Peran harga diri dan efikasi diri terhadap social loafing pada mahasiswa preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
on
Jurnal Psikologi Udayana
Edisi Khusus Psikologi Pendidikan, 56-67
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 26544024; p-ISSN: 2354 5607
Peran harga diri dan efikasi diri terhadap social loafing pada mahasiswa preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Ida Bagus Indra Narotama dan I Made Rustika
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana [email protected]
Abstrak
Social loafing merupakan pengurangan motivasi dan usaha ketika individu bekerja secara bersama-sama dibandingkan dengan ketika mereka bekerja secara individual. Social loafing memberikan dampak buruk bagi sebuah kelompok. Social loafing dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dapat memengaruhi social loafing adalah penilaian individu tentang diri dan keyakinan individu untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui peran harga diri dan efikasi diri terhadap social loafing. Subjek dalam penelitian ini adalah 85 orang Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala social loafing, skala harga diri dan skala efikasi diri. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Hasil uji regresi berganda menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,757, nilai koefisien determinasi sebesar 0,572 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0.05) dengan koefisien beta terstandarisasi pada variabel harga diri sebesar -0,520 dan efikasi diri sebesar -0,308. Hasil tersebut menunjukkan bahwa harga diri dan efikasi diri secara bersama-sama berperan menurunkan taraf social loafing pada Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Kata Kunci: Efikasi diri, harga diri, mahasiswa, social loafing
Abstract
Social loafing is reduction in motivation and effort when individual works together that compared to when they work individually. Social loafing has a negative impact on a group. Social loafing can be influenced by internal factors and external factors. Internal factors that can affect social loafing are individual judgment about self and individual beliefs to achieve a goal. This research uses quantitative methods that aim to investigate the influence of self esteem and self efficacy toward social loafing. The subjects in this research were 85 Preclinical Students of Undergraduate Medical Study of Udayana University. The measuring instruments used in this research are social loafing scale, self esteem scale and self efficacy scale. The data technique used in this research is multiple regression. The result of multiple regression test show that the regression coefficient value is 0,757, the determination coefficient value is 0,572 and the significance value is 0,000 (p<0,05) with the standardized beta coefficient value of self esteem is -0,520 and value of self efficacy is -0,308. The results indicate that self esteem and self efficacy do simultaneously contribute decreasing the level of social loafing of the Preclinical Students of Undergraduate Medical Study of Udayana University.
Keywords: self esteem, self efficacy, social loafing, students
LATAR BELAKANG
Di Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana merupakan salah satu perguruan tinggi yang sudah menerapkan metode pembelajaran student centered learning (Kurdi, 2009). Menurut artikel yang dimuat dalam web bemfkunud, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sejak tahun 2003 telah menerapkan metode pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (bemfkunud.com, 2005). Penerapan student centered learning dalam sekolah kedokteran penting, karena untuk menciptakan lulusan yang professional dalam mewujudkan masyarakat yang sehat lahir dan batin secara merata (Harsono, 2008).
Student centered learning kerap menggunakan metode pembelajaran yang menuntut kerjasama untuk menyelesaikan tugas kelompok. Salah satu jenis pembelajaran student centered learning yang mencerminkan adanya kerjasama untuk menyelesaikan tugas berkelompok adalah small grup discussion (Dikti, 2008). Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sendiri saat ini masih menggunakan small grup discussion sebagai metode pembelajaran untuk menyelesaikan tugas secara berkelompok. Small group discussion adalah salah satu metode pembelajaran aktif dimana dalam proses pembelajaran peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil guna memecahkan dan mendiskusikan beberapa topik permasalahan (Amin & Eng, 2009).
Pengerjaan tugas secara berkelompok telah dikembangkan menjadi komponen penting dalam perguruan tinggi. Hal ini didukung oleh pernyataan Bolton (1999) bahwa 72% pengajar di universitas memberikan tugas secara berkelompok dalam proses perkuliahan. Adanya tugas kelompok akan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dan bekerja dalam kelompok (Hall & Buzwell, 2012). Mahasiswa juga dapat belajar untuk mengambil keputusan dengan baik, bersikap toleransi dan menghargai sesama mahasiswa lain ketika mengerjakan tugas kelompok. Dalam mengerjakan tugas secara berkelompok, tanggung jawab bukan hanya pada satu orang saja melainkan juga pada seluruh anggota kelompok. Umumnya individu percaya bahwa jika suatu pekerjaan atau tugas dikerjakan secara bersama-sama dalam kelompok, maka pekerjaan atau tugas yang sedang dikerjakan tersebut akan lebih mudah untuk diselesaikan. Akan tetapi dalam prakteknya bekerja secara bersama dalam kelompok dapat menurunkan usaha dan motivasi individu dalam mengerjakan tugas (Xiangyu, Huanhuan, Shan, Fei & Zhongxin, 2014). Akibat dari penurunan usaha dan motivasi individu ini dapat membuat bekerja dalam kelompok menjadi tidak efektif, hal ini dikenal dengan fenomena social loafing. Social loafing atau pemalasan sosialdiartikan sebagai pengurangan motivasi dan usaha ketika individu bekerja secara bersama-sama (kelompok) dibandingkan dengan ketika mereka bekerja secara individual (Karau & Wiliams, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Mello (1993) menguatkan eksistensi dari fenomena social loafing di perguruan tinggi. Hasil yang ditemukan dari penelitian tersebut menjelaskan
bahwa para pelajar mengalami pengalaman yang kurang menyenangkan ketika harus bekerja dalam sebuah kelompok. Salah satu hal yang paling banyak dikeluhkan pelajar adalah perilaku social loafing. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Piezon dan Ferree (2008) bahwa dari 227 mahasiwa sebanyak 35,7% diantaranya melaporkan diri bahwa mereka mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan, ketika terlibat dengan anggota kelompok yang melakukan perilaku social loafing.
Penelitian sebelumnya telah menemukan beberapa dampak negatif dari perilaku social loafing terhadap kelompok. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni dan Alfian (2015) menyatakan social loafing menghilangkan fungsi kelompok sebagai wadah kinerja yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan kelompok. Dampak negatif lainnya yang dikemukakan oleh Duffy, Scott, Shaw, Tepper dan Aquino (2012) adalah social loafing dapat memunculkan iri hati dalam kelompok dan menurunkan potensi serta kohesivitas sebuah kelompok yang berpengaruh pada kinerja, kehadiran dan kepuasan kelompok.
