Jurnal Psikologi Udayana

2018, Vol.5, No.1, 116-122


Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Udayana

ISSN: 2354 5607

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA SUKU BATAK DI UNIVERSITAS UDAYANA Christina Alfiani dan David Hizkia Tobing

Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

christina.alfiani@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana.Penelitian menggunakan metode kuantitatif.Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling.Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Suku Batak yang terdaftar dalam paguyuban Ikatan Mahasiswa Sumatera Utara (IMSU) Bali.Alat ukur dalam penelitian ini adalah skala konformitas dan motivasi berprestasi.Koefisien reliabilitas skala konformitas adalah 0,909 dan skala motivasi berprestasi adalah 0,918. Penelitian ini menggunakan analisis data korelasi pearson product moment. Hasil dari penelitian diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,459 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 (0,000<0,05), sehingga dapat dinyatakan terdapat hubungan yang positif antara konformitas dengan motivasi berprestasi.

Kata kunci:mahasiswa Suku Batak, Universitas Udayana, konformitas, motivasi berprestasi.

Abstract

The purpose of this study is to observe any presence of correlation between conformity and achievement motivation for Bataknese students in Universitas Udayana. Quantitative method was applied in this study. The sampling technique being used was simple random sampling. The respondents for this study were Bataknese students who were the member of Ikatan Mahasiswa Sumatera Utara (IMSU) Bali. The measuring criterion in this study was the scale of conformity and motivation of academic accomplishment. The coefficient of reliability scale for conformity was 0.909, and the scale for motivation of academic accomplishment was 0.918, and this study also used person product momentcorrelation data analysis. The result of the study showed there was correlating coefficient of 0.459 with the probability value of 0.000 (0.000<0.05), resulting a confirmation that there is a positive correlation between conformity and motivation of academic accomplishment. The determination coefficient (R2) was obtained in amount of 0.210 which means 21% of motivation of academic accomplishment can be explained by conformity variable, while the rest of 79% can be explained by other factors.

Keywords: Bataknese, students, Universitas Udayana, conformity, achievement motivation.

LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, serta melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 2007). Remaja adalah individu yang berada pada rentang usia 12-21 tahun dengan tiga masa pembagian, yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja tengah 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun (Monks, Knors, & Haditono, 2002). Remaja cenderung memiliki motivasi dalam dirinya dan salah satu motivasi yang ingin dicapai remaja adalah motivasi berprestasi (McClelland dalam Santrock, 1999).

Motivasi berprestasi merupakan faktor penting yang harus dimiliki remaja, mengingat remaja yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mampu mengambil keputusan secara mandiri (Sobur, 2003). Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dapat menjadi penggerak yang memotivasi semangat bekerja seseorang, yang mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan menggerakkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang maksimal (McClelland dalam Djamarah, 2011).

Motivasi berprestasi menurut Suryabrata (2004) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor sosial. Suryabrata menjelaskan bahwa faktor sosial yang dimaksud adalah faktor sesama manusia, baik ketika manusia itu saling berinteraksi secara langsung, maupun tidak langsung, contohnya adalah teman kelompok atau peer group. Peranan teman kelompok pada remaja sangat penting dan dapat memengaruhi motivasi berprestasi. Remaja cenderung berteman secara berkelompok, remaja juga memilih berteman dengan orang yang memiliki karakteristik perilaku dan kepribadian yang sama dengan dirinya (Brown & Klute, dalam Feldman, Papalia, & Olds, 2009). Konformitas remaja dengan teman sebayanya menguat pada masa remaja awal (12-14 tahun) dan remaja tengah (15-17 tahun) dibandingkan pada usia sebelum remaja dan remaja akhir (Berundt dalam Steinberg, 1989).

