Peran kekuatan karakter harapan, spiritualitas dan kebaikan terhadap resiliensi penduduk di pemukiman kumuh di Denpasar Barat
on
Jurnal Psikologi Udayana
Edisi Khusus Kesehatan Mental dan Budaya 2, 120-131
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 26544024; p-ISSN: 2354 5607
Peran kekuatan karakter harapan, spiritualitas dan kebaikan terhadap resiliensi penduduk di pemukiman kumuh di Denpasar Barat
Made Ayu Dyah Indriana Sari dan Ni Made Swasti Wulanyani
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Abstrak
Studi pendahuluan menunjukkan bahwa salah satu faktor psikologis yang dimiliki oleh penduduk di pemukiman kumuh Denpasar Barat untuk bertahan hidup adalah resiliensi. Resiliensi adalah kemampuan individu untuk mengatasi dan meningkatkan ketahanan diri terhadap situasi yang menekan dan traumatis dalam kehidupannya. Karakteristik personal yang membentuk resiliensi adalah kekuatan karakter. Kekuatan karakter adalah proses dan mekanisme yang mendasari dan menggambarkan nilai kebajikan dalam diri manusia yang memungkinkan individu berkembang dan memiliki kehidupan yang baik. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada peran Kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas dan Kebaikan terhadap resiliensi penduduk di pemukiman di Denpasar Barat. Subjek penelitian adalah 110 penduduk pemukiman kumuh yang berusia 25-60 tahun. Kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas, dan Kebaikan diukur dengan skala VIA-Character Strength milik Peterson dan Seligman. Metode regresi berganda digunakan untuk menganalisa data penelitian. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa Kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas, dan Kebaikan secara bersama-sama berperan terhadap resiliensi (R2 = 0.56 ,p < 0.05]. Artinya secara bersama-sama ketiga variabel memberikan pengaruh sebesar 56%. Kekuatan karakter Harapan dan Spiritualitas masing-masing berperan terhadap resiliensi secara signifikan (p<0.05) namun tidak demikian halnya dengan Kekuatan karakter Kebaikan (p>0.05). Temuan ini dapat diaplikasikan untuk meningkatkan resiliensi penduduk dalam berbagai komunitas.
Kata kunci: Kekuatan karakter harapan, spiritualitas, kebaikan, resiliensi, via-character strengths.
Abstract
A prior study showed that one of the psychological factors that support resident of slums in West Denpasar in surviving the detoriating environment is resiliency. Resiliency is the ability to overcome and elevate the endurance in facing traumatizing life events. Personal characteristic that shaped resiliency is character strength. Character strengths are the underlying process and mechanism that exhibits the virtue in individual that enables the invidual to flourish. This research aimed to discover the role of character strengths of Hope, Spirituality and Kindness towards resilience of slum resident in West Denpasar. The subjects of the research are 110 slums residents, aged 25-60 years old. Character strengths of Hope, Spirituality and Kindness are measured by VIA-Character Strength Scale by Peterson and Seligman. Resiliency is measured by Resilience Scale by Reivich and Shatte. Multiple regression methods is used to analyze the data. The result showed that character strengths of Hope, Spirituality and Kindness contribute to resiliency altogether (Λ2 = 0.56,p < 0.05]. Meaning that the variables contributed 56% towards resiliency. Character strength of Hope and Spirituality contribute each towards resiliency, on the contrary Kindness does not. The finds might be utilized to increase the resiliency of various community.
Keywords: character strengths of hope, spirituality, kindness, resilience, VIA-Character Strengths.
LATAR BELAKANG
Peningkatan jumlah penduduk kota-kota di Indonesia menimbulkan potensi munculnya masalah perkotaan yang serius. Salah satu masalah tersebut adalah pertumbuhan pemukiman kumuh karena meningkatnya kebutuhan terhadap lahan tempat tinggal. Definisi pemukiman kumuh menurut undang-undang No. 1 Pasal 1 ayat 13 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman adalah pemukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Berdasarkan Keputusan Walikota Denpasar tanggal 23 Juli 2012 No. 188.45/509/HK/2012 tentang Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan Pemukiman Kumuh di Kota Denpasar, terdapat 35 titik lokasi pemukiman kumuh yang tersebar di empat kecamatan, yaitu: Denpasar Barat, Denpasar Timur, Denpasar Selatan dan Denpasar Utara.
