FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGIRIMAN REMITAN TENAGA KERJA KAPAL PESIAR DAN PEMANFAATANNYA DI KABUPATEN TABANAN
on
PIRAMIDA Vol. XIII No. 1 : 37 - 50
ISSN : 1907-3275
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGIRIMAN REMITAN TENAGA KERJA KAPAL PESIAR DAN PEMANFAATANNYA DI KABUPATEN TABANAN
I Gede Agustika
Surya Dewi Rustariyuni
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Denpasar [email protected]
ABSTRAK
Remitan merupakan uang, barang, atau ide yang dikirim/dibawa oleh migran ke daerah asal. Remitan terjadi karena adanya hubungan kekerabatan yang mengikat antara migran dengan daerah asalnya. Banyak angkatan kerja Provinsi Bali yang menjadi migran, terutama sebagai pekerja kapal pesiar. Kabuptaen Tabanan merupakan penyumbang tenaga kerja kapal pesiar terbanyak di Bali. Alasan utama menjadi tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan adalah ingin mengubah kondisi ekonomi keluarga, karena sektor pertanian sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jumlah remitan yang dikirim serta pemanfaatannya di daerah asal tentu berbeda setiap tenaga kerja kapal pesiar, sehingga sangat penting halnya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pengiriman remitan dan pemanfaatannya di daerah asal.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tabanan dengan pengumpulan data yang dilakukan menggunakan observasi, wawancara terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur. Metode penarikan sampel yang digunakan yaitu teknik nonprobability sampling khususnya accidental sampling. Hasil perhitungan rumus Sslovin diperoleh jumlah sampel sebanyak 84 orang responden yaitu keluarga tenaga kerja kapal pesiar. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pendapatan, jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal, dan frekuensi pengiriman remitan berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah pengiriman remitan. Lama kerja dan status perkawinan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pengiriman remitan. Pemanfaatan remitan di daerah asal diantaranya digunakan untuk konsumsi sehari-hari, investasi, merawat orang tua, dan biaya pendidikan anak.
Kata kunci : remitan, pendapatan, jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal, frekuensi pengiriman remitan, lama kerja, status perkawinan.
ABSTRACT
Remittance is money, goods, or the idea that being sent / brought by migrants to their home area. Remittance occurs because of the kinship that binds between migrants by region of origin. Many of the Bali Provincial labor force being migrants, mainly as a cruise ship workers. Kabuptaen Tabanan is a contributor to labor most yacht in Bali. The main reason workers become yacht in Tabanan is wanted mengubahkondisi family economy, because the agricultural sector is not able to meet their daily needs. The amount of remittances sent and their use in the area of origin is different every cruise ship workers, so it is important as to determine the factors that affect the amount of delivery of remittances and their utilization in the area of origin.
This research was conducted in Tabanan by collecting data through observation, structured interviews and unstructured interviews. Sampling method used is nonprobability sampling techniques in particular accidental sampling. Slovin formula calculation results obtained by the total sample of 84 respondents ie labor family cruises. Data analysis technique used is multiple linear regression.
The results obtained show that the income, number of family members covered in the area of origin, and the frequency of delivery remittance positive and significant effect on the number of delivery remittance. Length of work and marital status did not significantly affect the number of delivery remittance. The utilization of remittances in the region of origin of which is used for daily consumption, investment, caring for the elderly, and children’s education expenses.
Keywords: remittances, income, number of family members covered in the area of origin, remittances delivery frequency, length of employment, marital status.
PENDAHULUAN
Provinisi Bali memiliki jumlah penduduk sebanyak 4.152.800 jiwa tahun 2015 dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 2.372.015 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2015). Angkatan kerja merupakan bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu memproduksi barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu, sementara tenaga kerja merupakan seluruh penduduk yang dianggap mempunyai potensi untuk bekerja secara produktif (Adioetomo dan Samosir, 2010:199).
Angkatan kerja dengan jumlah yang tidak sedikit ditambah lagi dengan banyaknya jumlah migran yang masuk ke Provinsi Bali setiap tahunnya menyebabkan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan di Provinsi Bali menjadi semakin ketat. Keadaan tersebut menyebabkan banyak angkatan kerja Bali memilih menjadi tenaga kerja luar negeri. Berdasarkan data yang diperoleh dari BP3TKI Provinsi Bali tahun 2016 sejumlah 4.869 jiwa angkatan kerja menjadi tenaga kerja luar negeri. Tenaga kerja kapal pesiar menjadi pilihan yang dominan bagi angkatan kerja yang memilih menjadi tenaga kerja luar negeri, terbukti dari 4.869 jumlah tenaga kerja luar negeri asal Bali sebanyak 3.144 jiwa yang menjadi tenaga kerja kapal pesiar menurut data yang diperoleh dari BP3TKI Provinsi Bali tahun 2016.
Tabel 1 Data Tenaga Kerja Kapal Pesiar Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2015 | |
Kabupaten |
Jumlah |
Badung |
232 |
Bangli |
347 |
Buleleng |
434 |
Denpasar |
416 |
Gianyar |
383 |
Jembrana |
222 |
Karangasem |
258 |
Klungkung |
328 |
Tabanan |
524 |
Total |
3144 |
Sumber : BP3TKI Provinsi Bali, 2016
Tabel 1 menunjukkan data TKI kapal pesiar tahun 2015 menurut kabupaten/kota di Bali. Menurut Tabel 1 Kabupaten Tabanan merupakan daerah terbesar penyumbang tenaga kerja kapal pesiar sebanyak 524 orang. Kabupaten Tabanan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani sehingga Kabupaten Tabanan dikenal dengan sebutan lumbung padi Bali, tetapi pekerjaan sebagai petani membuat pendapatan yang dihasilkan kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan demikian banyak penduduk yang memilih menjadi tenaga kerja kapal pesiar. Tenaga kerja berpendapat jika melakukan mobilitas dengan menjadi tenaga kerja kapal pesiar akan mendapat penghasilan yang lebih tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan
sehari -hari dan dapat mengubah kondisi perekonomian keluarga dengan lebih cepat.
Faktor ekonomi merupakan motif utama dari alasan mengapa memilih menjadi tenaga kerja kapal pesiar. Hal tersebut sejalan dengan Todaro (1979) dalam Mantra (2015:186) yang berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi. Motif tersebut berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Todaro menyebut motif utama tersebut sebagai pertimbangan ekonomi yang rasional. Melakukan mobilitas mempunyai dua harapan, yaitu memperoleh pekerjaan dan harapan memperoleh pendapatan yang lebih baik. Kesejahteraan merupakan salah satu faktor penarik terjadinya migrasi selain perbedaan upah, kondisi pasar tenaga kerja, pajak, dan network (Giulietti dan Wahba, 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eisenring (2011) mengatakan bahwa dampak dari melakukan mobilitas sirkuler terhadap pendapatan rumah tangga yang melakukan mobilitas sirkuler lebih tinggi dibandingkan pendapatan rumah tangga yang tidak melakukan migrasi. Keinginan mengubah kondisi ekonomi keluarga dengan cepat merupakan motivasi terbesar dari tenaga kerja kapal pesiar karena dengan bekerja sebagai tenaga kerja kapal pesiar dapat meningkatkan penghasilan mereka.
Masyarakat Bali memiliki hubungan yang sangat erat dengan adat dan budaya sehingga dimanapun berada selalu merasa ada keterikatan dengan daerah asal sehingga hal tersebut memunculkan fenomena remitan. Remitan merupakan salah satu bentuk perwujudan eratnya hubungan migran dengan keluarga dan daerah asal. Eratnya hubungan migran dengan daerah asalnya disebabkan oleh adanya sifat “bi- local population” pada diri migran. “Bi- local population” memiliki pengertian bahwa sekalipun migran kini bertempat tinggal di daerah tujuan migran, tetapi para migran masih menganggap daerah tempat mereka lahir sebagai tempat tinggalnya (Sudibia, 2007).