Social loafing tidak hanya berdampak negatif pada sebuah kelompok, namun juga memberikan dampak negatif pada individu yang melakukannya atau dikenal dengan istilah social loafer. Kemampuan social loafer dalam menyerap ilmu pengetahuan dan informasi dari tugas akan berkurang (Hall & Buzwell, 2012). Individu yang melakukan social loafing juga akan kehilangan kesempatan untuk melatih keterampilan dan mengembangkan dirinya. Hal ini menyebabkan produktivitas social loafer akan terhambat ketika bekerja di dalam kelompok (Liden, Wayne, Jaworski & Bennet, 2004).
Minat siswa untuk melanjutkan sekolah ke fakultas kedokteran khususnya pendidikan dokter di Indonesia masih menduduki peringkat paling tinggi. Hal ini dikarenakan profesi dokter diidentikkan dengan kesuksesan hidup (Poskotanews.com, 19 Februari 2017). Hal serupa juga terjadi di Bali, dimana sebanyak 1531 siswa pada tahun 2018 lalu memilih peminatan terhadap Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Program studi tersebut mengalami kenaikan peminat sebesar 17,59% dari tahun sebelumnya (bali.tribunnews.com, 6 Maret 2018). Hal ini menandakan Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana masih menjadi program studi favorit di Bali. Banyak calon mahasiswa yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia saling bersaing untuk memperebutkan tempat di Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Calon mahasiswa yang berhasil diterima di program studi sarjana kedokteran dan profesi dokter fakultas kedokteran akan dipandang memiliki kualitas dan kemampuan akademik yang baik oleh lingkungan sekitarnya, karena telah melewati persaingan yang sangat ketat. Adanya pandangan tersebut menyebabkan mahasiswa preklinik program studi sarjana kedokteran dan profesi dokter jarang diidentikkan dengan perilaku negatif dalam hal akademik, seperti perilaku social loafing.
Mahasiswa preklinik program studi sarjana kedokteran dan profesi dokter saat ini tidak hanya terlibat dalam proses kerjasama di dalam SGD, tetapi juga diwajibkan mengikuti suatu program pembelajaran kolaborasi dengan profesi lain dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Pembelajaran tersebut dikenal dengan nama IPE (Interprofessional Education). IPE merupakan suatu proses pembelajaran yang dilakukan dengan melibatkan sekelompok mahasiswa dengan latar belakang profesi kesehatan yang berbeda untuk melakukan pembelajaran bersama dalam menyelesaikan permasalahan tertentu di bidang kesehatan (WHO, 2010). Dalam proses IPE, mahasiswa preklinik program studi sarjana kedokteran dan profesi dokter akan bekerjasama memberikan kontribusi secara aktif dengan profesi lainnya untuk memecahkan permasalahan terkait kesehatan. Adanya kerjasama dalam kelompok dalam menyelesaikan sebuah permasalahan, tentunya tidak luput dari perilaku social loafing. Jika mahasiswa preklinik program studi sarjana kedokteran dan profesi dokter atau mahasiswa dari program studi lainnya melakukan perilaku social loafing, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap layanan dan edukasi kesehatan yang diberikan karena kurangnya kerjasama dalam memberikan kontribusi antar profesi yang dapat berpengaruh terhadap pengetahuan dan kondisi kesehatan pasien.
Perilaku social loafing yang dilakukan individu dalam suatu kelompok dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang memengaruhi taraf social loafing adalah penilaian tentang diri (Sarwono, 2005). Dimensi penilaian atau evaluasi global individu mengenai diri sendiri yang dikenal dengan harga diri sangat menentukan taraf social loafing seseorang. Menurut Myers (2012) harga diri merupakan keseluruhan rasa akan nilai diri yang seseorang gunakan untuk menilai sifat dan kemampuan diri sendiri. Harga diri individu menunjukkan bagaimana seorang individu menilai dirinya sendiri.
Individu yang memiliki harga diriyang tinggi akan lebih aktif, dapat bekerja sama, memberikan kontribusi pada kelompok dan bersamangat dalam menjalankan aktifitasnya dalam mengerjakan tugas kelompok. Individu dengan harga diri yang tinggi juga akan terdorong untuk berprestasi sebaik-baiknya ketika bersama orang lain dibandingkan dengan individu yang memiliki harga diri yang rendah (Sarwono, 2005). Dengan kata lain individu dengan harga diri yang tinggi akan memiliki kecenderungan yang rendah untuk melakukan perilaku social loafing.
Harga diri dan social loafing memiliki korelasi negatif sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2016) terhadap 199 mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Mahasiswa yang memiliki harga diri tinggi akan memiliki hubungan interpersonal yang baik dan mampu menunjukkan potensi atau kemampuan yang dimiliki dengan ikut berkontribusi di dalam kelompok. Jika mahasiswa memiliki harga diri yang rendah, maka tidak yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam kelompok, tertutup terhadap anggota lain dalam kelompok dan acuh tak acuh terhadap
tugas yang dihadapi. Penelitian Sulistiyowati (2008) mengungkapkan bahwa harga diri seseorang yang tinggi menunjukkan seseorang mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi belajar ini tidak hanya ditunjukkan saat mahasiswa mendapatkan tugas individual tetapi juga saat mendapatkan tugas kelompok karena individu menginginkan hasil prestasi yang sebaik-baiknya. Hal ini mengindikasikan seseorang yang mempunyai harga diri tinggi mempunyai kemungkinan rendah untuk mengalami sosial loafing.
Disamping harga diri, keaktifan seseorang dalam kegiatan kelompok juga sangat ditentukan oleh keyakinan diri seseorang. Keyakinan individu akan kemampuannya dalam melakukan sesuatu yang dikenal dengan efikasi diri sangat berkaitan dengan usaha dan kegigihan individu dalam menyelesaikan suatu tugas kelompok (Schunk, Pintrich & Meece, 2012). Menurut Bandura (1997) efikasi diri mengacu pada keyakinan diri atas kemampuan dalam mengorganisasikan dan melaksanakan kinerja yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang telah ditentukan sebelumnya. Efikasi diri juga diartikan sebagai kunci pendorong individu untuk mencapai targetnya dan mampu menghadapi hambatan atau kendala dalam pencapaian tersebut.
Individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan percaya pada kemampuan dirinya sendiri, tekun dalam mengerjakan tugas-tugas baik tugas individu maupun tugas kelompok, mampu membuat tujuan dan meningkatkan komitmen terhadap apa yang dilakukan di dalam kelompok dibandingkan individu dengan efikasi diri rendah yang cepat menyerah ketika diberi tugas, mudah cemas, acuh tak acuh dan memiliki upaya serta komitmen yang rendah pada sebuah tujuan yang ingin dicapai. Hal ini menunjukkan individu dengan efikasi diri tinggi akan lebih meminimalisir perilaku social loafing dalam mengerjakan tugas kelompok.
