DOI: https://doi.org/10.24843/SP.2020.v4.i02.p02

p-ISSN: 2528-4517

Fungsi Sekaa Janger Kolok sebagai Pemberdayaan Kelompok Disabilitas di Desa Bengkala

Chrisantya Angelita

Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Unud E-mail: [email protected]

Abstrak

Pada umumnya kelompok disabilitas dianggap tidak mempunyai kualitas sumber daya manusia yang setara dengan masyarakat normal. Asumsi tersebut terbentuk karena minimnya wawasan masyarakat terhadap kelompok disabilitas. Dampaknya, kelompok disabilitas tidak dapat berdaya seperti masyarakat normal. Perbandingan yang mencolok dapat dilihat dari kesempatan bekerja. Padahal kelompok disabilitas menginginkan kesempatan yang adil agar dapat hidup mandiri dan tidak menjadi tanggungan orang lain. Namun diskriminasi terhadap kelompok disabilitas tidak terjadi di Desa Bengkala. Desa Bengkala terletak di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Terdapat 43 warga tuli bisu (kolok) yang menetap di sana. Warga kolok Desa Bengkala memiliki kesenian khas yaitu Sekaa Janger Kolok. Sekaa Janger Kolok didirikan oleh Bapak Nedeng pada tahun 1967. Didirikannya Sekaa Janger Kolok awalnya bertujuan untuk memberdayakan warga kolok di Desa Bengkala. Maka dari itu penelitian ini hendak mengungkapkan bagaimana perkembangan serta fungsi Sekaa Janger Kolok. Setelah adanya sekaa, warga kolok kini sudah berdaya dalam bidang kesenian maupun ekonomi. Di bidang kesenian, Sekaa Janger Kolok berfungsi sebagai hiburan, serta wadah bagi warga kolok untuk menyalurkan bakat. Sementara di bidang ekonomi, Sekaa Janger Kolok membantu warga kolok mendapatkan penghasilan tambahan. Keberadaan Sekaa Janger Kolok harus didukung oleh semua elemen masyarakat karena Sekaa Janger Kolok memiliki fungsi penting bagi pemberdayaan warga kolok di Desa Bengkala.

Kata kunci : fungsi, Sekaa Janger Kolok, disabilitas

  • I.    PENDAHULUAN

Kelompok disabilitas sering kali menghadapi diskriminasi di masyarakat. Hanya karena kelompok disabilitas memiliki kebutuhan khusus, bukan berarti mereka tidak mampu menjalankan fungsi sosialnya. Sebenarnya kelompok disabilitas mampu melakukan pekerjaan yang dilakukan masyarakat normal namun dengan cara yang berbeda. Kelompok disabilitas mengharapkan kesempatan kerja yang merata agar dapat hidup mandiri. Pemenuhan hak kelompok disabilitas masih menjadi wacana,

padahal pemenuhan hak kelompok disabilitas dijamin oleh negara.

Warga kolok adalah sebutan bagi warga tuli bisu di Desa Bengkala. Warga kolok yang tinggal di Desa Bengkala berjumlah 43 orang yang tersebar di 14 dadia. Hal ini menandakan seluruh warga Desa Bengkala memiliki hubungan kekerabatan dengan warga kolok. Hubungan kekerabatan tersebut yang mendukung terciptanya interaksi yang harmonis antara warga normal dengan warga kolok di Desa Bengkala. Warga kolok di Desa Bengkala tidak mengalami diskriminasi, berbeda dengan apa yang

Sunari Penjor: Journal of Anthropology

Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Unud


dialami kelompok disabilitas pada umumnya.

Warga kolok dikenal melalui Sekaa Janger Kolok. Sekaa Janger Kolok merupakan paguyuban warga kolok yang menari tari Janger. Sekaa ini dibentuk oleh Alm. Bapak Nedeng pada tahun 1967. Alm. Bapak Nedeng adalah warga normal Desa Bengkala yang tumbuh bersama warga kolok di Desa Bengkala. Beliau yang menciptakan gerakan tari Janger Kolok dan turun tangan mengajarkan gerakan tari tersebut kepada warga kolok. Tari Janger Kolok yang diciptakan oleh Alm. Bapak Nedeng menggabungkan tari janger dengan seni bela diri.

