JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP

ISSN: 2442-5508

VOL. 9, NO. 2, OKTOBER 2023

Identifikasi Taman Telajakan di Desa Penglipuran, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali

Dewa Ngakan Made Harianggara1, Anak Agung Gede Sugianthara1*, Anak Agung Keswari Krisnandika1*

  • 1.    Prodi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia 80232

*E-mail: [email protected]

Abstract

Identification of the Telajakan Park in Penglipuran Village, Bangli District, Bangli Regency. Penglipuran Village is unique in its spatial pattern and building architecture, including the garden pattern. However, the arrangement of the telajakan park in the Penglipuran Village area which is a tourist destination with an area that is not a tourist destination has a quite different arrangement.The purpose of this study was to identify the function, pattern of the telajakan garden and the enthusiasm of the community in managing and preserving the telajakan garden in Penglipuran Village. This research was conducted by survey method with data collection techniques in the form of interviews, questionnaires, field observations and literature study. Based on the research that has been done, the results show that the Telajakan garden in Penglipuran Village has a function as a support for tourist attractions, as a space or distance between the walls of the house and the highway, as a green open space, a place to stick a penjor, other supporting elements such as a place to stick a flag, strengthen the walls of the pengengker, as well as a place to socialize the community. The pattern of the telajakan garden in the area within the Penglipuran Village with the outskirts of the Penglipuran Village has differences, among others, in the angkul-angkul section and the position of the telajakan garden. The enthusiasm of the people of Penglipuran Village in preserving the telajakan garden is very high, the telajakan garden in Penglipuran Village is fully regulated in the awig-awig of Penglipuran Village. It is hoped that the community will continue to maintain the sustainability and beauty of the telajakan garden as a green open space and a cultural heritage of Balinese traditional gardens.

Keywords: Telajakan Garden, Function, Pattern, Enthusiasm.

  • 1.     Pendahuluan

Desa adat merupakan kesatuan masyarakat hukum adat berdasarkan filosofi Tri Hita Karana yang berakar dari kearifan lokal Sad Kerthi, dengan dijiwai ajaran agama Hindu dan nilai-nilai budaya serta kearifan lokal yang hidup di Bali (Perda Bali nomor 4 Tahun 2019). Konsep dasar Tri Hita Karana yaitu tiga hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan yang dijabarkan dengan adanya parhyangan, pawongan, dan palemahan. Desa adat terdiri dari tiga unsur, di antaranya unsur parhyangan yaitu pura atau tempat suci agama Hindu, unsur pawongan yaitu warga desa adat setempat, unsur palemahan yaitu wilayah desa yang berupa Karang Ayah Desa dan Karang Guna Kaya (Windia, 2010).

Konsep Tri Hita Karana akan berkaitan dengan konsep Tri Mandala dalam kaitannya hubungan manusia dengan Tuhan (Utama Mandala), Hubungan manusia dengan manusia (Madya Mandala), dan hubungan manusia dengan lingkungan (Nista Mandala). Pertamanan Tradisional Bali menggunakan konsep Tri Mandala, dengan pembagian ruang dibedakan berdasarkan fungsi dari masing-masing ruang tersebut. Pembagian ruang berkaitan pula dengan jenis tanaman yang ditanami sesuai dengan filosofi, fungsi dan nilainya (Dwijendra, 2010).

Telajakan adalah penata garis sempadan antara tembok pembatas (penyengker) dan got (jelinjingan) tepi jalan yang dihiasi dengan tanaman tradisional untuk kegiatan spiritual (Dwijendra, 2013). Taman telajakan termasuk taman yang mempunyai konsep Taman Tradisional Bali dan tidak terlepas dari elemen tanaman sebagai elemen penyusun utama pada taman. Tanaman merupakan elemen penting untuk mendukung keindahan suatu taman dan pengisi area kosong pada taman.