Hasil penelitian Aulia dan Gazi (2013) terhadap 150 anggota organisasi daerah di Jakarta menunjukkan ada korelasi negatif antara efikasi diri dengan social loafing. Hal ini berarti bahwa seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi maka memiliki kemungkinan yang rendah untuk melakukan social loafing di dalam kelompok. Sebaliknya, individu dengan efikasi diri yang rendah akan memiliki kemungkinan yang besar untuk melakukan social loafing. Penelitian mengenai efikasi diri yang dilakukan oleh Pabiban (2007) terhadap mahasiwa Universitas Sanata Dharma menunjukkan bahwa individu dengan efikasi diri yang tinggi dapat mencapai prestasi akademik yang tinggi. Mahasiswa yang memiliki efikasi diri tinggi dapat mencapai prestasi akademik yang tinggi karena yakin dengan segala kemampuan yang dimiliki. Dorongan berprestasi yang tinggi akan menurunkan kecenderungan individu untuk berperilaku social loafing.
Berdasarkan uraian dari penjelasan di atas mengenai perilaku social loafing yang terjadi pada mahasiswa, maka peneliti bermaksud untuk mengkaji peran harga diri dan efikasi diri terhadap social loafing pada Mahasiswa Preklinik Program
Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
METODE PENELITIAN
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah social loafing.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah harga diri dan efikasi diri. Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Social Loafing
Social loafing adalah kecenderungan menurunnya motivasi dan usaha individu ketika bekerja secara bersama-sama (kelompok) dibandingkan dengan ketika mereka bekerja secara individual.
Harga diri
Harga diri adalah evaluasi diri seseorang secara keseluruhan (global) meliputi penerimaan (positif) ataupun penolakan (negatif) yang mengacu pada perasaan diri individu.
Efikasi diri
Efikasi diri adalah keyakinan seseorang mengenai kemampuan dalam melakukan suatu tugas dalam hidupnya untuk mencapai tujuan tertentu.
Responden
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana angkatan 2015, angkatan 2016, angkatan 2017 dan angkatan 2018 yang berjumlah 978 mahasiswa.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini diambil dengan metode pengambilan sampel secara acak dengan menggunakan teknik cluster sampling dipilih karena diketahui bahwa Mahasiswa Prekilinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana terdiri dari kelompok-kelompok mahasiswa berdasarkan tingkat angkatan atau semester dan dari setiap tingkat angkatan atau semester tersebut terbagi menjadi dua kelas, yaitu kedokteran umum A (KUA) dan kedokteran umum B (KUB).
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2019. Penelitian dilaksanakan dengan cara bertemu secara langsung dengan subjek yang memenuhi kriteria di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Alat Ukur
Alat ukur penelitian ini menggunakan skala social loafing, skala harga diri dan skala efikasi diri. Skala social loafing yang digunakan merupakan skala yang disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Myers (2012). Skala harga diri yang digunakan merupakan skala yang disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Coopersmith (dalam Harsini, 2008). Skala efikasi diri yang
digunakan merupakan skala yang telah dikembangkan oleh Rustika (2014) dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Bandura.
Skala social loafing terdiri dari 42 aitem pernyataan, skala harga diri terdiri dari 42 aitem pernyataan dan skala efikasi diri terdiri dari 37 aitem pernyataan. Skala ini terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negative (unfavorable) dengan empat alternatif pilihan jawaban pada skala ini, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Menurut Azwar (2016) koefisien korelasi aitem total sama dengan atau lebih besar daripada 0,30 biasanya dianggap sudah memadai. Apablia jumlah proporsi aitem tidak memenuhi setiap dimensi alat ukur, maka koefisien korelasi aitem total dapat diturunkan menjadi 0,25. Teknik pengukuran reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cronbach Alpha, dimana reliabilitas dianggap memuaskan apabila tingkat koefisien reliabilitas mencapai 0,90 (Azwar, 2016).
Pengujian skala dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2018 dengan subjek Mahasiswa Program Studi Sarjana Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana angkatan 2016, angkatan 2017 dan angkatan 2018.
Hasil Uji validitas skala social loafing menunjukkan nilai koefisien korelasi item total bergerak dari 0,314 sampai 0,671. Hasil uji reliabilitas skala social loafing menunjukkan nilai koefisien Alpha (α) sebesar 0,932. Angka tersebut menunjukkan bahwa skala ini mampu mencerminkan 93,20% nilai skor murni subjek. Skala social loafing yang diperoleh layak digunakan untuk mengukur atribut social loafing.
Hasil Uji validitas skala harga diri menunjukkan nilai koefisien korelasi item total bergerak dari 0,303 sampai 0,739. Hasil uji reliabilitas skala harga diri menunjukkannilai koefisien Alpha (α) sebesar 0,924. Angka tersebut menunjukkan bahwa skala ini mampu mencerminkan 92,40% nilai skor murni subjek. Skala harga diri yang diperoleh layak digunakan untuk mengukur atribut harga diri.
Hasil Uji validitas skala efikasi diri menunjukkan nilai koefisien korelasi item total bergerak dari 0,379 sampai 0,735. Hasil uji reliabilitas skala efikasi diri menunjukkannilai koefisien Alpha (α) sebesar 0,950. Angka tersebut menunjukkan bahwa skala ini mampu mencerminkan 95,00% nilai skor murni subjek. Skala efikasi diri yang diperoleh layak digunakan untuk mengukur atribut efikasi diri.
Teknik Analisis Data
Uji hipotesis dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang nantinya akan menjadi acuan atau dasar untuk menerima atau menolak hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi berganda (multiple regression). Uji regresi berganda digunakan pada penelitian yang menggunakan dua atau lebih variabel bebas untuk melakukan prediksi terhadap variabel tergantung (Field,
2009). Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai signifikansi, jika p <0,05 maka variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung. Jika nilai p>0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung (Santoso, 2014). Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Service) 22.0 for Windows.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Subjek
Berdasarkan data karakteristik subjek, diperoleh bahwa total subjek berjumlah 85 orang dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 56 dan laki-laki sebanyak 29 orang. Mayoritas subjek dalam penelitian ini adalah berusia 19 tahun, yaitu sebanyak 63 orang.
