PENGARUH FAKTOR EKONOMI, SOSIAL DAN DEMOGRAFI TERHADAP PENDIDIKAN ANAK NELAYAN DI KABUPATEN BADUNG
on
PIRAMIDA Vol. XIII No. 1 : 51 - 58
ISSN : 1907-3275
PENGARUH FAKTOR EKONOMI, SOSIAL DAN DEMOGRAFI TERHADAP PENDIDIKAN ANAK NELAYAN DI KABUPATEN BADUNG
I Gede Ary Candra Pramana1
I Gusti Wayan Murjana Yasa2
Ni Luh Karmini3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia e-mail: [email protected]/ telp: +6285 858 801 746
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh umur orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan, daerah asal dan umur anak. Penelitian ini dilakukan pada keluarga nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. Jumlah sampel sebanyak 69 kepala keluarga. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terstruktur, wawancara mendalam dan observasi. Teknik anaslisis yang digunakan yaitu regresi linier berganda dengan dummy sebagai variabel bebas. Hasil penelitian menyatakan bahwa umur orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, daerah asal dan umur anak pertama berpengaruh secara simultan terhadap tingkat pendidikan anak keluarga. Secara parsial pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, daerah asal dan umur anak pertama berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pendidikan anak keluarga nelayan. Sedangkan umur orang tua tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat pendidikan anak. Hal tersebut menandakan bahwa meningkatnya pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, daerah asal dan umur anak pertama akan meningkatkan tingkat pendidikan anak keluarga nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung.
Kata kunci: tingkat pendidikan, umur orang tua, pendapatan
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the influence of parent age, parent education, income, area of origin and age of children. This research was conducted on fishermen’s family in Kedonganan Village, Kuta Sub-district, Badung Regency. The number of samples is 69 families. Data collection is done through structured interviews, in-depth interviews and observation. The anaslisis technique used is multiple linear regression with dummy as independent variable. The result of the study stated that age of parent, parent education, family income, origin area and age of first child influence simultaneously to education level of child’s family. Partially parent education, family income, area of origin and age of first child have positive and significant effect to educational level of family of fisherman family. While the age of parents does not significantly influence partially to the level of education of children. This indicates that the increased education of parents, family income, home area and age of the first child will increase the level of education of children in the village of Kedonganan Village District Kuta Badung regency.
Keywords: Education level, age of parents, income
PENDAHULUAN
Indonesia terkenal dengan sebutan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian sebagai nelayan. Sumber daya alam yang melimpah belum tentu merupakan jaminan bahwa suatu Negara atau wilayah itu akan makmur, bila pendidikan sumber daya manusianya kurang mendapat
perhatian. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan tugas bersama karena menyangkut pendidikan bangsa.
Pembangunan merupakan suatu proses yang secara berkelanjutan mengoptimalkan manfaat dari sumber alam dan sumber daya manusia dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber alam yang tersedia. Secara implisit pengertian di atas mengandung makna beberapa aspek yaitu, proses
pembangunan berlangsung secara berlanjut dan didukung oleh sumber alam dengan kualitas lingkungan dan manusia semakin berkembang. Sumber alam terutama udara, air dan tanah memiliki ambang batas dimana pemanfaatan yang berlebihan akan menyebabkan berkurangnya kuantitas dan kualitas sumber daya alam sehingga mengurangi kemampuannya mendukung kehidupan umat manusia. Kualitas lingkungan berkolerasi langsung dengan kualitas hidup, sehingga semakin baik mutu kualitas lingkungan semakin positif pengaruhnya pada kualitas hidup, yang antara lain tercermin pada meningkatnya usia harapan hidup, turunnya tingkat kematian, dan lain-lain. Pembangunan memungkinkan generasi sekarang meningkatkan kesejahteraannya tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan juga dapat meningkat kesejahteraannya. Zakiah (2009) menyatakan keberhasilan pembangunan suatu bangsa antara lain ditentukan oleh adanya kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi didalamnya, karena pembangunan merupakan suatu upaya secara sadar dan terencana untuk memperbaiki kesejahteraan atau kualitas hidup manusia.
