Nandur

Vol. 1, No. 1, Januari 2021

EISSN: 2746-6957 | Halaman 35-45

https://ojs.unud.ac.id/index.php/nandur Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Pangan dan Perkebunan di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan

Febrin Sidabutar, I Gusti Putu Ratna Adi, I Made Mega*)

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar Bali 80231

*)Email: [email protected]

Abstract

This study aims to determine the actual and potential land suitability, limiting factors, improvement efforts and the making of suitability maps as well as land use directions for several food crops and plantations. The plants evaluated include: rice, corn, sugar palm, coffee, salak and coconut. This research was carried out in Belimbing Village starting from January 2021 to March 2021. Based on the results of overlapping soil type maps, slope maps and land use maps, four homogeneous land units were obtained. The method used is a survey, analysis and classification of land suitability by matching the quality and characteristics of the land with the requirements for plant growth that are evaluated for suitability. The evaluation results show that the actual land suitability class for several food crops and plantations is S3 (marginally suitable) to N (not suitable). The limiting factors in the study area are: temperature, rainfall, dry months, humidity, N-total, P2O5, available K, slope and erosion hazard. Improvement of land suitability class is carried out with improvement efforts, namely the provision of organic matter, fertilization, making planting terraces according to contours and land cover except temperature, rainfall (especially for plantation crops), dry months and humidity because they are permanent limiting factors. Potential land suitability classes for several food crops and plantations evaluated are S1 (very suitable) to S3 (marginally suitable), with limiting factors of temperature, rainfall, slope and erosion hazard. Recommendations for land use in BLIVSw and BLVSw are corn and BLIVKb and BLVKb are sugar palm and coconut.

Keywords: evaluation of land suitability, food crops and plantations, Belimbing

  • 1.    Pendahuluan

Kabupaten Tabanan adalah salah satu pusatnya produksi tanaman pangan (padi) di Provinsi Bali dengan tingkat produksi tanaman pangan tertinggi di Provinsi Bali. Data luas panen padi sawah di Kabupaten Tabanan pada tahun 2019 seluas 36.810 ha dengan produksi mencapai 211.178 ton dengan produksi rata-rata 5,737 ton per ha.

Disamping itu Desa Belimbing juga menghasilkan hasil perkebunan. Tanaman perkebunan diantarnya kopi, salak dan kelapa (BPS Tabanan, 2019).

Desa Belimbing adalah salah satu desa yang termasuk dalam kawasan NIKOSAKE (nira, kopi, salak dan kelapa). Hal ini disahkan berdasarkan Peraturan Bupati Tabanan Nomor 24 tahun 2018 tentang Action Plan Tourism Models yang melaksanakan pariwisata yang dipadukan dengan kegiatan agribisnis terintegrasi dengan kearifan lokal (Jaya, dkk., 2020). Untuk menunjang program pemerintah, Desa Belimbing menjadi kawasan NIKOSAKE perlu dilakukan penelitian mengenai potensi kesesuaian lahannya, mengingat wilayah desa ini belum memiliki data atau informasi mengenai kesesuaian lahan yang berguna dalam menentukan komoditi yang sesuai dikembangkan pada wilayah tersebut. Hasil dari evaluasi lahan didapatkan informasi tentang kesesuaian lahan, faktor pembatas dan perbaikan lahan. Berdasarkan hal tersebut dapat dibuat arahan penggunaan lahan.

  • 2.    Bahan dan Metode

    2.1    Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Letak Geografis Desa Belimbing adalah 80 22’ 27,149” – 80 26’ 34,566” LS, dan 1150 0’ 34,297“ – 1150 2’ 24,659” BT. Desa Belimbing memiliki luas wilayah seluas 22,49 km2. Rata-rata suhu di Desa Belimbing adalah 21oC. Bulan Januari terjadi suhu terendah yaitu 20oC dan suhu tertinggi pada bulan Agustus yaitu 30oC. Tingkat kelembaban rata-rata adalah 84% (Aridana dan Wesnawa, 2019). Ketinggian Desa Belimbing 500-1000 m diatas permukaan laut (dpl) dan kemiringan 15->40%. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Penelitian dimulai pada bulan Januari 2021 sampai dengan Maret 2021.