Menurut Hariyanto (dalam Wadhanti, 2015), pertumbuhan pemukiman kumuh adalah akibat dua faktor, yakni: (1) faktor yang bersifat langsung berupa faktor fisik yang dapat dilihat dari kondisi perumahan dan lingkungan, dan (2) faktor yang bersifat tidak langsung, seperti faktor ekonomi, sosial dan budaya. Pemukiman kumuh memiliki keterbatasan akses ke pelayanan kesehatan, kepadatan penduduk yang tinggi, resiko kematian dan resiko kesehatan (Ziraba, Kyobutungi & Zulu, 2011). Resiko tinggal di pemukiman kumuh juga mencakup resiko kesehatan psikologis karena penduduk di pemukiman kumuh rentan mengalami stres akibat rendahnya kualitas fasilitas, pendapatan rendah dan kerentanan hubungan dengan pemerintah yang kerap menganggap pemukiman kumuh sebagai sumber masalah (Subbaraman, dkk, 2014). Selain itu penduduk di pemukiman kumuh rentan terhadap perasaan terkucilkan dari lingkungan sosial di luar pemukiman tersebut karena kehadiran pemukiman yang dipandang negatif (Subbaraman, dkk, 2014). Kondisi yang sama terjadi di pemukiman kumuh di Denpasar Barat memiliki kualitas fasilitas sanitasi yang rendah. Rata-rata pendidikan tertinggi yang dimiliki oleh penduduk di rentang usia 25-70 tahun adalah pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pekerjaan utama penduduk adalah pedagang, tukang bangunan, cleaning service dan bekerja serabutan (Sari, 2018). Berdasarkan hasil wawancara studi pendahuluan, penduduk pemukiman kumuh merasakan stigma dan stereotipe yang tumbuh di masyarakat luar sehingga kehadiran pemukiman dipandang negatif (Sari, 2018).
Kondisi pemukiman kumuh menuntut ketahanan untuk menghadapi situasi tersebut agar penduduknya tetap berdaya dan produktif. Kemampuan individu untuk mengatasi dan meningkatkan ketahanan diri terhadap situasi yang menekan dan traumatis dalam kehidupannya disebut resiliensi (Reivich & Shatte, 2002). Resiliensi merupakan kemampuan individu untuk bertahan, mengatasi dan berkembang di tengah kesulitan (Connor & Davidson, 2003). Resiliensi dapat menjadi faktor protektif dari munculnya depresi, kecemasan, ketakutan, perasaan tidak berdaya dan berbagai emosi negatif (Wagnild, 2014).
Terbentuknya resiliensi didukung oleh faktor protektif dalam diri individu, yakni regulasi emosi, regulasi diri, fleksibilitas kognitif, efikasi diri, optimisme, empati dan keinginan mencari tantangan baru (Connor & Davidson 2003).
Faktor pendukung resiliensi adalah kekuatan karakter. Kekuatan karakter adalah proses dan mekanisme yang mendasari dan menggambarkan nilai kebajikan dalam diri manusia yang memungkinkan individu berkembang dan memiliki kehidupan yang baik (Peterson & Seligman, 2004). Menurut Martinez-Marti (2017), kekuatan karakter berkorelasi positif dengan resiliensi. Dalam hal ini kekuatan karakter memoderasi perkembangan dan kondisi kesehatan mental individu (Hall-Simmonds & McGrath, 2017). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Shoshani, Slone dan Michelle (2016) yang menyatakan bahwa kekuatan karakter berkorelasi negatif dengan gejala psikiatris. Selain memoderasi perkembangan dan kondisi mental, kekuatan karakter merupakan sumber daya psikologis yang memungkinkan individu melihat makna dari peristiwa yang dialami sehingga meningkatkan pemahaman terhadap kondisi lingkungan (Avey, Luthans, Hannah, Sweetman & Peterson, 2012). Kekuatan karakter yang positif dalam diri individu akan membentuk kondisi psikologis yang sejahtera (Peterson & Seligman, 2004).
Studi pendahuluan dilakukan dengan melibatkan penduduk di pemukiman kumuh di Denpasar Barat. Studi pendahuluan dilakukan secara kualitatif dengan mewawancarai empat penduduk mengenai faktor yang mendukung penduduk bertahan tinggal di pemukiman kumuh. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa penduduk tersebut telah menetap selama lebih dari lima tahun walau kondisi lingkungan tempat tinggal memiliki keterbatasan yang menghambat pemenuhan kebutuhan penduduk (Sari, 2018). Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa kekuatan karakter individu dapat mempengaruhi ketahanan diri dalam menghadapi situasi yang sulit dan beresiko. Kekuatan karakter yang paling berperan adalah kasih sayang, spiritualitas, kebaikan, harapan kesempatan kerja dan kenyamanan pemukiman (Sari, 2018).
Berdasarkan teori VIA-Character Strength terdapat dua puluh empat kekuatan karakter namun penelitian ini berfokus pada kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas dan Kebaikan karena berdasarkan hasil studi pendahuluan ditemukan perilaku-perilaku yang identik dengan indikator Kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas dan Kebaikan. Oleh karena itu penelitian mengenai peran Kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas dan Kebaikan terhadap resiliensi penduduk di pemukiman kumuh di Denpasar Barat perlu dilakukan untuk mengetahui peran kekuatan karakter tersebut secara lebih terukur.
METODE PENELITIAN
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah resiliensi dan variabel bebas dalam penelitian ini adalah kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas dan Kebaikan. Definisi
operasional dari masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut:
Resiliensi
Resiliensi adalah kemampuan individu untuk bertahan dan beradaptasi dalam kondisi sulit yang dialami. Resiliensi diukur menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari teori Reivich dan Shatte dengan model skala Likert 4 ruas. Semakin tinggi skor skala resiliensi maka semakin tinggi resiliensi yang dimiliki subjek.