Salah satu aspek penting yang memiliki peran sentral dalam pembangunan adalah kependudukan, Beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa kependudukan merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional, antara lain adalah : pertama, kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek pembangunan, sebagai subyek pembangunan maka penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan. Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang bersangkutan. Dengan demikian jelas bahwa pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Kedua, kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan tingkat kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan.
Pelaku utama bagi pembangunan adalah penduduk sebagai sumber daya manusia yang berpotensial, sehingga masyarakat dapat bergerak pada arah pembangunan menuju cita-cita rakyat Indonesia, yaitu bangsa yang makmur dan berkepribadian luhur. Untuk itu asek pendidikan tidak akan pernah habis untuk diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada, perbincangan tentang pendidikan akan tetap ada, sehingga mustahil manusia hidup tanpa pendidikan.
Desa Kedonganan merupakan salah satu desa di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung, memiliki daerah perairan yang mempunyai potensi perikanan. Di sepanjang daerah pesisir Desa Kedonganan mata pencaharian penduduk umumnya nelayan dan pedagang. Pekerjaan sebagai nelayan dipilih karena sesuai dengan keterampilan masyarakat setempat, sementara sumber daya yang tersedia hanya laut beserta isinya yang mempunyai nilai ekonomi. Jadi, tidak ada pilihan lain bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang pesisir laut selain menjadi nelayan atau pedagang yang berhubungan dengan laut. Kehidupan masyarakat pesisir terdapat perbedaan dengan aspek kehidupan pada masyarakat agraris (penduduk yang tinggal di daerah pedesaan pada umumnya). Hal ini disebabkan faktor lingkungan alam, karena masyarakat pantai lebih terkait dengan laut yang dominan, sedangkan masyarakat agraris oleh lingkungan alam yang berupa sawah, tegalan atau ladang. Kondisi yang berbeda ini, memungkinkan mereka mempunyai kultur dan sistem pengetahuan yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (Sukari, 2002).
Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian masyarakat Kedonganan yang hidup dengan mengelola potensi sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir, masyarakat nelayan mempunyai karakteristik sosial tersendiri yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di wilayah daratan. Karakteristik yang menjadi ciri-ciri sosial budaya masyarakat nelayan adalah memiliki struktur relasi sangat kuat, etos kerja tinggi, memanfaatkan kemampuan diri dan adaptasi optimal, kompetitif dan berorientasi prestasi, apresiatif terhadap keahlian, kekayaan dan kesuksesan hidup, terbuka dan ekpresif, solidaritas sosial tinggi, sistem pembagian kerja berbasis jenis kelamin (laut menjadi ranah laki-laki dan darat adalah ranah kaum perempuan), dan berperilaku konsumtif (Kusnadi,2009:39).
Seperti juga masyarakat yang lain, masyarakat nelayan menghadapi sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi yang komplek (Kusnadi,2009:27). Hal ini disebabkan oleh kebijakan pembangunan yang belum bersungguh-sungguh, persoalan sosial ekonomi dan budaya yang terjadi pada masyarakat nelayan cukup kompleks, sehingga penyelesainnya tidak seperti membalikkan telapak tangan. Nelayan termasuk salah satu golongan miskin yang perlu diperhatikan. Karena selalu berada pada kehidupan ekonomi yang rendah dengan situasi kerja yang monoton dan dalam melakukan pekerjaan memerlukan fisik yang kuat. Rendahnya tingkat pendidikan nelayan cenderung menghambat proses alih teknologi dan keterampilan yang berdampak pada kemampuan manajemen dan skala usahanya (Tabel 1). Akibatnya nelayan akan sulit keluar dari lingkaran permasalahan yang dihadapinya (Budiastuti, 1994).
