Perencanaan Taman Wisata Alam Danau Tamblingan Buleleng, Bali
on
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP
ISSN: 2442-5508
VOL. 9, NO. 2, OKTOBER 2023
Perencanaan Taman Wisata Alam Danau Tamblingan Buleleng, Bali
Randy Daserona Plaituka¹, Anak Agung Gede Sugianthara¹*, I Made Agus Dharmadiatmika¹
-
1. Prodi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia 80232
*E-mail: [email protected]
Abstract
Planning for Tamblingan Lake Natural Park Buleleng, Bali. The Tamblingan lake's natural tourist park has a potential of attractions that are aided by both its unique and strategic location. This makes the Tamblingan natural park a highly prospecting area that is able to attract tourists and plan the park's natural parks. The study intended to set up a zoning plan for lake tamblingan natural tourist park. The method in this study used survey method. By the stage of planning starting from the preparation stage, inventory, analysis, synthesis, concept, and planning. This research has a site plan. The attractive, environmentally insightful concept of tourism is based on the potential resources of landscapes and attractions and tourist attractions to preserve the landscape's resources and sustainability. The end result of the study was the landscape plans for the natural park areas of Tamblingan lakes involving the distribution of space, circulation, activity, and facilities.
Keywords: Nature Tourism, Planning, Tamblingan lakes.
-
1. Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman alam hayati dan budaya yang bersumber pada hutan alam tropis yang kaya dengan beragam spesies endemik langka dan unik serta ragam etnik yang tinggi. Hal tersebut merupakan suatu potensi untuk dikembangkan menjadi suatu daya tarik wisata yang bernilai tinggi. Pegunungan merupakan salah satu sumber daya alam Indonesia yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan sebagai kawasan rekreasi, pegunungan mampu menyediakan fasilitas-fasilitas untuk kebutuhan rekreasi alam dan panorama yang indah untuk dinikmati. Pegunungan juga merupakan tempat yang unik dan khas karena mempunyai elevasi yang memberikan kenyamanan fisik berupa temperatur udara yang sejuk.
Danau Tamblingan mempunyai potensi objek wisata yang didukung oleh keunikan alam dan letaknya yang strategis. Hal ini menjadikan Danau Tamblingan sangat prospektif dan mampu menarik wisatawan. Adanya aktivitas wisatawan dan masyarakat yang memanfaatkan kawasan taman wisata alam (TWA) seperti kegiatan berkemah dan berlebihan di area Danau Tamblingan cenderung mengarah pada tindakan merusak keberadaan TWA Danau Tamblingan. Pengunjung membuang sampah tidak pada tempatnya mengakibatkan turunnya kualitas visual pada kawasan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang dapat mendukung upaya konservasi di kawasan TWA Danau Tamblingan agar dapat menjaga kelestarian kawasan wisata tersebut.
Menurut Gunn (1994) pengembangan daerah wisata harus memperhatikan semua sumber daya alam dan budaya serta lingkungan agar tidak terjadi degradasi lingkungan. Maka dari itu, diperlukan perencanaan penataan lanskap agar kelestarian alam kawasan wisata dapat terjaga dan berkelanjutan serta dampak negative dapat diminimalisir. Tujuan dari penelitian ini yakni mengidentifikasi dan menganalisis potensi atraksi wisata Danau tamblingan dan menyusun perencanaan lanskap kawasan Danau Tamblingan.
Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Danau Tamblingan yang merupakan bagian dari kawasan konservasi TWA Danau Buyan - Danau Tamblingan yang dikelola oleh seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bali. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019 – Juli 2022 (Gambar 1).
Gambar 1. Lokasi Penelitian (a) Peta Pula Bali, (b) TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan, (c) Kawasan Danau Tamblingan.