Konformitas dalam kelompok akan memengaruhi perilaku remaja. Pemilihan teman sangat berpengaruh dalam imitasi kelompok. Remaja yang dapat membedakan hal yang baik dan hal yang buruk dalam lingkungan kelompoknya adalah remaja yang akan memperoleh dampak positif dari kelompoknya bagi kehidupan remaja tersebut. Tetapi sebaliknya, apabila remaja tidak dapat membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk dalam lingkungan kelompoknya, maka remaja tersebut akan mendapatkan hal yang negatif dari kelompoknya tersebut (Wenar & Kerig, 2006). Bentuk tingkah laku menyesuaikan diri dengan tingkah laku orang lain, sehingga menjadi kurang lebih sama atau

identik untuk mencapai tujuan tertentu merupakan pengertian dari konformitas (Sears, 1994).

Menjadi konformis atau sama dengan anggota kelompok dapat memengaruhi motivasi berprestasi. Sebagai contoh, remaja yang memiliki prestasi tinggi akan terpacu untuk bersaing dan ingin mengimitasi perilaku tersebut agar dapat sama dengan teman kelompoknya, begitu pula sebaliknya, jika remaja tergabung dalam kelompok yang memiliki motivasi berprestasi rendah, remaja tersebut akan mengikuti perilaku kelompoknya. Senada dengan Taylor, Peplau, dan Sears (2009), bahwa peniruan dan penyesuaian adalah aspek penting dari konformitas.

Suku Batak merupakan salah satu suku di Indonesia yang memiliki adat istiadat dan sistem kekerabatan yang masih sangat kuat dianut oleh masyarakatnya. Suku Batak memiliki falsafah dalam perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi: Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul, yaitu suatu filosofi agar kita senantiasa menjaga hubungan baik dengan tetangga karena tetangga adalah teman terdekat, namun dalam pelaksanaan adat yang pertama pertama dicari adalah yang satu marga (Sinaga, 2007). Falsafah ini menunjukkan bahwa masyarakat Batak cenderung akan berkumpul dengan sesama marganya atau sesama sukunya ketika orang Batak merantau ke daerah lain.

Dari hasil studi pendahuluan wawancara yang peneliti lakukan terhadap mahasiswa Suku Batak di Bali, didapatkan bahwa remaja Batak cenderung berperilaku konformis, remaja batak yang merantau lebih banyak menghabiskan waktu dan bergaul dengan teman-teman yang memiliki kesamaan suku. Hal ini membuktikan bahwa falsafah Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul telah berakar dalam diri masyarakat Batak dan diturunkan dari generasi ke generasi. Organisasi kemahasiswaan Batak yang dapat ditemui di Universitas Udayana adalah Ikatan Mahasiswa Sumatera Utara (IMSU). IMSU didirikan atau dibentuk pada tanggal 04 Maret 1992. IMSU berdiri karena adanya rasa senasib dan sepenanggungan dengan sesama teman-teman yang berasal dari Sumatera Utara (Alfiani, 2015).

Hasil wawancara tersebut juga menyebutkan bahwa semenjak IMSU berdiri, IMSU telah banyak membaktikan diri baik kepada mahasiswa, orangtua yang berasal dari Sumatera Utara, maupun kepada organisasi lain yang ada di Bali. IMSU tidak berjalan dengan mulus ketika menjalankan baktinya, karena sering mendapatkan masalah interen ataupun eksteren. Perdebatan antar sesama anggota IMSU seringkali terjadi hingga hampir menyebabkan perpecahan. Berkat beberapa anggota IMSU yang kompak dan masih merasa memiliki IMSU, maka hingga saat ini IMSU masih tetap dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan tujuan IMSU yaitu saling membantu sesama perantau dari daerah

Sumatera Utara pada khususnya dan masyarakat pada umumnya (Alfiani, 2015).

