BEBERAPA FAKTOR YANG MENGHAMBAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENGIKUTI PENDIDIKAN DI UNIVERSITAS UDAYANA
on
BEBERAPA FAKTOR YANG MENGHAMBAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENGIKUTI PENDIDIKAN DI UNIVERSITAS UDAYANA
I Ketut Sudibia *, I Wayan Windia** , I Komang Gde Bendesa*, Ni Made Tisnawati* *Fak.Ekonomi UNUD)
**Fak.Pertanian UNUD email : [email protected]
ABSTRACT
One of the most important factors to improve the population quality is education. Udayana University is one of the oldest higher educations in Bali. The students are not only coming from Bali, nor outside of Bali but also from overseas. The total of active students attending the education in Udayana University is 17.461. The recent data, from the last three years showed that there has been a quality improvement in terms of education. This is proved by the tendency of improving Achievement Index Cumulative (IPK) for regular S1 as 3.05 in 2005, became 3.06 in 2006 and 3,14 in 2007.
Apart from the success being mentioned above, Udayana University is still facing important problem related to the opportunity which is not taken by the student candidates It can be recorded that such opportunity (empty chair) in Unud is still very high (41%) although there was a declining number comparing to the last year data. Considering the fact that the number of SMU (high school) graduates tended to be high, it is important to conduct research in order to find out the various factors slowing down the society accessibility to attend education in Udayana University
The aims of this research are to find out the factors slowing down of the society accessibility to attend education in Udayana University. This research was conducted in three outside cities of Bali, namely: Malang, Surabaya and Yogyakarta. These three cities were chosen due to be that they have been known as the centers of education cities. By conducting research outside of Bali, it is expected to find out that there are realistic reasons why they did not choose Udayana University as the place to continue their education. The respondents from each city are (1) 80 persons in Yogyakarta; (2) 70 persons in Surabaya and (3) 70 persons in Malang
The influencing factors are viewed from the culture system study, among others : mind-set system, social and artifact aspects. The respondents generally stated the basic considerations why they did not choose Unud are (i) education quality (41.4%); (ii) education cost (9.1%); (iii) supporting facilities (10.9%); (iv) working prospects (24.5%) and (v) academic atmosphere (14.1%)
In relation to such finding, the main suggestions to be implemented that Unud should soon improve the education quality. The main key to improve the education is to qualify the teaching staff. The teaching-learning process done by all of Udayana University teaching staff must be thoroughly controlled, based upon the provided standard operational procedure.
Key words : Education in Unud; Accessibility, Culture Study
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penduduk memiliki peran sentral dalam pembangunan, sebab penduduk tidak hanya berperan sebagai perencana dan pelaksana pembangunan, namun sekaligus juga sebagai penikmat hasil-hasil pembangunan. Penduduk dapat diibaratkan sebagai pisau bermata dua dalam pembangunan, di satu sisi dapat menghambat pembangunan dan di sisi lain dapat mendorong pembangunan. Dikatakan menghambat pembangunan jika ditinjau dari sudut pandang kuantitas penduduk, dan sebaliknya akan dapat mendorong pembangunan ditinjau dari segi kualitas penduduk. Salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas penduduk adalah pendidikan penduduk.
Universitas Udayana adalah salah satu lembaga pendidikan tinggi tertua di Provinsi Bali, dengan peserta didik yang tidak hanya berasal dari daerah Bali dan luar Bali, bahkan juga dari luar negeri. Hal ini dimungkinkan sebab sampai saat ini Universitas Udayana memiliki 11 fakultas, 1 program pendidikan, dan 1 Program Pascasarjana. Secara keseluruhan, total program studi yang dikelola oleh Universitas Udayana adalah 101 buah yang dapat dirinci menjadi 14 buah S-0 reguler, 58 buah S-1 reguler dan non regular, 16 buah S-2, 3 buah S-3, 9 buah Spesialisasi, dan 4 buah pendidikan profesi (Laporan Tahunan Rektor Universitas Udayana Tahun 2007).
Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa jumlah seluruh mahasiswa aktif yang mengikuti pendidikan di Universitas Udayana mencapai 17.461 orang. Di samping itu, data tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas pendidikan, yang terlihat dari kecenderungan meningkatnya Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) lulusan S-1 reguler dari 3,05 pada tahun 2005 menjadi 3,06 pada tahun 2006, dan 3,14 pada tahun 2007.
Meskipun demikian, di balik keberhasilan tersebut di atas, Universitas Udayana masih menghadapi persoalan penting yang terkait dengan masih banyaknya jumlah kursi kosong yang tidak dimanfaatkan oleh calon mahasiswa. Pada tahun 2006 jumlah kursi kosong mencapai 49 persen dan tahun 2007 masih relatif tinggi, yaitu sebesar 41 persen. Padahal jika dikaitkan dengan ketersediaan input, yang berupa lulusan SMU yang ada di Provinsi Bali dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, yaitu dari 21.691 orang pada tahun 2005, naik menjadi 22.724 orang pada tahun 2006, dan meningkat lagi menjadi
23.354 orang pada tahun 2007 (Bappeda Provinsi Bali, 2008). Jumlah lulusan SMU yang digambarkan di atas terdistribusi ke dalam 166 sekolah dengan rincian 71 buah SMU Negeri dan 95 buah SMU Swasta. Pada pihak lain, di Universitas Udayana terjadi hal yang ironis, yaitu turunnya persentase mahasiswa reguler yang berasal dari Provinsi Bali dari 63,4 persen pada tahun 2004 menjadi 56,6 persen pada tahun 2005 (Biro BAPSI Universitas Udayana).
Dapat kiranya dicatat bahwa bangku kosong di UNUD tampaknya masih cukup tinggi, yakni sebesar 41persen, meskipun ada penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, karena secara empirik tercatat bahwa jumlah lulusan SMU cendrung semakin meningkat, maka diperlukan adanya penelitian untuk mengetahui berbagai faktor yang menghambat aksesibilitas masyarakat mengikuti pendidikan di Universitas Udayana.
Rumusan Masalah
Bertolak dari uraian pada latar belakang yang dipaparkan di atas dapat dikemukakan rumusan masalah, yakni faktor-faktor apakah yang menghambat aksesibilitas masyarakat mengikuti pendidikan di Universitas Udayana?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat aksesibilitas masyarakat mengikuti pendidikan di Universitas Udayana.
Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Penelitian tentang aksesibilitas masyarakat mengikuti pendidikan di Universitas Udayana merupakan hal yang sangat mendesak yang harus dilakukan oleh Universitas Udayana. Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu dari tiga pilar yang merupakan Program Kerja Universitas Udayana, yang lebih dikenal sebagai Pilar I yaitu Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan. Sementara itu, Pilar II adalah Peningkatan Mutu dan Daya Saing; dan Pilar III adalah Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik.
Pemerataan dan perluasan akses pendidikan diarahkan pada upaya memperluas daya tampung universitas dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda, baik secara sosial, ekonomi, gender, lokasi, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual maupun kondisi fisik, untuk dapat menikmati pendidikan tinggi. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan tinggi merupakan salah satu pilar terpenting dalam upaya untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sasaran untuk mewujudkan SDM yang berkualitas adalah sejalan dengan program pembangunan pendidikan secara nasional. Patut disadari oleh semua pihak bahwa peningkatan kualitas SDM merupakan hal yang tidak dapat ditunda dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa, sekaligus untuk menjawab tantangan persaingan dalam era globalisasi.
Ditinjau dari segi kepentingan Universitas Udayana sendiri, dengan adanya peningkatan aksesibilitas masyarakat mengikuti pendidikan di Universitas Udayana, akan dapat membantu memecahkan masalah kursi kosong atau belum terpenuhinya daya tampung yang terjadi di sebagian besar fakultas/program pendidikan di lingkungan Universitas Udayana. Kondisi ini akan dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh Universitas Udayana, dan sekaligus juga untuk menjamin terjadinya efisiensi internal.
Keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah berupa rekomendasi kebijakan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah kursi kosong atau daya tampung yang masih relatif rendah. Selanjutnya, dampak dari kegiatan ini adalah tidak hanya bersifat kuantitas, yaitu meningkatnya jumlah anggota masyarakat yang dapat mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Udayana, akan tetapi sekaligus juga untuk mendorong semakin banyaknya SDM yang berkualitas.
KAJIAN PUSTAKA
Pada uraian berikut ini akan dikemukakan penelusuran kepustakaan yang ada relevansinya dengan penelitian tentang aksesibilitas masyarakat untuk mengikuti pendidikan di Universitas Udayana. Zuhal (2008) dalam bukunya “Kekuatan Daya Saing Indonesia, Mempersiapkan Masyarakat Berbasis Pengetahuan” menyebutkan bahwa pada
saat dunia memasuki milenium ketiga semua bangsa maju sepakat bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan prasyarat untuk meraih kemakmuran dalam kancah pergaulan internasional. Selanjutnya, disebutkan pula bahwa pengetahuan merupakan basis baru bagi kesejahteraan suatu bangsa, yang bentuknya akan ditentukan oleh cara bangsa atau masyarakat tersebut mewujudkan pengetahuan sebagai landasan sistem perekonomian dan perindustriannya. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membawa dampak yang signifikan pada peningkatan produktivitas total suatu bangsa, dan pada gilirannya akan mampu menumbuhkan inovasi untuk meningkatkan daya saing bangsa pada persaingan global.
Berbeda dengan pendapat Zuhal yang lebih bersifat umum, pendapat Bendesa (2005) yang dapat ditelusuri melalui “Orasi Ilmiah Pengukuhan Jabatan Guru Besar-nya” langsung menunjuk sektor, yaitu Ekonomi Berbasis Pengetahuan. Dalam orasi tersebut dikemukakan bahwa di bidang industri peningkatan nilai tambah barang cukup besar karena unsur pengetahuan sangat tinggi. Misalnya 70 persen dari biaya produksi mobil baru elemennya adalah pengetahuan, seperti disain, style, dan perangkat lunak. Begitu pula jika diamati pada industri pakaian dan kerajinan yang memerlukan sentuhan cipta dan karsa yang tinggi sehingga nilai tambahnya semakin tinggi. Selain barang, ekonomi berbasis pengetahuan juga menciptakan jasa, yaitu jasa yang tidak menciptakan pendapatan dan jasa yang menciptakan pendapatan. Jasa yang tidak menciptakan pendapatan misalnya ibu rumah rumah tangga yang merawat anak-anaknya dengan pendidikan dan norma yang positif yang memberikan nilai tinggi bagi bangsa di kemudian hari. Jasa yang menciptakan pendapatan, antara lain, (1) pengetahuan yang menciptakan jasa, seperti ilmuan, dokter, insinyur, ekonom, akuntan, psikolog, dan sebagainya; (2) jasa manajemen menyangkut pengelolaan aset pengetahuan seperti goodwill, kreativitas, modal manusia, reputasi, merek, dan sebagainya; dan (3) jasa telekomunikasi seperti fax, email, sms, internet, dan sebagainya.
Meskipun memiliki perbedaan, ternyata kedua pakar di atas memiliki persamaan ditinjau dari titik tolak pembahasannya, yaitu sama-sama berbasis pengetahuan. Berbeda dengan pandangan Zuhal dan Bendesa, Tjiptoherijanto (1989) menyoroti kaitan antara pendidikan tinggi dengan dunia kerja. Perhatian ini bukan hanya merupakan akibat dari penemuan dan pengungkapan berbagai studi, akan tetapi juga merupakan upaya
konstruktif semua pihak untuk turut membantu mencapai tujuan nasional, khususnya dilihat dari sektor pendidikan dan kesempatan kerja. Selanjutnya disebutkan pula bahwa pendidikan pada permulaan tahun enampuluhan, khususnya pendidikan tinggi di banyak negara sedang berkembang dianggap sebagai investasi yang paling menguntungkan dalam mutu modal manusia (human capital), baik bagi masyarakat maupun individu yang memperolehnya bila dibandingkan dengan investasi dalam bentuk prasarana fisik (physical capital). Dengan demikian logislah apabila biaya pendidikan dibanyak negara sedang berkembang semakin meningkat dan menempati proporsi yang cukup besar dalam anggaran belanja negara-negara yang bersangkutan.
