Pola Asuh Anak Oleh Orang Tua Tunggal dalam Pembentukan Karakter Anak
on
DOI: https://doi.org/10.24843/SP.2019.v3.i02.p01
p-ISSN: 2528-4517
Pola Asuh Anak Oleh Orang Tua Tunggal dalam Pembentukan Karakter Anak
Elsa Sepriyani*, Anak Agung Ngurah Anom Kumbara, Ida Bagus Gde Pujaastawa Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana
[[email protected]][[email protected]] [[email protected]]
Denpasar, Bali, Indonesia *Corresponding Author
Abstract
Parenting is a process to improve and support the child's development in shaping the child's character. In general, parents want their children to have noble character, character and always healthy, parents have a role in shaping the personality and self-discipline of a child, but vice versa in incomplete families or single parents. In Malacca Village there are relatively many single parents in caring for their children. The research aims to find out: (a) What is the role of single parents in the formation of children's character in Malacca Village and (b) What are the implications of the role of single parents in the formation of children's characters in Malacca Village. This research uses the basic structural personality theory and socialization theory. Ethnographic research models with qualitative research types, including data collection techniques through observation, interviews, literature studies, and data analysis to process field findings. The results showed that the phenomenon of parenting single parents in the formation of children's character in the Malacca Village there are three forms of parenting namely democratic parenting, authoritarian parenting, and permissive parenting, this is due to factors namely, values and norms, pattern processes foster care, the role of a large family in caring for children of single parents, a form of parenting. The implications are educational factors, religious factors, social relations factors.
Keywords: Parenting, single parents, character building.
Abstrak
Pola asuh merupakan suatu proses untuk meningkatkan dan mendukung perkembangan anak dalam pembentukan karakter anak. Pada umunya orang tua menginginkan anaknya memiliki akhlak yang mulia, berkarakter dan senatiasa selalu sehat, orang tua mempunyai perannya dalam membentuk kepribadian dan disiplin diri seorang anak, tetapi sebaliknya pada keluarga yang tidak lengkap atau orang tua tunggal. Di Desa Malaka terdapat relatief banyak orang tua tunggal dalam mengurus anaknya. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (a) Bagaimana peran orang tua tunggal dalam pembentukan karakter anak di Desa Malaka dan (b) Bagaimanakah implikasi peran orang tua tunggal dalam pembentukan karakter anak di Desa Malaka. Penelitian ini menggunakan teori struktural kepribadian dasar dan teori sosialisasi. Model penelitianetnografidenganjenispenelitiankualitatif, meliputiteknikpengumpulan data melaluiobservasi, wawancara, studipustaka, sertaanalisis data gunamengolahtemuanlapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa fenomena pola asuh orang tua tunggal dalam pembentukan karakter anak di Desa Malaka terdapat tiga bentuk pola asuh yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif, hal ini disebabkan karena adanya faktor yaitu, nilai dan norma, proses pola asuh, peran keluarga besar dalam mengasuh anak orang tua tunggal, bentuk pola asuh. Implikasi tersebut adalah faktor pendidikan,faktor agama, faktor hubungan sosial.