Menurut Wiyono (1994) remitan merupakan bagian dari penghasilan migran yang disisihkan untuk dikirimkan ke daerah asal. Dengan demikian, secara logis dapat dijelaskan semakin besar penghasilan migran tentu semakin besar remitan yang dikirim ke daerah asal. Barbone,dkk (2012) menjelaskan jika remitan memiliki dampak secara langsung terhadap peningkatan disposable income bagi penerima remitan jika dialokasikan untuk kegiatan konsumsi ataupun saving. Menurut Jeong-Gill, et.al (2000) seorang migran merupakan individu rasional dalam mengambil keputusan untuk melakukan mobilitas dengan tujuan bekerja ke daerah lain bahkan ke luar negeri dikarenakan adanya faktor ekonomi (pekerjaan dan pendapatan) serta faktor non ekonomi (sosial budaya, politik, dan psikologi). Oishi (2002) menjelaskan bahwa di negara-negara pengirim migran, informasi tentang pekerjaan dan standar hidup di luar negeri secara efisien
disampaikan melalui jaringan personal seperti teman dan tetangga yang telah beremigrasi.
Menurut Ardana, dkk (2011) pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengiriman remitan ke daerah asal tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana. Apriliana (2013) menyatakan jumlah pendapatan menjadi variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap besar remitansi yang dikirim kembali oleh para TKI ke daerah asal, hal inidisebabkan remitansi yang dikirim kembali tergantung dari pendapatan TKI selama bekerja di luar negeri. Octania (2014) menyatakan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap remitan dalam studi kasus migran risen di wilayah Jimbaran. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ardharista (2016) menyatakan pendapatan berpengaruh positif terhadap remitan pekerja migran non permanen asal luar Bali.
Tidak hanya pendapatan, remitan di pengaruhi oleh jumlah keluarga yang di tanggung di daerah asal. Ardana, dkk (2011) bahwa jumlah anggota keluarga di daerah asal berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya remitan. Apriliana (2013) menyatakan, kebutuhan keluarga di daerah asal berpengaruh postif terhadap pengiriman remitan tenaga kerja Bali di Amerika Serikat. Hasil yang sejalan juga diperoleh Novayanti (2013) jumlah tanggungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap remitan migran non permanen ke daerah asal (studi kasus di Desa Jimbaran). Jumlah anggota keluarga setiap tenaga kerja kapal pesiar tentunya berbeda, sehingga hal tersebut bisa mempengaruhi frekuensi pengiriman remitan setiap migran. Rohmawati (2012) menyatakan frekuensi pengiriman remitan berpengaruh terhadap jumlah remitan yang dikirim ke daerah asal.
Tidak hanya pendapatan dan jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal, jumlah pengiriman remitan dipengaruhi oleh lama kerja migran. Lama kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap remitan migran non permanen ke daerah asal (Novayanti, 2013). Rohmawati (2012) dalam penelitiannya mengatakan bahwa lama kerja berpengaruh terhadap besar kecilnya remitan yang dihasilkan oleh TKI di Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik.
Remitan juga dipengaruhi oleh status perkawinan. Santoso (2015) menyatakan bahwa status perkawinan mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan migrasi menjadi tenaga kerja luar negeri. Hasil yang sejalan juga terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Ardharista (2016) yang menyatakan bahwa status perkawinan berpengaruh positif terhadap remitan tenaga kerja non permanen di Kota Denpasar. Sementara hasil yang berbeda terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Arya, dkk (2016) menyatakan bahwa status perkawinan tidak memiliki pengaruh terhadap jumlah pengiriman remitan tenaga kerja migran non permanen ke daerah asal di kecamatan Denpasar Barat. Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
-
1) Bagaimana pengaruh pendapatan, jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal, frekuensi pengiriman remitan, lama kerja dan status perkawinan secara simultan terhadap jumlah pengiriman remitan tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan?
-
2) Bagaimana pengaruh pendapatan, jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal, frekuensi pengiriman remitan, lama kerja dan status perkawinan secara parsial terhadap jumlah pengiriman remitan tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan?
-
3) Bagaimana pemanfaatan remitan tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan?
KAJIAN PUSTAKA
Remitan merupakan aliran atau kiriman uang oleh migran di daerah tujuan kepada keluarga migran di daerah asal. Remitan merupakan pendapatan rumah tangga yang diperoleh adanya pengiriman uang oleh keluarga yang melakukan migrasi ke daerah tujuan. Remitan yang dikirim oleh para migran terkadang dalam bentuk uang (cash) dan dalam bentuk lain seperti barang – barang rumah tangga. Pengiriman remitan oleh para migran dapat dilakukan secara langsung oleh migran kepada keluarga, atau melalui jasa transfer melalui pos dan perbankan (Yang, 2011).
Remitan juga dapat menurunkan tingkat kesenjangan penduduk miskin di negara berkembang (Banga, 2007). Remitan merupakan salah satu bentuk perwujudan eratnya hubungan migran dengan keluarga dan daerah asal. Eratnya hubungan migran dengan daerah asalnya disebabkan oleh adanya sifat “bi- local population” pada diri migran. “Bi- local population” memiliki pengertian bahwa sekalipun migran kini bertempat tinggal di daerah tujuan migran, tetapi para migran masih menganggap daerah tempat mereka lahir sebagai tempat tinggalnya (Sudibia, 2007).
Remitan dapat dibagi menjadi dua yaitu remitan keluar (out remittances) dan remitan masuk (in remittances). Remitan keluar merupakan dana yang berasal dari rumah tangga migran. Remitan keluar tergantung pada dana yang dikeluarkan untuk biaya perjalanan, lama mencari pekerjaan dan biaya hidup selama belum memperoleh pekerjaan di daerah tujuan. Remitan masuk adalah barang, uang, dan ide yang dikirim oleh migran ke daerah asal. Besar remitan masuk yang dikirim oleh migran sangat tergantung pada sifat mobilitas para migran, hubungan migran dengan keluarga, dan kebutuhan -kebutuhan keluarga migran di daerah asal. Remitan masuk yang dikirim oleh migran permanen memiliki kecenderungan relatif lebih kecil daripada mereka yang
melakukan mobilitas secara non permanen. Remitan masuk cenderung semakin besar bila mobilitas pekerja berhubungan dengan strategi rumah tangga untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Sifat mobilitas pekerja seperti itu menyebabkan hubungan sosial migran pekerja dengan keluarga di daerah asal cukup kuat (Effendi, 2004).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shehaj (2012) menjelaskan bahwa keputusan migrasi oleh rumah tangga dalam prosesnya dilakukan oleh seluruh anggota rumah tangga dan berusaha memaksimalkan utilitas potensial di masa depan melalui remitan. Remitan dalam konteks migrasi di negara – negara sedang berkembang merupakan bentuk upaya migran dalam menjaga kelangsungan ikatan sosial ekonomi dengan daerah asal, meskipun secara geografis mereka terpisah jauh. Migran mengirim remitan karena secara moral maupun sosial mereka memiliki tanggung jawab terhadap keluarga yang ditinggalkan Curson (1981) dalam Ardharista (2016).
Pendapatan
Samuelson dan Nordhaus (2003:264) menjelaskan, pendapatan menunjukkan jumlah uang yang diterima oleh rumah tangga selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan tersebut terdiri dari penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan dan penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial. Pendapatan terdiri dari pendapatan perorangan atau pribadi dan pendapatan perusahaan serta pendapatan nasional. Tujuan dari meraih pendapatan yang tinggi tidak lain hanyalah untuk mencapai tingkat penghidupan yang layak serta menaikkan tingkat kesejahteraan. Tingkat penghidupan yang layak dan tingkat kesejahteraan seseorang dapat diukur dari tingkat pendapatan yang diterimanya, begitu juga tingkat kejahteraan dan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara maupun daerah juga diukur dari pendapatan perkapita (Nazir, 2010).