Berkaitan dengan hubungan antara pendidikan dan mutu modal manusia, Hatmadji (1985) memberikan pernyataan yang rinci, yang didasarkan pada temuan penelitiannya dengan mengolah data hasil Sensus Penduduk tahun 1980. Temuan penelitiannya adalah: Pertama, bahwa hubungan positif antara tingkat pendidikan dan partisipasi angkatan kerja baru terlihat sesudah tingkat pendidikan SMTP, sedangkan pola untuk SMTP ke bawah, negatif. Kedua, pekerja yang berstatus sebagai buruh/karyawan adalah mereka yang pada umumnya dipilih berdasarkan kemampuannya. Semakin tinggi pengetahuan dan kemampuan seseorang, semakin besar kesempatannya untuk terpilih. Baik untuk pekerja laki-laki maupun perempuan, di daerah kota maupun di pedesaan terlihat bahwa semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan, semakin besar persentase pekerja yang berstatus sebagai buruh/karyawan. Hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan memberi kesempatan untuk mendapatkan mutu modal manusia. Ketiga, hubungan antara tingkat pendidikan seseorang dan salah satu kelompok jenis pekerjaan yang diberi nama kelompok tenaga profesional/ahli menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar persentase pekerja yang termasuk ke dalam kelompok tenaga ahli tersebut. Hal ini mungkin disebabkan oleh kecakapan yang dimiliki oleh tenaga profesional diperoleh dari pendidikan menengah atau bahkan pendidikan tinggi.
Masih terkait dengan mutu modal manusia, Becker (1993) dalam bukunya “Human Capital, A Theoretical and Empirical Analysis with Special Reference to Education” menyebutkan bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan investasi yang paling penting dalam mutu modal manusia. Banyak studi menunjukkan bahwa para pekerja yang berpendidikan menengah atas dan pendidikan tinggi di Amerika Serikat
telah mampu meningkatkan pendapatan yang mereka terima. Artinya, ada hubungan positif antara pendidikan dan pendapatan yang diterima oleh para pekerja. Pendapatan yang diterima oleh masyarakat yang lebih terdidik hampir selalu lebih besar dari pendapatan rata-rata masyarakat secara keseluruhan. Dari temuan Becker tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi di bidang pendidikan merupakan investasi jangka panjang, lebih-lebih lagi apabila peserta didik mengikuti pendidikan tinggi. Jelas hasilnya baru dapat dinikmati apabila peserta didik yang bersangkutan sudah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Dengan demikian, keuntungan dari investasi di bidang pendidikan baru dapat dinikmati apabila sudah terjadi peningkatan mutu modal manusia. Dengan meningkatnya mutu modal manusia, pendapatan yang diterima para lulusan akan meningkat, dan pada gilirannya pendapatan masyarakat juga akan meningkat.
Selain kaitan antara pendidikan dan pendapatan atau kaitan antara pendidikan dan kesempatan kerja, Sukamdi (2007) lebih tertarik pada kaitan antara pendidikan dan tingkat pengangguran. Dari hasil olahan data Sakernas tahun 2001-2005 untuk Indonesia, Sukamdi menemukan bahwa lulusan perguruan tinggi memiliki tingkat pengangguran terbuka paling rendah dibandingkan para lulusan jenjang pendidikan yang ada di bawahnya seperti SMU, SMTP, SD, atau di bawah SD. Kondisi ini menunjukkan bahwa mereka yang berhasil mengenyam pendidikan tinggi cenderung memiliki kemampuan lebih tinggi sehingga peluang untuk terserap ke dalam lapangan kerja lebih besar daripada lulusan jenjang pendidikan lainnya.