Tujuan Alm. Bapak Nedeng mendirikan Sekaa Janger Kolok yaitu untuk memberdayakan warga kolok. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Alm. Bapak Nedeng disambut dengan baik oleh warga kolok. Warga kolok menunjukkan minat keseniannya melalui pementasan tari Janger Kolok. Secara bersamaan, pementasan tari Janger Kolok membuktikan bahwa kemampuan kelompok disabilitas yang setara dengan warga normal. Keberadaan Sekaa Janger Kolok berawal dari kesadaran Alm. Bapak Nedeng akan kebutuhan warga kolok dalam hal kesenian. Sebaliknya, Sekaa Janger Kolok berfungsi membantu warga kolok memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan gagasan tersebut, artikel ini bertujuan untuk menjawab bagaimana perkembangan serta fungsi dari Sekaa Janger Kolok di Desa Bengkala.

  • II.    Sejarah Terbentuknya Sekaa

Janger Kolok

Tari Janger Kolok adalah kesenian yang berasl dari Desa Bengkala, Buleleng. Tari ini dipertunjukkan oleh Sekaa Janger Kolok atau kelompok penari janger Kolok di Desa Bengkala. Kemauan warga kolok untuk tampil

mengundang rasa penasaran dari penontonnya. Berkat ketekunan warga kolok, Sekaa Janger Kolok berhasil mencapai berbagai prestasi yang membanggakan. Tari Janger adalah tari pergaulan yang populer di Bali. Tari Janger berasal dari Gianyar. Tari inilah yang kemudian dikreasikan oleh Alm. Bapak Nedeng agar bisa dipentaskan oleh warga kolok.

Pada tahun 1960-an, jumlah warga kolok dulu lebih banyak dari pada sekarang, yakni mencapai ratusan orang. Pada kurun waktu tersebut, warga kolok masih belum terlibat dalam bidang kesenian. Kesenian lokal yang berkembang di Desa Bengkala dan sekitarnya yaitu drama dan tari Janger yang dilakoni orang normal. Aktivitas ekonomi yang dijalani orang kolok untuk mencari nafkah adalah menjual air. Di masa itu, ketersediaan air minum tidak seperti sekarang yang dapat diperoleh dengan mudah. Untuk mendapatkan air, warga Bengkala harus mengambil air di sungai. Warga yang punya keterampilan untuk mengambil air di sungai adalah warga kolok. Air yang didapat kemudian diperjual belikan. Selain menjual air, warga kolok tidak mempunyai aktivitas lain.

Alm. Bapak Nedeng adalah salah satu warga Desa Bengkala yang langganan membeli air dari warga kolok. Bapak Nedeng tumbuh dan bergaul bersama warga kolok di Desa Bengkala. Melihat sedikitnya aktivitas yang dilakoni warga kolok, Bapak Nedeng berniat untuk memberdayakan warga kolok. Semasa hidup Alm. Bapak Nedeng aktif bergerak di bidang seni, salah satunya ia terlibat dalam Sekaa gong lanang di Desa Bengkala. Menurut Bapak Wayan Sutapa, cucu Alm. Bapak Nedeng, alasan Bapak Nedeng menciptakan tari Janger Kolok yaitu untuk menciptakan hiburan yang berbeda dari kesenian-kesenian yang sudah ada.

Beliau menyadari adanya potensi warga kolok di bidang kesenian. Hiburan yang populer di Desa Bengkala pada masa itu didominasi oleh warga normal. Tercetuslah ide oleh Bapak Nedeng untuk menciptakan tari Janger yang ditampilkan oleh warga kolok.

Sekaa Janger Kolok berdiri sejak tahun 1967. Alm. Bapak Nedeng mampu menggunakan bahasa kolok untuk berkomunikasi dengan warga kolok. Maka dari itu beliau lah yang terjun langsung mengajarkan gerakan tari Janger Kolok. Proses pembelajaran gerakan tari berjalan cukup lama yaitu 35 bulan. Hal tersebut wajar terjadi, terlebih lagi warga kolok belum ada yang pernah belajar menari sama sekali. Warga kolok sangat antusias belajar menari.

Pada awalnya, gerakan tari Janger Kolok adalah gerakan tari Janger umumnya yang menampilkan gerakan tari Kecak. Gerakan itu juga dikolaborasikan dengan gerakan pencak silat yang menggunakan senjata tajam sebagai perlengkapan tari. Sehubungan dengan itu, sebelum tampil anggota Sekaa Janger Kolok harus bersembahyang terlebih dahulu untuk memohon keselamatan. Dalam perkembangannya terdapat perubahan koreografi pada tari Sekaa Janger Kolok sehingga gerakan pencak silat tidak lagi ditampilkan. Anggota Sekaa Janger Kolok yang bisa melakukan pencak silat tersebut hanya tersisa satu orang, yaitu Bapak Getar Rika, yang merupakan anggota lama di Sekaa Janger Kolok. Tidak ada penerus Bapak Getar Rika yang menguasai pencak silat, sebab anggota Sekaa Janger Kolok yang sekarang aktif tidak ada yang berminat mempelajari pencak silat.

