FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGIRIMAN REMITAN KE DAERAH ASAL STUDI KASUS TENAGA KERJA MAGANG ASAL KABUPATEN JEMBRANA DI JEPANG
on
1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGIRIMAN REMITAN KE DAERAH ASAL STUDI KASUS TENAGA KERJA MAGANG ASAL KABUPATEN JEMBRANA DI JEPANG
I Ketut Ardana1
I Ketut Sudibia2
I Gusti Ayu Putu Wirathi3
ABSTRACT
Labor mobility for some people is one of the strategies of rural households to improve economic conditions by improving their incomes. The reason why the mobility Cenderungnya headed overseas, partly because of the economic conditions of the region of origin can not meet the needs of life in society. Instead the country of destination is more promising in terms of increased revenue. Even with the income he earned at the destination, they are able to deliver remittances to the households left behind in the area of origin.
This study aims to determine how the influence of income, consumption expenditure, number of family members in the area of origin, and the simultaneous presence of parents or partially to the delivery of remittances to the region of origin and to examine the use of sending remittances to their hometown. The data used are primary data in a sample of 122 out of 177 members of the population. Sampling was done by proportional stratified random sampling. Analysis technique used is multiple linear regression with the F test and t test.
Results showed that, simultaneously income, consumption expenditure, number of family members in the area of origin and the presence of parents significantly influence the delivery of remittances to Fcount (64.957) > Ftable of (2.68). Partially, the income has positive and significant impact on delivery of remittances to the region of origin. Consumption expenditure and a significant negative effect on the delivery of remittances to the region of origin. The number of family members and significant positive effect on the delivery of remittances to the region of origin, while the presence of parents does not significantly influence the delivery of remittances to the region of origin. Sending remittances to family utilization in areas used for debt repayment, investment and home construction as well as in savings.
Keywords: Labor Mobility, The relationships between migrants and their families in the origin, Remittances
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia dewasa ini demikian kompleks. Hal itu telah menimbulkan masalah-masalah sosial, baik pada tingkat nasional maupun regional. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan bagian dari pembangunan nasional, karena tenaga kerja merupakan subjek dan objek pembangunan. Dengan demikian, tenaga kerja sangat menentukan keberhasilan pembangunan dan pembangunan dianggap berhasil jika masyarakat (tenaga kerja) dapat hidup dengan sejahtera. Perencanaan tenaga kerja daerah yang disusun perlu disesuaikan dengan tuntutan otonomi daerah, dengan mengembangkan konsep dan pendekatan baru sesuai dengan nuansa otonomi daerah yang ditandai oleh demokratisasi dan desentralisasi. Artinya kebijakan dan program yang dibuat berdasarkan kebutuhan dan keinginan masyarakat setempat, sehingga mampu menyelesaikan masalah ketenagakerjaan di daerah (Disnakertranduk Provinsi Bali, 2007).
Secara umum terjadinya pengangguran merupakan akibat dari masalah pasar kerja, tenaga kerja, dan kesempatan kerja. Pengangguran menyangkut pada harga diri dan penghasilan apabila seorang tenaga kerja menganggur, maka tenaga kerja tersebut merasa malu dan kurang bersosialisasi dengan orang lain dan demikian pula keluarganya. Menganggur berarti tidak punya penghasilan, maka dia akan menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat yang akhirnya menjadi beban pembangunan. Oleh karena itu, masalah pengangguran tersebut harus dipecahkan secara bersama-sama antara tenaga kerja itu sendiri, masyarakat dan dunia usaha selaku penampung para penganggur.
Pengangguran merupakan beban ekonomi dan sosial yang dipikul oleh masyarakat perlu mendapat perhatian dari pemerintah untuk mencarikan alternatif pemecahan. Penyedia lapangan kerja merupakan hal yang sangat penting dalam mengatasi masalah pengangguran. Penempatan tenaga kerja magang ke Jepang menjadi salah satu alternatif atau jalan keluar untuk mengatasi pengangguran dan perluasan kesempatan kerja melalui Program Pemagangan ke Jepang untuk masyarakat di Kabupaten Jembrana. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Jembrana melalui Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi melakukan terobosan dengan membuka Program Pemagangan ke Jepang. Tabel 1.4 menunjukkan jumlah tenaga kerja magang yang ditempatkan ke Jepang setiap tahunnya.
Tabel 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Magang Yang ditempatkan ke Jepang Di Kabupaten Jembrana Tahun 2005 – 2010
Tahun |
Tenaga kerja magang (orang) |
Pengguna |
2005 |
17 |
Koperasi Tsukuba, Jepang |
2006 |
53 |
Koperasi Tsukuba, Jepang |
2007 |
82 |
Koperasi Tsukuba, Jepang |
2008 |
54 |
Koperasi Tsukuba, Jepang |
2009 |
109 |
Koperasi Tsukuba, Jepang |
2010 |
9 |
Koperasi Tsukuba, Jepang |
Jumlah |
324 |
Sumber : Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Jembrana 2010
Menurut Connel (1980), di negara-negara sedang berkembang terdapat hubungan yang sangat erat antara migran dengan daerah asalnya, dan hal tersebutlah yang memunculkan fenomena remitan. Namun, terdapat fenomena khusus dari mobilitas di negara-negara ini, yang diperkirakan lebih mempercepat pemerataan pembangunan. Fenomena tersebut berbentuk transfer pendapatan ke daerah asal (baik berupa uang ataupun barang), yang dalam teori mobilitas dikenal dengan istilah remitan (remittance).
Perbedaan pendapatan antara pedesaan dan perkotaan serta disparitas kesempatan ekonomi telah mendorong seseorang mencari pekerjaan di kota yang upahnya lebih tinggi. Upah yang diharapkan di perkotaan masih melampaui pendapatan di desa. Pembangunan ekonomi yang lebih menguntungkan daerah perkotaan dalam kebanyakan perencanaan negara-negara belum berkembang pada tahun 1950-an dan tahun 1960-an, ditambah dengan kurangnya perhatian pada sektor pertanian dan pedesaan secara relatif, telah menciptakan kondisi-kondisi dan distorsi harga dan insentif ekonomi, yang menyebabkan terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan (Todaro, 2000).