Deskripsi Data Penelitian
Hasil deskripsi statistik pada tabel 1 menunjukkan bahwa social loafing memiliki nilai rata-rata teoritis sebesar 97,5 dan nilai rata-rata empiris 79,45. Perbedaan antara mean empiris dan mean teoritis pada variabel social loafing sebesar -18,05 dengan nilai t sebesar -16,882 (p=0,000). Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoritis. Nilai mean empiris yang diperoleh lebih kecil daripada nilai mean teoritis (mean empiris < mean teoritis) mengindikasikan bahwa subjek memiliki taraf social loafing yang rendah. Kategorisasi social loafing dapat dilihat pada tabel 2
Hasil deskripsi statistik pada tabel 1 menunjukkan bahwa harga diri memiliki nilai rata-rata teoritis sebesar 90 dan nilai rata-rata empiris 105,34. Perbedaan antara mean empiris dan mean teoritis pada variabel harga diri sebesar 15,34 dengan nilai t sebesar 11,726 (p=0,000). Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoritis. Nilai mean empiris yang diperoleh lebih besar daripada nilai mean teoritis (mean empiris > mean teoritis) mengindikasikan bahwa subjek memiliki taraf harga diri yang tinggi. Kategorisasi harga diri dapat dilihat pada tabel 3.
Hasil deskripsi statistik pada tabel 1 menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki nilai rata-rata teoritis sebesar 90 dan nilai rata-rata empiris 103,94. Perbedaan antara mean empiris dan mean teoritis pada variabel efikasi diri sebesar 13,94 dengan nilai t sebesar 9,434 (p=0,000). Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoritis. Nilai mean empiris yang diperoleh lebih besar daripada nilai mean teoritis (mean empiris > mean teoritis) mengindikasikan bahwa subjek memiliki taraf efikasi diri yang tinggi. Kategorisasi efikasi diri dapat dilihat pada tabel 4.
Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 5 menunjukkan bahwa variabel social loafing berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnov 0,070 dan signifikansi 0,200
(p>0,05). Variabel harga diri berdistribusi normal dengan Kolmogorov-Smirnov 0,083 dan signifikansi 0,200 (p>0,05). Variabel efikasi diri berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnov 0,064 dan signifikansi 0,200 (p>0,05).
Berdasarkan hasil uji linearitas pada tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara variabel social loafing dengan variabel harga diri dengan signifikansi linearity sebesar 0,000 (p<0,05) dan signifkansi deviation from linearity 0,122 (p>0,05). Hubungan antara variabel social loafing dengan variabel efikasi diri juga linear dengan signifikansi linearity sebesar 0,000 (p<0,05) dan signifkansi deviation from linearity 0,436 (p>0,05).
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 7 menunjukkan bahwa variabel harga diri dan efikasi diri memiliki nilai tolerance> 0,1 dan nilai VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.
Berdasarkan uji-uji asumsi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini berdistibusi secara normal, memiliki hubungan linear dan tidak terjadi multikolinearitas, sehingga uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan regresi berganda.
Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji regresi pada tabel 8 menunjukkan F hitung sebesar 54,902 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa harga diri dan efikasi diri berperan terhadap social loafing pada Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Berdasarkan hasil pada tabel 9 menunjukkan nilai R sebesar 0,757 dengan nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,572. Hal ini menunjukkan harga diri dan efikasi diri memiliki peran sebesar 57,2 % terhadap social loafing dan variabel yang tidak diteliti memiliki peran sebesar 42,8% terhadap social loafing.Dari hasil uji regresi berganda juga diperoleh hasil uji hipotesis minor untuk menganilisis peran harga diri dan efikasi diri terhadap social loafing secara terpisah.
Dari hasil uji regresi berganda juga diperoleh hasil uji hipotesis minor untuk menganilisis peran harga diri dan efikasi diri terhadap social loafing secara terpisah. Berdasarkan hasil pada tabel 10 menunjukkan bahwa variabel harga diri memiliki nilai koefisien beta terstandarisasi sebesar -0,520 dan memiliki taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05), sehingga harga diri berperan dalam menurunkan taraf social loafing. Variabel efikasi diri memiliki nilai koefisien beta terstandarisasi sebesar -0,308 dan memiliki taraf signifikansi sebesar 0,002 (p<0,05), sehingga efikasi diri berperan dalam menurunkan taraf social loafing.
Rumus garis regresi berganda yang diperoleh dari hasil uji regresi berganda dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut:
Y= {147,373 – [(0,425)(X1)]– [(0,223)(X2)]} Keterangan:
Y = Social Loafing
X1 = Harga Diri
X2 = Efikasi Diri
Garis Regresi tersebut memiliki arti bahwa pertama, konstanta sebesar 147,373 menunjukkan bahwa jika tidak ada penambahan atau peningkatan nilai pada harga diri dan efikasi diri, maka taraf social loafing yang dimiliki akan sebesar 147,373. Kedua, koefisien regresi X1 sebesar -0,425 menunjukkan bahwa setiap penambahan atau peningkatan satuan nilai pada variabel harga diri, maka akan menurunkan taraf social loafing sebesar 0,425. Ketiga, koefisien regresi X2 sebesar -0,223 menunjukkan bahwa setiap penambahan atau peningkatan satuan nilai pada variabel efikasi diri, maka akan menurunkan taraf social loafing sebesar 0,223.
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran harga diri dan efikasi diri terhadap social loafing pada Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dianalisis dengan menggunakan teknik regresi berganda, dapat diketahui bahwa pada pengujian hipotesis adanya peran dari harga diri dan efikasi diri terhadap social loafing pada Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, dapat diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai koefisien R sebesar 0,757 dengan taraf signifikansi 0,000 (p<0,05). Variabel harga diri dan efikasi diri secara bersama-sama memberikan sumbangan sebesar 57,2% terhadap variabel social loafing, sedangkan sisanya 42,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Variabel harga diri memiliki koefisien beta terstandarisasi sebesar -0,520 dan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti harga diri berperan dalam menurunkan taraf social loafing. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sarwono (2005) bahwa harga diri merupakan salah satu faktor yang memengaruhi terjadinya social loafing. Indivdu yang memiliki harga diri rendah akan cenderung lebih mudah untuk melakukan social loafing dibandingkan dengan individu yang memiliki harga diri tinggi.