Tabel 1 Persentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kuta Tahun 2015
No |
Desa/ Kelurahan |
Tingkat Pendidikan | |||
SD |
SMP |
SMA |
Perguruan Tingigi | ||
1 |
Kuta |
22,4 |
26,5 |
24,1 |
38,2 |
2 |
Legian |
20,2 |
24,5 |
21,1 |
21,7 |
3 |
Seminyak |
19,0 |
19,4 |
12,3 |
9,4 |
4 |
Tuban |
17,8 |
15,7 |
14,1 |
17,9 |
5 |
Kedonganan |
20,6 |
13,9 |
28,4 |
12,8 |
Total |
100 |
100 |
100 |
100 |
Sumber: Profil Kecamatan Kuta Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh informasi bahwa tingkat pendidikan di Kecamatan Kuta tahun 2015 yang tersebar di 5 desa. Desa Kedonganan yang letak geografisnya berdekatan dengan pantai kebanyakan penduduknya bekerja sebagai nelayan memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 20,6 persen, SMP sebanyak 13,9 persen, SMA sebanyak 28,4 persen, dan di Perguruan Tinggi sebanyak 12,8 persen. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak meratanya tingkat pendidikan di desa tersebut dikarenakan faktor orang tua yang kurang memahami arti pendidikan itu sendiri.
Dewasa ini masih banyak dijumpai adanya masalah pada sistem pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah banyak anak usia pendidikan dasar tidak dapat melanjutkan ke tingkat sekolah menengah. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut. Faktor utama yang biasa menjadi alasan masyarakat adalah mahalnya biaya pendidikan untuk sekolah menengah, sehingga para orang tua cenderung menyekolahkan anaknya sampai tingkat pendidikan dasar saja. Faktor lainnya adalah masih kurangnya perhatian orang tua terhadap pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. Kebanyakan orang tua menyuruh anaknya bekerja setelah tamat dari SD dan SMP, baik itu menjadi buruh atau membantu orang tua melaut dan lain sebagainya. Hal ini juga tidak lepas dari pendapatan orang tua dan jenis pekerjaan pada lingkungan masyarakat tersebut.
Anak-anak sebagai generasi penerus akan menjadi pelaku utama dalam mengisi pembangunan di masa mendatang, oleh karenanya mempersiapkan mereka untuk menyongsong masa depan yang lebih baik menjadi penting. Pendidikan anak merupakan sebagian kecil dari sejumlah rangkaian kebutuhan hak anak yang seharusnya mereka terima sebagai bekal dalam hidup dan masa depan mereka. Namun, pada kenyataannya tidak semua anak memperoleh hak tersebut, masih ada sebagian anak-anak yang justru sepanjang waktu hidupnya habis dilakukan untuk bekerja untuk mendapatkan upah atau membantu penghasilan keluarga. Pendidikan merupakan salah satu bentuk pembangunan nasional untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat, sehingga terwujud masyarakat yang cerdas,maju,dan sejahtera.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20
Tahun 2003 Bab VI Pasal 6 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk usaha mencerdaskan masyarakat yaitu dengan adanya program wajib belajar sembilan tahun dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tujuannya adalah setiap warga mempunyai bekal dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mempunyai daya saing dalam kompetisi di masa globalisasi seperti sekarang ini. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud yang menyebutkan bahwa “Titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang pendidikan serta memperluas kesempatan belajar pada jenjang pendidikan menengah yaitu dengan memperluas wajib belajar 6 tahun menjadi 9 tahun, setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP)”.
Bellamy (1997) mejelaskan bahwa, kekuatan yang paling kuat mendorong anak-anak ke dalam lingkungan pekerjaan adalah eksploitasi dari kemiskinan. Sekalipun pengaruh kemiskinan sangat besar terhadap munculnya pekerja anak, tetapi kemiskinan bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh. Salah satu faktor lain yang berpengaruh adalah pola pikir yang pendek dan simpel akibat rendahnya pendidikan, misalnya pada sektor perikanan biasanya sejak kecil anak-anak biasanya sudah dididik untuk bekerja. Dalam banyak kasus, dikalangan keluarga miskin anak-anak biasanya bekerja demi menambah penghasilan keluarga atau rumah tangganya. Tampaknya faktor kemiskinan memiliki dampak yang sangat besar dan berantai terhadap anak sejak dari kandungan hingga besar dan bersaing di pasar kerja. Di beberapa negara berkembang keberadaan anak dalam pasar kerja banyak berasal dari keluarga miskin. Tampaknya jika kemiskinan harus dihapuskan dan diminimalkan karena akan menjadi sumber utama rendahnya kualitas manusia dan anak sebagai generasi penerus yang mengalami dampak yang paling besar (Seacombe, 2000).