Alat yang digunakan untuk mendukung proses pengumpulan dan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kamera digital, kuesioner, software penunjang (Autocad, Sketchup, Adobe Photoshop, ArcMap GIS 10.8). Sedangkan bahan yang digunakan antara lain peta kawasan kabupaten Buleleng, Google earth 2010, dan tapak tempat penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, penyebaran kuesioner dan studi pustaka dengan teknik analisis meliputi analisis spasial dan deskriptif. Wawancara yang dilakukan dengan menagajukan pertanyaan kepada tokoh masyarakat dan pihak pengelola untuk mendapatkan informasi mengenai kawasan TWA Danau Tamblingan. Kuesioner ditunjukan kepada 30 responden yaitu masyarakat lokal dan wisatawan, pengadaan kuesioner dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai aktivitas masyarakat lokal dan presepsi wisatawan. Studi ini mengikuti tahapan perencanaan menurut Gold (1980). Tahapan-tahapan perencanaan antara lain: tahapan persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, dan perencanaan. Penelitian dilakukan sampai tahap perencanaan dengan hasil akhir berupa Site Plan Taman Wisata Alam Danau Tamblingan .
Taman Wisata Alam Danau Tamblingan menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Berdasarkan potensi daya tarik wisata yang ada pada TWA Danau Tamblingan maka diupayakan konsep pengembangan pengelolaan terpadu wisata alam. Hal tersebut dipertimbangkan dari berbagai hal meliputi luas wilayah, akses jalan menuju lokasi, kondisi biofisik, kondisi keanekaragaman hayati, potensi wisata, tingkat sosial budaya, serta sarana dan prasarana.
-
3.1.1 Iklim
Kawasan Danau Tamblingan memiliki pola curah hujan bertipe monsun. Pola ini dikenal dengan monsun barat dan monsun timur. Pola monsun barat pada dasarnya akan menimbulkan musim hujan di wilayah sekitar Danau Tamblingan yang pada umumnya terjadi pada bulan Oktober-Maret, sedangkan monsun timur umumnya menyebabkan kondisi musim kemarau pada periode April-November.
-
3.1.2 Hidrologi
Danau Tamblingan merupakan danau sesar lingkaran kaldera tua yang berisi air hujan, Danau Tamblingan tidak memiliki sungai sebagai pemasok atau pengisi air sepanjang tahun maupun saluran
pembuangan. Dengan demikian Danau Tamblingan hanya terisi oleh sumber mata air yang ada di sekitarnya dan dari air hujan.
-
3.1.3 Topografi dan Kemiringan Lahan
Secara umum Tamblingan berada pada kisaran ketinggian 1.210 – 1.270 m dpl. Wilayah sisi barat Danau Tamblingan merupakan bagian-bagian yang rendah elevasinya. Sedangkan bagian yang paling tinggi berada di sisi timur laut wilaya Danau Tamblingan.Topografi dan kemiringan lahan menjadi acuan dalam menentukan rencana tapak. Peta kontur dan kemiringan lahan disajikan pada Gambar 2
Gambar 2. (a) Peta Kontur (b) Peta Kemiringan Lahan
-
3.1.4 Karakteristik Tanah
Karakteristik tanah pada kawasan Taman Wisata Alam Danau Tamblingan terdiri dari jenis tanah typic hapludands, typic udivitrands, typic eutropepts dengan tingkat erosi sedang dengan bentuk lahan datar sampai dengan sangat terjal (https://dlh.bulelengkab.go.id.2019) 3.1.5 Visual
Taman Wisata Alam Danau Tamblingan memiliki beberapa titik yang memberikan pemandangan yang indah bagi para wisatawan. Secara keseluruhan kawasan Danau Tamblingan menyajikan pemandangan yang indah untuk dinikmati wisatawan untuk kegiatan tracking maupun photo hunting yang berlatar belakang pemandangan alam kawasan Danau Tamblingan.