Desa penglipuran terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Desa Penglipuran merupakan salah satu desa tradisional atau desa tua di Bali atau sering disebut Bali Aga

atau Bali Mula. Masyarakat Desa Penglipuran adalah masyarakat yang tidak menganut sistem kasta. Lestarinya taman telajakan di Desa Penglipuran menjadikan desa ini mempunyai daya tarik wisata. Penataan taman telajakan di area Desa Penglipuran yang menjadi tujuan wisata dengan area Desa Penglipuran yang tidak menjadi tujuan wisata mempunyai penataan yang cukup berbeda. Taman telajakan di area Desa Penglipuran yang menjadi tujuan wisata sudah tertata rapi, sedangkan pada area yang tidak jadi tujuan wisata kurang tertata rapi. Taman telajakan di area yang bukan menjadi tujuan wisata terlihat ada yang beralih fungsi menjadi perkerasan serta terlihat kurang terawat, maka perlu dilakukan identifikasi taman telajakan di Desa Penglipuran untuk mengetahui penyebab perbedaan taman telajakan tersebut. Identifikasi yang dilakukan meliputi fungsi, pola taman telajakan serta antusiasme masyarakat Desa Penglipuran dalam pengelolaan dan pelestarian taman telajaka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi fungsi, pola taman telajakan dan menilai seberapa jauh antusiasme masyarakat Desa Penglipuran dalam pengelolaan dan pelestarian taman telajakan.

  • 2.     Metode

    • 2.1    Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Penglipuran, Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Peneliti mengambil lokasi tersebut karena Desa Penglipuran merupakan salah satu desa yang masih tetap menjaga keasrian dari pola pekarangan rumah tradisional Bali dan mempunyai taman telajakan yang masih lestari sampai sekarang, sehingga peneliti ingin mencari informasi lebih dalam mengenai taman telajakan di Desa Penglipuran. Pengumpulan data di lapangan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2021. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

  • 2.2    Alat dan Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa alat seperti alat tulis, alat ukur (meteran), kamera digital, perekam suara, kuesioner dan prangkat komputer untuk mengolah data. Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa peta wilayah dan tapak lokasi penelitian.

  • 2.3    Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, penyebaran kuisioner, observasi lapangan, dan studi kepustakaan. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil observasi, penyebaran kuisioner dan wawancara di lapangan, sedangkan data sekunder diproleh berdasarkan studi kepustakaan yang meliputi jurnal, buku, Profil Desa Penglipuran dan media internet.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut: a.     Kuesioner

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pekarangan rumah di Desa Penglipuran berjumlah 76 pekarangan, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 280 kepala keluarga. Dalam satu pekarangan rumah di Desa Penglipuran terdapat satu atau lebih kepala keluarga. Menurut Surakhmad dalam Supardi (1993) ukuran populasi kurang lebih 100, maka jumlah sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi lebih dari 1000, maka jumlah sampel sekurang-kurangnya 15%. Dalam penelitian ini jumlah responden yang diambil sebanyak 38 pemilik pekarangan yang merupakan 50% dari 76 pekarangan yang ada di Desa Penglipuran dengan teknik pengambilan sampel yaitu Purposive Random Sampiling. Data yang diambil terkait dengan fungsi taman telajakan, pola taman telajakan dan antusiasme masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian taman telajakan di Desa Penglipuran.

  • b.     Wawancara

Pengumpulan data dengan bertanya atau berdialog langsung dengan beberapa narasumber. Narasumber yang diwawancarai adalah I Wayan Budiarta selaku Bendesa Adat Desa Penglipuran dan I Wayan Agustina sebagai Kepala Lingkungan Desa Penglipuran. Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber terkait dengan fungsi taman telajakan, pola taman telajakan dan antusiasme masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian taman telajakan.

  • c.     Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan ke setiap taman telajakan. Data yang diamati terkait dengan fungsi taman telajakan, pola taman telajakan dan jenis tanaman yang ada di lapangan.

  • d.     Studi Kepustakaan

Merupakan pengumpulan data penelitian melalui studi kepustakaan baik yang ada di Desa Penglipuran, pada dinas atau instansi terkait, buku-buku, referensi maupun media internet.

Cara pengambilan sampel untuk memperoleh data penelitian menggunakan teknik purposive random sampling. Purposive random sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan (Amirin, 2012). Jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 38 rumah (50% dari total jumlah rumah pemilik taman telajakan), dengan pembagian 19 rumah di area dalam Desa Penglipuran dan 19 rumah di area pinggir Desa Penglipuran yang dianggap dapat mewakili seluruh pemilik taman telajakan di Desa Penglipuran.

