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,005) yang menunjukkan adanya hubungan antara rasa memiliki pada organisasi dan konformitas terhadap partisipasi perempuan dalam STT dengan arah hubungan yang bersifat positif yang berarti semakin tinggi rasa memiliki pada organisasi dan konformitas maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi perempuan dalam STT.
Kata kunci: Konformitas, partisipasi perempuan, rasa memiliki pada organisasi, sekaa teruna teruni.
Abstract
Sekaa Teruna Teruni (STT) is one of the youth organizations in Bali. The achievement of the goals of STT is influenced by various factors, one of which is the participation of organizational members which can arise due to a sense of belonging and conformity. STT membership, which is generally voluntary, causes almost no pressure requiring STT members to be present and active in STT activities, but when viewed from the daily activities in STT, there is a tendency that men take more roles than women. This research is a quantitative study that aims to determine the relationship between a sense of belonging in an organization and conformity, with women's participation in the STT. Sampling was done by cluster random sampling with a total sample of 178 female members who attended STT in Badung, Tabanan, and Gianyar districts. The measuring instrument used in this study consists of three scales, namely, Participation in the STT scale, Sense of Belonging scale, and Conformity scale. The data analysis technique used in this research is multiple correlation test. Based on the analysis of the hypothesis test, the correlation coefficient value is 0.653 with F count as 65,118 and significance 0,000 (p<0,005) which indicates a relationship between a sense of belonging to the organization and conformity with women's participation in STT. The higher the sense of belonging to the organization and conformity, the higher the level of women's participation in STT.
Keywords: Conformity, organizational sense of belonging, sekaa teruna teruni, women’s participation.
LATAR BELAKANG
Setiap individu memiliki beragam potensi untuk bertahan hidup yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, meskipun begitu kehadiran orang lain tetap dibutuhkan untuk dapat membantu individu memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan individu untuk berinteraksi dengan orang lain adalah dengan tergabung dalam suatu kelompok atau mengikuti organisasi. Individu yang tergabung dalam kelompok atau mengikuti organisasi mengembangkan berbagai manfaat, salah satunya adalah individu dapat lebih mudah dalam mencari dan mendapatkan bantuan dari anggota kelompok lain (Saleh, 2015).
Keinginan agar dibantu menjadi salah satu alasan terbesar mengapa seseorang aktif dalam suatu kelompok, begitu pula yang terjadi pada masyarakat di Bali. Bali dikenal memiliki segudang acara adat dan keagamaan yang memerlukan lebih dari satu orang untuk menyelesaikannya. Di Bali terdapat istilah Banjar yaitu suatu bentuk kesatuan sosial atas dasar ikatan wilayah atau setara dengan rukun warga yang berfungsi sebagai penghimpun masyarakat dalam suatu wilayah di Bali dan dapat menjadi sarana yang memudahkan masyarakat Bali untuk dapat mencari bantuan dalam mempersiapkan acara.
Dalam suatu Banjar terdapat beberapa perkumpulan kecil yang disebut dengan Sekaa. Sekaa (sekeha) diartikan sebagai kumpulan, kelompok maupun organisasi dalam suatu Banjar yang memiliki tujuan-tujuan tertentu yang dibentuk untuk membantu menyukseskan program-program kerja desa atau Banjar. Salah satu jenis sekaa yang terdapat dalam Banjar adalah Sekaa Teruna Teruni. Sekaa Teruna Teruni (STT) merupakan organisasi yang terdapat di seluruh desa di Bali yang didefinisikan sebagai kumpulan atau wadah organisasi sosial pengembangan generasi muda yang bergerak pada bidang kesejahteraan sosial serta tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari masyarakat di wilayah desa atau kelurahan (Persadah Indonesia, 2015).
Sekaa Teruna Teruni memiliki struktur keorganisasian yang tidak jauh berbeda dengan organisasi pada umumnya. Anggota dari Sekaa Teruna Teruni terdiri atas remaja yang terhimpun di daerah administratif tempat Banjar tersebut berada (Surpha, 2003). Sekaa Teruna Teruni juga memiliki serangkaian program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan secara rutin maupun periodik. Program kerja yang diadakan dalam STT berfungsi sebagai wadah pengembangan kreativitas pemuda dan pemudi desa, serta sebagai sarana pelestarian budaya dan seni daerah setempat.
Suksesnya program kerja serta tujuan yang dirancang dalam suatu organisasi tentu dipengaruhi oleh partisipasi dan keterlibatan dari anggota dalam organisasi tersebut. Partisipasi menurut Huneryear dan Heoman (dalam Dwiningrum, 2011) merupakan suatu keterlibatan mental dan emosional dalam situasi kelompok yang mendorong individu memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggungjawab bersama dengan anggota kelompok lainnya. Seperti halnya organisasi lain, partisipasi anggota juga diperlukan dalam kegiatan yang dijalankan oleh STT. Program
kerja yang telah dirancang di dalam STT dapat berjalan apabila terdapat peran aktif serta partisipasi dari anggotanya.
Berdasarkan survey daring kepada 46 anggota STT dengan rentang usia 19-24 tahun yang tersebar di seluruh kabupaten di Bali, ditemukan bahwa sebanyak 58,7% atau 27 responden menyatakan aktif mengikuti kegiatan di STT, sedangkan 19 responden lainnya menyatakan sebaliknya. Beberapa alasan yang mendasari keaktifan responden yaitu, untuk memperoleh manfaat, merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab sebagai remaja Bali, kesadaran diri, karena kepentingan orang lain, serta adanya rasa malu pada anggota STT lainnya apabila tidak pernah terlibat dalam aktivitas STT. Sedangkan beberapa alasan yang mendasari ketidakaktifan anggota dalam STT adalah adanya konflik, tidak adanya relasi dalam organisasi, kesibukan, jarak antara tempat tinggal dan Banjar yang jauh, serta kurangnya informasi yang diperoleh mengenai STT (Widiyasari, 2019).
Tingkat partisipasi individu dalam kelompok maupun organisasi dipengaruhi oleh berbagai hal. Rasa memiliki pada organisasi dikatakan sebagai salah satu faktor yang dapat memengaruhi perilaku individu dalam suatu organisasi. Rasa memiliki dijelaskan sebagai perasaan yang dimiliki individu, dimana individu merasa menjadi bagian dari suatu hubungan interpersonal, dihormati, diterima, dan didukung oleh orang lain dalam konteks sosial yang berbeda (Baumeister & Leary, 1995; Hagerty et al., 1992).