-
3.1.6 Vegetasi dan Satwa
Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di kawasan ini diantaranya adalah cemara pandak (Dacrycarpus imbricatus (blume) de laub.) dan cemara geseng (Casuarina Junghuhniana Miq) yang termasuk tumbuhan langka dan merupakan tanaman maskot Kabupaten Tabanan. Disamping itu juga terdapat beberapa jenis tanaman semak, perdu, dan jenis pohon hutan lainnya. Selain itu, kawasan Danau Tamblingan merupakan habitat bagi kera, kelinci, trenggiling, landak, ular, aneka serangga, dan beberapa jenis burung. Di kawasan Danau Tamblingan ditemukan 56 spesies burung atau sekitar 18% dari jenis burung yang telah dikenal di Bali. Dari 56 spesies burung tersebut, terdapat 8 (delapan) spesies (14%) yang dilindungi peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, serta 4 (empat) spesies burung yang bersifat endemik di Jawa dan Bali (www.ksda-bali.go.id.). Peta sebaran vegetasi di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 3. 3.1.7 Penggunaan lahan
Pola ruang yang terdapat di Kawasan Danau Tamblingan merupakan bagian dari pola ruang kabupaten Buleleng di bagian Utara dan sedikit pola ruang Kabupaten Tabanan di bagian Selatan. Pola ruang di Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Tabanan dibagi berdasarkan dua jenis kawasan yaitu kawasan budidaya dan kawasan lindung. Untuk menyesuaikan dengan hasil analisis arahan penggunaan lahan, maka pola ruang dari kedua perda tersebut dibagi menjadi 3 (tiga) kawasan, sesuai dengan kelas kawasan dari kelas arahan penggunaan lahan, yaitu kawasan budidaya, kawasan penyangga, dan kawasan lindung
Gambar 3. Peta Sebaran Vegetasi
Daya tarik wisata alam Danau Tamblingan cukup banyak yang dapat dioptimalkan untuk menjadi potensi yang baik diantaranya kawasan hutan, perbukitan dan Danau Tamblingan. Adapun atraksi wisata yang dapat dikembangkan di kawasan Danau Tamblingan antara lain camping ground, tracking, photo hunting, dan memancing.
-
3.2.2 Amenity (fasilitas)
Fasilitas pendukung yang ada di kawasan Taman Wisata Alam Danau Tamblingan sangat minim. Umumnya fasilitas yang ada di kawasan TWA Danau Tamblingan tidak dalam kondisi optimal. Fasilitas tersebut antara lain loket penerima, gerbang masuk, area parkir, jalan setapak, tempat parkir, toilet/WC umum, dan tempat sampah, masih ada potensi dan peluang untuk direncanakan menjadi lebih baik.
-
3.2.3 Accessibility (Aksesibilitas)
Akses jalan menuju Taman Wisata Alam Danau Tamblingan dapat ditempuh melalui rute jalan raya Denpasar dan Singaraja. Rute yang pertama dari jalur Denpasar yang ditempuh dengan waktu ± 1 jam 30 menit. Kedua dari arah Singaraja yang ditempuh dengan waktu ± 45 menit. Kondisi jalan baik dengan aspal yang halus, sedangkan jalan lokal dari jalan raya menuju objek TWA Danau Tamblingan dan jalan setapak yang ada di sekitar kawasan TWA Danau Tamblingan masih pada kondisi kurang baik, dengan demikian dipandang perlu untuk direncanakan sehingga mampu memberikan kenyaman bagai para pengguna jalan. 3.2.4 Ancillary (Pelayanan Tambahan)
Di kawasan Taman Wisata Alam Danau Tamblingan ini sudah terdapat kelembagaan pengelolaan kepariwisataan tetapi kurang berjalan secara maksimal. Perlu adanya fasilitas pendukung untuk memfasilitasi dan mendorong pengembangan serta pemasaran kawasan Taman Wisata Alam Danau Tamblingan
Kawasan Taman Wisata Alam Danau Tamblingan merupakan bagian dari kawasan konservasi yang dikelola oleh BKSDA wilayah I Bali. Mengingat kawasan Danau Tamblingan merupakan kawasan suci yang dijaga oleh masyarakat hukum adat Catur Desa yang terdiri dari empat desa yakni Desa Munduk, Desa Gesing, Desa Gobleg, dan Desa Umejero. Pada dasarnya masyarakat adat Catur Desa sangat menjaga kesucian kawasan Danau Tamblingan, selain sebagai sumber air masyarakat sekitar Danau Tamblingan juga digunakan sebagai kepentingan ritual keagamaan. Oleh karena itu perlu ada regulasi dan kerjasama yang baik antar ke empat desa tersebut sehingga mampu meningkatkan daya tarik dan menjaga kelestarian dan kesucian TWA Danau Tamblingan.
-
3.3.2 Pengguna (Wisatawan)
Berdasarkan informasi dari pihak pengelola kawasan Taman Wisata Alam Danau Tamblingan, pengunjung yang datang berkunjung ke kawasan TWA Danau Tamblingan berasal dari siswa-siswa sekolah
terdekat, mahasiswa, peneliti, wisatawan lokal dan wisatawan asing. Tetapi sayangnya sampai saat ini belum ada data yang valid terkait jumlah kunjungan rata-rata perbulan ataupun pertahun di TWA Danau Tamblingan.
