Peran komunikasi interpersonal dan problem focused coping terhadap stres mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi
on
Jurnal Psikologi Udayana
Edisi Khusus Psikologi Pendidikan, 88-98
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 26544024; p-ISSN: 2354 5607
Peran komunikasi interpersonal dan problem focused coping terhadap stres mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi
Made Pramesti Mayasari dan Luh Kadek Pande Ary Susilawati
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana [email protected]
Abstrak
Proses penyusunan skripsi dapat menyebabkan stres bagi mahasiswa. Stres merupakan suatu situasi yang mengancam dan menuntut individu untuk melakukan penyesuaian dan adaptasi terhadap kondisi tersebut. Komunikasi interpersonal yang terjalin antara mahasiswa dan dosen pembimbing dapat memengaruhi stres mahasiswa. Stres dapat dikelola dengan penggunaan strategi koping yang efektif. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui peran komunikasi interpersonal dan problem focused coping terhadap stres Mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi. Subjek dalam penelitian ini adalah 83 orang Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala stres, skala komunikasi interpersonal dan skala problem focused coping. Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini ialah regresi berganda. Hasil uji regresi berganda menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,754, nilai koefisien determinasi sebesar 0,568 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (P<0,05) dengan koefisien beta terstandarisasi pada variabel komunikasi interpersonal -0,747 dan problem focused coping sebesar -0,010. Hasil tersebut menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal dan problem focused coping secara bersama-sama berperan menurunkan taraf stres Mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi.
Kata Kunci: Komunikasi interpersonal, mahasiswa, problem focused coping, skripsi, stres
Abstract
The process of composing an undergraduate thesis may cause stress on students. Stress is a situation that threatens and forces a person to comply and adapt to that situation. Interpersonal communication between students and their supervisors may affect student’s stress. However, it could be managed by using effective coping strategy. This research employed quantitative method that aims to analyze The role of Interpersonal Communication and Problem Focused Coping towards Stress of Udayana University’s Students Who Are Working on Their Undergraduate Theses. The subjects of this research are 83 students of Faculty of Social and Politic of Udayana University who are currently working on their undergraduate theses. The measurement used in this research are stress scale, interpersonal communications scale, problem focused coping scale. The technique used to analyze data in this research is double regression. The result of double regression test shows regression coefficient mark at 0,754, determination coefficient mark at 0,568, and signification mark at 0,000 (P<0,05) with beta coefficiency strandarized at -0,747 for interpersonal communication variable and at -0,010 for problem focused coping. Thus, it concludes that interpersonal communication and problem focused coping altogether have a role in decreasing stress level of Udayana University’s students who are working on their undergraduate theses.
Key words: Interpersonal communication, problem focused coping, stress, student, undergraduate thesis
LATAR BELAKANG
Mahasiswa merupakan individu yang sedang dalam proses menimba ilmu dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademi, politeknik, sekolah tinggi dan juga universitas (Hartaji, 2012). Mahasiswa harus membuat skripsi sebagai syarat untuk meraih gelar akademik sekaligus menjadi tolak ukur untuk melihat sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap ilmu yang dipelajarinya melalui penelitian yang dilakukan berdasarkan fenomena atau permasalahan yang terjadi (Wahyuni & Fakhriani, 2014).
Suhapti (2009) mengatakan penyusunan skripsi yang digunakan sebagai salah satu sistem penilaian akhir di pendidikan tinggi telah ditetapkan dan diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 30/1990 pasal 15 ayat (2), yaitu: ujian dapat diselenggarakan melalui ujian semester, ujian akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis dan ujian disertasi. Peraturan tersebut ditegaskan kembali pada pasal 16 ayat (1), yaitu: ujian skripsi diadakan dalam rangka penilaian hasil belajar pada akhir studi untuk memperoleh gelar sarjana. Skripsi disusun berdasarkan penelitian terhadap suatu permasalahan yang dilakukan secara seksama dan terbimbing. Tujuan dari penulisan skripsi adalah melatih kecakapan mahasiswa dalam memecahkan masalah secara ilmiah dengan cara mengadakan penelitian, menganalisis dan menarik kesimpulan dengan membuat laporan hasil penelitian tersebut dalam bentuk skripsi (Rohmah, 2006).
Kinansih (2011) mengungkapkan kewajiban menyusun skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki ke dalam kenyataan yang dihadapi, skripsi juga menjadi suatu tolak ukur sejauh mana tingkat pemahaman mahasiswa terhadap ilmu yang dimiliki. Banyak mahasiswa tingkat akhir yang mengalami kesulitan bagaimana harus menuliskan tulisannya ke dalam bentuk karya ilmiah atau skripsi. Kesulitan-kesulitan tersebut pada akhirnya akan membuat mahasiswa menjadi stres, rendah diri, frustrasi, kehilangan motivasi, menunda penyusunan skripsi dan bahkan ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsinya. Tidak sedikit mahasiswa yang mengeluhkan dirinya stres dalam menyelesaikan skripsi atau tugas akhir.
Sarafino (2011) mengungkapkan stres adalah suatu kondisi individu yang merupakan hasil dari transaksi antara individu dengan lingkungan yang mengarahkan individu untuk melihat perbedaan antara tuntutan fisik maupun psikologis dari suatu situasi dan sumber daya biologis, psikologis dan system sosial. Stres bersifat individual dan dapat merusak apabila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakan (Suryaningsih, Suci & Nugraha, 2016).