Menurut Wiyono (1994), remitan pada dasarnya adalah bagian dari penghasilan migran yang disisihkan untuk dikirimkan ke daerah asal. Dengan demikian, secara logis dapat dikemukakan semakin besar penghasilan migran maka akan semakin besar remitan yang dikirimkan ke daerah asal. Remitan merupakan bentuk keterikatan dan keterkaitan penduduk yang melakukan mobilitas dengan daerah asalnya. Remitan merupakan indikator penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat penerimanya karena di samping bisa meningkatkan perekonomian keluarga di daerah asal.
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah sebagai berikut.
-
1) Bagaimana pengaruh pendapatan, pengeluaran konsumsi, jumlah anggota keluarga di daerah asal, dan keberadaan orang tua secara simultan terhadap pengiriman remitan ke daerah asal?
-
2) Bagaimana pengaruh pendapatan, pengeluaran konsumsi, jumlah anggota keluarga di daerah asal, dan keberadaan orang tua secara parsial terhadap pengiriman remitan ke daerah asal?
-
3) Bagaimana pemanfaatan pengiriman remitan bagi keluarga di daerah asal?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
-
1) Untuk mengetahui pengaruh pendapatan, pengeluaran konsumsi, jumlah anggota keluarga di daerah asal, dan keberadaan orang tua secara simultan terhadap pengiriman remitan ke daerah asal.
-
2) Untuk mengetahui pengaruh pendapatan, pengeluaran konsumsi, jumlah anggota keluarga di daerah asal, dan keberadaan orang tua secara parsial terhadap pengiriman remitan ke daerah asal.
-
3) Untuk mengetahui pemanfaatan pengiriman remitan bagi keluarga di daerah asal.
-
1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai referensi atau pembanding bagi penelitian berikutnya serta dapat memberikan landasan untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan khususnya tentang pengiriman remitan dari tenaga kerja yang berkerja di luar negeri dengan keluarganya di daerah asal.
-
2) Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat dijadikan bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam rangka mengambil kebijakan di bidang ketenagakerjaan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.
Kajian Pustaka
A. Teori Pengambilan Keputusan Melakukan Mobilitas
Beberapa teori yang mengacu pada paradigma ekonomi, menurut Massey, et al., 1993; 1998 Hugo, et al., 1996; Todaro, 1997; dan Abella, 1999 yang dikutif oleh (Wirawan, 2006) misalnya;
-
1. Teori Neoclassical Economic Macro yang menjelaskan perpindahan para pekerja dari negara yang kelebihan tenaga kerja dan kekurangan modal menuju ke negara yang kekurangan tenaga kerja tetapi memiliki modal besar.
-
2. Teori Neoclassical Economic Micro, yang menyarankan kepada para migran potensial agar dalam pengambilan keputusan bermigrasi mempertimbangkan biaya dan keuntungan perpindahan ke daerah tujuan yang memiliki potensi lebih besar dibandingkan daerah asalnya.
-
3. Teori Segmented Labour Market yang menyatakan, bahwa pekerja melakukan migrasi karena ditentukan oleh tingginya permintaan pasar kerja di negara lain. Dalam teori ini faktor ketertarikan pasar atas migrasi tenaga kerja jauh lebih dominan dibandingkan dengan faktor tekanan untuk berpindah oleh sebab lain dari daerah asal.
Dalam konteks pengambilan keputusan bermigrasi ditingkat individu, sebenarnya banyak model pendekatan teoritik yang bisa digunakan, dan salah satu di antaranya misalnya model Michael P. Todaro (2000). Menurut Todaro, dorongan utama migrasi adalah pertimbangan ekonomi yang rasional terhadap keuntungan (benefit) dan biaya (cost) baik dalam arti finansial maupun psikologis. Ada dua alasan mengapa seseorang melakukan perpindahan. Pertama, meskipun pengangguran di kota bertambah, tetapi seseorang masih mempunyai harapan untuk mendapatkan salah satu dari sekian banyak lapangan kerja yang ada di kota. Kedua, seseorang masih berharap untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi di tempat tujuan dibandingkan dengan daerah asal. Besarnya harapan diukur dari : (1) perbedaan pendapatan riil antara desa dan kota dan (2) kemungkinan seseorang mendapatkan salah satu jenis pekerjaan yang ada di kota. Asumsi Todaro adalah bahwa, dalam jangka waktu tertentu, harapan income di kota tetap lebih tinggi dibandingkan dengan di desa, walaupun dengan memperhitungkan biaya migrasi.
Teori pengambilan keputusan bermigrasi di tingkat individu dari perspektif geografi yang berpengaruh kuat dalam analisis-analisis migrasi pada era 1970-an hingga menjelang awal tahun 1990 an, adalah teori yang diajukan oleh Everett S. Lee, 1992 (Mantra, 2000). Keputusan bermigrasi di tingkat individu, dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu; (1) faktor-faktor yang ada di daerah asal migran seperti keterbatasan kepemilikan lahan, upah di daerah asal yang rendah, lapangan pekerjaan dan jenis pekerjaan yang terbatas di daerah asal. (2) faktor yang terdapat di daerah tujuan migran seperti tingkat upah yang tinggi di daerah tujuan, lapangan pekerjaan yang tersedia, kemajuan daerah tujuan,tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap. (3) faktor penghalang migrasi seperti Sarana transportasi, topografi desa ke kota dan jarak. (4) faktor individu pelaku migrasi yaitu faktor yang menentukan keputusan untuk melakukan migrasi. Berdasarkan teori migrasi Lee (c), faktor terpenting setiap individu dalam melakukan migrasi adalah faktor individu itu sendiri. Faktor individu memberikan penilaian apakah suatu daerah dapat memenuhi kebutuhannya atau tidak. Rintangan antara dapat berupa biaya pindah yang tinggi, topografi daerah dan juga sarana transportasi di jelaskan pada Gambar 2.1.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi
-
+
o
o
Daerah Asal
Individu Daerah Tujuan
+
+
+
+
-
-
o
+
+
+
Sumber : Mantra, 2000
Di daerah asal maupun daerah tujuan terdapat beberapa faktor yaitu faktor positif (+), faktor negatif (-) dan faktor netral (o). Faktor positif adalah faktor yang memberikan keuntungan apabila bertempat tinggal di daerah tersebut. Faktor negatif adalah faktor yang memberikan nilai negatif pada daerah tersebut yang menjadikan alasan untuk pergi dari daerah tersebut. Sedangkan yang dimaksud faktor netral adalah faktor yang ada pada daerah asal dan daerah tujuan namun tidak mempengaruhi individu untuk berada di daerah tersebut.
