PENGARUH UPAH DAN TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI MEBEL DI KOTA DENPASAR
on
PIRAMIDA Vol. XIV No. 1 : 34 - 48
ISSN : 1907-3275
PENGARUH UPAH DAN TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI MEBEL DI KOTA DENPASAR
Nashahta Ardhiaty Nurfiat [email protected]
Surya Dewi Rustariyuni [email protected]
ABSTRAK
Industri kecil memiliki peran yang sangat penting di Provinsi Bali khususnya di Kota Denpasar dalam menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat. Perkembangan industri kecil ini akan dapat menurunkan tingkat penggangguran dan kemiskinan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis 1) Pengaruh tingkat upah dan teknologi terhadap produktivitas kerja 2) Pengaruh tingkat upah, teknologi dan produktivitas kerja terhadap penyerapan tenaga kerja 3) Pengaruh tidak langsung tingkat upah dan teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja melalui produktivitas kerja. Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar dengan responden pengusaha industri mebel meja kayu yang meliputi 4 Kecamatan yaitu Denpasar Utara, Denpasar Timur, Denpasar Selatan dan Denpasar Barat. Obyek pada penelitian ini meliputi tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja dan penyerapan tenaga kerja. Sampel pada penelitian ini berjumlah 104 responden. Teknik sampel yang digunakan adalah probability sampling atau simple random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini antara lain observasi, kuesioner dan wawancara secara mendalam. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur/path analysis dan uji sobel untuk menganalisis pengaruh tidak langsung melalui variabel intervening. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa tingkat upah dan teknologi berpengaruh postif dan signifikan terhadap produktivitas kerja industri mebel meja kayu. Variabel tingkat upah, teknologi dan produktivitas kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri mebel meja kayu di Kota Denpasar. Variabel produktivitas kerja merupakan variabel mediasi pengaruh tidak langsung variabel tingkat upah dan teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel meja kayu di Kota Denpasar. Saran dari penelitian ini pengusaha memiliki kebijakan pemberian insentif atau bonus yang tepat kepada para tenaga kerjanya sehingga dapat meningkatkan produksi.
Kata kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja
ABSTRACT
Small industry has a very important role in the Province of Bali, especially in the city of Denpasar in providing employment opportunities for the community. The development of this small industry will reduce unemployment and poverty. The purpose of this study is to analyze 1) The influence of wage and technology level on work productivity 2) Effect of wage rate, technology and work productivity on labor absorption 3) Indirect influence of wage and technology level on labor absorption through work productivity. This research was conducted in Denpasar City with respondents of wooden furniture industry entrepreneurs covering 4 subdistricts namely North Denpasar, East Denpasar, South Denpasar and West Denpasar. Objects in this study include wage rates, technology, work productivity and employment. The sample in this study amounted to 104 respondents. The sample technique used is probability sampling or simple random sampling. Data collection methods used in this study include observation, questionnaires and in-depth interviews. Data analysis technique used is path analysis / path analysis and test of sobel to analyze indirect influence through intervening variable. Based on the research results obtained conclusion that the level of wages and technology postive and significant influence on the productivity of wood furniture industry desk work. Variable wage rate, technology and work productivity have a positive and significant effect to the absorption of labor of wooden table furniture industry in Denpasar City. Work productivity variable is the variable of mediation of indirect influence of variable of wage rate and technology to the absorption of labor in wooden furniture industry in Denpasar City. Suggestion from this research entrepreneurs have the policy of giving the right incentive or bonus to the workforce so as to increase the production.
Keywords: wage rate, technology, work productivity, labor absorption
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam kategori negara sedang berkembang. Masalah di negara sedang berkembang tentang masalah ketenagakerjaan, umumnya berkaitan dengan sempitnya peluang kerja, tingginya angka pengangguran, rendahnya kemampuan sumber daya manusia, rendahnya tingkat gaji, serta jaminan sosial yang hampir tidak ada. Kresna (2016), menjelaskan bahwa Indonesia sebagai negara sedang berkembang berupaya untuk meningkatkan dan memajukan kesejahteraan masyarakatnya melalui pembangunan dengan cara mengembangkan sektor industri baik sektor industri skala kecil, menengah maupun besar
Pembangunan industri khususnya industri kecil diarahkan dapat menjadi salah satu peran yang cukup berkualitas dalam perekonomian, sehingga mampu bersaing di dalam negeri maupun di luar negeri. Pengembangan sektor ekonomi rakyat pada otonomi daerah, khususnya pada sektor industri kecil mendapat perhatian ekstra dari pemerintah, dikarenakan sektor industri kecil memberikan banyak dampak pada penyerapan tenaga kerja, maupun pendapatan masyarakat yang mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat golongan bawah. Setiap tahun industri kecil selalu tumbuh dan berkembang, selain itu industrialisasi berperan penting dalam peningkatan mutu sumber daya manusia dan memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya lainnya secara optimal (Vina, 2014).
Perjalanan bisnis yang dilalui oleh industri kecil selama ini tidak terlepas dari hasil kebijakan dan program pemerintah. Pemerintah telah mengambil langkah untuk memberikan program bantuan dalam bentuk fasilitas produksi, bantuan dibidang manajemen, finansial serta kemitraan yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja. Berbagai kebijakan pemerintah untuk mengembangkan industri kecil mempunyai tujuan agar pembangunan industri mengarah pada industri yang efisien dengan kualitas produk yang semakin baik dan dapat bersaing di pasar dalam negeri maupun luar negeri dengan nilai tambah yang semakin tinggi untuk memperkuat perekonomian Indonesia (Sri, 2015).
Sebagai salah satu Provinsi di Indonesia, Provinsi Bali lebih mengutamakan pertumbuhan industri untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Bali yang lebih dikenal dengan sebutan Pulau Dewata yang memiliki potensi alam dan sumber daya manusia yang memadai dalam pengembangan industri dengan didukung kreativitas dan keahlian khusus yang dimiliki oleh sumber daya manusianya. Pengembangan di Bali dilaksanakan di segala bidang pembangunan ekonomi, politik maupun dalam bidang sosial budaya serta pengembangan industri yang semakin pesat. Sebagai daerah tujuan wisata dunia, pembangunan di bidang sosial budaya lebih diutamakan
sehingga dapat mendukung sektor usaha pariwisata Bali dengan kekayaan alamnya. Semakin berkembangnya sektor pariwisata di Bali memberikan multiplier effect terhadap pertumbuhan sektor industri lain sebagai pendukung pariwisata (Sri, 2015).
Pembangunan pada bidang-bidang yang mendukung sektor usaha pariwisata tersebut antara lain pengembangan industri kecil. Salah satu industri kecil yang dikembangkan di Bali adalah industri mebel. Perkembangan industri mebel ini mendukung perekonomian dan sasaran yang dilakukan dengan diferensiasi dan spesialisasi untuk memungkinkan terjadinya nilai tambah yang tinggi terhadap produknya sehingga penawaran kepada konsumen akan semakin beragam (Dierckx and Stroeken, 1999). Sejalan dengan hal tersebut, maka peran sektor industri pengolahan semakin penting, sehingga sektor industri pengolahan mempunyai peranan sebagai sektor pemimpin (leader sector) di sektor industri secara umum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah tingkat upah, teknologi, keamanan dan perlindungan, suasana kerja yang baik, promosi dan pengembangan diri keorganisasian. Penelitian ini lebih fokus pada faktor tingkat upah dan teknologi karena faktor lain tidak terjadi pada usaha industri yaitu industri mebel di Kota Denpasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yaitu faktor pendidikan yang dapat menjadi potensi untuk pembangunan ekonomi (Vanina, 2013). Menurut Jergeas (2009), peningkatan produktivitas perlu dicapai melalui sumber daya lebih besar dan sumber daya manusia, efisiensi, efektivitas dan keterlibatan serta peningkatan inovasi dan teknologi.
Produktivitas mencerminkan etos kerja dari tenaga kerja yang tercermin dalam sikap mental yang baik. Produktivitas yang meningkat disebabkan oleh faktor upah, selain faktor upah, teknologi sangat berperan penting dalam produksi. Teknologi padat modal menyebabkan peningkatan produktivitas lebih tinggi. Ada perbedaan teknologi padat karya dengan teknologi padat modal. Peningkatan produktivitas dengan menggunakan dua teknologi tersebut dalam pemanfaatan teknologi padat karya jauh lebih rendah daripada teknologi padat modal. Keunggulan penggunaan teknologi merupakan daya saing serta menyebabkan upah lebih rendah daripada meningkatkan produktivitas tenaga kerja (Elsenhans, 2014).