Kata Kunci: Pola Asuh, Orang tua tunggal, Pembentukan Karakter
Sunari Penjor: Journal of Anthropology
Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Unud
PENDAHULUAN
Pola asuh merupakan suatu proses untuk meningkatkan dan mendukung perkembangan anak dalam pembentukan karakter anak. Sikap orang tua sangat dibutuhkan dalam perkembangan anak karena anak melakukan apa yang dia lihat di sekitarnya. Orang tua harus terbuka terhadap anak agar anak terhindar dari pengaruh negatif yang ada di luar lingkungan keluarga. Orang tua harus membantu anak dalam mendisiplinkan diri Kekompakan orang tua dalam mengasuh anak sangat penting karena kasih sayang ayah dan ibu harus seimbang dalam mendidik anak. Pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak saat dewasa dan selain itu orang tua juga mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam perkembangan anak. Menurut (Sugihartono 2007:31) Pola asuh yang mengunakan pola perilaku berhubungan dengan anak-anak . pola asuh yang ditetapkan orang tua berbeda-beda.Pola asuh yang kurang intensif akan berimplikasi pada anak, dan perubahan pola asuh anak ini memberikan pengaruh pula terhadap kelangsungan pertumbuhan. Pola asuh sebagai interaksi antara orang tua dengan anak yang meliputi proses mendidik, membimbing, mendisiplinkan dan melindungi anak untuk mencapai kedewasaan yang sesuai dengan norma-norma yang ada pada masyarakat. Suatu kegiatan yang selalu terjadi di dalam kehidupan manusia dengan proses kompleks yang melibatkan kegiatan kelahiran, melindungi anak, merawat anak serta membimbing anak. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang berkepribadian baik, sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Orang tua sebagai pembentuk pribadi yang pertama dalam kehidupan anak dan harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup merupakan unsur-unsur pendidikan
yang secara langsung akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Desa Malaka Kecamatan Pamenang Lombok Utara adalah salah satu dari empat desa yang ada di Kecamatan Pamenang atau salah satu dari tiga puluh tiga desa yang ada di Kabupaten termuda di Lombok Utara. Berdasarkan statistik desa tahun 2016 terdapat 224 orang tua cerai hidup dan 421 orang tua tunggal cerai mati sebagaimana diatas diuraikan terdapat tiga faktor seseorang cerai hidup yaitu karena tidak mendapatkan lahir dan batin, faktor ekonomi, dan adanya orang ketiga yang muncul dalam keluarganya. Maria (1983:39) mengatakan bahwa hakekatnya perkawinan merupakan “intergrasi” proses penyatuan dua insan yang berlangsung terus menurus selama perkawinan itu sendiri. Dalam proses integrasi itu sendiribiasanya mengalami berbagai hambatan yang bersifat fisik atau mental/ emosional, yang menyatakan diri dalam bentuk benturan-benturan pendapat, sikap atau tingkah laku antara suami isteri yang menimbulkan rasa kesal, marah, benci, curiga dan sebel yang terkadang mengakibatkan terjadinya suatu malapetaka besar “Perceraian”. Misalnya tampak terlihat pada sebagian orang tua tunggal yang berada di Desa Malaka Lombok Utara, mereka yang menjadi orang tua tunggal setiap paginya harus disibukkan oleh berbagai aktivitas pekerjaan rumah, mulai dari mencuci, memasak, dan memandikan anaknya. Selain itu mereka harus mengurus anak-anaknya untuk berangkat ke sekolah, setelah semua pekerjaan rumah selesai dan urusan anak selesai barulah mereka pergi bekerja. Para orang tua tunggal kesehariannya bekerja di Gili Trawangan sebagai buruh ada pula yang hanya bekerja sebagai petani untuk memenuhi biaya hidupnya dan biaya pendidikan anaknya. Pada umumnya para orang tua yang bekerja di Gili Trawangan setiap minggu atau setiap hari pulang. Para
orang tua tunggal di Malaka mengasuh anaknya sendiri ada pula yang dibantu oleh keluarganya seperti, nenek, bibi, dan tetangga. Penelitian ini memfokuskan pada pola asuh dalam pembentukan karakter anak dari orang tua tunggal, yaitu dari pihak ayah yang artinya urusan rumah tangga yang seharusnya dipegang oleh ibu secara otomatis beralih pindah ke ayah. Dalam kehidupan ini mungkin saja bisa terjadi, seorang anak yang dilahirkan maupun dibesarkan dari orang tua tunggal belum tentu menjadi pribadi yang nakal. Namun bisa sebaliknya, jika orang tua tunggal membesarkan dan mendidik anaknya secara baik dan bijak, maka pribadi anak akan menjadi seorang yang mampu membahagiakan dan mengharumkan nama baik orang tuanya. Selain itu, bisa saja terjadi anak yang terlahir dan dibesarkan dalam keluarga yang utuh dan lengkap akibat didikan dan bimbingan yang salah, maka pribadi anak menjadi bumerang bagi orang tua, bahkan bisa menjadi seorang yang mampu menyengsarakan dan mencoreng nama baik orang tua. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pertama mengkaji bagaimana pola asuh orang tua tuanggal dalam pembentukan karakter anak di Desa Malaka Lombok Utara dan yang kedua mengkaji implikasi pola asuh orang tua tunggal terhadap karakter anakn di Desa Malaka Lombok Utara. Penelitian ini memiliki tujuan agar orang tua tunggal memahami pola asuh orang tua tunggal dalam pembentukan karakter anak. Berdasarkan hasil pemaparan di atas, maka penulis akan mengkaji pola asuh duda secara lebih mendalam dalam sebuah penelitian yaitu yang berjudul, “Pola Asuh Anak Oleh Orang tua Tunggal Dalam Pembentukan Karakter Anak”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode ini didapat dari hasil interaksi antara peneliti dan sumber data,
baik manusia maupun benda.