Gambar 2. Peta Posisi Pekarangan Responden Taman Telajakan Desa Penglipuran

  • 2.4 Analisis Data

Data yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif sehingga didapatkan kesimpulan sesuai dengan fakta dan permasalahan di lapangan (Warsito, 1992). Data yang bersifat kuantitatif akan ditampilkan dalam bentuk tabel yang telah diolah dengan rumus:

P=^X1000%

Keterangan:

P = Presentase

f = Frekuensi

n = Σ Total Responden

  • 3     Hasil dan Pembahasan

  • 3.1   Fungsi Taman Telajakan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara fungsi taman telajakan di Desa Penglipuran dan penyebaran kuisioner sebanyak 38 sampel yang sudah dilakukan di lokasi penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengetahuan Masyarakat terhadap Fungsi Taman Telajakan

No                    Mengetahui fungsi taman telajakan                     Persentase %

  • 1                                      Iya                                          76%

  • 2                                Tidak                                    24%

Berdasarkan Tabel 1 Sebanyak 76% masyarakat Desa Penglipuran mengetahui fungsi dari taman telajakan yaitu untuk menjaga keasrian pekarangan rumah, tempat menancapkan penjor, serta sebagai tempat menanam tanaman upakara. Di sisi lain 24% masyarakat Desa Penglipuran tidak mengetahui fungsi dari taman telajakan, motivasi masyarakat untuk membuat taman telajakan adalah karena adanya awig-awig yang mewajibkan masyarakat Desa Penglipuran untuk melestarikan taman telajakan. Dwijendra (2010), mengatakan secara fisik ada tiga fungsi utama dari telajakan yaitu sebagai penghijauan lingkungan, menjaga kualitas lingkungan, dan mempertahankan sempadan bangunan demi keamanan dan kenyamanan dalam menata bangunan serta lingkungannya. Taman telajakan juga mempunyai fungsi sebagai penunjang dibidang sosial masyarakat, spriritual dan ekonomi.

Taman telajakan di Desa Penglipuran yang masih dilestarikan sampai sekarang mempunyai banyak fungsi, adapun fungsi dari taman telajakan di Desa Penglipuran berdasarkan studi literatur, wawancara, dan observasi yang telah dilakukan antara lain: a.) Taman telajakan sebagai wajah dari Desa Penglipuran; b.) Taman telajakan berfungsi sebagai penunjang daya tarik wisata di Desa Penglipuran; c.) Sebagai ruang atau jarak antara tembok rumah dengan jalan raya yaitu pentingnya jarak demi keamanan bangunan dan kenyamanan pemilik pekarangan rumah; d.) Sebagai tempat menanam tanaman upakara, tanaman obat, tanaman hias, taman telajakan berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau.; e.) Taman telajakan berfungsi sebagai tempat menancapkan penjor pada saat hari raya Galungan dan Kuningan; f.) Elemen penunjang lainnya seperti kegiatan sosial yaitu tempat menancapkan bendera, memperkokoh tembok penyengker, sebagai tempat bersosialisasi masyarakat, dan menambah keindahan bagian depan pekarangan rumah.

Gambar 3. Fungsi Taman Telajakan di Desa Penglipuran

  • 3.2    Pola Taman Telajakan

Pola taman telajakan di Desa Penglipuran berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disajikan pada Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 2. Pengetahuan Masyarakat terhadap Lebar Taman Telajakan

No                     Mengetahui lebar taman telajakan                     Persentase %

  • 1                                      Iya                                          68%

  • 2                                Tidak                                    32%

Berdasarkan Tabel 2. diketahui, 68% masyarakat Desa Penglipuran mengetahui lebar taman telajakan yang mereka miliki dan sebanyak 32% mengatakan tidak mengetahuinya. Menurut Dwijendra (2010) dilihat dari segi dimensi, minimal lebar taman telajakan adalah selebar sangkar ayam di tambah satu telapak kaki yaitu ± 1,00 meter dan maksimal selebar 1 depa agung (selebar tangan merentang dari pemilik rumah) atau juga dapat memakai lebar dari asanan padi yaitu ± 2,20 meter, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini di mana lebar taman telajakan di Desa Penglipuran berkisar antara 75 cm - 100 cm. Secara umum masyarakat di Desa Penglipuran kurang mengetahui mengenai latar belakang ukuran taman telajakan yang mereka miliki, namun masyarakat menyatakan bahwa ukuran tersebut memang sudah turun-temurun sejak dahulu.