Harga diri akan memengaruhi perilaku individu saat melakukan aktifitas di dalam kehidupan sehari-hari (Harter, 2012). Mahasiswa yang memiliki harga diri yang tinggi cenderung akan berperilaku positif ketika menjalani aktifitas dalam sebuah kelompok dibandingan dengan yang memiliki harga diri yang rendah. Salah satu perilaku positif yang
ditunjukan adalah dengan memberikan kontribusi dalam pengerjaan tugas kelompok. Individu yang memiliki harga diri tinggi juga memiliki komunikasi dan hubungan interpersonal yang baik (Mruk, 2014). Hal ini dapat mengindikasikan bahwa individu mampu berkomunikasi dan menjalin hubungan yang baik ketika berinteraksi dengan orang lain dalam sebuah kelompok. Adanya interaksi tersebut menyebabkan individu menjadi tidak akan bersikap pasif, seperti halnya mengikuti pendapat yang ada di dalam kelompok, melainkan individu mampu mengutarakan pendapat yang ingin disampaikan.
Salah satu aspek dari harga diri menurut Coopersmith (dalam Harsini, 2008) adalah keberartian (significance). Individu yang memiliki harga diri yangi tinggi akan aktif menunjukkan lebih banyak usaha dan memberikan kontribusi di dalam kelompok. Menurut Rahman, dkk (2014) hal ini dilakukan untuk meningkatan status dan membuat diri mereka menjadi lebih berarti serta memperoleh perhatian di dalam kelompok, sehingga kecenderungan individu untuk melakukan perilaku social loafing menjadi lebih rendah. Aspek lainnya adalah kebajikan (virtue), individu dengan harga diri yang tinggi akan menaati aturan-aturan atau norma yang berlaku di dalam kelompok dan menjauhi hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku, seperti salah satunya melakukan perilaku social loafing. Berdasarkan perilaku tersebut, individu cenderung dapat diterima dengan baik di dalam kelompok. Aspek lain yaitu kemampuan (competence), individu dengan harga diri yang tinggi memiliki usaha yang tingi untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan memberikan kotribusi maksimal ketika bekerja di dalam sebuah kelompok. Hal tersebut dilakukan individu agar orang lain mengakui kemampuan yang dimilikinya. Pernyataan tersebut sejalan dengan yang dikatakan Maslow (dalam Alwisol, 2014) bahwa individu dengan harga diri yang tinggi memperoleh penghargaan diri dari orang lain berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
Variabel efikasi diri memiliki koefisien beta terstandarisasi sebesar -0,308 dan taraf signifikansi sebesar 0,002 (p<0,05) yang berarti efikasi diri berperan dalam menurunkan taraf social loafing. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajrin (2017) terhadap 140 mahasiswa yang menjadi anggota organisasi BEM di Unissula Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara efikasi diri dengan social loafing.
Legowo, Yuwono dan Rustam (2010) menyatakan efikasi diri dapat menentukan seberapa besar usaha yang diberikan dan seberapa kuat individu bertahan dalam menghadapi rintangan. Salah satu aspek dari efikasi diri yang dapat dikaitkan dengan pernyataan tersebut adalah strength (kekuatan). Strength (kekuatan) mengacu pada tingkat kekuatan terhadap keyakinan individu mengenai kemampuan yang dimiliki. Individu dengan efikasi diri yang tinggi akan memiliki kemantapan yang kuat dalam mengerjakan tugas walaupun ada rintangan yang dihadapi berupa perilaku social loafing yang dilakukan oleh beberapa teman di dalam kelompok.
Menurut Moeliono (2012) efikasi diri tidak hanya memengaruhi seberapa besar keyakinan individu dalam menghadapi rintangan yang dihadapi, namun juga dapat menentukan motivasi individu dalam memberikan kontribusi dalam kelompok dan menetapkan tujuan. Individu dengan efikasi diri yang tinggi akan memiliki motivasi yang kuat untuk mengerjakan tugas dalam situasi apapun di dalam kelompok dan mampu menetapkan tujuan dibandingan individu dengan efikasi diri rendah akan merasa acuh dan kurang termotivasi dalam pengerjaan tugas kelompok.
Pada hasil uji regresi berganda nilai koefisien beta terstandarisasi harga diri lebih tinggi dari nilai koefisien beta terstandarisasi efikasi diri, sehingga dapat disebutkan harga diri memiliki peran yang lebih besar terhadap social loafing dibandingkan dengan efikasi diri. Individu dengan efikasi diri yang tinggi ketika memiliki harga diri yang rendah akan menyebabkan individu memiliki penghargaan yang rendah terhadap dirinya. Penghargaan diri yang rendah menunjukkan kebutuhan akan harga diri individu tidak terpenuhi. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan harga diri menyebabkan individu tidak dapat melanjutkan pada kebutuhan akhir, yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri (Alwisol, 2014). Individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan harga dirinya akan kurang mampu menggali dan menunjukkan potensi yang ada di dalam dirinya termasuk saat bekerja di dalam sebuah kelompok. Terpenuhinya kebutuhan akan harga diri menyebabkan individu lebih mampu menggali dan menunjukkan potensi yang dimilikinya. Hal tersebut dapat menurunkan kecenderungan individu untuk melakukan perilaku social loafing ketika berada di dalam kelompok.
Harga diri atau penilaian terhadap diri sendiri dapat membantu individu untuk lebih mengenal dirinya sendiri dan potensi apa yang menonjol dari dirinya sendiri, sehingga individu dapat mengetahui sejak dini potensi yang dimilikinya dan dapat mengasah potensi tersebut. Adanya keyakinan individu dalam mengontrol hasil dari usaha yang dilakukan atau efikasi diri membuat potensi yang dimiliki individu dapat dikontrol dengan baik sehingga pengoptimalan potensi tersebut dapat meningkatkan kualitas individu tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa harga diri berperan sebagai hal awal yang harus dimiliki individu daripada efikasi diri, sehingga peran harga diri dalam proses social loafing lebih tinggi daripada efikasi diri seseorang.