Baumeister dan Leary (1995) menjelaskan bahwa rasa memiliki muncul dari dorongan yang dimiliki manusia untuk membentuk dan mempertahankan hubungan interpersonal. Dorongan tersebut melibatkan kebutuhan untuk berinteraksi secara afektif dan menyenangkan serta terjadi dalam kerangka kerja yang stabil dan tahan lama. Rasa memiliki yang dimiliki individu pada organisasinya akan membuat individu tersebut bersedia untuk terlibat dalam kegiatan yang dilakukan organisasinya dan merasa nyaman dengan kegiatan tersebut, sehingga rasa memiliki tentu sangat penting untuk dimiliki setiap anggota dalam berorganisasi. Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa individu yang menumbuhkan perasaan memiliki terhadap kelompoknya, cenderung lebih aktif dan ingin terlibat dalam aktivitas yang diadakan oleh kelompoknya (Green et al., 2017; Hartog & Keegan, 2007).
Selain rasa memiliki pada organisasi, konformitas juga dikatakan berkaitan dengan perilaku yang ditunjukkan individu dalam kelompok. Konformitas dikatakan sebagai salah satu jenis pengaruh sosial yang membuat individu berusaha untuk menyesuaikan perilaku dengan norma dan aturan dalam suatu lingkungan (Branscombe & Baron, 2017).
Salah satu tujuan individu mengikuti suatu kelompok atau organisasi adalah untuk mendapatkan manfaat dari keanggotaannya. Tujuan tersebut juga muncul dalam lingkup STT, seperti yang ditunjukkan dari hasil survey keaktifan Sekaa Teruna Teruni dimana 35 dari 46 responden yang mengisi survey menyatakan bahwa mengikuti STT merupakan hal yang penting untuk dilakukan serta berpengaruh bagi kehidupan sosial responden. Responden berpendapat dengan mengikuti
STT, responden memiliki peluang untuk mencapai tujuan responden menjadi seorang anggota organisasi yaitu untuk memperoleh manfaat dari keanggotaannya, dimana responden berharap akan adanya bantuan maupun kemudahan yang dapat diperoleh responden apabila responden mengikuti STT. Adanya kecemasan akan dikucilkan dalam lingkungan juga menjadi alasan mengapa responden menganggap mengikuti STT merupakan suatu hal yang penting dan berpengaruh bagi kehidupan sosial responden (Widiyasari, 2019).
Konformitas sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri, menjadi salah satu faktor yang berperan dalam memengaruhi perilaku individu dalam kelompok. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konformitas berpengaruh pada kemandirian dalam pengambilan keputusan yang menyebabkan individu dengan tingkat konformitas yang tinggi akan lebih mudah terpengaruh oleh tekanan yang terdapat dalam kelompok (Kumalasari, 2015; Vatmawati, 2019).
Keanggotaan STT secara umum bersifat sukarela, dimana kehadiran anggota akan bergantung pada kesadaran diri individu sebagai anggota STT. Meskipun tidak ada kewajiban yang mengharuskan anggota STT untuk terlibat dalam kegiatan yang dilakukan STT, namun tekanan untuk hadir tetap dapat muncul dalam lingkup STT. Adanya rasa malu dan takut untuk dikucilkan dalam lingkungan Banjar menjadi salah satu tekanan yang mungkin muncul dan dapat memengaruhi keterlibatan individu dalam STT (Widiyasari, 2019). Keanggotaan dalam Banjar terdiri atas seluruh anggota dalam suatu keluarga bukan hanya terdiri dari satu individu, yang berarti keterlibatan anggota STT dalam kegiatan STT juga akan berpengaruh pada nama baik keluarga besar. Kecemasan yang timbul akibat membawa nama baik keluarga juga mampu memberikan tekanan tersendiri bagi anggota STT, sehingga anggota STT berusaha menunjukkan perilaku yang sesuai dengan aturan yang berlaku dalam STT maupun Banjar.
Bila dilihat dari perbedaan jenis kelamin terhadap tingkat rasa memiliki dan konformitas, perempuan dikatakan memiliki rasa memiliki yang lebih tinggi terutama di kelas dan komunitas dibandingkan dengan laki-laki (Kissinger et al., 2009) serta lebih cenderung melakukan konformitas dibandingkan dengan laki-laki (Kristina et al., 2013). Hal ini karena berdasarkan hasil studi, perempuan digambarkan sebagai sosok yang lebih menerima, pasrah, dan cenderung menurut dibandingkan laki-laki sehingga perempuan lebih mudah dipengaruhi dibandingkan dengan laki-laki termasuk dalam menunjukkan suatu perilaku di kelompok (Taylor et al., 2009).
Berdasarkan survey yang dilakukan kepada 46 anggota STT, sebanyak 30 responden menyatakan bahwa keaktifan di dalam STT justru lebih banyak didominasi oleh laki-laki dibandingkan perempuan. Responden berpendapat bahwa alasan laki-laki lebih terlihat aktif dalam STT karena laki-laki lebih mudah bergaul dan kegiatan yang dilakukan lebih banyak membutuhkan tenaga laki-laki (Widiyasari, 2019). Hal ini berbanding terbalik dari hasil penelitian yang menyebutkan bahwa partisipasi perempuan dalam kegiatan kelompok dan organisasi cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (Foremann & Retallick, 2012). Bila dilihat dari kegiatan
keseharian di STT, terdapat kecenderungan bahwa peran dalam STT lebih banyak diambil oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Dalam budaya Bali, nilai-nilai yang diajarkan kepada anak laki-laki berbeda dengan nilai kepada anak perempuan. Sejak usia dini anak perempuan akan lebih terlibat dalam aktivitas yang dilakukan ibunya serta mengambil peran yang bersifat domestik atau rumah tangga, sedangkan anak laki-laki melakukan tugas yang berkaitan dengan kegiatan sosial dan komunitas seperti berpartisipasi dalam Banjar maupun desa (Suryani, 2004; Suyadnya, 2009).
Salah satu faktor yang mendasari hal tersebut adalah adanya budaya pernikahan di Bali yang masih menganut budaya Patrilineal dimana laki-laki memegang peranan tinggi dalam segala aspek kehidupan baik keluarga maupun masyarakat (Sukerti et al., 2016). Dalam pernikahan budaya Bali, pihak perempuan merupakan pihak yang akan meninggalkan keluarga dan Banjarnya saat ini dan akan masuk menjadi anggota dari keluarga serta komunitas baru dalam lingkungan suaminya. Pihak laki-laki setelah menikah akan melanjutkan tugas dan tanggung jawab bapaknya sebagai anggota inti Banjar (Windia & Sudantra, 2016).