Keputusan seorang individu untuk tetap di daerah asal atau melakukan migrasi ke daerah tujuan tergantung pada keseimbangan antara kedua kekuatan tersebut. Untuk wilayah pedesaan (di negara sedang berkembang), kedua kekuatan tersebut relatif seimbang. Seorang individu dihadapkan pada dua hal yang sulit dipecahkan yaitu tetap tinggal di daerah asal dengan keadaan ekonomi yang terbatas atau berpindah ke daerah lain dengan meninggalkan sawah atau ladang yang dimiliki. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka seringkali diambil jalan tengah dengan melakukan mobilitas penduduk guna memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan meningkatkan ekonomi keluarga. Mobilitas bagi sebagian orang merupakan salah satu strategi dari rumah tangga pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, dan untuk membuat dan meningkatkan pendapatan mereka. Alasan mengapa mobilitas kecenderungan bergerak maju ke daerah perkotaan karena kondisi ekonomi daerah pedesaan tidak menjawab permintaan hidup masyarakat. Hal ini juga karena daerah
perkotaan menawarkan lebih menjanjikan dan berkembang sektor informal. Mobilitas penduduk dari pedesaan ke daerah perkotaan akibat ketergantungan sebuah antara desa dan kota karena imigran mengirimkan pendapatannya untuk keluarga yang ada di kampung.
Mobilitas tenaga kerja internasional terjadi biasanya di antara negara-negara yang mempunyai kedekatan sejarah, kebudayaan atau ikatan ekonomi, serta perjanjian kerja sama. Di antara hubungan negara-negara di dunia yang terus bertambah, beberapa negara dikatagorikan sebagai penerima dan pengirim para tenaga kerja. Di dalam hubungan untuk hidup bersama-sama tanpa konflik dari perpindahan dan keluar para tenaga kerja dari satu negara ke negara lain, yang mempunyai keterampilan tinggi dengan pekerja yang mempunyai keterampilan rendah. Mobilitas tenaga kerja dari negara berkembang ke negara maju dapat terjalin hubungan baik, ketika negara-negara maju dengan upah yang tinggi dan kondisi kesejahtraan yang lebih baik biasanya menerima tenaga kerja tersebut. Mereka bertempat tinggal permanen dan non permanen guna memperoleh kesejahteraan yang lebih baik. Lebih dari itu para tenaga kerja bertambah karena dibantu oleh kepindahannya dengan jaringan kerja oleh tenaga kerja yang dulu, agen atau penyalur tenaga kerja serta institusi pemerintah yang menangani ketenagakerjaan. Bagian yang terbesar para tenaga kerja itu pindah ke negara lain hanya ingin tinggal untuk bekerja, belajar, berusaha, menjadi pengungsi dan pensiun.
Menurut Mantra (1999) mobilitas penduduk didefinisikan sebagai gerakan penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Batas wilayah yang bisa digunakan adalah batas administrasi seperti : Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, atau Negara. Di samping batas wilayah batas waktu juga bervariasi : satu hari, lebih dari satu hari hingga kurang dari enam bulan atau enam bulan lebih. Mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) mobilitas penduduk permanen; (2) mobilitas penduduk nonpermanen. Perbedaan antara mobilitas permanen dan nonpermanen terletak pada ada atau tidaknya niat untuk bertempat tinggal menetap di daerah tujuan
bukan lamanya setiap perpindahan. Apabila seseorang pindah ke daerah lain tetapi sejak semula bermaksud kembali ke desa asal, maka perpindahan tersebut dapat diaggap sebagai sirkulasi dan bukan migrasi.
Mobilitas penduduk selama ini lebih banyak melihat dari sisi ekonomi artinya faktor-faktor yang mendorong penduduk melakukan mobilitas sebagian besar karena motif ekonomi dan perbaikan kehidupan. Selain faktor ekonomi, kondisi desa asal juga menjadi pendorong untuk melakukan mobilitas. Tanah pertanian yang tidak subur, kekeringan dan lowongan kerja yang terbatas merupakan kondisi umum yang dihadapi oleh para tenaga kerja di daerah asalnya. Mobilitas tenaga kerja memiliki kaitan yang erat dengan pembangunan sebab mobilitas tenaga kerja merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan. Artinya tidak ada pembangunan tanpa mobilitas tenaga kerja, dan begitu pula sebaliknya tidak terjadi mobilitas tenaga kerja tanpa adanya pembangunan. Tinggi rendahnya mobilitas tenaga kerja di suatu daerah akan berpengaruh terhadap strategi pembangunan yang dipilih, sehingga pembangunan yang dilaksanakan betul-betul dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat.
Eratnya hubungan antara tenaga kerja magang dengan keluarganya didaerah asal disebabkan oleh kekuatan yang bersifat mengikat, yang berkaitan dengan ikatan-ikatan sosial seperti ikatan dengan sanak keluarga, banjar dan desa pekraman. Hubungan dengan daerah asalnya disebabkan tenaga kerja yang mempunyai sifat bi-local population dalam arti walaupun mereka kini bertempat tinggal didaerah lain, tetapi mereka masih menganggap daerah tempat lahir sebagai tempat tinggalnya. Lebih-lebih dalam masyarakat Bali, meskipun mereka secara administratif sudah dinyatakan pindah, namun dari segi adat tetap dianggap sebagai penduduk daerah asalnya sebagai warga banjar / desa pekraman (Sudibia, 2007).