Sebagaimana Lewis (dalam Nabanik dan Nababan, 2015:161). mendeskripsikan metode etnografi, menekankan
penggunaan metode pengalaman terlibat (partisipant observation), untuk dapat menggambarkan kebudayaan masyarakat yang ditelitinya secara menyeluruh dan bulat sehingga tampak pola-pola
kebudayaan dari masyarakat tertentu. Penelitianini merupakan penelitian lapangan (field research) yang
penggumpulan datanya dilakukan dilapangan untuk mengadakan
pengamatan terhadap suatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah. (Susanto,1999). Penelitian ini
menggambarkan serta menelaah bagaimana pola asuh orang tua tunggal dalam pembentukan karakter anak di Desa Malaka Lombok Utara. Penelitan ini menggunakan metode etnografi.
Menurut Duranti (1997:85) metode
etnografi adalah deskripsi tertulis
mengenai organisasi sosial, aktivitas sosial, simbol dan sumber meterial, serta karakteristik praktik interpretasi suatu kelompok manusia tertentu.
Data kualitatif berdasarkan sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer dari penulis bersumber dari observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap informan terpilih. Sedangkan data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, tetapi melihat orang lain atau dengan dokumen (Sugiyono 2013:225).
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun beberapa teknik yang diakukan oleh peneliti saat
melakukan penelitian yaitu,1) Teknik
penentuan informan; 2) Obeservasi
partisipan; 3) wawancara; 4) studi
kepustakaan. Peneliti menggunakan
tahapan analisis data Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengolahan data antara lain: reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification). Penulis menggunakan cara Miles dan Hubermen (1984) dalam data. Pengolahan data dilakukan setelah terkumpulnya informasi yang sudah didapat melalui proses penelitian.