Industri mebel merupakan salah satu industri yang mempunyai peranan penting bagi perekonomian khususnya dalam memberikan kontribusi dalam penciptaan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat Bali. Pada umumnya industri mebel memproduksi berbagai macam perabotan rumah tangga seperti kursi, meja, lemari dan rak. Mebel juga dapat dibuat dari berbagai jenis bahan baku berupa kayu, plastik, logam, rotan dan lainnya. Perkembangan industri mebel sangat dibutuhkan sebagai pendukung
sektor-sektor ekonomi di Bali, khususnya dalam sektor pariwisata, contohnya dalam melengkapi perabotan-perabotan di hotel, restoran, dan lain-lain. Selain itu, industri mebel juga dibutuhkan oleh masyarakat luas dalam melengkapi perabotan rumah tangga mereka (Rahadian, 2013). Jumlah unit usaha, dan jumlah tenaga kerja industri mebel menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2015 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah Unit Usaha (unit) dan Tenaga Kerja (orang) Industri Mebel Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Pada Tahun 2015
No |
Kabupaten/ Kota |
Unit Usaha (Unit) |
Perkembangan (%) |
Tenaga Kerja (Orang) |
Perkembangan (%) |
1. |
Klungkung |
9 |
1,7 |
122 |
3,2 |
2. |
Badung |
54 |
10,4 |
490 |
12,9 |
3. |
Denpasar |
163 |
31,5 |
1.116 |
29,2 |
4. |
Gianyar |
33 |
6,4 |
507 |
13,3 |
5. |
Jembrana |
112 |
21,6 |
479 |
12,6 |
6. |
Karangasem |
26 |
5,0 |
217 |
5,7 |
7. |
Tabanan |
20 |
3,9 |
333 |
8,7 |
8. |
Bangli |
5 |
0,9 |
22 |
0,5 |
9. |
Buleleng |
96 |
18,5 |
526 |
13,9 |
Bali |
518 |
100 |
3.812 |
100 |
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, 2016
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja pada industri mebel memiliki jumlah terbanyak dibandingkan dengan seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali terdapat pada Kota Denpasar yaitu jumlah unit usaha sebanyak 163 unit dan jumlah tenaga kerja sebanyak 1.116 orang. Berdasarkan hal tersebut pada Tabel 1, maka penelitian ini dilakukan pada Kota Denpasar yang memiliki unit usaha terbanyak dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi dibandingkan Kabupaten lainnya. Industri mebel meja kayu di Kota Denpasar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Banyak sedikitnya jumlah tenaga kerja yang diminta suatu industri juga dipengaruhi oleh tingkat upah, ketika tingkat upah makin tinggi maka tenaga kerja yang diminta sedikit, hal itu dilakukan suatu perusahaan/industri untuk mengurangi beban biaya yang harus di tanggung oleh perusahaan tersebut.
Mebel merupakan benda yang tidak hanya sebagai aksesoris ataupun pajangan di rumah tetapi dapat digunakan sebagai pelengkap aktivitas penghuni rumah. Dilihat dari beragam jenis mebel yang dihasilkan oleh industri mebel yang ada di Kota Denpasar, jenis mebel yang terlihat familiar serta yang paling banyak diproduksi adalah kursi, meja dan lemari yang berbahan kayu, karena jenis mebel ini sangat dibutuhkan untuk menunjang aktivitas sehari-hari (Lilyawati, 2016). Disimpulkan bahwa meja paling banyak di produksi karena memiliki banyak model yang sangat bagus dan bermanfaat untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Penyebaran industri mebel meja kayu menurut Kecamatan di Kota Denpasar pada Tahun 2015 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Penyebaran Industri Mebel Meja Kayu Menurut Kecamatan di Kota Denpasar Tahun 2015
No |
Kecamatan |
Jumlah Perusahaan (Unit) |
Jumlah Perusahaan yang Memproduksi Meja Kayu (Unit) |
1. |
Denpasar Utara |
21 |
15 |
2. |
Denpasar Timur |
28 |
21 |
3. |
Denpasar Selatan |
42 |
37 |
4. |
Denpasar Barat |
72 |
68 |
Denpasar |
163 |
141 |
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, 2016
Lapangan kerja yang produktif dan intensitas pertumbuhan pekerjaan merupakan peran penting dari pertumbuhan ekonomi. Pentingnya jumlah pekerjaan, tetapi kembali lagi ke titik peningkatan pendapatan individu dan rumah tangga (Khan, 2007:49 dan Krongkaew, 2006:20). Peranan sumber daya manusia dalam melaksanakan kegiatan usaha industri merupakan faktor penting yang mendukung perkembangan usaha industri tersebut. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah tenaga kerja. Tenaga kerja adalah asset utama dalam perkembangan industri yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas usaha. Tenaga kerja mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status, latar belakang pendidikan, usia dan jenis kelamin yang heterogen yang dibawa ke dalam usaha industri. Tenaga kerja bukan mesin, uang dan material yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai serta diatur sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan industri. Kualitas dan kuantitas tenaga kerja harus sesuai dengan kebutuhan usaha sehingga lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan usaha (Susilo, 2007:27).
Hal ini tidak terlepas dari potensi tenaga kerja yang mendukung kelancaran usaha industri mebel tersebut. Dengan di dorong oleh faktor tingkat upah dan pengembangan teknologi mempengaruhi produktivitas kerja dan penyerapan tenaga kerja. Peningkatan tenaga kerja di tingkat perusahaan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, untuk membangun nilai ekonomi yang wajar dari pertumbuhan dan kenaikan upah. Peran pengusaha pada tingkat gaji dan kebijakan mengenai gaji pada tingkat perusahaan (Bastos, et. al, 2011). Menurut Mankiw (2000:46), semakin banyak output atau produk yang dihasilkan akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan tenaga kerja. Tingkat upah terendah biasanya merusak produktivitas pekerjaan mereka. Akibatnya, orang-orang yang berkualitas rendah dapat dikecualikan dari tenaga kerja yang bekerja hanya karena tidak ada pengusaha yang menguntungkan dapat mempekerjakan mereka (Erling, 2012). Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut, maka penelitian ini ingin menganalisis :
-
1) Bagaimana pengaruh langsung tingkat upah dan teknologi terhadap produktivitas kerja pada industri mebel meja kayu di Kota Denpasar?
-
2) Bagaimana pengaruh langsung tingkat upah, teknologi dan produktivitas kerja terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel meja kayu di Kota Denpasar?
-
3) Bagaimana pengaruh tidak langsung tingkat upah dan teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja melalui produktivitas kerja pada industri mebel meja kayu di Kota Denpasar?
KAJIAN PUSTAKA
Teori Ketenagakerjaan
Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibedakan oleh batasan umur yang masing-masing berbeda untuk setiap negara.
Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan yang ditetapkan tanggal 1 Oktober 1998 telah ditentukan bahwa batasan minimal usia seorang tenaga kerja di negara Indonesia adalah 15 tahun atau lebih. Tenaga kerja (manpower) adalah penduduk usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivias tersebut (Mulyadi, 2006:59).
Menurut Simanjuntak (2001:2), pemilihan batas minimum usia tenaga kerja Indonesia berdasarkan kenyataan bahwa dalam usia tersebut sudah banyak penduduk terutama di desa-desa, yang sudah bekerja atau mencari pekerjaan. Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut supaya definisi yang diberikan sedapat mungkin dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Industri Mebel
Mebel adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan sesuatu dalam bentuk meja atau tempat menaruh barang di permukaannya. Contoh mebel seperti lemari pakaian, lemari buku dan lain-lain. Mebel dapat terbuat dari kayu, bambu, logam, plastik dan lain sebagainya. Mebel sebagai produk artistik biasanya terbuat dari kayu pilihan dengan warna dan tekstur indah yang dikerjakan dengan penyelesaian akhir yang halus (Yordanus, 2013).