Pemaparan diatas dapat membuktikan bahwa IMSU Bali merupakan salah satu organisasi mahasiswa Batak yang memiliki tingkat konformitas yang positif, dimana remaja yang tergabung didalamnya berusaha menjadi conform dengan anggota kelompok, yaitu dalam hal mempertahankan budaya Batak dan membantu sesama perantau yang berasal dari daerah Sumatera Utara. Menjadi konformis, bukan berarti anggota IMSU tidak memiliki prestasi. Beberapa dari anggota IMSU telah mengukir prestasi baik dari bidang akademis maupun non akademis, seperti Elbinsar Purba yang meraih prestasi dibidang akademis, Elbinsar yang pernah menjabat sebagai presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) periode 2012-2013 kini berhasil meraih beasiswa master di Belanda.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti ingin menguji apakah terdapat hubungan antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana serta ingin mengetahui bagaimana hubungan antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana.

METODE

Variabel dan definisi operasional

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu konformitas. Bentuk tingkah laku menyesuaikan diri dengan tingkah laku orang lain, sehingga menjadi kurang lebih sama atau identik untuk mencapai tujuan tertentu merupakan pengertian dari konformitas. Variabel tergantung dalam penelitian ini yaitu motivasi berprestasi. Definisi operasional dari variabel motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang berasal dari dalam diri individu untuk berusaha keras agar mencapai suatu standar yang ingin dicapai dan juga adanya keinginan untuk lebih unggul dibandingkan orang lain.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa Suku Batak yang terdaftar dalam paguyuban IMSU BALI di Universitas Udayana berusia 18-21 tahun. Metode sampling dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah simple random sampling.

Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 428 orang. Penghitungan jumlah sampel didasarkan pada tabel pedoman ukuran sampel dari Isaac dan Michael (dalam Sugiyono, 2014) dengan taraf kesalahan sampling 5%. Jumlah sampel penelitian ini minimal 191orang dengan kriteria yang sudah disebutkan sebelumnya. Sampel penelitian pada penelitian ini adalah 200 orang.

Tempat penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Provinsi Bali. Pengambilan data dilakukan setelah mendapatkan ijin dari pihak IMSU BALI, dengan menunjukkan surat pengambilan data dari Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali.

Alat ukur

Penelitian ini menggunakan skala konformitas yang diadaptasi dari skala konformitas milik Yuliantari (2014) dan skala motivasi berprestasi diadaptasi dari skala motivasi berprestasi milik Prabadewi (2014). Skala yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini adalah berjenis skala Likert. Pernyataan-pernyataan dalam skala konformitas dan motivasi berprestasi akan disajikan dalam dua arah yaitu aitem Favorabel dan aitem unfavorable. Untuk skala konformitas dan motivasi berprestasi, akan disajikan 4 alternatif jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (S), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Hasil uji kesahihan skala konformitas memiliki nilai koefisien validitas yang bergerak dari 0,251 hingga 0,667 dengan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,909, sedangkan untuk skala motivasi berprestasi memiliki nilai koefisien validitas yang bergerak dari 0,276 hingga 0,779 serta nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,918.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data primer dengan cara menyebar kuisioner kepada mahasiswa Suku Batak yang terdaftar dalam paguyuban IMSU BALI di Universitas Udayana. Kuisioner dalam penelitian yang berisi serangkaian daftar pertanyaan tertutup yaitu bentuk pertanyaan dimana subjek hanya memilih jawaban yang telah tersedia dalam kuisioner tersebut. Subjek diharuskan untuk jujur dalam memilih pernyataan yang diajukan tanpa bantuan orang lain. Di dalam instrumen penelitian tersebut terdapat skala pengukuran yang merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan interval yang terdapat dalam alat ukur sehingga jika alat ukur tesebut digunakan akan menghasilkan data kuantitatif. Dalam kuesioner ini terdapat dua data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Kuisioner yang pertama adalah kuesioner konformitas dan kuisioner yang kedua adalah kuisioner motivasi berprestasi. Kedua skala tersebut disusun berdasarkan teori yang relevan dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

Metode analisis data

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana, peneliti melakukan analisis korelasi Pearson Product Moment. Analisis korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung serta melihat arah dan kekuatan hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung.