  • 2.2    Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah aplikasi QGIS 3.14, HP, bor tanah, kantong plastik, abney level, altimeter, pisau lapang dan ring sampel, pH meter, ayakan, pipet, gelas ukur, tabung reaksi, timbangan, Erlenmeyer dan oven. Bahan penelitian yang digunakan adalah peta rupa bumi Indonesia (RBI) digital Desa Belimbing, Peta Administrasi Desa Belimbing, Peta Penggunaan Lahan Desa Belimbing (geospasial Indonesia), Peta Jenis Tanah Kabupaten Tabanan 1:70000 (Perda Kab. Tabanan, 2012), Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Tabanan 1:70000 (Perda Kab. Tabanan, 2012), citra satelit, sampel tanah dan bahan kimia untuk analisis di laboratorium.

  • 2.3    Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei dan analisis tanah di Laboratorium. Metode survei ini digunakan untuk mencari tahu bagaimana kondisi yang ada di lahan pada

masing-masing satuan lahan homogen dan juga untuk penentuan titik sampel dilakukan menggunakan teknik purposive sampel.

Klasifikasi kesesuaian lahan dengan sistem penilaian kesesuaian lahan berdasarkan kriteria Ritung, dkk. (2011) dengan cara mencocokan (matching) data karakteristik atau kualitas lahan pada daerah penelitian dengan syarat tumbuh tanaman yang dievaluasi (padi, jagung, aren, kopi, salak, dan kelapa). Penelitian evaluasi lahan ini dilaksanakan sampai pada tingkat sub kelas untuk mendapatkan informasi tentang faktor pembatas dan upaya perbaikan yang dilakukan.

  • 2.4    Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap:

  • 2.4.1    Studi Pustaka

Tahap ini adalah pengumpulan data-data yang berkaitan dengan penelitian dan survei pendahuluan atau pengecekan lapangan.

  • 2.4.2    Pengumpulan Data Sekunder

Tahap ini dilaksanakan pengumpulan Pustaka-pustaka berupa data dan informasi tentang daerah penelitan dan komoditas yang dievaluasi. Data yang didapatkan berupa data sekunder sebagai data pendukung dalam penelitian dan analisis data. Ditahap ini pengumpulan data-data berupa data syarat tumbuh tanaman yang dievaluasi, keadaan daerah penelitian berupa data iklim, data geografi, penggunaan lahan dan peta-peta yang dibutuhkan selama penelitian.

  • 2.4.3    Deliniasi Satuan Lahan Homogen (SLH)

Satuan lahan Homogen didapatkan dengan cara overlay (tumpangsusun) dan intersection peta kemiringan lereng 15-40% (kelas IV), > 40% (kelas V), peta jenis tanah (Latosol) dan peta penggunaan lahan kemudian didelineasi sesuai dengan kesamaan sifat. Hasil tumpangsusun (overlay) peta jenis tanah 1:70000, penggunaan lahan dan kemiringan lereng 1:70000 didapatkan empat satuan lahan homogen (SLH). Jenis tanah yang terdapat di Desa Belimbing adalah Latosol. Kemiringan lereng 15-40% dan >40% pada Desa Belimbing. Sawah dan Kebun merupakan penggunaan lahan yang ada di Desa Belimbing. Karakteristik satuan lahan hogemen Desa Belimbing dapat diliat pada Tabel 1 dan Gambar 1.

Tabel 1. Karakteristik Satuan Lahan Homogen Daerah Penelitian

No

SLH

Jenis Tanah

Lereng (%)

Penggunaan Lahan

Lokasi

1.

BLIVKb

Latosol

15-40%

Kebun

Desa Belimbing

2.

BLIVSw

Latosol

15-40%

Sawah

Desa Belimbing

3.

BLVKb

Latosol

> 40%

Kebun

Desa Belimbing

4.

BLVSw

Latosol

> 40%

Sawah

Desa Belimbing

Keterangan Tabel 1

: 1. Jenis Tanah : L =

Latosol, 2. Lereng

: IV = 15-40%, V =

> 40%. 3. Penggunaan Lahan :

Sw = sawah. Kb = Kebun

Gambar 1. Peta Satuan Lahan Homogen Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.

  • 2.4.4    Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dilaksanakan untuk melihat dan menentukan kesesuaian antara SLH yang telah didelineasi dengan kondisi lapangan. Setelah survei dan didapati adanya perbedaan antar SLH dengan keadaan sebenarnya maka harus dilakukan perbaikan. Perbaikan yang dimaksud adalah mendelineasi ulang sesuai dengan keadaan lapangan.