Konsep Produktivitas Kerja
Produktivitas adalah suatu konsep yang menggambarkan hubungan antar hasil (jumlah barang dan jasa yang diproduksi) dengan sumber (tenaga kerja, bahan
baku, modal, energi dan lain-lain) yang dipakai untuk menghasilkan barang tersebut (Basu dan Ibnu, 1997:281). Menurut Blocher, et. al (2000:847), produktivitas adalah hubungan antara berapa output yang dihasilkan dan berapa input yang dibutuhkan untuk memproduksi output tersebut. Produktivitas mempunyai dua dimensi, yaitu:
-
1) Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah pada pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.
-
2) Dimensi kedua adalah efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Konsep produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja, serta konsep produktivitas adalah mengacu pada konsep produktivitas sumber daya manusia. Produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi, dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi komplementernya seperti alat dan mesin. Konsep produktivitas secara umum adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) satuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila (Ravianto, 1985:19) antara lain :
-
1) Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) tetap.
-
2) Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) naik.
-
3) Produktivitas (P) naik apabila Input (I) tetap, Output (O) naik.
-
4) Produktivitas (P) naik apabila Input (I) naik, Output (O) naik tetapi jumlah kenaikan Output lebih besar daripada kenaikan Input.
-
5) Produktivitas (P) naik apabila Input (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) turun tetapi jumlah penurunan Input lebih kecil daripada turunnya Output.
Menurut Sedarmayanti (2001:57), produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluar dan masuknya dalam waktu tertentu. Menurut Handoko (2003), produktivitas dapat didefinisikan sebagai hubungan masukan-masukan dan keluaran-keluaran suatu sistem produksi. Pengertian produktivitas adalah sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini (Kusnendi, 2003:84). Sinungan (2007:227), menyebutkan bahwa yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja adalah sebagai berikut :
Kenaikan sumbangan tenaga kerja pada produktivitas adalah karena adanya tenaga kerja yang lebih sehat, lebih
terdidik dan lebih giat. Produktivitas dapat meningkat karena hari kerja yang lebih pendek. Imbalan dari pengawas dapat mendorong karyawan lebih giat dalam mencapai prestasi. Dengan demikian jelas bahwa tenaga kerja berperan penting dalam produktivitas.
Manajemen adalah faktor produksi dan sumber daya ekonomi, sedangkan seni adalah pengetahuan manajemen yang memberikan kemungkinan peningkatan produktivitas. Manajemen termasuk perbaikan melalui penerapan teknologi dan pemanfaatan pengetahuan yang memerlukan pendidikan dan penelitian.
Modal merupakan landasan gerak suatu usaha perusahaan, karena dengan modal perusahaan dapat menyediakan peralatan bagi manusia yaitu untuk membantu melakukan pekerjaan dalam meningkatkan produktivitas kerja. Fasilitas yang memadai akan membuat semangat kerja bertambah secara tidak langsung produktivitas kerja dapat meningkat.
Umar (1999:9), produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Rumus produktivitas sebagai berikut:
Efektifitas menghasilkan output
Produktivitas =
Efisiensi menggunakan input
Konsep Tingkat Upah
Tingkat upah dalam bentuk sejumlah uang kenyataannya tidak pernah fleksibel dan cenderung terus-menerus turun karena lebih sering dan lebih banyak dipengaruhi oleh berbagai macam kekuatan institusional sebagai tekanan serikat dagang atau serikat buruh (Todaro, 2000:327). Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No.13 Tahun 2000, Bab I, pasal I, Ayat 30 “Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha/pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan di bayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan”. Upah adalah semua pengeluaran uang atau barang yang dibayarkan kepada pekerja sebagai imbalan atas pekerjaan atau jasa yang telah atau dilakukan terhadap industri. Diukur dalam satuan rupiah (Zamrowi, 2007).
Tingkat upah dalam kelancaran perusahaan memiliki peranan yang penting karena sistem pengupahan yang baik merupakan salah satu faktor pendorong produktivitas menjadi optimal (Brahmasari dan Suprayetno, 2008). Kreickemeier, et. al (2006), upah
di setiap negara memiliki sikap yang berbeda terhadap kesenjangan antara upah untuk tenaga kerja terampil dan tidak terampil, dan karenanya, memiliki kendala berbeda upah. Solow (1979), berpendapat bahwa ada penurunan upah akan mengakibatkan penurunan produktivitas semua pekerja di tempat kerja, kenaikan upah otomatis akan meningkatkan produktivitas. Hoon (2001), meningkatkan upah untuk tingkat pekerjaan yang sama. Dengan kata lain, pekerjaan lebih dihargai karena kemungkinan menghasilkan barang lebih dengan upah sama. Arah kausalitas dari upah untuk produktivitas dapat dihubungkan ke teori upah efisiensi, yang menyatakan bahwa perusahaan akan bersedia membayar lebih tinggi dari tingkat upah reservasi untuk menarik kualitas pekerja yang lebih baik. Hasil produktivitas sebagai penyebabnya untuk memberikan upah lebih tinggi. Di antara alasanalasan oleh yang tercantum untuk membayar lebih tinggi daripada pasar upah termasuk menuntut kinerja yang unggul (Reynolds, et. al (1991:182).
Upah yang diberikan oleh para pengusaha secara teoritis dianggap sebagai harga dari tenaga yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan produksi, sehubungan dengan hal itu maka upah yang diterima pekerja dapat dibedakan dua macam yaitu :
-
1) Upah nominal adalah sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk uang yang diterima secara rutin oleh para pekerja.
-
2) Upah riil adalah kemampuan upah nominal yang diterima oleh para pekerja jika ditukarkan dengan barang dan jasa, yang diukur berdasarkan banyaknya barang dan jasa yang bisa didapatkan dari pertukaran tersebut (Sukirno, 2008:351).
Teknologi
Menurut Suparmoko (2009:196), teknologi berarti suatu perubahan dalam fungsi produksi yang tampak dalam teknik produksi yang ada. Di negara-negara yang telah maju masih banyak pabrik-pabrik yang belum menggunakan teknik yang ada secara ekonomis maksimum karena mungkin adanya faktor-faktor produksi yang relatif langka, pasaran yang tidak luas, perkembangan yang kurang sempurna, serta halangan-halangan kebudayaan dan sebagainya. Teknologi yang dimaksud dalam penelitian ini dimana cara yang digunakan dalam mengolah beberapa barang yang disebut input diubah menjadi output pada industri mebel meja kayu di Kota Denpasar, guna menghasilkan barang-barang baru (utility form), baik dengan menggunakan teknologi modern atau tradisional.
Teknologi berarti perubahan dalam teknik produksi, perbaikan peralatan yang digunakan dalam proses produksi, peningkatan kemampuan pekerja dan perbaikan dalam mengurus perusahaan. Penggunaan teknologi yang tepat guna mendukung adanya inovasi-inovasi produk, meningkatkan daya saing produk dan
menjadi hambatan-hambatan masuk bagi perusahaan pesaing (Sukirno, 2008:88). Bentuk pemilihan dari tenaga kerja ditentukan oleh kecanggihan teknologi proses produksi, karakter pengalaman kerja dan bentuk organisasi, keadaan menetapkan kuota tenaga kerja dan memperhitungkan biaya dan manfaat, kompleksitas dan tanggung jawab produksi atau pekerjaan yang dilakukan untuk hasil akhir (Zheleznikova, 2013).
Konsep Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja adalah diterimanya para pelaku tenaga kerja untuk melakukan tugas sebagaimana mestinya atau adanya suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya pekerja atau lapangan pekerjaan untuk diisi oleh pencari kerja (Todaro, 2000:404). Menurut Simanjuntak (2001:3), penduduk usia kerja dibedakan menjadi kelompok bukan angkatan kerja dan pencari kerja. Bukan angkatan kerja atau labour force adalah jumlah orang yang berumur 15 tahun ke atas yang masih sekolah, melakukan pekerjaan rumah tetapi tidak memperoleh upah dan pensiunan. Pekerja yang terampil dan bisa memainkan peran merupakan kunci dalam semua sektor industri, menghasilkan pekerja yang terampil di setiap negara terdapat pusat-pusat pelatihan (Yasmin, et. al, 2012).
Hubungan Tingkat Upah dengan Produktivitas Kerja
Tingkat upah yang tinggi akan dapat memberikan dampak pada peningkatan produktivitas. Hal ini disebabkan upah yang diterima tinggi akan memberikan rangsangan dan motivasi kerja yang tinggi juga para pekerja beserta keluarganya akan dapat memenuhi kebutuhannya dengan baik. Fisik yang sehat/baik dan motivasi kerja yang tinggi akan menunjang kelancaran kerja, meningkatkan gairah kerja, berkurangnya absen karena sakit, masalah kesulitan keuangan (Angkasah, 2013).