Studi pendahuluan yang dilakukan di Universitas Udayana ditemukan bahwa terdapat Hal-hal yang menyebabkan stres bagi ketiga belas mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi diantaranya adalah komunikasi yang kurang baik dengan dosen pembimbing sebesar 15,4%, dosen pembimbing yang sulit dihubungi sebesar 15,4%, dosen
pembimbing yang sulit ditemui sebesar 15,4%, pertanyaan dosen pembimbing saat bimbingan sebesar 23,1%, mendapatkan banyak revisi sebesar 7,7%, kesulitan mencari referensi sebesar 15,4%, kesulitan memperoleh data sebesar 15,4%, tuntutan dari orangtua sebesar 7,7%, melihat teman-teman yang lain sudah lulus sebesar 7,7%, penilaian yang kurang baik terhadap diri sendiri sebesar 30,8% dan penilaian yang kurang baik kepada dosen pembimbing sebesar 15,4%, penyusunan skripsi merupakah hal yang dianggap baru oleh mahasiswa sebesar 7,7% serta banyak tugas dengan batas waktu yang singkat sebesar 7,7%.
Ketiga belas mahasiswa menunjukkan gejala stres baik gejala biologis, emosi, kognitif serta perilaku sosial. Adapun gejala biologis yang dialami umumnya adalah jantung berdebar dengan lebih cepat dan bahkan terdapat mahasiswa yang mengalami sakit, sulit untuk tidur dan tidak enak makan. Sementara itu gejala emosi umumnya adalah cemas, tertekan, takut, gelisah, tegang, mudah marah dan menangis. Gejala kognitif yang ditunjukkan adalah merasa pikiran menjadi buntu ketika mengerjakan skripsi serta gejala perilaku sosial yang ditunjukkan adalah perasaan malas untuk berkumpul dengan teman-teman (Mayasari, 2018).
Mahasiswa dalam menyusun skripsi harus melalui proses bimbingan yang dilakukan dengan dosen pembimbing. Proses bimbingan yang dilakukan tersebut, di dalamnya tentu terdapat komunikasi interpersonal. Tidak dapat dipungkiri bahwa peran dosen pembimbing sangat besar bagi mahasiswa dalam proses penyusunan skripsi. Dosen pembimbing bertugas dalam memberikan arahan yang membangun baik dari segi teknis penulisan, isi, serta metode yang digunakan dalam penelitian skripsi tersebut. Dosen pembimbing juga wajib untuk memeriksa dan mengarahkan mahasiswa bimbingan pada setiap hasil kerja mahasiswa serta mengembangkan segala potensi yang dimiliki mahasiswa dalam proses pengerjaan skripsi tersebut. Dosen pembimbing memiliki hak memberikan saran, baik saran perubahan ataupun saran perbaikan terhadap hasil kerja penulisan skripsi yang dilakukan oleh mahasiswa bimbingannya (Darmono & Ani, 2014).
Proses membimbing, mengarahkan dan memberikan saran akan terjadi apabila terdapat suatu komunikasi antara dosen pembimbing dengan mahasiswanya. Proses komunikasi antara dosen pembimbing dan mahasiswa ini kemudian disebut dengan komunikasi interpersonal. Wahyuningsih (2016) mengungkapkan komunikasi interpersonal merupakan suatu proses penyampaian dan penerimaan lambang yang mengandung makna, baik berupa pengetahuan maupun informasi dan melibatkan paling sedikit dua individu (komunikator dan komunikan) yang memiliki sifat, nilai-nilai, pendapat, sikap, pikiran dan perilaku yang khas satu sama lainnya.
Pada kenyataannya komunikasi interpersonal yang terjalin antara mahasiswa dan dosen pembimbing tidak selalu berjalan dengan baik. Banyak mahasiswa yang mengeluh takut ketika akan melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing.
Umumnya mahasiswa takut ketika ditanya oleh pembimbing terkait hal yang telah dikerjakan, takut apabila tidak bisa menjawab pertanyaan dari dosen pembimbing dan takut apabila apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan keinginan dosen pembimbing. Rakhmat (2007) mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal yang efektif dapat membuat individu yang berada dalam proses komunikasi merasa senang, sehingga mengembangkan tumbuhnya sikap saling terbuka, sebaliknya bila komunikasi interpersonal berjalan dengan tidak efektif maka akan menyebabkan pelaku komunikasi mengembangkan sikap tegang.
Proses penyusunan skripsi memang dapat menimbulkan stres bagi para mahasiswa, namun perlu diketahui bahwa tingkat stres setiap mahasiswa dapat berbeda satu dengan yang lain. Ada mahasiswa yang memiliki tingkat stres yang rendah namun terdapat pula mahasiswa yang memiliki tingkat stres yang tinggi. Jika dikelola dengan cara yang tepat maka stres dapat teratasi dengan baik, namun jika tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan stres yang berkepanjangan. Teknik mengelola stres tersebut biasa disebut dengan strategi koping. Wahyuningsih (2016) mengungkapkan inidvidu memerlukan suatu strategi koping yang digunakan untuk dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan stres yang dihadapi. Andrews (dalam Amartiwi, 2008) mengungkapkan bahwa problem focused coping merupakan strategi koping yang efektif dan tepat, yaitu dengan menyelesaikan secara langsung masalah-masalah yang ada serta tidak menghindari masalah.