Secara umum partisipasi perempuan dalam STT dapat dikatakan cukup berpengaruh pada dinamika dalam organisasi. Dari hasil survey daring kepada sembilan pengurus STT di kabupaten Badung mengenai persepsi responden terhadap dampak dari adanya perbedaan keaktifan anggota, menunjukkan bahwa perbedaan yang dirasakan dapat berpengaruh pada STT karena dapat menimbulkan kesenjangan antara anggota, sehingga kehadiran dan kerja sama dari anggota laki-laki dan perempuan sangat diperlukan. Adanya perbedaan keaktifan dalam STT juga dapat menimbulkan adanya ketidakkompakan, serta pengaruh sosial yang menyebabkan anggota yang semula aktif menjadi terpengaruh dan mengikuti perilaku anggota yang tidak aktif (Widiyasari, 2019)
Melihat begitu pentingnya peran rasa memiliki dan konformitas terhadap partisipasi anggota dalam organisasi membuat peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara rasa memiliki dan konformitas yang dimiliki anggota Sekaa Teruna Teruni khususnya pada anggota perempuan terhadap partisipasi yang ditunjukan dalam mengikuti kegiatan di STT.
METODE PENELITIAN
Variabel
Penelitian ini menggunakan variabel tergantung yaitu partisipasi dalam sekaa teruna teruni serta terdiri atas dua variabel bebas yaitu rasa memiliki pada organisasi dan juga konformitas.
Responden
Sampel dalam penelitian ini merupakan anggota perempuan Sekaa Teruna Teruni (STT) di Bali. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling atau teknik sampling daerah untuk menentukan daerah pengambilan sampel. Beberapa daerah pengambilan sampel penelitian diundi untuk menghasilkan daerah yang akan dijadikan daerah pengambilan sampel. Berdasarkan hasil undian, kabupaten
yang terpilih menjadi daerah pengambilan sampel adalah kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan. Total keseluruhan skala penelitian yang tersebar adalah 209 buah namun hanya 178 skala yang dapat memenuhi syarat untuk diteliti.
Alat Ukur
Alat ukur dalam penelitian ini berupa skala yang terdiri dari Skala partisipasi dalam Sekaa teruna teruni, Skala rasa memiliki pada organisasi dan Skala konformitas. Skala partisipasi dalam STT disusun berdasarkan indikator pengukuran partisipasi yang disebutkan oleh (Suryosubroto, 1997). Skala rasa memiliki pada organisasi yang digunakan merupakan modifikasi skala SOBI-P dari Hagerty dan Patusky (1995), dan juga skala konformitas yang disusun peneliti berdasarkan aspek konformitas yang disebutkan oleh Sears, Freedman, dan Peplau (1991).
Skala partisipasi dalam STT terdiri dari 20 item pernyataan, skala rasa memiliki pada organisasi terdiri dari 18 item pernyataan dan skala konformitas terdiri dari 42 item pernyataan. Ketiga skala ini merupakan skala Likert yang berisi pernyataan yang bersifat positif (favorable) dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable). Pernyataan tersebut memiliki empat pilihan jawaban yang dapat dipilih subjek yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Proses uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 28 sampai 30 agustus 2020 dengan total subjek yang mengisi skala sebanyak 70 orang. Penyebaran skala uji coba alat ukur dilakukan dalam bentuk google form dan disebarkan secara daring (dalam jaringan) melalui media sosial pada orang-orang yang sesuai dengan karakteristik subjek yang dicari.
Hasil uji validitas pada skala partisipasi dalam STT menunjukkan bahwa 20 aitem yang diujicobakan dapat dikatakan valid dengan koefisien korelasi aitem total berkisar antara 0,388-0,799. Berdasarkan uji reliabilitas skala partisipasi dalam STT yang dilakukan menghasilkan nilai koefisien Alpha sebesar 0,907, yang memiliki arti bahwa skala ini dapat mencerminkan 90,7% nilai skor murni subjek, sehingga dapat dikatakan bahwa skala partisipasi dalam STT dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur taraf partisipasi dalam STT.
Uji validitas skala rasa memiliki pada organisasi terdiri dari 18 item dan menghasilkan 16 item valid. Nilai koefisien korelasi item total pada item yang valid berkisar antara 0,472 - 0,903. Hasil pengujian reliabilitas skala rasa memiliki pada organisasi memiliki nilai koefisien Alpha sebesar 0,940, yang memiliki arti bahwa skala ini dapat mencerminkan 94% nilai skor murni subjek. Angka dari hasil pengujian tersebut juga menunjukkan bahwa skala ini dapat digunakan untuk mengukur variabel rasa memiliki pada organisasi.
Uji Validitas pada skala konformitas terdiri dari 42 iitem dan menghasilkan 32 aitem valid. Nilai koefisen korelasi aitem total pada item yang valid berkisar antara 0,327 - 0,813. Hasil pengujian reliabilitas skala konformitas menunjukkan nilai koefisien Alpha sebesar 0,933, yang memiliki arti bahwa skala ini dapat mencerminkan 93,30% nilai skor murni subjek. Angka
dari hasil pengujian tersebut juga menunjukkan bahwa skala ini dapat digunakan untuk mengukur variabel konformitas
Teknik Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini melalui beberapa uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Kolmogorov Smirnov, sedangkan uji linearitas dilakukan dengan menggunakan teknik test for linierity. Pengujian hipotesis kemudian dilakukan setelah data telah memenuhi syarat uji asumsi. Data penelitian kemudian dianalisis dengan metode analisis korelasi ganda untuk menguji hipotesis mayor dan analisis korelasi sederhana untuk menguji hipotesis minor. Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS release 26.0.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Subjek
Total subjek yang diperoleh berdasarkan karakteristik subjek adalah 178 subjek yang mayoritas berusia 20 tahun yaitu sebanyak 32 orang atau sebanyak 18%. Mayoritas subjek penelitian merupakan anggota sekaa teruna teruni yang berasal dari kabupaten Badung yaitu sebanyak 69 orang atau sebesar 38,8%. memiliki IPK antara 3,00 sampai 3,50 yaitu sebanyak 42 orang atau sebesar 70% dan telah menjadi anggota sekaa teruna teruni selama empat tahun yaitu sebanyak 25 orang atau sebesar 14% dari total keseluruhan subjek.
Deskripsi Data Penelitian
Hasil deskripsi statistik penelitian variabel partisipasi dalam Sekaa Teruna Teruni, rasa memiliki pada organisasi, dan konformitas dapat dilihat pada tabel 1 (terlampir).