Produktivitas dan pengupahan sangat erat sekali hubungannya, ketika pekerja bekerja secara produktif sehingga memberikan kontribusi besar pada perusahaan dan menghasilkan keuntungan yang besar maka sudah selayaknya perusahaan memberikan penghargaan namun akan berlaku sebaliknya, jika pekerja tidak bekerja produktif sehingga kontribusinya rendah terhadap perusahaan maka sudah selayaknya pula kalau penghargaan yang diberikan perusahaan kepada tenaga kerja juga rendah (Triani, 2016).
Pemberian upah yang benar, sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara pimpinan dengan tenaga kerja akan memberikan motivasi kepada tenaga kerja untuk bekerja dengan baik, akibatnya produktivitas kerja dapat dipertahankan atau justru lebih ditingkatkan (Alamin, 2015). Menurut Indra (2016), tingkat upah yang wajar dapat memungkinkan pekerja dapat memenuhi
kebutuhannya secara manusiawi, sehingga ketika tingkat penghasilan cukup, akan menimbulkan kosentrasi kerja dan mengarahkan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas. Dapat dikatakan bahwa, hubungan tingkat upah dengan produktivitas kerja adalah positif.
Hubungan Teknologi dengan Produktivitas Kerja
Hubungan teknologi dengan produktivitas kerja sangat berkaitan karena dalam produksi menggunakan teknologi modern, maka tenaga kerja akan lebih cepat menyelesaikan proses produksi, pekerjaan menjadi mudah dan ringan. Serta produktivitas dapat ditingkatkan, kemudian produksi semakin bertambah (Ratih, 2011). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Triani (2016), dimana teknologi memiliki peranan penting dalam meningkatkan produktivitas kerja, maka diperlukan teknologi yang tepat guna yang didasari sebagai pendewasaan hubungan timbal balik antara teknologi, kesejahteraan manusia, serta keterpaduan ekologis dan kultural, agar tidak menimbulkan ketimpangan dalam penggunaan teknologi tersebut.
Penggunaan teknologi yang tepat maka sangat diperlukan untuk dapat mencapai peningkatan produtivitas. Semakin tepat teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi pula peluang dalam peningkatan produktivitas kerjanya. Salah satu yang digunakan untuk mempercepat produktivitas adalah penggunaan teknologi. Suatu teknologi dapat memberi keuntungan dari segi ekonomi, sosial dan budaya serta tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada, maka teknologi tersebut dapat diterima oleh masyarakat dengan baik. Dalam kaitannya dengan produktivitas kerja, teknologi memiliki peranan yang cukup penting dalam peningkatan produktivitas kerja tersebut (Wisnu, 2013). Dapat disimpulkan bahwa, hubungan teknologi dengan produktivitas kerja adalah positif.
Hubungan Tingkat Upah dengan Penyerapan Tenaga Kerja
Tingkat upah memiliki pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja dimana, apabila tingkat upah meningkat maka dapat menurunkan tenaga kerja dan juga sebaliknya, jika upah menurun akan menyebabkan tenaga kerja yang akan dipekerjakan dapat meningkat (Sherly, 2014). Upah sangat berpengaruh terhadap kesempatan kerja. Sistem upah diberikan secara adil kepada tenaga kerja otomatis tenaga kerja akan meningkatkan kinerjanya serta suatu industri dapat mempekerjakan tenaga kerja dengan mudah, sehingga kegiatan produksi mengalami peningkatan dan mampu memproduksi barang sesuai keinginan dari industri tersebut (Cahya, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Rizal (2014), menyatakan bahwa bertambahnya nilai upah bisa menyebabkan meningkatkan kehidupan layak seorang
pekerja, tetapi jika peningkatan upah yang ditetapkan terlalu tinggi yang tidak disertai dengan peningkatan produksi kerja akan mendorong perusahaan untuk melakukan pengurangan terhadap penggunaan tenaga kerja dengan menurunkan produksi dan menggunakan teknologi padat modal. Hal ini dilakukan karena beban yang terlalu tinggi yang ditanggung perusahaan akibat bertambahnya nilai upah. Dapat dikatakan bahwa hubungan tingkat upah dengan penyerapan tenaga kerja adalah positif.
Hubungan Teknologi dengan Penyerapan Tenaga Kerja
Penggunaan teknologi dalam perusahaan juga akan mempengaruhi berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Kecanggihan teknologi saja belum tentu mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kerja. Kemajuan teknologi akan menyebabkan hasil produksi yang lebih baik, namun kemampuannya dalam menghasilkan produk dalam kuantitas yang sama atau relatif sama (Takyuddin, 2016). Proses produksi yang dulunya menggunakan tenaga kerja manusia dan beralih ke penggunaan mesin-mesin yang modern maka akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja, dimana permintaan tenaga kerja manusia menjadi lebih rendah (Divianto, 2014).
Penggunaan teknologi dalam suatu industri tentu akan sangat mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Semakin majunya teknologi, hasil produksi akan lebih baik dan kuantitas produksi hampir sama dengan manusia. Kenyataan ini menyebabkan industri lebih memilih meningkatkan teknologi dibanding penyerapan tenaga kerja (Levy dan Powell, 2000). Menerapkan teknologi yang benar-benar sangat perlu untuk dapat memecahkan masalah yang ada tanpa menimbulkan masalah lain yang mungkin tambah rumit. Dapat dikatakan bahwa hubungan teknologi dengan penyerapan tenaga kerja adalah negatif.
Hubungan Produktivitas Kerja dengan Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut Simanjuntak (2001:40), yang mengatakan bahwa peningkatan produktivitas kerja akan mengurangi biaya produksi, dimana permintaan akan barang tersebut akan meningkat, hal ini akan mendorong pertambahan jumlah output yang diproduksi dan pada akhirnya menambah permintaan akan tenaga kerja. Hal ini mendukung hasil penelitian Zamrowi (2007), yang mengatakan semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, semakin besar jumlah output barang yang di produksi sehingga dapat mengurangi biaya produksi yang pada akhirnya akan semakin besar pula permintaan tenaga kerja.
Menurut Mulyadi (2006:53), tingkat produktivitas tenaga kerja digambarkan dari rasio PDRB terhadap
jumlah tenaga kerja yang digunakan. Semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, maka akan semakin rendah penyerapan tenaga kerja yang tercipta. Sebaliknya, semakin rendah produktivitas tenaga kerja, maka penyerapan tenaga kerja akan meningkat. Dari uraian diatas, maka dengan semakin tingginya produktivitas tenaga kerja, maka tenaga kerja yang terserap akan rendah. Seiring dengan penurunan biaya tenaga kerja ini, maka dapat dilakukan penambahan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan usaha. Produktivitas tenaga kerja ini juga mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Dapat dikatakan bahwa hubungan produktivitas kerja dengan penyerapan tenaga kerja adalah positif.
HIPOTESIS PENELITIAN
-
1) Tingkat upah dan teknologi berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja pada industri mebel meja kayu di Kota Denpasar.
-
2) Tingkat upah, teknologi berpengaruh positif dan produktivitas kerja berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel meja kayu di Kota Denpasar.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 4 kecamatan Kota Denpasar, pemilihan lokasi ini didasari oleh karena Kota Denpasar memiliki jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja industri mebel terbanyak jika dibandingkan pada wilayah lain di Provinsi Bali, sehingga industri mebel memiliki potensi dalam perkembangannya di Kota Denpasar.
Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah himpunan sebuah elemen yang dapat berupa orang, organisasi atau barang yang akan diteliti (Supranto, 2002:21). Obyek penelitian ini adalah pengusaha mebel di Kota Denpasar dengan variabel yang mempengaruhi adalah tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja dan penyerapan tenaga kerja.
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
-
1) Produktivitas Kerja (Y1)
Produktivitas kerja merupakan tolak ukur efisiensi produktif suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan. Produktivitas kerja adalah jumlah produksi (unit) meja kayu yang dapat dihasilkan oleh satu orang tenaga kerja atau karyawan setiap bulan. Satuan yang digunakan yaitu unit.