Terdapat enam rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) apakah umur, pendidikan orang tua, pendapatan keluarga nelayan, daerah asal dan umur anak pertama berpengaruh secara simultan terhadap pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung; (2) bagaimana pengaruh umur terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung; (3) bagaimana pengaruh pendidikan orang tua terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung; (4) bagaimana pengaruh pendapatan keluarga nelayan terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung; (5) bagaimana pengaruh daerah asal terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan
Kuta Kabupaten Badung; dan (6) bagaimana pengaruh umur anak pertama terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung.
Penelitian ini memiliki tujuan (1) untuk menganalisis umur, pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, daerah asal dan umur anak pertama secara simultan terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung, (2) menganalisis pengaruh umur terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung, (3) menganalisis pengaruh pendidikan orang tua terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung, (4) menganalisis pengaruh pendapatan keluarga nelayan terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung, (5) menganalisis pengaruh daerah asal terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung, dan (6) menganalisis pengaruh umur anak pertama terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung.
Kegunaan penelitian ini terdiri dari dua yaitu secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi masyarakat nelayan di Desa Kedonganan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat nelayan terhadap pendidikan formal, secara praktis penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai pengaplikasian teori yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi terutama mengenai masalah pendidikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi orang tua ataupun pemerintah bahwa umur, pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua ikut mempengaruhi tingkat pendidikan anak.
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. Pertama, umur, pendidikan, pendapatan, daerah asal dan umur anak pertama berpengaruh secara simultan terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. Kedua, umur berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pendidikan anak keluarga nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. Ketiga, pendidikan orang tua berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pendidikan anak keluarga nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. Keempat, pendapatan keluarga nelayan berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pendidikan anak keluarga nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. Kelima, daerah asal berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pendidikan anak keluarga nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. Keenam, umur anak pertama berpengaruh secara parsial
terhadap tingkat pendidikan anak keluarga nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian berbentuk kuantitatif serta bersifat asosiatif yaitu untuk menganalisis pengaruh secara serempak dan parsial variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian ini dilakukan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung, dimana rutinitas keseharian masyarakat Kedonganan yaitu sebagai nelayan. Objek penelitian ini lebih fokus menganalisis pengaruh kondisi sosial ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak keluarga nelayan di Desa Kedonganan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan anak nelayan, variabel bebas adalah umur, pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, daerah asal dan umur anak pertama. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif serta dengan sumber datanya adalah data primer dan sekunder. Data tersebut dikumpulkan melalui cara observasi, kuisioner dan wawancara mendalam.
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga nelayan di Desa Kedonganan dengan jumlah sebanyak 218 orang. Sampel responden pada penelitian ini adalah kepala rumah tangga keluarga nelayan. Jumlah sampel yang diambil menggunakan rumus Slovin dengan taraf kesalahan 10 persen, dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 69 sampel rumah tangga. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara probability sampling pada masing-masing kelompok nelayan di Desa Kedonganan.
Berdasarkan pada Gambar 1 dirumuskan menjadi persamaan regresi untuk menunjukkan hubungan antar variabel yang dihipotesiskan, yaitu.
Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4Di + β5X5 +e........(1)
Gambar 1. Model Analisis Regresi Linear Berganda
Keterangan :
X1 = Umur
X2 = Pendidikan Orang Tua
X3 = Pendapatan Keluarga
X4 = Daerah Asal
X5 = Umur Anak Pertama
Y = Tingkat Pendidikan Anak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk meyakinkan kelayakan model yang dibuat untuk tujuan prediksi. Berdasarkan uji asumsi klasik dapat disimpulkan layak atau tidaknya model yang digunakan sehingga model regresi tersebut mampu memberikan hasil yang akurat. Model regresi linier berganda yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
Y = -7,035 + 0,055X1 + 0,399X2 + 0,562X3 + 0,840Di + 0,472X5
Uji normalitas dilakukan untuk menguji model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak (Suyana Utama, 2014:99). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi residual yang normal atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Uji Normalitas dengan Metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test |
Unstandardized Residual | |
N |
69 | |
Normal Parametersa,b |
Mean |
,0000000 |
Std. Deviation |
1,52159600 | |
Most Extreme Differences |
Absolute |
,079 |
Positive |
,050 | |
Negative |
-,079 | |
Test Statistic |
,079 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) |
,200c,d |
Berdasarkan Tabel 2, besarnya nilai Kolmograv-Smirnov (test ststistic) adalah 0,079, dengan tingkat signifikansi pada Asymp. sig. (2-tailed) yaitu sebesar 0,200. Nilai tersebut lebih besar dari α = 5 persen (0,05). Nilai tersebut menyatakan bahwa data terdistribusi normal atau lulus uji normalitas dan model yang dibuat adalah layak digunakan untuk analisis lebih lanjut dan menggunakan analisis statistik parametrik.
Uji multikolinieritas dilakukan dengan tujuan menguji ada tidaknya korelasi antar variabel bebas pada model regresi yang digunakan (Suyana Utama, 2014:106). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas yang digunakan. Uji multikolinieritas di dalam regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai Variance Inflating Factor (VIF). Model regresi dikatakan bebas multikolinieritas apabila model tersebut mempunyai nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 10 persen. Hasil uji multikolinieritas terhadap model regresi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Uji Multikoliniearitas
Model |
Collinearity Statistics | |
Tolerance |
VIF | |
Umur Orang Tua |
0,307 |
3,260 |
Pendidikan Orang Tua |
0,937 |
1,067 |
Pendapatan Keluarga |
0,949 |
1,054 |
Daerah Asal |
0,929 |
1,076 |
Umur Anak Pertama |
0,319 |
3,135 |
Sumber : Data diolah (2017)
Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa semua variabel dalam model yang digunakan memiliki nilai Tolerance yang lebih dari 10 persen atau 0,1 dan nilai VIF yang kurang dari 10. Hal tersebut berarti bahwa model regresi yang dibuat tidak terjadi gejala multikolinieritas sehingga model tersebut kemudian dapat digunakan untuk memprediksi dan analisis lebih lanjut.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah model regresi yang digunakan terjadi ketidaksamaan varians dari residual atau pengamatan ke pengamatan yang lain (Suyana Utama, 2014:107). Model regresi yang baik tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser dengan meregresi variabel bebas terhadap nilai absolut residual. Jika variabel bebas yang dianalisis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (absolute residual), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi yang dibuat. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Uji Glejser
Model |
Sig. |
Umur |
0,933 |
Pendidikan Orang Tua |
0,852 |
Pendapatan |
0,454 |
Daerah Asal |
0,058 |
Umur Anak Pertama |
0,627 |
Sumber: Data Diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh bahwa tingkat signifikansi dari variabel bebas pada model yang digunakan tidak berpengaruh signifikan terhadap absolut residual karena tingkat signifikansi tersebut bernilai di atas 0,05. Jadi dapat disimpulkan model regresi yang digunakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Nilai Fhitung yang diperoleh dari hasil regresi dengan bantuan program SPSS kemudian dibandingkan dengan Ftabel. Nilai Fhitung yaitu sebesar 31,557 lebih besar dari Ftabel yaitu sebesar 2,37 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut berarti bahwa umur, pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, daerah asal dan umur
Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)
Gambar 2. Daerah Hasil Penerimaan dan Penolakan H0 untuk Uji F
anak pertama berpengaruh secara serempak terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung.