Berdasarkan hasil uji deskripsi pada tabel 1, Nilai rata-rata empiris yang diperoleh pada variabel partisipasi dalam Sekaa Teruna Teruni lebih besar yaitu 60,51 daripada nilai rata-rata teoretis sebesar 50 (rata-rata empiris > rata-rata teoretis). Hal tersebut memiliki arti bahwa subjek memiliki taraf Partisipasi dalam Sekaa Teruna Teruni yang cenderung tinggi.
Hasil deskripsi statistik pada tabel 1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata empiris yang diperoleh pada variabel rasa memiliki pada organisasi lebih besar yaitu 52,19 daripada nilai rata-rata teoretis sebesaar 40 (rata-rata empiris > rata-rata teoretis). Hal tersebut memiliki arti bahwa taraf rasa memiliki pada organisasi yang dimiliki subjek cenderung tinggi.
Hasil deskripsi statistik pada tabel 1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata empiris yang diperoleh pada variabel konformitas lebih besar yaitu 103,53 daripada nilai rata-rata teoretis sebesar 80 (rata-rata empiris > rata-rata teoretis). Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa taraf konformitas yang dimiliki subjek cenderung tinggi dengan rentang skor yang diperoleh adalah antara 85-126. Berdasarkan penyebaran frekuensi, 100% subjek memiliki skor yang berada di atas rata-rata teoritis.
Uji Asumsi
Uji Kolgomorov-Smirnov digunakan untuk menguji normalitas dari data yang diperoleh, dimana data penelitian yang memiliki nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 (p>0.05) dapat dikatakan memiliki penyebaran yang normal (Azwar, 2016). Tabel 2 menunjukkan bahwa data variabel partisipasi dalam Sekaa Teruna Teruni berdistribusi secara normal yang ditunjukkan pada nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,062 dan signifikansi 0,091 (p>0,05). Data pada variabel rasa memiliki pada organisasi berdistribusi secara normal dengan nilai Kolmogorov Smirnov yang diperoleh adalah sebesar 0,064 dan signifikansi sebesar 0,071 (p>0,05). Serta data variabel konformitas beridistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-smirnov yaitu 0,064 dengan nilai signifikansi yaitu 0,074 (p>0,05).
Berdasarkan hasil uji normalitas, dan uji linearitas pada data yang diperoleh menunjukkan hasil data yang berdistribusi normal serta menunjukkan hubungan yang linear sehingga dapat dikatakan telah lolos uji asumsi dan dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu analisis hipotesis.
Uji Hipotesis
Hasil uji korelasi berganda variabel rasa memiliki pada organisasi dan konformitas terhadap partisipasi dalam Sekaa Teruna Teruni adalah sebagai berikut (tabel terlampir)
Analisis uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan kebenaran dalam hipotesis yang diberikan sebelumnya. Pada penelitian ini, uji hipotesis dilakukan dengan uji korelasi sederhana dan uji korelasi ganda. Proses pengujian hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan bantuan dari program SPSS (Stastitical Package for Social Service) 26.0 for Windows.
Berdasarkan hasil uji korelasi ganda yang diperoleh, koefisien korelasi antara variabel rasa memiliki pada organisasi dan variabel konformitas terhadap variabel Partisipasi dalam Sekaa Teruna Teruni adalah 0,653. Berdasarkan hasil uji, nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 65,118 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,005). Sehingga rasa memiliki pada organisasi dan konformitas dapat dikatakan memiliki hubungan signifikan secara bersama-sama dengan Partisipasi dalam Sekaa Teruna Teruni. Koefisien determinasi menunjukkan sumbangan rasa memiliki pada organisasi dan konfomitas terhadap partisipasi perempuan dalam Sekaa Teruna Teruni sebesar 42,7% dan sisanya 57,3% lainnya ditentukan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Uji korelasi sederhana pada penelitian ini menggunakan teknik uji korelasi pearson product moment. Pada uji korelasi sederhana dua variabel yang diuji dapat dikatakan memiliki hubungan apabila nilai r hitung yang diperoleh lebih besar dari r tabel (rh > r tabel). Untuk dapat mengetahui seberapa kuat derajat hubungan antar variabel yang diuji, maka dapat digunakan pedoman yang dapat dilihat pada tabel 5. Berdasarkan hasil uji korelasi product moment pada tabel 6, dapat dilihat bahwa nilai r hitung dari variabel rasa memiliki pada organisasi dan Partisipasi dalam Sekaa Teruna Teruni memiliki nilai lebih besar dari nilai r tabel yang ditentukan yaitu sebesar 0,636 sehingga dapat dikatakan bahwa rasa memiliki
pada organisasi dan Partisipasi dalam Sekaa Teruna Teruni memiliki hubungan positif dan signifikan dan termasuk dalam kategori kuat. Kemudian nilai r hitung yang dihasilkan antara variabel konformitas dan variabel Partisipasi dalam Sekaa Teruna Teruni juga memiliki nilai yang lebih besar dari nilai r tabel yang ditentukan, yaitu sebesar 0,489. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa konformitas dan partisipasi dalam Sekaa Teruna Teruni memiliki hubungan positif dan signifikan dan termasuk dalam kategori sedang.
Kesimpulan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dapat dilihat pada rangkuman tabel 7.
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji korelasi berganda, dapat diketahui bahwa rasa memiliki pada organisasi dan konformitas secara bersama-sama memiliki hubungan positif dengan partisipasi perempuan dalam Sekaa Teruna Teruni. Hasil positif pada koefisien korelasi juga menunjukkan arah hubungan yang dimiliki variabel adalah positif dimana semakin tinggi rasa memiliki pada organisasi dan konformitas maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi perempuan dalam STT. Variabel rasa memiliki pada organisasi dan variabel konformitas secara bersama-sama memberikan sumbangan sebesar 42,7% terhadap partisipasi perempuan dalam Sekaa Teruna Teruni.
Partisipasi anggota dalam organisasi merupakan suatu kebutuhan penting yang harus ada dalam organisasi sebagai upaya tercapainya tujuan organisasi yang telah dirancang. Penelitian dari Khoiriyah, Asriati, dan Parijo (2017) menunjukkan adanya hubungan antara partisipasi anggota dengan keberhasilan koperasi, dimana tingginya partisipasi anggota berbanding lurus dengan keberhasilan yang diperoleh koperasi.