-
2) Penyerapan Tenaga Kerja (Y2)
Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah atau banyaknya orang yang bekerja pada industri mebel di Kota Denpasar dalam satuan orang.
-
3) Tingkat Upah (X1)
Tingkat upah merupakan imbalan atau jasa berupa uang nominal yang dibayarkan kepada pekerja industri mebel yang cara pengukurannya ini di hitung berdasarkan satuan rupiah yang dibayarkan pengusaha industri mebel setiap bulan kepada tenaga kerja.
-
4) Teknologi (X2)
Teknologi berarti suatu perubahan dalam fungsi produksi yang tampak dalam teknik produksi yang ada pada produksi mebel meja kayu di Kota Denpasar. Teknologi ini dapat dihitung berdasarkan penggunaan mesin-mesin atau alat teknologi secara tradisional atau modern yang digunakan. Jadi untuk kebutuhan analisis, data diubah menjadi dummy teknologi modern (1) dan teknologi tradisional (0).
JENIS DAN SUMBER DATA
Jenis Data
Jenis data menurut sifatnya yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2009:14). Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dengan cara menghitung tingkat upah dan teknologi yang digunakan.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Penjelasan dari kedua sumber data tersebut yaitu :
Data yang dikumpulkan secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan yang berupa observasi, survei atau memberikan daftar pertanyaan dan wawancara mendalam (Sugiyono, 2009:139). Pada penelitian ini pengumpulan data lebih ditekankan pada penggunaan kuesioner, dimana kuesioner akan diberikan kepada pengusaha atau pengelola industri mebel di Kota Denpasar.
Data yang diperoleh atau dikumpulkan dan diolah studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari instansi terkait dengan penelitian ini, misalnya dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar.
Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan probability sampling atau simple random sampling atau teknik pengambilan sampel secara acak dengan menggunakan program komputer sehingga dapat terpilih nama-nama industri sesuai
jumlah sampel yang dibutuhkan. Sampel yang digunakan yaitu tertuju pada pengusaha dari industri mebel di Kota Denpasar. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 141 pengusaha industri mebel. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pendekatan Slovin yang dikemukakan oleh (Sugiyono, 2009:35). Rumus Slovin yang digunakan sebagai berikut:
N
n =------
1+Ne2
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = perkiraan tingkat kesalahan (5 persen)
Berdasarkan jumlah anggota populasi dengan menggunakan nilai kritis (e) 5 persen maka jumlah sampel yang diambil menurut Slovin adalah:
141
1 - (141.0,052)
= 104,25 (dibulatkan menjadi 104)
Jumlah sampel yang akan diteliti adalah sebanyak 104 responden. Populasi dapat terwakili secara utuh maka penarikan sampel pada masing-masing kecamatan di tentukan secara proporsional.
Teknik Analisis Data
Teknik Analisis Jalur (Path analysis)
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis jalur (path analysis). Teknik analisis ini digunakan dalam menguji besarnya kontribusi yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal atau sebab akibat antara variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2009:297).
Gambar 1 Model Analisis Jalur (path analysis)
Uji Sobel
Uji sobel atau sering disebut dengan uji pengaruh tidak langsung merupakan cara untuk menguji kekuatan pengaruh tidak langsung antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y2) melalui variabel intervening (Y1).
![](https://jurnal.harianregional.com/media/46752-2.png)
Umur dan jenis kelamin
Pengusaha industri mebel meja kayu di Kota Denpasar yang menjadi objek penelitian ini adalah sebanyak 104 responden. Pengelompokkan responden berdasarkan umur dan jenis kelamin ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah Responden Pengusaha Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
No |
Kelompok |
Jenis Kelamin |
Jumlah |
Persentase (%) | |
Laki-Laki |
Perempuan | ||||
1 |
30-35 |
2 |
1 |
3 |
2,9 |
2 |
36-41 |
5 |
1 |
6 |
5,8 |
3 |
42-47 |
12 |
3 |
15 |
14,4 |
4 |
48-53 |
51 |
4 |
55 |
52,9 |
5 |
54-59 |
6 |
1 |
7 |
6,7 |
6 |
60-65 |
17 |
0 |
17 |
16,3 |
7 |
66-71 |
1 |
0 |
1 |
1 |
Jumlah |
101 |
10 |
104 |
100 |
Sumber : data primer diolah
Tabel 3 menjelaskan bahwa dari data persentase responden penelitian ini di dominasi oleh jenis kelamin laki-laki, sebab pada umumnya pekerjaan sebagai pengusaha industri rumahan di kepalai dan di lakukan oleh laki-laki. Responden dengan rentang umur rata-rata 48-53 tahun menempati posisi tertinggi mendominasi dikarenakan sebagian besar usia muda lebih terbiasa dalam menggunakan teknologi yang berupa teknologi mesin-mesin modern ataupun tradisional dalam penelitian ini.
Tingkat Upah
Menurut (Sukirno, 2008: 350), upah diartikan sebagai pembayaran yang diperoleh dari berbagai bentuk jasa yang disediakan dan diberikan oleh tenaga kerja kepada pengusaha. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, menunjukkan bahwa total tingkat upah yang dikeluarkan pengusaha terhadap pekerja industri mebel meja kayu di Kota Denpasar perbulan yaitu berkisar senilai
Rp 1.000.000-2.000.000 sebanyak 50 persen, sedangkan pengusaha mengeluarkan gaji paling besar berkisar Rp 4.100.000-Rp 5.000.000 hanya 1,9 persen. Dengan demikian, industri mebel meja kayu bersifat padat karya maka penyerapan tenaga kerja yang digunakan semakin banyak.
Menurut pengusaha bernama Rai yang diwawancarai tanggal 6 Februari 2017 berpendapat bahwa bahwa walaupun upah yang diberikan kepada tenaga kerja tidak seberapa, tetapi tenaga kerja yang dikerjakan tetap meningkat sebab industri mebel meja kayu membutuhkan banyak tenaga kerja.
Teknologi
Kemampuan teknologi adalah kemampuan untuk memanfaatkan teknologi secara efektif meliputi kemampuan untuk memilih teknologi yang tepat guna
Tabel 4. Jumlah Responden Pengusaha Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Berdasarkan Tingkat Upah Perbulan
Tingkat Upah (Rp) |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) |
1.000.000-2.000.000 |
52 |
50 |
2.100.000-3.000.000 |
33 |
31,7 |
3.100.000-4.000.000 |
17 |
16,3 |
4.100.000-5.000.000 |
2 |
2 |
Total |
104 |
100 |
Sumber: data primer diolah, 2017
dapat menghasilkan suatu barang dan untuk menjalankan proses produksi secara efisien.
Tabel 5. Jumlah Responden Pengusaha Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Berdasarkan Teknologi
Teknologi |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) |
Tradisional |
31 |
29,8 |
Modern |
73 |
70,2 |
Total |
104 |
100 |
Sumber: data primer diolah, 2017
Penggunaan teknologi pada industri mebel meja kayu di Kota Denpasar, maka sebagian besar menggunakan teknologi modern dengan persentase sebesar 70,2 persen, sisanya sebesar 29,8 persen menggunakan teknologi tradisional. Teknologi modern digunakan oleh pengusaha untuk mempercepat proses produksi. Menurut pengusaha bernama Andri Lesmana yang diwawancarai tanggal 7 Februari 2017 berpendapat bahwa, “teknologi yang canggih sangat diperlukan untuk mempercepat penyelasaian, jangka waktu yang efisien, dan menghasilkan barang yang bagus.”
Produktivitas Kerja
Zamrowi (2007) menjelaskan semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, semakin besar jumlah output barang yang diproduksi sehingga dapat mengurangi biaya produksi yang pada akhirnya akan semakin besar pula permintaan tenaga kerja.
Tabel 6. Jumlah Responden Pengusaha Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Berdasarkan Produktivitas Kerja
Produktivitas Kerja (Unit) |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) |
≤ 20 |
35 |
33,7 |
>20 |
69 |
66,3 |
Total |
104 |
100 |
Sumber : data primer diolah, 2017
Tabel 6 menunjukkan bahwa produktivitas kerja sangat erat kaitanya pada penyerapan tenaga kerja dan produktivitas kerja di setiap tempat usaha industri mebel berbeda-beda, dimana 33,7 persen rata-rata ≤ 20 masih rendah dalam menghasilkan barang dari industri mebel meja kayu yang mereka produksi. Sebesar 66,3 persen dalam menghasilkan barang yaitu > 20. Maka ini sama dengan penyerapan tenaga kerja semakin meningkat
maka produktivitas kerja juga akan meningkat sebaliknya semakin rendah penyerapan maka produktivitas kerja juga akan semakin rendah. Menurut pengusaha bernama Made Reka yang diwawancarai tanggal 8 Februari 2017 berpendapat bahwa untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi maka diperlukan tenaga kerja yang cukup banyak.
Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja menurut Simanjuntak (2001:40), yang mengatakan bahwa peningkatan output akan mengurangi biaya produksi, dimana permintaan akan barang tersebut akan meningkat, hal ini akan mendorong pertambahan jumlah output yang diproduksi dan pada akhirnya menambah permintaan akan tenaga kerja.
Tabel 7. Jumlah Responden Pengusaha Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Berdasarkan Penyerapan Tenaga Kerja | ||
Penyerapan Tenaga Kerja |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) |
≤ 5 |
29 |
27,9 |
>5 |
75 |
72,1 |
Total |
104 |
100 |
Sumber: data primer diolah, 2017
Tabel 7 menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di setiap tempat usaha industri mebel meja kayu berbeda-beda, dimana digolongkan ≤ 5 termasuk kategori tenaga kerja yang terserap rendah, sedangkan > 5 termasuk kategori penyerapan tenaga kerja yang terserap tinggi. Ini dibuktikan dengan jumlah tenaga kerja ≤ 5 persentasenya sebesar 27,9 persen yang tergolong menggunakan tenaga kerja yang masih rendah. Sedangkan jumlah tenaga kerja > 5 dengan persentase 72,1 persen atau yang tergolong cukup tinggi dapat menyerap tenaga kerja dalam usaha industri mebel meja kayu di Kota Denpasar.
Pengaruh Tingkat Upah dan Teknologi Terhadap Produktivitas Kerja Kerja Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar
Pengujian hubungan substruktural 1 dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung variabel tingkat upah dan teknologi terhadap produktivitas kerja industri mebel meja kayu di Kota Denpasar. Hasil
persamaan regresi dapat ditunjukkan sebagai berikut: | |||
Ŷ1 |
= 11,855 + |
0,237X1 + |
0,265X2 |
Sb |
= |
(1,899) |
(3,490) |
t |
= |
(2,499) |
(2,795) |
Sig |
= |
(0,014) |
(0,006) |
R2 |
= 0,163 | ||
F |
= 9,815 |
Dari persamaan regresi yang ditampilkan di atas dapat dijelaskan bahwa variabel tingkat upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja dengan
nilai signifikansi sebesar 0,014 < 0,05. Variabel teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 < 0,05. Koefisien regresi tingkat upah positif mempunyai arti apabila tingkat upah meningkat maka produktivitas kerja meningkat. Pengusaha yang menggunakan teknologi modern lebih banyak menghasilkan produktivitas kerja dibandingkan dengan menggunakan teknologi tradisional.
Pengaruh Tingkat Upah, Teknologi Dan Produktivitas Kerja Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar
Pengujian hubungan substruktural 2 dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh langsung tingkat upah dan teknologi dan produktivitas kerja terhadap penyerapan tenaga kerja industri mebel meja kayu di Kota Denpasar. Hasil persamaan regresi dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Ŷ2 |
= 1,790 + |
0,311X1 + |
0,188X2 + |
0,192Y1 |
Sb |
= |
(0,424) |
(0,785) |
(0,022) |
t |
= |
(0,371) |
(2,025) |
(2,051) |
Sig |
= |
(0,001) |
(0,046) |
(0,043) |
R2 = 0,264
F = 11,949
Berdasarkan persamaan regresi yang dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa variabel tingkat upah dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 < 0,05 dan variabel teknologi dengan nilai signifikansi sebesar 0,046 < 0,05 berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Variabel produktivitas kerja dengan signifikansi sebesar 0,043 < 0,05 berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel meja kayu di Kota Denpasar.
Koefisien regresi tingkat upah positif memiliki arti apabila tingkat upah ditingkatkan maka mengakibatkan produktivitas kerja mengalami kenaikan sebaliknya, jika tingkat upah berkurang maka produktivitas kerja yang dihasilkan menurun. Pengusaha yang menggunakan teknologi modern menghasilkan produktivitas kerja lebih banyak dibandingkan dengan pengusaha yang menggunakan teknologi tradisional. Nilai koefisien regresi produktivitas kerja positif mempunyai arti produktivitas kerja ditingkatkan maka penyerapan tenaga kerja juga meningkat, demikian sebaliknya jika jumlah tenaga kerja yang digunakan berkurang maka jumlah produktivitas kerja yang dihasilkan juga menurun.
Hasil Pengujian Analisis Jalur
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui hubungan-hubungan antar variabel penelitian, yang merupakan koefisien jalur dalam penelitian ini. Koefisien jalur dapat dibuat dalam bentuk diagram jalur (Yoni, 2016). Model tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan struktural sebagai berikut:
Persamaan Struktural 1
Y1= 0,237X1 + 0,265X2 + e1
Persamaan Struktural 2
Y2= 0,311X1 + 0,188X2 + 0,192Y1 + e2
Tabel 8. Ringkasan Jalur Koefisien
Dependen |
Prediktor |
Unstardard-ized |
Sig |
Standardized |
2 R |
(1-R2) |
Y1 |
X1 |
1,899 |
0,014 |
0,237 |
0,163 |
0,837 |
X2 |
3,490 |
0,006 |
0,265 | |||
Y2 |
X1 |
0,424 |
0,001 |
0,311 |
0,264 |
0,736 |
X2 |
0,785 |
0,046 |
0,188 | |||
Y1 |
0,022 |
0,043 |
0,192 |
Sumber: data primer, 2017
Keterangan:
X1 = Tingkat Upah
X2 = Teknologi
Y1 = Produktivitas Kerja
Y2 = Penyerapan Tenaga
Tabel 8 menjelaskan bahwa variabel tingkat upah (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja dan variabel teknologi (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja (Y1). Variabel tingkat upah (X1), teknologi (X2) dan produktivitas kerja (Y1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja (Y2). Berdasarkan ringkasan koefisien jalur di atas maka dapat dibuat diagram jalur seperti dibawah ini.
Gambar 2.Diagram Hasil Analisis Jalur Penelitian
Tabel 9. Hasil Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan Pengaruh Total antar Variabel
Hubungan Variabel |
Pengaruh |
Total | |
Langsung |
Tidak Langsung Melalui Y1 | ||
X1 → Y1 |
0,237 |
- |
0,237 |
X1 → Y2 |
0,311 |
0,045 |
0,351 |
X2 → Y1 |
0,265 |
- |
0,265 |
X2 → Y2 |
0,188 |
0,050 |
0,238 |
Y1 → Y2 |
0,192 |
- |
0,192 |
Sumber : data diolah, 2017
Tabel 9 dapat diketahui nilai pengaruh langsung dan nilai pengaruh tidak langsung tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja melalui produktivitas kerja sebesar 0,045. Nilai pengaruh tidak langsung teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja melalui produktivitas kerja adalah sebesar 0,050.
Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Pengaruh Langsung Antar Variabel
-
1) Pengaruh Langsung Tingkat Upah terhadap Produktivitas Kerja Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil yang menyatakan nilai standardized coefficient beta sebesar 0,237 dan nilai probabilitas sebesar 0,014 < 0,05. H0 ditolak, bahwa tingkat upah berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja. Pengaruh tingkat upah yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja menyimpulkan bahwa setiap kenaikan tingkat upah secara otomatis juga akan meningkatkan produktivitas kerja mebel meja kayu di Kota Denpasar.
Dari hasil penelitian terdahulu oleh Siti (2012), ini mengungkapkan bahwa upah berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja wanita sektor industri, perdagangan dan jasa di Kalimantan Timur. Penelitian yang dilakukan Vellina (2012), menyimpulkan variabel upah merupakan variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap output yang ditunjukkan dengan nilai standardized coefficient sebesar 0,766 yang paling besar diantara variabel lainnya.
-
2) Pengaruh Langsung Teknologi terhadap Produktivitas
Kerja Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil yang menyatakan nilai standardized coefficient beta sebesar 0,265 dan nilai probabilitas sebesar 0,006 < 0,05. H0 ditolak, bahwa teknologi berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja. Teknologi modern menghasilkan produktivitas kerja lebih banyak dibandingkan dengan teknologi tradisional pada industri mebel meja kayu di Kota Denpasar.