Tari Janger Kolok adalah jenis tari pergaulan. Sekaa Janger Kolok pentas apabila ada permintaan untuk tampil sebagai hiburan di acara-acara. Sekaa Janger Kolok pertama kali pentas di

acara yang digelar oleh saudara Alm. Bapak Nedeng. Acara tersebut digelar di kediaman saudara Alm. Bapak Nedeng yang beralamat di Jagaraga. Saat itu akses jalan menuju Jagaraga masih sulit yaitu menyebrangi sungai dan tebing. Belum ada transportasi yang bisa mengantar, sehingga perjalanan menuju Jagaraga ditempuh hanya dengan berjalan kaki. Saat itu Sekaa Janger Kolok belum diupah dengan uang seperti sekarang. Sebagai ganti upah, dulu warga kolok hanya diupah dengan makanan. Lama kelamaan kabar keberadaan Sekaa Janger Kolok semakin meluas beredar. Berkat itulah Sekaa Janger Kolok menjadi terkenal di Desa Bengkala dan sekitarnya. Pementasan tari Janger Kolok menjadi pertunjukan yang sangat ditunggu-tunggu.

Sekaa Janger Kolok kini sudah menginjak usia 53 tahun. Sekaa Janger Kolok masih aktif pentas sampai sekarang. Bahkan kesenian drama dan Janger yang dulu ada di awal perkembangan Sekaa Janger Kolok sudah aktif lagi. Sekaa Janger Kolok sudah pernah tampil di acara tingkat nasional maupun internasional. Namun saat ini permintaan untuk tampil terhambat karena pandemi Corona Virus Disease-19 (Covid-19). Ada pun permintaan pentas dilakukan secara virtual, tentunya dengan memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku.

Secara keanggotaan Sekaa Janger Kolok sudah berkelanjutan lintas generasi. Anggota awal Sekaa Janger Kolok banyak sudah tidak aktif menari lagi karena lanjut usia atau meninggal dunia. Anggota Sekaa Janger Kolok yang sudah tidak aktif lagi karena usia lanjut, digantikan oleh anaknya, dan begitu seterusnya.

Setelah Alm. Bapak Nedeng tutup usia, belum ada warga Desa Bengkala yang bersedia membina Sekaa Janger Kolok. Hingga akhirnya peran Alm.

Bapak Nedeng waktu itu dilanjutkan oleh Alm. Bapak Wayan Durpa. Alm. Bapak Wayan Durpa berasal dari Buleleng, beliau merupakan alumni ASTI (sekarang ISI Denpasar) dan anggota dari Bondres Dwi Mekar. Alm. Bapak Wayan Durpa juga fasih menggunakan bahasa isyarat sehingga beliau tidak kesulitan berkomunikasi dengan Sekaa Janger Kolok.

Tari Janger Kolok juga mengalami perkembangan. Ada pun perubahan koreografi menjadi lebih mudah dan dibuat lebih modern dengan penambahan alur cerita yang diberikan oleh Alm. Bapak Wayan Durpa. Beliau yang menambahkan kisah Arjuna Wiwaha dalam tari Janger Kolok. Jadi terdapat satu babak yang menampilkan seseorang yang sedang bersemedi diganggu oleh makhluk halus. Koreografi hasil kreasikan oleh Alm. Bapak Wayan Durpa masih digunakan. Setelah Alm. Bapak Wayan Durpa meninggal dunia, Janger Kolok dinaungi oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Bengkala. Pokdarwis Desa Bengkala yang dikepalai Bapak Ketut Kanta.

Pementasan tari Janger Kolok diiringi oleh kendang yang ditabuh oleh satu orang penabuh. Terkadang pementasan tari Janger Kolok diiringi musik gamelan sebagai tambahan. Saat pentas, penabuh kendang akan memberi isyarat gerakan untuk memandu gerakan para penari. Isyarat itulah yang membantu gerakan para penari selaras dengan tabuhan kendang. Selain iringan musik Bapak Kanta membacakan narasi yang menceritakan Arjuna Wiwaha bersamaan dengan iringan musik.