HASIL PENELITIAN

Data Demografi

Remaja yang menjadi subjek penelitian ini berjumlah 200 remaja yang terdaftar dalam paguyuban IMSU BALI, dengan subjek berjenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 102 orang, sedangkan subjek berjenis kelamin perempuan sebanyak 98 orang. Rentang usia subjek yakni 18 tahun hingga 21 tahun.

Uji Asumsi Data Penelitian

Hasil uji normalitas menunjukan bahwa sebaran data pada variabel konformitas memiliki nilai signifikansi dengan probabilitas (p) 0,067 (p>0,05), maka dapat dikatakan bahwa sebaran pada variabel konformitas adalah normal. Selanjutnya, sebaran data pada variabel motivasi berprestasi memiliki nilai signifikansi dengan probabilitas 0,176 (p>0,05), maka dapat dikatakan bahwa sebaran pada motivasi berprestasi bersifat normal. Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa konformitas dengan motivasi berprestasi adalah linear karena memiliki nilai signifikansi dengan probabilitas sebesar 0,000 (p<0,05). Berdasarkan uji normalitas dan uji linearitas yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa data penelitian bersifat normal dan linear.

Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment diketahui bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,459. Koefisien korelasi yang bernilai positif menyatakan arah hubungan yang positif antara variabel konformitas dengan variabel motivasi berprestasi. Hasil tersebut berarti bahwa semakin tinggi konformitas yang terjadi pada mahasiswa Suku Batak Udayana, maka motivasi berprestasi akan semakin tinggi.

Tabel 1.

Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment

Jumlah subjek

Pearson Correlation                                   Motivasi Sig. (2-tailed)

Konformitas Berprestasi

Konformitas                   1                     0.459           0,000           200

MotivasiBerprestasi           0.459                 1               0,000           200

Nilai koefisien korelasi 0,459 menunjukkan tingkat korelasi yang lemah.Lemahnya korelasi antara variabel konformitas dan variabel motivasi berprestasi ditunjukkan dari nilai koefisien korelasi sebesar 0,459 lebih kecil dari 0,5 dan hampir mendekati 1. Menurut Santoso (2003) apabila nilai dari koefisien korelasi kurang dari 0,5, maka terdapat hubungan yang lemah.

Nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,000 kurang dari dari 0,05 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara variabel konformitas dan variabel motivasi berprestasi. Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara variabel konformitas dan variabel motivasi berprestasi. Variabel konformitas dan variabel motivasi berprestasi berhubungan secara positif dan hubungan antara kedua variabel menunjukkan hubungan yang lemah.

Kategorisasi Skor Skaia

Tabel 2.

Hasil Kategorisasi Skor Respoudeii pada Variabel Konformitas

Vatiabel

Rentang Nilai

Kategori

Responden

Presentase

X <64.75

Sangat Rendah

1

0.5%

64.75 <X< 83.25

Rendah

66

33.0%

Konforniitas

83,25 <X< 101.75

Sedang

88

44.0%

101,75 <X< 120,25

Tinggi

45

22,5%

120.25 < X

Sangat Tinggi

0

0%

Jumlali

200

100%

Kategori variabel konformitas tersebut menunjukkan bahwa responden yang termasuk dalam kategori sangat rendah sebanyak 1 orang, kategori rendah sebanyak 66 orang, kategori sedang sebanyak 88 orang, kategori tinggi sebanyak 45 orang, dan kategori sangat tinggi sebanyak 0 orang. Hasil kategorisasi di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden memiliki skor konformitas yang berada di tingkat sedang.

Melalui data yang sudah dianalisis didapatkan hasil mean teoritis variabel konformitas sebesar 92,5 sedangkan mean empiris variabel konformitas sebesar 89,27 yang artinya mean teoritis lebih besar dari mean empiris. Hal ini menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini memiliki konformitas yang rendah terhadap kelompok Tabel 3.