Sekaa Teruna Teruni (STT) merupakan suatu organisasi sosial non-profit yang dapat menjadi wadah pengembangan diri bagi pemuda dan pemudi desa di Bali. STT memiliki dasar keanggotaan yang bersifat sukarela, yang berarti anggota dalam STT memerlukan suatu faktor yang dapat mendorong anggota untuk dapat terlibat dan mau berpartisipasi dalam kegiatan STT sehingga tujuan yang telah dirancang STT dapat tercapai. Pada penelitian ini rasa memiliki dan konformitas merupakan faktor yang secara bersama-sama berhubungan dengan perilaku yang ditunjukkan individu dalam organisasi. Individu yang mengembangkan rasa memiliki pada organisasinya cenderung lebih aktif dan ingin terlibat dalam berbagai aktivitas yang diadakan oleh organisasi, serta memiliki motivasi dan performansi kerja yang baik (Green et al., 2017; Hartog & Keegan, 2007). Sedangkan individu yang menyesuaikan diri dengan berkonformitas pada organisasinya akan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku dalam kelompok (Branscombe & Baron, 2017).
Dalam kebudayaan Bali, perempuan dan laki-laki belajar untuk memenuhi peran yang berbeda, namun saling melengkapi yang dicirikan oleh tanggung jawab tradisional. Adanya berbagai macam upacara adat dan keagamaan yang terdapat di Bali, membuat perempuan dalam budaya Bali secara alamiah
mengembangkan berbagai peran selain peran utama dalam rumah tangga. Salah satu peran tersebut adalah peran adat dan keagamaan. Peran adat dan keagamaan merupakan peran perempuan dalam menjadi bagian suatu komunitas sosial budaya (Komalasari, 2017). Sejak usia dini, anak perempuan terlibat dalam aktivitas yang dilakukan oleh ibunya dan mulai terlibat dalam kegiatan adat seperti ngayah (bekerja secara tulus ikhlas tanpa mendapat imbalan), sehingga mampu menyesuaikan perannya setelah menikah (Suyadnya, 2009). Sedangkan anak laki-laki lebih banyak mengambil peran dalam kegiatan sosial dan komunitas (Suryani, 2004). Hal tersebut karena masyarakat Bali menganggap anak laki-laki memiliki peran dan nilai penting untuk menjalankan kehidupan dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Anak laki-laki dianggap dapat menggantikan kedudukan kepala keluarga untuk tergabung dalam masyarakat sebagai warga desa maupun warga Banjar saat anak laki-laki tersebut sudah menikah (Windia & Sudantra, 2016).
Rasa memiliki atau sense of belonging dijelaskan oleh Goodenaw (dalam Ting, 2010) sebagai rasa penerimaan, dihargai, merasa terlibat, dan mendapatkan dorongan dari orang lain dan lingkungannya. Perasaan memiliki yang ditumbuhkan individu terhadap organisasi dapat mengembangkan berbagai manfaat bagi organisasi yang diikuti individu, salah satunya adalah keinginan untuk aktif dan terlibat dalam organisasi. Hasil penelitian dari Putri dan Suryanto (2018) menunjukkan bahwa rasa memiliki dengan partisipasi sosial memiliki hubungan yang bersifat positif yang berarti apabila rasa memiliki meningkat maka tingkat partisipasi sosial juga akan meningkat.
Dalam mengembangkan rasa memiliki pada organisasi, individu perlu untuk melakukan interaksi sosial yang menyenangkan dan dalam kurun waktu yang lama (Baumeister & Leary, 1995). Individu yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk terlibat dalam aktivitas yang dilakukan bersama dengan kelompok dikaitkan dengan skor rasa memiliki yang lebih tinggi (Bailey & McLaren, 2005; Stewart et al., 2009). Hal tersebut juga sesuai dengan konsep partisipasi sosial yang menyatakan bahwa partisipasi merupakan bentuk dari adanya interaksi yang dilakukan individu dengan kelompok maupun dengan lingkungannya (Utz et al., 2002). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa anggota perempuan yang melakukan interaksi sosial dengan anggota lainnya dalam STT secara tidak langsung juga menunjukkan keterlibatan dan berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan STT yang menjadi dasar berkembangnya rasa memiliki pada STT.
Penelitian dari Green, Gino dan Staats (2017) menunjukkan bahwa rasa memiliki dapat berpengaruh pada meningkatnya motivasi dan performansi individu dalam organisasi. Penelitian lainnya dari Afryana (2018) juga menunjukkan bahwa rasa memiliki dapat memengaruhi keterlibatan individu dalam organisasinya. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa individu yang memiliki motivasi dan minat untuk menjadi bagian dari suatu kelompok secara tidak langsung juga berhubungan dengan adanya motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam kelompok yang menjadi indikator dari adanya partisipasi dan keterlibatan yang individu
tunjukkan dalam organisasi.
Tingginya rasa memiliki yang dimiliki oleh anggota perempuan dalam STT dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti dukungan dan dorongan sosial yang didapat individu dalam kelompok (Lampinen et al., 2018; Zumbrunn et al., 2014). Dukungan sosial memungkinkan individu untuk membuka diri terhadap orang lain yang dapat memberikan manfaat psikologis seperti mengurangi kesepian dan meningkatkan rasa memiliki (Nurayni & Supradewi, 2017; Stewart et al., 2009; Warin et al., 2000).
Kuantitas interaksi sosial yang dilakukan individu juga menjadi faktor yang dapat memengaruhi berkembangnya rasa memiliki terhadap organisasi (Bailey & McLaren, 2005; Baumeister & Leary, 1995). Berdasarkan data deskripsi subjek terkait periode menjadi anggota STT menunjukkan bahwa mayoritas subjek yaitu sebanyak 25 subjek atau sebesar 14% dari total subjek, telah menjadi anggota STT selama empat tahun. Meskipun jangka waktu seseorang dalam mengembangkan rasa memiliki bersifat subjektif dan dapat berbeda-beda di setiap individu, namun dalam jangka waktu empat tahun tersebut ada banyak hal dan kesempatan yang dapat dilakukan oleh anggota perempuan dalam STT untuk mengenal dan merasa familiar dengan STT yang diikutinya, sehingga kesempatan untuk mengembangkan rasa memiliki juga lebih banyak.