Penelitian yang dilakukan oleh Achroza (2013) mengenai hubungan antara komunikasi interpersonal dosen pembimbing mahasiswa dan problem focused coping terhadap stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa FKIP Bimbingan dan Konseling Universitas Muria Kudus menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara komunikasi interpersonal dosen pembimbing mahasiswa dan problem focused coping terhadap stres dalam menyusun skripsi. Mahasiswa yang memiliki problem focused coping yang baik akan menghadapi langsung permasalahan-permasalahan yang menimbulkan stres, seperti menyusun target yang harus dicapai, mengatur waktu antara mengerjakan skripsi dengan mengerjakan tugas yang lain serta mencari informasi dari berbagai sumber untuk membantu memecahkan permasalahannya.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui peran komunikasi interpersonal dan problem focused coping terhadap stres mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi.
METODE PENELITIAN
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah stres. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi interpersonal dan problem focused coping. Definisi operasional variabel-variabel pada penelitian ini yaitu:
Stres
Stres adalah suatu situasi atau keadaan yang mengancam dan menuntut individu untuk melakukan penyesuaian dan adaptasi terhadap kondisi tersebut.
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah suatu proses komunikasi yang melibatkan paling tidak dua individu dengan tujuan agar para individu yang terlibat dalam komunikasi dapat membangun pengetahuan pribadi dan menciptakan makna bersama satu sama lain.
Problem Focused Coping
Problem focused coping adalah adalah strategi coping yang digunakan oleh individu untuk mengatasi permasalahan yang dialami secara langsung dan efektif.
Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pengambilan sampel dengan cara acak yaitu teknik simple random sampling. Teknik ini digunakan untuk memilih satu fakultas dari tiga belas fakultas yang ada di Universitas Udayana untuk dijadikan sampel penelitian.
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2019 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana dengan menggunakan subjek mahasiswa angkatan 2015 yang sedang menyusun skripsi.
Alat Ukur
Penelitian ini menggunakan tiga alat ukur yaitu, skala stres yang disusun sendiri oleh peneliti yang mengacu pada aspek-aspek stres dari Sarafino (2011), skala komunikasi interpersonal yang disusun sendiri oleh peneliti yang mengacu pada aspek-aspek dari Devito (2011) dan skala problem focused coping yang disusun sendiri oleh peneliti yang mengacu pada aspek-aspek dari Lazarus dan Folkman (1986).
Skala stres terdiri dari 37 aitem, skala komunikasi interpersonal terdiri dari 40 aitem dan skala problem focused coping terdiri dari 45 aitem. Skala yang digunakan adalah skala likert yang dikategorikan ke dalam jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
Aitem dapat dikatakan valid apabila koefisien korelasi item total (rix) sebesar 0,30 (Azwar, 2016). Uji reliabilitas penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Cronbach Alpha. Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka 0 sampai dengan 1,00 dan semakin mendekati angka 1,00 maka pengukuran semakin reliabel (Azwar, 2016).
Pengujian alat ukur dilakukan sebanyak dua kali karena pada uji coba alat ukur pertama terdapat banyak aitem yang gugur sehingga dilakukan pengulangan pada uji coba alat ukur
penelitian setelah melakukan revisi pada aitem-aitem yang tidak valid. Pengujian alat ukur yang pertama dilakukan pada tanggal 30 November 2018. Pengujian alat ukur yang kedua dilakukan pada tanggal 17 Desember 2018 dengan subjek mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi pada angkatan 2015 sebanyak 77 orang.
Hasil pengujian validitas skala stres menunjukkan koefisien korelasi aitem-total berada pada rentang 0,312 sampai 0,729. Hasil uji reliabilitas skala stres menunjukkan nilai koefisien Alpha (α) sebesar 0,925. Angka tersebut menunjukkan bahwa skala ini mampu mencerminkan 92,50% nilai skor murni subjek. Skala stres yang diperoleh layak digunakan untuk mengukur atribut stres.
Hasil pengujian validitas skala komunikasi interpersonal menunjukkan koefisien korelasi aitem-total berada pada rentang 0,317 sampai 0,640. Hasil uji reliabilitas skala komunikasi interpersonal menunjukkan nilai koefisien Alpha (α) sebesar 0,926. Angka tersebut menunjukkan bahwa skala ini mampu mencerminkan 92,60% nilai skor murni subjek. Skala komunikasi interpersonal yang diperoleh layak digunakan untuk mengukur atribut komunikasi interpersonal.
Hasil pengujian validitas skala problem focused coping menunjukkan koefisien korelasi aitem-total berada pada rentang 0,330 sampai 0,765. Hasil uji reliabilitas skala problem focused coping menunjukkan nilai koefisien Alpha (α) sebesar 0,946. Angka tersebut menunjukkan bahwa skala ini mampu mencerminkan 94,60% nilai skor murni subjek. Skala problem focused coping yang diperoleh layak digunakan untuk mengukur atribut problem focused coping.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan uji hipotesis dengan metode analisis regresi berganda (Multiple Regression) dengan menggunakan program SPSS (Statitical Package for Social Service) 22.0 for Windows. Metode analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat (Santoso, 2005). Analisis regresi berganda juga digunakan untuk menunjukkan arah hubungan antar variabel tergantung dan variabel bebas (Ghozali, 2016). Apabila probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (p<0,05) maka variabel bebas berperan secara signifikan terhadap varibael terikat sedangkan apabila probabilitas lebih besar (p>0,05) maka variabel bebas tidak berperan secara signifikan terhadap variabel terikat (Santoso, 2016).
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Subjek
Data karakteristik subjek menunjukkan bahwa total subjek sebanyak 83 orang yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 65 orang dan laki-laki berjumlah 18 orang. Mayoritas subjek berusia 21 tahun dan mayoritas berasal dari program studi ilmu komunikasi.