Hasil Kategorisasi Skor Responden pada Variabel Motis asi Berprestasi

Variabel

Rentang Nilai

Kategoii

Responden

Presentase

X <50,75

Sangat Rendah

0

0%

50.75 <X< 65.25

Rendah

21

10.5%

Motivasi

Beiprestasi

65.25 <X≤ 79.75

Sedang

74

37.0%

79.75 <X< 94.25

Tinggi

98

49.0%

94,25 < X

Sangat Tinggi

7

3,5%

Jumlah

200

100%

Kategori variabel motivasi berprestasi tersebut menunjukkan bahwa responden yang termasuk dalam kategori sangat rendah sebanyak 0 orang, kategori rendah 21 orang, kategori sedang sebanyak 74 orang, kategori tinggi sebanyak 98 orang, dan kategori sangat tinggi sebanyak 7 orang. Hasil kategorisasi di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden memiliki skor motivasi berprestasi yang berada di tingkat tinggi.

Melalui data yang sudah dianalisis didapatkan hasil mean teoritis variabel motivasi berprestasi sebesar 72,5 sedangkan mean empiris variabel motivasi berprestasi sebesar 79,87 yang artinya mean teoritis lebih kecil dari mean empiris. Hal ini menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini memiliki motivasi berprestasi yang tinggi terhadap kelompok.

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Pembahasan

Penelitian dilakukan pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana yang terdaftar dalam paguyuban IMSU. Kuesioner disebar kepada mahasiswa-mahasiswi angkatan tahun 2012, 2013, 2014, dan 2015. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana serta bagaimana hubungan antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat oleh peneliti yang berbunyi “apakah ada hubungan antara konformitas terhadap motivasi berprestasi pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana?”, serta “bagaimanakah hubungan antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana?”. Selanjutnya peneliti merumuskan hipotesis mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor pada penelitian ini berbunyi “Ha : ada hubungan antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana”, dan “Ho : tidak ada hubungan antara konformitas terhadap motivasi berprestasi pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana”. Hipotesis minor pada penelitian ini berbunyi “ada hubungan positif antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana”.

Setelah melakukan analisis data dengan uji korelasi pearson product moment diperoleh hasil bahwa hipotesis yang terpenuhi pada penelitian ini adalah hipotesis mayor dan satu hipotesis minor. Hipotesis yang terpenuhi adalah “ada hubungan antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana” serta “ada hubungan positif antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana”. Hal ini sesuai dengan pendapat Bernadt dkk 1998 (dalam Allia, 2001) bahwa remaja yang mempunyai teman dekat dan diterima dalam kelompoknya biasanya mempunyai self esteem yang tinggi, kemampuan sosial yang baik serta kesuksesan akademik. Konformitas positif remaja yang berhasil di sekolah adalah remaja yang memiliki pandangan yang sama dengan kelompok dan kelompok memiliki aspirasi yang tinggi terhadap pendidikan (Dusek, 1996).

Terpenuhinya hipotesis alternatif atau Ha mengacu pada besarnya hubungan variabel konformitas dan motivasi berprestasi yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,459. Hal ini menandakan bahwa konformitas dan motivasi berprestasi terdapat hubungan yang lemah karena nilai koefisien korelasi yang kurang dari 0,5. Nilai koefisien yang bernilai positif menunjukkan arah hubungan antara konformitas dan motivasi berprestasi, sehingga semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi motivasi berprestasi, begitu pula sebaliknya. Tingkat signifikansi koefisien korelasi menghasilkan nilai sebesar 0,000 kurang dari 0,05 (0,000<0,05) sehingga dapat dikatakan hubungan antara variabel konformitas dan motivasi berprestasi adalah linear.

Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor sosial yang artinya adalah faktor sesama manusia, baik ketika manusia itu saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dimana salah satu contohnya adalah teman kelompok (Suryabrata, 2004). Konformitas merupakan faktor yang kuat dimana seseorang perilaku dan pola berpikirnya dapat terpengaruh, terutama dalam melakukan kegiatan-kegiatan secara berkelompok. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono dan Nurwidayati (2015) yang menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa dimana koefisien korelasinya sebesar 0,788.

McClleland (dalam Robbins & Judge, 2007) mengemukakan bahwa banyak kebutuhan diperoleh dari kebudayaan suatu masyarakat, faktor sosial budaya berpengaruh dalam menampilkan motivasi berprestasi, dalam konteks filosofi Suku Batak yaitu hamoraon (kekayaan materi), hagabeon (anak), dan hasangapon (kehormatan). Artinya adalah ada anak, ada harta, kemudian terhormat di masyarakat sangat memengaruhi motivasi berprestasi mahasiswa Suku Batak di bidang pendidikan (dalam Harahap & Siahaan, 1987).

Konformitas pada remaja dapat menjadi positif dan negatif. Remaja terlibat dengan tingkahlaku sebagai akibat dari konformitas negatif, seperti menggunakan bahasa asal-asalan, bolos sekolah, mencuri, mencoret-coret fasilitas umum, malas belajar, mempermainkan orangtua dan guru. Konformitas ada juga yang tidak negatif dan merupakan keinginan untuk terlibat dalam dunia teman sebaya, misalnya cara berpakaian, terlibat dalam organisasi sosial, magang di perpustakaan dan sebagainya (Santrock, 2003).

Pengalaman konformitas dalam kehidupan sehari-hari dibentuk oleh konteks kultural (Kim & Mark dalam Taylor, dkk, 2009). Kultur individualis seperti di Amerika Serikat dan Eropa Barat lebih menekankan pada kebebasan dan kemandirian personal, anak diajari untuk mandiri dan tegas, anak diberi kebebasan dan didorong untuk lebih kreatif, dalam kultur ini aspek negatif dari konformitas lebih

ditekankan. Tekanan konformitas dari kelompok dianggap mengancam keunikan individu serta menghilangkan otonomi dan kontrol personal.

Sebaliknya, dalam kultur kolektivis seperti pada negara Afrika, Asia, dan Amerika Latin makna konformitasnya berbeda. Kultur kolektivis ini menekankan pentingnya ikatan dengan kelompok sosial.Orangtua sangat memerhatikan kepatuhan, perilaku yang tepat, dan penghormatan terhadap tradisi kelompok (Berry, Poortinga, Segall, & Dasen dalam Taylor, dkk, 2009). Kultural kolektivis lebih menekankan aspek positif dari konformitas. Konformitas dianggap bukan sebagai respon terhadap desakan sosial, tetapi sebagai cara untuk menjalin hubungan dengan orang lain dan untuk memenuhi kewajiban moral. Riset lintas kultural menunjukkan konformitas yang lebih besar kepada norma kelompok dalam kultur kolektivis daripada kultur individualis (Bond & Smith dalam Taylor, dkk, 2009).

Pada akhirnya, setelah melalui uji analisis, penelitian ini telah mampu menjawab pertanyaan dari rumusan masalah dan mencapai tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan dan bagaimana hubungan antara konformitas dengan motivasi berprestasi mahasiswa Universitas Udayana Suku Batak.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah ada hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat konformitas maka semakin tinggi motivasi berprestasi pada mahasiswa, begitu pula sebaliknya.

Saran

  • 1.    Saran Praktis

Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, maka dapat disampaikan beberapa saran kepada beberapa pihak, yaitu:

  • a.    Bagi Subjek Penelitian

Agar mahasiswa tidak selalu mengikuti ataupun menyamakan perilakunya terhadap kelompok serta dapat memiliki pendirian yang kuat. Perilaku kelompok yang bersifat positif dapat ditiru, namun apabila perilaku kelompok sudah bersifat negatif sebaiknya mahasiswa tidak mengikutinya.