  • III.    Pementasan Tari Janger Kolok

    3.1    Rangkaian Pementasan

Persiapan yang dilakukan sebelum pentas cukup sederhana yaitu latihan dan sembahyang atau mecaru. Pelaksanaan

latihan dikoordinasikan oleh ketua Sekaa Janger Kolok yaitu Bapak Ngarda. Ketua akan menghubungi peserta untuk latihan. Di Sekaa Janger Kolok sendiri sudah disepakati bersama untuk mengosongkan jadwal aktivitas beberapa hari menjelang pentas. Hal tersebut bermaksud agar tidak mengganggu jam latihan. Untuk saat ini latihan sudah bisa dilaksanakan tanpa bantuan pelatih. Anggota Sekaa Janger Kolok sudah menguasai tari sehingga mampu mengajarkan satu sama lain. Latihan selalu dilakukan sebelum tampil untuk mengingat kembali gerakan tari bagi yang lupa. Persiapan berikutnya yaitu sembahyang, dilakukan di pura desa dan di lokasi pementasan akan dilaksanakan. Meskipun tari Janger Kolok bukan tari sakral, namun sembahyang wajib dilaksanakan untuk memohon keselamatan saat pentas.

Setiap jenis tarian memiliki gerakan teratur mengikuti birama atau hitungan tertentu. Keharmonisan gerakan tubuh penari yang membuat sebuah pertunjukan menjadi indah dan menarik untuk disaksikan. Setiap gerakan tersebut juga memiliki makna yang hendak disampaikan kepada penonton yang menyaksikan. Begitu pula halnya dengan tari Janger Kolok. Penari Janger Kolok pada mulanya hanya terdiri dari warga kolok laki-laki. Di awal perkembangannya, tari Janger Kolok terdiri dari gerakan tari Janger dan tari Kecak yang disertai atraksi bela diri. Salah satu gerakannya yaitu menusukkan senjata tajam berupa keris ke badan penari sendiri. Para masa awal pementasannya, penari Janger Kolok turut menyuarakan nyanyian kecak seperti tari kecak pada umumnya. Hal tersebut tentu saja menyulitkan para penari untuk menyanyi secara kompak. Oleh sebab itulah seiring berjalannya waktu, koreografi tari Janger Kolok mengalami beberapa perubahan. Di samping itu, pada awalnya pementasan

tari Janger Kolok tidak mempunyai pembabakan seperti sekarang.

Kini tari Janger Kolok ditampilkan dengan sebuah alur cerita. Alur cerita yang digunakan saat pementasan adalah kisah Arjuna Wiwaha. Penggunaan kisah Arjuna Wiwaha ini dicetuskan oleh Alm. Bapak Durpa dan koreografinya masih ditampilkan sampai sekarang. Kisah Arjuna Wiwaha merupakan cerita pewayangan yang populer di Jawa dan Bali. Menurut sejarah, naskahnya ditulis oleh Mpu Kanwa yang dikutip dari Kitab Mahabharata parwa ketiga, yaitu wana parwa mengenai peperangan terhadap Sang Miraksasaraja Prabu Niwatakawaca. Naskah kakawin tersebut ditulis pada saat Raja Airlangga sedang menyelenggarakan pesta perkawinan dengan putri Raja Sriwijaya bernama Putri Sanggrama Wijayadharma Prasada Tungga Dewi (Indriyani 2019: 32). Sebagian pembabakan kisah Arjuna Wiwaha dipertunjukkan dalam pementasan tari Janger Kolok.

Kisah Arjuna Wiwaha menceritakan tentang Arjuna yang diutus oleh Dewa Indra untuk mengalahkan Raja Niwatakawaca. Arjuna kemudian menyanggupi utusan tersebut lalu bertapa memohon kesaktian dari Dewa Siwa. Pada saat bertapa, Arjuna mengalami banyak pencobaan. Pertama, Arjuna digoda oleh para bidadari cantik, namun ia tidak tergoda. Kemudian ia dicobai oleh Dewa Indra yang menyamar menjadi resi, namun ia tetap tidak goyah. Terakhir, Arjuna diuji oleh Dewa Siwa yang menjelma menjadi pemburu yang menyelamatkan ia dari babi hutan. Dewa Siwa yang menyamar, memancing amarah Arjuna dengan mendaku bahwa berkat ialah Arjuna selamat dari serangan babi hutan. Mereka pun bertarung, dan barulah ia menyadari bahwa lawan tarungnya adalah Dewa Siwa yang menjelma menjadi resi. Arjuna akhirnya merendahkan dirinya dan berhasil

melalui percobaan terakhir (Indriyani 2019: 33).