Tabel 3. Adanya Perubahan Lebar pada Taman Telajakan Desa Penglipuran

No               Adanya Perubahan Lebar Taman Telajakan                Persentase %

  • 1                                      Iya                                          0%

  • 2                                Tidak                                   100%

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, masyarakat Desa Penglipuran mengatakan tidak ada perubahan yang terjadi pada lebar taman telajakan yang mereka miliki. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan taman telajakan masih tetap lestari atau tidak dialihfungsikan. Menurut hasil wawancra dengan warga pemilik taman telajakan, pola ruang taman telajakan di Desa Penglipuran sedikit berbeda dari taman telajakan pada umumnya. Perbedaannya terletak pada bangunan angkul-angkul yang tidak terdapat daun pintu dan tidak adanya aling-aling setelah pintu masuk atau angkul-angkul.

Dari hasil observasi yang dilakukan di lapangan, seluruh pekarangan rumah di Desa Penglipuran memiliki taman telajakan, dengan pola taman telajakan sedikit berbeda antara taman telajakan di area dalam Desa Penglipuran dengan area pinggir Desa Penglipuran. Hal yang membedakan pola taman telajakan di dalam dan dipinggir Desa Penglipuran adalah pada ukuran angkul-angkul di mana angkul-angkul yang ada di dalam Desa Penglipuran memiliki ukuran, bentuk, dan bahan penyusun yang sama antara satu dengan yang lainnya, sedangkan untuk taman telajakan dipinggir Desa Penglipuran memiliki ukuran, bentuk, serta bahan penyusun yang beragam. Perbedaan ini terjadi karena pekarangan rumah di area dalam Desa Penglipuran merupakan pekarangan rumah yang memang sudah ada dari dulu dan tidak banyak perubahan yang terjadi pada taman telajakan, ini dikarenakan pola ruang pekarangan tidak boleh dirubah sehingga berpengaruh pada taman telajakan. Salah satu komponen taman telajakan yang tidak boleh berubah yaitu angkul-angkul sehingga semua pekarangan rumah di area dalam Desa Penglipuran mempunyai angkul-angkul dengan ukuran dan bentuk yang hampir sama. Pola ruang pekarangan pada area pinggir Desa Penglipuran merupakan pekarangan baru, sehingga memiliki pola taman telajakan tidak berpatokan pada taman telajakan yang sudah ada (taman telajakan di dalam Desa Penglipuran), oleh karena itu pola taman telajakan di area dalam dan luar Desa Penglipuran berbeda dengan taman telajakan didalam Desa Penglipuran (Gambar 4 dan Gambar 5).

Hanya Gambar 4 menunjukkan pola taman telajakan di Area Dalam Desa Penglipuran, di mana taman telajakan memiliki satu sisi yang lebih panjang dan satunya lagi lebih pendek bahkan ada yang menyatu dengan taman telajakan sebelahnya. Hal ini disebabkan karena angkul-angkul tidak terletak di tengah-tengah dari pekarangan melainkan terletak dipinggir kanan atau kiri, dan bentuk dari pekarangan yang memanjang. Angkul-angkul pada area dalam Desa Penglipuran mempunyai lebar 120 cm dengan menggunakan atap yang terbuat dari bambu dan dengan bentuk yang hampir sama. Seluruh taman telajakan di dalam Desa Penglipuran memiliki pola yang seragam, hal ini dikarenakan pola pekarangan di dalam Desa Penglipuran memang sudah ada sejak dulu dan tidak diperbolehkan untuk dirubah, hal tersebut sudah diatur dalam awig-awig Desa

Penglipuran. Karena tidak diperbolehkan merubah angkul-angkul sehingga masyarakat yang tinggal di pekarangan tersebut menjadikan halaman bekalang rumah (teba) sebagai akses keluar masuk kendaraan miliknya. Hal ini menyebabkan perubahan teba menjadi pintu masuk yang dibuat menyerupai taman telajakan, sehingga ada beberapa angkul-angkul yang terlihat seperti halaman depan tapi sebenarnya merupakan halaman belakang (teba) dari pekarangan tersebut.