-
3.3.3 Presepsi Masyarakat
Sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa kawasan TWA Danau Tamblingan sesuai untuk kegiatan wisata alam. Menurut masyarakat dampak positif dari adanya objek wisata TWA Danau Tamblingan ialah banyaknya sumber mata pencaharian, meningkatnya kesejahteraan, terjaganya keamanan sekitar kawasan, terjaganya kebersihan sekitar kawasan, sedangkan pendapat masyarakat mengenai dampak negatif dari adanya objek wisata ini antara lain meningkatnya kriminalitas, tercemarnya lingkungan, kemacetan dan kebisingan, dan perubahan tatanan nilai di masyarakat. Dengan perbaikan manajemen dari pengelola serta peningkatan peran serta masyarakat diharapkan akan mampu meningkatkan daya tarik TWA Dana Tamblingan.
Berdasarkan data, fakta, potensi, dan kendala yang ada di TWA Danau Tamblingan, maka dapat dilakukan analisis seperti yang tercantum pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Hasil Analisis
No |
Komponen |
Analisis |
Solusi | ||
Potensi |
Kendala |
Pemanfaatan |
Pemecahan | ||
A |
Aspek Fisik dan Biofisik | ||||
1. |
Iklim |
Curah hujan yang sedang hingga tinggi dengan rata-rata 6 bulan musim kemarau dan 6 bulan musim hujan |
Curah hujan cukup tinggi mengakibatkan naiknya permukaan air danau |
Pemanfaatan untuk irigasi pertanian |
Membatasi jumlah wisatawan yang ingin melakukan kegiatan Camping Ground |
2. |
Hidrologi |
Ketersediaan air bersih berlimpah |
Terjadinya erosi dan sedimentasi |
Pemanfaatan untuk irigasi pertanian |
Mengurangi kegiatan yang dapat mencemari air |
3. |
Topografi dan kemiringan lahan |
Kondisi lahan datar (29,82 ha) dan landai (19,78 ha) berpotesin dikembangan untuk kegiatan wisata alam |
Kondisi topografi yang berpotensi erosi |
Pemanfaatan berbagai jenis kegiatan wisata mulai dari camping ground dan photo hunting |
Membatasi aktivitas wisata di kawasan yang rawan erosi |
4. |
Karakteristik Tanah |
Jenis tanah yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian |
Mudah terjadi erosi |
Pertanian dan penghijauan |
Penanaman kombinasi vegetasi pohon dan semak yang dapat mengurangi tingkat erosi |
5. Visual Tabel 1. (Lanjutan) |
Pemandangan yang dikelilingi oleh vegetasi hutan yang lebat disertasi pemandangan pura yang ada di sekitaran Danau Tamblingan |
Beberapa bad view diakibatkan oleh sampah dan bekas pembakaran api unggun yang membuat kondisi tapak menjadi kotor dan berlubang |
Perbaikan sarana prasarana untuk menambah kenyaman pengunjung |
Melakukan perbaikan tapak yang rusak dan menambah tempat sampah di sekitar kawasan wisata | |
6. |
Vegetasi |
Sebagian besar kawasan ditumbuhi oleh pohon tegakan alami dan lapangan rumput |
Masih banyak masyarakat yang menebang pohon di kawasan danau tamblingan |
Menjadikan area dengan vegetasi sebagai area penyangga wisata. |
Pemberian sosialisasi dan sanksi tegas kepada masyarakat yang melakukan penebangan pohon. |
7. |
Satwa |
Terdapat beberapa jenis spesies burung endemik Bali-Jawa yang |
Perburuan dan penangkapan satwa liar |
Menjaga vegetasi yang menjadi habitat bagi satwa endemik sehingga |
Pemanfaatan satwa yang ada sebagai objek dan daya tarik wisata. |
dapat menjadi daya |
mendukung | |||
tarik pengamatan satwa. |
keberadaannya. | |||
8. Pengguna lahan |
Kondisi lahan yang |
Belum dikelola |
Memaksimalkan |
Digunakan untuk |
masih baik |
secara maksimal |