Sebagai imbalannya, Arjuna akhirnya menerima kekuatan dari Dewa Siwa. Desa Siwa memberikan senjata berupa anak panah Pasopati untuk mengalahkan Niwatakawaca. Setelah bertapa, Arjuna bersama para dewa pun melancarkan perang terhadap Raja Niwatakawaca. Raja Niwatakawaca berhasil dilumpuhkan oleh para dewa yang dibantu Arjuna. Arjuna kemudian diangkat menjadi raja di kahyangan. Berkat kemenangannya, Arjuna dinikahkan dengan 7 bidadari kahyangan lainnya, yang sempat menggoda Arjuna saat bertapa. Supraba adalah salah satu bidadari tercantik yang dinikahkan dengan Arjuna. Supraba turut membantu Arjuna mencari tahu kelemahan Raja Niwatakawaca. (Indriyani 2019: 34). Demikianlah narasi Arjuna Wiwaha yang dibacakan saat pementasan tari Janger Kolok berlangsung. Walaupun memiliki keterbatasan pendengaran, namun penari Janger Kolok mampu menampilkan tarian dengan cukup baik. Penabuh kendang memberikan isyarat kepada penari saat pementasan dilangsungkan. Penggunaan isyarat merupakan cara supaya iringan musik tetap sinkron dengan gerakan tarian.

  • 3.2    Keterlibatan Masyarakat

Masyarakat Desa Bengkala terlibatan dalam pementasan tari Janger Kolok. Namun masyarakat yang mempunyai peran utama adalah Sekaa Janger Kolok. Di balik layar, warga normal Desa Bengkala ikut membantu dalam pementasan tari Janger Kolok. Keterlibatan warga normal antara lain sebagai narahubung, pelatih, pengiring, narator, dan penata rias. Dulu Alm. Bapak Nedeng bersama warga normal Desa Bengkala melatih warga kolok menari Janger, salah satunya istri dari Bapak Ketut Kanta. Sekarang warga

kolok sudah berlatih secara mandiri. Bapak Ketut Kanta saat ini bertugas sebagai narator yang membacakan narasi saat pementasan tari Janger Kolok. Bapak Ketut Kanta juga bertugas sebagagi narahubung untuk Sekaa Janger Kolok, yang juga dibantu oleh Bapak Wisnu. Undangan pentas yang diterima oleh narahubung kemudian diteruskan kepada Bapak Ngarda yaitu ketua Sekaa Janger Kolok. Warga normal Desa Bengkala ada pula yang menjadi penabuh gamelan sebagai pengiring musik tambahan. Tata rias penari dibantu oleh pegawai Desa Bengkala.

  • 3.3    Tempat dan Waktu

Tari Janger Kolok merupakan tari pergaulan atau untuk tujuan hiburan. Sekaa Janger Kolok kerap diundang untuk memeriahkan perhelatan, seperti acara syukuran atau acara khusus lainnya atau diundang untuk pentas oleh orang yang membayar kaul. Waktu dan tempat pementasannya menyesuaikan dengan permintaan dari orang yang memanggil untuk pentas. Di Desa Bengkala tari Janger Kolok sering dipentaskan di aula Balai Desa Bengkala dan KEM Bengkala. Tari Janger Kolok juga rutin dipentaskan pada kegiatan tahunan seperti peringatan Hari Tuli Bisu Sedunia.

  • 3.4    Kelengkapan Atribut

Penari Janger Kolok tentu mengenakan pakaian khusus yang digunakan untuk menunjang pementasan. Atribut tari Janger Kolok yang dikenakan penari lak-laki dan perempuan berbeda. Atribut yang dikenakan penari laki-laki yaitu udeng, perhiasan leher (badong), rompi, gelang, celana, dan kain yang dililitkan di atas celana. Untuk penari perempuan atribut yang dikenakan yaitu mahkota (gelungan), perhiasan leher (badong), kemben, kain yang diikat di pinggang (oncer), dan kain kamen. Baik

penari perempuan maupun penari laki-laki wajahnya dirias seperti riasan penari pada umumya. Aksesoris tambahan yaitu topeng dan kipas (kepet).