Hasil uji hipotesis juga menunjukkan adanya hubungan antara konformitas dengan partisipasi perempuan dalam STT. Konformitas diartikan sebagai suatu bentuk penyesuaian diri yang dilakukan individu dengan mengubah sikap atau perilaku untuk mematuhi norma yang berlaku (Branscombe & Baron, 2017). Pengalaman konformitas sehari-hari dibentuk oleh konteks kultural (Kim & Markus, 1999; Oh, 2013). Penelitian dari Kakay (2018) menyebutkan bahwa konformitas yang terdapat dalam keluarga dengan kultur kolektivis, memiliki pengaruh positif terhadap perilaku anggota keluarga, karena dapat meningkatkan partisipasi di antara anggota keluarga, memperkuat kekompakan, serta keberhasilan dan perkembangan keluarga dengan memperkuat kepatuhan pada norma.
Kepatuhan menjadi salah satu hal yang diperhatikan dalam kultur kolektivis serta menjadi salah satu aspek yang berhubungan dengan konformitas (Hanifa, 2019). Burger (2018) menyatakan bahwa salah satu alasan individu melakukan konformitas adalah karena adanya pengaruh normatif atau keinginan untuk disukai, yang kemudian membuat individu bersedia untuk mengubah perilaku agar sesuai dengan standar kelompok termasuk dengan mengikuti norma serta peraturan yang berlaku dalam kelompok.
Tsai dan Tsai (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa saat anggota organisasi menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan organisasi maka anggota organisasi secara tidak langsung juga menunjukkan kesetiaannya terhadap organisasi dan berpartisipasi dalam kegiatan atau program yang dijalankan organisasi. Konformitas sebagai suatu bentuk penyesuaian diri membuat individu berusaha untuk berinteraksi dan berperilaku sesuai dengan aturan dan norma tersirat yang berlaku dalam
kelompok, sehingga konformitas dapat menyebabkan timbulnya ketaatan dan kepatuhan (Maryati & Suryawati, 2008). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa kepatuhan atau kesediaan anggota perempuan untuk mengikuti perintah dan permintaan yang timbul dari adanya konformitas yang dilakukan juga dapat menjadi indikator dalam memengaruhi kesediaan anggota perempuan dalam STT untuk berpartisipasi dalam kegiatan dan program yang dijalankan STT.
Tingginya tingkat konformitas yang dimiliki oleh anggota perempuan dalam STT dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kohesivitas kelompok serta keseragaman dan kekompakan kelompok (Saidah, 2016; Stein, 2013). Kohesivitas diartikan sebagai sejauh mana individu percaya serta ingin menjadi bagian dari suatu kelompok sosial tertentu. Kohesivitas dalam kelompok muncul akibat adanya kepercayaan individu terhadap kelompoknya (Anisa et al., 2020). Kohesivitas dalam kelompok juga dapat dipengaruhi oleh banyaknya interaksi yang invidu lakukan dengan kelompok (McShane & Glinow, 2008). Lamanya jangka waktu yang anggota perempuan habiskan dalam STT serta berbagai aktivitas yang dilakukan anggota perempuan dalam STT mampu memberikan kesempatan bagi anggota perempuan dalam STT untuk berinteraksi dan saling mengenal dengan anggota lain serta menumbuhkan rasa percaya terhadap STT.
Dalam melakukan konformitas, pengaruh dari keseragaman anggota kelompok juga berperan dalam keputusan individu untuk berperilaku pada kelompoknya. Hasil penelitian eksperimen oleh Asch (dalam Branscombe & Baron, 2017) menunjukkan bahwa kekompakan dan kebulatan suara dalam kelompok sangat penting dalam memengaruhi keputusan seseorang dalam berkonformitas. Saat kelompok menunjukkan ketidakkompakan individu akan lebih mudah untuk melawan tekanan kelompok. Konformitas yang ditunjukkan individu karena mengikuti kecenderungan yang dilakukan oleh mayoritas anggota yang lain, membuat individu mau tidak mau menunjukkan perilaku yang sesuai dengan kecenderungan dari mayoritas, termasuk dalam hal berpartisipasi dalam kelompok (Stein, 2013; Taylor et al., 2009).
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu Rasa memiliki pada organisasi dan konformitas memiliki hubungan yang signifikan secara bersama-sama terhadap partisipasi perempuan dalam Sekaa Teruna Teruni. Rasa memiliki pada organisasi memiliki hubungan dengan arah positif dan signifikan terhadap partisipasi perempuan dalam Sekaa Teruni Teruni, dimana meningkatnya rasa memiliki pada organisasi yang dimiliki subjek akan diikuti dengan meningkatnya partisipasi subjek dalam Sekaa Teruna Teruni. Konformitas memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap partisipasi perempuan dalam Sekaa Teruna Teruni, dimana semakin tinggi tingkat konformitas yang dimiliki subjek maka semakin tinggi pula partisipasi yang subjek tunjukkan dalam Sekaa Teruna Teruni.
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini terdapat pada proses pengambilan data penelitian. Adanya penyebaran pandemik Covid-19 menyebabkan proses pengambilan data sepenuhnya dilakukan secara daring (dalam jaringan) sehingga peneliti
tidak dapat melakukan pengawasan dan kontrol dalam proses pengisian skala yang dilakukan oleh subjek secara maksimal.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan referensi guna menunjang ilmu psikologi. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam upaya meningkatkan partisipasi perempuan dalam mengikuti kegiatan STT melalui kegiatan-kegiatan yang dapat memupuk konformitas dan rasa memiliki pada perempuan.
Saran yang dapat peneliti berikan kepada anggota perempuan dalam Sekaa Teruna Teruni yaitu, agar mempertahankan rasa memiliki serta konformitas terhadap organisasi yang dimiliki dengan sering berinteraksi dengan sesama anggota Sekaa Teruna Teruni, anggota perempuan juga dapat membuka diri dengan anggota lainnya dengan berbagi cerita mengenai kehidupan sehari-hari, mencari tahu minat dan kesamaan yang dimiliki dengan anggota lainnya, serta memanfaatkan keuntungan yang bisa didapat dalam Sekaa Teruna Teruni.
Saran bagi pengurus serta anggota Sekaa Teruna Teruni yang lain agar dapat menunjukkan perilaku yang dapat mempertahankan rasa memiliki pada organisasi dan konformitas yang ditunjukkan anggota Sekaa Teruna Teruni. Pengurus dan anggota Sekaa Teruna Teruni yang lain diharapkan dapat merangkul, menerima, dan dapat mengapresiasi usaha dari seluruh anggota Sekaa Teruna Teruni sehingga tidak ada anggota yang merasa disisihkan.
Saran bagi Banjar dan Desa diharapkan dapat membantu Sekaa Teruna Teruni dengan memfasilitasi kegiatan dan program kerja yang dirancang Sekaa Teruna Teruni untuk dapat memertahankan tingginya partisipasi, rasa memiliki, serta konformitas yang ditunjukkan anggota Sekaa Teruna Teruni dengan merancang program kerja yang memanfaatkan tingginya partisipasi dan melibatkan kerjasama antar anggota Sekaa Teruna Teruni seperti mengadakan lomba antar Sekaa Teruna Teruni desa.
Bagi peneliti selanjutkan yang ingin mengkaji penelitian serupa, disarankan dapat melibatkan anggota perempuan dari kabupaten yang lain serta menambah jumlah sampel sehingga hasil penelitian yang diperoleh akan lebih bervariasi, representatif dan dapat digeneralisir dengan lebih baik. peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengambilan data secara langsung agar pengisian data dapat dikontrol secara optimal. Bila pengambilan data tidak memungkinkan untuk dilakukan secara langsung, maka dapat dilakukan pengambilan data secara daring dengan memerhatikan dan memastikan kesiapan subjek dalam mengisi skala penelitian. Peneliti selanjutnya juga dapat mempertimbangkan untuk meminta bantuan kepada perwakilan Sekaa Teruna Teruni sebagai perantara sehingga pengisian skala penelitian dapat diawasi secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anisa, F. N., Gayatri, S., & Dalmiyatun, T. (2020). Pengaruh
kepercayaan anggota dengan kohesivitas Kelompok Tani Sumber Rejeki di Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen Kota Semarang. Jurnal Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian, 4(1), 175–191.
Afryana, S. D. (2018). Pengaruh sense of belonging terhadap
employee engagement. Jurnal Indonesia Membangun, 17(2), 113.
Azwar. (2016). Reliabilitas dan validitas. Pustaka Belajar.
Bailey, M., & McLaren, S. (2005). Physical activity alone and with others as predictors of sense of belonging and mental health in retirees. Aging and Mental Health, 9(1), 82–90.
https://doi.org/10.1080/13607860512331334031
Baumeister, R. F., & Leary, M. R. (1995). The need to belong : Desire for interpersonal attachments as a fundamental human motivation. Psychological Bulletin, 117(3), 497–529.
Branscombe, N. R., & Baron, R. A. (2017). Social psychology, global edition (14th ed.). Pearson Education.
Burger, J. M. (2018). Conformity and obedience. General Psychology FA18, 241.
Chaplin, J. P. (2007). Kamus lengkap psikologi. PT. Raja Grafindo Persada.
Dwiningrum, S. I. A. (2011). Desentralisasi dan partisipasi masyarakat dalam pendidikan: Suatu kajian teoretis dan empirik. Pustaka Belajar.
Foremann, E. A., & Retallick, M. S. (2012). Undergraduate
involvement in extracurricular activities and leadership Development in College of Agriculture and Life Sciences Students. Journal of Agricultural Education, 53(3), 111–123. doi:10.5032/jae.2012.03111
Green, P., Staats, B. R., & Green, P. (2017). Seeking to belong: How the words of internal and external beneficiaries influence performance (No. 17–073).
Hagerty, B. M. K., Lynch-sauer, J., Patusky, K. L., Bouwsema, M., & Collier, P. (1992). Sense of Belonging : A vital mental health concept. Psychiatric Nursing, VI(3), 172–177.
Hagerty, B. M. K., & Patusky, K. (1995). Developing a measure of sense of belonging. Nursimg Research, 44(1).
Hanifa, H. P. (2019). Hubungan antara konformitas teman sebaya dengan kepatuhan terhadap tata tertib sekolah ditinjau dari jenis kelamin pada peserta didik Kelas XI SMA N 1 Jatisrono tahun ajaran 2019/2020.
Hartog, D. N. Den, & Keegan, A. E. (2007). The interactive effects of belongingness and charisma on helping and compliance. Journal of Applied Psychology, 92(4), 1131–1139.
https://doi.org/10.1037/0021-9010.92.4.1131
Kakay, S. (2018). A critical assessment of the impact of conformity on collectivist families ’ meal social interaction behaviour in Sierra Leone. 1(2). http://www.alliedacademies.org/public-
health-nutrition/
Khoiriyah, Asriati, N., & Parijo. (2017). Pengaruh partisipasi anggota terhadap keberhasilan koperasi.
Kim, H., & Markus, H. R. (1999). Deviance or uniqueness , harmony or conformity? A cultural analysis. Journal of Personality and Social Psychology, 77(4), 785–800.
Kissinger, J., Campbell, R. C., Lombrozo, A., & Wilson, D. (2009). The role of gender in belonging and sense of community. 39th ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference, 1–6.
Komalasari, Y. (2017). Nilai tambah wanita karier Bali sebagai sosok pelestari budaya. In Prosiding Seminar Nasional AIMI.199-206.
Kristina, M., Elvinawaty, R., & Mailani, L. (2013). Perbedaan gender dalam kecenderungan untuk berkonformitas pada siswa SMA Raksana Medan. Psikologia, 8(1), 12–18.
Kumalasari, N. D. (2015). Hubungan antara konformitas dengan kemandirian dalam pengambilan keputusan.
Lampinen, M.-S., Konu, A. I., Kettunen, T., & Suutala, E. A. (2018). Factors that foster or prevent sense of belonging among social and health care managers. Leadership in Health Service, 31(4), 468–480. https://doi.org/10.1108/LHS-09-2017-0054
Maryati, K., & Suryawati, J. (2008). Sosiologi. Erlangga.
McShane, S. L., & Glinow, M. A. V. (2008). Organizational behavior (4th ed.). McGraw Hill.
Monks, F. J. (2004). Psikologi perkembangan. Gadjah Mada
University Press.
Nurayni, & Supradewi, R. (2017). Dukungan sosial dan rasa memiliki terhadap kesepian pada mahasiswa perantau semester awal di Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Proyeksi, 12(2), 35– 42.
Oh, S. (2013). Do collectivists conform more than individualists? Cross-cultural differences in compliance and internalization. Social Behavior and Personality, 41(6), 981–994.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.2224/sbp.2013.41.6.981 DO
Persadah Indonesia. (2015, march 11). Sekaa Teruna–teruni sebagai pilar mendukung penegakan hukum. Retrieved from Kompasiana: https://www.kompasiana.com/persadah
Putri, M. N., & Suryanto. (2018). Hubungan antara perilaku altruisme dengan partisipasi sosial pada anggota karang taruna dengan rasa kepemilikan organisasi (sense of belonging) sebagai variabel intervening. Jurnal Psikologi Kepribadian Dan Sosial, 7, 1–12. http://url.unair.ac.id/9a92e446
Saidah, I. (2016). Hubungan konformitas (conformity) dengan kohesivitas (cohesiveness) pada siswa MAN Gondanglegi Malang.