Pertiwi (2015) menjelaskan pendapatan adalah suatu hasil yang diterima seseorang atau rumah tangga dari berusaha atau bekerja yang berupa, uang maupun barang yang diterima atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu. Menurut BPS (2016) pendapatan meliputi upah/gaji atas jam kerja dan atau pekerjaan yang telah diselesaikan, upah lembur, semua bonus dan tunjangan, perhitungan waktu-waktu tidak bekerja, bonus yang dibayarkan tidak teratur, penghargaan dan nilai pembayaran sejenisnya. Terdapat dua komponen, yaitu: untuk jam kerja biasa atau untuk pekerjaan yang telah diselesaikan, dan untuk lembur.
Hubungan Pendapatan Terhadap Jumlah Remitan yang Dikirim
Pendapatan menunjukkan jumlah uang yang diterima oleh rumah tangga selama kurun waktu tertentu (biasanya
satu tahun), pendapatan tersebut terdiri dari penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan dan penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial (Samuelson dan Nordhaus, 2003:264). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardana, dkk (2011) pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengiriman remitan ke daerah asal tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriliana (2013) bahwa jumlah pendapatan menjadi variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap besar remitansi yang dikirim kembali oleh para TKI ke daerah asal, hal ini disebabkan remitansi yang dikirim kembali tergantung dari pendapatan TKI selama bekerja di luar negeri. Pendapatan juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap remitan dalam studi kasus migran risen di wilayah jimbaran (Octania, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan Ardharista (2016) menjelaskan bahwa pendapatan berpengaruh positif terhadap remitan pekerja migran non permanen asal luar Bali.
Kedekatan Migran Dengan Keluarganya di Daerah Asal
Kedekatan hubungan antara tenaga kerja kapal pesiar dengan keluarganya di daerah asal karena kekuatan yang bersifat mengikat, hal ini berkaitan dengan ikatan-ikatan sosial seperti ikatan dengan sanak keluarga, banjar dan desa pakraman. Hubungan dengan daerah asalnya disebabkan tenaga kerja yang mempunyai sifat bi-local population berarti walaupun mereka kini bertempat tinggal di daerah tujuan migran atau daerah tempat bekerja, namun tenaga kerja (migran) selalu beranggapan tempat kelahirannya sebagai tempat tinggalnya. Apalagi jika dilihat masyarakat Bali, walaupun mereka secara administratif sudah dinyatakan pindah, tetapi dari segi adat tetap dianggap sebagai penduduk daerah asalnya sebagai warga banjar/desa pakraman (Sudibia, 2007). Menurut Thomas (2008) seorang migran mengirim/ membawa uang serta barang ke daerah asal akan diberikan kepada saudara yang ditinggalkan agar dapat membantu kondisi perekonomian keluarga.
Remitan dari para migran terhadap kehidupan sosial berkaitan erat terhadap penyelenggaraan kegiatan adat maupun upacara didaerah kelahirannya. Kontribusi remitan dari para tenaga kerja luar negeri untuk keluarga dan kegiatan di desa asalnya menggambarkan migran selalu ingin mempertahankan kelestarian desa yang merupakan salah satu budaya Bali bernilai tinggi. Para migran selalu menjaga jalinan hubungan yang harmonis dengan keluarganya di daerah asal, serta dengan banjar maupun desanya maka budaya Bali dapat terus ditingkatkan serta dikembangkan (Sudibia, 2007).
Pengalaman berkerja di luar negeri memberikan pandangan baru kepada para tenaga kerja, tidak hanya faktor ekonomi yang menjadi alas an pengiriman remitan ke daerah asal, faktor sosial juga merupakan hal yang
penting. Faktor sosial seperti hubungan yang sangat erat antara migran dengan keluarganya serta kebutuhan sanak saudaranya di daerah asal juga menjadi salah satu penyebab terjadinya aliran remitan. Kegiatan adat, upacara dan sebagainya merupakan salah satu alas an migran mengirimkan remitan kepada keluarganya di daerah asal (Sudibia, 2007).
Hubungan Jumlah Anggota Keluarga yang Ditanggung di Daerah Asal Terhadap Jumlah Re-mitan yang Dikirim Ke Daerah Asal
Koentjaraningrat (1977) dalam Sriwanto dan Sarjanti (2014), mengemukakan bahwa hubungan kekerabatan menghubungkan sejumlah kerabat yang bersama-sama memegang suatu yang kompleks dari hak-hak, dan kewajiban-kewajiban tertentu. Kewajiban-kewajiban tersebut misalnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas kooperatif dan kewajiban untuk melakukan aktivitas-aktivitas produktif bersama (kinship relations). Banyaknya jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal, tentu mempengaruhi kebutuhan keluarga di daerah asal, semakin tinggi kebutuhan keluarga di daerah asal berpengaruh positif terhadap jumlah pengiriman remitan (Simmons, 2005).
Hasil penelitian Ardana, dkk (2011), Istiyani (2013), Sriwanto dan Sarjanti (2014), Apriliana (2013) dan Novayanti (2013) menyatakan jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah pengiriman remitan. Ismet dan Onan (2004) mengungkapkan secara deskriptif bahwa pengiriman remitan oleh migran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kepentingan rumah tangga dan kesejahteraan hidup dimana, masing-masing variabel memiliki pengaruh positif signifikan terhadap remitan.
Hubungan Frekuensi Pengiriman Remitan Terhadap Jumlah Remitan yang Dikirim ke Daerah Asal
Frekuensi pengiriman remitan merupakan rentangan waktu migran mengirimkan remitan ke daerah asalnya. Hasil penelitian yang dilakukan Novayanti (2013) menyatakan frekuensi pengiriman remitan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengiriman remitan migran non permanen di Kecamatan Kuta Selatan. Hasil penelitian yang dilakukan Rohmawati (2012) juga menjelaskan frekuensi pengiriman remitan berpengaruh terhadap jumlah pengiriman remitan di Kecamatan PancengKabupaten Gresik.Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Fatmawati (2017) secara deskriptif menyatakan frekuensi pengiriman remitan berpengaruh terhadap jumlah pengiriman remitan migran di Desa Lamuk Kecamatan Kalikajar.
Alokasi Waktu
Lama kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui seseorang sejak menekuni pekerjaan. Berkaitan
dengan sifat mobilitas/migrasi dari pekerja,terdapat kecenderungan pada mobilitas pekerja yang bersifat permanen, remitan lebih kecil dengan yang bersifat sementara Connel, (1980) dalam Ardharista (2016). Ehenberg, (1988) dalam Marhaeni dan Manuati, (2004:11) menjelaskan keputusan untuk bekerja sangat dipengaruhi oleh adanya non labor income, tingkat upah, dan karakteristik lainnya. Keputusan untuk bekerja pada akhirnya merupakan keputusan tentang bagaimana menghabiskan waktu yang tersedia secara absolut. Dalam aktivitas sehari-hari terdapat pilihan secara pasti yakni apabila ia menggunakan waktu untuk menambah leisure time, maka akan mengurangi waktu untuk belkerja. Setiap individu harus memutuskan berapajam untuk bekerja dan berapa jam untuk mengkonsumsi berbagai barang dan berapa banyak curahan waktu untuk aktivitas rumah tangga lainnya, seperti melakukan pekerjaan – pekerjaan rumah tangga (household production).Jadi, pilihan yang dapat digunakan untuk mendatangkan pendapatan guna membeli barang konsumsi, yakni bekerja di pasar kerja.