Deskripsi Data Penelitian
Hasil deskripsi statistik pada tabel 1 menunjukkan bahwa stres memiliki nilai rata-rata teoretis sebesar 92,5 dan nilai rata-rata empiris sebesar 90,5. Perbedaan antara mean empiris dan mean teoretis pada variabel stres sebesar 2 dengan nilai t sebesar -1,807 (p=0,074). Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoretis. Nilai rata-rata empiris yang diperoleh lebih kecil daripada nilai rata-rata teoretis (mean empiris < mean teoretis) hal ini mengindikasikan bahwa subjek memiliki taraf stres yang cenderung rendah. Kategorisasi stres dapat dilihat pada tabel 2.
Hasil deskripsi statistik pada tabel 1 menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal memiliki nilai rata-rata teoretis sebesar 100 dan nilai rata-rata empiris sebesar 119,16. Perbedaan antara mean empiris dan mean teoretis pada variabel komunikasi interpersonal sebesar 19,16 dengan nilai t sebesar 17,007 (p=0,000). Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoretis. Nilai rata-rata empiris yang diperoleh lebih besar daripada nilai rata-rata teoretis (mean empiris > mean teoretis) mengindikasikan bahwa subjek memiliki taraf komunikasi interpersonal yang relatif tinggi. Kategorisasi komunikasi interpersonal dapat dilihat pada tabel 3.
Hasil deskripsi statistik pada tabel 1menunjukkan bahwa problem focused coping memiliki nilai rata-rata teoretis sebesar 112,5 dan nilai rata-rata empiris sebesar 136,57. Perbedaan antara mean empiris dan mean teoretis pada variabel problem focused coping sebesar 24,07 dengan nilai t sebesar 22,822 (p=0,000). Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoretis. Nilai rata-rata empiris yang diperoleh lebih besar daripada nilai rata-rata teoretis (mean empiris > mean teoretis) mengindikasikan bahwa subjek memiliki taraf problem focused coping yang relatif tinggi. Kategorisasi problem focused coping dapat dilihat pada tabel 4.
Uji Asumsi
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 5 menunjukkan bahwa variabel stres berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnov 0,049 dan signifikansi 0,200 (p>0,05). variabel komunikasi interpersonal berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnov 0,090 dan signifikansi 0,093 (p>0,05). variabel problem focused coping berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnov 0,095 dan signifikansi 0,062 (p>0,05).
Berdasarkan hasil uji linearitas pada tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara variabel stres dengan variabel komunikasi interpersonal dengan signifikansi linearity sebesar 0,000 (p<0,05) dengan signifikansi deviation from linearity 0,734 (p>0,05). Variabel stres dan problem focused coping juga memiliki hubungan yang linear dengan signifikansi linearity sevesar 0,000 (p<0,05) dan signifikansi deviation from linearity 0,152 (p>0,05).
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 7 menunjukkan bahwa variabel komunikasi interpersonal dan problem focused coping memiliki nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas dalam penelitian ini.
Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini berdistribusi normal, mempunyai hubungan yang linear dan tidak terjadi multikolinearitas sehingga uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan regresi berganda.
Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji regresi berganda pada tabel 8 menunjukkan F hitung sebesar 52,554 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal dan problem focused coping secara bersama-sama berperan terhadap stres Mahasiswa universitas udayana yang sedang menyusun skripsi.
Berdasarkan hasil pada tabel 9 menunjukkan bahwa nilai R sebesar 0,754 dengan nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0,568. Hal ini menunjukkan komunikasi interpersonal dan problem focused coping memiliki peran sebesar 56,8 % terhadap stres dan variabel yang tidak diteliti memiliki peran sebesar 43,2 % terhadap stres.
Peran dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel tergantung dijelaskan pada tabel 10. Berdasarkan hasil pada tabel 23 menunjukkan bahwa variabel komunikasi interpersonal memiliki nilai koefisien beta terstandarisasi sebesar -0,747 dan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga komunikasi interpersonal berperan dalam menurunkan tingkat stres. Artinya semakin tinggi komunikasi interpersonal maka stres akan semakin rendah. Variabel problem focused coping memiliki nilai koefisien beta terstandarisasi sebesar -0,010 dan taraf signifikansi sebesar 0,921 (P>0,05) sehingga dapat dikatakan problem focused coping memiliki peran negatif yang tidak signifikan terhadap stres. Hal ini berarti apabila diuji secara terpisah dengan variabel komunikasi interpersonal, problem focused coping tidak dapat memprediksi menurun atau meningkatnya taraf stres mahasiswa.
Rumus garis regresi berganda yang diperoleh dari hasil uji regresi berganda dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut:
Y= 183,283 - 0,767X1 - 0,011X2
Keterangan:
Y = Stres
X1 = Komunikasi Interpersonal
X2 = Problem Focused Coping
Garis regresi tersebut memberi arti yaitu, yang pertama Konstanta sebesar 183,283 menunjukkan bahwa jiika tidak ada penambahan atau peningkatan nilai pada komunikasi
interpersonal maupun problem focused coping maka taraf stres yang dimiliki sebesar 183,283. Kedua, koefisien regresi X1 sebesar -0,767 menunjukkan bahwa setiap penambahan atau peningkatan satuan nilai pada variabel komunikasi interpersonal maka akan menurunkan taraf stres sebesar 0,767. Ketiga, koefisien regresi X2 sebesar -0,011 menunjukkan bahwa setiap penambahan atau peningkatan satuan nilai pada variabel problem focused coping maka akan menurunkan taraf stres sebesar 0,011.