Berbeda dengan pendapat-pendapat di atas, Todaro dan Smith (2006) membahas kaitan antara pendidikan dan pembangunan ekonomi. Pendidikan memainkan peran utama dalam membentuk kemampuan sebuah negara sedang berkembang untuk menyerap teknologi modern, dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan. Pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan dapat menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat juga berkelanjutan.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di tiga kota di luar Bali, yaitu Malang, Surabaya, dan Yogyakarta. Ketiga kota di atas sudah sejak lama dikenal sebagai pusat pendidikan, banyak terdapat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, dan sudah cukup terkenal di tingkat nasional. Bahkan, di antaranya, ada yang sudah menyandang kelas dunia, seperti Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, misalnya.
Di samping keunggulan yang dimilikinya, jumlah dan jenis program studi yang ditawarkan oleh masing-masing perguruan tinggi di ketiga kota di atas sangat beragam dan menjanjikan. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila lulusan-lulusan SLTA yang masih fresh dari Provinsi Bali banyak yang menjatuhkan pilihan untuk melanjutkan pendidikan di ketiga kota di atas.
Dengan melakukan penelitian di luar Bali, akan dapat diketahui alasan-alasan yang lebih realistis mengapa mereka tidak memilih Universitas Udayana sebagai tempat melanjutkan pendidikan. Malahan mereka lebih tertarik untuk menuntut ilmu di perguruan-perguruan tinggi di luar Bali. Sebaliknya, apabila hal ini ditanyakan kepada siswa-siswa yang sekarang masih duduk di kelas III SLTA, mungkin hasil yang akan diperoleh masih merupakan potensi, bukan gambaran realita.
Namun demikian untuk melengkapi hasil penelitian ini, juga dilakukan penelitian di Provinsi Bali untuk mengungkap persepsi orang tua mahasiswa mengapa tidak memilih Universitas Udayana untuk melanjutkan pendidikan. Hal ini disebabkan oleh besarnya peran orang tua dalam menentukan masa depan anak-anak mereka.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah para mahasiswa yang sedang mengikuti pendidikan di ketiga kota di atas, yang SLTA-nya ditamatkan di Provinsi Bali. Hanya saja kerangka sampel penelitian untuk mahasiswa yang akan dipilih sebagai sampel tidak ada, sehingga pengambilan sampel secara random tidak dapat dilakukan. Dengan perkataan lain sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah sampel nonprobabilitas,
tepatnya adalah menggunakan metode quota sampling. Berdasarkan metode ini ditetapkan jumlah kuota responden di masing-masing kota yaitu (1) di Yogyakarta 80 orang; (2) di Surabaya 70 orang; dan (3) di Malang 70 orang.
Sumber dan Jenis Data yang Dikumpulkan
Data dapat dijabarkan menjadi sumber data dan jenis data. Sumber data adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden atau informan (data primer), dan data yang diperoleh secara tidak langsung, yakni dari instansi terkait (data sekunder). Data primer antara lain tentang identitas responden, informasi tentang Universitas Udayana, persepsi responden berkaitan dengan aspek pola pikir, aspek sosial, dan aspek artefak/kebendaan.
Dari aspek pola pikir dikumpulkan data dengan menggunakan butir-butir pernyataan sebagai berikut, yaitu (1) proses pembelajaran di UNUD tidak memadai; (2) untuk masuk ke UNUD relatif sulit; (3) alumni UNUD jarang menduduki posisi penting dalam pemerintahan; (4) waktu perkuliahan di UNUD relatif lama; (5) jarang ada informasi tentang temuan-temuan oleh dosen UNUD; (6) jarang diketahui tentang aktivitas pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh dosen UNUD; (7) kuliah di UNUD kurang bergengsi; dan (8) kuliah di UNUD kurang dapat pengalaman hidup.
Berikutnya, dari aspek sosial dikumpulkan data dengan menggunakan butir-butir pernyataan, yaitu (1) alumni UNUD banyak yang menganggur; (2) alumni UNUD kurang mampu bersaing di masyarakat untuk mencari peluang kerja dan menciptakan lapangan kerja; (3) alumni UNUD kurang unggul; (4) alumni UNUD kurang memiliki kompetensi di dunia kerja; (5) di UNUD banyak dosen killer; (6) dosen di UNUD kurang berkualitas; (7) kemampuan dosen di UNUD mengajar relatif kurang; (8) dosen di UNUD kurang produktif melahirkan tulisan di media massa dan kurang vokal dalam menanggapi beberapa persoalan negara; dan (9) jurusan yang diingini tidak ada di UNUD.