Hubungan Lama Kerja Terhadap Jumlah Remitan Yang Dikirim Ke Daerah Asal
Lucas, dkk (1985) mengemukakan bahwa semakin lama migran menetap di daerah tujuan maka akan semakin kecil remitan yang dikirim ke daerah asal. Lama kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap remitan pekerja migran non permanen di kota Denpasar (Mita, 2016). Hasil yang sama juga diperoleh Herwanti (2011) menyatakan lama kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap remitan tenaga kerja wanita di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Hasilpenelitian yang dilakukan Irawaty, dkk (2012) menjelaskan bahwa semakin lama tenaga kerja memiliki pengalaman kerja di daerah tujuan migrasi maka semakin besar remita yang dikirim ke daerah asal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Istiyani (2013) menjelaskan lama kerja berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap jumlah pengiriman remitan.
Hasil penelitian lainnya diperoleh oleh Sriwanto dan Sarjanti (2014) yang menyatakan lama kerja berpengaruh terhadap jumlah pengiriman remitan di Desa Semampir Kecamatan Rembang Kabupaten Prubalingga. Hasil yang berbeda diperoleh dalam penelitian Junaidi (2008) lamanya waktu bermigrasi berpengaruh negatif terhadap remitan, ini menunjukkan semakin lama waktu migrasi seorang migran maka makin kecil remitan yang dikirim ke daerah asal begitu juga sebaliknya.
Status Perkawinan
Perkawinan dapat mempengaruhi jumlah penduduk melalui kelahiran dan mengubah komposisi penduduk, yakni perubahan status perkawinan itu sendiri. Status perkawinan merupakan karakteristik demografi yang mencakup aspek sosial, ekonomi, biologis, hukum, dan
agama. Perubahan status perkawinan dapat menyebabkan perubahan tempat tinggal atau migrasi, perubahan partisipasi angkatan kerja atau perubahan pendidikan (Adioetomo dan Samosir, 2010:155).
Menurut BPS (2016) status perkawinan dapat dibagi menjadi berikut :
-
1) Belum kawin
Status dari mereka yang pada saat pencacahan belum terikat dalam perkawinan.
-
2) Kawin
Status dari mereka yang pada saat pencacahan terikat dalam perkawinan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Termasuk didalamnya mereka yang kawin sah secara hukum (hukum adat, agama, negara, dan sebagainya) maupun mereka yang hidup bersama oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami istri.
-
3) Cerai hidup
Status dari mereka yang telah hidup berpisah dengan suami atau istrinya karena bercerai dan belum kawin lagi.
-
4) Cerai mati
Status untuk mereka yang telah hidup berpisah dengan suami atau istrinya karena meninggal dan belum kawin lagi.
Hubungan Status Perkawinan Terhadap Jumlah Remitan yang Dikirim ke Daerah Asal
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2015) menyatakan bahwa status perkawinan mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan migrasi menjadi tenaga kerja luar negeri. Hasil yang sejalan juga terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Ardharista (2016) yang menyatakan bahwa status perkawinan berpengaruh positif terhadap remitan tenaga kerja non permanen di Kota Denpasar. Sementara hasil yang berbeda terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Arya, dkk (2016) menyatakan bahwa status perkawinan tidak memiliki pengaruh terhadap jumlah pengiriman remitan tenaga kerja migran non permanen ke daerah asal di kecamatan Denpasar Barat. Terdapat hasil yang tidak konsisten mengenai pengaruh variabel status perkawinan terhadap pendapatan maupun jumlah remitan yang dikirim ke daerah asal sehingga hal tersebut menarik untuk diteliti kembali dalam penelitian ini. Menurut Nguyen (2015) dalam studi kasus negara Vietnam menyatakan bahwa migran yang berstatus menikah, memiliki kecenderungan untuk bernvestasi pada pendidikan anak mereka, hal ini menyebabkan kurangnya minat migran untuk menabung dan semakin sedikitnya remitan yang dikirim ke daerah asal.
Dampak Pengiriman Remitan
Ardana, dkk (2011) Menjelaskan remitan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan masyarakat di desa,
karena sebagian besar dari mereka menggantungkan kehidupannya melalui remitan. Dampak pengiriman remitan pun menjadi sangat kompleks. Perubahan ekonomi keluarga di desa, tenaga kerja yang mengalami perubahan gaya hidup, dan semakin berkembangnya daerah pedesaan itu sendiri. Remitan yang dikirim ke daerah asal selain untuk keperluan sehari hari, pendidikan dan kesehatan, juga digunakan untuk pembangunan serta investasi. Steve dan Chern (2009) menjelaskan migrasi juga berdampak positif apabila dilihat dari berkembanganya industri di desa dari ide-ide yang dibawa oleh migran kembali ke daerah asalnya.
Remitan secara tidak langsung berdampak pada terjaminnya kehidupan ekonomi masyarakat desa. Secara fisik kemajuan tersebut dapat dilihat dari kondisi rumah mereka beserta barang – barang yang ada didalamnya. Remitan yang dikirim untuk keluarga juga berdampak pada kemajuan daerah asalnya karena migran juga menyumbangkan untuk pembangunan daerah asalnya. Tidak hanya untuk membantu ekonomi keluarga di daerah asal, pengiriman remitan juga bermanfaat untuk tetap menjalin hubungan baik dengan keluarga di daerah asal serta banjar dan desanya. Dengan adanya remitan yang dikirim kepada keluarganya di daerah asal,maka akan memicu hal produktif yang dilakukan oleh keluarga didaerah asal, mulai dari membuka usaha atau juga melakukan konsumsi yang dapat membantu menjalankan roda perekonomian daerah asalnya (Ardana, 2011).
Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis, yaitu:
-
1) Pendapatan, jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal, frekuensi pengiriman remitan, lama kerja, dan status perkawinan berpengaruh secara simultan terhadap jumlah pengiriman remitan tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan.
-
2) Pendapatan, jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal, frekuensi pengiriman remitan, lama kerja, dan status perkawinan berpengaruh positif secara parsial terhadap jumlah pengiriman remitan tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Kabupaten Tabanan karena Kabupaten Tabanan memiliki jumlah tenaga kerja kapal pesiar terbanyak di Provinsi Bali dan penelitian mengenai faktor faktor yang mempengaruhi jumlah remitan tenaga kerja kapal pesiar ke daerah asal belum pernah dilakukan di Kabupaten Tabanan.
Obyek Penelitian
Menurut Sugiyono (2014:104), obyek penelitian adalah apa yang akan diselidiki dalam kegiatan penelitianobyek penelitiannya adalah jumlah remitan yang dikirim oleh tenaga kerja kapal pesiar kepada keluarga yang tinggal di daerah asal. Jumlah pengiriman remitan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya pendapatan, jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal lama kerja, dan status perkawinan.
Identifikasi Variabel
Berdasarkan pada pokok permasalahan yang telah dirumuskan, maka variabel-variabel yang diidentifikasi dalam penelitian ini meliputi:
-
1) Variabel Terikat (dependent variabel) (Y), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya atau oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah pengiriman remitan ke daerah asal tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan.
-
2) Variabel Bebas (independent variabel) (X), yaitu yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendapatan tenaga kerja kapal pesiar, jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal, frekuensi pengiriman remitan,lama kerja, dan status perkawinan.
Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, jenis data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.
1)Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik berupa lisan maupun tulisan (Sugiyono, 2014:402). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan dengan wawancara terstruktur, yakni wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada responden. Data primer dalam penelitian ini meliputi :
-
(1) Pendapatan tenaga kerja kapal pesiar.
-
(2) Jumlah keluarga yang ditanggung di daerah asal.
-
(3) Lama kerja tenaga kerja kapal pesiar .
-
(4) Status perkawinan tenaga kerja kapal pesiar.