Dengan adanya kontribusi remitan dari para tenaga kerja magang terhadap kehidupan sosial berkaitan erat dengan penyelenggaraan berbagai kegiatan adat atau upacara didaerah asalnya. Kontribusi remitan dari para
tenaga kerja magang untuk keluarga dan kegiatan di desa asalnya mencerminkan tenaga kerja magang tetap ingin mempertahankan kelestarian desanya yang merupakan budaya Bali yang mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan tetap menjaga jalinan hubungan antara tenaga kerja magang dengan keluarganya di daerah asal, serta dengan banjar atau desanya maka budaya Bali dapat terus ditingkatkan dan dikembangkan.
Pengalaman berkerja di luar negeri memberikan para tenaga kerja pandangan baru, aliran remitan dari daerah tujuan kedaerah asal tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi seperti sempitnya kesempatan kerja dan rendahnya pendapatan di daerah asal, tetapi faktor sosial juga memegang peranan penting. Faktor sosial seperti hubungan yang sangat erat antara tenaga kerja magang dengan keluarganya serta kebutuhan sanak saudaranya di daerah asal. Kebanyakan remitan digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga tangga sehari-hari atau untuk membangun rumah.
Istilah remitan pada mulanya adalah uang atau barang yang dikirim oleh tenaga kerja ke daerah asal, sementara tenaga kerja masih berada di tempat tujuan. (Connell, 1976). Namun kemudian definisi ini mengalami perluasan, tidak hanya uang, barang, tetapi keterampilan dan ide-ide baru yang juga digolongkan sebagai remiten bagi daerah asal, keterampilan dan ide - ide baru sangat menyumbang pembangunan desanya seperti cara-cara kerja, membangun rumah, dan lingkungannya yang baik, serta hidup yang sehat (Connell, 1980). Connell juga menyebutkan bahwa studi mengenai remitan difokuskan pada tiga hal yaitu : (1) faktor-faktor penentu remitan; (2) besarnya remitan; (3) pemanfaatan.
Beberapa negara telah mempercayakan pada remitan, pada tahun 1985 sebagai contoh remitan menjadi lebih besar dari nilai ekspor barang dagangan untuk Pakistan, Mesir, Yordan dan Yaman Utara dan Selatan. Kiriman uang dari para migran di Timur Tengah menjadi peranan yang penting bidang ekonomi di beberapa negara asian pada awal 1980 ketika nilai remitan sangat memuncak, nilai remitan di India mencapai 30 persen dari ekspor barang dagangan dan 8,25
persen dari tabungan rumah. Akibat dari lebih besarnya itu ada di Pakistan dimana remitan tahun 1982 mencapai 11,5 persen di Korea Selatan remitan sedikit lebih kecil dalam hubungan perdagangan yang dapt dilihat, di Bangladesh 1984 remitan mencapai 75 persen dari ekpor barang dagangan, 43 persen dari bantuan asing dan pinjaman. Beberapa negara di daerah yang lain juga sangat tergantung arus remitan.
Dampak remitan menurut laporan The State World Population (1993), Hugo dan Renard (1987), di Asia atau negara-negara Afrika menunjukkan manfaat positif. Dampak positif remitan dipergunakan antara lain untuk memenuhi biaya sekolah, membiayai fasilitas pendidikan, kesehatan dan konsumsi. Yang paling penting remitan membantu mengentaskan keluarga dari kemiskinan. Tentu saja dampak negatifnya juga ada seperti sifat konsumerisme yang berlebihan dan tekanan inflasi (inflationary pressure), namun secara umum remitan berdampak positif baik bagi negara maupun keluarga pelaku mobilitas.
Pada masyarakat desa dampak remitan ternyata sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena remitan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan mereka karena sebagian besar keluarga yang tinggal di desa sangat menggantungkan kehidupan dari remitan. Dampak itu terlihat antara lain dalam perubahan ekonomi keluarga dan desa, perubahan gaya hidup pada tenaga kerja yang ada di desa. Pengiriman remitan selain untuk keperluan hidup sehari-hari, biaya pendidikan dan kesehatan, juga digunakan untuk pembangunan rumah, membeli perabotan, alat elektronik dan juga investasi di desa.
Secara ekonomi di desa terjadi peningkatan dan kemajuan. Hal itu bisa terlihat dengan terjaminnya kehidupan ekonomi mereka dan secara fisik terlihat dari kondisi rumah mereka beserta perabotan yang ada di dalamnya. Meningkatnya remitan untuk kemajuan ekonomi keluarga juga berdampak pada kemajuan daerah asalnya karena pada kenyataannya mereka juga menyumbangkan untuk keperluan pembangunan daerah asalnya. Pengiriman remitan kedaerah asal memiliki manfaat ganda, di satu sisi bermanfaat untuk
memperbaiki kehidupan ekonomi keluarganya di daerah asal, dan di sisi lain tetap dapat menjaga jalinan hubungan dengan keluarganya di daerah asal, serta dengan banjar atau desanya. Pengiriman remitan terhadap kehidupan ekonomi keluarga didaerah asal akan dapat meningkatkan pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi berbagai kebutuhan atau untuk membuka usaha-usaha yang produktif. Peningkatan pengeluaran rumah tangga baik untuk tujuan konsumtif maupun untuk usaha-usaha produktif akan berdampak positif terhadap perkembangan ekonomi didaerah asalnya.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Jembrana dengan alasan bahwa : (1) Kabupaten Jembrana salah satu Kabupaten di Provinsi Bali yang melaksanakan penempatan tenaga kerja magang ke Jepang. (2) Penelitian mengenai hal itu belum pernah dilakukan khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pengiriman remitan ke daerah asal, studi kasus tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana di Jepang. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel terikat (dependent variabel) : Remitan dari tenaga kerja magang yang sudah kembali kedaerah asal tahun 2005 – 2008; dan Variabel bebas (independent variabel) : Pendapatan, Pengeluaran konsumsi, Jumlah anggota keluarga di daerah asal, Keberadaan orang tua.
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian ini subyeknya adalah seluruh tenaga kerja magang yang sudah kembali ke daerah asal setelah berkerja di Jepang dari tahun 2005 - 2008. Populasi terbatas di Kabupaten Jembrana sebanyak 177 orang. Sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang dapat mewakili populasi tersebut. Dalam penelitian ini pengambilan dilakukan dengan proportional stratified random sampling. Jumlah sampel responden diambil dengan menggunakan rumus Slovin dengan nilai kritis 5 persen, didapat sampel sebanyak 122 orang dengan sebaran menurut bidang pekerjaan sesuai dengan proporsi jumlah sub-sub populasi per bidang pekerjaan.