Gambar 3 Daerah Hasil Penerimaan dan Penolakan H0 untuk Variabel Umur (X1)
Nilai thitung yang diperoleh dari hasil regresi dengan bantuan program SPSS kemudian dibandingkan dengan ttabel. Nilai thitung yaitu sebesar 1,056 lebih kecil dari t tabel yaitu sebesar 1,671 dan tingkat signifikansi sebesar 0,295 lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal tersebut berarti bahwa variabel umur (X1) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung.
Gambar 4 Daerah Hasil Penerimaan dan Penolakan H0 untuk Variabel Pendidikan Orang Tua (X2)
Nilai thitung yang diperoleh dari hasil regresi dengan bantuan program SPSS kemudian dibandingkan dengan ttabel. Nilai thitung yaitu sebesar 2,029 lebih besar dari t tabel yaitu sebesar 1,671 dan tingkat signifikansi
sebesar 0,006 lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut berarti bahwa variabel pendidikan orang tua (X2) berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap tingkat pendidikan anak di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung..
Gambar 5 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 untuk Variabel Pendapatan Keluarga (X3)
Nilai thitung yang diperoleh dari hasil regresi dengan bantuan program SPSS kemudian dibandingkan dengan ttabel. Nilai thitung yaitu sebesar 2,063 lebih besar dari t tabel yaitu sebesar 1,671 dan tingkat signifikansi sebesar 0,043 lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut berarti bahwa variabel pendapatan keluarga (X3) berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung.
Gambar 6 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 untuk Variabel Daerah Asal (Di)
Nilai thitung yang diperoleh dari hasil regresi dengan bantuan program SPSS kemudian dibandingkan dengan ttabel. Nilai thitung yaitu sebesar 2,126 lebih besar dari ttabel yaitu sebesar 1,671 dan tingkat signifikansi sebesar 0,037 lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut berarti bahwa variabel Daerah Asal
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat pendidikan anak di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta
Gambar 7 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 untuk Variabel Umur Anak Pertama (X5)
Nilai thitung yang diperoleh dari hasil regresi dengan bantuan program SPSS kemudian dibandingkan dengan ttabel. Nilai thitung yaitu sebesar 5,848 lebih besar dari ttabel yaitu sebesar 1,671 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut berarti bahwa variabel umur anak pertama berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat pendidikan anak di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan pada penelitian ini adalah: Pertama, secara simultan variabel Umur (X1), Pendidikan Orang Tua (X2), Pendapatan Keluarga (X3), Daerah Asal (Di) dan umur anak pertama (X5) berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Pendidikan Anak Nelayan (Y) di Desa Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten. Kedua, secara parsial variabel Umur (X1) tidak berpengaruh terhadap Tingkat Pendidikan Anak Nelayan (Y). Pendidikan Orang Tua (X2) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pendidikan anak nelayan (Y). Pendapatan Keluarga (X3) berpengaruh positif signifikan terhadap Tingkat Pendidikan Anak Nelayan (Y). Daerah Asal (Di) berpengaruh positif signifikan terhadap Tingkat Pendidikan Anak Nelayan (Y). Umur Anak Pertama (X5) berpengaruh positif signifikan terhadap Tingkat Pendidikan Anak Nelayan (Y).
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan yaitu: Pertama, diharapkan kepala keluarga nelayan dapat meningkatkan pendapatan, sehingga dengan begitu dapat meningkatkan tingkat pendidikan anak keluarga nelayan. Kedua, diharapkan kepala keluarga nelayan dapat menambah wawasan dan pengetahuannya, agar dapat mendorong anak-anaknya untuk meningkatkan pendidikan agar mampu bersaing dalam memasuki pasar kerja di masa mendatang. Ketiga, Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar mempertimbangkan variabel-variabel lain dan mencari ruang lingkup populasi yang berbeda dan lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Adiana, Pande Putu Erwin dan Karmini Ni Luh. 2013. Pengaruh Pendapatan, Jumlah Anggota Keluarga dan Pendidikan terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Gianyar. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 1, No 1. November, Hal 39-48.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian,suatu pendekatan dan praktek.