KERANGKA TEORI
Pada penelitian ini, penulis menggunakan teori struktur kepribadian dasar Kardiner dan teori sosialisasi Peter Ludwig Berger. Kardiner dan kawan-kawan (dalam Dananjaya, 2005:48) mengungkapkan bahwa tipe kepribadian dasar diperoleh karena suatu kolektif mempunyai pengalaman masa kanak-kanak yang sama, yaitu berupa pengasuhan anak ( child rearing). Aliran ini dipengaruhi oleh Freud yang menyatakan bahwa pengalaman masa kanak-kanak penting bagi pembentukan kepribadian seorang setelah dewasa, sedangkan Teori sosialisasi Peter L. Berger (Berger, 1990:185) adalah proses melalui mana seorang anak belajar menjadi anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Proses belajar ini juga sering diistilahkan dengan proses sosialisasi yaitu proses yang membantu individu melalui proses belajar dan penyesuaian diri bagaimana cara berpikir dalam kelompok tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Petrano (dalam Suarsini, 2013) pola asuh orang tua merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak bersifat relatief konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif. Pola asuh yang ditanamkan tiap keluarga berbeda, hal ini tergantung pandangan dari tiap orang tua. Duda di Desa Malaka ada yang berkerja sebagai buruh bangunan, supir speed boat, pegawai swasta, dan lain-lain. Keluarga besar dan lingkungan sekitar ikut berperan dalam mengasuh anak duda tersebut tapi tidak
sepenuhnya, ketika duda sibuk berkerja anak akan diasuh oleh keluarga duda. Walaupun sibuk berkerja duda akan menyempatkan diri untuk menengok anaknya pada saat makan siang dan akan menyempatkan bermain dengan anak saat sudah pulang berkerja. Dalam pengasuhan anak keluarga besar juga berperan tetapi tidak sepenuhnya, jika duda sibuk berkerja anak akan diasuh oleh keluarga besar duda tersebut. Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya terlihat dalam bentuk yang bermacam-macam secara garis besar tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah memberikan pendidikan akhlak, menanamkan rasa cinta terhadap sesama, mengajarkan anak sholat, berlaku adil, dan saling menghormati. Menurut duda di Desa Malaka pendidikan agama adalah salah satu hal yang penting dan mendasar dalam kehidupan bermasyarakat yang dimana hal ini akan berdampak pada perkembangan karakter anak itu sendiri pada saat dewasa. Perilaku menurut Skinner yang dikutip Notoatmodja adalah hasil hubungan antara rangsangan (Stimulus) dan tanggapan (Respons). Ada dua jenis respons, yaitu responden respons dan operant respons. Responden respons adalah respon yang menimbulkan respon yang bersifat relatif tetap, sedangkan Operant respons adalah respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh rangasangan tertentu. Perangsangan itu akan mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu yang telah dilakukan oleh organisme dalam hal ini adalah manusia. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua mempengaruhi pembentukan kepribadian anak setelah ia menjadi dewasa. Perlakuan orang tua pada anak-anaknya sejak masa kecil akan berdampak pada perkembangan sosial moralnya dimasa dewasanya. Perkembangan sosial moral inilah yang akan membentuk watak, sifat dan sikap anak kelak meskipun ada beberapa faktor lain yang berpengaruh dalam
pembentukan sikap anak yang tercermin dalam karakter yang dimilikinya. Menurut Schocib (2013:15) terdiri dari tiga kecenderungan bentuk pola asuh orang tua yaitu, pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif.Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak tetapi tidak ragu untuk mengendalikan mereka pula pola asuh seperti ini kasih sayangnya cenderung stabil atau pola asuh bersikap rasional. Orang tua mendasarkan tindakannya pada rasio mereka bersifat realistis terhadap kemampuan anak dan tidak berharap berlebihan. Menurut Wiyani (2016:104) pola asuh demokratis menjadikan sosok anak yang berfikiran terbuka, mudah bergaul, dan memiliki jiwa sosial yang tinggi.Pola asuh otoriter adalah cara mengasuh anak yang dilakukan orang tua dengan menentukan sendiri aturan-aturan dan batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak tanpa kompromi dan memperhitungkan keadaan anak. Serta orang tualah yang berkuasa menentukan segala sesuatu untuk anak dan anak hanyalah sebagai objek pelaksana saja. Jika anak-anaknya menentang atau membantah, maka ia tak segan-segan memberikan hukuman. Menurut Baumirnd (dalam Santrock, 2003) mengukapkan bahwa orang tua yang bersikap otoriter adalah orang tua yang bersikap dengan cara membatasi dan menuntut anak untuk menuruti peraturan yang dibuat orang tua dan tidak memberikan peluang kepada anak untuk mengajukan pendapat. Pola asuh permisif ini merupakan lawan dari pola asuh otoriter. Pola asuh permisif memiliki ciri utama dari pola asuh ini orang tua akan menunjukkan sikap permisif atau akan mengizinkan anaknya melakukan apapun tanpa menuntut anak, orang tua permisif jarang mendisiplinkan anak, jarang memberikan batasan dan jarang memberi aturan pada anak itu semua dilakukan agar anak harus jujur terhadap dirinya
sendiri, dari luar orang tua permisif lebih terlihat sebagai teman bagi anak. (Lestari, 2012: 48). Menurut Covey (1997:45) orang tua yang menerapkan pola asuh permisif cenderung ingin selalu disukai dan anak tumbuh dewasa tanpa pengertian mendalam mengenai standar dan harapan, tanpa komitmen pribadi untuk disiplin dan bertanggung jawab.