Hasil kategorisasi variabel harga diri subjek, menunjukkan bahwa mayoritas subjek memiliki taraf harga diri yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas mahasiswa mampu mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki komunikasi dan hubungan interpersonal yang baik, serta lebih eksploratif dan terbuka. Tingginya harga diri pada Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dikarenakan adanya penghargaan dan pengakuan akan kemampuan yang dimiliki mahasiswa yang bersangkutan. Menurut berita yang dimuat dalam poskotanews, minat siswa sekolah menengah atas yang
akan melanjutkan pendidikan tinggi pada jurusan dokter masih menduduki peringkat paling tinggi (Poskotanews.com, 10 November 2018). Hal serupa juga terjadi di Bali, dimana minat terhadap Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana masih tinggi (bali.tribunnews.com, 6 Maret 2018). Tentunya hal ini akan menimbulkan persaingan antar siswa untuk dapat diterima di Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Individu yang berhasil diterima di Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan menggunakan kemampuan yang dimilikinya akan dapat meningkatkan harga diri individu tersebut. Ketika berhasil diterima di program studi sarjana kedokteran dan profesi dokter, kemampuan dan pencapaian individu akan lebih dihargai dan diakui oleh orang lain. Hal ini dikarenakan program studi tersebut lebih dipandang dan bergengsi di mata masyarakat Indonesia. Penjelasan tersebut sesuai dengan yang dikatakan Maslow (dalan Alwisol, 2014) bahwa kebutuhan akan harga diri dapat terpenuhi dan meningkat melalui prestasi, kompetensi, status dan pengakuan atas pencapaian. Adanya pengakuan dari orang lain karena berhasil diterima di jurusan favorit dengan kemampuan yang dimiliki dapat meningkatkan harga diri individu. Individu yang dihargai atau dinilai positif oleh orang-orang sekitarnya menyebabkan ia merasa bangga terhadap dirinya (Rustika, 2014).
Pada penelitian ini subjek penelitian merupakan mahasiswa yang berusia antara 18 hingga 21 tahun. Rentang usia 18 hingga 22 tahun termasuk dalam tahap perkembangan remaja akhir. Menurut Piaget (dalam Santrock, 2007) kemampuan kognitif pada usia remaja akhir telah mencapai tahap operasional formal. Remaja akhir lebih dapat berpikir secara abstrak, logis dan sistematik. Remaja akhir membangun pemikiran abstrak tingkat tinggi untuk mengembangkan penilaian global tentang dirinya sendiri yang lebih terintegrasi (Harter, 2012). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Baldwin dan Hoffmman (2002) bahwa pada saat remaja terjadi peningkatan kesadaran diri yang akan membantu remaja untuk mengembangkan penilaian yang lebih positif mengenai dirinya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa harga diri pada masa remaja cenderung tinggi.
Hasil kategorisasi variabel efikasi diri subjek, menunjukkan bahwa mayoritas subjek memiliki taraf efikasi diri yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas mahasiswa dapat menangani dengan baik keadaan dan situasi yang dihadapi, tekun dalam mengerjakan tugas-tugas, memiliki keinginan yang besar dalam memotivasi diri untuk menyelesaikan tugas yang sulit, percaya pada kemampuan diri sendiri dan memandang kesulitan sebagai tantangan. Efikasi diri yang tinggi dapat terbentuk pada Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dikarenakan adanya pengalaman berhasil (Mastery Experience) ketika individu memasuki jurusan terfavorit di Universitas Udayana (Sasmita
& Rustika, 2015). Hal ini serupa dengan pendapat Bandura (1997) bahwa pengalaman berhasil merupakan sumber efikasi diri yang penting. Dalam memperebutkan jurusan favorit tentunya akan ada banyak persaingan dalam memperolehnya, sehingga hal tersebut merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi. Adanya tantangan tersebut menyebabkan individu harus gigih dan bekerja keras untuk mencapai hal yang diinginkan. Ketika Indivdu berhasil memasuki jurusan favorit dengan persaingan yang ketat, maka hal tersebut akan meningkatkan rasa yakin individu terhadap kemampuan diri.
Menurut Bandura (1997) faktor yang dapat memengaruhi efikasi diri seseorang adalah faktor usia. Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin tinggi efikasi dirinya, karena adanya pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu hal yang terjadi. Adanya pengalaman yang diperoleh menyebabkan individu lebih mampu mengatasi rintangan dalam hidupnya. Faktor lainnya yang juga ikut menentukan efikasi diri seseorang adalah faktor tingkat pendidikan. Individu yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki efikasi diri yang lebih tinggi, karena pada dasarnya indvidu tersebut lebih banyak belajar, menerima pendidikan formal dan banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar dalam mengatasi persoalan-persoalan dalam hidupnya. Hal tersebut dapat dijelaskan dalam hasil penelitian yang mengindikasikan bahwa mahasiswa yang sudah berada pada tahap remaja akhir dan sedang menempuh pendidikan S-1 akan cenderung memiliki efikasi diri yang tinggi, karena pada tahap usia dan jenjang pendidikan tersebut individu sudah mulai membangun efikasi diri yang diperoleh dari pengalaman dan kemampuan yang mereka lalui dalam menghadapi masalah sebelumnya.
Hasil kategorisasi variabel social loafing subjek, menunjukkan bahwa mayoritas subjek memiliki taraf social loafing yang rendah. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas mahasiswa memberikan kontribusi ketika melakukan pengerjaan tugas kelompok, aktif dalam kelompok dan tidak menumpang pada usaha orang lain. Rendahnya taraf social loafing pada Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dipengaruhi oleh tingginya taraf harga diri dan tingginya taraf efikasi diri yang dimiliki Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hal ini ditunjukan pada hasil uji regresi berganda penelitian, yaitu harga diri dan efikasi diri secara bersama-sama berperan terhadap social loafing.
Di dalam penelitian ini terdapat perbedaan hasil studi pendahuluan di awal dengan hasil penelitian di akhir. Perbedaan tersebut disebabkan karena pada saat melakukan studi pendahuluan aitem-aitem yang dibuat oleh peneliti hanya didasarkan pada professional judgement dan belum melalui pengujian validitas konstruk, sehingga skala yang digunakan saat melakukan studi pendahuluan kurang mampu mengukur trait atau konstruk teoritik dari variabel social loafing.
Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan diantaranya faktor-faktor yang memengaruhi perilaku social loafing mahasiswa dalam penelitian ini hanya terdiri dari dua variabel, yaitu harga diri dan efikasi diri, sedangkan masih banyak faktor lain yang memengaruhi perilaku social loafing mahasiswa. Keterbatasan penelitian lainnya adalah penelitian ini menggunakan kuesioner yang terkadang jawaban yang diberikan oleh subjek tidak menunjukkan keadaan yang sesungguhnya. Peneliti juga hanya membatasi subjek penelitian pada mahasiwa program studi sarjana kedokteran dan profesi dokter, sehingga belum didapatkan variasi hasil penelitian dengan karakteristik mahasiswa dari program studi dan fakultas lainnya.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah harga diri dan efikasi diri berperan sebesar 57,2% dalam menurunkan taraf social loafing Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.Harga diri berperan dalam menurunkan taraf social loafing Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.fikasi diri berperan dalam menurunkan taraf social loafing Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.Mayoritas Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana memiliki taraf harga diri yang tergolong tinggi dengan persentase sebesar 56,5%.Mayoritas Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana memiliki taraf efikasi diri yang tergolong tinggi dengan persentase sebesar 50,6%.Mayoritas Mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana memiliki taraf social loafing yang tergolong rendah dengan persentase sebesar 67,1%.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan bagi mahasiswa Preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan harga diri dan efikasi diri agar mahasiswa dapat menggali dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Peningkatan harga diri dapat dilakukan dengan cara peduli terhadap anggota kelompok, menaati aturan dan norma yang berlaku di dalam kelompok dan menunjukkan kemampuan diri untuk memberikan kontribusi dalam kelompok. Peningkatan efikasi diri dapat dilakukan dengan cara berani mencoba menghadapi tantangan, terbuka terhadap pengalaman baru, gigih serta tekun dalam mengejar tujuan.