-
(5) Jumlah remitan yang dikirim oleh tenaga kerja kapal pesiar ke daerah asal
-
2) Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dan dipublikasi oleh pihak lain (Sugiyono, 2014:402). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari BP3TKI Provinsi Bali mengenai jumlah tenaga kerja kapal pesiar di Provinsi Bali serta identitas tenaga kerja kapal pesiar di kabupaten Tabanan yang telah bekerja satu tahun.
Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah keluarga tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan. Teknik sampling yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atauanggota populasi untuk dipiliih menjadi sampel (Sugiyono, 2014:120). Teknik nonprobability sampling yang dipilih dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel apabila dipandang perlu (Sugiyono, 2014:122). Data ini diperoleh dari data hasil wawancara mendalam, observasi, kuisioner atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan yang sudah bekerja selama satu tahun. Menurut data yang diperoleh dari BP3TKI terdapat 509 orang yang sudah bekerja selama satu tahun sebagai tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan. Sugiyono (2014:116), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan. Besarnya sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dengan nilai kritis sebesar 10 persen.
……….....................................................(1)
Keterangan:
n = jumlah anggota sampel
N = jumlah anggota populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian 10%)
N
Tl = -------7
M — ----------
1 - 509(O,l)2
= 83,58 (dibulatkan menjadi 84)
Berdasarkan perhitungan diatas maka didapatkan jumlah sampel keluarga tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan yang sudah bekerja selama satu tahun adalah 84 sampel.
Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Kerangka penelitian yang dapat dikembangkan berdasarkan teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gambar 1 Pengaruh pendapatan, jumlah keluarga yang ditanggug di daerah asal, frekuensi pengiriman remitan, lama kerja, dan status perkawinan terhadap jumlah remitan yang dikirim ke daerah asal tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan.
Tabel 2 Distribusi Responden Keularga Tenaga Kerja Kapal Pesiar di Kabupaten Tabanan Menurut Kelompok Umur
No |
Kelompok Umur |
Keluarga Tenaga Kerja Kapal Pesiar |
Persentase |
1 |
20-24 |
1 |
1,19 |
2 |
25-29 |
7 |
8,33 |
3 |
30-34 |
11 |
13,10 |
4 |
35-39 |
8 |
9,52 |
5 |
40-44 |
2 |
2,38 |
6 |
45-49 |
8 |
9,52 |
7 |
50-54 |
10 |
11,90 |
8 |
55-59 |
16 |
19,05 |
9 |
60-64 |
11 |
13,10 |
10 |
65+ |
10 |
11,90 |
Jumlah |
84 |
100 |
Sumber : Hasil olah data primer, 2017
Hubungan dengan Tenaga Kerja Kapal Pesiar
Tabel 3 menunjukkan distribusi responden keluarga tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan berdasarkan hubungan dengan tenaga kerja kapal pesiar.
Untuk mengetahui pengaruh pendapatan, jumlah keluarga yang di tanggung di daerah asal, jumlah pengeluaran, lama kerjadan status perkawinan terhadap jumlah remitan yang dikirim ke daerah asal menggunakan analisis regresi linear berganda. Menurut Gujarati (2010:245), persamaan linier berganda dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
-
Y= α + β1X1 + β2X2 +β3X3 +β4X4µ +β5X5………….….(2)
Keterangan:
Y = Jumlah remitan yang dikirim ke daerah asal (rupiah)
-
X1 = Pendapatan tenaga kerja kapal pesiar (rupiah)
-
X2 = Jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal (orang)
-
X3 = Frekuensi Pengiriman Remitan
-
X4 = Lama kerja (bulan)
-
X5 = Status Perkawinan
-
µ = Variabel Pengganggu
-
α = Faktor intersep yang menggambarkan pengaruh rata – rata semua variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
-
β1…β4= Koefisien regresi untuk masing-masing variabel X
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 2 menunjukkan distribusi responden keluarga tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan berdasarkan umur. Umur responden berkisar 2069 tahun. Umur responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi sepuluh kategori. Persentase renponden tertinggi sebesar 19,05 persen berada pada kelompok umur 55-59 tahun.
Tabel 3 Distribusi Responden Keluarga Tenaga Kerja Kapal Pesiar di Kabupaten Tabanan Menurut Hubungan dengan Tenaga Kerja Kapal Pesiar
Hubungan Dengan Tenaga Kerja Kapal Pesiar |
Jumlah |
Persentase |
Orang Tua |
54 |
64,29 |
Suami |
0 |
0 |
Istri |
29 |
34,52 |
Anak |
1 |
1,19 |
Jumlah |
84 |
100 |
Sumber : Hasil olah data primer, 2017
Menurut data yang diperoleh pada Tabel 3 responden dengan hubungan sebagai orang tua tenaga kerja kapal pesiar sebanyak 64,29 persen. Responden dengan hubungan sebagai istri sebanyak 34,52 persen, sementara hubungan sebagai anak hanya sekitar satu persen.
Uji Asumsi Klasik
Suatu model regresi perlu diuji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik untuk menguji kelayakan model yang dibuat sehingga model regresi tersebut akan memberikan hasil yang akurat. Terdapat model regresi yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu :
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber : Hasil olah data primer, 2017
Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,064, dengan tingkat signifikansi pada Asymp. sig. (2-tailed) yaitu sebesar 0,200. Nilai tersebut lebih besar dari α = 5 persen (0,05). Nilai tersebut menyatakan bahwa data terdistribusi normal atau lulus uji normalitas dan model
yang dibuat adalah layak digunakan untuk analisis lebih lanjut dan menggunakan analisis statistik parametrik.
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas satu dengan variabel bebas yang lain (Utama, 2012 : 105).
Tabel 5 Hasil Uji Multikoliniearitas
Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
X1 |
.918 |
1.090 |
X2 |
.581 |
1.720 |
X3 |
.655 |
1.528 |
X4 |
.854 |
1.171 |
X5 |
.598 |
1.672 |
Sumber : Hasil olah data primer, 2017
Tabel 5 menunjukkan bahwa semua variabel dalam model yang digunakan memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 (10%) dan nilai VIF yang kurang dari 10. Ini berartimodel regresi yang dibuat tidak terjadi gejala multikolinieritas sehingga model tersebut kemudian dapat digunakan untuk memprediksi dan analisis lebih lanjut.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah nilai dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Utama, 2009 : 94).
Tabel 6 Hasil Uji Heterokedastisitas
Model |
Sig |
X1 |
0,732 |
X2 |
0,296 |
X3 |
0,709 |
X4 |
0,696 |
X5 |
0,181 |
Sumber : Hasil olah data primer, 2017
Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat signifikansi dari variabel bebas pada model yang digunakan tidak berpengaruh signifikan terhadap absolut residual karena tingkat signifikansi tersebut bernilai di atas 0,05. Jadi dapat disimpulkan model regresi yang digunakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel pendapatan (X1), jumlah keluarga yang ditanggung di daerah asal (X2), lama kerja (X3), dan status perkawinan terhadap jumlah remitan (Y) tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan. Berikut adalah Tabel 4.3yang menggambarkan pendapatan, jumlah keluarga yang ditanggung di daerah asal, frekuensi
pengiriman remitan, lama kerja, dan status perkawinan terhadapjumlah remitantenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan. Setelah melakukan analisis data dengan bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS) maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Y=-23027167.785+ 2.520 X1 +6521860.521 X2 +4979217.147X3+443474.162X4- 1897574.451 X5
Sb= (0,313) (0,329) (0,451) (0,018) (-0,043) t= (4,354) (3,643) (5,295) (0,246) (-0,484) Sig = (0,000) (0,000) (0,000) (0,806) (0,629) R2= 0,629
Sig F= 26,481
Dari persamaan tersebut dapat diketahui besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas yang berpengaruh signifikan yaitu pendapatan (X1) jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal (X2) dan frekuensi pengiriman remitan (X3), sementara variabel lama kerja (X4) dan status perkawinan (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pengiriman remitan tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan.