Implikasi Pola Asuh Orang Tua TunggalTerhadap Pembentukan Karakter Anak Di Desa Malaka
-
a. Aspek Pendidikan
Peran orang tua tunggal dalam membentuk pendidikan di Desa Malaka yang diterapkan pada anaknya dipengaruhi oleh latar belakang ekonomi, agama, sosial, agama, danpendidikan. Pendidikan diartikan sebagai salah satu usaha yang dijalankan olehseorang anak agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau pengetahuan yang lebih tinggi pendidikan awal setelah anak lahir. Menurut Hadi (2003:22) orang tua adalah ayah dan ibu yang menjadi pendidik pertama bagi anak-anaknya, sebagai orang tua berkewajiban mendidik, mengasuh, dan membesarkan anaknya dan orang tua menginginkan anaknya menjadi anak yang baik, berbakti, dan mempunyai masa depan yang cerah. Pengasuhan yang salah orang tua terhadap anaknya akan mengubah sikap dan tingkah laku anak ke arah negatif sehingga anak memiliki perilaku yang menyimpang dan membuat anak menjadi pembangkang dan pemberontak.
-
b. Aspek Religi
Pendidikan agama bertujuan untuk meningkatkan akhlak mulia serta nilai-nilai spiritual dalam diri anak. Tujuan berarti sesuatu yang diharapkan tercapai setelah segala sesuatu usaha atau kegiatan selesai dilaksanakan (zakiah darajat, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan agama mempunyai
peranan yang penting dalam melaksanakan pendidikan karakter disekolah. Oleh karena itu pendidikan agama menjadi salah satu mata pelajaran wajib baik dari sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi. Berdasarkan hal tersebut, sekolah harus mampu menyelenggarakan pendidikan agama secara optimal dengan cara mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam lingkungan sekolah yang dilakukan oleh seluruh guru dan peserta didik secara bersama-sama serta berkesinambungan. Masyarakat Desa Malaka mayoritas beragama islam mereka sangat memerhatikan pendidikan agama islam dari kecil, karena menurut masyarakat disana pendidikan agama islam adalah suatu usaha membina dan mengembangkan seluruh factor kepribadian manusia ketitik paling optimal. Pendidikan agama islam merupakan usaha sadar, sistematis, berkelanjutan untuk mengembangkan potensi rasa agama, menanamkansifat, dan memberikan kecakapan sesuai dengan tujuan Pendidikan islam. Masyarakat Desa Malaka memiliki pandangan tentang pendidikan agama ialah agama adalahtiangadat, agama yang berwadahadat, agama bertatahadat, dan agama yang berhias adat, sehingga semua harus berjalan sesuai yang telah ditetapkan. Karena akhlak mengajarkan sopan santun, agama, dan etika.
Implikasi Pola Asuh yang Diberikan Orang Tua Tunggal
Pola asuh adalah bentuk-bentuk pengasuhan yang digunakan orang tua tunggal dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya mengingat persepsi yang berkembang dalam masyarakat menimbulkan ketidak percayaan masyarakat terhadap keberhasialan pola asuh dalam keluarga orang tua tunggal yang cukup tinggi. Pasalnya masayarakat masih mengaanggap keluarga orang tua tunggal sebagai bentuk keluarga yang labil.