  • 3.5    Alat Musik

Pementasan tari Janger Kolok diiringi musik, yaitu kendang. Kendang adalah alat musik utama yang digunakan untuk mengiringi tarian. Kendang adalah alat musik ritmis, yang dibunyikan dengan cara ditabuh. Suara dari kendang tidak bernada namun menghasilkan bunyi yang sama dan dibunyikan dengan birama atau tempo yang beraturan. Terkadang pentas tari Janger Kolok dimeriahkan dengan tambahan iringan gamelan. Namun paling sering pementasan hanya diiringi kendang saja. Penabuh juga bertugas untuk memberi isyarat gerakan kepada penari menggunakan kode.

  • IV.    Fungsi Sekaa Janger Kolok

Kebudayaan hadir di masyarakat guna memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri, yang berarti budaya tidak semata-mata hadir sebagai identitas masyarakat namun agar dapat berfungsi. Bronislaw Malinowski dalam teori Fungsionalismenya menjelaskan fungsi-fungsi kebudayaan yang memenuhi kebutuhan masyarakat dan kombinasi di antaranya.     Mallinowski     (dalam

Koentjaraningrat      2014:       167)

merumuskan konsep mengenai fungsi sosial dari adat, tingkah-laku manusia dan pranata-pranata sosial. Pada konsep tersebut Mallinowski membedakan antara fungsi sosial dalam 3 abstraksi:

  • 1.    Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi pertama mengenai pengaruh atau efeknya terhadap adat, tingkah laku manusia dan pranata sosial yang lain dalam masyarakat;

  • 2.    Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada

tingkat abstraksi kedua mengenai pengaruh atau efeknya terhadap kebutuhan suatu adat atau pranata lain untuk mencapai maksudnya, seperti yang dikonsepsikan oleh warga masyarakat yang bersangkutan;

  • 3.    Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi ketiga mengenai pengaruh atau efeknya terhadap kebutuhan      mutlak      untuk

berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial yang tertentu.

Sebagaimana yang disebutkan pada tiga abstraksi di atas, Sekaa Janger Kolok berpengaruh terhadap kebutuhan masyarakat serta pranata sosial. Sekaa Janger Kolok mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu fungsi kesenian dan fungsi ekonomi. Warga kolok dapat mempertunjukkan bakatnya melalui tari Janger Kolok. Dari pertunjukan Sekaa Janger Kolok, warga kolok menerima tambahan penghasilan. Maka dari itu Sekaa Janger Kolok dapat menunjang perekonomian warga kolok. Keberadaan

tari Janger  Kolok  bertahan  karena

hubungan antara kedua fungsi tersebut.

Sebagai  unsur  kesenian  dalam

masyarakat,   Sekaa   Janger   Kolok

berfungsi untuk menghibur. Sekaa Janger Kolok biasanya tampil untuk meramaikan acara hiburan. Sekaa Janger Kolok    juga    bertujuan    untuk

memberdayakan warga kolok di Desa Bengkala. Hampir seluruh peran dalam tari Janger Kolok dilakoni oleh warga kolok.

Kebutuhan masyarakat pada umumnya adalah kebutuhan primer yang terdiri dari pangan (makanan), sandang (pakaian), dan papan (tempat tinggal). Dari kebutuhan primer tersebut kemudian berkembang menjadi jenis kebutuhan lainnya yaitu sekunder dan tersier. Di masa modern masyarakat mencari nafkah dengan menekuni pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan primernya.

Demikian halnya dengan warga kolok di Desa Bengkala, menjalani Sekaa Janger Kolok sebagai pekerjaan sampingan.

  • 4.1      Fungsi Kesenian

Ditinjau dari sejarahnya, Sekaa Janger Kolok dibentuk untuk menciptakan seni hiburan baru dengan memberdayakan warga kolok. Pada awalnya tari janger kolok diciptakan Alm. Bapak Nedeng karena hiburan pada tahun 70an kurang variatif. Tari Janger Kolok dibuat oleh Alm. Bapak Nedeng dengan memvariasikan tari Janger. Tari Janger adalah tari pergaulan yang populer di Bali dan ditampilkan oleh kaum muda-mudi. Perbedaan antara tari Janger Kolok dengan tari janger yang paling mencolok yaitu tari Janger Kolok dipentaskan oleh warga kolok. Berbeda dengan tari janger pada umumnya, penari Janger Kolok tidak menari secara berpasangan. Hal tersebut dikarenakan jumlah penari laki-laki yang lebih mendominasi daripada jumlah penari perempuan. Di samping itu tari Janger Kolok menceritakan kisah Arjuna Wiwaha. Pada pementasan tari Janger Kolok penari perempuan menari sebagai tokoh bidadari yang ada di kisah Arjuna Wiwaha tersebut. Namun, tari Janger Kolok tetap memiliki kesamaan dengan tari janger yang umum di Bali, yaitu keduanya sama-sama berfungsi sebagai hiburan.

Ragam tari tradisional Bali dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok. Berikut pengelompokkan tari tradisional Bali menurut Sunaryo (dalam Febrina 2012: 3-4).

  • 1.    Seni Tari Wali (sacred, religious dance) yang berkaitan dengan unsur keagamaan,

  • 2.    Seni Tari Bebali (ceremonial dance) tari yang mengiringi upacara dan upakara di pura serta di luar pura, dan

  • 3.    Seni Tari Balih-Balihan (secular dance) untuk rekreasional.

Berdasarkan pengelompokkan tari Bali menurut Sunaryo di atas, tari Janger Kolok termasuk sebagai tari balih-balihan. Tari Janger Kolok tidak berkaitan dengan nilai keagamaan melainkan murni untuk hiburan. Pementasan Janger Kolok biasanya dilaksanakan untuk memeriahkan acara khusus, seperti acara syukuran, serta acara lain yang tidak berkaitan dengan persembahyangan. Tari Janger Kolok sampai sekarang menjadi kesenian yang paling terkenal dari Desa Bengkala. Keunikan pementasan Janger Kolok selalu menarik perhatian bagi siapa pun yang menyaksikan.

Warga kolok untuk pertama kalinya dapat berkecimpung di bidang kesenian dengan adanya Sekaa Janger Kolo k. Seiring perkembangannya, warga kolok menunjukkan minat yang besar di bidang kesenian. Salah satu anggota Sekaa Janger Kolok bernama Ibu Budawati. Beliau awalnya diajak oleh temannya untuk bergabung. Namun temannya sudah lama tidak aktif di Sekaa Janger Kolok. Ibu Budawati juga sudah jarang aktif karena ada masalah kesehatan. Sejak kecil Ibu Budawati senang menyaksikan orang menari di siaran televisi, kemudian dari rasa kagum itulah timbul keinginan untuk bisa menari.

Partisipasi kelompok disabilitas seperti warga kolok di bidang kesenian masih jarang kita temukan di masyarakat umum. Pemberdayaan warga kolok terwujud karena interaksi warga normal dan warga kolok yang harmonis. Namun yang membuat pemberdayaan itu berhasil adalah karena adanya hasrat warga kolok yang ingin bisa tampil seperti warga normal. Dikenalnya Sekaa Janger Kolok di masyarakat luas menarik perhatian pihak dari luar Desa Bengkala terhadap bakat seni warga kolok. Berbagai kalangan tergerak untuk mengembangkan bakat seni tersebut, dengan harapan dapat menjadi pekerjaan yang menghasilkan

agar warga kolok dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Flipmas Ngayah Bali adalah salah satu organisasi yang terdorong untuk membina warga kolok. Ibu Ida Ayu Trisnawati adalah anggota Flipmas Ngayah Bali yakni seorang dosen yang aktif mengajar di ISI Denpasar. Beliau membina warga kolok di bidang seni. Ibu Ida Ayu Trisnawati menyumbangkan beberapa tarian baru untuk warga kolok, sehingga sekarang kesenian warga kolok tidak hanya tari Janger Kolok saja. Ada pun tarian ciptaan Ibu Ida Ayu Trisnawati yang dikenalkan ke warga kolok yaitu Tari Baris Bebek Bingar Bengkala (Baris Bebila), Tari Jalak Anguci, dan Tari Puspa Arum Bengkala.

  • 4.2    Fungsi Ekonomi

Keberadaan Sekaa Janger Kolok merupakan daya tarik wisata di Desa Bengkala. Setiap tahunnya Hari Tuli Sedunia (World Deaf Day) diperingati di Desa Bengkala yang jatuh pada tanggal 26 Oktober. Pada hari peringatan tersebut biasanya warga kolok terlibat mempertunjukkan berbagai hiburan terutama Tari Janger Kolok. Tari Janger Kolok dipentaskan di Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) Kolok Bengkala. Merambahnya informasi media tentang warga kolok di Desa Bengkala mendorong kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara.