Bagian akhir dari pendekatan kebudayaan menyangkut aspek artefak atau kebendaan, yang datanya dikumpulkan melalui butir-butir pernyataan berikut ini (1) ketersediaan fasilitas pendidikan di UNUD kurang memadai, (2) biaya pendidikan di UNUD relatif tinggi; (3) biaya hidup di Denpasar relatif mahal; (4) kelengkapan fasilitas
laboratorium di UNUD kurang memadai; (5) kampus UNUD terlalu jauh dari pusat kota; (6) suasana kampus UNUD di Bukit gersang; (7) lokasi kampus UNUD terpencil dan tidak dilalui transportasi umum; (8) Perpustakaan di UNUD kurang memadai; dan (9) menuju kampus UNUD di Bukit harus melalui jalan by-pass yang berbahaya.
Sementara itu, data yang dikumpulkan mencakup data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data berupa angka-angka antara lain data tentang jumlah mahasiswa, jumlah lulusan SMTA di Provinsi Bali, persentase mahasiswa program reguler di UNUD yang berasal dari Provinsi Bali. Selanjutnya, data kualitatif yaitu data yang tidak berupa angka-angka. Misalnya keterangan yang berkait alasanalasan atau pertimbangan responden tidak memilih kuliah di UNUD, dan data yang dikumpulkan melalui butir-butir pernyataan sebagai penjabaran dari aspek pola pikir/konsep, aspek sosial, dan aspek artefak/kebendaan.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode pengumpulan data, antara lain sebagai berikut.
-
1) Dokumentasi: data dikumpulkan dengan cara penelusuran dokumen adalah yang diperoleh dari sumber sekunder, buku-buku teks, dan jurnal atau majalah ilmiah terkait dengan penelitian ini.
-
2) Wawancara terstruktur: data yang dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya.
-
3) Wawancara mendalam: data yang dikumpulkan dari informan, yaitu dari sejumlah orang tua mahasiswa.
Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan diedit, dan selanjut diproses melalui komputer. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggunakan tabel distribusi frekuensi tunggal dan tabel silang.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Seperti diuraikan sebelumnya, penelitian ini dilakukan di tiga kota yang banyak dituju oleh lulusan-lulusan SMTA asal Bali untuk mengikuti pendidikan tinggi di Pulau Jawa, yaitu Malang, Surabaya, dan Yogyakarta. Jumlah seluruh responden di ketiga kota di atas adalah 220 orang, yang selanjutnya dirinci sebagai berikut: 70 orang di Kota Malang, 70 orang di Kota Surabaya, dan 80 orang di Kota Yogyakarta. Para responden di atas adalah mereka yang sedang mengikuti pendidikan pada berbagai program studi strata 1, baik di perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta di ketiga kota tersebut di atas.
Selanjutnya, karakteristik responden yang akan dibahas pada uraian berikut ini meliputi umur, SMTA asal, serta latar belakang pendidikan dan lapangan pekerjaan orang tuanya di daerah asal. Adapun rata-rata umur responden dalam penelitian ini adalah 19,9 tahun, dengan rincian umur terendah adalah 17 tahun dan umur tertinggi adalah 26 tahun. Sementara itu, tercatat pula bahwa daerah asal responden umumnya di Kota Denpasar, yakni sebesar 57,3%, dan Kab. Buleleng sebesar 13,2%. Sisanya, dari beberapa daerah lainnya di Bali. Lapangan pekerjaan orang tua responden pada umumnya adalah sektor tersier (74,6%), dan yang bekerja di sektor primer sangat kecil, yakni 7,7%. Sementara itu pendidikan orang tua responden umumnya adalah sarjana (S1,S2, dan S3) yakni sebesar 57,7%. Dengan melihat karakteristik responden seperti ini, kiranya wajar kalau anak-anaknya di sekolahkan pada perguruan tinggi yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan UNUD.