Ketidaksempurnaan keluarga sering dikaitkan dengan kerapuhan ekonomi, sosial, maupun psikologi. Bahkan ada beberapa masyarakat yang mengaitkan ketidaksempurnaan keluarga dengan kenakalan remaja maupun perilaku menyimpang. Setiap pola asuh yang diberikan orang tua tunggal pasti memiliki dampak tersendiri pada anaknya. Termasuk sikap anak pada lingkungan sosialnya, sikap anak terhadap orang tuanya dan sikap anak pada dirinya sendiri seperti dalam sikap kemandirian, kedisiplinan, dan sopan santun. Anak yang di asuh dengan pola asuh otoriter akan membuat anak menjadi merasa takut untuk melakukan sesuatu karena sifat pola asuh otoriter adalah mengekang. Penerapan pola asuh otoriter oleh orang tua dengan mengontrol perilaku anak berdasarkan standar yang sudah ditetapkan oleh orang tua biasanya didorong oleh motivasi ideologi. Pola asuh ini cenderung mengontrol anak sebagaimana Tuhan harapkan terhadap anak. Hal inilah yang menyebabkan orang tua yang menjalankan pola asuh otoriter tidak memeberi ruang pada anak untuk menegosiasikan peraturan kerena aturan tersebut dianggap pedoman dari Tuhan (Baumrind, 1996),misalnya dalam membantu pekerjaan dirumah anak biasanya akan membantu bila diminta atau disuruholeh orang tuanya, tetapi ada juga anak tanpa diminta pasti sudah membantu orang tuanya.
SIMPULAN
Pola asuh orang tua tunggal yang diterapkan sama seperti pola asuh orang tua utuh pada umunya, orang tua tunggal mengajarkan anaknya untuk mandiri, bertanggung jawab, mandiri, dan berani untuk melakukan apapun. Tetapi ada beberapa perbedaan yang dilakuan oleh Orang Tua tunggal yaitu dengan menitipkan anak mereka kepada keluarga seperti nenek, bibi, dan adapula tetangga,anak yang diasuh dari keluarga tersebut mempunyai sifat yang berbeda-
bedaada yang menjadi anak manja, suka membantah, dan rajin.
Orang tua tunggal juga mengharapkan anaknya untuk tidak meninggalkan kebudayaannya maka dari itu orang tua tunggal mengajarkan anaknya untuk melestarikan kebudayaannya, contoh dengan mengajarkan anak untuk berbicara bahasa sasak.
Orang tua tunggal atau duda di Desa Malaka selain mengajarkan anak untuk mandiri, berani, dan bertanggung jawab orang tua tunggal juga mengajarkan anaknya untuk belajar agama karena menurut orang tua tunggal belajar pendidikan agama sangat penting untuk kelangsungan hidup. Karena menurut masyaratakat Desa Malaka pendidikan agama itu adalah tiang adat, berwadah adat, maka dari itu semua harus berjalan dengan seimbang. Semua pola asuh yang diajarkan orang tua tunggal mempengaruhi faktor ekonomi, faktor pendidikan, dan faktor sosial atau lingkungan, dan religi juga mempengaruhi faktor pola asuh.
Selain itu bentuk pola asuh yang digunakan duda dalam mengasuh anaknya berbagai macam ada yang menguunakan pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, atau pola asuh permisif, tetapi duda di Desa Malaka dominan memakai bentuk pola asuh demokratis, karena mereka tidak terlalu mengekang anak mereka dan tidak terlalu melepas anak mereka anak dibiarkan bebas untuk memilih masa depan mereka. Duda akan membiarkan anak merancang kehidupan mereka dan duda akan mendukung bila jalan yang dipilih anak baik, jika tidak duda akan menasihati anak agar memikirkannya kembali. Kesimpulannya bahwa bentuk pola asuh demokratis akan membawa implikasi yang lebih baik dari pada bentuk pola asuh yang lainnya. Karena penelitian ini berfokus pada pembentukan karakter anak bukan karena baik buruknya karakter anak dengan
perlakuan dari bentuk pola asuh tertentu. Kendala yang di temukan di lapangan oleh penelitia yaitu kendala para orang tua tunggal yaitu seperti susah membagi waktu antara bekerja dan mengasuh anaknya, malas belajar, suka membantah dan nakal.