Uji Simultan (Uji F)
Dari hasil output SPSS pada hasil uji simultan diperoleh hasil bahwa secara simultan variabel pendapatan (X1), jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal (X2), frekuensi pengiriman remitan (X3),lama kerja, (X4) dan status perkawinan (X5) berpengaruh signifikan terhadap jumlah remitan (Y) tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan. Hal ini dibuktikan dari Fhitungmenunjukkan angka sebesar 26,481 lebih besar dari sebesar 2,33. Hal ini berarti tinggi rendahnya remitan tenaga kerja kapal pesiar dipengaruhi oleh pendapatan,jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal, frekuensi pengiriman remitan, lama kerja, dan status perkawinan.
Uji Parsial (Uji T)
1) Pendapatan
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa secara parsial variabel pendapatan (X1) berpengaruh signifikan terhadap jumlah remitan (Y) tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan.Hal ini dibuktikan dengan nilai thitung variabel pendapatan sebesar 4,354 sedangkan ttabelpada derajat bebas 78 adalah 1,664 lebih kecil dari thitung dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 dengan probabilitas lebih kecil dari 5persen. Koefisien regresi dari pendapatan (X1) 2,520 hal ini berarti setiap kenaikan pendapatan 1 juta, maka diikuti dengan peningkatan jumlah remitansebesar 2,520 juta pada tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan. Pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah remitan sesuai dengan penelitian hasil penelitian yang dilakukan Zanker
dan Siegel (2007). (Ardana, dkk (2011), Adhikara (2011), Aprilliana (2013), Putra (2016), Istiyani (2013).
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa secara parsial variabel jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah remitan (Y) tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan.Hal ini dibuktikan dengan nilai thitung variabel jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal sebesar 3,643 sedangkan ttabelpada derajat bebas 78 adalah 1,664 lebih kecil dari thitung dengan signifikansi 0,000 dengan probabilitas lebih kecil dari 5 persen. Koefisien regresi dari jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal(X2) 6521860.521 hal ini berarti setiap penambahan 1 orang jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal akan menaikkan jumlah remitan sebesar 6.521.860,521 rupiah pada tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan dengan asumsi variabel lainnya konstan.
Jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah remitan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh Novayanti (2013) dan Yomi (2014) yang menyatakan bahwa jumlah tanggungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap remitan migran non permanen di keluarahan Jimbaran. Hasil penelitian yang dilakukan Pramono, dkk (2015) menyatakan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah pengiriman remitan tenaga kerja Indonesia asal Desa Yosomulyo Kecamatan Gembiran. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Putra (2016) kebutuhan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah pengiriman remitan di Kabupaten Cilacap. Hasil yang sama di peroleh Adhikara (2012) yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengiriman remitan tenaga kerja Indonesia asal Surakarta.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa secara parsial frekuensi pengiriman remitan (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadapjumlah remitan (Y) tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan.Hal ini dibuktikan dengan nilai thitung variabel frekuensi pengiriman remitansebesar 5,295 sedangkan ttabelpada derajat bebas 78 adalah 1,664 lebih kecil dari thitung dengan signifikansi 0,000 dengan probabilitas lebih kecil dari 5 persen. Koefisien regresi dari jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal (X3) 4979217.147hal ini berarti setiap penambahan 1 frekuensi pengiriman remitan akan menaikkanjumlah remitan sebesar 4979217.147juta rupiah pada tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan dengan asumsi variabel
lainnya konstan.
Frekuensi pengiriman remitan berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah remitan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh Novayanti (2013) yang menyatakan bahwa frekuensi pengiriman remitan berpengaruh positif dan signifikan terhadap remitan migran non permanen di Desa Jimbaran. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Fatmawati (2017) secara deskriptif menyatakan frekuensi pengiriman remitan berpengaruh terhadap jumlah pengiriman remitan migran di Desa Lamuk Kecamatan Kalikajar. Hasil penelitian yang dilakukan yang dilakukan Rohmawati (2012) menyatakan frekuensi pengiriman remitan berpengaruh positif terhadap jumlah pengiriman remitan tenaga kerja Indonesia di Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Novitasari (2015) menyatakan secara deskriptif frekuensi pengiriman remitan berpengaruh terhadapn jumlah pengiriman remitan migrandi Desa Caturtunggal Kecamatan Depok.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa secara parsial variabel lama kerja (X4) tidak berpengaruh(tidak signifikan) terhadap jumlah remitan (Y) tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan.Hal ini dibuktikan dengan nilai thitung variabel lama kerja sebesar 0,246 sedangkan ttabel pada derajat bebas 78 adalah 1,664 lebih besar dari thitung dengan tingkat signifikansi 0,806 dengan probabilitas lebih besar dari 5 persen.
Lama kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pengiriman remitan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Istiyani (2013) yang menyatakan lama kerja tidak berpengaruh secara nyata terhadap remitan migran pekerja wanita di Kabupaten Jember. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herwanti (2011) menunjukkan hasil berbeda yang menyatakan lama kerja berpengaruh signifikan terhadap remitan tenaga kerja wanita Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Hasil Penelitian ini juga diperkuat berdasarkan wawancara dengan I Ketut Kerti sebagai responden selaku keluarga tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan pada tanggal 25 januari 2017, mengatakan bahwa
“Anak saya dikontrak 10 bulan pada 2016, tetapi uang yang dikirim ke rumah tidak lebih banyak dari tahun lalu yang hanya di kontrak 8 bulan oleh perusahaan. Saya kurang tau bagaimana sistem kontrak di kapal pesiar, tetapi anak saya mengaktakan bahwa dia pindah kapal dan pendapatannya tidak sebanyak tahun lalu, sehingga uang yang dia bawa pulang atau dikirim kerumah juga tidak sebesar tahun lalu. Dalam satu tahun belakangan ini anak saya mengirim uang sebanyak lima kali dengan jumlah yang tidak menentu setiap bulannya.”
Wawancara dengan Ni Luh Sumertriani sebagai responden selaku keluarga tenaga kerja kapal pesiar
di Kabupaten Tabanan pada tanggal 28 januari 2017, mengatakan bahwa
“Anak saya sudah 5 kali berangkat menjadi tenaga kerja kapal pesiar. Tahun 2016 ini dia mendapat kontrak selama 6 bulan yang merupakan kontrak paling singkat selama menjadi tenaga kerja kapal pesiar, tetapi dengan posisi yang baru. Tahun sebelumnya anak saya menjadi tukang cuci piring, sekarang menjadi waiter. Menjadi waiter memberikan peluang bagi anak saya untuk melakukan pekerjaan lain seperti menjadi tukang sulap, menjadi badut atau yang lainnya sehingga dapat menambah pendapatannya. Kondisi ini yang membuat anak saya mengirimkan seluruh gaji pokoknya ke rumah, sehingga di tahun 2016 ini jumlah uang yang dikirim cenderung meningkat.”
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa secara parsial status perkawinan (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah remitan (Y) tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan. Hal ini dibuktikan dengan nilai thitung variabel status perkawinansebesar -0,043 sedangkan ttabel pada derajat bebas 78 adalah 1,664 lebih besar dari thitung dengan tingkat signifikansi 0,629 dengan probabilitas lebih besar dari 5 persen.
Status perkawinan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah remitan tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Arya, dkk (2016) yang menyatakan status perkawinan berpengaruh positif tidak siginifikan terhadap jumlah pengiriman remitan migran non permanen di Kecamatan Denpasar Barat. Hasil penelitian yang berbeda di peroleh Ardharista (2016) yang menyatakan status perkawinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap remitan migran non permanen di Kota Denpasar.