Gambar 4. Pola Taman Telajakan di Area Dalam Desa Penglipuran

Gambar 5. Pola Taman Telajakan di Area Pinggir Desa Penglipuran

Gambar 5 menunjukkan pola taman telajakan di Area pinggir Desa Penglipuran, terdapat perbedaan jika dibandingkan dengan pola taman telajakan di area dalam Desa Penglipuran yang ditunjukan pada Gambar 4. Pola taman telajakan pada Gambar 5 angkul-angkul terletak di tengah, sehingga di kanan dan kiri angkul-angkul masih terdapat taman telajakan dengan ukuran yang hampir sama. Perbedaan lainnya juga terdapat pada angkul-angkul, di mana angkul-angkul pada area pinggir Desa Penglipuran bisa dibuat lebih lebar dan atapnya bisa menggunakan genteng atau menggunakan atap bambu sesuai dengan kebutuhan dari pemilik pekarangan tersebut. Perbedaan ini disebabkan pekarangan di area pinggir Desa Penglipuran merupakan pekarangan yang baru sehingga masyarakat tidak diharuskan membuat pola taman telajakan yang seragam. Jenis tanaman pada taman telajakan di Desa Penglipuran cukup bervariasi mulai dari jenis tanaman bunga, rumput dan tanaman hias lainnya sesuai dengan selera dari pemilik taman telajakan.

Tabel 4. Jenis Tanaman pada Taman Telajakan Desa Penglipuran

No

Jenis

Tanaman

Nama Lokal

Nama Latin

Jumlah

%

1.

Pohon

Kembang Merak

Caesalpinia pulcherrima

3

4.68

Kenanga

Cananga odorata

16

25.00

Kelapa

Cocos nucifera

2

3.13

Kamboja

Plumeria Sp.

34

53.13

Pucuk Merah

Syzygium paniculatum

9

14.06

2.

Perdu

Pacar Cina

Aglaia odorata

6

1.37

Kembang Kertas

Bougainvillea Sp.

6

1.37

Kaktus

Cactaceae

13

2.96

Cabai

Capsicum frutescens

14

3.19

Tabel 5. Lanjutan Jenis Tanaman pada Taman Telajakan Desa Penglipuran

No

Jenis

Nama Lokal

Nama Latin

Jumlah

%

Tanaman

Tapak Dara

Catharanthus roseus

7

1.59

Puring

Codiaeum variegatum

24

5.46

Hanjuang

Cordyline Sp.

73

16.63

Bambu Rejeki

Dracaena Sanderiana

26

5.92

Pisang Hias

Heliconia Sp.

56

12.76

Kembang sepatu

Hibiscus rosa-sinensis

17

3.87

Kembang Bokor

Hydrangea Sp.

27

6.15

Pacar Air

Impatiens balsamina

31

7.07

Soka

Ixora

3

0.69

Kaca Piring

Jasminum Sp.

22

5.01

Tahi ayam

Lantana camara

16

3.64

Senduduk

Melastoma Sp.

19

4.32

Bunga Cucak Rowo

Pedilanthus Bracteatus

23

5.24

Daun Perilla

Perilla frutescens

5

1.14

Mawar

Rosa Sp.

14

3.19

Tomat

Solanum lycopersicum

6

1.37

Daun Damiana

Turnera diffusa

8

1.82

Zinia Anggun

Zinnia elegans

23

5.24

3.

Semak

Alamanda

Allamanda cathartica

7

1.44

Lidah Buaya

Aloe vera

9

1.86

Kastoyan

Amaranthus caudatus

12

2.46

Gelombang Cinta

Anthurium Sp.

22

4.52

Begonia

Begonia Sp.

43

8.83

Bromelia

Bromelia Sp.

25

5.13

Keladi Hias

Caladium Sp.

17

3.48

Bunga Tasbih

Canna indica

6

1.23

Jeger Ayam

Celosia cristata

15

3.08

Lili Paris

Chlorophytum comosum

203

41.68

Bunga Telang

Clitoria ternatea

8

1.64

Talas Hijau

Colocasia esculenta

9

1.86

Taiwan Beauty

Cuphea hyssopifolia

39

8.00

Daun Dolar

Ficus pumila

17

3.48

Mandevila

Mandevilla sanderi

6

1,23

Angrek

Orchidaceae

9

1.85

Bunga Kupu-kupu

Oxalis triangularis

2

0.41

Pandan Duri

Pandannus tectorius

13

2.67

Pandan Harum

Pandanus amaryllifolius

8

1.64

Daun Sirih

Piper betle

3

0.62

Paku Tanduk Rusa

Platycerium bifurcatum

7

1.44

Bunga Desember

Scadoxus multiflorus

7

1.44

4.