Tabel 1.2
Jumlah Populasi dan Sampel di Rinci Per Kecamatan Di Kabupaten Jembrana Tahun 2005 - 2008 (orang)
Kecamatan |
Bidang Pekerjaan | |||||||||
Sayur |
Ayam |
Babi |
Sapi |
Total | ||||||
P |
S |
P |
S |
P |
S |
P |
S |
P |
S | |
Melaya |
4 |
3 |
5 |
3 |
6 |
4 |
4 |
3 |
19 |
13 |
Negara |
18 |
13 |
17 |
12 |
19 |
13 |
17 |
12 |
71 |
49 |
Mendoyo |
12 |
8 |
13 |
9 |
13 |
9 |
12 |
8 |
50 |
34 |
Pekutatan |
9 |
6 |
10 |
7 |
9 |
6 |
9 |
6 |
37 |
26 |
Jumlah |
43 |
30 |
45 |
31 |
47 |
32 |
42 |
29 |
177 |
122 |
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Jembrana, 2010 (data diolah).
Keterangan : P = Populasi
S = Sampel
Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner yang tersusun secara sistematis dengan daftar pertanyaan tertutup dan terbuka. Wawancara mendalam dengan beberapa tenaga kerja magang yang sudah kembali ke daerah asal dengan menggunakan pedoman pertanyaan. Data primer yang diambil meliputi : karakteristik responden menurut umur, karakteristik responden menurut tingkat pendidikan, karakteristik responden menurut status perkawinan, sumber dan informasi magang ke Jepang, alasan utama magang ke Jepang, proses pengambilan keputusan magang ke Jepang.
Analisi data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (pendapatan, pengeluaran konsumsi, jumlah anggota keluarga di daerah asal, dan keberadaan orang tua) terhadap variabel terikat (remitan). Perhitungan dilakukan dengan bantuan perangkat lunak program SPSS versi 15 dan dilakukan uji koefisien regresi uji t dan uji f dengan tingkat signifikansi 5 persen.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden menurut umur, dimana sebagian besar umur responden dengan 20-25 tahun yaitu sebanyak 58 orang atau 47,6 persen, responden dengan umur berkisar 26-30 tahun sebanyak 39 orang atau 31,9 persen, disusul oleh kisaran umur 31-35 tahun, yaitu sebanyak 25 orang atau 20,5 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden 20 - 25 tahun merupakan kelompok umur yang sangat dominan dari tenaga kerja magang ke Jepang dan semua berjenis kelamin laki-laki ini di sebabkan karena persyaratan untuk tenaga kerja magang ke Jepang adalah laki-laki dan pendidikan SMA. Karakteristik responden menurut status perkawinan tenaga kerja magang yang sudah kembali ke daerah asal, yang berstatus kawin sebanyak 77 orang atau 63,1 persen, sedangkan untuk yang berstatus belum kawin sebanyak 45 orang atau 36,9 persen. Lebih banyak yang berstatus sudah kawin setelah kembalinya tenaga kerja magang ke daerah asal, hal ini disebabkan karena setelah memiliki kesiapan uang atau materi yang dimiliki sehingga memutuskan untuk melangsungkan pernikahan.
Sumber dan Informasi Magang ke Jepang, Sumber dan informasi pertama kali didapatkan oleh tenaga kerja magang ke Jepang yang paling banyak informasi bersumber dari kerabat/saudara sebanyak 49 orang atau 40,1 persen, dan informasi bersumber dari teman sebanyak 45 orang atau 36,9 persen, sedangkan dari media elektronik atau radio sebanyak 28 orang atau 23,0 persen. Sebagian besar mereka memutuskan untuk magang ke Jepang karena awalnya mengikuti ajakan teman atau kerabat yang sudah terlebih dahulu magang di Jepang. Adanya pola migrasi berantai ini cukup dimaklumi mengingat setelah mereka berhasil magang di Jepang, apabila mereka mengetahui tambahan tenaga kerja magang yang dibutuhkan di Jepang, mereka lebih condong untuk memberikan informasi kepada teman atau kerabat asal satu desanya. Alasan utama tenaga kerja untuk magang ke Jepang karena adanya faktor tingkat keberhasilan sesorang tenaga kerja magang, sehingga kerabat / teman mereka di daerah asal juga berkeinginan untuk ikut serta menjadi tenaga kerja magang,
terlebih karena adanya keterbatasan lahan garapan, rendahnya pendapatan di daerah asalnya dan tingginya pendapatan di daerah tujuan.
Pengambilan keputusan magang ke Jepang merupakan keputusan dari diri sendiri yang dominan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan magang ke Jepang sebanyak 103 orang atau 84,4 persen dan pengambilan keputusan atas pertimbangan orang tua sebanyak 19 orang atau 15,6 persen. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang diajukan oleh Everett S. Lee, 1992 (Ida Bagoes Mantra, 2000) bahwa faktor individu pelaku migrasi yaitu faktor yang menentukan keputusan untuk melakukan migrasi. Faktor terpenting setiap individu dalam melakukan migrasi adalah faktor individu itu sendiri, faktor individu memberikan penilaian apakah suatu daerah dapat memenuhi kebutuhannya atau tidak.