Hasil Penelitian ini juga diperkuat berdasarkan wawancara dengan Gusti Ayu Ketut Sriani sebagai responden selaku keluarga tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan pada tanggal 18 januari 2017, mengatakan bahwa
“Anak saya sudah 6 kali berangkat menjadi tenaga kerja kapal pesiar. Saat keberangkatan pertama kurang lebih 6 tahun lalu anak saya belum menikah. Sekarang anak saya sudah menikah dan memiliki 1 orang anak. Jumlah uang yang dikirim atau yang dibawa pada saat pulang tergantung pada nilai kontrak yang telah disepakati sebelum mulai bekerja. Anak saya bekerja sebagai waiter sejak awal berangkat sampai sekarang, dan nilai kontrak nya juga tidak jauh berbeda setiap tahunnya. Jumlah uang yang dikirim juga tidak jauh berbeda saat sebelum menikah maupun setelah menikah seperti sekarang.”
Wawancara dengan GedeSurya Yadnya sebagai responden selaku keluarga tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan pada tanggal 3 februari 2017,
mengatakan bahwa
“Anak saya berumur 28 tahun tetapi belum menikah. Anak saya menjadi tenaga kerja kapal pesiar sudah 4 tahun, setelah menyelesaikan kuliah diploma 4 pariwisata dia langsung berangkat dan sekarang adalah keberangkatan ke 5. Penghasilannya menjadi tenaga kerja kapal pesiar bisa dibilang besar, jika dibandingkan dengan keberangkatan yang belum lama. Saya tidak tahu alasannya kenapa anak saya mendapat gaji yang tinggi, anak saya biasanya hanya menjelaskan gaji yang didapat sesuai dengan kesepakatan kontrak sebelum mulai bekerja. Saya kurang tahu anak saya bekerja menjadi apa disana, terakhir dia pernah bilang pekerjaannya mirip sepertifront office jika di hotel.”
Pemanfaatan Remitan di Daerah Asal
Remitan merupakan uang, barang maupun ide yang dibawa oleh migran ke daerah asal. Remitan yang dipergunakan secara baik tentu akan memberikan dampak yang positif bagi keluarga migran. Tabel 7 mengenai pemanfaatan remitan di daerah asal tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan sesuai dengan data dilapangan.
Tabel 7 Pemanfaatan Remitan di Daerah Asal Tenaga Kerja Kapal Pesiar di Kabupaten Tabanan
Pemanfaatan Remitan |
Iya |
Tidak |
Jumlah |
Konsumsi sehari – hari |
75 |
9 |
84 |
89,29% |
10,71% |
100% | |
Biaya Pendidikan Anak |
40 |
44 |
84 |
47,62% |
52,38% |
100% | |
Merawat Orang Tua |
52 |
32 |
84 |
61,90% |
38.10% |
100% | |
Investasi |
65 |
19 |
84 |
77,38% |
22,62% |
100% |
Sumber : Hasil olah data primer, 2017
Tabel 7 menjelaskan bahwa sebanyak 89,29 persen menggunakan remitan yang dikirim ke daerah asal oleh tenaga kerja kapal pesiar digunakan untuk konsumsi sehari-hari dan 10,71 persen responden yang tidak menggunakan remitan untuk konsumsi sehari-hari. Sebanyak 47,62 persen, menyatakan remitan yang dikirim ke daerah asal digunakan untuk biaya pendidikan anak, sedangkan 52,38 persen menyatakan remitan yang dikirim tidak dimanfaatakan untuk biaya pendidikan anak. Sebanyak 61,90 pesen, menyatakan remitan yang dikirim ke daerah asal digunakan untuk merawat orang tua, sedangkan 38,10 persen responden menyatakan remitan yang dikirim tidak dimanfaatakan untuk merawat orang tua. Sebanyak 77,38 pesen, menyatakan remitan yang dikirim ke daerah asal digunakan untuk investasi, sedangkan 22,62 persen responden lainnya menyatakan remitan yang dikirim tidak dimanfaatakan untuk investasi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan tujuan penelitian dan pembahasan hasil analisis data penelitian maka simpulan yang dapat disampaikan untuk menjawab rumusan masalah adalah sebagai berikut :
-
1) Secara simultan variabel pendapatan, jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal, frekuensi pengiriman remitan, lama kerja, dan status perkawinan berpengaruh terhadap jumlah remitan tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten Tabanan.
-
2) Secara Parsial variabel pendapatan, jumlah anggota keluarga yang ditanggung di daerah asal , dan frekuensi pengiriman remitan , berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah remitan. Variabel lama kerja dan status perkawinan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah remitan dengan asumsi variabel lainnya konstan pada tenaga kerja kapal pesiar di Kabupaten tabanan.
-
3) Pemanfaatan remitan untuk keperluan konsumsi sehari-hari rumah tangga migran sangat dominan yaitu sebesar 82,9 persen dari total seluruh responden menyatakan menggunakan remitan untuk keperluan konsumsi sehari-hari, sedangkan pemanfaatan remitan untuk investasi juga cukup tinggi yaitu sebesar 77,38 persen responden menyatakan menggunakan remitan untuk investasi. Sebanyak 63,90 persen keluarga migran memanfaatkan remitan yang dikirim untuk merawat orang tua, dan 47,62 persen keluarga migran menggunakan remitan untuk biaya pendidikan anak.
Saran
Berdasarkan hasil analisis dan simpulan diatas maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
-
1) Tenaga kerja kapal pesiar sebaiknya tidak hanya mengirimkan uang/barang kepada keluarganya di daerah asal. Ide dan pengalaman selama bekerja sebagai tenaga kerja kapal pesiar disosialisasikan kepada penduduk di daerah asal yang akan dan atau sedang bekerja serta membuka usaha.
-
2) Sebaiknya tenaga kerja kapal pesiar memiliki sertifikat kompetensi internasional untuk meningkatkan nilai kontrak, yang nantinya bisa menambah pendapatan dan meningkatkan jumlah pengiriman remitan ke daerah asal.
DAFTAR PUSTAKA
Adhikara, Sadhu Pramudita. 2012. Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Pengiriman Remitan dari Tenaga Kerja Indonesia ke Daerah Asal Tahun 2011 (Studi
Kasus Tenaga Kerja Indonesia Asal Kota Surakarta). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Adioetoemo, Moertiningsih. dan Samosir, Omas Bulan. 2013. Dasar – Dasar Demografi. Edisi Kedua. Jakarta:Salemba Empat.
Ardana, I Ketut, Sudibia, I Ketut dan Wirathi, I.G.A Putu. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Pengiriman Remitan Ke Daerah Asal Studi Kasus Tenaga Kerja Magang Asal Kabupaten Jembrana Di Jepang. Piramida Jurnal Kependudukan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, 7(1), h:10-41.
Ardharista, Mita. 2016. Pengaruh Faktor Sosial Demografi Terhadap Remitan Pekerja Migran Non permanen Asal Luar Bali Di Kota Denpasar. e-Jurnal Ekonomi PembangunanFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 5(8), h: 846-861.
Arya, I Komang, Sudinia, I Ketut dan Yuliarmi, Nyoman. 2016. Pengaruh Faktor Ekonomi, Sosial, Dan Demografi Terhadap Pendapatan Dan Remitan Yang Dikirim Ke Daerah Asal Oleh Migran Non Permanen Di Kecamatan Denpasar Barat. e-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana,5(9), h: 2723-2748.
Aprilliana, Dewi, dan Meydianawati, Luh Gde. 2013. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengiriman Remitansi TKI Asal Bali Di Amerika Serikat. e-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 2(8), h.373-381.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Bali Dalam Angka 2015. Denpasar: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.
---------. 2015. Tabanan Dalam Angka 2015. Tabanan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan.
---------. 2016. Tabanan Dalam Angka 2016. Tabanan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan.