Penutup

Ajuga

Ajuga reptans

11 m2

10.78

Tanah

Krokot Merah

Alternanthera Ficoidea Red

23 m2

22.55

Rumpu Kucai

Ophiopogon japonicus

52 m2

50.98

Rumput Gajah Mini

Pennisetum purpureum

16 m2

15.69

  • 3.3 Antusiasme Masyarakat Desa Penglipuran dalam Pengelolaan dan Pelestarian Taman Telajakan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai antusiasme masyaratat dalam mengelola dan pelestarian taman telajakan di Desa Penglipuran dapat dilihat pada Tabel 6 mengenai peraturan taman telajakan dan Tabel 7 mengenai peran taman telajakan dalam menambah daya tarik wisata di Desa Penglipuran.

Tabel 6. Peraturan Mengenai Taman Telajakan di Desa Penglipuran

No

Adanya Peraturan Taman Telajakan                   Persentase %

1

2

3

4

Ya, Dalam bentuk Awig-awig                          0%

Ya, Dalam bentuk Pararem                           0%

Ya, Dalam bentuk Awig-awig dan Pararem                    100%

Tidak                                    0%

Berdasarkan tabel diatas, taman telajakan di Desa Penglipuran sepenuhnya diatur oleh desa melalui Awig-awig dan Pararem yang telah disepakati dan disahkan oleh Desa Penglipuran. Peraturan ini dimuat dalam Awig-awig Desa Penglipuran halaman 9 Palet 6 tentang Sukerta Pamitegep Kaping 1 tentang Karang, Tegal lan Carik Paos 28 Nomor 5 tentang hal-hal yang tidak diperbolehkan yaitu pada bagian 5.1 yang berbunyi ”Kadura cara karug-rug, keusak asik tata saha wangunannya yen tan sinangaskara manut dresta lan perarem” yang artinya tidak diperbolehkan untuk merubah tata letak bangunan yang telah ada. Kemudian lebih lanjut dimuat dalam Pararem Desa Penglipuran yang menurut keterangan narasumber yaitu I Wayan Budiarta selaku Kelian Adat Desa Penglipuran menuturkan bahwa hal-hal yang mengenai pengelolaan dan pelestarian taman telajakan di Desa Penglipuran dimuat dalam Pararem. Maka dari itu seluruh masyarakat Desa Penglipuran diwajibkan untuk tetap mengelola dan melestarikan taman telajakan. Hasil pengelolaan dan pelestarian dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Desa Penglipuran yaitu taman telajakan menjadi indah, rapi, dan sangat nyaman. Terkelola dan lestarinya taman telajakan di Desa Penglipuran ini mampu memberi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung ke Desa penglipuran.

Tabel 7. Taman Telajakan Menambah Daya Tarik Wisata di Desa Penglipuran

No

Taman telajakan menambah daya tarik wisata

Persentase %

1

Iya

100%

2

Tidak

0%

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Menunjukkan bahwa taman telajakan sepenuhnya berperan penting dalam menambah daya tarik wisata di Desa Penglipuran. Pada tahun 2016 Desa Penglipuran terpilih sebagai desa terbersih ke-3 di dunia serta pada tahun 2017 Desa Penglipuran mendapat penghargaan ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Award) 2017 dengan peringkat terbaik dalam kategori pelestarian budaya. Penghargaan tersebut dapat dicapai karena semangat dan antusias yang dimiliki masyarakat Desa Penglipuran dalam melestarikan budaya dan lingkungan sangat tinggi. Masyarakat Desa Penglipuran juga sangat menaati dan melaksanakan peraturan yang telah disepakati bersama dalam bentuk Awig-awig Desa Adat Penglipuran, sehingga diharapkan kedepannya budaya dan lingkungan di Desa Penglipuran bisa tetap lestari (Agustina, hasil wawancara 31 agustus 2021).

Gambar 6. Antusias Masyarakat Dalam Mengelola Taman Telajakan

Upaya yang dilakukan masyarakat Desa Penglipuran dalam melestarikan taman telajakan dapat dilihat dari usaha desa dalam membentuk tim khusus yang bergerak menangani taman telajakan. Taman telajakan desa, seperti taman telajakan depan pura, taman telajakan depan balai banjar dan taman telajakan pada karang memadu (tempat khusus bagi orang yang berpoligami) dikelola oleh Tim Khusus tersebut, sedangkan pada taman telajakan pekarangan rumah sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemilik pekarangan tersebut. Taman telajakan ditata sedemikian rupa sehingga taman telajakan terlihat rapi, indah bersih dan nyaman. Dilihat dari upaya tersebut, masyarakat Desa Penglipuran memiliki antusiasme dalam melestarikan taman telajakan mereka. Namun, ada sebagian kecil masyarakat di Desa Penglipuran yang masih kurang antusias dalam melestarikan taman telajakan terutama masyarakat yang memiliki rumah di areal pinggir desa. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa taman telajakan yang mengalami perubahan menjadi perkerasan serta kurang dikelola dengan baik.

Gambar 7. Taman Telajakan yang Kurang Dipelihara Dengan Baik

Gambar 7 Menunjukkan bahwa beberapa masyarakat memiliki antusiasme yang kurang terhadap pengelolaan dan pelestarian taman telajakan yang mereka miliki. Ada masyarakat yang membangun tangki penampungan air pada taman telajakannya sehingga taman telajakan tersebut terlihat lebih sempit dan kurang rapi. Beberapa taman telajakan milik masyarakat lainnya kurang terkelola dengan baik sehingga ditumbuhi tanaman liar, akibatnya taman telajakan terlihat kurang rapi dan indah.

  • 4     Simpulan dan Saran

    • 4.1    Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Penglipuran dapat disimpulkan bahwa taman telajakan di Desa Penglipuran mempunyai fungsi estetika, ekologi, sosial, budaya, dan spiritual upakara. Taman telajakan di Desa Penglipuran mempunyai perbedaan antara di dalam desa dengan pinggir desa yaitu pada bagian angkul-angkul. Lebar taman telajakan di Desa Penglipuran berkisar antara 75 cm - 100 cm. Antusiasme masyarakat Desa Penglipuran dalam melestarikan taman telajakan cukup tinggi, dibuktikan dengan taman telajakan yang masih sangat lestari sampai sekarang. Sebagian besar masyarakat sadar akan pentingnya kelestarian taman telajakan di desa mereka.

  • 4.2    Saran

Sangat diperlukan peran masyarakat Desa Penglipuran, terutama anak muda di Desa Penglipuran ikut serta dalam merawat taman telajakan di desa mereka. Sehingga diharapkan kedepannya taman telajakan di Desa Penglipuran masih lestari dan terjaga keasrian dari taman telajakan sebagai salah satu ruang terbuka hijau dan merupakan warisan budaya taman tradisional Bali. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsep pola pekarangan di Desa Penglipuran dan penelitian lebih lanjut mengenai taman telajakan di berbagai daerah lainnya sebagai bahan acuan referensi di kemudian hari.

  • 5 .     Daftar Pustaka

Dom, P. (2012). The Sacred Ecology of Penglipuran: A Traditional Bamboo Village on Bali. University of Kiel. Dwijendra, N. K. A. (2010). Arsitektur Rumah Tradisional Bali. Udayana University Press. Denpasar.

Dwijendra, N.K.A. (2013). “Telajakan” Ruang Terbuka Hijau Tradisional Bali. Jurnal New Media Vol 4 No. 2 September (2013): 44-76

Kelurahan Kubu Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli. 1989. Awig-awig Desa Adat Penglipuran.

Pemda Provinsi Bali. (2019). Perda Bali nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali. Pemda Provinsi Bali.

Denpasar, Bali.

Supriadi. (1993). Populasi dan Sampel Penelitian. Majalah Triwulan UNISIA No. 17 Tahun XIII Triwulan VI. Universitas Islam Indonesia.

Warsito, H. (1992). Pengantar Metodologi Penelitian. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Windia, W. P. (2010), Dari Bali Mawacara Menuju Bali Santi. Udayana University Press. Denpasar.

JAL | 240

http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap