Asertivitas Mahasiswa Organisatoris Ditinjau dari Kecerdasan Emosional dan Jenis Kelamin
on
Jurnal Psikologi Udayana 2022, Vol.9, No.1, 11-22
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 2654 4024; p-ISSN: 2354 5607
DOI: 10.24843/JPU/2022.v09.i01.p02
Asertivitas mahasiswa organisatoris ditinjau dari kecerdasan emosional dan jenis kelamin
Ni Made Ayu Krisna Dwilestari dan Putu Nugrahaeni Widiasavitri
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Abstrak
Asertivitas ialah kemampuan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, kebutuhan, dan keinginan dengan percaya diri yang tidak merugikan diri sendiri maupun melanggar hak orang lain. Dalam kehidupan perkuliahan, mahasiswa tidak hanya fokus pada kegiatan akademik tetapi juga non-akademik, seperti organisasi mahasiswa. Ketika mengikuti organisasi, mahasiswa dihadapkan pada situasi-situasi yang memerlukan kemampuan asertivitas. Asertivitas dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yakni kecerdasan emosional dan jenis kelamin. Penelitian kuantitatif ini mempunyai tujuan untuk mengetahui peran kecerdasan emosional dan jenis kelamin terhadap asertivitas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang sedang mengikuti organisasi mahasiswa. Subjek penelitian ini ialah 120 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang sedang mengikuti organisasi mahasiswa. Terdapat dua alat ukur yang dipergunakan, yaitu skala asertivitas dan skala kecerdasan emosional. Penelitian ini mempergunakan analisis kovarian atau ANCOVA sebagai teknik analisis data. Hasil analisis menunjukkan nilai signifikansi pada corrected model sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan kecerdasan emosional dan jenis kelamin secara bersama-sama berperan terhadap asertivitas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang sedang mengikuti organisasi mahasiswa.
Kata kunci: Asertivitas, jenis kelamin, kecerdasan emosional, mahasiswa, organisasi mahasiswa.
Abstract
Assertiveness is the ability to express thoughts, feelings, needs, and desires with confidence that does not harm yourself or violate the rights of others. In college life, students do not just focus on academic activities but also non-academics, such as student organizations. When participating in organizations, students are faced with some situations that require assertiveness skills. Assertiveness can be influenced by two factors, including emotional intelligence and gender. This quantitative research aims to determine the role of emotional intelligence and gender on the assertiveness of Udayana University Medical Faculty students participating in student organizations. The subjects of this research were 120 students of Udayana University Medical Faculty students participating in student organizations. There are two measuring instruments used in this research, that are assertiveness scale and emotional intelligence scale. This research used analysis of covariance or ANOVA as data analysis technique. The results show the significance value on the corrected model is 0.000 (p <0,05). These results show that emotional intelligence and gender altogether contribute to the assertiveness of Udayana University Medical Faculty Students participating in student organizations.
Keyword: Assertiveness, emotional intelligence, gender, students, student organizations.
LATAR BELAKANG
Asertivitas merupakan cara berkomunikasi dengan jelas dan percaya diri yang memungkinkan individu untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, kebutuhan, dan keinginan tanpa melanggar hak orang lain (Hanks, 2016). Potts dan Potts (2013) menjelaskan bahwa individu yang asertif memandang setiap orang sejajar dan berhak dihormati serta mendapatkan porsi komunikasi dalam jumlah yang sama. Potts dan Potts (2013) juga menyebutkan beberapa perilaku yang menunjukkan individu berperilaku asertif. Pertama, mampu membela hak tanpa menyakiti orang lain. Kedua, mampu mengungkapkan sudut pandang secara langsung. Ketiga, mampu mengungkapkan isi hati secara terbuka dan tanpa manipulasi. Terakhir, berusaha memahami dan terlibat dengan individu lain melalui cara yang saling menguntungkan
Asertivitas merupakan sebuah keterampilan yang penting dimiliki oleh setiap individu terutama mahasiswa. Mahasiswa ialah peserta didik pada jenjang perguruan tinggi, baik negeri atau swasta maupun institusi setara lainnya (Siswoyo, 2007). Dalam kehidupan perkuliahan, mahasiswa tidak hanya berhadapan dengan hal-hal akademik atau hardskill tetapi juga pada softskill. Softskill dapat dikembangkan dengan berbagai cara. Namun, cara paling umum yang dilakukan adalah mengikuti organisasi mahasiswa.
Salah satu perguruan tinggi di Bali, yakni Universitas Udayana (Unud) menggunakan sistem Satuan Kredit Partisipasi (SKP) sebagai bentuk penilaian terhadap softskill yang dimiliki mahasiswa. Pada pedoman SKP tahun 2017, disampaikan bahwa untuk dapat lulus mahasiswa Unud harus mengumpulkan 100 poin SKP dimana 20% dari total tersebut harus berasal dari organisasi (Sinmawa Universitas Udayana, 2017). Berdasarkan pedoman tersebut, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (FK Unud) sebagai salah satu fakultas dengan organisasi mahasiswa terbanyak pun menetapkan salah satu syarat untuk mengikuti yudisium fakultas, mahasiswa harus memiliki minimal 1 bukti keikutsertaan dalam organisasi mahasiswa. Dengan demikian, mengikuti organisasi mahasiswa merupakan suatu kewajiban bagi mahasiswa FK Unud.
Ketika mengikuti organisasi, mahasiswa memiliki peluang tinggi untuk berinteraksi dengan berbagai macam individu, tidak hanya sesama mahasiswa tetapi juga dengan pejabat fakultas bahkan universitas. Selain itu, tuntutan yang dimiliki oleh mahasiswa organisatoris tentu berbeda bahkan bisa lebih banyak. Disinilah peran asertivitas dapat terlihat. Asertivitas dapat membantu mahasiswa untuk menyeimbangkan segala tuntutan yang dimiliki, mengalami stres yang lebih sedikit, mengelola waktu dengan baik, dan lebih puas terhadap perilaku diri sendiri (Potts & Potts, 2013). Selain itu, individu juga dapat membangun relasi sosial dengan sedikit rasa cemas. Dengan asertivitas, salah paham atau konflik yang mungkin muncul ketika berinteraksi dengan orang lain dapat diminimalisir.
Melihat hal-hal di atas mahasiswa tentu diharapkan untuk menunjukkan asertivitas, tetapi tidak demikian. Pada studi pendahuluan berbentuk kuantitatif yang dilakukan peneliti, ditemukan bahwa dari 32 subjek, 19 diantaranya memiliki
asertivitas sedang dan 13 sisanya tinggi (Dwilestari, 2019a). Namun, pada studi pendahuluan berbentuk kualitatif, subjek justru menyebutkan beberapa permasalahan yang dialami berkaitan dengan kurangnya asertivitas. Beberapa permasalahan tersebut adalah tidak enak menegur karena takut menimbulkan kerenggangan, sulit berkomunikasi dengan kakak tingkat dan teman, adanya miskomunikasi, kesulitan membagi waktu, senioritas, dan 81,3% dari subjek sulit menolak ajakan kepanitiaan (Dwilestari, 2019a).
Berdasarkan pemaparan di atas maka diketahui bahwa asertivitas setiap individu berbeda-beda. Hal ini terjadi karena asertivitas dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, salah satu diantaranya ialah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan memantau emosi diri serta orang lain guna mengarahkan pola pikir dan perilakunya (Mubayidh, 2006). Dalam pengertian ini mengarahkan pola pikir dan perilaku menuju arah yang asertif. Penelitian Mahadewi dan Fridari (2019) pun menunjukkan hasil bahwa kecerdasan emosional mempunyai hubungan yang signifikan dengan asertivitas.
Goleman (2019) menjelaskan salah satu bentuk aplikasi dari kecerdasan emosional dalam interpersonal adalah mampu menyampaikan keluhan sebagai kritik membangun. Perilaku tersebut pun tergolong dalam asertivitas. Dengan asertivitas, individu dapat mengelola emosi yang dirasakan sehingga emosi negatif yang bisa mengarahkan pada perilaku non-asertif atau agresif dapat diminimalisir dan perilaku asertif pun muncul. Goleman (2019) memaparkan bahwa kecerdasan emosional mempunyai lima aspek, yakni mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain.
Selain kecerdasan emosional, asertivitas pun dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin (Alberti & Emmons, 2001). Beberapa penelitian telah dilakukan di masa lalu tetapi temuan yang didapatkan berbeda-beda. Prakash dan Devi (2015) menemukan tingkat asertivitas mahasiswa sarjana di Chennai, India lebih tinggi pada laki-laki. Namun, pada penelitian Izati dkk. (2018) ditemukan bahwa asertivitas perokok pasif perempuan lebih tinggi. Sementara pada penelitian Dagnew dan Asrat (2017) tidak ditemukan perbedaan asertivitas antara mahasiswa Universitas Bahir Dar ditinjau dari jenis kelamin.
Perbedaan hasil penelitian tersebut terjadi akibat peran gender atau keyakinan irasional mengenai gender yang berkembang di masyarakat. Sebuah studi pendahuluan berbentuk kualitatif dilakukan kepada 14 ketua organisasi di FK Unud (Dwilestari, 2019b). Sebanyak 11 ketua organisasi menyebutkan selama 2-3 periode, keanggotaan organisasi didominasi oleh perempuan (Dwilestari, 2019b). Menurut subjek, hal ini terjadi karena proporsi perempuan yang lebih banyak, serta keyakinan irasional seperti jobdesc, program kerja, passion, dan karakter organisasi yang lebih cocok dengan jenis kelamin tertentu (Dwilestari, 2019b). Kemudian, dalam berpendapat juga ditemukan perbedaan antara anggota laki-laki dengan perempuan (Dwilestari, 2019b). Berdasarkan pemaparan tersebut dapat diasumsikan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan dengan asertivitas.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mendapatkan bukti empiris dengan melakukan penelitian ini.
Adapun hipotesis yang dapat dirumuskan adalah kecerdasan emosional dan jenis kelamin secara bersama-sama berperan terhadap asertivitas mahasiswa organisatoris Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Kemudian tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran kecerdasan emosional dan jenis kelamin terhadap asertivitas mahasiswa organisatoris Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat dalam menambah khazanah keilmuan bagi perkembangan Psikologi. Sementara secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa organisatoris, organisasi mahasiswa, institusi pendidikan, dan orangtua.
METODE PENELITIAN
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel terikat yang dipergunakan ialah asertivitas. Kemudian, variabel bebasnya adalah kecerdasan emosional dan jenis kelamin. Berikut ialah paparan definisi operasional dari masing-masing variabel.
Asertivitas
Asertivitas merupakan kemampuan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, kebutuhan, dan keinginan dengan percaya diri yang tidak merugikan diri sendiri maupun melanggar hak orang lain.
Kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional ialah suatu kemampuan merasakan, memahami, memantau emosi diri dan orang lain serta menerapkan daya dan kepekaan emosi secara efektif guna membantu perkembangan intelektual dan emosional.
Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan perbedaan khas pada laki-laki dan perempuan dalam kondisi biologis seperti kromosom, kondisi fisik, dan hormon sementara identitas sosial dan budaya disebut gender.
Responden
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang sedang mengikuti organisasi mahasiswa. Adapun rincian karakteristik subjek penelitian ini antara lain, pertama, subjek merupakan mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Kedua, subjek sedang berada pada jenjang minimal semester 2. Ketiga, subjek sedang mengikuti minimal satu organisasi mahasiswa.
Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik probability sampling lebih khususnya adalah teknik cluster sampling. Cluster sampling adalah teknik sampling yang membagi populasi menjadi beberapa kelompok bagian yang disebut dengan cluster (Jogiyanto, 2008)Adapun jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah 106 subjek dengan masing-masing kategori laki-laki dan perempuan berjumlah 30 subjek. Skala yang disebarkan berjumlah 123 buah tetapi hanya 120 yang memenuhi syarat untuk dianalisis.
Tempat Penelitian
Proses pengambilan data dilaksanakan mulai tanggal 27 April 2020 sampai 12 Mei 2020 dengan menggunakan bantuan google form.
Alat Ukur
Metode yang dipergunakan adalah kuantitatif dengan pengumpulan data berupa kuesioner berbentuk skala Likert. Kategori jawaban terdiri atas empat kategori dan skala yang digunakan berjumlah dua skala. Skala asertivitas berjumlah 40 item dan disusun berdasarkan aspek-aspek dari Stein dan Book (2002), yakni kemampuan mengungkapkan perasaan, kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pikiran secara terbuka, serta kemampuan mempertahankan hak-hak pribadi. Skala kecerdasan emosional berjumlah 60 item dan dirumuskan berdasarkan aspek-aspek dari Goleman (2019), yakni mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. Sementara untuk variabel jenis kelamin akan diukur melalui data identitas subjek pada skala yang diberikan.
Sebelum melakukan pengambilan data, dilaksanakan proses uji coba untuk mengukur validitas dan reliabilitas dua skala yang akan dipergunakan. Untuk uji validitas terdiri atas dua tahap. Uji validitas yang pertama didapatkan melalui professional judgement dari dosen pembimbing. Uji validitas kedua didapatkan dengan memperhatikan koefisien korelasi item total (rix), apabila lebih besar atau sama dengan 0,30 maka item tersebut valid (Azwar, 2015). Kemudian, reliabilitas didapatkan dengan memperhatikan nilai Alpha Cronbach, apabila diatas 0,60 maka sudah dianggap baik dan reliabel (Azwar, 2015).
Proses uji coba alat ukur dilaksanakan pada 14 April 2020 sampai 21 April 2020 dengan bantuan google form. Skala yang tersebar sebanyak 80 buah, tetapi hanya 62 yang memenuhi syarat untuk dianalisis. Hasil uji validitas skala asertivitas menunjukkan bahwa terdapat 27 item valid dengan koefisien rix berada antara 0,307 sampai 0,691. Sementara untuk reliabilitas skala asertivitas, hasil menunjukkan koefisien sebesar 0,905. Hal tersebut berarti skala asertivitas mampu mencerminkan 90,50% nilai skor murni subjek.
Hasil uji validitas skala kecerdasan emosional menunjukkan terdapat 36 item valid dengan koefisien rix berada antara 0,308 sampai 0,621. Kemudian untuk reliabilitas skala kecerdasan emosional, hasil menunjukkan koefisien sebesar 0,914. Hal tersebut berarti skala kecerdasan emosional dapat mencerminkan 91,40% nilai skor murni subjek. Dengan demikian, kedua alat ukur yang dipergunakan untuk penelitian ini valid dan reliabel.
Teknik Analisis Data
Sebelum analisis data, dilaksanakan empat uji asumsi sebagai tahap awal, yakni uji normalitas, uji homogenitas, uji linieritas, dan uji heteroskedastisitas. Setelah hal-hal di atas terpenuhi, dilanjutkan dengan uji hipotesis dengan analisis kovarian atau ANCOVA. ANCOVA merupakan sebuah teknik analisis statistika yang memadukan ANOVA dengan analisis regresi (Gunawan, 2016). Seluruh proses pengolahan data tersebut dilakukan dengan bantuan dari aplikasi pengolah data.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Subjek
Adapun jumlah subjek yang diperoleh adalah sebanyak 120 orang. Berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa sebanyak 42 orang merupakan laki-laki dan 78 orang sisanya merupakan perempuan. Mayoritas subjek berusia 19 tahun, yakni sebanyak 52 orang dan 58,3% subjek berasal dari angkatan 2019. Subjek berasal dari enam program studi dan mayoritas berasal dari program studi Sarjana Psikologi. Selain itu, berdasarkan organisasi mahasiswa yang diikuti, mayoritas berasal dari Badan Eksekutif Mahasiswa.
Deskripsi Data Penelitian
Tabel 1 (terlampir) memperlihatkan bahwa variabel asertivitas mempunyai mean teoretis sebesar 67,5 dan mean empiris sebesar 78,32. Hal ini berarti nilai empiris lebih besar dari nilai teoretis dengan perbedaan sebesar 10,82 dan nilai t sebesar 14,862 (p=0,000). Hasil tersebut bermakna subjek memiliki taraf asertivitas yang relatif tinggi. Adapun rentang skor subjek berkisar di antara 54 sampai 100. Berdasarkan hasil kategorisasi, mayoritas subjek memiliki taraf asertivitas yang tinggi, yakni sebanyak 71 orang.
Hasil pada tabel 1 juga memperlihatkan bahwa variabel kecerdasan emosional mempunyai mean teoretis sebesar 90 serta mean empiris sebesar 107,69. Hal ini berarti nilai empiris lebih besar dari nilai teoretis dengan perbedaan sebesar 17,69 dan nilai t sebesar 19,698 (p=0,000). Hasil ini bermakna subjek memiliki taraf kecerdasan emosional yang relatif tinggi. Adapun rentang skor subjek berkisar di antara 89 sampai 140. Berdasarkan hasil kategorisasi, mayoritas subjek memiliki taraf kecerdasan emosional yang tinggi, yakni sebanyak 81 orang.
Uji Asumsi
Uji pertama adalah uji normalitas residual dengan Kolmogorov-Smirnov. Nilai signifikansi yang ditemukan adalah 0,200 (p>0,05) maka diputuskan sebaran data bersifat normal. Kedua adalah uji homogenitas yang dilakukan dengan Levene Test. Adapun nilai signifikansi yang ditemukan adalah 0,969 (p>0,05) maka dapat diputuskan data pada penelitian ini berasal varians yang sama atau homogen.
Uji asumsi ketiga adalah uji linieritas yang dilakukan dengan Test for Linearity. Nilai signifikansi linearity yang ditemukan adalah 0,000 (p<0,05) sedangkan nilai signifikansi deviation from linearity yang ditemukan adalah 0,571 (p>0,05). Berdasarkan dua nilai signifikansi tersebut maka diputuskan asertivitas dan kecerdasan emosional memiliki hubungan yang linier. Keempat adalah uji heteroskedastisitas yang dilakukan dengan uji Glejser. Nilai signifikansi baik untuk variabel kecerdasan emosional dan jenis kelamin adalah 1,000 (p>0,05) maka diputuskan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Hipotesis
Uji Hipotesis Mayor
Adapun uji hipotesis yang dipergunakan adalah analisis kovarian atau ANCOVA. Hasil pada tabel 8 (terlampir) memperlihatkan bahwa nilai signifikansi pada corrected model adalah 0,000. Nilai ini menunjukkan peran simultan dari semua variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun nilai yang didapat lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) sehingga semua variabel bebas berperan simultan terhadap variabel
terikat. Dengan kata lain, hasil yang didapat adalah kecerdasan emosional dan jenis kelamin secara bersama-sama berperan terhadap asertivitas mahasiswa organisatoris Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Berdasarkan tabel 8 (terlampir), didapatkan data bahwa nilai adjusted R squared ketika dilakukan kontrol terhadap variabel kecerdasan emosional adalah 0,488. Hal tersebut berarti variabel asertivitas dapat dipaparkan oleh variabel kecerdasan emosional dan jenis kelamin sebesar 48,8 %. Namun pada tabel 9 (terlampir), yakni ketika tidak dilakukan kontrol pada variabel kecerdasan emosional nilai adjusted R squared berubah menjadi 0,06. Hal ini berarti variabel asertivitas dapat dipaparkan oleh variabel jenis kelamin sebesar 0,6 %. Adanya peningkatan sebesar 48,2 % setelah dilakukan kontrol pada variabel kecerdasan emosional menunjukkan bahwa model menjadi lebih baik serta peran kecerdasan emosional lebih besar dari jenis kelamin.
Uji Hipotesis Minor
Nilai signifikansi pada variabel kecerdasan emosional memperlihatkan nilai 0,000. Nilai tersebut juga lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Hasil ini bermakna kecerdasan emosional berperan terhadap asertivitas mahasiswa organisatoris Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Kemudian, nilai signifikansi pada variabel jenis kelamin memperlihatkan nilai 0,011. Nilai ini pun lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) sehingga jenis kelamin berperan terhadap asertivitas mahasiswa organisatoris Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui kontribusi dari kecerdasan emosional dan jenis kelamin terhadap asertivitas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang sedang mengikuti organisasi mahasiswa. Berdasarkan hasil analisis data, yakni analisis kovarian atau ANCOVA didapatkan hasil bahwa pernyataan pada hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hipotesis tersebut menyatakan bahwa kecerdasan emosional dan jenis kelamin secara bersama-sama berperan terhadap asertivitas mahasiswa organisatoris Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hal ini tercermin dari nilai signifikansi pada bagian corrected model yang menunjukkan nilai 0,000 (p<0,05). Hasil ini memiliki arti bahwa pada tingkat kepercayaan 95%, kecerdasan emosional dan jenis kelamin memiliki peran terhadap asertivitas mahasiswa organisatoris Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian dari Mahadewi dan Fridari (2019) yang juga menemukan bahwa kecerdasan emosional dan asertivitas memiliki hubungan yang signifikan. Melalui kecerdasan emosional, individu akan dibantu untuk bisa mengarahkan pola pikir serta perilaku menuju asertif. Ketika seseorang asertif, dirinya akan mampu mengungkapkan sudut pandang secara langsung. Hal ini sejalan dengan aplikasi kecerdasan emosional dalam hubungan interpersonal, yakni menyampaikan keluhan sebagai kritik membangun (Goleman, 2019). Ketika individu mampu mengelola emosi yang dimiliki, maka emosi-emosi
negatif yang dapat mengarahkan pada perilaku agresif atau non-asertif pun dapat diminimalisir.
Penelitian lain yang juga mendapatkan penemuan serupa adalah penelitian Izati dkk. (2018) yang memperoleh hasil, yakni ditemukan perbedaan signifikan pada asertivitas perokok pasif laki-laki dengan perempuan. Rathus dan Nevid (2016) menyebutkan bahwa di kehidupan sosial, laki-laki dan perempuan mempunyai peran gender tertentu yang merupakan hasil dari harapan masyarakat. Laki-laki cenderung diharapkan untuk bersikap percaya diri, realistis dan cakap (Rathus & Nevid, 2016). Sementara perempuan diharapkan untuk bersikap lembut, patuh, dan pemalu (Rathus & Nevid, 2016). Harapan-harapan ini pun lambat laun tertanam pada diri individu dan memengaruhi perilakunya, termasuk asertivitas.
Selanjutnya, nilai adjusted R squared menunjukkan nilai 0,488. Hal tersebut berarti variabel asertivitas dapat dipaparkan oleh variabel kecerdasan emosional dan jenis kelamin sebesar 48,8 % sementara 51,2 % lainnya dipaparkan oleh variabel yang tidak diteliti di penelitian ini. Sebelum dilakukan kontrol terhadap variabel kecerdasan emosional, nilai adjusted R squared menunjukkan nilai 0,06 yang berarti variabel asertivitas dapat dijelaskan oleh variabel jenis kelamin sebesar 0,6 %. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada nilai asertivitas, yakni sebesar 48,2 %. Peningkatan ini memiliki arti kecerdasan emosional mempunyai kontribusi yang lebih besar dibandingkan jenis kelamin pada asertivitas.
Hal tersebut terjadi karena peran gender yang dimiliki laki-laki dan perempuan mengalami pergeseran. Dominasi laki-laki pada kehidupan sosial terjadi akibat perkembangan sejarah (Adler dalam Feist dkk., 2017). Maka dominasi laki-laki dapat berubah sesuai dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Seiring perkembangan zaman, karakter-karakter yang dahulu lekat dengan laki-laki juga mulai dimunculkan pada perempuan. Antara laki-laki dan perempuan juga sudah mulai tercipta kedudukan yang setara.
Hipotesis Minor I: Kecerdasan Emosional Berperan terhadap Asertivitas Mahasiswa Organisatoris Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Pada tabel 8 (terlampir), terlihat bahwa nilai signifikansi variabel kecerdasan emosional ialah 0,000 (p<0,05). Nilai ini berarti kecerdasan emosional berperan terhadap asertivitas mahasiswa organisatoris Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hasil ini sejalan dengan penelitian Mahadewi dan Fridari (2019) yang menemukan bahwa kecerdasan emosional dan asertivitas memiliki hubungan signifikan. Cooper dan Sawaf (2001) menyebutkan salah satu manfaat dari kecerdasan emosional adalah dapat berkomunikasi dengan jujur dan terbuka. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri dari asertivitas yakni, mengungkapkan isi hati secara terbuka dan tanpa manipulasi (Potts & Potts, 2013).
Individu yang asertif memiliki kepercayaan bahwa setiap orang termasuk individu tersebut memiliki kedudukan yang sejajar dan berhak untuk menerima rasa hormat dan komunikasi dalam jumlah yang sama (Potts & Potts, 2013).
Untuk dapat memposisikan dirinya dengan sejajar dengan orang lain, individu harus mengembangkan kemampuan mengenali emosi orang lain atau disebut juga empati. Empati sendiri juga termasuk ke dalam aspek kecerdasan emosional (Goleman, 2019). Adanya empati menyebabkan individu lebih berhati-hati dalam memilih respon yang akan ditunjukkan kepada orang lain agar tidak bersifat menyakiti atau melanggar hak orang lain.
Aspek lain dari kecerdasan emosional adalah kemampuan mengelola emosi atau disebut juga regulasi emosi (Goleman, 2019). Regulasi emosi merupakan suatu kemampuan mengendalikan emosi agar ekspresi yang dimunculkan tepat sehingga tercipta keseimbangan dalam diri (Goleman, 2019). Dengan regulasi emosi, individu akan mampu untuk mengatur emosi yang diekspresikan sehingga tidak berlebihan atau justru tidak terekspresi sama sekali. Hal ini berarti prinsip asertivitas pun dapat dilakukan, yakni mampu mengekspresikan diri tanpa mengganggu hak orang lain (Hanks, 2016). Penjelasan ini pun didukung oleh penelitian Ayu (2020) yang menemukan bahwa regulasi emosi berperan terhadap asertivitas mahasiswa.
Hipotesis Minor II: Jenis Kelamin Berperan terhadap Asertivitas Mahasiswa Organisatoris Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Kemudian pada tabel 8 (terlampir), juga terlihat nilai signifikansi variabel jenis kelamin ialah 0,011 (p<0,05). Nilai tersebut berarti jenis kelamin berperan terhadap asertivitas mahasiswa organisatoris Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.... Hasil ini searah dengan penelitian Prakash dan Devi (2015) yang menemukan perbedaan tingkat asertivitas pada mahasiswa di Chennai dikaji dari jenis kelamin, yakni asertivitas pada mahasiswa laki-laki lebih tinggi. Selain itu, penelitian Perceka dkk. (2019) pun mendapatkan hasil yang serupa, yakni terdapat perbedaan asertivitas dikaji dari jenis kelamin dimana lebih tinggi pada mahasiswa laki-laki. Hasil-hasil ini mendukung pernyataan Alberti dan Emmons (2001) yang menyebutkan jenis kelamin sebagai salah satu faktor dari asertivitas.
Adanya peran jenis kelamin terhadap asertivitas erat kaitannya dengan identitas sosial dan budaya individu, yakni gender. Pada kehidupan sosial, laki-laki dan perempuan mempunyai keyakinan-keyakinan irasional yang telah ditanamkan sejak kecil. Perempuan dipandang tergantung, lemah, patuh, lembut, dan pemalu sementara laki-laki dipandang percaya diri, agresif, cakap, dan realistis (Rathus & Nevid, 2016). Pada dasarnya, kondisi psikis laki-laki dengan perempuan adalah sama, tetapi perlakuan sosial yang menciptakan perbedaan (Adler dalam Feist dkk., 2017). Umumnya, laki-laki diletakkan pada posisi dominan sementara perempuan pada posisi inferior. Akibatnya perempuan pun takut mengutarakan pikiran dan perasaannya dan menjadi kurang asertif. Hal ini pun dapat menjelaskan alasan asertivitas pada laki-laki lebih tinggi.
Namun, hal ini tidak bersifat permanen. Tidak selalu laki-laki memiliki asertivitas yang lebih tinggi. Pernyataan ini dapat dibuktikan melalui beberapa penelitian terdahulu yang mendapatkan temuan berbeda-beda. Seperti penelitian Izati
dkk. (2018) yang menemukan bahwa asertivitas perokok pasif pada perempuan lebih tinggi. Kemudian, penelitian Parray dan Kumar (2016) serta Shafiq dkk. (2015) yang tidak menemukan perbedaan asertivitas dikaji dari jenis kelamin.
Hasil analisis lanjutan (terlampir) pada penelitian ini, yakni uji komparasi pun menunjukkan hal serupa. Nilai signifikansi pada t hitung menunjukkan nilai 0,187 (p>0,05). Nilai tersebut memiliki arti, yakni tidak ditemukan perbedaan asertivitas mahasiswa organisatoris Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ditinjau dari jenis kelamin. Hasil ini didapatkan dalam kondisi variabel kecerdasan emosional tidak dikontrol. Salah satu penjelasan terhadap hasil-hasil tersebut terjadi perubahan pada struktur sosial di masyarakat. Terlebih khusus pada keyakinan irasional mengenai laki-laki dan perempuan. Karakteristik-karakteristik yang dahulu dianggap hanya dimiliki oleh laki-laki, kini pun telah dimiliki oleh perempuan.
Pada hasil kategorisasi subjek untuk variabel asertivitas, ditemukan bahwa mayoritas subjek berada pada kategori tinggi. Hal ini terjadi karena tingkat kecerdasan emosional subjek yang tinggi. Kemudian, penyebab lainnya adalah tingkat pendidikan subjek. Alberti dan Emmons (2001) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan dapat memengaruhi perkembangan asertivitas individu. Pernyataan ini didukung oleh temuan dari Larijani dkk. (2017), yakni asertivitas pada mahasiswa keperawatan tahun terakhir lebih tinggi dibanding tahun pertama.
Kemudian, pada hasil kategorisasi subjek untuk variabel kecerdasan emosional juga ditemukan bahwa mayoritas subjek berada pada kategori tinggi. Hal ini terjadi karena keikutsertaan subjek dalam organisasi mahasiswa. Penelitian Fujiantari dan Rachmatan (2016) menemukan bahwa terdapat perbedaan kecerdasan emosional ditinjau dari keaktifan mahasiswa dalam mengikuti organisasi mahasiswa. Lebih lanjut dipaparkan bahwa tingkat kecerdasan emosional lebih tinggi dimiliki oleh mahasiswa yang aktif mengikuti organisasi mahasiswa. Hasil tersebut pun sesuai dengan penjelasan Goleman (2019) yang menyebutkan lingkungan pendidikan memengaruhi perkembangan kecerdasan emosional.
Kelemahan dalam penelitian ini terletak pada proses pengambilan data yang sepenuhnya dilakukan secara daring. Hal ini terjadi karena penelitian ini dilakukan pada masa terjadinya pandemi COVID-19 di Indonesia. Dengan pengambilan data secara daring, peneliti tidak dapat mengontrol kesiapan serta kesungguhan subjek dalam proses pengisian skala. Namun demikian, peneliti tetap melakukan beberapa upaya agar data yang didapatkan tetap valid. Upaya-upaya tersebut adalah memastikan kesediaan subjek sebagai bagian dari penelitian, memastikan bahwa subjek berada pada waktu luang, memberikan penjelasan dengan detail terkait pengisian skala, siaga menunggu subjek selama mengisi skala, dan memeriksa kembali setiap skala yang telah diisi subjek sehingga tidak ada subjek yang mengisi dua kali.
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh adalah kecerdasan emosional dan jenis kelamin secara simultan berperan terhadap asertivitas mahasiswa organisatoris Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Lebih lanjut, kontribusi lebih besar ditunjukkan oleh variabel kecerdasan emosional. Hal ini berkaitan dengan adanya pergeseran peran gender di masyarakat. Hasil analisis lanjutan pun sejalan, yakni asertivitas mahasiswa laki-laki dengan perempuan tidak berbeda dalam kondisi kecerdasan emosional tidak dikontrol.
Adapun saran yang dapat diberikan adalah bagi mahasiswa untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan asertivitas serta kecerdasan emosional yang dimiliki dengan cara mengikuti pelatihan dan mengaplikasikan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, bagi organisasi mahasiswa untuk dapat merancang program kerja yang dapat meningkatkan asertivitas dan kecerdasan emosional. Ketiga, bagi institusi pendidikan dapat memfasilitasi program kerja dari organisasi mahasiswa serta meninjau kembali kegiatan akademik yang telah dilakukan. Keempat, bagi orangtua dapat mengajarkan anak secara dini dan bertahap mengenai asertivitas, kecerdasan emosional, dan kesetaraan gender. Terakhir, bagi peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah dan variasi sampel agar data yang diperoleh lebih representatif.
DAFTAR PUSTAKA
Alberti, R., & Emmons, M. (2001). Your perfect right: Hidup lebih bahagia dengan mengungkapkan hak. PT. Gramedia.
Ayu, W. T. (2020). Konsep Diri , Regulasi Emosi Dan Asertivitas Pada Mahasiswa. Philanthropy Journal of Psychology, 4, 25–33.
Azwar, S. (2015). Reliabilitas dan validitas (4th ed.). Pustaka Belajar.
Cooper, R. K., & Sawaf, A. (2001). Executuve EQ: Kecerdasan emosional dalam kepemimpinan dan organisasi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dagnew, A., & Asrat, A. (2017). The Role of Parenting Style and Gender on Assertiveness among Undergraduate Students in Bahir Dar University. Saudi Journal of Humanities and Social Sciences, 2, 223–229.
https://doi.org/10.21276/sjhss.2017.2.3.4
Dwilestari, N. M. A. K. (2019a). Gambaran asertivitas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang sedang mengikuti organisasi mahasiswa. Artikel Studi Pendahuluan.
Dwilestari, N. M. A. K. (2019b). Gambaran perilaku pengurus organisasi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana berdasarkan jenis kelamin. Artikel Studi Pendahuluan.
Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T. A. (2017). Teori kepribadian buku 1. Sage Publication Ltd.
Fujiantari, D., & Rachmatan, R. (2016). Perbedaan Kecerdasan Emosional pada Mahasiswa yang Aktif dan Tidak Aktif dalam Organisasi Kemahasiswaan. Jurnal Psikohumanika, 8(2), 43–60.
Goleman, D. (2019). Emotional intelligence. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gunawan, I. (2016). Pengantar statistika inferensial. PT. Raja Grafindo Persada.
Hanks, J. D. A. (2016). The Assertiveness Guide for Women. New Harbingers Publication, Inc.
Izati, N., Juniarly, A., & Rachmawati. (2018). Asertivitas perokok pasif ditinjau dari tingkat pengetahuan tentang rokok dan jenis kelamin. Jurnal Psikologi Teori Dan Terapan, 8(2), 91–100.
Jogiyanto. (2008). Metodologi penelitian sistem informasi. CV.
Amdo Offset.
Larijani, T. T., Aghajani, M., Zamani, N., & Ghadirian, F. (2017).
Assertiveness and the Factors Affecting it Among Nursing
Students of Tehran University of Medical Sciences.
International Journal of New Technology and Research [IJNTR], 3(5), 34–38.
Mahadewi, P. D. S., & Fridari, I. G. A. D. (2019). Peran harga diri dan kecerdasan emosional terhadap perilaku asertif mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Psikologi Udayana, 6(3), 1359–1369.
Mubayidh, M. (2006). Kecerdasan dan kesehatan emosional anak.
Pustaka al-Kautsar.
Parray, W. M., & Kumar, S. (2016). Assertiveness among
Undergraduate Students of the University Assertiveness among Undergraduate Students of the. The International Journal of Indian Psychology, 4(76), 283–291.
Perceka, M. Z., Fahmi, I., & Kurniadewi, E. (2019). Identitas Etnik dan Asertivitas Mahasiswa Suku Sunda. Jurnal Psikologi Islam Dan Budaya, 2(2), 139–152.
https://doi.org/10.15575/jpib.v2i2.5641
Potts, C., & Potts, S. (2013). Assertiveness: How To Be Strong in
Every Situation. Capstone Publishing.
Prakash, N. R., & Devi, S. N. (2015). Assertiveness Behaviour of
Undergraduate Students. Scholarly Research Journal for Interdisciplinary Studies, 3(16), 2566–2575.
Rathus, S. A., & Nevid, J. S. (2016). Psychology and The Challenges
of Life: Adjustment and Growth (13th ed.). John Wiley and Sons, Inc.
Shafiq, S., Naz, R. A., & Yousaf, B. (2015). Gender Differences
between Assertiveness and Psychological Well Being among University Students. Educational Research International, 4.
Sinmawa Universitas Udayana. (2017). Peraturan rektor Universitas
Udayana nomor 9 tahun 2017 tentang pedoman satuan kredit partisipasi mahasiswa Universitas Udayana. https://sinmawa.unud.ac.id
Siswoyo, D. (2007). Ilmu pendidikan. UNY Press.
Stein, S. J., & Book, H. E. (2002). Ledakan EQ: 15 Prinsip dasar
kecerdasan emosional meraih sukses. Kaifa.
LAMPIRAN
Tabel 1
Deskripsi Data Penelitian
Variabel Penelitian |
N |
Mean Teoretis |
Mean Empiris |
Standar Deviasi Teoretis |
Standar Deviasi Empiris |
Sebaran Teoretis |
Sebaran Empiris |
t |
Asertivitas |
120 |
67,5 |
78,32 |
13,5 |
7,973 |
27-108 |
54-100 |
14,862 (p=0,000) |
Kecerdasan Emosional |
120 |
90 |
107,69 |
18 |
9,839 |
36-144 |
89-140 |
19,698 (p=0,00) |
Tabel 2
Kategorisasi Asertivitas
Rentang Nilai |
Kategori Jumlah Persentase |
X < 47,25 47,25 < X < 60,75 60,75 < X < 74,25 74,25 < X < 87,75 87,75 < X |
Sangat Rendah 0 0 % Rendah 1 0,8 % Sedang 37 30,8 % Tinggi 71 59,2 % Sangat tinggi 11 9,2 % Total 120 100 % |
Tabel 3
Kategorisasi Kecerdasan Emosional
Rentang Nilai |
Kategori |
Jumlah |
Persentase |
X < 63 |
Sangat Rendah |
0 |
0 % |
63 < X < 81 |
Rendah |
0 |
0 % |
81 < X < 99 |
Sedang |
18 |
15,0 % |
99 < X < 117 |
Tinggi |
81 |
67,5 % |
117 < X |
Sangat tinggi |
21 |
17,5 % |
Total |
120 |
100 % |
Tabel 4
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Residual for AV
N |
120 | |
Normal Parametersa,b |
Mean |
.0000 |
Std. Deviation |
5.65483 | |
Most Extreme Differences |
Absolute |
.063 |
Positive |
.051 | |
Negative |
-.063 | |
Test Statistic |
.063 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) |
.200c,d |
-
a. Test distribution is Normal.
-
b. Calculated from data.
-
c. Lilliefors Significance Correction.
-
d. This is a lower bound of the true significance.
Tabel 5
Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic |
df1 |
df2 |
Sig. | |
Asertivitas Based on Mean |
.002 |
1 |
118 |
.969 |
Based on Median |
.005 |
1 |
118 |
.941 |
Based on Median and with adjusted df |
.005 |
1 |
117.546 |
.941 |
Based on trimmed mean |
.002 |
1 |
118 |
.961 |
Tabel 6
Uji Linieritas
ANOVA Table
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. | |||
AV * |
Between |
(Combined) |
4716.703 |
37 |
127.478 |
3.671 |
.000 |
KE |
Groups |
Linearity |
3540.937 |
1 |
3540.937 |
101.977 |
.000 |
Deviation from Linearity |
1175.766 |
36 |
32.660 |
.941 |
.571 | ||
Within Groups |
2847.264 |
82 |
34.723 | ||||
Total |
7563.967 |
119 |
Measures of Association
R |
R Squared |
Eta |
Eta Squared | |
Asertivitas * Kecerdasan |
.684 |
.468 |
.790 |
.624 |
Emosional |
Tabel 7
Uji Heteroskedastisitas
Parameter Estimates
Dependent Variable: Residual for AV
Parameter |
B |
Std. Error |
t |
Sig. |
95% Confidence Interval | |
Lower Bound |
Upper Bound | |||||
Intercept |
5.565E-14 |
5.800 |
.000 |
1.000 |
-11.487 |
11.487 |
KE |
-5.131E-16 |
.053 |
.000 |
1.000 |
-.106 |
.106 |
[JK=Laki-laki] |
-5.076E-15 |
1.094 |
.000 |
1.000 |
-2.167 |
2.167 |
[JK=Perempuan] |
0a |
. |
. |
. |
. |
. |
a. This parameter is set to zero because it is redundant.
Tabel 8
Hasil Uji ANCOVA dengan Kontrol Kovariat
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: |
Asertivitas | ||||
Source |
Type I Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
Corrected Model |
3758.689a |
2 |
1879.345 |
57.784 |
.000 |
Intercept |
736020.033 |
1 |
736020.033 |
22630.242 |
.000 |
KE |
3540.937 |
1 |
3540.937 |
108.872 |
.000 |
JK |
217.752 |
1 |
217.752 |
6.695 |
.011 |
Error |
3805.277 |
117 |
32.524 | ||
Total |
743584.000 |
120 | |||
Corrected Total |
7563.967 |
119 | |||
a. R Squared = .497 (Adjusted R Squared |
= .488) |
Tabel 9
Hasil Uji ANCOVA tanpa Kontrol Kovariat
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Asertivitas
Source |
Type I Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
Corrected Model |
109.600a |
1 |
109.600 |
1.735 |
.190 |
Intercept |
736020.033 |
1 |
736020.033 |
11650.939 |
.000 |
JK |
109.600 |
1 |
109.600 |
1.735 |
.190 |
Error |
7454.366 |
118 |
63.173 | ||
Total |
743584.000 |
120 | |||
Corrected Total |
7563.967 |
119 |
a. R Squared = .014 (Adjusted R Squared = .006)
Tabel 10
Hasil Uji Independent Sample T Test
Group Statistics
Jenis Kelamin |
N |
Mean |
Std. Deviation |
Std. Error Mean | |
Asertivitas |
Laki-laki |
42 |
79.62 |
7.784 |
1.201 |
Perempuan |
78 |
77.62 |
8.034 |
.910 |
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances |
t-test for Equality of Means | |||||
F Sig. |
t df |
Sig. |
Std. Error Difference |
95% Confidence Interval of the Difference | ||
(2tailed) |
Mean Difference | |||||
Lower Upper | ||||||
Asertivitas Equal | ||||||
variances not |
.002 .969 |
1.330 86.399 |
.187 |
2.004 |
1.507 |
-.991 4.999 |
assumed |
22
Discussion and feedback