Menurut penelitian oleh Ayu (2013), hasil analisis secara keseluruhan disimpulkan bahwa tingkat upah, pengalaman kerja dan teknologi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja pada industri gamelan di Desa Tihingan, dengan nilai Ftabel = 4,076 ini berarti Ftabel = 4,076
-
> Fhitung1,671.
-
3) Pengaruh Langsung Tingkat Upah terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai standardized coefficient beta sebesar 0,311 dan nilai probabilitas sebesar 0,001 < 0,05. H0 ditolak, bahwa tingkat upah berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja mebel meja kayu di Kota Denpasar. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat upah maka penyerapan tenaga kerja semakin meningkat pula. Hasil penelitian Budiawan (2013) hasil analisis secara keseluruhan disimpulkan bahwa tingkat upah, nilai produksi dan modal secara serempak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil pengolahan ikan di Kecamatan Demak, dengan nilai Fhitung = 78,468 ini
berarti Fhitung = 78,468 > Ftabel = 2,733.
-
4) Pengaruh langsung teknologi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar.
Nilai standardized coefficient beta yang diperoleh yaitu sebesar 0,188 dan nilai probabilitas sebesar 0,046 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak, bahwa teknologi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Teknologi modern dengan penyerapan tenaga kerjanya lebih sedikit dibandingkan teknologi tradisional pada industri mebel meja kayu di Kota Denpasar. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa teknologi yang semakin modern akan membutuhkan tenaga kerja terserap yang banyak. Menurut hasil penelitian oleh Diah (2010) adalah setiap penambahan modal sebesar Rp.1000 maka jam kerja pekerja industri kecil kreatif akan meningkat sebesar 1 jam. Selanjutnya ada perbedaan rata-rata jam kerja total antara industri kecil kreatif yang menggunakan teknologi modern dengan tradisional atau sederhana. Rata-rata jam kerja total pada industri kecil kreatif dengan teknologi maju 84,619 jam lebih rendah dibandingkan pada industri kecil kreatif dengan teknologi sederhana maka itu teknologi berpengaruh positif dan juga signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Pengaruh Tidak Langsung Melalui Pengujian Variabel Intervening
-
1) Pengaruh Tidak Langsung Tingkat Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Melalui Produktivitas Kerja Untuk mengetahui adanya pegaruh tidak langsung antara tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja melalui produktivitas kerja, dapat dihitung dengan uji Sobel. Adapun perhitungan yang diperoleh sebagai berikut:
Sp1 p5 =
Sp1 p5 =
Sp1 p5 = 0,015 =
-
-pl p≡
(4,746) (0,044)
0,0158
z = 13,215
Oleh karena zhitung sebesar 13,215 lebih besar dari ztabel sebesar 1,96 berarti produktivitas kerja merupakan variabel yang memediasi pengaruh tidak langsung variabel tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja.
-
2) Pengaruh Tidak Langsung Teknologi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Melalui Produktivitas Kerja Untuk mengetahui adanya pengaruh tidak langsung
antara teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja melalui produktivitas kerja, dapat dihitung dengan uji Sobel. Adapun perhitungan yang diperoleh sebagai berikut :
Sp2 p5 =
Sp2 p5 =
Sp2 p5 = 0,069
pl p7 p2 p5
⅛ι pτ ⅛2 ps
(5,914) (28,336)(23,787) (28,787) =
(9,753) (0,044)
0,069
Z = 6,217
Oleh karena zhitung sebesar 6,217 lebih besar dari ztabel sebesar 1,96 berarti produktivitas kerja merupakan variabel yang memediasi pengaruh tidak langsung variabel teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja.
SIMPULAN
Dari hasil pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
-
1) Tingkat upah dan teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja industri mebel meja kayu di Kota Denpasar.
-
2) Tingkat upah, teknologi dan produktivitas kerja ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri mebel meja kayu di Kota Denpasar.
-
3) Tingkat upah dan teknologi berpengaruh secara tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja melalui produktivitas kerja dengan kata lain produktivitas kerja merupakan variabel mediasi pengaruh tidak langsung variabel tingkat upah dan teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja.
Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan yang telah dipaparkan, maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1) Pengusaha memiliki kebijakan pemberian insentif atau bonus yang tepat kepada para tenaga kerjanya sehingga dapat meningkatkan produksi. Pemberian insentif sebagai penghargaan atas prestasi pekerja dapat menjadi salah satu cara yang efektif, karena agar tenaga kerja lebih semangat, termotivasi dalam bekerja dan menanamkan rasa kepercayaan kepada tenaga kerja.
2) Disperindag menghimbau masyarakat dengan membeli hasil industri mebel meja kayu di dalam
negeri sehingga memberikan peluang pengusaha mebel meja kayu di Kota Denpasar meningkatkan pendapatan.
DAFTAR RUJUKAN
Adhadika, Teddy. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industri Pengolahan di Kota Semarang (Studi Kecamatan Timbalang Dan Kecamatan Gunung Pati). Jurnal Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Diponegoro, 3(1), pp: 01-13.
Al-Amin Nafiah Maratin. 2015. Pengaruh Upah, Disiplin Kerja Dan Insentif Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Minmarket Rizky di Kabupaten Sragen. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Angkasah. 2013. Analisis Tingkat Upah Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Kayu di Desa Labuapi Kecamatan Labuapi. Media Bina Ilmiah. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Al-Azhar Mataram. 7(2), pp: 11-15.
Ayu, Adiati. 2013. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Industri Gamelan di Desa Tihingan Kabupaten Klungkung. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Udayana, 2(5), pp: 260-268.
Azhar, Arsyad. 2010. Media Pembelajaran. Rajawali Press:Bandung.
Badan Pusat Statistika Provinsi Bali. 2015. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali Tahun 2015. BPS: Bali.
Badan Pusat Statistika Provinsi Bali. 2016. Sejarah Kota Denpasar. BPS:Bali.
Bastos, P., Monteiro, N. 2011. Managers and Wage Policies. Journal of Economics and Management Strategy, University of Minho, 20(4), pp: 957-984.
Basu Swasta, Ibnu Sukotjo. 1997. Pengantar Bisnis Modern. Edisi Ketiga. Cetakan Keenam. Jakarta: Library.
Blocher, Edwaerd J., Kung H. Chen, Thomas W. Lin. 2000. Manajemen Biaya. Edisi Pertama. Terjemahan Susty Ambarriani. Salemba Empat: Jakarta.
Brahmasari, Ida Ayu dan Suprayetno, Agus. 2008. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Serta Dampaknya Pada Kinerja Perusahaan (Studi Kasus Pada PT. Pei Hai Internasional Wiratama Indonesia). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Fakultas Ekonomi. Universitas 17 Agustus Surabaya, 10 (2), pp: 45-59.
Budiawan, Amin. 2013. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Industri Kecil Pengolahan Ikan di Kabupaten Demak. Jurnal Analisis Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang, 2(1), pp: 01-08.
Cahya, Ningsih. 2015. Pengaruh Modal Dan Tingkat Upah Terhadap Nilai Produksi Serta Penyerapan Tenaga
Kerja Pada Industri Kerajinan Perak. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana, 8(1), pp: 160-168.
Diah Citraresmi, Cahyadi Luh. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kreatif Kota Denpasar. Tesis. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana.
Dierckx, Marcel A.F. and Jan H.M. Stroeken. 1999. Information Technology and Innovation in Small and MediumSized Enterprise. Journal North Holland, University of Technology, (60), pp: 149-166.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar. 2016. Industri Mebel Kota Denpasar.
Divianto. 2014. Pengaruh Modal Produktivitas dan Teknologi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha Kecil Menengah di Kota Palembang (Studi Kasus Usaha Percetakan). Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi. Politeknik Negeri Sriwijaya, 4(1), pp: 48-58.
Dumairy. 2000. Perekonomian Indonesia. Erlangga: Jakarta.
Elsenhans, Hartmut. 2014. The Car Industry As A Motor For Intensifying Integration Of Central And Eastern Europe Into The European Union: A Post-National NationBuilding Process. Journal Of European Studies. University International European,13(14), pp: 23-46.