Pementasan tari Janger Kolok sebagai daya tarik wisata membantu warga kolok meningkatkan perekonomiannya. Jenis mata pencaharian warga kolok tidak beragam. Mata pencaharian warga kolok yang mendominasi adalah pekerja kasar, seperti menjadi buruh bangunan atau buruh tani. Minimnya kesempatan kerja warga kolok berkaitan dengan latar belakang pendidikan yang rendah. Mayoritas warga kolok hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah

dasar. Jarang di antara warga kolok yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kesulitan biaya untuk bersekolah dan jauhnya jarak sekolah tingkat lanjut. Beberapa warga kolok ada yang melanjutkan pendidikan ke tingkat lanjut dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, namun jumlahnya masih sedikit. Rata-rata penghasilan warga kolok sebagai pekerja kasar yaitu berkisar Rp 450.000,00. Warga kolok mendapat penghasilan tambahan dari pementasan tari Janger Kolok. Ada pun warga kolok yang melakukan pekerjaan sampingan sebagai pemandu wisata bagi rombongan study tour atau wisatawan yang berkunjung ke KEM Kolok Bengkala.

Menurut Malinowski, fungsi dari satu unsur budaya adalah kemampuannya untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat. Kebutuhan pokok adalah seperti makanan, reproduksi (melahirkan keturunan), merasa enak badan (bodily comfort), keamanan, kesantaian, gerak dan pertumbuhan. Beberapa aspek dari kebudayaan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar itu… Jadi menurut pandangan Malinowski tentang kebudayaan, semua unsur kebudayaan akhirnya dapat dipandang sebagai hal yang memenuhi kebutuhan dasar para warga masyarakat (Ihromi, 2006: 59-60)

Dalam mencari nafkah warga kolok berorientasi kepada upah. Jadi warga kolok ingin menerima upahnya langsung usai bekerja. Sebab warga kolok biasanya menggunakan upahnya untuk makan sehari. Maka dari itu pihak yang memperkerjakan warga kolok memberi upah langsung setelah bekerja. Hal tersebut juga berlaku pada pementasan tari Janger Kolok, warga kolok mengharapkan upah langsung setelah

pementasan tari Janger Kolok. Upah dari pementasan tari Janger Kolok menjadi pendapatan tambahan warga kolok yang umumnya bekerja sebagai buruh. Meskipun rata-rata pendapatannya masih minim, kini banyak warga kolok yang sudah mandiri secara keuangan salah satunya Ibu Budawati, seorang penenun dan juga anggota Sekaa Janger Kolok. Pendapatan anggota Sekaa Janger Kolok dikelola langsung oleh sekaa.

  • V.    Penutup

Warga Desa Bengkala mendukung pengembangan potensi warga kolok. Alm. Bapak Nedeng adalah pencetus berdirinya Sekaa Janger Kolok di Desa Bengkala. Sekaa ini didirikan pada tahun 1967 dengan tujuan untuk memberdayakan warga kolok di Desa Bengkala. Keberadaan Sekaa Janger Kolok membawa perubahan bagi warga kolok karena warga kolok dapat berkesenian setelah adanya sekaa. Sekaa Janger Kolok telah melewati beberapa perkembangan. Pada awal pementasannya, tari Janger Kolok menampilkan variasi gerakan tari bela diri, kemudian sekarang tariannya tidak lagi menampilkan seni bela diri melainkan kisah Arjuna Wiwaha. Sekaa Janger Kolok tidak hanya pentas di wilayah setempat saja tetapi juga pentas pada acara skala internasional di luar negeri. Sekaa Janger Kolok mempunyai fungsi penting bagi warga kolok, terutama di bidang kesenian. Tari Janger Kolok berfungsi untuk menghibur, sebab itu tari Janger Kolok biasanya dipentaskan pada penyelenggaraan acara hiburan. Pada segi ekonomi, Sekaa Janger Kolok berfungsi untuk menunjang kesejahteraan warga kolok. Penghasilan yang didapatkan dari pementasan tari Janger Kolok membantu warga kolok mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sekaa Janger Kolok menunjukkan bahwa kelompok disabilitas mempunyai

kemampuan serta keterampilan yang setara dengan masyarakat normal. Harapannya di   masa mendatang

kesempatan pekerjaan semakin terbuka khusunya untuk kelompok disabilitas.

  • VI.    Daftar Pustaka

Febrina, Bunga Perdana Purtianna. 2012. Fungsi Tari Bedhaya Ketawang di Keraton Surakarta dalam Konteks Jaman   Sekarang.   Denpasar:

Jurusan  Antropologi Fakultas

Sastra Universitas Udayana

Ihromi, T.O. 2006. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Indriyani, Jiphie Gilia dkk. 2019. Adaptasi Cerita Kakawin Arjuna Wiwaha pada Pewayangan Jawa Lakon Arjuna Wiwaha. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Koentjaraningrat. 2014. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia