Penerapan Metode Pengajaran Bahasa Situasional (PBS) Untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris
on
https://ojs.unud.ac.id/index.php/linguistika/
DOI: https://doi.org/10.24843/ling.2021.v28.i01.p6
LINGUISTIKA, MARET 2021
p-ISSN: 0854-9613 e-ISSN: 2656-6419
Vol. 28 No.1
Penerapan Metode Pengajaran Bahasa Situasional (PBS) Untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris
1Si Luh Putu Arik Aryawathi
[email protected] Denpasar, Indonesia
2N.L Sutjiati Beratha [email protected] Denpasar, Indonesia
3Ni Made Dhanawaty [email protected] Denpasar, Indonesia
Abstrak--Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan penguasaan kosakata peserta pelatihan di Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata (PPLP) Dhyana Pura di Bidang Front Office sebelum dan setelah diterapkannya metode Pengajaran Bahasa Situasional (PBS). Artikel ini menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif, khususnya concurrent mixed methods dengan design experimen dalam bentuk Intact - Group Comparison. Pemilihan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling yakni purposive sampling. Analisis secara kuantitatif menunjukkan bahwa pada fase pretest, rerata penguasaan kosakata para peserta diklat di PPLP sebelum diterapkannya metode PBS hanya mencapai predikat E (gagal) dengan nilai 27 dari nilai maksimal 100 dengan tingkat keberhasilan 26,80% untuk kelas ekperimen dan nilai 25 dengan tingkat keberhasilan 24,50% untuk kelas kontrol. Setelah perlakuan, hasil posttest membuktikan adanya peningkatan rata-rata kemampuan penguasaan kosakata peserta diklat di kelas eksperimen sebesar 58,63% dengan nilai rerata posttest 85 (85.43%), predikat A (sangat baik). Pada kelas kontrol, kenaikannya sangat kecil, hanya 15, 97% dengan rerata nilai posttest 40 (40,47%), predikat D (kurang). Hasil itu menunjukkan metode PBS sangat efektif dan efisien untuk membantu proses belajar di kelas karena peserta diklat dapat dilatih untuk menemukan, menempatkan dan menggunakan kosakata sesuai konteks secara praktis melalui percakapan yang telah dibuat.
Kata kunci: Penguasaan, Kosakata Bahasa Inggris, Metode Pengajaran Bahasa Situasional
(PBS)
Vol. 28 No.1
Abstract--This article aims to describe the vocabulary mastery of training participants at the Dhyana Pura Tourism Education and Training Center, PPLP, in the front office before and after the implementation of the Situational Language Teaching (SLT) method. This article used a mixture of quantitative and qualitative methods, especially concurrent mixed methods with experimental design in the form of Intact - Group Comparison. The sample selection used nonprobability sampling technique, namely purposive sampling. The quantitative analysis results show that in the pretest phase, the mean vocabulary mastery of the training participants at PPLP before the implementation of the SLT method only reached the E predicate (failed) with a value of 27 from a maximum value of 100 with a success rate of 26.80% for the experimental class and a score of 25 with a success rate of 24.50% for the control class. After the treatment, the results of the posttest proved that there was an increase in the average vocabulary mastery of training participants in the experimental class by 58.63% with a posttest mean score of 85 (85.43%), predicate A (very good). Whereas in the control class that was not subject to action, the increase was very small, only 15.97% with a mean posttest score of 40 (40.47%), predicate D (less). The SLT method is very effective and efficient to assist the learning process in the classroom because training participants can be trained to find, place and use vocabulary according to the context practically through the conversations that have been made.
Keywords: Mastery, English Vocabulary, Situational Language Teaching (SLT) method
Vol. 28 No.1
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk mengekspresikan ide, gagasan, perasaan dan kemauan dalam kehidupan sosial budaya manusia. Keraf dan Chaer (1998:1) menyatakan bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbiter yang digunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan untuk mengidentifikasikan diri. Tahun 2016 kebijakan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) mulai diterapkan oleh pemerintah negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Artinya, tenaga kerja asing akan bebas masuk di negara ini. Untuk itu, penting menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa international agar tenaga kerja Indonesia mampu bersaing di pasar global.
Salah satu lembaga pendidikan tenaga kerja bidang pariwisata yang melayani pendidikan dan pelatihan bagi para lulusan sekolah menengah atas yang ingin bekerja di dunia pariwisata adalah Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata (PPLP) Dhyana Pura, Badung, Bali. Sebagai lembaga penyedia tenaga kerja bidang pariwisata, lembaga ini dituntut untuk mampu menyediakan output yang berkualitas.
Berdasarkan hasil praobservasi yang dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata (PPLP) Dhyana Pura, peserta pelatihan masih mengalami kesulitan berkomunikasi untuk memberikan pelayanan prima. Mereka masih merasa kurang percaya diri untuk memraktekan bahasa Inggris secara efektif dan komunikatif karena tidak memiliki perbendaharaan kata atau kosakata yang memadai. Thornbury (2002:1) menyatakan bahwa semua bahasa memiliki kata. Bahasa muncul mula-mula sebagai kata baik secara hitoris maupun dalam hal cara setiap orang mempelajari bahasa ibu dan bahasa lainnya. Dari pernyataan ini, dapat dikatakan bahwa belajar bahasa diawali dengan belajar kosakata. Kehadiran kosakata sangat penting sebagai wahana untuk menuangkan berbagai macam ide, konsep dan hal yang ada dalam pikiran
yang terakumulasi dalam bentuk bahasa. Kosakata terdiri atas kata-kata yang digunakan dalam komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Tarigan (1986:2) menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas berbahasa seseorang bergantung pada kualitas kosakata yang dimiliki. Makin kaya kosakata yang dimilikinya, makin besar pula kemungkinan ia terampil berbahasa.
Menurut Tarigan (2009:3,15), Pengajaran Bahasa Situasional (PBS) adalah pengajaran bahasa yang akrab dikenal dengan istilah oral approach (pendekatan lisan) atau situasional language teaching. Salah satu aspek utama rancang bangun metode ini adalah pada peranan kosakata yang merupakan salah satu aspek yang paling penting bagi pembelajaran bahasa asing. Dalam PBS struktur-struktur selalu diajarkan dalam kalimat dan kosakata, dipilih berdasarkan ukuran sejauh mana dan sebaik mana pola kalimat dapat diajarkan. Bentuk penerapan PBS dalam proses belajar mengajar akan didominasi oleh keterampilan berbicara dalam bentuk dialog antar peserta diklat. Thornbury (2002:56), menyatakan bahwa teks percakapan pendek dapat meningkatkan pemerolehan kosakata.
Berdasarkan fenomena yang ditemukan dalam proses pembelajaran yang diperoleh pada praobservasi, dipandang perlu untuk meningkatkan kemampuan penggunaan kosakata peserta pelatihan dengan menggunakan metode pengajaran bahasa situasional (PBS). Tarigan (2009:14) menyatakan bahwa tujuan metode PBS adalah mengajarkan perintah praktis bagi keterampilan berbahasa. Diharapkan metode PBS dapat dipakai sebagai cara yang efektif dan efisien dalam proses pelatihan karena sesuai dengan konteks dunia kerja nyata yang akan mereka hadapi.
Vol. 28 No.1
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dalam bentuk pretest maupun posttest terhadap peserta pelatihan jurusan Manajemen Administrasi Perhotelan (MAP)/D3 yang berlokasi di Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata (PPLP) Dhyana Pura, Jalan Raya Padang Luwih Dalung Kuta Utara, semester I yang mengambil masa studi 3 tahun atau setingkat Diploma 3 dan dosen pengampu mata kuliah Big Front office.
Teknik tes (pretest dan posttest) dilakukan untuk mengukur penguasaan kosakata peserta pelatihan, sebelum dan setelah penerapan metode PBS. Tes ini diberikan kepada peserta diklat sesuai dengan design experimen dalam bentuk Intact - Group Comparison dengan cara membagi peserta diklat dalam kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Data-data ini selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif menggunakan teori pembelajaran Behaviorisme menurut Skinner (1993), teori kosakata menurut Thornbury (2002), teori Pengajaran Bahasa Situasional (PBS) menurut Davies, dkk (1975) dan Tarigan (2009), rubrik penilaian kosakata hasil penggabungan dan modifikasi rubrik menurut International Reading Association NCTE dan Astuti (2016) dan Penguasaan kosakata peserta diklat secara keseluruhan dinilai dengan cara memasukkan Nilai Akhir ke dalam rubrik penilaian speaking khusus pada aspek kosakata menurut Brown (2001: 4006-4007) yang
dimodifikasi berdasarkan Pedoman Akademik di Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata (PPLP) Dhyana Pura.
Untuk memperoleh rerata skor, digunakan rumus menurut Fraenkel at al (2012:196) berikut:
X= (∑X)∕N
X = Rerata
∑X = Skor Perolehan
N = Skor Maksimal
Model analisis data yang digunakan yakni model Miles dan Huberman (1984).
Pada bagian ini disajikan deskripsi penguasaan kosakata peserta pelatihan di Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata (PPLP) Dhyana Pura sebelum dan setelah diterapkannya metode Pengajaran Bahasa Situasional (PBS).
Sebelum penerapan metode Pengajaran Bahasa Situasional (PBS), peserta diklat yang terbagi dalam kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan pretest untuk mengukur penguasaan kosakata bahasa Inggris bidang Big Front Office. Pretest diberikan dalam bentuk mencari arti kata yang sering digunakan dalam percakapan bidang Front Office di hotel yang meliputi situasi Handling Guest Check in, Handling Guest Request, Handling Guest Complaint dan Handling Guest Check out. Setelah mereka menemukan sejumlah arti kata sesuai dengan daftar isian yang diberikan, tugas selanjutnya yakni melengkapi dialog menggunakan kosakata yang telah mereka isi dan pahami untuk dipraktikkan.
Tabel 1.
Hasil pretest pada kelas eksperimen
No |
Nama |
Nilai | |||
Finding the Meaning |
Complet ing the Dialog |
Nilai Akhir |
Predi kat | ||
1 |
1 eks |
32 |
27 |
29.5 |
E |
2 |
2 eks |
42 |
23 |
32.5 |
E |
3 |
3 eks |
42 |
23 |
32.5 |
E |
4 |
4 eks |
34 |
23 |
28.5 |
E |
5 |
5 eks |
46 |
23 |
34.5 |
E |
6 |
6 eks |
39 |
23 |
31 |
E |
7 |
7 eks |
1 |
1 |
1 |
E |
8 |
8 eks |
35 |
33 |
34 |
E |
9 |
9 eks |
28 |
16 |
22 |
E |
10 |
10 eks |
17 |
25 |
21 |
E |
11 |
11 eks |
20 |
30 |
25 |
E |
12 |
12 eks |
25 |
40 |
32.5 |
E |
13 |
13 eks |
23 |
20 |
21.5 |
E |
14 |
14 eks |
32 |
18 |
25 |
E |
15 |
15 eks |
35 |
28 |
31.5 |
E |
Total |
451 |
353 |
402 | ||
Rerata |
30 |
24 |
27 |
Vol. 28 No.1
% 30.07 23.53 26.80
Keterangan:
-
1. 1 eks sampai 15 eks adalah nama samaran untuk peserta diklat pada kelompok eksperimen.
-
2. Angka 32, 42, 34 dst pada kolom find the meaning adalah skor perolehan peserta diklat pada bagian mencari definisi kosakata/frase.
-
3. Angka 27, 23, 40 dst pada kolom complete the dialog adalah skor perolehan peserta diklat pada bagian melengkapi percakapan.
-
4. Angka 29,5, 32,5, 34,5 dst pada kolom nilai akhir adalah skor terakhir peserta diklat yang diperoleh dengan menjumlahkan skor pada kolom find the meaning dan skor pada kolom complete the dialog dan dibagi dua.
Berdasarkan tabel 1, hasil tes menunjukkan bahwa peserta diklat tersebut tidak menguasai sebagian besar kata dari 64 kosakata yang diujikan. Pada uji kemampuan untuk menemukan arti kata, persentase keberhasilan peserta diklat hanya berada pada nilai rerata 30 (30,07%) dari capaian tertinggi yakni 100. Pada uji kemampauan melengkapi dialog menggunakan 64 kosakata yang diberikan, rerata pencapaian lebih rendah lagi yakni 24 (23,53%) dari capaian nilai tetinggi 100. Akumulasi nilai akhir hanya mencapai rerata 27 (26,80%). Secara perorangan, nilai akhir tertinggi penguasaan kosakata bidang front office dari skor maksimal 100, yakni 34,5 dengan predikat E atau gagal dan nilai terendah 1, juga dengan predikat E atau gagal. Pencapaian ini menunjukkan bahwa tidak ada satupun peserta diklat pada kelas eksperimen yang dinyatakan berhasil. Semua peserta diklat pada kelas ini dinyatakan gagal untuk mata kuliah big front office khususnya dalam penguasaan kosakata untuk empat situasi yakni Handling Guest Check in, Handling Guest Request, Handling Guest Complaint dan Handling Guest Check out.
Tabel 2.
Hasil pretest pada kelas kontrol
Nilai Predikat
No |
Nama |
Finding the Meaning |
Completing and practicing the Dialog |
Nilai Akhir | |
1 |
1 k |
23 |
16 |
19.5 |
E |
2 |
2 k |
17 |
11 |
14 |
E |
3 |
3 k |
48 |
22 |
35 |
E |
4 |
4 k |
28 |
18 |
23 |
E |
5 |
5 k |
35 |
25 |
30 |
E |
6 |
6 k |
25 |
15 |
20 |
E |
7 |
7 k |
26 |
23 |
24.5 |
E |
8 |
8 k |
32 |
20 |
26 |
E |
9 |
9 k |
42 |
16 |
29 |
E |
10 |
10 k |
25 |
20 |
22.5 |
E |
11 |
11 k |
18 |
11 |
14.5 |
E |
12 |
12 k |
17 |
18 |
17.5 |
E |
13 |
13 k |
46 |
18 |
32 |
E |
14 |
14 k |
31 |
27 |
29 |
E |
15 |
15 k |
35 |
27 |
31 |
E |
Total |
448 |
287 |
367.5 | ||
Rerata |
30 |
19 |
25 | ||
% |
29.87 |
19.13 |
24.50 |
Keterangan:
-
1. 1 k sampai 15 k adalah nama samaran untuk peserta diklat pada kelompok kontrol.
-
2. Angka 23, 17, 48 dst pada kolom find the
meaning adalah skor perolehan peserta diklat pada bagian mencari definisi kosakata/frase.
-
3. Angka 16, 11, 22 dst pada kolom complete the dialog adalah skor perolehan peserta diklat pada bagian melengkapi percakapan.
-
4. Angka 19,5 14, 35 dst pada kolom nilai akhir adalah skor terakhir peserta diklat yang diperoleh dengan menjumlahkan skor pada kolom find the meaning dan skor pada kolom complete the dialog dan dibagi dua.
Tabel 2 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil tes pada kelas kontrol, peserta diklat tidak menguasai sebagian besar kata dari 64 kosakata yang diujikan. Pada uji kemampuan untuk menemukan arti kata, prosentase keberhasilan peserta diklat hanya berada pada nilai rerata 30
Vol. 28 No.1
(29,87%) dari capaian tertinggi yakni 100. Pada uji kemampauan melengkapi dialog menggunakan 64 kosakata yang diberikan, rerata pencapaian lebih rendah lagi yakni 19 (19,13%) dari capaian nilai tetinggi 100. Akumulasi nilai akhir hanya mencapai rerata 25 (24,50%). Secara perorangan, nilai akhir tertinggi penguasaan kosakata bidang front office dari skor maksimal 100, yakni 35 dengan predikat E atau gagal dan nilai terendah 14, juga dengan predikat E atau gagal. Pencapaian ini menunjukkan bahwa tidak ada satupun peserta diklat pada kelas kontrol yang dinyatakan berhasil. Sama seperti kelas eksperimen, semua peserta diklat pada kelas ini dinyatakan gagal untuk mata kuliah big front office khususnya dalam penguasaan kosakata untuk empat situasi yakni Handling Guest Check in, Handling Guest Request, Handling Guest Complaint dan Handling Guest Check out.
Berdasarkan hasil analisis terhadap tiga sampel yang diambil dari kelas ekperimen dan tiga sampel dari kelas kontrol yang mendapat nilai terendah, sedang dan tertinggi, diperoleh hasil bahwa para peserta diklat di kedua kelas sulit berkomunikasi dalam bahasa Inggris di empat situasi di bidang front office karena memiliki kosakata yang sedikit. Thornbury (2002:20-21) menyatakan bahwa kesulitan siswa dalam mempelajari bahasa Inggris disebabkan oleh minimnya penguasaan kosakata. Mereka tidak mengisi bagian-bagian dialog yang perlu diisi dengan 64 kosakata yang telah disediakan sesuai dengan kelas kata yang diperlukan oleh masing-masing kalimat. Mereka kesulitan mengisinya karena dalam tes kosakata sebelumnya, mereka hanya mengetahui sedikit arti kata dari 64 kosakata yang ditanyakan. Peserta dengan nilai tertinggi pada kelas eksperimen hanya mampu mengetahui 25 kata, peserta dengan nilai sedang hanya mengetahui 15 kata dan yang
terendah hanya mampu mengetahui 5 kata. Pada kelas kontrol, peserta dengan nilai tertinggi hanya mampu mengetahui 31 kata, yang sedang 20 kata dan yang terendah hanya mampu mengetahui 11 kata.
Berdasarkan Rubrik penilaian kosakata mengikuti model menurut International Reading Association NCTE, kondisi ini masuk dalam kategori No Understanding ‘tidak memahami’ yang dideskripsikan dengan Student appears to have no understanding of the vocabulary word. The student may have left the pre-assessment and/or postassessment form blank or stated “don’t know.” Or, the student may have provided an incorrect definition or example, yang diterjemahkan sebagai ‘peserta diklat tidak memahami kosakata. Peserta diklat membiarkan pre dan post asesmen kosong atau menyatakan tidak tahu atau peserta diklat memberikan definisi atau contoh yang salah’. Ketidakpahaman terhadap makna kata dan penyusunannya dalam percakapan ini masuk dalam kategori tidak menguasai bahasa tersebut. Secara umum penguasaan kosakata keenam sampel peserta diklat tersebut, setelah dinilai menggunakan rubrik penilaian speaking khusus pada aspek kosakata menurut Brown (2001: 4006-4007) yang dimodifikasi berdasarkan Pedoman Akademik di Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata (PPLP) Dhyana Pura, diperoleh hasil bahwa Speaking vocabulary inadequate to express anything but the most elementary needs, ‘Kosakata untuk berbicara tidak cukup untuk mengekspresikan apa pun kecuali kebutuhan yang paling dasar’.
Sesudah penerapan metode Pengajaran Bahasa Situasional (PBS) kepada kelas eksperimen di Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata (PPLP) Dhyana Pura, posttest diberikan untuk mengukur peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris bidang Front Office.
Vol. 28 No.1
Tabel 3.
Hasil posttest pada kelas eksperimen
No |
Nama |
Nilai | |||
Finding the Meaning |
Completing and practicing the Dialog |
Total |
Predikat | ||
1 |
1 eks |
84 |
83 |
83.5 |
A |
2 |
2 eks |
82 |
83 |
82.5 |
A |
3 |
3 eks |
75 |
71 |
73 |
B |
4 |
4 eks |
87 |
83 |
85 |
A |
5 |
5 eks |
90 |
84 |
87 |
A |
6 |
6 eks |
90 |
86 |
88 |
A |
7 |
7 eks |
89 |
89 |
89 |
A |
8 |
8 eks |
70 |
89 |
79.5 |
B |
9 |
9 eks |
90 |
83 |
86.5 |
A |
10 |
10 eks |
95 |
83 |
89 |
A |
11 |
11 eks |
92 |
88 |
90 |
A |
12 |
12 eks |
98 |
81 |
89.5 |
A |
13 |
13 eks |
90 |
83 |
86.5 |
A |
14 |
14 eks |
90 |
94 |
92 |
A |
15 |
15 eks |
90 |
71 |
80.5 |
A |
Total |
1312 |
1251 |
1281.5 | ||
Rerata |
87 |
83 |
85 | ||
% |
87.47 |
83.40 |
85.43 |
Keterangan:
-
1. 1 eks sampai 15 eks adalah nama samaran untuk peserta diklat pada kelompok eksperimen.
-
2. Angka 84, 82, 75 dst pada kolom find the meaning adalah skor perolehan peserta diklat pada bagian mencari definisi kosakata/frase.
-
3. Angka 83, 83, 71 dst pada kolom complete the dialog adalah skor perolehan peserta diklat pada bagian melengkapi percakapan.
-
4. Angka 83,5, 82,5, 73 dst pada kolom nilai akhir adalah skor terakhir peserta diklat yang diperoleh dengan menjumlahkan skor pada kolom find the meaning dan skor pada kolom complete the dialog dan dibagi dua.
Berdasarkan tabel 3, hasil tes menunjukkan bahwa peserta diklat tersebut telah menguasai sebagian besar kata dari 64 kosakata yang diujikan. Pada uji kemampuan untuk menemukan arti kata, prosentase keberhasilan peserta diklat telah berada pada nilai rerata 87 (87,47%) dari capaian tertinggi yakni 100. Terjadi peningkatan sebesar 57,40% dari hasil pretest. Pada uji kemampuan
melengkapi dialog menggunakan 64 kosakata yang diberikan, rerata pencapaian nilai 83 (83,40%) dari
capaian nilai tetinggi 100. Terjadi peningkatan sebesar 64,27% dari hasil pretest. Akumulasi nilai akhir telah mencapai rerata 85 (85,43%). Terjadi peningkatan sebesar 59,87% dari hasil pretest. Secara perorangan, nilai akhir tertinggi penguasaan kosakata kelas eksperimen bidang front office yakni 92 dengan predikat A dan terendah 73 dengan preadikat B dari skor maksimal 100. Pencapaian ini menunjukkan bahwa penerapan metode PBS berhasil. Semua peserta diklat pada kelas eksperimen dinyatakan berhasil untuk mata kuliah big front office khususnya dalam penguasaan kosakata untuk empat situasi yakni Handling Guest Check in, Handling Guest Request, Handling Guest Complaint dan Handling Guest Check out.
Tabel 4.
Hasil posttest pada kelas kontrol
No |
Nama |
Nilai | |||
Find the meaning |
Completing and practicing the Dialog |
Nilai Akhir |
Predikat | ||
1 |
1 k |
51 |
28 |
39.5 |
E |
2 |
2 k |
54 |
1 |
27.5 |
E |
3 |
3 k |
62 |
44 |
53 |
E |
4 |
4 k |
56 |
23 |
39.5 |
E |
5 |
5 k |
32 |
23 |
27.5 |
E |
6 |
6 k |
37 |
37 |
37 |
E |
7 |
7 k |
71 |
35 |
53 |
E |
8 |
8 k |
21 |
59 |
40 |
D |
9 |
9 k |
32 |
61 |
46.5 |
D |
10 |
10 k |
60 |
30 |
45 |
D |
11 |
11 k |
57 |
27 |
42 |
D |
12 |
12 k |
34 |
45 |
39.5 |
E |
13 |
13 k |
32 |
27 |
29.5 |
E |
14 |
14 k |
46 |
33 |
39.5 |
E |
15 |
15 k |
64 |
32 |
48 |
D |
Total |
709 |
505 |
607 | ||
Rerata |
47 |
34 |
40 | ||
% |
47.27 |
33.67 |
40.47 |
Keterangan:
-
1. 1 k sampai 15 k adalah nama samaran untuk peserta diklat pada kelompok kontrol.
-
2. Angka 51, 54, 62 dst pada kolom find the meaning adalah skor perolehan peserta diklat pada bagian mencari definisi kosakata/frase.
Vol. 28 No.1
-
3. Angka 28, 1, 44 dst pada kolom complete the dialog adalah skor perolehan peserta diklat pada bagian melengkapi percakapan.
-
4. Angka 39,5 27,5, 53 dst pada kolom nilai akhir adalah skor terakhir peserta diklat yang diperoleh dengan menjumlahkan skor pada kolom find the meaning dan skor pada kolom complete the dialog dan dibagi dua.
Tabel 4, memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil tes pada kelas kontrol, peserta diklat masih belum menguasai sebagian besar kata dari 64 kosakata yang diujikan. Pada uji kemampuan untuk menemukan arti kata, prosentase keberhasilan peserta diklat hanya berada pada nilai rerata 47 (47,27%) dari capaian tertinggi yakni 100. Ada sedikit peningkatan sebesar 17,04% dari hasil pretest. Pada uji kemampauan melengkapi dialog menggunakan 64 kosakata yang diberikan, rerata pencapaian lebih rendah lagi yakni 34 (33,67%) dari capaian nilai tetinggi 100. Hanya ada sedikit peningkatan yakni sebesar 9,17% dari hasil pretest. Akumulasi nilai akhir hanya mencapai rerata 40 (40,47%). Terjadi sedikit saja peningkatan yakni 15,97% dari hasil pretest. Secara perorangan, nilai akhir tertinggi penguasaan kosakata bidang front office pada kelas kontrol yakni 53 dan terendah 27,5 dari skor maksimal 100. Meskipun pencapaian ini menunjukkan adanya sedikit peningkatan dari hasil pretest, namun tidak ada satupun peserta diklat yang dinyatakan berhasil. Semua peserta diklat pada kelas kontrol yang tidak menggunakan metode PBS dinyatakan gagal untuk mata kuliah big front office khususnya dalam penguasaan kosakata pada empat situasi yakni Handling Guest Check in, Handling Guest Request, Handling Guest Complaint dan Handling Guest Check out.
Hasil analisis terhadap tiga sampel yang diambil dari kelas ekperimen dan tiga sampel dari kelas kontrol yang mendapat nilai terendah, sedang dan tertinggi, diperoleh hasil bahwa para peserta diklat di kedua kelas mengalami perbedaan pencapaian
penguasaan kosakata. Ketiga sampel pada kelas eksperimen menunjukkan pengenalan yang baik terhadap kosakata yang diberikan baik arti maupun penggunaannya dalam kalimat dialog sesuai konteks, yang dibuktikan dengan nilai yang baik saat posttest. Thornbury (2002:15) mengemukakan bahwa mengenal sebuah kata adalah mengenal bentuk dan artinya. Dengan kata lain, mengetahui arti sebuah kata tidak hanya mengetahui arti sesuai dengan yang tertera dalam kamus. Akan tetapi, juga berarti mengetahui kata yang biasanya berasosiasi dengan kata tersebut (kolokasinya) termasuk konotasinya, registernya, dan budayanya. Keberhasilan ini sesuai dengan pendangan behaviorisme sebagaimana dikemukakan Anwar (2017:18) bahwa belajar dalam pandangan behaviorisme adalah bentuk perubahan kemampuan peserta didik untuk bertingkah laku secara baru sebagai akibat dari hasil interaksi stimulus dan respon lingkungan yang didapatnya. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya dalam dunia nyata.
Secara umum penguasaan kosakata ketiga sampel peserta diklat tersebut, setelah dinilai menggunakan rubrik penilaian speaking khusus pada aspek kosakata menurut Brown (2001: 4006-4007) yang dimodifikasi berdasarkan Pedoman Akademik di Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata (PPLP) Dhyana Pura, diperoleh hasil dalam dua kategori baik yakni ‘Speech on all levels is fully accepted by educated native speakers in all its features including breadth of vocabulary and idioms, colloquialism and pertinent cultural references’, ‘Berbicara dalam semua tingkatan diterima sepenuhnya oleh penutur asli yang terdidik dalam semua segi termasuk luasnya kosakata dan idiom, bahasa sehari-hari dan referensi budaya yang bersangkutan’ dan ‘Can understand and participate in any conversation within the range of his experience with a high degree of precision of vocabulary’, ‘Dapat memahami dan berpartisipasi dalam percakapan apa pun dalam rentang pengalamannya dengan ketepatan kosakata yang tinggi’.
Penguasaan kosakata pada kelas kontrol setelah posttest tidak jauh berbeda dengan hasil
Vol. 28 No.1
prestest yakni para peserta diklat hanya menguasai sedikit kosakata setelah melalui proses pembelajaran konvensional. Thornbury (2002:13) menyatakan bahwa tanpa kosakata tidak ada yang bisa dilakukan. Pernyataan ini diperkuat oleh Plag (2002:1) yang mengatakan bahwa agar bisa berbicara dan memahami sebuah bahasa, satu diantaranya yakni mengetahui kata-kata dalam bahasa tersebut.
Secara umum penguasaan kosakata ketiga sampel peserta diklat pada kelas kontrol tersebut, setelah dinilai menggunakan rubrik penilaian speaking khusus pada aspek kosakata menurut Brown (2001: 4006-4007) yang dimodifikasi
berdasarkan Pedoman Akademik di Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata (PPLP) Dhyana Pura, diperoleh hasil bahwa ‘student has speaking vocabulary sufficient to express himself simply with some circumlocutions’, peserta diklat memiliki cukup kosakata dalam berbicara untuk mengekspresikan dirinya dengan beberapa parafrase.
Berdasarkan hasil analisis yang disajikan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
-
1) Sebelum diterapkannya metode Pengajaran Bahasa Situasional (PBS), penguasaan kosakata para peserta diklat di kelas eksperimen dan kelas kontrol dinilai sangat kurang dengan predikat E. Para peserta diklat merasakan kesulitan berbicara dalam pelajaran Speaking bidang Front Office karena keterbatasan kosakata yang mereka miliki.
-
2) Setelah diterapkannya metode Pengajaran Bahasa Situasional (PBS), terjadi peningkatan rata-rata kemampuan penguasaan kosakata peserta diklat di kelas eksperimen. Nilai rerata yang diperoleh saat pretest 27 (26,80%) dengan predikat E (gagal) dan nilai rerata posttest 85 (85.43%) dengan predikat A (sangat baik). Terjadi kenaikan sebesar 58,63%. Sedangkan pada kelas kontrol yang tidak dikenai tindakan, kenaikannya sangat kecil. Rinciannya, nilai pretest 24 (24,50%) dengan predikat E (gagal) dan nilai posttest 40 (40,47) dengan
predikat D (kurang). Peningkatannya hanya 15, 97%. Walaupun pencapaian ini menunjukkan
adanya sedikit peningkatan dari hasil pretest, namun tidak ada satupun peserta diklat yang dinyatakan berhasil. Semua peserta diklat pada kelas kontrol yang tidak menggunakan metode PBS dinyatakan gagal untuk mata kuliah big front office, khususnya dalam penguasaan kosakata pada empat situasi yakni Handling Guest Check in, Handling Guest Request, Handling Guest Complaint dan Handling Guest Check out.
Sehubungan dengan adanya peningkatan penguasaan kosakata dalam pembelajaran speaking bidang front office dengan diterapkannya metode Pengajaran Bahasa Situasional (PBS), maka ada sejumlah saran yang ditujukan kepada beberapa pihak yang terlibat dalam proses Pendidikan dan pelatihan sebagai berikut:
-
1) Peserta diklat
Diharapkan peserta diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata (PPLP) Dhyana Pura untuk terus berupaya mempelajari bahasa Inggris dengan cara menguasai dan menggunakan kosakata baru bidang front office dalam percakapan sesuai dengan konteks di dunia kerja nyata melalui latihan-latihan runtun yang terdapat dalam metode PBS.
-
2) Pengajar dan institusi pendidikan.
Diharapkan para pengajar dapat menghadirkan metode pembelajaran yang menitikberatkan pada praktikum kantor depan dengan intensitas yang lebih tinggi, dengan tetap berpedoman pada RPS yang ada. 3) Peneliti berikutnya
Diharapkan peneliti berikutnya dapat terus berinovasi dalam mengembangkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan konteks situasi yang akan dihadapi peserta diklat, sehingga apa yang diajarkan di kelas merupakan kondisi nyata yang akan mereka hadapi dalam dunia kerja.
Vol. 28 No.1
Daftar Pustaka
Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asung Malang.
Alsa, Asmadi. 2003. Pendekatan Kuantitaif dan Kualitatif serta kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.
Adnan Latief, Mohammad. 2016. Research Methods On Language Learning An Introduction. Malang : Universitas Negeri Malang.
Anwar, Chairul. 2017. Teori-Teori Pendidikan; Klasik Hingga Kontemporer Formula dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Yogyakarta : IRCiSoD.
Astuti, Meti Sri. 2016. Improving Listening Comprehension Skills of the Second Year Students Through Audio-Lingual Method, Vol.4, (No.1) : 98-103. Published by Canadian Center of Science and Education.
Brown, H.D. 2001. Teaching by Principles: An Interactive Approach in Language Pedagogy. Second Edition. New York: Pearson Education co.
Budiningsih, C. Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rinika Cipta.
Costica, Lupu. 2015. Strategies for Teaching and Learning of the Vocabulary English Language in Romanian Schools. International Journal of Innovation and Research in Educational Sciences, Vol.2, (No. 5) : 344-352. IJIRES.
Creswell, John W. 2009. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Third Edition. London: SAGE Publications.
Davies, P.,J. Roberts & R. Rossner. 1975. Situational Lesson Plans. Mexico City: Macmillan.
Du, J. (2017). On the Application of Situational Language Teaching Method to Mongolian English Majors. English Language and Literature Studies, 7(4), 98. doi:10.5539/ells.v7n4p98
Droga Louise dan Sally Humprey. 2003. Grammar and Meaning: An Introduction for Primary Teachers. Australia.
Drozdova, O. A., Zamyatina, E. V., Volodina, D. N., Zakharova, E. O., Ruchina, A. V., & Nepryakhin, A. F. (2015). Situational Communication in Teaching Russian as a Foreign Language to Beginner Learners. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 215, 118-126. doi:10.1016/j.sbspro.2015.11.584
Wilkes, H. (1980). Allen, Edward Da Yid and Rebecca M. V Aletie. Classroom Techniques: Foreign Languages and English as a Second Language. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., 1977Allen, Edward Da Yid and Rebecca M. V Aletie. Classroom Techniques: Foreign Languages and English as a Second Language. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., 1977. Pp. ix, 418. $9.50. Canadian Modern Language Review, 37(1), 121-121. doi:10.3138/cmlr.37.1.121a
Fraenkel, Jack R. et al. 2012. How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill, a business unit of The McGraw-Hill Companies, Inc., 1221 Avenue of the Americas, New York, NY 10020.
Khaerudin. 2016. Peningkatan Hasil Belajar dan Penguasaan Vocabulary Melalui Penerapan Model Guess Word, Vol. 1, (No. 4): 51-62. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia.
Situational language teaching in ubiquitous learning environments. (2010). Knowledge Management & ELearning: An International Journal, 312-327. doi:10.34105/j.kmel.2010.02.022
International Reading Association NCTE. (serial online), [cited 2020 Jun. 13]. Available from:https://www.sess.ie/sites/default/files/vocab_rubric.pdf.
Vol. 28 No.1
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Magdolna, Lehmann. 2009. “Assesing English Majors’ Vocabulary At The University of Pècs. University of Pècs: Doctoral School of Linguistics” (disertasi): Pècs : Doctoral Programme in Applied Linguistics.
Pittman, G. 1963. Teaching Structural English. Brisbane: Jacaranda.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suparno. 2004. Model Pengembangan Metode Situasional Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Oral Anak Tuna Rungu, Vol:1 (No.1) : 43-61. Cakrawala Pendidikan.
Takač, V. P. (2008). Vocabulary Learning Strategies and Foreign Language Acquisition. doi:10.21832/9781847690401
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Kosakata. Bandung: PT. Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa II. Bandung: PT. Angkasa.
Thornbury, Scott. 2002. How To Teach Vocabulary. England : Pearson Longman.
D., C. P., Vygotsky, L. S., Cole, M., John-Steiner, V., Scribner, S., Souberman, E., & Wertsch, J. V. (1979). L. S. Vygotsky: Mind in Society. The Development of Higher Psychological Processes. The American Journal of Psychology, 92(1), 166. doi:10.2307/1421493
Wicaksono Andri, dkk. 2015. Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan Singkat). Yogyakarta: Garudhawaca.
74
Discussion and feedback