Erling, Barth. 2012. Employment as a Price or a Prize of Equality: A Descriptive Analysis. Nordic Journal of Working Life Studies. Institute for Social Research, 2(2), pp: 05-33.
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Cetakan Kedelapan belas. BPFE: Yogyakarta.
Hoon, H.T. 2001. Adjustment Of Wages And Equilibrium Unemployment In A Ricardian Global Economy. Journal Of International Economics. University International, 54(1), pp: 193-209.
Indra, Duwi Antari. 2016. Determinan Produktivitas dan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Perak di Kabupaten Klungkung. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana, 5(9), pp: 902-936.
Jergeas, G. 2009. Improving Construction Productivity On Alberta Oil And Gas Capital Projects. A Report Submitted To Alberta Finance And Enterprise. University of Calgary Alberta Canada, 5, pp: 01-56.
Jose G. Vargas-Hernandez. 2015. Original Research Article Growth And Development Analysis Of Group Mexico In Mining Industry. Asian Journal Of Advances In Basic And Applied Science. University Center for Economics, 1(1), pp: 09-18.
Khan, A.R. 2007. Growth, Employment And Poverty: An Analysis Of The Ital Nexus Based On Some Recent Undp And Ilo/Sida Studies, Desa Working. Paper Economics and Social Affairs. University of California, 7(49), pp: 0143.
Kreickemeier, U. and Nelson, D. 2006. Fair Wages, Unemployment and Technological Change In A Global
Economy. Journal of International Economics. The University of Nottingham, 70(2), pp: 451-469.
Kresna, Wijaya. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kerajinan Bambu Di Kabupaten Bangli. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana, 5(4), pp: 434-459.
Krongkaew M, Chamnivickorn S, and Nitithanprapas I. 2006. Economic Growth, Employment, and Poverty Reduction Linkages: The Case of Thailand, Issue in Employment and Poverty. Discussion Paper ILO: Country Experinces. Institute of Development Administration, 20, pp: 01-56.
Kuncoro, Mudrajad. 1997. Ekonomi Pembangunan (Teori, Masalah dan Kebijakan). Cetakan pertama. YKPN: Yogyakarta.
Kusnendi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. PPUT: Jakarta.
Levy, M dan Powell. P. 2000. Information System Strategy For Small And Medium Sized Enterprises: An Organizational Persepective. Journal of Strategic System. University of Warwick, 9, pp: 063-08.
Lilyawati, Made Kembar Sri Budhi. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja dan Efisiensi Usaha Pada Industri Furniture di Kota Denpasar. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana, 5(8), pp: 865-883.
Mankiw, N Gregory. 2000. Pengantar Ekonomi.
Erlangga:Jakarta.
Mulyadi S. 2006. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ngatindriatun, Hertiana Ikasari. 2011. Efisiensi Produksi Industri Skala Kecil Batik Semarang Pendekatan Fungsi Produksi Frontier Stokastik. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan. Fakultas Ekonomi. Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 4(1), pp: 28-36.
Rahadian Prianata, Ketut Suardhika Natha. 2014. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Bahan Baku, Dan Teknologi Terhadap Produksi Industri Furniture di Kota Denpasar. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana, 3(1), pp: 11-18.
Ratih, Widi .L. 2011. Pengaruh Upah, Tingkat Pendidikan dan Teknologi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pada Industri Kecap di Kecamatan Pati Kabupaten Pati. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
Ravianto, J. 1985. Produktivitas dan Manajemen. UGM Press:Yogyakarta.
Reynolds, L., Masters, S. and Moser, C. 1991. Labour Economics and Labour Relations. Prentice-Hall, Englewood Cliffs: NJ.
Ridha, Rahmat Andi. 2011. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha Percetakan Skala Kecil-Menengah di Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Hasanuddin.
Riky, Eka Putra. 2012. Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, Dan Nilai Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Pada Industri Mebel di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Jurnal Analisis Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang, 2(1), pp: 43-57.
Rizal, Azaini. 2014. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,Upah Minimum dan Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang Tahun 19982012. Jurnal Ilmiah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya.
Ryan, Andreas. 2012. Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan Dan Investasi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja di Kota Medan. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara.
Samuelson, Paul A, Nordhaus William D. 1993. Mikro Ekonomi. Edisi 14. Erlangga: Jakarta.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas. Mandar Maju: Bandung.
Sherly, Ferdinandus. 2014. Pengaruh Tingkat Upah Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Ambon. Jurnal Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Pattimura Ambon, 2(3), pp: 17-32.
Silvy, Puspita. 2009. Analisis Pengaruh Industri Pengolahan Kayu Terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai. Tesis. Fakultas Mipa. Universitas Sumatera Utara.
Simanjuntak, Payaman J. 2001. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia: Jakarta.
Sinungan, Muchdarsyah. 2007. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta :Bumi Aksara.
Siti Maria. 2012. Faktor Pendorong Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Sektor Industri, Perdagangan dan Jasa di Kalimantan Timur. Jurnal Forum Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Univeversitas Mulawarman, 15(2), pp: 56-68.
Solow, R.M. 1979. Another Possible Source Of Wage Stickiness. Journal Of Macroeconomics, 1, pp: 79-82.
Sri, Muliani. 2015. Pengaruh Pengalaman Kerja dan Teknologi Terhadap Produktivitas Pengrajin Untuk Menunjang Pendapatan Pengrajin Ukiran Kayu di Kecamatan Tegalalang Kabupaten Gianyar. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana. 5(5), pp: 614-630.
Supranto, J. M.A. 2002. Metode Peramalan Kuantitatif untuk Perencanaan Ekonomi dan Bisnis. Rineka Cipta: Jakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta: Bandung.
Sukirno, Sadono. 2008. Teori Pengantar Mikro Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Suparmoko. 2009. Pengantar Ekonomi Mikro. BPFE:Yogyakarta.
Susilo, Martoyo. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE: Yogyakarta.
Takyuddin, Muhammad. 2016. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha Percetakan Foto Copy Di Kota Kendari.
Jurnal Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Halu Oleo, 1(1), pp: 80-89.
Tambunan, Tulus. 1999. Perekonomian Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Terjemahan Haris Munandar. Edisi Ketujuh. Erlangga: Jakarta.
Triani, Arissana Yeni. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja dan Produktivitas Kerja Patung Kayu. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana, 5(4), pp: 506-529.
Umar, Husein. 1999. Riset SDM dalam Organisasi. PT. Gramedia Pustaka Utama:Jakarta.
Undang-Undang Nomer 25 Tahun 1997 Tentang
Ketenagakerjaan
Undang-Undang Nomer 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan
Vanina, E. 2013. Higher Education As The Factor Of The Quality Of Life. International Journal of Economics and Financial Issues. Vestnik Of The State University Of Management, 15, pp: 232-238.
Vina, Prasa Fitragusi. 2014. Analisis Deskriptif Perilaku Kewirausahaan Pada Pengusaha Industri Mochi Di Kota Sukabumi. Skripsi. Fakultas Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Pendidikan Indonesia.
Wisnu, Sentana Putra Agus. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja Pada Industri Kerajinan Sanggah di Desa Jehem Kabupaten Bangli. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana, 2(8), pp: 359-366.
Vellina, Tambunan. 2012. Analisis Pengaruh Pendidikan, Upah,
Insentif, Jaminan Sosial dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Dd Kota Semarang (Studi Kasus Kec. Banyumanik Dan Kec. Gunungpati). Jurnal Ekonomi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro, 1(1), pp: 01-11.
Yasmin, Sanoara, Fazlul Kabir Rabbanee, Ahasanul Haque. 2012. An Analysis Of The Labour Market And Its Policy Of Bangladesh. International Journal Of Management Research And Review. University of Information Technology and Science, 2(2), pp: 1104-1131.
Yoni, Tri Jayanti. 2016. Analisis Pendapatan Buruh Wanita Di Pasar Tradisional (Studi Kasus Di Pasar Badung).E-Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana, 5(4), pp: 480-505.
Yordanus. 2013. Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus CV. Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo Kalimantan Barat. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Zamrowi, M. Taufik., 2007. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil (Studi di Industri Kecil Mebel di Kota Semarang). Tesis. Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Zheleznikova, Е. 2013. The Development Of The Forms Of Collective Labour Organization At The Enterprise. International Journal of Economics and Financial Issues. University of Economics, 2, pp: 43.
48
PIRAMIDA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Discussion and feedback