-
B. Pengaruh Pendapatan, Pengeluaran Konsumsi, Jumlah Anggota Keluarga di Daerah Asal, Dan Keberadaan Orang Tua Secara Simultan Terhadap Pengiriman Remitan Ke Daerah Asal
Pengaruh pendapatan, pengeluaran konsumsi, jumlah anggota keluarga di daerah asal, dan keberadaan orang tua secara simultan terhadap pengiriman remitan ke daerah asal oleh tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana dilakukan dengan uji F, dengan membandingkan nilai F yang dihasilkan dengan nilai Ftabel. Jika Fhitung > F tabel , maka Ho ditolak, sebaliknya apabila Ftabel > Fhitung maka Ho diterima. Sesuai dengan analisis perhitungan dengan menggunakan model regresi linear berganda dengan tingkat kepercayaan 5 persen didapatkan analisis data dari tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana diperoleh hasil Fhitung sebesar 64,957 dan nilai Ftabel sebesar 2,68. Oleh karena nilai Fhitung > Ftabel (64,957> 2,68) , maka Ho ditolak. Artinya pendapatan, pengeluaran konsumsi, jumlah anggota keluarga di daerah asal, dan keberadaan orang tua secara simultan atau bersama - sama berpengaruh signifikan terhadap pengiriman remitan ke daerah asal oleh tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana. Besarnya pengaruh variabel secara bersama-sama ditunjukkan oleh koefisien determinasi (R2), tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana, dimana ditunjukkan R2 sebesar 0,690 yang berarti bahwa variasi naik turunnya pengiriman remitan ke daerah asal sebesar 69 persen,
mampu dijelaskan oleh variasi pendapatan, pengeluaran konsumsi, jumlah anggota keluarga di daerah asal, dan keberadaan orang tua dan sisanya 31 persen dijelaskan oleh faktor lain diluar model.
-
C. Pengaruh Pendapatan, Pengeluaran Konsumsi, Jumlah Anggota Keluarga Di Daerah Asal, dan Keberadaan Orang Tua Secara Parsial Terhadap Pengiriman Remitan Ke Daerah Asal
Pengaruh pendapatan terhadap pengiriman remitan ke daerah asal oleh tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana dapat dijelaskan sebagai berikut bahwa pengaruh pendapatan terhadap pengiriman remitan ke daerah asal, oleh karena nilai t hitung > t tabel (13,983 > 1,980), maka Ho ditolak. Artinya pendapatan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengiriman remitan ke daerah asal oleh tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana. Ini artinya semakin tinggi pendapatan, maka semakin besar remitan yang diterima oleh keluarganya di daerah asal. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Wiyono (1994) yang menemukan pengaruh positif antara penghasilan pekerja migran dengan remitan. Remitan pada dasarnya adalah bagian dari penghasilan migran yang disisihkan untuk dikirimkan ke daerah asal. Dengan demikian, secara logis dapat dikemukakan semakin besar penghasilan migran maka akan semakin besar remitan yang dikirimkan ke daerah asal.
Pengaruh pengeluaran konsumsi terhadap pengiriman remitan ke daerah asal oleh tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana dapat dijelaskan sebagai berikut bahwa pengaruh pengeluaran konsumsi terhadap pengiriman remitan ke daerah asal, oleh karena nilai t hitung < ttabel (- 5,710 < 1,980 ) , maka Ho ditolak. Artinya pengeluaran konsumsi secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengiriman remitan ke daerah asal oleh tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana. Secara sederhana para tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana akan meminimalkan pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan dari pendapatan/upah yang mereka terima selama bekerja di daerah tujuan untuk meningkatkan remitan mereka. Remitan yang dikirim ke daerah asal, dapat dikatakan sebagai wujud dari pengorbanan yang dilakukan tenaga kerja magang di dalam keterbatasan pendapatan atau upah yang mereka terima. Mereka melakukan berbagai kompromi untuk memenuhi kebutuhan mereka selama di daerah tujuan
melalui pola-pola konsumsi tersendiri dan bersikap hemat dan hati-hati terhadap pengeluarannya. Sili Antari (2008) dalam penelitiannya tentang pekerja migran nonpermanen di dua kelurahan di Kabupaten Badung mendapatkan hasil bahwa remitan berpengaruh negatif signifikan terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kabupaten Badung, sehingga mendukung hasil penelitian ini pula.
Pengaruh jumlah anggota keluarga di daerah asal terhadap pengiriman remitan ke daerah asal oleh tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana dapat dijelaskan bahwa pengaruh jumlah anggota keluarga di daerah asal terhadap pengiriman remitan ke daerah asal oleh tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana. Oleh karena nilai thitung > ttabel (2,050 > 1,986), maka Ho ditolak. Artinya jumlah anggota keluarga di daerah asal secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengiriman remitan ke daerah asal oleh tenaga kerja magang. Mantra (1992) mengemukakan bahwa remitan akan lebih besar jika keluarga penerima remitan di daerah asal adalah keluarga inti. Sebaliknya, remitan akan lebih kecil jika keluarga penerima remitan di daerah asal bukan keluarga inti. Curson (1981) menyebutkan bahwa remitan terjadi karena adanya keeratan hubungan antara migran dengan daerah asalnya, sehingga dengan adanya keeratan hubungan kekerabatan tersebut pekerja migran masih / ikut menangung anggota keluarganya di daerah asal. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi remitan yang dikirimkan kepada anggota keluarganya di daerah asal menunjukkan semakin tinggi rasa tanggung jawab dan kepedulian moral dari pekerja terhadap anggota keluarganya. Anggota keluarga yang masih tinggal di desa merupakan satu kesatuan ekonomi karena itu remitan juga merupakan bagian dari kehidupan ekonomi rumah tangga pedesaan dan berkaitan erat dengan pertimbangan waktu, harapan, kewajiban, dan tanggung jawab terhadap keluarga di daerah asalnya.
Pengaruh keberadaan orang tua terhadap pengiriman remitan ke daerah asal oleh tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana dapat dijelaskan bahwa pengaruh keberadaan orang tua terhadap pengiriman remitan ke daerah asal, oleh karena nilai t hitung < t tabel ( -1,230 < 1,980 ) , maka Ho diterima. Artinya keberadaan orang tua tidak berpengaruh signifikan terhadap pengiriman remitan ke daerah asal. Berdasarkan hasil uji t terhadap keseluruhan model data diatas, ditunjukkan bahwa t hitung < ttabel pada tenaga kerja magang asal Kabupaten Jembrana, sehingga keberadaan orang tua tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengiriman remitan ke daerah asal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari tenaga kerja magang masih memiliki keberadaan orang tua. Tenaga kerja magang ke Jepang yang keberadaan orang tuanya masih ada maupun tidak ada, sehingga dapat dimungkinkan kiranya dalam pengiriman remitan tidak dipengaruhi oleh keberadaan orang tuanya di daerah asal karena diasumsikan bahwa orang tua di daerah asal masih bekerja dan bisa memenuhi biaya konsumsi di daerah asalnya, remitan yang diwujudkan dalam bentuk barang / uang saat mereka pulang ke daerah asalnya serta dapat menyisihkan pendapatannya dalam bentuk saving / tabungan bagi perencanaan masa depannya.