Banga, Rahsmi. 2007. Impact of Remittance on Proverty in Developming Countries. Word Bank Working Paper. No. 102: pp. 1-8.
Barbone, Luca., Katarsyna Pietka-Kosinka, dan Irena Topinska. 2012. The Impact of Remittances on Poland’s Economy. Case Network E-briefs. No. 12: pp: 1-4.
Balai Penempatan Pelayanan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI). 2016. Data Tenaga Kerja Kapal Pesiar Menurut Kabupaten/Kota. Denpasar : BP3TKI Provinsi Bali.
Effendi, Tadjuddin Noer. 2004. Mobilitas Pekerja, Remitan, dan Peluang Berusaha di Pedesaan. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, 8(2), h: 213-226. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada.
Eisenring, Maryo Pitanda. 2011. The Analysis Of Building Sector Labor Mobility (Bslm) RoleIn Increasing Family Income(A Case Of Construction Workers In The City Of Palu). Jurnal Smartek. 9(4), h:311-326.
Fatmawati. 2017. Pemanfaatan Remitan Rumah Tangga Migran di Desa Lamuk
Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo.Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
Ghozali, H. Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan
Program IBM SPSS 23. Edisi kedelapan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. 2010. Dasar – Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.
Giulietti, Corrado dan Jackline Wahba. 2012. Welfare Migration. Discussion Paper No. 6450: pp: 1-15. University of Southampton and IZA (The Institute for the Study of Labor).
Herwanti, Hj. Titiek. 2011. Pengaruh Pendapatan, Lama Kerja dan Status Famili Terhadap Remitan Tenaga Kerja Wanita Propinsi Nusa Tenggara Barat. e-Journal Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya, 15(1), h:108129. Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.
Irawaty, Tuty, dan Ekawati, Sri Wahyuni. 2012. Migrasi International Perempuan Desa dan Pemanfaatannya di Desa Pusakajaya, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang,Provinsi Jawa Barat. Research Paper Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, 1(4), h:298-309. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
Ismet Koc dan Isil Onan. 2004. International Migrant’s Remittances and Welfare Status of TheLeft-Behind Families In Turkey.Journal Proquest Sociology. 38(1), h:1-35.
Istiyani, Nanik. 2013. Migran pekerja Wanita dan Remitannya di Kabupaten Jember. Jurnal Ilmu Ekonomi,8(4), h:107-120. Jember: Jurusan IESP Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Jeong-Gil Choi, Robert H. Woods, dan Suzanne K Murrmann. 2000. International Labor Markets and The Migration of Labor Forces As An Alternative Solution For Laboir Shortages In The Hospitality Industry. Journal International on Contemporary Hospitality Management, 12(1), pp: 61-67.
Junaidi. 2008. Analisis Transfer Pendapatan (Remitan) Migran dari Pulau Jawa di Provinsi Jambi. Tidak dipublikasikan, h.1-19. Fakultas Ekonomoi Universitas Jambi.
Lucas, Robert and Oded Stark. 1985. Motivations to Remit: Evidence from Botswana. Journal of Political Economy, 93(5), pp: 901-918.
Mantra,Ida Bagoes. 2015. Demografi Umum. Edisi Kedelapanbelas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Marhaeni dan Manuati Dewi. 2004. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Diktat Kuliah pada Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Nata Wirawan. 2014. Statistik 2 (Statistik Inferensia). Edisi Kedua. Denpasar: Keraras Emas.
Nazir. 2010. Analisis Determinan Pendapatan Pedagang Kaki Lima Di Kabupaten Aceh Utara. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Nguyen, Cuong Viet and Hoa Quynh Nguyen. 2015 Do internal and international remittances matter to health, education and labor of children and adolescents? The case of Vietnam. Journal of Development Economics 72 (2003)
429-461.
Novayanti, Luh. 2013. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Remitan Migran Non Permanen Ke Daerah Asal (Studi Kasus Di Desa,Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung). e-Jurnal Ekonomi PembangunanFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 2(12), h: 563-569.
Novitasari, Linda. 2015. Kondisi Sosial Ekonomi Migran di Desa Caturtunggal Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal ilmiah Mahasiswa. Program Studi Geografi Universitas Negeri Yogyakarta.
Octania, Kadek Yomi. 2014. Remitan dan Faktor Penentunya Studi Kasus: Migran Risen Kelurahan Jimbaran Kecamatan Kuta Selatan. e-Jurnal Ekonomi PembangunanFakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Udayana, 3(9), h: 421430.
Oishi, N. 2002. Gender and Migration: An Integrative Approach. Working Paper The Center for Comparative Immigration Studies No. 49. University of California
Pitma, Pertiwi. 2015. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Tenaga Kerja Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Pramono, Anggi, Wibisono, Sunlip dan Niken, Regina. 2015. Determinan Sosial-Ekonomi Terhadap Besarnya Remitan yang Dikirim TKI ke Daerah Asal di Desa Yosomulyo Kecamatan Gambiran Kabupaten Banyuwangi. Artikel Ilmiah Mahasiswa, h:1-8. Jember: Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Putra, Anggriawan Wisnu. 2016. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Remitansi di Kabupaten Cilacap. Economics Development Analysis Journal, 5(3), h:250-258. Semarang: Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Rohmawati, Evy. 2012. Pemanfaatan Remitan dan Alasan Melakukan Mobilitas Internasional Menurut Keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya.
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. Edisi Ketujuhbelas. Jakarta : PT Media Global Edukasi.
Santoso, Setiya Bhakti. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Investasi Tenaga Kerja Indonesia (Studi Kasus Desa Arjowilangun Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, 4(1).
Shehaj, Esmeralda. 2012. The Determinants of Migration and Remittances in Albania. International Journal of Scientific and Engineering Research, 3(4), pp: 1-8. United Kingdom: Stafforddshire University.
Simmons, Alan, Plaza, Dwaine and Piche, Victor. 2005. The Remittance Sending Practice ofHatitians and Jamaicans in Canada. Centre for Research on Latin America and the Caribbean, pp: 1-25. Population Division Department of
Economic and Social Affairs United Nations Secretariat.
Sriwanto, Sigid dan Sarjanti, Esti. 2014. Kajian Mobilitas Penduduk dan Remitan Desa Semampir Kecamatan Rembang Kabupaten Prubalingga. Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014. ISBN 978-60214930-2-1, h: 121-126. FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Steve Snyder. 2009. The Impact Of Remittance Income On Rural Households In China. China Agricultural Economic Review. Emerald Group Publishing Limited 1756-137X. 1(1): page:40.
Sudibia, I Ketut. 2007. Mobilitas Penduduk Nonpermanen dan Kontribusi Remitan Terhadap kehidupan Ekonomi dan Sosial Rumah Tangga di Daerah Asal. Piramida Jurnal Kependudukan, 3(1), h: 1-18. Pusat Penelitian Kependudukan dan PSDM Universitas Udayana.
Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Bisnis Edisi Kesepuluh. Bandung : CV. Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2010. Mikro Ekonomi Edisi Ketiga.Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Thomas, Y.Owusu. 2008. Transnational Families Encyclopedia of Social Problems. Publications Gale Virtual Reference Library, No. 2: pp:957-958.
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi, Edisi Kesembilan. Jakarta.
Wiyono,NH. 1994. “Mobilitas Tenaga Kerja dan Globalisasi”.
Warta Demografi. Vol.3; 8-13
Utama, Suyana. 2012. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Edisi Kedua. Denpasar : Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Yang, Dean. 2011. Migrant Remittances. Journal of Economic Perspectives, 25(3), pp: 129–152. University Of Michigan
Zanker, Jessica Hagen dan Siegel, Melissa. 2007. The Determinant of Remittances.A Review of Literature Working Paper MGSoG/2007/WP003 Maastricht Graduate School of Governance. Pp: 1-27. Maastricht University.
50
PIRAMIDA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Discussion and feedback