Beberapa Faktor Yang Menghambat Aksesibilitas Masyarakat Mengikuti Pendidikan di Universitas Udayana
Sebelum dibahas tentang faktor-faktor yang menghambat aksesibilitas masyarakat mengikuti pendidikan di UNUD, patut dicatat bahwa responden sejatinya selalu berusaha mencari informasi tentang UNUD, khususnya tentang program studi yang ada di UNUD. Tujuannya adalah (1) untuk mengetahui jenis-jenis program studi atau jurusan yang ada
di UNUD; (2) untuk mengetahui program studi atau jurusan yang berkualitas; (3) untuk dapat mengetahui program studi atau jurusan baru yang ada di UNUD; (4) untuk mengetahui fakultas-fakultas yang berkualitas ada di UNUD dibandingkan dengan universitas lain yang ada di Bali; (5) untuk mengetahui kualitas fakultas-fakultas di UNUD pada tingkat nasional; dan (6) agar dapat memilih fakultas atau program studi yang sesuai dengan minat responden.
Selanjutnya, faktor-faktor yang menghambat aksesibilitas masyarakat mengikuti pendidikan di UNUD dikaji berlandaskan kajian sistem kebudayaan. Sebuah sistem yang terdiri dari tiga subsistem/aspek, yakni aspek pola pikir, aspek sosial, dan aspek artefak/kebendaan (Koentjaraningrat, 1993). Hasil penelitian tersebut, yakni yang menghambat aksesibilitas masyarakat mengikuti pendidikan di UNUD yang ditunjukkan dari pendapat responden dari aspek pola pikir adalah : (i) alumni UNUD jarang menduduki posisi penting di pemerintahan; (ii) jarang ada informasi berbagai temuan yang ditemukan oleh dosen UNUD; (iii) jarang diketahui ada informasi tentang pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh dosen UNUD; (iv) kuliah di UNUD dianggap kurang mendapatkan pengalaman hidup.
Kemudian, dari aspek sosial adalah sebagai berikut : (i) alumni UNUD banyak yang menganggur; (ii) alumni UNUD kurang mampu bersaing di masyarakat untuk mencari lapangan kerja, atau menciptakan lapangan kerja; (iii) dosen di UNUD kurang produktif melahirkan tulisan di media massa, dan kurang vokal dalam menanggapi berbagai persoalan negara; dan (iv) jurusan yang diingini tidak ada di UNUD.
Selanjutnya, dari aspek artefak/kebendaan adalah sebagai berikut : (i) ketersediaan fasilitas pendidikan di UNUD kurang memadai; (ii) biaya pendidikan di UNUD relatif tinggi; (iii) biaya hidup di Denpasar relatif mahal; (iv) kelengkapan fasilitas laboratorium di UNUD kurang memadai; (v) kampus UNUD terlalu jauh dari pusat kota; (vi) suasana kampus UNUD di Bukit gersang; (vii) lokasi kampus UNUD terpencil dan tidak dilalui transportasi umum; (viii) perpustakaan di UNUD kurang memadai; dan (ix) menuju kampus UNUD di Bukit harus melalui by-pass yang berbahaya.
Selanjutnya, secara umum dikemukakan oleh responden bahwa dasar pertimbangan yang utama kenapa responden tidak memilih UNUD adalah sebagai berikut
: (i) kualitas pendidikan (41,4%); (ii) biaya pendidikan (9,1%); (iii) fasilitas penunjang (10,9%); (iv) prospek bekerja di masa depan (24,5%); dan (v) budaya akademik (14,1%).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan pokok penelitian ini adalah sebagai berikut.
-
1. Dari aspek pola pikir, alasan pokok yang menghambat aksesibilitas masyarakat mengikuti pendidikan di UNUD adalah : bahwa dengan kuliah di UNUD, maka mahasiswa yang bersangkutan tidak akan mendapatkan pengalaman hidup yang terpisah dari orang tuanya. Selanjutnya, tidak ditemukan almuni UNUD memegang posisi kunci di pemerintahan, dan jarang diketahui hasil penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan oleh staf dosen UNUD.
-
2. Dari aspek sosial, alasan pokok yang menghambat aksesibilitas masyarakat mengikuti pendidikan di UNUD adalah : alumni UNUD banyak yang menganggur, alumni UNUD kurang mampu bersaing di masyarakat untuk mencari lapangan kerja, atau menciptakan lapangan kerja, dosen di UNUD kurang produktif melahirkan tulisan di media massa, dan kurang vokal dalam menanggapi berbagai persoalan negara, serta (iv) jurusan yang diingini tidak ada di UNUD.
-
3. Dari aspek artefak/kebendaan, alasan pokok yang menghambat aksesibilitas masyarakat mengikuti pendidikan di UNUD adalah : ketersediaan fasilitas pendidikan di UNUD kurang memadai, biaya pendidikan di UNUD relatif tinggi, biaya hidup di Denpasar relatif mahal, kelengkapan fasilitas laboratorium di UNUD kurang memadai, kampus UNUD terlalu jauh dari pusat kota, suasana kampus UNUD di Bukit gersang, lokasi kampus UNUD terpencil dan tidak dilalui transportasi umum, perpustakaan di UNUD kurang memadai, dan untuk menuju kampus UNUD di Bukit harus melalui by-pass yang berbahaya.
-
4. Selanjutnya secara umum dikatakan bahwa alasan untuk tidak memilih UNUD adalah : karena kualitas pendidikan (41,4%), biaya pendidikan (9,1%), fasilitas penunjang (10,9%), (iv) prospek bekerja di masa depan (24,5%), dan (v) budaya akademik (14,1%).
Saran
Dari simpulan dan pembahasan di atas, dapat disarankan sebagai berikut.
-
1. UNUD agar segera meningkatkan kualitas pendidikannya. Kunci pokok dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah para dosen. Untuk itu dosen UNUD agar betul-betul dikontrol aktivitas proses belajar mengajar (PBM) nya, agar sesuai dengan standar prosedur operasional dosen yang tersedia.
-
2. UNUD agar lebih banyak mengadakan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya pada kalangan siswa SLTA, agar eksistensi UNUD yang sejatinya, lebih dapat dipahami. Sementara itu, para dosen harus lebih banyak melakukan sosialisasi, terhadap hasil penelitian dan pengabdiannya kepada masyarakat. Dengan demikian, citra UNUD akan lebih menonjol.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Mendiknas RI, yang telah memberikan dana untuk pelaksanaan penelitian ini. Demikian pula kepada Rektor UNUD yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ananta, Aris; Hatmadji, Sri Harijati (eds). 1985 Mutu Modal Manusia, Suatu Analisis Pendahuluan. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia - Jakarta.
Bappeda Provinsi Bali. 2007. Data Bali Membangun 2007. Bappeda Provinsi Bali-Denpasar.
Becker, Gary S. 1993. Human Capital. A Theoretical and Empirical Analysis with Special Reference to Education. Third Edition. The University of Chicago Press.
Bendesa, I Komang Gde. 2005. Bali Menuju 2020. Ekonomi Berbasis Pengetahuan: Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, 5 Maret 2005.
Champion, D.J, 1981. Basic statistics for social research, McMillan Pub.Co.Inc, New York.
Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tjiptoherijanto, Prijono. 1989. Untaian Pengembangan Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia - Jakarta.
Todaro, Michael P.; Smith, Stephen C. 2008. Pembangunan Ekonomi. Edisi Sembilan-Jilid 1. Penerbit Erlangga - Jakarta.
Tukiran.; Kutanegara, Pande M.; Agus Joko Pitoyo., M. Syahbudin Latief., 2007. Sumber Daya Manusia, Tantangan Masa Depan. Pustaka Pelajar-Yogyakarta.
Universitas Udayana, 2007. Laporan Tahunan Rektor Univsersitas Udayana. Udayana Press – Denpasar.
Zuhal. 2008. Kekuatan Daya Saing Indonesia, Mempersiapkan Masyarakat Berbasis Pengetahuan. Penerbit Buku Kompas - Jakarta.
15
Discussion and feedback