  • b.    Bagi Orangtua

Agar orangtua selalu mengawasi dan memberikan perhatian kepada anak-anaknya mengenai hubungan sosial dan akademik, sehingga tidak terjadi hal-hal yang negatif didalam kehidupan anak tersebut serta anak-anaknya dapat memotivasi diri untuk menggapai prestasi yang tinggi.

  • c.    Bagi IMSU

Membuat kegiatan yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi misalnya mengadakan perlombaan yang bersifat akademik, mengadakan pelatihan team building agar konformitas anggota IMSU dapat memberikan dampak positif dalam rangka meningkatkan motivasi berprestasi para anggota IMSU.

  • 2.    Saran Bagi Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat peneliti berikan kepada peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut :

  • a)    Melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai konformitas, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai peranan konformitas terhadap motivasi berprestasi

  • b)    Melakukan penelitian yang menguji atau membahas faktor-faktor lainnya yang memengaruhi motivasi berprestasi individu misalnya pola asuh orangtua, kematangan sosial, faktor fisiologis maupun faktor psikologis individu, dan lain sebagainya.

  • c)    Membuat aitem kuesioner yang lebih mudah dipahami oleh responden karena aitem yang kurang akurat dan banyaknya aitem yang gugur membuat hasil korelasi penelitian antar variabel lemah.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiani, C. (2015). Hubungan antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa suku batak di universitas udayana. (Skripsi tidak dipublikasikan). Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali.

Allia, H. (2001). Hubungan antara konformitas kelompok teman sebaya dan orientasi tujuan dengan prestasi akademik pada remaja. (Skripsi tidak dipublikasikan). Jakarta: Universitas Indonesia.

Djamarah, S. (2011). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dusek, J. B. (1996). Adolescence and youth: Psychological development in a changing. New York: Harpercollins Publisher. Inc.

Feldman, R. D., Papalia, & Olds. (2009). Human development. Jakarta: Salemba Humanika.

Harahap, B. H. & Siahaan, H. M. (1987). Orientasi nilai-nilai budaya batak : Suatu pendekatan terhadap perilaku batak toba dan angkola-mandailing. Jakarta: Sanggar Willem Iskandar.

Monks, F., Knors, A.,  & Haditono, S. (2002). Psikologi

perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Prabadewi, K. (2014). Hubungan konsep diri akademik dengan motivasi berprestasi pada remaja awal. (Skripsi tidak dipublikasikan). Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali.

Robbins & Judge. (2007). Organizational behavior (13th ed.). New Jersey: Pearson Education Inc.

Santoso, S. (2003). Mengatasi berbagai masalah statistik dengan spss versi 11.5. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Santrock, J. W. (1999). Life-span development (7th ed.). Dallas: McGraw-Hill Companies.

Santrock, J. W. (2003). Adolecence : Perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2007). Remaja, edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga.

Sears, D. F. (1994). Psikologi sosial: jilid 2. (M. Adryanto, Trans.). Jakarta: Erlangga.

Sinaga, R. (2007). Bahasa batak toba untuk pemula-naposobulung. Jakarta: Dian Utama.

Sobur, A. (2003). Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia.

Steinberg, S. S. (1989). Diagnostic surgical pathology volume I. New York: Raven Press Ltd.

Suryabrata, S. (2004). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial. Edisi XII. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Wenar & Kerig. (2006). Developmental psychopathology. New York: The McGraw-Hill Companies.

Wicaksono, A. B., & Nurwidawati, D. (2015). Hubungan antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa psikologi universitas negeri surabaya. Retrieved from hhtp://ejournal.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/ 10943

Yuliantari, M. I. (2014). Hubungan konformitas dan harga diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri di Kota Denpasar. (Skripsi tidak dipublikasikan). Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali.

122