Aristin, Nevy Farista. 2015. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Anak Putus Sekolah Menengah Pertama (SMP) Di Kecamatan Bondowoso. Jurnal Pendidikan Geografi, Vol 20 No.1 : 30-36. Universitas Lambungmangkurat.
Bellamy, Carol. 1997. Laporan Situasi Anak-anak di Dunia
1997. Jakarta: Unicef.
Budhiati. 2011. Hubungan Antara Kondisi Sosial Ekonomi, Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Tentang Pengelolaan Lingkungan Dengan Perilaku Hidup Sehat Masyarakat Di Kota Surakarta. Jurnal Ekosains, Vol 3 No.2 : 52-59. Dinas Kesehatan Surakarta .
Badan Pusat Statistik. 2014. Desa Kedongan Dalam Angka. Badung : BPS.
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.2004. Undang-Undang Perikanan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Periakanan Republik Indonesia.
Departemen Keuangan Republik Indonesia Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang perbankan.Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Departemen Pendidikan Nasional 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdiknas.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivarite Dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Undip.
Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Helen, Ayres. 2008. Education And Opportunity As Influences On Career Development: Finding From A Preliminary Study In Eastern Australian Tourism. Journal of Hospitality. Programme Director, Tourism Programme, University of Canberra. Vol. 5, No. 1. ISSN: 1473-8376.
Husain, A.R. 1995. Penyelenggaraan System Pendidikan Nasional (Berpacu Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia). CV Aneka: Solo.
Kusnadi. 2009. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir, Yogyakarta.
-----------. 2003. Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LKiS.
Maftukhah. 2007. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP n 1 Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun 2006/2007. Skripsi. Universitas Negeri Malang.
Mulyadi. 2007. Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rahyuda, Ketut, I Gst Murjana Yasa dan Ni Nyoman Yuliarmi. 2004. Metodologi Penelitian. Denpasar: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Seacombe, K. 2000. Family in Poverty in The 1990s: Trends, Causes, Consequences and Lessons Learned. Journal of Marriage and The Families. Vol.62 No 4.
Simanjuntak, P.J. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Siswanto, Budi. 2008. Kemiskinan dan Perlawanan Kaum Nelayan. Malang: Laksbag Mediatama.
Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Bisnis Edisi Kesepuluh. Bandung : CV. Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi (Teori Pengantar) Edisi ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sumintarsih, dkk. 2005. Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Madura. Yogyakarta: Kemenbudpar.
Suyana Utama, Made. 2013. Buku Ajar Ekonometrika Bagian
Kedua. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.
Thamrin, S. 2008. Analisis Pendapatan Petani Kapas Bollgard Di Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo. Dalam Jurnal Agrisistem, 3(2) h: 70-76.
Todaro, Michael P dan Smith, 2004. Pembangunan Ekonomi Dunia Ke tiga. Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Todaro, Michael P dan Smith. 2011. Pembangunan Ekonomi. Edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Waedi, 2009. Pengaruh Usia Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Garmen PT. Primatex Kabupaten Batang Tahun 2009. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Wasak, Martha, 2012. Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Nelayan Di Desa Kinabuhutan Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara, Pacific Journal Vol 1 (7) : 1339.
Yamin, Sofyan. Heri Kurniawan. 2009. SPSS Complete (Teknik Analisis Statistic Terlengkap Dengan Software SPSS). Jakarta Selatan : Salemba Infotek.
Yusuf, Fandi. 2012. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Nelayan Terhadap Ketuntasan Wajib Belajar 9 Tahun Anak di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara Tahun 2012. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Zakiah, Abdul. 2009. Pembangunan Ekonomi Bangsa dan Negara. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
58
PIRAMIDA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Discussion and feedback