Saleh, A. (2015). Pengertian, batasan, dan bentuk kelompok. In Dinamika Kelompok (pp. 1–64). Universitas Terbuka.
Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L. A. (1991). Psikologi sosial jilid 2. Erlangga.
Stein, R. (2013). The pull of the group : Conscious conflict and the involuntary tendency towards conformity. Consciousness and Cognition, 22(3), 788–794.
https://doi.org/10.1016/j.concog.2013.04.009
Stewart, M. J., Makwarimba, E., Reutter, L. I., Veenstra, G., Raphael, D., & Love, R. (2009). Poverty, sense of belonging and experiences of social isolation. Journal of Poverty, 13(2), 173– 195. https://doi.org/10.1080/10875540902841762
Sugiyono. (2018). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sukerti, N. Y., Ariani, I. G. A. A., & Krisnawati, I. G. A. A. A. (2016). Implikasi Ideologi Gender Dalam Hukum Adat Bali: Studi Di Kota Denpasar.
Surpha, I. W. (2003). Eksistensi desa adat dan desa dinas di Bali. Pustaka Bali Post.
Suryani, L. K. (2004). Balinese women in a changing society. Journal of the American Academy of Psychoanalysis, 32(1), 213–230. https://doi.org/10.1521/jaap.32.1.213.28335
Suryosubroto. (1997). Proses belajar mengajar di sekolah. Rineka Cipta.
Suyadnya, I. W. (2009). Balinese women and identities: Are they trapped in traditions, globalization or both?. Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik, XXII(2), 95–104.
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial. In Prenada Media Group (edisi kedua, Vol. 12). Kencana.
Ting. (2010). Motivational beliefs, etnic identity and sense of belonging: Relations to school engagement and academic achievement.
Tsai, M., & Tsai, M. (2017). The Influence of loyalty , participation and obedience on organizational citizenship behavior. International Journal of Business and Economic Affairs (IJBEA), 2(1), 67–76. https://doi.org/10.24088/IJBEA-2017-21009
Utz, R. L., Carr, D., Nesse, R., & Wortman, C. B. (2002). The Effect of Widowhood on Older Adults ’ Social Participation: An Evaluation of Activity , Disengagement , and Continuity Theories. The Gerontologist, 42(4), 522–533.
http://gerontologist.oxfordjournals.org/
Vatmawati, S. (2019). Hubungan konformitas siswa dengan pengambilan keputusan karir. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Empati, 6(1), 55–70.
Warin, M., Baum, F., Kalucy, E., Murray, C., & Veale, B. (2000). The power of place: Space and time in women’s and community
health centres in South Australia. Social Science and Medicine, 50(12), 1863–1875. https://doi.org/10.1016/S0277-
9536(99)00423-2
Widiyasari, N. K. T. U. (2019). Gambaran keaktifan anggota dalam mengikuti sekaa teruna teruni.
Windia, W. P., & Sudantra, K. (2016). Pengantar hukum adat Bali. Swasta Nulus.
Zumbrunn, S., McKim, C., Buhs, E., & Hawley, L. R. (2014). Support, belonging, motivation, and engagement in the college classroom: A mixed method study. Instructional Science, 42(5), 661–684. https://doi.org/10.1007/s11251-014-9310-0
LAMPIRAN
Tabel 1
Deskripsi Data Penelitian
Variabel Penelitian |
N |
Rata-rata Teoretis |
Rata-rata Empiris |
Standar Deviasi Teoretis |
Standar Deviasi Empiris |
Sebaran Teoretis |
Sebaran Empiris |
T |
Partisipasi dalam Sekaa Teruna Teruni |
178 |
50 |
60.51 |
10 |
6.623 |
20-80 |
46-75 |
21.162 (p=0,000) |
Rasa Memiliki pada Organisasi |
178 |
40 |
52.19 |
8 |
5.319 |
16-64 |
40-62 |
30.579 (p=0,000) |
Konformitas |
178 |
80 |
103.53 |
16 |
9.116 |
32-128 |
85-126 |
34.441 (p=0,000) |
Tabel 2
Uji Normalitas Data Penelitian
Variabel |
Kolmogorov-Smirnov |
Sig. |
Kesimpulan |
Partisipasi dalam Sekaa Teruna Teruni |
0,062 |
0,091 |
Data Normal |
Rasa Memiliki pada Organisasi |
0,064 |
0,071 |
Data Normal |
Konformitas |
0,064 |
0,074 |
Data Normal |
Tabel 3
Uji Linearitas Data Penelitian
Variabel |
Linearity |
Kesimpulan |
Partisipasi dalam Sekaa Teruna Teruni*Rasa Memiliki pada Organisasi |
0,000 |
Data Linear |
Partisipasi dalam Sekaa Teruna Teruni*Konformitas |
0,000 |
Data Linear |
Tabel 4
Hasil Uji Korelasi Berganda Data Penelitian
Koefisien Korelasi (r) |
Koefisien Determinan (r2) |
F Hitung |
F tabel (α = 0,05) |
0,653 |
0,427 |
65,118 |
3,04 |
Tabel 5
Pedoman Interpretasi Tingkat Hubungan Pada Koefisien Korelasi
Interval Koefisien |
Tingkat Hubungan |
0,00 – 0,199 |
Sangat Rendah |
0,20 – 0,399 |
Rendah |
0,40 – 0,599 |
Sedang |
0,60 – 0,799 |
Kuat |
0,80 – 1,000 |
Sangat Kuat |
Sumber: Sugiyono (2018)
Tabel 6
Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment
Variabel |
r hitung |
r tabel (N=200, α=0,05%) |
Sig. |
Rasa Memiliki pada Organisasi dengan Partisipasi dalam STT (ryx1) |
0,636 |
0,138 |
0,000 |
Konformitas dengan Partisipasi dalam STT (ryx1) |
0,489 |
0,138 |
0,000 |
Tabel 7
Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Penelitian
No |
Hipotesis |
Kesimpulan |
1 |
Hipotesis Mayor: Terdapat hubungan positif antara rasa memiliki pada organisasi dan konformitas terhadap partisipasi perempuan dalam Sekaa Teruna Teruni |
Diterima |
2 |
Hipotesis Minor:
terhadap tingkat partisipasi perempuan dalam Sekaa Teruna Teruni.
perempuan dalam Sekaa Teruna Teruni |
Diterima Diterima |
104
Discussion and feedback