Kekuatan karakter Harapan
Kekuatan karakter Harapan dioperasionalkan sebagai pola pikir yang berorientasi pada tujuan dengan motivasi dan perilaku untuk mencapai tujuan tersebut. Kekuatan karakter Harapan diukur menggunakan skala VIA-Character Strength dengan model skala Likert 4 ruas. Semakin tinggi skor skala maka semakin tinggi kekuatan karakter Harapan yang dimiliki subjek.
Kekuatan karakter Spiritualitas
Keyakinan terhadap nilai kehidupan yang memberikan makna kepada individu, nilai-nilai tersebut tidak selalu terikat pada nilai agama. Kekuatan karakter Spiritualitas diukur dengan skala VIA-Character Strength dengan model skala Likert 4 ruas. Semakin tinggi skor skala Spiritualitas maka semakin tinggi kekuatan karakter Spiritualitas yang dimiliki subjek.
Kekuatan karakter Kebaikan
Kekuatan karakter Kebaikan dioperasionalkan sebagai tindakan individu untuk saling mendukung yang berdasar pada afeksi tanpa ekspetasi mendapatkan timbal balik. Kekuatan karakter Kebaikan diukur dengan skala VIACharacter Strength dengan model skala Likert 4 ruas. Semakin tinggi nilai skala Kebaikan maka semakin tinggi kekuatan karakter Kebaikan yang dimiliki subjek.
Populasi dan Subjek Penelitian
Populasi penelitian adalah penduduk pemukiman kumuh di Denpasar. Penentuan sample penelitian menggunakan teknik cluster sampling. Kriteria subjek penelitian adalah: laki-laki dan perempuan, berusia 25 tahun hingga 60 tahun, dan tinggal di pemukiman kumuh di Denpasar Barat minimal setahun.
Besar sampel ditentukan melalui rumus Field (2009):
VB+104.
Keterangan:
VB: variabel bebas
Berdasarkan rumus tersebut maka besar minimal sample atau subjek penelitian adalah:
3 + 104 = 107 orang
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 berlokasi di Kampung Flores, Denpasar Barat.
Alat ukur
Alat ukur penelitian ini menggunakan skala VIA-Character Strength Harapan, Spiritualitas dan Kebaikan serta skala resiliensi. Skala VIA-Character Strengths yang digunakan diadaptasi dari skala VIA-Character Strengths milik Peterson dan Seligman (2004) dan skala resiliensi diadaptasi oleh peneliti berdasarkan teori resiliensi Reivich dan Shatte (2002).
Skala VIA-Character Strength Harapan terdiri dari 4 aitem, skala VIA-Character Strength Spiritualitas terdiri dari 6 aitem, skala VIA-Character Strength Kebaikan terdiri dari 6 aitem dan skala resiliensi terdiri dari 42 aitem. Skala resiliensi terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Skala VIA-Character Strength terdiri dari pernyataan postif (favorable). Setiap skala memiliki empat pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Uji Coba dan Pelaksanaan Penelitian
Proses uji coba alat ukur dilaksanakan selama satu minggu. Uji coba alat ukur dilakukan pada subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. Jumlah subjek yang digunakan pada tahap uji coba aitem adalah 100 orang. Dalam proses uji coba alat ukur penelitian, alat ukur penelitian berbentuk skala yang terdiri dari aitem-aitem. Skala yang diujicobakan adalah skala VIACharacter Strength dan Skala Resiliensi. Dalam skala lengkap VIA-Character Strength tercantum 24 kekuatan karakter dengan 120 aitem. Skala Kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas, Resiliensi dan Kebaikan terisi penuh namun aitem lain pada skala VIA-Character Strength tidak terisi penuh.
Proses pengambilan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2019. Sebanyak 110 skala VIACharacter Strength Harapan, Spiritualitas, Kebaikan dan resiliens diisi oleh subjek penelitian.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas konstruk dilakukan dengan analisa faktor dan Cronbach Alpha. Teknik pengukuran reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah Cronbach Alpha dimana konstruk atau variabel dapat dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0.60 (Ghozali, 2005).
Uji validitas konstruk dilakukan pada skala VIA-Character Strength Harapan, Spiritualitas dan Kebaikan. Hasil uji validitas konstruk skala VIA-Character Strength menunjukkan nilai KMO 0.76, nilai Bartlett Spherecity sebesar 458.250, nilai MSA > 0.3, loading factor > 0.3 dengan nilai kumulatif varians sebesar 48.99%. Hasil uji reliabilitas skala VIA-Character Strength Harapan adalah sebesar 0.72, skala VIA-Character Strength Spiritualitas 0.78 dan VIA-Character Strength Kebaikan sebesar 0.67.
Hasil uji validitas skala resiliensi menunjukkan nilai koefisien korelasi item total bergerak dari 0.27 – 0.66. Hasil uji reliabilitas skala konsep diri menunjukkan koefisien Alpha sebesar 0.917 yang berarti bahwa skala ini mampu
mencerminkan 91.70 % Angka tersebut menunjukkan bahwa skala ini mampu mencerminkan 91.70% nilai skor murni subjek. Skala resiliensi yang diperoleh layak digunakan untuk mengukur atribut resiliensi.
Teknik Analisis Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi berganda. Analisa dilakukan terhadap 110 kuesioner yang diisi lengkap.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data Penelitian
Hasil deskripsi penelitian variabel kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas, Kebaikan dan resiliensi, dapat dilihat pada tabel 1 (terlampir).