penggunaan lahan di kawasan TWA Danau Tamblingan |
pertanian | |
B. Aspek Wisata | ||||
1. Attraction |
Panorama kawasan |
Belum optimalnya |
Pemanfaatan |
Membuat informasi |
danau tamblingan |
pengelolaan di |
potensi dengan |
mengenai lokasi | |
yang masih asri |
kawasan TWA |
mengintegrasikan |
kawasan dan edukasi | |
Danau Tamblingan. |
ke dalam program |
konservasi tentang | ||
wisata. |
TWA Danau Tamblingan. | |||
2. Accessibility |
Terdapat 2 rute |
Kondisi jalan |
Lokasi yang strategi |
Perbaikan akses jalan |
untuk menuju |
berlubang dan |
dapat dimanfaatkan |
dan menambah | |
kawasan danau |
berbatu serta |
untuk |
penunjuk jalan untuk | |
tamblingan. |
penunjuk arah yang |
pengembangan |
mempermudah menuju | |
masih terbatas |
wisata. |
kawasan | ||
3. Amenity |
Terdapat beberapa |
Fasilitas pendukung |
Fasilitas pendukung |
Memperbaiki dan |
fasilitas penunjang |
wisata yang ada di |
untuk memberikan |
menambah fasilitas | |
aktivitas di kawasan |
TWA Danau |
kenyaman |
pendukung wisata | |
TWA Danau |
Tamblingan masih |
wisatawan yang | ||
Tamblingan. |
kurang dan |
berada di kawasan | ||
sebagian besar |
TWA Danau | |||
tidak terawat kondisinya serta jumlahnya masih terbatas. |
Tamblingan. | |||
4. Ancillary |
Belum terdapat |
Penyewaan alat |
Melibatkan masyarakat | |
pelayanan |
camping ground |
lokal | ||
tambahan yang |
dan kios di sekitar | |||
mendukung di |
area TWA Danau | |||
kawasan TWA Danau Tamblingan |
Tamblingan | |||
C. Aspek Sosial | ||||
1. Kondisi sosial |
Kepedulian |
Penghasilan |
Pengoptimalan |
Melibatkan masyarakat |
masyarakat Catur |
masyarakat |
potensi wisata di |
Catur Desa dalam | |
Desa terhadap |
setempat yang di |
kawasan Taman |
kegiatan wisata | |
kelestarian Danau |
bawah rata-rata |
Wisata Alam Danau | ||
Tamblingan |
Tamblingan | |||
2. Aktivitas dan |
Daya tarik TWA |
Keterlibatan |
Memanfaatkan |
Memaksimalkan potensi |
persepsi |
Danau Tamblingan |
masyarakat dalam |
SDM lokal sebagai |
SDM dan SDA secara |
pengguna |
berpotensi untuk |
usaha menjaga |
pemandu wisata di |
maksimal |
dikembangkan |
kelestarian di |
kawasan Danau | ||
dalam kegiatan |
kawasan TWA |
Tamblingan | ||
wisata alam, |
Danau Tamblingan | |||
sebanyak 100% dari |
masih sangat | |||
responden setuju apabila kawasan Danau Tamblingan dikembangkan untuk kegiatan wisata alam. |
terbatas. | |||
Dari setiap aspek yang telah dianalisis, didapatkan dua tingkatan kesesuaian untuk pengembangan | ||||
wisata alam, yaitu: a. Sesuai | ||||
Zona dengan tingkat kesesuaian tinggi adalah zona di dalam kawasan Taman Wisata Alam Danau | ||||
Tamblingan yang sesuai untuk mendukung kegiatan wisata alam. Area ini memiliki luas ± 49,6 ha dengan kondisi tapak dari datar sampai dengan landai. Daya tarik utama yaitu camping ground dan Danau |
Tamblingan yang ditunjang dengan ketersedian sarana dan prasarana untuk berwisata. Pada zona ini dikhususkan untuk kegiatan wisata.
b. Tidak sesuai
Zona dengan tingkat kesesuain rendah ± 18,3 ha adalah zona di dalam kawasan Danau Tamblingan yang memiliki kemiringan lahan yang agak curam sampai curam. Zona ini memiliki potensi yang rendah untuk kegiatan wisata alam dan diperuntukan untuk fungsi konservasi.Kegiatan yang dapat dilakukan pada zona dengan tingkat kesesuaian rendah yaitu pengamatan ekosistem hutan atau kegiatan konservasi yang bersifat penelitian dan pendidikan.