Manfaat pengiriman remitan bagi keluarga di daerah asal sangat dirasakan oleh keluarganya, sebagian besar tenaga kerja magang mengirimkan remitan berupa uang, melalui bank dan uang tersebut diterima oleh orang tuanya, namun ada beberapa tenaga kerja juga yang langsung membawa remitan pada saat pulang ke daerah asal mereka akan membawa hadiah barang kepada keluarganya di daerah asal. Adapun remitan tersebut sebagian besar di gunakan untuk pembayaran hutang, investasi dan pembangunan rumah serta dalam bentuk tabungan yang pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pengiriman remitan selain untuk keperluan hidup sehari-hari, biaya pendidikan dan kesehatan, juga digunakan untuk pembelian alat elektronik dan perabotan seperti bufet, sofa, almari, tv, radio, telepon, kipas angin, antena parabola, bahkan untuk peralatan kendaraan bermotor bahkan banyak diantara mereka yang sudah mempunyai kendaraan roda empat.
Untuk ide – ide atau gagasan, diantara keseluruhan tenaga kerja magang, mengingat latar belakang pendidikan serta kebanyakan pada sektor informal ide – ide atau gagasan yang dibawa sebatas berupa pengalaman kerja / ketrampilan untuk membuat usaha yang sama serta pola hidup yang bisa diterapkan di daerah asal, sehingga ide-ide baru yang dibawa misalnya cara-cara bekerja di bidang peternakan, membangun rumah dan memelihara lingkungan.
Simpulan dan Saran
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
-
1) Secara simultan variabel pendapatan, pengeluaran konsumsi, jumlah anggota keluarga di daerah asal, dan keberadaan orang tua berpengaruh signifikan terhadap pengiriman remitan ke daerah asal.
-
2) Secara Parsial variabel pendapatan, pengeluaran konsumsi, jumlah anggota keluarga di daerah asal, dan keberadaan orang tua terhadap pengiriman remitan ke daerah asal, sebagai berikut :
-
a. Variabel pendapatan berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap pengiriman remitan ke daerah asal.
-
b. Variabel pengeluaran konsumsi berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap pengiriman remitan ke daerah asal.
-
c. Variabel jumlah anggota keluarga di daerah asal berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap pengiriman remitan ke daerah asal.
-
d. Variabel keberadaan orang tua tidak berpengaruh secara parsial terhadap pengiriman remitan ke daerah asal.
-
3) Pemanfaatan pengiriman remitan bagi keluarga di daerah asal sebagian besar di gunakan untuk pembayaran hutang, investasi dan pembangunan rumah serta dalam bentuk tabungan. Untuk ide – ide atau gagasan, yang dibawa sebatas berupa pengalaman kerja / ketrampilan di bidang peternakan, membangun rumah dan memelihara lingkungan.
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini maka saran - saran yang dapat disampaikan sebagai berikut :
-
1) Untuk terus menunjang peran serta tenaga kerja magang ke Jepang diharapkan pemerintah Kabupaten Jembrana melalui dinas terkait agar terus memfasilitasi sehingga program magang ke Jepang dapat terus ditingkatkan.
-
2) Untuk meningkatkan kualitas para tenaga kerja magang ke Jepang diharapkan agar lebih meningkatkan kemampuan dan menguasai bahasa Jepang, sehingga komunikasi tenaga kerja magang selama berkerja di Jepang lebih maksimal.
-
3) Hasil dari magang selama tiga tahun di Jepang benar-benar di manfaatkan dengan baik guna memperoleh modal maupun pengalaman kerja untuk nantinya mampu diterapkan di daerah asalnya, sehingga para tenaga kerja magang yang sudah kembali ke daerah asalnya tidak lagi menjadi pengangguran yang merupakan beban bagi semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachim, Iih. 1986. Pengantar Masalah Penduduk. Bandung. Alumni.
Atmaja Baskahari 1984, Mobilitas Angkatan Kerja Ke Timur Tengah dan Pengaruh Remitan Terhadap Ekonomi Keluarga, di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Asian Development Bank. 2006. Workers' Remittance Flows in Southeast Asia, Philippines.http://www.adb.org/Documents/Reports/workers-remittance/ workers-remittance.pdf
Badan Pusat Statistik (BPS). 2007. Bali Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.
Connell, J., Biplab Dasgupta., Roy Laishley., Michael Lipton. 1976. ”Migration from rural Areas. The Evidence from Village Studies”. Delhi, Oxford University Press : pp. 45-70
-----------. 1980. “Remittances and Rural Development: Migration, Dependency and Inequality in The South Pacific”, in Development Studies Centre No. 22:1-66.
Curson, Peter.1981.”Remittances and Migration The Commerce Of Movement”, in Gurdev Singh Gosal (ed), Population Geography Vol 3, No2: hal 7795.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan, Provinsi Bali. 2007. Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Bali Tahun 1993-2007. Denpasar.
Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan, Provinsi Bali. 2008. Lembaran Informasi Ketenagakerjaan, Triwulan IV Tahun 2008.
Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jembrana. 2010. Profil Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jembrana Tahun 2010.
Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jembrana, Database Kependudukan Kabupaten Jembrana. 2010. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK), Kabupaten Jembrana Tahun 2010.
Effendi, Tadjuddin Noer. 1998. Kesempatan Kerja Sektor Informal di daerah Perkotaan, Indonesia (Analisis Pertumbuhan dan Peranannya), dalam Majalah Geografi Indonesia. Th. 1, No. 2, September 1988, hal 1 – 10.
-----------. 2004. Mobilitas Pekerja, Remitan dan Peluang Berusaha di Pedesaan. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik Vol. VIII No. 2.
Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar, Alih bahasa : Sumarno Zain, Penerbit Erlangga, Jakarta
-----------. 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta. Erlangga.
Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivariate lanjutan dengan program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hugo, Graeme J. 1981. Population Mobility in West Java. Yokyakarta: Gadjah Mada University Press.
-----------. 1995. "International Labour Migration and the Family : Some Observation from Indonesia dalam Asian and Pasifik Migration" Journal Vol 4 : (272 - 301).
-----------. 2000. The Impact of The Crisis on Internal Population Movement in Indonesia.
Junaidi, Hardiani, Erfit. 2008. “Analisis transfer pendapatan (remitan) migran dari Pulau Jawa di Propinsi Jambi”. Artikel. Jambi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jambi. Dalam http://junaidichaniago wordpress.com.
----------. 2010. Titik Persentase Distribusi t. Dalam http://junaidichaniago wordpress.com.
Kawi, I Gede. 2006. Pemberian Remitan Oleh Migran Untuk Yadnya di Desa Pakraman Asal. Suatu Studi Kasus Remitan Migran Desa Pakraman Beratan di Daerah Provinsi Bali. Dalam Jurnal Piramida, Vol. 2, No. 2. Denpasar : Pusat Penelitian Kependudukan dan PSDM Universitas Udayana.
Kritz Mary M., LinLean Lim, Hania Zloitnik. 1992. Global Interactions : Migration, Systems, Prosesses, and Policies, International Migration Systems.
--------. 1992. Global Interactions : The Contribution of Remittances to Economic and Social Development, International Migration Systems.
Kustanto. 2009. Mobilitas Tenaga Kerja ke Malaysia Serta Pengaruh Remitan Terhadap Ekonomi Keluarga di Kabupaten Tulungagung, Propinsi Jawa Timur.
Lee, E.S. 1992. Teori Migrasi (terjemahan), Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Mantra, I.B. 1992. Pola dan arah migrasi penduduk antar propinsi di Indonesia tahun 1990. Jurnal Populasi. Vol III No.2.
--------. 1999. Mobilitas Penduduk Sirkuler Dari Desa ke Kota di Indonesia, Seri Kertas Kerja No. 30. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada.
---------. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta; Pustaka Pelajar
Murjana Yasa, I Gusti Wayan. 1993. “Jam Kerja, Pendapatan Dan Pengeluaran Pekerja Migran Di Daerah Wisata Kuta, Bali ”. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Mubyarto. 1998. Ekonomi Rakyat IDT dan demokrasi Ekonomi Indonesia, Yogyakarta, aditya Media.
Nata Wirawan, I Gusti Putu. 2002. Cara Mudah Memahami Statistik 2 (Statistik Infrensia), Keraras Emas, Denpasar
Simanjuntak, Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Rempel, H., Lobdell. 1978. “The Role of Urban-to-Rural Remmitances in Rural Development”. Journal of Development Studies. Vol.14; 324-341
Rizal, M. 2006. “ Keputusan Migrasi Sirkuler Pekerja Sektor Formal di Kota Medan”. Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 11 No. 3. pp-249-258.
Sudibia, I Ketut. 1985. Mobilitas Penduduk dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Daerah Asal, Studi Kasus di Desa Mengwi, Kabupaten Badung.
---------. 2004. Kebutuhan Pekerja Migran Nonpermanen di Sektor Pertanian Pada Masa Panen dan di Industri Genteng di Kebupaten Tabanan.
---------. 2005. Kondisi Sosial Ekonomi Pekerja Migran Nonpermanen Asal Jawa Timur di Daerah Perkotaan, Studi Kasus di Kelurahan Ubung, Kota Denpasar, Bali, dalam Dinamika Kebudayaan, Vol.VII, No.1. Denpasar: Lembaga Penelitian Universitas Udayana
----------. 2007. Mobilitas Penduduk Nonpermanen Dan Kontribusi Remitan Terhadap Kehidupan Ekonomi Dan Sosial Rumah Tangga Di Daerah Asal. Dalam Jurnal Piramida, Vol. 3, No 1. Denpasar : Pusat Penelitian Kependudukan dan PSDM Universitas Udayana.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis, Bandung, CV. Alfabeta.
Suyana Utama, Made. 2008. Buku Ajar Aplikasi Analisis Kuantitatif. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar
Supranto. J. 1983. Ekonometrika. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sili Antari, Ni Luh. 2008. “Pengaruh pendapatan, pendidikan dan remitan terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kabupaten Badung, Bali (Studi kasus pada dua kecamatan di Kabupaten Badung)”. Dalam Jurnal Piramida, Vol. 4, No 2. Denpasar : Pusat Penelitian Kependudukan dan PSDM Universitas Udayana.
Sri Rahayu, Maria. 2008. Remitan Dan Dampaknya Dalam Kehidupan Masyarakat Desa Cabawan Kecamatan Margadana Tegal - Jawa Tengah (Dimensi Ekonomi, Sosial, Dan Budaya). Dalam Jurnal Piramida, Vol. 4, No 2. Denpasar : Pusat Penelitian Kependudukan dan PSDM Universitas Udayana.
Susilowati, S.H. 2001. Dampak Mobilitas Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan. E-journal. Bogor : Pusat Litbang Sosial Ekonomi Pertanian. Dalam http://ejournal.unud.ac.id /abstrak/ (10)% 20soca-sriherisusilawat-mobilitas%20tk.pdf
Toto Sucipto. 2001. Mobilitas Tenaga Kerja dan Dampaknya terhadap Kehidupan Sosial Budaya, http://bpsntbandung.com/
Todaro, M.P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, diterjemahkan oleh Haris Munandar, Erlangga, Jakarta.
Profil Daerah Kabupaten Jembrana. 2010. Dalam http://www.jembranakab.go.id.
Waridin. 2002. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri, Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP) Vol.3No.2 Desember 2002.
Wiyono, N.H. 1994. Mobilitas Tenaga Kerja dan Globalisasi, Warta Demografi. Vol.3; 8-13
Wirawan, Ida Bagus. 2006. Analisis keputusan TKI bekerja ke luar negeri (Studi Kasus di Kabupaten Malang) Tesis - S2. Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya.
Discussion and feedback