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran komunikasi interpersonal dan problem focused coping terhadap stres Mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda, dapat diketahui bahwa pada pengujian hipotesis adanya peran dari komunikasi interpersonal dan problem focused coping terhadap stres Mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi dapat diterima. Hal ini dapat diketahui dari hasil koefisien R sebesar 0,754 dengan taraf signifikansi 0,000 (p<0,005). Variabel komunikasi interpersonal dan problem focused coping secara bersama-sama memberikan sumbangan sebesar 56,8 % terhadap stres dan variabel yang tidak diteliti memiliki peran sebesar 43,2 % terhadap stres.
Variabel komunikasi interpersonal memiliki koefisien beta terstandarisasi sebesar -0,747 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,005). Hal tersebut menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal berperan dalam menurunkan tingkat stres. Artinya semakin tinggi komunikasi interpersonal individu semakin rendah tingkat stres yang dirasakan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilustri (2018) terhadap 56 subjek yang merupakan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada Palembang yang sedang menyusun skripsi. Penelitian tersebut mengungkapkan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara komunikasi dengan stres dalam menyusun skripsi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2016) dengan menggunakan subjek sebanyak 68 Mahasiswa Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman yang sedang menyusun skripsi. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara komunikasi interpersonal dengan stres mahasiswa yang sedang menyusun skripsi yang berarti semakin tinggi komunikasi interpersonal maka semakin rendah stres pada mahasiswa psikologi yang sedang menyusun skripsi.
Sejalan dengan hasil penelitian ini, Rakhmat (2007) mengungkapkan komunikasi interpersonal yang terjalin secara efektif akan menyebabkan individu yang tergabung dalam komunikasi akan merasa senang sehingga akan mendorong tumbuhnya sikap saling terbuka namun sebaliknya apabila komunikasi interpersonal yang terjalin tidak efektif akan menyebabkan para pelaku komunikasi mengembangkan sikap
yang tegang yang dapat berdampak kepada stres individu. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal yang dimiiliki mahasiswa dapat menentukan tingkat stres yang dirasakan mahasiswa yang sedang menyusun skripsi.
Devito (2007) mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi di antara dua orang yang telah menjalin suatu hubungan. Devito (2011) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki pola komunikasi interpersonal yang efektif akan mengembangkan sikap terbuka, empati, mendukung, positif dan kesetaraan dengan lawan bicara sehingga akan menciptakan hubungan yang interpersonal yang baik. Berdasarkan pernyataan tersebut terdapat peran antara komunikasi interpersonal terhadap stres. Hubungan interpersonal yang baik merupakan kebalikan dari aspek stres yang dikemukakan oleh Sarafino (2011) yaitu aspek perilaku sosial. Individu yang mengalami stres akan mengembangkan perilaku sosial negatif dalam berhubungan dengan orang lain serta dapat menyebabkan terganggunya hubungan interpersonal dengan individu lain. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik kemampuan komunikasi interpersonal individu maka akan menurunkan kemungkinan individu memiliki perilaku sosial yang negatif.
Variabel problem focused coping memilki koefisien beta terstandarisasi sebesar -0,010 dan taraf signifikansi sebesar 0,921 (p>0,05). Hal ini berarti problem focused coping memiliki peran negatif yang tidak signifikan terhadap stres mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi karena problem focused coping tidak dapat memprediksi meningkat atau menurunnya taraf stres mahasiswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriana (2013) dengan subjek sebanyak 204 mahasiswa FISIP Universitas Brawijaya yang mengungkapkan bahwa problem focused coping tidak berperan dalam menjelaskan stres akademik mahasiswa tingkat akhir di FISIP Brawijaya. Penelitian lain dilakukan oleh Wahyuningsih (2016) dengan menggunakan subjek sebanyak 68 Mahasiswa Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman yang sedang menyusun skripsi. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa strategi koping yang awalnya diprediksi menjadi prediktor stres pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi ternyata tidak terbukti. Hal ini berarti strategi koping tidak dapat memprediksi stres mahasiswa yang sedang menyusun skripsi.
Problem focused coping adalah suatu strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan cara mendefinisikan masalah, menciptakan solusi alternatif, mempertimbangkan berbagai alternatif, memilih alternatif serta bertindak. Problem focused coping merupakan strategi coping yang mengarah pada penyelesaian masalah (Lazarus & Folkman, 1984). Berdasarkan pemaparan-pemaparan diatas maka dapat disimpulkan problem focused coping tidak berperan terhadap stres mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi karena problem focused coping tidak dapat menentukan atau memprediksi meningkat atau menurunnya taraf stres yang dirasakan oleh mahasiswa.
Berdasarkan hasil uji regresi berganda yang dilakukan pada penelitian ini, koefisien beta terstandarisasi dari komunikasi interpersonal lebih besar dibandingkan dengan nilai koefisien beta terstandarisasi dari problem focused coping, sehingga dapat disebutkan bahawa komunikasi interpersonal memiliki peran yang lebih besar terhadap stres dibandingkan problem focused coping. Hal ini berarti komunikasi interpersonal memiliki peran yang signifikan dan berperan secara negatif terhadap stres yang berarti semakin tinggi komunikasi interpersonal maka semakin rendah stres yang dirasakan. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Julianti (2015) yang mengungkapkan terdapat hubungan yang bermakna antara komunikasi dosen pembimbing skripsi dengan stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa S1 Keperawatan di STIKes Ranah Minang Padang. Hasil kategorisasi variabel stres pada subjek penelitian menunjukkan bahwa mayoritas subjek memiliki taraf stres yang sedang. Hal ini berarti bahwa mayoritas mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Universitas Udayana memiliki taraf stres pada kategori sedang.