Dari hasil analisis didapatkan hasil keseluruhan luas tapak sesuai dan tidak sesuai untuk pengembangan kawasan wisata yakni ± 67,9 ha (Gambar 4).
Gambar 4. Zona Kesesuaian lahan.
Dari hasil analisis didapatkan 2 (dua) zona yakni: zona yang sesuai dan tidak sesuai untuk pengembangan wisata. Hasil tersebut menjadi acuan membuat zona ruang. Secara umum zona ruang dibedakan menjadi tiga zona yaitu zona pemanfaatan, zona penyangga dan zona konservasi (Gambar 5). Zona ruang ini dibuat berdasarkan zona yang dapat menunjang fungsi wisata dengan memperhatikan kelestarian kawasan TWA Danau Tamblingan.
Konsep dasar yang digunakan dalam perencanaan Taman Wisata Alam Danau Tamblingan adalah daya tarik wisata alam yang memikat dan ramah lingkungan. Konsep tersebut bertujuan terjaminnya kelestarian lingkungan alami, tingginya tingkat kesejahteraan penduduk yang berada di kawasan tersebut, kepuasan dan kenyamanan pengunjung ketika berada di kawasan wisata alam tersebut.
Konsep perencanaan kawasan Taman Wisata Alam Danau Tamblingan dibedakan berdasarkan kesesuaian aspek biofisik, aspek wisata dan aspek sosial. Pembagian aspek tersebut menjadi beberapa konsep pengembangan yaitu konsep tata ruang, konsep sirkulasi, konsep aktivitas dan fasilitas. Konsep ini
diterapkan melalui pengkajian potensi sumber daya alam yang ada di kawasan Taman Wisata Alam Danau Tamblingan.
-
3.7.1 Konsep Tata Ruang
Konsep ruang dikembangkan berdasarkan hasil analisis dan wawancara langsung di lapangan dengan narasumber wisatawan dan masyarakat lokal. Dari hasil analisis didapatkan konsep tata ruang menjadi enam ruang, yakni ruang penerima, ruang pelayanan, ruang wisata, ruang religi, ruang penyangga dan ruang konservasi.
-
3.7.2 Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi yang direncanakan untuk memudahkan pengunjung menempuh area di kawasan tapak dengan tetap memperhatikan kondisi ekologi serta keberlangsungan dari kawasan TWA Danau Tamblingan untuk menjaga kelestariannya. Jalur sirkulasi ini menghubungkan setiap objek wisata pada kawasan dan diperuntukkan untuk pengunjung yang ingin menikmati suasana kawasan yang masih asri dan sejuk. Dengan adanya jalur ini diharapkan dapat menghubungkan antar ruang di kawasan TWA Danau Tamblingan.
-
3.7.3 Konsep Aktivitas dan Fasilitas
Konsep fasilitas yang dikembangan pada kawasan ialah fasilitas yang sesuai dengan kondisi kawasan dan dapat menunjang aktivitas pengunjung yang berada di kawasan Danau Tamblingan. Fasilitas yang dibangun harus mampu mengakomodasikan kegiatan atau aktivitas pengunjung, sehingga fasilitas diletakan pada tempat-tempat yang strategis, memiliki titik pemandangan yang menarik. Fasilitas yang dibuat harus ramah lingkungan agar tidak mengganggu ekosistem yang ada di TWA Danau Tamblingan.
Perencanaan kawasan Danau Tamblingan merupakan hasil akhir dari analisis dan sintesis yang didapat terdiri dari rencana ruang, rencana aktivitas dan fasilitas dan rencana sirkulasi. Konsep perencanaan ini berdasarkan penerapan wisata berkelanjutan. Hasil akhir dari pengembangan kawasan ini adalah siteplan.
-
3.8.1 Rencana Tata Ruang
Rencana tata ruang dibuat dengan tujuan untuk menata dan mengalokasikan fungsi-fungsi yang akan dikembangkan pada tapak (Gambar 6).