REFERENSI
Adawiah, Rabiatul. 2017. Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Anak. Banjarmasin: Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan Volume 7 No.1:33-48.
Anisah, Siti Ani. 2011. Pola Asuh Orang Tua Dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Anak. Garut: Jurnal Pendidikan Volume 5 No. 1:70-84
Ayu, Delfriana. 2016. Pola Asuh Orang Tua, Konsep Diri Remaja Dan Perilaku Seksual. Medan: Jurnal Jumantik Volume 1 No.1:104-120
Berger, Peter dan Thomas Luckman. 1990. Tafsir sosial dan kenyataan. Jakarta: LP3ES
Dananjaja, James. 2005. Antropologi Psikologi Kepribadian Individu dan Kolektif. Jakarta: Lembaga Kajian Budaya Indonesia.
Einstein, Gustav. 2016. Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter Orang Tua Dengan Perilaku Agresif Siswa/i SMK Yudyakarya Magelang. Semarang: Jurnal Empati Volume 5 No.3: 491-502
Fitriyani, Listia. 2015. Peran Pola Asuh Orang Tua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak. Samarinda: Jurnal Lentera Volume 18 No.1: 93-110.
Hadi, Soedomo. 2003. Pendidikan Suatu Pengantar. Surakarta: Sebelas
Maret University Pers.
Hafiz, El Subhan. 2014. Peran Pola Asuh Otoriter Terhadap Kematangan Emosi Yang Dimoderatori Oleh Kesabaran. Jakarta Selatan: Humanitas Volume 12 No.2:130-141.
Irkhamiyati. 2017. Evaluasi Persiapan Perpustakaan STIKES’ Aisyiyah Yogyakarta Dalam Membangun Perpustakaan Digital. Yogyakarta: Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi Volume 13 No.1:37-46.
Jannah, Husnatul. 2014. Bentuk Pola Asuh Orang Tua Dalam Menanamkan Perilaku Moral Pada Anak Usia Dini Di Kecamatan Ampek Angkek. Padang: Jurnal Pesona Paud Volume 1 No.1:60-74.
Kamarusdiana. 2019. Studi Etnografi Dalam Kerangka Masyarakat Dan Budaya. Jakarta: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Volume 6 No.2:113-128.
Matondang, Armansyah. 2014. Faktor-Faktor Yang Mengakibatkan Perceraian Dalam Perkawinan. Medan: Jurnal Ilmu Pemerintah dan Sosial Politik Volume 2 No. 2:141150.
Milles, B.M dan A.M. Hubermas. 2014. Analisa data kualitatif (terjemahan Tjetjep Rohendi Rohid). Jakarta: UI Press.
Muslima. 2015. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan Financial Anak. Banda Aceh: Jurnal
Pendidikan Volume 1 No.1:85-98.
Rahman, Ulfiani. Dkk.2015.Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Orang Tua dan Kecerdasan Emosional Siswa Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa. Makasar: Volume 2 No.1:116-130.
Restiani, Septi. 2017. Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis Dengan Kemandirian Anak Di Kelompok A Paud IT Bina Iman kabupaten Bengkulu Utara: Jurnal Potensia, PG Paud FKIP UNIB Volume 2 No.1:23-32.
Rohaman,Miftahur. Hairudin. 2018. Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektik Nilai-nilai Sosial Kultural. Lampung Tengah:Jurnal Pendidikan Islam Volume 9 No. 1:21-35.
Saputra, Dwi Kurnia. 2015. Pola Asuh Otoriter Orang Tua dan Agresivitas Pada Remaja Pertengahan Di SMK Hidayah. Semarang: Jurnal Empati Volume 4 No.4:320-326.
Singestecia, Regina. 2018. Partisipasi Politik Masyarakat Tionghoa Dalam Pemilihan Kepala Daerah di Slawi Kabupaten Tegal. Semarang: Jurnal Politik Sosial Unnes Volume 2 No.1:63-72.
Discussion and feedback