Hasil kategorisasi variabel komunikasi interpersonal subjek menunjukkan bahwa mayoritas subjek memiliki taraf komunikasi interpersonal yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas mahasiswa memiliki sikap terbuka pada lawan bicara, memiliki empati, menunjukkan perilaku yang saling mendukung, memiliki sikap positif terhadap diri sendiri maupun orang lain dan memiliki sikap yang menghargai pada lawan bicara. Komunikasi interpersonal yang tinggi dapat dikaitkan dengan kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa dan dosen pembimbing skripsi.
Devito (2007) mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal memiliki berbagai elemen salah satunya adalah kompetensi. Kompetensi berarti pengetahuan dan kemampuan untuk terlibat dalam suatu komunikasi agar suatu komunikasi dapat berjalan secara efektif. Mahasiswa adalah individu yang menuntut ilmu pada jenjang pendidikan tertinggi sehingga diasumsikan memiliki kompetensi yang tinggi pula sehingga dapat menyebabkan mahasiswa dapat terlibat secara efektif dalam suatu komunikasi.
Hasil kategorisasi variabel problem focused coping menunjukkan bahwa subjek penelitian mayoritas memiliki taraf problem focused coping yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas mahasiswa menyelesaikan permasalahan yang dihadapi secara konkret, melakukam introspeksi diri untuk merubah diri agar tidak mengulangi kesalahan yang sama, menganalisa situasi atas permasalahan yang dihadapi untuk selanjutnya membuat perencanaan penyelesaian masalah serta menciptakan makna positif yang berfokus pada pengembangan diri.
Problem focused coping yang tinggi pada mahasiswa Universitas Udayana dapat dikaitkan dengan usia mahasiswa tersebut. Sarafino (2011) mengungkapkan strategi koping yang dilakukan orang dewasa yaitu berpusat pada pemecahan
masalah atau problem focused coping. Hurlock (1990) mengungkapkan masa dewasa awal berada pada rentang usia 18 sampai 40 tahun. Berdasarkan kategorisasi usia pada subjek penelitian menunjukkan adanya rentang usia 20 sampai 22 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang menjadi subjek penelitian termasuk ke dalam masa dewasa awal sehingga subjek memiliki tingkat problem focused coping yang tinggi. Sarafno (2011) juga mengungkapkan baik laki-laki atau perempuan, keduanya sama-sama lebih menggunakan problem focused coping dibandingkan dengan menggunakan emotion focused coping. Smett (1994) mengungkapkan tingkat pendidikan juga berperan terhadap penggunaan strategi problem focused coping. Perguruan tinggi termasuk tingkatan pendidikan yang tinggi sehingga mahasiswa akan memiliki kemampuan berpikir yang baik untuk mengelola situasi yang menimbulkan stres. Hal ini sejalan dengan pernyataan Menaghan (dalam McCrae, 1984) yang mengungkapkan individu dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan semakin tinggi pula tingkat komplesitas kognitifnya sehingga hal ini akan berdampak pada cara berpikir dan bertingkah laku individu yang kemudian akan memengaruhi strategi koping yang digunakan.
Penelitian ini masih memiliki sejumlah keterbatasan diantaranya yaitu populasi dalam penelitian ini hanya mencakup satu fakultas yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Udayana serta hanya menggunakan satu angkatan yang merupakan angkatan 2015 menjadi subjek sehingga hasil yang diperoleh mungkin akan menimbulkan perbedaan apabila dilakukan pada fakultas lain atau angkatan yang lainnya. Penelitian ini hanya berdasarkan hasil pengisian skala dari subjek penelitian sehingga memungkinkan adanya unsur yang kurang objektif dalam proses pengisian skala. Keterbatasan yang lain adalah terdapat variabel lain yang tidak dapat dikontrol dalam penelitian, seperti dukungan sosial orang tua, efikasi diri dan lain-lain. Keterbatasan dalam penelitian yang terakhir adalah keterbatasan peneliti yang tidak dapat mengontrol kesiapan maupun kesungguhan subjek penelitian dalam mengisi skala sehingga hasil pengisian skala mungkin tidak merepresentasikan kondisi dari subjek penelitian.
Berdasarkan hasil analisi data penelitian yang telah dipaparkan dapat diketahui kesimpulan dari penelitian ini adalah komunikasi interpersonal dan problem focused coping secara bersama-sama berperan terhadap stres mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi. Komunikasi interpersonal berperan terhadap stres mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi. Problem focused coping tidak berperan secara signifikan terhadap stres mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi. Stres mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi termasuk ke dalam kategori sedang karena mayoritas responden penelitian memiliki taraf stres yang sedang yaitu sebesar 63,9%. Komunikasi interpersonal yang dimiliki oleh mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi tergolong tinggi karena mayoritas responden
memiliki komunikasi interpersonal yang tinggi yaitu sebesar 61,4%. Problem focused coping yang dimiliki oleh mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menyusun skripsi tergolong tinggi karena mayoritas responden memiliki problem focused coping yang tinggi yaitu sebesar 74,7%.
Berdasarkan pemaparan mengenai kesimpulan diatas maka saran yang dapat diberikan bagi mahasiswa yang sedang menyusun skripsi adalah mahasiswa diharapkan dapat memahami sumber permasalahan yang menimbulkan stres sehingga dapat segera mengatasi permasalahan tersebut dengan tepat. Mahasiswa diharapkan dapat mempertahankan kemampuan komunikasi interpersonal dengan pembimbing skripsi agar mahasiswa dapat melakukan proses komunikasi secara efektif dan meminimalkan tingkat stres yang dirasakan.
Saran bagi peneliti selanjutnya adalah menggunakan sampel yang berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan berasal dari satu angkatan yaitu angkatan 2015. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa sebaiknya melibatkan mahasiswa angkatan 2014, 2013 maupun angkatan yang masih aktif melakukan penyusunan skripsi. Hal ini bertujuan agar dapat diperoleh perbedaan stres berdasarkan perbedaan angkatan yang juga memiliki perbedaan lama waktu penyusunan skripsi. Peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa dapat melakukan penelitian dengan jumlah responden yang lebih besar. Sumbangan efektif dalam penelitian ini adalah sebesar 56,8% itu berarti terdapat 43,2% faktor lain yang memengaruhi stres yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain yang mungkin berhubungan dengan stres seperti dukungan sosial orangtua, motivasi, efikasi diri dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achroza, F.H. (2013). Hubungan antara komunikasi interpersonal dosen pembimbing mahasiswa dan problem focused coping degan stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa fkip bimbingan dan konseling universitas muria kudus. Naskah Tidak
Dipublikasikan, Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus, Kudus. Diunduh dari
http://eprints.umk.ac.id/2692/1/SKRIPSI_P NUH.pdf diakses tanggal 24 Februari 2018.
Amartiwi, A. (2008). Problem focused coping pada perawat ditinjau dari self efficacy dam dukungan sosial. Naskah Tidak Dipublikasikan, Unika Soegijpranata, Semarang. Diunduh dari http://repository.unika.ac.id/5569/ diakses tanggal 27 Februari 2018.
Azwar, S. (2016). Reliabilitas dan validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darmono & Ani, M.H. (2004). Menyelesaikan skripsi dalam satu semester. Malang:Grasindo.
Devito, J.A. (2007). The interpersonal communication, 6th ed. Boston: Pearson Education, Inc.
Devito, J.A. (2011). Komunikasi antarmanusia. Tangerang Selatan: KARISMA Publishing Group.
Fitriana, Q. A. (2013). Peran kecenderungan kepribadian neuroticism dan problemfocused coping dalam menjelaskan stres akademik pada mahasiswa tingkat akhir fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas brawijaya. Naskah Tidak Dipublikasikan, Universitas Brawijaya, Malang. Diunduh dari
https://www.academia.edu/ diakses tanggal 27
Februasri 2018
Folkman, S., Lazarus, R. S., Dunkel-Schetter, C., DeLongis, A., & Gruen R. J. (1986). Dynamics of a stressful encounter: Cognitive appraisal, coping, and
encounter outcomes. Journal of personality and social psychology, 50(5), 992- 1003. Diunduh dari https://www.researchgate.net/publication/232485259 _Dynamics_of_a_Stressful_Encounter_Cognitive_A ppraisal_Coping_and_Encounter_Outcomes diakses tanggal 15 September 2018.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi analisis multivariate dengan program ibm spss 23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hartaji, D. A. (2012) Motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua. Naskah Tidak Dipublikasikan, Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, Jawa Barat. Diunduh dari https://library.gunadarma.ac.id/ diakses tanggal 27 Februari 2018.
Hurlock, E. B. (1990). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Alih
Bahasa: Soedjarwo dan Iswidayanti. Jakarta:
Erlangga.
Ilustri. (2018). Hubungan antara komunikasi dengan stress dalam menyusun skripsi pada mahasiswa kesehatan masyarakat tahun 2017. URECOL. Diunduh dari http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/arti cle/view/55 diakses tanggal 28 Oktober 2018.
Julianti, R. (2015). Hubungan komunikasi antara mahasiswa dan dosen pembimbing skripsi dengan stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa s1 keperawatan stikes ranah minang tahun 2015. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 15(2). Diunduh dari
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi/article/v iew/5830/4559 diakses tanggal 27 Maret 2018.
Kinansih. (2011). Skripsi kelar dalam 30 hari. Klaten: Galmas Publisher
Lazarus, R.S. & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal and coping. New York: Springer Publishing Company, Inc.
Mayasari, P. (2018). Studi pendahuluan pada mahasiswa universitas udayana yang sedang menyusun skripsi. Naskah tidak dipublikasikan. Denpasar: Program Studi Sarjana Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
McCrae, R. R. (1984). Situational determinants of coping responsed: Loss, threat, and challenge. Journal of Personalitiy and Social Psychology, 46(4), 919-928.
Diunduh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/6737200 diakses tanggal 16 Januari 2019.
Rakhmat, J. (2007). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rohmah, F.A. (2006). Pengaruh diskusi kelompok untuk menurunkan stres pada mahasiswa yang sedang skripsi. Humanitas: Indonesian Psychological
Journal, 3(1). Diunduh dari
https://media.neliti.com/media/publications/24494-ID-pengaruh-diskusi-kelompok-untuk-menurunkan-stres-pada-mahasiswa-yang-sedang-skri.pdf diakses tanggal 22 Februari 2018.
Santoso. (2005). Metodologi penelitian kuntitatif dan kualitatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sarafino, E. P., & Timothy, W.S. (2011). Health psychology: Biopsychosocial interactions. 7th ed. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Smett, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Suhapati. (2009). Kajian pelaksanaan penulisan skripsi di fakultas psikologi ugm. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UGM.
Suryaningsih, F., Suci, M.K., Nugraha, A.K. (2016). Hubungan antara self disclosure dengan stres pada remaja siswa smp negeri 8 surakarta. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrawijaya, (4). Diunduh dari http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/can drajiwa/article/view/123 diakses tanggal 8 Mei 2018.
Wahyuni, L.D & Fakhriani. (2014). Komunikasi interpersonal terhadap dosen pembimbing dan ketakutan akan kegagalan mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi. Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, 3(2). Diunduh dari
file:///C:/Users/COMPAQ/Downloads/5532-Article%20Text-9748-1-10-20180113.pdf diakses
tanggal 26 Februari 2018.
Wahyuningsih, S. (2016). Hubungan komunikasi interpersonal dan strategi coping dengan stres pada mahasiswa psikologi yang sedang menyusun skripsi. Psikoborneo, 4(3). Diunduh dari
http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2016/11/Jurnal%20SRI%20WAHY UNINGSIH%20%20ONLINE%20(11-17-16-05-44-44).pdf diakses tanggal 26 Februari 2018.
LAMPIRAN
Tabel 1.
Deskripsi Data Penelitian
Variabel Penelitian |
N |
Mean Teoretis |
Mean Empiris |
Standar Deviasi Teoretis |
Standar Deviasi Empiris |
Sebaran Teoretis |
Sebaran Empiris |
t |
Stres |
83 |
92,5 |
90,41 |
18,5 |
10,539 |
37-148 |
56-113 |
-1,807 (p=0,074) |
Komunikasi Interpersonal |
83 |
100 |
119,16 |
20 |
10,262 |
40-160 |
98-140 |
17,007 (p=0,000) |
Probem Focused Coping |
83 |
112,5 |
136,57 |
22,5 |
9,607 |
45-180 |
115-158 |
22,822 (p=0,00) |
Tabel 2.
Kategorisasi Stres
Rentang Nilai |
Kategori |
Jumlah |
Persentase |
X < 64,75 |
Sangat Rendah |
1 |
1,2 % |
64,75 < X < 83,25 |
Rendah |
18 |
21,7 % |
83,25 < X <101,75 |
Sedang |
53 |
63,9 % |
101,75 < X < 120,25 |
Tinggi |
11 |
13,2 % |
120,25 < X |
Sangat tinggi |
0 |
0 % |
Total |
83 |
100 % |
Tabel 3.
Kategorisasi Komunikasi Interpersonal
Rentang Nilai |
Kategori |
Jumlah |
Persentase |
X < 70 |
Sangat Rendah |
0 |
0 % |
70 < X < 90 |
Rendah |
0 |
0 % |
90 < X < 110 |
Sedang |
19 |
22,9 % |
110 < X < 130 |
Tinggi |
51 |
61,4 % |
130 < X |
Sangat tinggi |
13 |
15,7 % |
Total |
83 |
100 % |
Tabel 4.
Kategorisasi Problem Focused Coping
Rentang Nilai |
Kategori |
Jumlah |
Persentase |
X < 78,75 |
Sangat Rendah |
0 |
0 % |
78,75 < X < 101,25 |
Rendah |
0 |
0 % |
101,25 < X < 123,75 |
Sedang |
7 |
8,4 % |
123,75 < X < 146,25 |
Tinggi |
62 |
74,7 % |
146, 25 < X |
Sangat tinggi |
14 |
16,9 % |
Total |
83 |
100 % |
Tabel 5.
Hasil Uji Normalitas
Variabel |
Kolmogorv-Smirnov |
Sig. |
Kesimpulan |
Stres |
0,049 |
0,200 |
Data Normal |
Komunikasi Interpersonal |
0,090 |
0,093 |
Data Normal |
Problem Focused Coping |
0,095 |
0,062 |
Data Normal |
Tabel 6.
Hasil Uji Linearitas
Variabel |
Linearity |
Deviation from Linearity |
Kesimpulan |
Stres* Komunikasi Interpersonal |
0,000 |
0,734 |
Data Linear |
Stres* Problem Focused Coping |
0,000 |
0,152 |
Data Linear |
Tabel 7.
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel |
Tolerance |
VIF |
Kesimpulan |
Komunikasi Interpersonal |
0,523 |
1,912 |
Tidak terjadi multikolinearitas |
Problem Focused Coping |
0,523 |
1,912 |
Tidak terjadi multikolinearitas |
Tabel 8.
Hasil Uji Regresi Berganda
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. | |
Regression |
5171,730 |
2 |
2585,865 |
52,544 |
0,000 |
Residual |
3936,343 |
80 |
49,204 | ||
Total |
9108,072 |
82 |
Tabel 9.
Besaran Sumbangan Variabel Bebas terhadap Variabel Tergantung
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
0,754 |
0,568 |
0,557 |
7,015 |
Tabel 10.
Peran Komunikasi Interpersonal dan Problem Focused Coping terhadap Stres
Variabel |
Unstandardized Coefficients Standardized T Sig. Coefficients B Std. Error Beta |
(Constant) |
183,283 11,205 16,358 0,000 |
Komunikasi Interpersonal |
-0,767 0,104 -0,747 -7,346 0,000 |
Problem Focused Coping |
-0,011 0,111 -0,010 -0,100 0,921 |
98
Discussion and feedback