Bagi orangtua diharapkan dapat memberikan perlakuan yang dapat meningkatkan harga diri dan efikasi diri sejak dini, sehingga dapat terinternalisasi dengan baik di usia remaja. Orangtua diharapkan mampu memberikan perlakuan yang dapat mengembangkan harga diri anak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan dukungan kehangatan
kepada anak, menghargai usaha yang dilakukan oleh anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif mengeksplorasi lingkungannya. Orangtua juga dapat memberikan pengawasan dan kontrol agar anak tidak melakukan perilaku yang menyimpang. Hal tersebut akan membantu dalam mengembangkan harga diri anak. Orangtua diharapkan mampu memberikan perlakuan yang dapat mengembangkan efikasi diri anak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan tantangan sejak dini kepada anak, karena ketika anak berhasil mengatasi suatu tantangan akan membantu anak dalam mengembangkan efikasi diri.
Bagi institusi pendidikan diharapkan mampu merancang program-program yang dapat meningkatkan harga diri dan efikasi diri mahasiswa sehingga dapat berperan dalam mengurangi kecenderungan mahasiswa untuk melakukan perilaku social loafing, seperti memberikan pelatihan harga diri dan efikasi diri pada mahasiswa dalam bentuk pelatihan outbound dan pemberian informasi mengenai perilaku social loafing yang memiliki konsekuensi negatif pada mahasiswa.
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas sampel penelitian tidak hanya dari satu program studi saja, tapi dari semua fakultas yang terdapat di universitas agar data yang diperoleh dapat lebih bervariasi dan representatif. Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti variabel bebas lain selain variabel yang telah diteliti dalam penelitian ini yang mungkin dapat memengaruhi taraf social loafing, seperti motivasi berprestasi, kontrol diri dan sebagainya. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkombinasikan metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan metode lain, seperti wawancara maupun obervasi dalam menggali informasi terkait variabel tergantung.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2014). Psikologi kepribadian. Malang UMM Press.
Amin, Z., & Eng, K. H. (2009) Basics in medical education 2nd Edition. Singapore: World Scientific Publishing.
Anggraeni, F., & Alfian, I. N. (2015). Hubungan kohesivitas dan social loafing dalam pengerjaan tugas berkelompok pada Mahasiswa Psikologi Universitas Airlangga. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 4(2), 81-87.
Aulia, H., & Gazi, S. (2013). Pengaruh kohesivitas kelompok dan self efficacy terhadap social loafing pada anggota organisasi kedaerahan di Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tazkiya Journal of Psychology, 18(1), 79-88.
Azwar, S. (2016). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2016). Reliabilitas dan validitas.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Baldwin, S.A., & Hoffmman, J. P. (2002). The dynamics of self esteem: A growth curve analysis. Journal of Youth and Adolesence, 31(2), 101- 113.
Bali.tribunnews. (2018). SNMPTN di Universitas Udayana resmi ditutup, ini jurusan yang paling diminati. Diambil dari
http://bali.tribunnews.com/2018/03/08/snmptn-di-universitas-udayana-resmi-ditutup-ini-jurusan-yang-paling-diminati. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2018.
Bandura, A. (1997). Self efficacy: The exercise of control. New York: W.H. Freeman and Company.
Bemfkunud. (2005). Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Diambil dari http://bemfkunud.com/fk-unud/. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2018.
Bolton, M. K. (1999). The role of coaching in students teams: A “just in time” approach to learning. Journal of Management Education, 23(3), 233-250.
Dikti, D. (2008). Buku panduan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi pendidikan tinggi (Sebuah alternatif penyusun kurikulum). Jakarta: Direktorat Akademik Dirjen Dikti.
Duffy, M., Scott, K. L., Shaw, J. D., Tepper, B. J., & Aquino, K. (2012). A social context model of envy and social undermining. Academy of Management Journal, 55(3), 643-666.
Fajrin, N. (2017). Hubungan antara kohesivitas kelompok dan efikasi diri dengan kemalasan sosial pada anggota organisasi. Naskah Tidak Dipublikasikan, Fakultas Psikologi Univeritas Islam Sultan Agung, Jawa Tengah.
Field, A. (2009). Discovering statistic using SPSS 3rd Edition. SAGE Publication.
Hall, D., & Buzwell, S. (2012). The problem of free-riding in group projects: Looking beyond social loafing as reason for non-contribution. Active Learning in Higher Education, 14(1), 37-49.
Harsini, A. (2008). Self-esteem pada remaja. Jurnal Psikovidya, 12(2), 112-118.
Harsono. (2008). Pengantar problem-based learning.
Yogyakarta: MEDIKA FK UGM.
Harter, S. (2012). The construction of the self. New York: The Guilford Press.
Hidayati, N. (2016). Hubungan antara harga diri dan kepercayaan diri dengan social loafing pada mahasiswa. Naskah Tidak Dipublikasikan, Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Jawa Tengah.
Karau, S. J., & William, K. D. (2013). The effect of group cohesiveness on social loafing and social compensation. Personality and Social Psychology Bulletin, 25(11), 1342-1354.
Kurdi, F. N. (2009). Penerapan student-centered learning dari teacher-centered learning mata ajar ilmu kesehatan pada program studi penjaskes. Forum Kependidikan, 28(2), 108-113.
Legowo, V. A., Yuwono, S., & Rustam, A. (2009).
Correlation between self efficacy and perception of leadership transformasional style with job
participation on the employees. Jurnal
Psikohumanika, 2(1), 22-32.
Liden, R. C., Wayne, S. J., Jaworski, R. A., & Bennett, N. (2004). Social loafing: A field investigation. Journal of Management, 30(2), 285-304.
Mello, J. (1993). Improving individual member accountability in small work group settings. Journal of Management Education, 17(2), 253-259.
Moeliono, L. (2012). Self efficacy pada seorang perempuan mantan pecandu napza – Sebuah studi kasus. Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(1), 1-13.
Mruk, C. J. (2014). Self esteem and positive psychology 4 th Edition: Research, theory, and practice. New York: Springer Company.
Myers, D. G. (2012). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Pabiban, R. (2007). Hubungan antara efikasi diri dan prestasi akademik. Naskah Tidak Dipublikasikan, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Piezon., S., & Ferree, W. (2008). Perceptions of social loafing in online learning groups: A study of Public University and U.S. Naval War College students. International Review of Research in Open and Distance Learning, 9(2), 1-17.
Poskotanews.com, 18 Oktober (2018). Jurusan kedokteran masih jadi favorit masuk PTN. Diambil dari http://poskotanews.com/2017/02/19/jurusan-kedokteran-masih-jadi-favorit-masuk-ptn/. Diakses
pada yanggal 18 Oktober 2018.
Rahman, M. S., Karan, R., & Biswas. (2014). Understanding the associations among emotional intelligence, self esteem, and social loafing: An empirical study. Bangladesh University of Professional Journal, 1(2), 20-38.
Rustika, I. M. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik pada remaja. (Disertasi tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S. W. (2005). Psikologi sosial: Psikologi kelompok dan psikologi terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
Sasmita, D., & Rustika, M. (2015). Peran efikasi diri dan dukungan sosial teman sebaya terhadap penyesuaian diri mahasiswa tahun pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Psikologi Udayana. 2(2), 280-289.
Schunk, Dale H., Paul R. Pintrich & Judith L. Meece. (2012). Motivasi dalam pendidikan: Teori, penelitian dan aplikasi. Jakarta: PT Indeks.
Sulistiyowati. (2008). Hubungan antara harga diri dengan motivasi belajar mahasiswa semester II DIV Kebidanan UNS 2007/2008. Naskah Tidak Dipublikasikan, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
WHO. (2010). Framework for action on interprofessional education and collaborative practice. Diambil dari
https://www.who.int/hrh/resources/framework_action /en/. Diakses pada tanggal 22 Januari 2019.
Xiangyu, Y., Huanhuan, L., Shan, J., Fei, P., & Zhongxin, L. (2014). Group laziness: The effect of social loafing on group performance. Social Behavior & Personality: An International Journal, 42(3), 465471.
LAMPIRAN
Tabel 1
Deskripsi Data Penelitian
Variabel Penelitian |
Mean Teoritis |
Mean Empiris |
Standar Deviasi Teoritis |
Standar Deviasi Empiris |
Xmin |
Xmax |
Sebaran Teoritis |
Sebaran Empiris |
t (sig) |
Social Loafing |
97,5 |
79,45 |
19,5 |
9,859 |
52 |
105 |
39-156 |
52-105 |
-16,882 (0,000) |
Harga Diri |
90 |
105,34 |
18 |
12,062 |
82 |
144 |
36-144 |
82-144 |
11,726 (0,000) |
Efikasi Diri |
90 |
103,94 |
18 |
13,624 |
80 |
141 |
36-144 |
80-141 |
9,434 (0,000) |
Tabel 2
Kategorisasi Social Loafing
Rentang Nilai |
Kategori |
Jumlah |
Persentase |
X ≤ 68,25 |
Sangat Rendah |
11 |
12,9% |
68,25 < X ≤ 87,75 |
Rendah |
57 |
67,1% |
87,75 < X ≤ 107,25 |
Sedang |
17 |
20,0% |
107,25 < X ≤ 126,75 |
Tinggi |
0 |
0% |
126,75 < X |
Sangat tinggi |
0 |
0% |
Total |
85 |
100% |
Tabel 3
Kategorisasi Harga Diri | |||
Rentang Nilai |
Kategori |
Jumlah |
Persentase |
X ≤ 63 |
Sangat Rendah |
0 |
0% |
63 < X ≤ 81 |
Rendah |
0 |
0% |
81 < X ≤ 99 |
Sedang |
25 |
29,4% |
99 < X ≤ 117 |
Tinggi |
48 |
56,5% |
117 < X |
Sangat tinggi |
12 |
14,1% |
Total |
85 |
100% |
Tabel 4
Kategorisasi Efikasi Diri
Rentang Nilai |
Kategori |
Jumlah |
Persentase |
X ≤ 63 |
Sangat Rendah |
0 |
0% |
63 < X ≤ 81 |
Rendah |
1 |
1,2% |
81 < X ≤ 99 |
Sedang |
31 |
36,5% |
99 < X ≤ 117 |
Tinggi |
43 |
50,6% |
117 < X |
Sangat tinggi |
10 |
11,8% |
Total |
85 |
100% |
Tabel 5
Hasil Uji Normalitas
Variabel |
Kolmogorv-Smirnov |
Sig. |
Kesimpulan |
Social Loafing |
0,070 |
0,200 |
Data Normal |
Harga Diri |
0,083 |
0,200 |
Data Normal |
Efikasi Diri |
0,064 |
0,200 |
Data Normal |
Tabel 6
Hasil Uji Linieritas
Variabel |
Linearity |
Deviation from Linearity |
Kesimpulan |
Social Loafing* Harga Diri |
0,000 |
0,122 |
Data Linear |
Social Loafing* Efikasi Diri |
0,000 |
0,436 |
Data Linear |
Tabel 7
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel |
Tolerance |
VIF |
Kesimpulan |
Harga Diri |
0,580 |
1,723 |
Tidak terjadi multikolinearitas |
Efikasi Diri |
0,580 |
1,723 |
Tidak terjadi multikolinearitas |
Tabel 8
Hasil Uji Regresi Berganda
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. | |
Regression |
4674,307 |
2 |
2337,154 |
54,902 |
0,000 |
Residual |
3490,704 |
82 |
42,570 | ||
Total |
8165,012 |
84 |
Tabel 9
Besaran Sumbangan Variabel Bebas terhadap Variabel Tergantung
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
0,757 |
0,572 |
0,562 |
6,525 |
Tabel 10
Hasil Uji Hipotesis Minor dan Garis Regresi Linear Berganda
Variabel |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. | |
B |
Sts. Error |
Beta | |||
(Constant) |
147,373 |
6,523 |
22,592 |
0,000 | |
Harga Diri |
-0,425 |
0,077 |
-0,520 |
-5,483 |
0,000 |
Efikasi Diri |
-0,223 |
0,069 |
-0,308 |
-3,252 |
0,002 |
67
Discussion and feedback