  • 2.4.5    Survei Lapangan dan Pengambilan Sampel Tanah

Survei lapangan dilaksanakan untuk mengetahui sifat fisik lahan di lapangan seperti: drainase, kemiringan lereng, batuan permukaan, singkapan batuan, Tindakan konservasi, pengelolaan lahan dan kedalaman efektif. Pengambilan sampel dilakukan pada masing-masing SLH. Untuk pengambilan sampel pada daerah berlereng dilakukan secara transek yaitu pengambilan sampel pada lereng atas, lereng tengah dan lereng bawah. Sampel diambil sampai pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Sampel tanah tersebut dikompositkan untuk analisis di Laboratorium.

  • 2.4.6    Tahap Analisis Tanah

Parameter yang digunakan untuk mengetahui sifat atau karakteristik tanah dari sampel yang dianalisis di laboratorium adalah : C-organik dengan metode Walky dan Black (%), N-total dengan metode Kjeldahl (%), Tekstur tanah dengan metode pipet, pH tanah dengan metode elektrometrik pH meter, P dan K tersedia dengan metode Bray-1

(mg/100g), Salinitas (dS/m) dengan metode elektrometrik hantaran listrik, KTK (cmol) dan KB (%) dengan pengekstrak NH4OAc dan Bahaya erosi menggunakan Universal Soil Loss Equation (USLE).

  • 2.4.7    Tabulasi dan Analisis Data

Hasil pengamatan sifat fisik di lapangan dan data hasil analisis Laboratorium ditabulasikan dalam bentuk Tabel agar memudahkan dalam menginterpretasi data, analisis data dan evaluasi kesesuaian lahannya.

  • 2.4.8    Penilaian Kesesuaian Lahan

Penilaian kesesuaian menggunakan metode matching yaitu mencocokan karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanamannya (Ritung dkk.,2011). Penilaian kesesuaian lahan dilakukan sampai pada tingkat sub kelas untuk mendapatkan informasi terkait faktor pembatas dan upaya perbaikan yang dapat dilakukan.

  • 2.4.9    Peta Kesesuaian Lahan

Pembuatan peta kesesuaian lahan dilakukan setelah didapatkan hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman padi, jagung, aren, kopi, salak dan kelapa.

  • 2.4.10    Penentuan Penggunaan Lahan

Arahan penggunaan dan pengelolaan lahan yang ditentukan berdasarkan atas hasil penilaian kesesuaian lahan aktual dan potensial yang bertujuan untuk pengembangan komoditas tanaman yang dievaluasi agar memperoleh manfaat penggunaan lahan yang optimal. Arahan penggunaan lahan dibuat berdasarkan kesesuaian lahannya (agroekosistem), faktor pembatas dan usaha perbaikan lahan dari setiap jenis tanaman yang dievaluasi kesesuaian lahannya.

  • 3.   Hasil dan Pembahasan

    3.1  Kualitas dan Karakteristik Lahan

Kualitas dan karakteristik lahan pada setiap SLH didapatkan dari hasil analisis laboratorium, pengamatan dilapangan dan perolehan data sekunder disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kualitas dan Karakteristik Lahan Desa Belimbing

Kualitas/Karakteristik Lahan

Ketersediaan Air (wa)

Ketersediaan Oksigen (oa)

No

SLH

Temperatur (tc)

Curah hujan (wa1)

Bulan Kering (wa2)

Kelembaban (wa3)

Drainase (oa)

(oC)

(mm/thn)

(bulan)

(%)

1

BLIVSw

23,9

3572,23

2,8

84

Agak terhambat

2

BLVSw

23,9

3572,23

2,8

84

Agak terhambat

3

BLIVKb

23,78

3572,23

2,8

84

Baik

4

BLVKb

23,78

3572,23

2,8

84

Baik

Tabel 2. Kualitas dan Karakteristik Lahan Desa Belimbing (Lanjutan)

Kualitas/Karakteristik Lahan

Media Perakaran (rc)

Retensi Hara (nr)

No

SLH

Tekstur (rc1)

Bahan Kasar (rc2)

Kedalaman

Tanah (rc3)

KTK Tanah (nr1)

Kejenuhan

Basa (nr2)

pH H2O (nr3)

C-Organik (nr4)

(%)

(cm)

(cmol)

(%)

(%)

1

BLIVSw

Liat

0

>60

34,44 (T)

75,000 (T)

6,180 (AM)

1,790 (R)

2

BLVSw

Liat berdebu

0

>60

35,35 (T)

50,000 (S)

5,760 (AM)

2,620 (S)

3

BLIVKb

Liat

0

>60

28,91(T)

58,000 (S)

5,970 (AM)

1,330 (R)

4

BLVKb

Liat

0

>60

17,77 (S)

72,000 (T)

6,260 (AM)

2,220 (S)

Tabel 2. Kualitas dan Karakteristik Lahan Desa Belimbing (Lanjutan)

No

Kualitas/Karakteristik Lahan

Hara Tersedia (na)                             Toksisitas (xc)

SLH

N Total (na1)            P2O5 (na2)             K2O (na3)          Salinitas (xc)

(%)               (mg/100g)           (mg/100g)           (dS/m)

1

BLIVSw                0,150 (R)            5,610 (SR)           150,380 (S)         0,180 (SR)

2

BLVSw                 0,150 (R)            4,290 (SR)           137,730 (S)         0,170 (SR)

3

BLIVKb                 0,100 (R)            1,180 (SR)           128,65 (R)         0,130 (SR)

4

BLVKb                 0,120 (R)            3,570 (SR)           136,610 (R)         0,200 (SR)

Tabel 2. Kualitas dan Karakteristik Lahan Desa Belimbing (Lanjutan)

Kualitas/Karakteristik Lahan

No

SLH

Bahaya Erosi (eh)

Bahaya Banjir (fh)

Penyiapan Lahan (lp)

Lereng (eh1)

Bahaya Erosi (eh2)

Tinggi Genangan (fh1)

Lama Genangan (fh2)

Batuan Permukaan (lp1)

Singkapan

Batuan (lp2)

(%)

(cm)

(hari)

(%)

(%)

1

BLIVSw

35%

Sangat ringan

0

0

0

0

2

BLVSw

51%

Sedang

0

0

0

0

3

BLIVKb

27%

Sangat ringan

0

0

0

0

4

BLVKb

47%

Sedang

0

0

0

0

Keterangan : AM : Agak Masam, SR : Sangat Rendah, R : Rendah, S : Sedang, T : Tinggi

  • 3.2    Evaluasi Kesesuaian Lahan Agroekosistem

Hasil penilaian kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman pangan dan perkebunan di Desa Belimbing berdasarkan hasil matching (pencocokan) antara kualitas dan karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman padi, jagung, aren, kopi, salak dan kelapa disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk beberapa tanaman pangan dan perkebunan di Desa Belimbing

NO

SLH

PADI

AKTUAL

USAHA PERBAIKAN

POTENSIAL

1

BLIVSw

S3 (na2)

pupuk SP36 dan TSP

S2 (tc)

2

BLVSw

N (eh2)

penanaman sesuai kontur

S2 (tc, eh2)

3

BLIVKb

N (eh1)

pembuatan terasering

S2 (tc, eh1)

4

BLVKb

N (eh1,eh2)

pembuatan terasering, penanaman sesuai kontur

S2 (tc, eh1, eh2)

Tabel 3. Kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk beberapa tanaman pangan dan

perkebunan di Desa Belimbing (Lanjutan)

NO

SLH

JAGUNG

AKTUAL

USAHA PERBAIKAN

POTENSIAL

1

BLIVSw

S3 (na2)

pemupukan SP36 dan TSP

S1

2

BLVSw

S3 (na2, eh2)

pemupukan SP36 dan TSP, dan penanaman sesuai kontur

S1

3

BLIVKb

N (eh1)

pembuatan terasering

S2 (eh1)

4

BLVKb

N (eh1)

pembuatan terasering

S2 (eh1)

Tabel 3. Kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk beberapa tanaman pangan dan perkebunan di Desa Belimbing (Lanjutan)

NO

SLH

SALAK

AKTUAL

USAHA PERBAIKAN

POTENSIAL

1

BLIVSw

S3 (wa1, na2)

pemupukan SP36 dan TSP

S3 (wa1)

2

BLVSw

S3 (wa1, na2)

pemupukan SP36 dan TSP

S3 (wa1)

3

BLIVKb

S3 (wa1, na2, eh1)

pemupukan SP36 dan TSP dan pembuatan terasering

S3 (wa1)

4

BLVKb

N (eh1)

pembuatan terasering

S3 (wa1)

Tabel 3. Kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk beberapa tanaman pangan dan

perkebunan di Desa Belimbing (Lanjutan)

NO

SLH

AREN/KELAPA

AKTUAL

USAHA PERBAIKAN

POTENSIAL

1

BLIVSw

S3 (na2)

pemupukan SP36 dan TSP

S2 (tc,wa1)

2

BLVSw

S3 (na2)

pemupukan SP36 dan TSP

S2 (tc,wa1)

3

BLIVKb

S3 (na2, eh1)

pemupukan SP36 dan TSP dan pembuatan terasering

S2 (tc,wa1)

4

BLVKb

N (eh1)

pembuatan terasering

S2 (tc,wa1,eh1)

Tabel 3. Kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk beberapa tanaman pangan dan

perkebunan di Desa Belimbing (Lanjutan)

NO

SLH

KOPI

AKTUAL

USAHA PERBAIKAN

POTENSIAL

1

BLIVSw

S3 (wa1,oa, na2)

perbaikan drainase dan pemupukan SP36 dan TSP

S3 (wa1)

2

BLVSw

S3 (wa1, na2)

pemupukan SP36 dan TSP

S3 (wa1)

3

BLIVKb

S3 (wa1, na2, eh1)

pemupukan SP36 dan TSP dan pembuatan terasering

S3 (wa1)

4

BLVKb

N (eh1)

pembuatan terasering

S3 (wa1)

  • 3.2.1    Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pangan

Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk beberapa tanaman pangan (padi, jagung dan salak) di Desa Belimbing secara aktual tergolong S3 (sesuai marginal) sampai N (tidak sesuai) dengan faktor pembatas, ketersediaan air (curah hujan), hara tersedia (P2O5) dan bahaya erosi (lereng dan bahaya erosi). Usaha perbaikan lahan dapat dilakukan dengan cara mengatur waktu tanam, penambahan bahan organik, pemupukan dan pembuatan terasering. Sehingga kesesuaian potensialnya menjadi S2 (cukup sesuai) dengan faktor pembatas suhu, curah hujan, lereng dan bahaya erosi. Evaluasi kesesuaian lahan hanya direkomendasi pada SLH BLIVSw dan BLVSw.

  • 3.2.2    Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Perkebunan

Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk beberapa tanaman perkebunan (aren, kopi, dan kelapa) di Desa Belimbing secara aktual tergolong S3 (sesuai marginal) hingga N (tidak sesuai) dengan faktor pembatas pembatas ketersediaan air (curah hujan melebih persyaratan), ketersediaan oksigen (drainase), retensi hara (kejenuhan basa), hara tersedia (P2O5) dan bahaya erosi (lereng). Usaha perbaikan saluran drainase, penambahan bahan organik, pemupukan dan pembuatan teras. Kesesuaian potensialnya menjadi S3 (sesuai

marginal). Evaluasi kesesuaian lahan hanya direkomendasikan pada SLH BLIVKb dan BLVKb.

  • 3.3    Faktor Pembatas dan Usaha Perbaikan

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan tanaman pangan dan perkebunan pada daerah penelitian, diperoleh kesesuaian lahan aktual, kesesuaian lahan potensial, faktor pembatas dan perbaikan pada masing-masing SLH untuk setiap komoditi yang dievaluasi. Faktor pembatas pada semua SLH secara umum antara lain curah hujan, kelembaban, drainase, kejenuhan basa, P2O5, lereng dan bahaya erosi.

Faktor pembatas kelebihan curah hujan dapat diatasi dengan pengaturan masa tanam/ditanam pada waktu musim kemarau tetapi untuk tanaman perkebunan tidak dapat dilakukan perbaikan (Suryawan, 2019). Perbaikan drainase dilakukan dengan pembuatan saluran drainase (Gunawidjaya, 2012). Hara tersedia (P2O5) menjadi faktor pembatas yang dapat diatasi dengan pemupukan SP36 dan TSP. Pemupukan juga perlu dilakukan sesuai dengan dosis yang dibutuhkan oleh tanaman. pemberian pupuk SP36 dan TSP dapat meningkatkan hara tersedia P dalam tanah. P berperan sebagai perangsang tumbuh akar, sehingga meningkatkan penyerapan unsur hara (Nuryani, 2019). Usaha perbaikan yang dapat dilakukan untuk kualitas dan karakteristik lahan lereng dan bahaya erosi adalah dengan melakukan tindakan konservasi tanah berupa pengurangan laju erosi dengan pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, pengolahan berdasarkan kontur, penanaman penutup tanah dan lain sebagainya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Pembuatan teras bertujuan untuk mengurangi panjang dan kemiringan lereng sehingga memperkecil erosi permukaan tanah. Pengoptimalan perlindungan lahan dari erosi perlu dilakukannya penanaman tanaman penutup lahan.

  • 3.4    Arahan Penggunaan Lahan

Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan agroekosistem dan pengamatan di lapangan dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan arahan penggunaan lahan tanaman pangan dan perkebunan di daerah penelitian. Arahan penggunaan lahan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Arahan Penggunaan lahan

No

SLH

Kesesuaian Agroekisistem Potensial

Jenis Tanaman

1

BLIVSw

S1

Jagung > Padi

2

BLVSw

S1

Jagung > Padi

3

BLIVKb

S2

Aren dan Kelapa > Kopi = Salak

4

BLVKb

S2

Aren dan Kelapa > Kopi = Salak

Gambar 2. Peta Arahan Penggunaan Lahan di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan,

Kabupaten Tabanan

  • 4.    Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian untuk tanaman pangan dan perkebunan di Desa Belimbing, Kecamatan pupuan, Kabupaten Tabanan, Provinsi bali dapat disimpulkan bahwa kesesuaian lahan aktual padi, jagung dan salak tergolong S3 (sesuai marginal) sampai N (tidak sesuai). Kesesuaian lahan untuk beberapa komoditas tanaman aren, kopi, dan kelapa secara aktual tergolong S3 (sesuai marginal) hingga N (tidak sesuai). Kesesuaian lahan potensial tanaman pangan (padi, jagung dan salak) tergolong S3 (sesuai marginal) sampai S1 (sangat sesuai). kesesuaian lahan potensial tanaman perkebunan (aren, kopi, dan kelapa) tergolong S3 (sesuai marginal) sampai S2 (cukup sesuai). Faktor pembatas suhu dan kelembaban tidak dapat dilakukan usaha perbaikan. Perbaikan terhadap faktor pembatas curah hujan diatasi pengaturan waktu tanam. Perbaikan faktor pembatas drainase dilakukan dengan pembuatan saluran drainase. Perbaikan dengan pemupukan untuk faktor hara tersedia (P2O5). Usaha perbaikan terhadap lereng dan bahaya erosi dapat dilakukan dengan Teknik konservasi seperti pembuatan terasering dan menaman tanaman penutup lahan. Kesesuaian lahan potensial termasuk dalam S3 sampai S1 dengan faktor pembatas suhu, curah hujan, kelembaban, lereng dan bahaya erosi. Arahan penggunaan lahan pada SLH BLIVSw dan BLVSw untuk komoditas jagung lalu padi. SLH BLIVKb dan BLVKb disarankan komoditas aren dan kelapa lalu kopi dan salak. Prioritas tanaman pangan adalah jagung > padi > salak, sedangkan pada tanaman perkebunan yaitu aren = kelapa > kopi. Penelitian lebih

lanjut pada tingkatan yang lebih detil atau lanjut pada tingkat unit lahan agar pengelolaan dapat lebih intensif.

Daftar Pustaka

Aridana, I. K. A., Wesnawa, I. G. A. (2019). Iklim Mikro dan Produktivitas Perkebunan Kopi Robusta (Cafea Robusta) di Kecamatan Pupuan. Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha.

Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Pupuan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Tabanan.

Geospasial Indonesia.   (2021).   Desa Belimbing. Geospasial Indonesia.

http://tanahair.indonesia.go.id

Gunawidjaya, C. R., Legowo, S., (2012). Kajian Desain Drainase Kawasan Pertanian Dan Pedesaan Pada Saluran Drainase Bugel Kabupaten Indramayu. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. (2007). Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Jaya, I G. S., Wismayanti, K. W. D., dan Yudharta, P. D. (2020). Implementasi Peraturan Bupati Tabanan Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Action Plan Tourism Models di Desa Belimbing. Universitas Udayana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Bali.

Nuryani, E., Haryono, G., Historiawati. (2019). Pengaruh Dosis Dan Saat Pemberian Pupuk P Terhadap Hasil Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris, L.) Tipe Tegak. Universitas Tidar Fakultas Pertanian, Magelang.

Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabanan Tahun 2012-2032.

Ritung, S., K. Nugroho, A. Mulyani, dan E. Suryani. (2011). Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian (Edisi Revisi). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Suryawan, I. B. (2019). Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Beberapa Tanaman Pangan dan Perkebunan Di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan. Universitas Udayana Fakultas Pertanian, Bali.

45