Gambar 6. Rencana Tata Ruang
-
3.8.2 Rencana Sirkulasi
Jalur sirkulasi yang direncanakan ini terbagi menjadi 3 jalur yang pembagiannya disesuaikan dengan daya dukung kawasan wisata maupun daya dukung lahan serta intensitas penggunaan dan fungsi dari masing-masing ruang yang dihubungkan oleh jalur sirkulasi. Jalur sirkulasi tersebut adalah jalur primer dan jalur sekunder (Gambar 7)
Gambar 7. Rencana Sirkulasi
-
3.8.3 Rencana Aktivitas Wisata
Aktivitas wisata yang di kembangkan di kawasan Taman Wisata Alam Danau Tamblingan bersifat edukatif untuk mengajarkan mengenai tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan di sekitar kita. Adapun aktivitas wisata yang direncanakan di kawasan Taman Wisata Alam Danau Tamblingan ialah camping ground, tracking, photo hunting, memancing, pengenalan jenis vegetasi, wisata religi, dan pengamatan satwa liar
-
3.8.4 Rencana Fasilitas
Rencana ruang yang di kembangkan di kawasan ini adalah pintu gerbang, area parker, loket tiket dan pos jaga, toilet, dermaga dan gazebo. Pada Tabel 2 berikut ini disajikan hubungan antara ruang, aktivitas dan fasilitas yang tersedia.
Tabel 2. Hubungan Ruang, Aktivitas dan Fasilitas
Ruang |
Aktivitas |
Fasilitas |
Penerima |
Sirkulasi |
Gapura Area parkir Jalan primer Jalan sekunder Signage |
Pelayanan |
Makan dan minum Beribadah Membeli tiket Sirkulasi |
Toilet Tempat sampah Jalan primer Jalan sekunder Papan informasi Loket Rest area Signage |
Wisata |
Camping Memancing Tracking Beristirahat Photo hunting |
Toilet Area perapian Jalan sekunder Area berkemah Tempat sampah Gazebo Dermaga Signage |
Religi |
Beribadah Photo hinting |
Gazebo Jalan sekunder Tempat sampah |
Penyangga |
Tracking Photo hunting Pengenalan jenis-jenis pohon hutan |
Jalur lintas alam Tempat sampah Gazebo Signage |
Konservasi |
Pengamatan satwa liar Menikmati pemandangan |
Jalur lintas alam Signage |
-
3.8.5 Hasil Perencanaan
Berdasarkan hasil analisis, sintesis, dan penyusunan block plan yag mengacu pada konsep dasar dan konsep pengembangan, maka dapat disusun perencanaan TWA Danau Tamblingan dalam bentuk site plan sebagai berikut (Gambar 7):
Gambar 7. Site Plan
-
4. Simpulan
Perencanaan kawasan Wisata Alam Danau Tamblingan ini dilakukan dengan membagi dua zona menjadi sesuai dan tidak sesuai. Dari hasil kesesuaian lahan kemudian diklasifikasikan menjadi tiga zona yakni zona pemanfaatan, zona penyangga dan zona konservasi, dari tiga zona tersebut dikembangkan ke dalam zona ruang yang terdiri dari ruang penerima, ruang pelayanan, ruang wisata, ruang religi, ruang penyangga dan ruang konservasi. Berdasarkan konsep ruang maka dikembangkan program ruang aktivitas dan fasilitas ke dalam rencana lanskap Taman Wisata Alam Danau Tamblingan. Rencana lanskap yang disusun antara lain pemanfaatan ruang (penerima, pelayanan, wisata, religi, penyangga dan konservasi), jenis aktivitas (camping ground, tracking, photo hunting, dan memancing), dan rencana fasilitas (pintu gerbang, area parkir, loket tiket dan pos jaga, toilet, dan dermaga), dengan pengembangan perencanaan tersebut maka diharapkan kawasan Taman Wisata Alam Danau Tamblingan ini tetap lestari dan berkelanjutan.
-
5. Daftar Pustaka
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali. (2010). TWA Danau Buyan dan Danau Tamblingan. TWA Danau Buyan – Danau Tamblingan – Balai KSDA Bali (ksda-bali.go.id).
Dinas Lingkungan Hidup. (2019). TWA Danau Buyan dan Danau Tamblingan.
https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/twa-danau-buyan-dan-danau-buyan-dan-danau-tamblingan-29.
Gold, S. M. (1980). Recreation Planning and Design. McGraw-Hill Companies. New York.
Gunn CA. (1994). Tourism Planning Basics, Concepts, Cases. Taylor & Francis.
Republik Indonesia. (1990). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.
JAL | 250
Discussion and feedback