Hasil deskripsi statistik pada tabel 1 menunjukkan bahwa variabel kekuatan karakter Harapan memiliki mean teoritis yang lebih kecil dari mean empiris sehingga menghasilkan perbedaan sebesar 0.52 mengindikasikan bahwa subjek memiliki taraf kekuatan karakter Harapan yang tinggi.
Hasil deskripsi statistik pada tabel 1 menunjukkan bahwa variabel kekuatan karakter Spiritualitas memiliki mean teoritis yang lebih kecil dari mean empiris sehingga menghasilkan perbedaan sebesar 4.07. Mean empiris yang diperoleh lebih besar dari mean teoretis, mengindikasikan rata-rata subjek memiliki kekuatan karakter Spiritualitas yang tinggi.
Hasil deskripsi statistik pada tabel 1 menunjukkan bahwa variabel kekuatan karakter Kebaikan memiliki mean teoritis yang lebih kecil dari mean empiris sehingga menghasilkan perbedaan sebesar 6.32. Mean empiris yang diperoleh lebih besar dari mean teoretis, mengindikasikan rata-rata subjek memiliki kekuatan karakter Kebaikan yang tinggi.
Hasil deskripsi statistik pada tabel 1 menunjukkan bahwa variabel resiliensi memiliki mean teoritis yang lebih kecil dari mean empiris sehingga menghasilkan perbedaan sebesar 0.84. Mean empiris yang diperoleh lebih besar dari mean teoretis, menunjukkan bahwa rata-rata subjek memiliki resiliensi yang tinggi.
Uji Asumsi
Tabel 2 menunjukkan bahwa Variabel kekuatan karakter Harapan memiliki nilai z-Skewness sebesar -0.30 (p<3.29) dan z-Kurtosis sebesar -1.33(p<3.29). Variabel kekuatan karakter Spiritualitas memiliki nilai z-Skewness sebesar -3.91 (p<3.29) dan z-Kurtosis sebesar -1,82 (p<3.29), Variabel kekuatan karakter Kebaikan memiliki nilai z-Skewness sebesar -1,04 (p<3.29) dan z-Kurtosis sebesar -1 (p<3.29). Variabel resiliensi memiliki nilai z-Skewness sebesar 1,08 (p<3.29) dan z-Kurtosis sebesar -0,24 (p<3.29)
Tabel 3 menunjukkan hubungan linear antara variable resiliensi dengan variabel harapan dengan nilai signifikansi linearity sebesar 0.00 (p<0.05) dan signifikansi deviation from linearity sebesar 0.13 (p>0.05). Variabel resiliensi dan harapan memiliki nilai linearitas 0.00 (p<0.05) dan
signifikansi deviation from linearity sebesar 0.29 (p>0.05). Variabel resiliensi dan kebaikan memiliki nilai linearitas 0.00 (p<0.05) dan signifikansi deviation from linearity sebesar 0.55 (p>0.05).
Tabel 4 menunjukkan nilai Hasil analisa data variabel kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas dan Kebaikan menunjukkan nilai tolerance p ≥ 0,1) dan VIF ≤ 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.
Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji linearitas yang telah dilakukan maka disimpulkan data dalam penelitian ini berdistribusi normal, tidak ada multikolinearitas, dan menunjukkan hubungan yang linear sehingga dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu analisis regresi berganda.
Uji Hipotesis
Hasil uji regresi berganda variabel kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas, Kebaikan dan resiliensi adalah sebagai berikut (tabel terlampir).
Tabel 5 menunjukkan bahwa koefisien regresi (R) sebesar 0,752 dengan koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,565.
Hasil menunjukkan bahwa sumbangan variasi variabel kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas dan Kebaikan secara bersama-sama terhadap variabel resiliensi adalah 56,5% dan variabel yang tidak termasuk dalam model memberikan sumbangan sebesar 43,5%.
Tabel 6 menunjukkan bahwa F hitung adalah sebesar 45,939 dengan taraf signifikansi 0,000 (<0,05) sehingga model regresi dapat digunakan untuk memprediksi resiliensi. Dapat disimpulkan bahwa kekuatan karakter Kebaikan, Harapan dan Spiritualitas secara bersama-sama berperan terhadap resiliensi penduduk pemukiman kumuh.
Tabel 7 menunjukkan bahwa variabel Kekuatan karakter Harapan memiliki taraf signifikansi 0.000 (p<0.05). Disimpulkan bahwa kekuatan karakter Harapan berperan terhadap resiliensi. Variabel kekuatan karakter Spiritual signifikansi 0.000 (p<0.05) sehingga kekuatan karakter Spiritualitas berperan terhadap resiliensi. Variabel kekuatan karakter Kebaikan memiliki signifikansi 0.16 (p<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa kekuatan karakter Kebaikan tidak berperan terhadap resiliensi.
Rumus garis regresi berganda yang diperoleh dari hasil uji regresi berganda dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut:
Y= 74,642 +l,363x1 + 0,735X2x2 + 0.173x3
Keterangan:
Y = Resiliensi
-
X1 = Harapan
-
X2 = Spiritualitas
-
X3 = Kebaikan
Garis Regresi tersebut memiliki arti sebagai berikut:
-
a. Konstanta sebesar 74,642 menunjukkan bahwa jika tidak ada perubahan nilai pada kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas dan Kebaikan maka taraf resiliensi yang dimiliki akan sebesar 74,642.
-
b. Koefisien regresi beta X1 sebesar 1,363 artinya adalah perubahan varian nilai variabel kekuatan karakter Harapan cenderung meningkatkan varian nilai variabel resiliensi sebesar 1,363.
-
c. Koefisien regresi X2 beta sebesar 0,735 artinya adalah perubahan varian nilai pada variabel ekuatan karakter Spiritualitas, cenderung
meningkatkan varian nilai variabel resiliensi sebesar 0,735.
-
d. Koefisien regresi X3 beta sebesar 0,173 artinya adalah perubahan varian nilai pada variabel kekuatan karakter Kebaikan, maka resiliensi akan mengalami perubahan nilai sebesar 0,173. Sigifikansi kekuatan karakter senilai 0,16 sehingga kekuatan karakter Kebaikan tidak berperan terhadap resiliensi.
Rangkuman hasil uji hipotesis mayor dan hipotesis minor dalam penelitian ini dapat dilihat pada rangkuman tabel 8.
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan ditemukan bahwa kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas, dan Kebaikan berperan bersama-sama terhadap resiliensi penduduk pemukiman kumuh di Denpasar Barat. Menurut Ong dan Bergeman (dalam Khosravi dan Nikmanesh, 2014) faktor pendukung tumbuhnya resiliensi adalah harapan, kendali personal, coping dan spiritualitas. Bailey dan Snyder (dalam Shetty, 2015) juga menyatakan faktor protektif resiliensi adalah regulasi emosi, dukungan sosial, pola asuh, spiritualitas dan harapan. Penelitian dilakukan di pemukiman kumuh yang tergolong sebagai disadvantage neighborhood karena memiliki resiko tindak kriminal, kekerasan, kepadatan penduduk dan jumlah pengangguran yang tinggi. Menurut Reich, Zautra & Hall, 2010, resiko tersebut meningkatkan keenderungan masalah perilaku dan rendahnya resiliensi dalam diri individu. Penelitian Dubow (dalam Reich, Zautra & Hall, 2010) menemukan bahwa dukungan atau perilaku prososial yang diterima individu dapat mengompensasi dampak detrimental dari lingkungan yang kurang beruntung (disadvantage neighborhood) karena kebaikan berperan terhadap resiliensi dalam bentuk dukungan sosial. Keterlibatan dalam perilaku yang mengandung nilai kebaikan juga meningkatkan harapan, meningkatkan kualitas hubungan sosial sehingga meningkat kualitas ketahanan mental individu (Reich, Zautra & Hall, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan karakter Harapan berperan terhadap resiliensi. Hal ini sejalan dengan penelitian Shetty (2015) yang mengatakan bahwa harapan berperan dalam pertumbuhan resiliensi karena
harapan merupakan salah satu faktor pendukung resiliensi yang mengurangi efek dari situasi sulit yang dihadapi individu. Bailey dan Snyder (dalam Shetty, 2015) menyatakan bahwa faktor-faktor pendukung resiliensi antara lain: regulasi emosi, dukungan sosial, pola asuh, spiritualitas dan harapan. Harapan memiliki tiga aspek, yakni: tujuan, daya kehendak dan strategi (Snyder, 200). Dapat disimpulkan bahwa ketiga aspek tersebut membentuk pola pikir individu menjadi lebih fleksibel, kreatif dan menstimulasi individu untuk menciptakan cara guna menggapai tujuan individu. Individu dengan tingkat harapan yang tinggi cenderung lebih fleksibel dalam merubah tujuan apabila menghadapi kesulitan sehingga keuntungan psikologis yang diterima adalah keberhasilan mengatasi halangan (Snyder, 2000).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan karakter Spiritualitas berperan terhadap resiliensi. Hasil ini sejalan hasil penelitian Khosravi dan Nikmanesh (2014) yang menyatakan adanya asosiasi positif yang signifikan antara spiritualitas dan resiliensi. Hasil tersebut konsisten dengan hasil riset Ong dan Bergeman (dalam Khosravi & Nikmanesh, 2014) terkait komponen resiliensi, yakni: harapan, kendali personal, coping dan spiritualitas. Menurut King (dalam Khosravi & Nikmanesh, 2014) individu dengan tingkat spiritualitas yang tinggi cenderung lebih baik dalam beradaptasi dan mengatasi kesulitan dengan mengandalkan kekuatan internal. Hal ini sejalan dengan definisi spiritualitas menurut. Nilai-nilai tersebut mempengaruhi sudut pandang, makna yang dibangun dan cara individu membangun hubungan. Dalam hal ini spiritualitas berperan membantu menemukan makna dari pengalaman (King, 2009). Spiritualitas berperan memberi makna bagi individu dalam menghadapi kehidupan sehingga semakin positif makna bagi individu maka individu cenderung lebih kuat dan memiliki resiliensi yang lebih tinggi. Pandangan positif individu membantu beradaptasi dalam lingkungan karena individu memiliki nilai-nilai personal yang memengaruhi sudut pandangan individu terhadap kejadian dalam kehidupannya.
Hasil menunjukkan kekuatan karakter Kebaikan tidak berperan secara terhadap resiliensi. Berdasarkan teori VIACharacter Strength, kebaikan adalah tindakan penuh kasih yang mendorong individu untuk saling mendukung secara fisik dan psikologis. Kebaikan meliputi kepedulian terhadap kesejahteraan sesama dan mencakup saling merawat satu sama lain. Individu dengan nilai kebaikan tinggi yakin bahwa orang lain pantas untuk menerima perhatian dan afirmasi terlepas, keyakinan tersebut timbul berdasarkan rasa kemanusiaan bukan karena kewajiban. Ciri utama dari kebaikan adalah dasar afeksi dan emosional. Dasar afeksi dan emosional tersebut mendukung tumbuhnya perilaku kebaikan yang tidak beradasar pada ekspetasi timbal-balik, reputational gain dan keuntungan diri sendiri (Peterson & Seligman, 2004). Menurut Zautra, Hall dan Murray (dalam Reich, Zautra & Hall, 2010) salah satu sumber resiliensi adalah reciprocity atau timbal balik. Dalam konteks kebaikan, timbal balik termasuk dalam tindakan membalas kebaikan orang lain. Menurut sudut pandang
communitarian atau ecological social capital, salah satu pendukung tumbuhnya resiliensi adalah timbal balik atau norma bekerja sama dan kepercayaan dalam komunitas. Timbal balik dan norma bekerjasama adalah kesadaran terhadap kewajiban untuk menolong orang lain dengan anggapan bahwa kebaikan akan dibalas (Ledogar & Fleming, 2008). Berdasarkan kondisi populasi dan sampel penelitian, perlu dipertimbangkan sumber daya yang terbatas yang dimiliki individu menyulitkan untuk memberikan timbal balik sehingga melemahkan resiliensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan Karakter Harapan, Spiritualitas dan Kebaikan secara bersama-sama berperan terhadap resiliensi penduduk pemukiman kumuh di Denpasar. Karakter Harapan berperan terhadap resiliensi penduduk pemukiman kumuh di Denpasar. Mayoritas subjek memiliki tingkat Kekuatan karakter Harapan sangat tinggi. Karakter Spiritualitas berperan terhadap resiliensi penduduk pemukiman kumuh di Denpasar. Mayoritas subjek penelitian memiliki tingkat Kekuatan karakter Spiritualitas sangat tinggi. Karakter Kebaikan tidak berperan terhadap resiliensi penduduk pemukiman kumuh di Denpasar. Mayoritas subjek penelitian memiliki tingkat Kekuatan karakter Kebaikan tinggi. Mayoritas penduduk pemukiman kumuh memiliki tingkat resiliensi di kategori sedang.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka peneliti memberikan saran kepada individu terkait menjaga ketahanan kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas dan Kebaikan yang sudah ada. Kekuatan karakter Harapan dan Spiritualitas dapat dijaga kualitasnya dengan diskusi bersama dalam lingkungan dimana individu dapat berbagi pengalaman dan pendapat tentang situasi yang sedang terjadi sehingga individu dapat membantu menemukan hal positif dan makna kejadian. Kekuatan karakter Kebaikan dapat dijaga kualitasnya dengan terbuka terhadap kondisi kemampuan fisik dan psikologis satu sama lain.
Saran bagi pemerintah adalah menciptakan program pemberdayaan komunitas yang mampu memaksimalkan potensi kekuatan karakter individu. Program tersebut dapat berupa program pengembangan soft-skills dan hard-skill penduduk di pemukiman kumuh dan dapat juga diterapkan di pemukiman selain pemukiman kumuh. Selain menciptakan program pemberdayaan, pemerintah disarankan memperbaiki kualitas fasilitas di pemukiman kumuh karena kualitas fasilitas lingkungan fisik yang baik akan menjadi faktor pendukung pengembangan resiliensi.
Bagi penelitian selanjutnya disarankan meneliti peran kekuatan karakter lain terhadap resiliensi guna mengetahui kekuatan karakter yang berperan lebih besar terhadap resiliensi. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menyesuaikan isi pernyataan dalam kuisioner dengan kondisi sosial dan budaya lokasi penelitian. Peneliti disarankan menggunakan jumlah subjek yang lebih besar dan melakukan penelitian di lokasi yang beragam agar bisa digeneralisasi lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Avey, J. B., Luthans, F., Hannah, S. T., Sweetman, D., & Peterson, C. (2012). Impact of employees' character strengths of wisdom on stress and creative
performance. Human Resource Management
Journal, 22(2). 165-181. Disadur dari:
https://psycnet.apa.org/record/2012-08886-004
Azwar, S. (2016). Reliabilitas dan validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Connor, K. M., & Davidson, J. R. T. (2003). Development of a new resilience scale: The Connor-Davidson resilience scale (CD-RISC). Depression and Anxiety, 18, 76–82. doi: http://dx.doi.org/10.1002/da.10113. Disadur dari: https://www.semanticscholar.org/paper/Development-of-a-new-resilience-scale%3A-the-Scale-ConnorDavidson/cdf7e48f5b42847e1d7cabd7a4fdcb3761 a40279
Ghozali, I. (2016). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hall-Simmonds, A & McGrath, R.E (2017): Character strengths and clinical presentation, The Journal of Positive Psychology, DOI: 10.1080/17439760.2017.1365160. Disadur dari:
https://www.researchgate.net/profile/Bob_Mcgrath/public ation/319203043_Character_strengths_and_clinical_prese ntation/links/5a43dfa50f7e9ba868a792d4/Character-strengths-and-clinical-presentation.
Khosravi M., & Nikmanesh Z. (2014) Relationship of spiritual intelligence with resilience and perceived stress. Iran Journal Psychiatry Behavior Science; 8(4): 52-6. Disadur dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4364477.
King D.B., & DeCicco DB (2009). A viable model and self-report measure of spiritual intelligence. International Journal Transpersonal Study ; 28(1): 68-85. Disadur dari: https://www.researchgate.net/publication/322955820_A_ Viable_Model_and_Self-Report_Measure_of_Spiritual_Intelligence
Ledogar, R. J., & Fleming, J. (2008). Social capital and resilience: A review of concepts and selected literature relevant to Aboriginal youth resilience research. Pimatisiwin, 6(2), 25. Disadur dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2956751/
Martinez-Marti, M.L., & Ruch, W. (2014). Character strengths and well-being across the life span: data from a representative sample of German-speaking adults living in Switzerland. Frontier Psychology.
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/17439760.2 016.1163403
McNamara Barry, C., Nelson, L., Davarya, S., & Urry, S. (2010). Religiosity and spirituality during the transition to adulthood. International journal of behavioral development, 34(4), 311-324. Disadur dari:
https://www.researchgate.net/publication/240285664_Reli
giosity_and_spirituality_during_the_transition_to_adultho od.
Peterson, C., & Seligman, M. E. (2004). Character Strengths and Virtues: A Handbook and Classification.New York: American Psychological Association & Oxford University Press,
Priyanto. (2012). Belajar cepat olah data statistik dengan SPSS. Yogyakarta: CV Andi Ofset.
Reich, J. W., Zautra, A. J., & Hall, J. S. (Eds.). (2010). Handbook of adult resilience. New York, NY, US. Guilford Press.
Reivich, L., & Shatte, A (2002) The Resilience Factors: 7 Essential Skills ForOvercoming Life’s Inevitable Obstacles. New York, NY, US: Broadway Books.
Subbaraman, R., Nolan, L., Shitole, T., Sawant, K., Shitole, S., Sood, K & Patil-Deshmukh, A. (2014). The psychological toll of slum living in Mumbai, India: a mixed methods study. Social science & medicine, 119, 155. Disadur dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25189736
Sari, M.A.D.I (2018). Faktor Yang Mendukung Penduduk Bertahan Tinggal di Pemukiman Kumuh. Naskah Tidak Diterbitkan.
Shetty, V. (2015). Resiliency, hope, and life satisfaction in midlife. IOSR Journal of Humanities and Social Science (IOSR-JHSS), 20(6), 29-32.Disadur dari:
https://pdfs.semanticscholar.org/ff11/de75cda0a2efd5d1d1 ec0d275a35f70f092d.pdf.
Shoshani A dan Slone M (2016) The Resilience Function of Character Strengths in the Face of War and Protracted Conflict. Front. Psychology. 6:2. Disadur dari:https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.20 15.02006/full.
Snyder, C. R. (1994). The Psychology of Hope: You Can Get There from Here. New York, NY: Free Press.
Snyder, C. R. (Ed.). (2000). Handbook of hope: Theory, measures, and applications. New York, NY: Academic press.
Wadhanti, A. (2015). Karakter Tapak Pemukiman Kumuh di Kota Denpasar. Ruang-Space: Jurnal Lingkungan Binaan, 2(1),
1-1. Disadur dari:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/ruang/article/view/19468
Wagnild, G. M. (2014). The Resilience Scale User’s Guide. Worden, MT: Resilience Center.
Wibowo, A. 2004. Pengantar Analisis Faktor Eksporatori dan Analisis Faktor Konfirmatori. Materi Pelatihan SEM IV. Surabaya: Lemlit Universitas Airlangga.
Ziiraba, A. K., Kyobutungi, C., & Zulu, E. M. (2011). Fatal injuries in the slums of Nairobi and their risk factors: results from a matched case-control study. Journal of urban health, 88(2), 256. Disadur dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21630106
LAMPIRAN
Tabel 1.
Deskripsi Data Penelitian
Standar Variabel Mean Mean Deviasi Penelitian Teoretis Empiris Teoretis |
Standar t Sebaran Sebaran Deviasi Xmin Xmax Empiris Teoretis Empiris (sig) |
Harapan 10 10.52 2 |
2.32 2.38 4 16 4-16 6-15 (0.02) |
Spiritualitas 15 19.07 3.3 |
15.37 2.77 4 24 6-24 10-24 (0.000) |
Kebaikan 15 16.32 3.3 |
4.13 3.37 4 24 6-24 9-23 (0.00) |
Resiliensi 105 105.84 21 |
6.28 42 168 42-168 91-122 1.41 (0.16) |
Tabel 2.
Uji Normalitas Data Penelitian
Statistics
Harapan |
spiritual |
kebaikan |
resiliensi | |
N Valid |
110 |
110 |
110 |
110 |
Missing |
0 |
0 |
0 |
0 |
Mean |
10,5273 |
19,0727 |
16,6273 |
105,8455 |
Median |
11,0000 |
19,5000 |
17,0000 |
106,0000 |
Mode |
10,00 |
20,00 |
18,00 |
106,00 |
Skewness |
-,078 |
-,900 |
-,242 |
-,254 |
Std. Error of Skewness |
,230 |
,230 |
,230 |
,230 |
Kurtosis |
-,604 |
,822 |
-,458 |
-,119 |
Std. Error of Kurtosis |
,457 |
,457 |
,457 |
,457 |
Minimum |
6,00 |
10,00 |
9,00 |
92,00 |
Maximum |
15,00 |
24,00 |
23,00 |
122,00 |
Tabel 3.
Uji Linearitas Data Penelitian
ANOVA Table
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. | |||
resiliensi * |
Between |
(Combined) |
2278,993 |
9 |
253,221 |
12,453 |
,000 |
Harapan |
Groups |
Linearity |
2017,069 |
1 |
2017,069 |
99,198 |
,000 |
Deviation from Linearity |
261,924 |
8 |
32,741 |
1,610 |
,131 | ||
Within Groups |
2033,380 |
100 |
20,334 | ||||
Total |
4312,373 |
109 |
ANOVA Table
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. | |||
resiliensi * |
Between Groups |
(Combined) |
718,480 |
14 |
51,320 |
1,357 |
,190 |
kebaikan |
Linearity |
272,209 |
1 |
272,209 |
7,195 |
,009 | |
Deviation from Linearity |
446,271 |
13 |
34,329 |
,907 |
,548 | ||
Within Groups |
3593,893 |
95 |
37,830 | ||||
Total |
4312,373 |
109 |
ANOVA Table
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. | |||
resiliensi * |
Between |
(Combined) |
1835,660 |
13 |
141,205 |
5,473 |
,000 |
spiritual |
Groups |
Linearity |
1462,299 |
1 |
1462,299 |
56,680 |
,000 |
Deviation from Linearity |
373,361 |
12 |
31,113 |
1,206 |
,290 |
Within Groups |
2476,712 |
96 |
25,799 | ||
Total |
4312,373 |
109 |
Tab el 4
Uji Mul tiko
linearitas Data Penelitian
Coefficientsa Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Correlations Statistics Std. Zero- | |
Model |
B Error Beta t Sig. order Partial Part Tolerance VIF |
(Constant) |
74.642 3.171 23.537 .000 |
Harapan |
1.363 .192 .516 7.090 .000 .684 .567 .454 .775 1.291 |
spiritual |
.735 .165 .325 4.456 .000 .582 .397 .285 .772 1.295 |
kebaikan |
.173 .123 .093 1.414 .160 .251 .136 .091 .951 1.052 |
a. Dependent Variable: resiliensi
Tabel 5.
Hasil Uji Regresi Berganda Data Penelitian
Model Summaryb
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
Change Statistics |
Durbin-Watson | ||||
R Square Change |
F Change |
df1 |
df2 |
Sig. F Change | ||||||
1 |
,752a |
,565 |
,553 |
4,20558 |
,565 |
45,939 |
3 |
106 |
,000 |
2,011 |
a. Predictors: (Constant), kebaikan, Harapan, spiritual
-
b. Dependent Variable: resiliensi
Tabel 6.
Hasil Uji Regresi Berganda Signifikansi F
ANOVAa
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
1 Regression |
2437,560 |
3 |
812,520 |
45,939 |
,000b |
Residual |
1874,813 |
106 |
17,687 | ||
Total |
4312,373 |
109 |
a. Dependent Variable: resiliensi
b. Predictors: (Constant), kebaikan, Harapan, spiritual
Tabel 7.
Hasil Uji Regresi Berganda Nilai Koefisien Beta dan Nilai T Variabel Self-Regulated Learning dan Konsep Diri Terhadap Prestasi Akademik
Coefficientsa
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
Correlations |
Collinearity Statistics | |||
B |
Std. Error |
Beta |
Zeroorder |
Partial Part |
Tolerance |
VIF | |||
(Constant) |
74.642 |
3.171 |
23.537 |
.000 | |||||
Harapan |
1.363 |
.192 |
.516 |
7.090 |
.000 |
.684 |
.567 .454 |
.775 |
1.291 |
spiritual |
.735 |
.165 |
.325 |
4.456 |
.000 |
.582 |
.397 .285 |
.772 |
1.295 |
kebaikan |
.173 |
.123 |
.093 |
1.414 |
.160 |
.251 |
.136 .091 |
.951 |
1.052 |
a. Dependent Variable: resiliensi
Tabel 8
Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Penelitian
No |
Hipotesis Hasil |
1 |
Hipotesis Mayor: Kekuatan karakter Harapan, Spiritualitas dan Kebaikan berperan terhadap resiliensi penduduk di pemukiman kumuh di Diterima Denpasar Barat |
2 |
Hipotesis Minor:
|
131
Discussion and feedback