JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP

ISSN: 2442-5508

VOL. 9, NO. 2, OKTOBER 2023

Evaluasi Kualitas Visual Lanskap di Pantai Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali

Nadia Y Abigail Simanjuntak¹, Cokorda Gede Alit Semarajaya¹*, Lury Sevita Yusiana¹

  • 1.    Prodi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia 80232

*E-mail: [email protected]

Abstract

Evaluation of Visual Quality of Tourist Landscape in Jimbaran Beach, Badung Regency. Jimbaran Beach as one of the tourist attractions in Badung Regency, Bali does not yet have an optimal arrangement of the constituent elements of the landscape. This affects the visual comfort of its users. So it is important to improve the visual beauty of jimbaran beach tourist attraction. Based on this, this study aims to assess the visual quality of the Jimbaran beach landscape and provide recommendations for structuring the constituent elements of the landscape. The Method used in this research is mix-method which are qualitative by analyzing based on the existing situation and standard from related teories and quantitative to find out the visual quality of landscape elements by a method called Scenic Beauty Estimation (SBE). The results of the overall assessment by respondents showed that the visual quality of Jimbaran beach was included in the moderate category. Recommendations for landscape arrangements are needed based on the high visual quality of jimbaran beach landscape. The recommendation is expected to be an input for managers to improve the visual quality of the Jimbaran beach landscape.

Keywords: Landscape elements, scenic beauty estimation, visual quality.

  • 1.     Pendahuluan

Bali sebagai daerah tujuan wisata populer memiliki daya tarik wisata alam berupa pantai. Salah satu daya tarik wisata alam di Kabupaten Badung, Bali adalah pantai Jimbaran. Pantai Jimbaran menawarkan panorama keindahan pasir putih, pemandangan matahari tenggelam, wisata kuliner, terletak pada lokasi strategis dan dapat mudah diakses. Saat ini pantai Jimbaran belum memiliki penataan elemen penyusun lanskap secara optimal. Kondisi tersebut berpengaruh negatif terhadap kenyamanan visual penggunanya. Kenyamanan visual adalah hal yang penting untuk diperhatikan karena hal ini akan mempengaruhi jumlah kunjungan pengguna dan keberlanjutannya sebagai daya tarik wisata.

Adapun permasalahan yang timbul di pantai Jimbaran seperti terdapat elemen penyusun lanskap yang masih belum tertata optimal. Penataan daya tarik wisata dapat dikatakan optimal apabila menempatkan elemen-elemen lanskap yang fungsional dan estetik. Elemen penyusun lanskap yang dimaksud seperti landform, vegetasi, bangunan, perkerasan, struktur tapak, dan air (Booth, 1983). Berdasarkan hal tersebut, pentingnya dilakukan penilaian kualitas visual lanskap di pantai Jimbaran untuk mengetahui nilai kualitas visual daya tarik wisata sehingga dapat menentukan pengembangan penataan daya tarik wisata itu sendiri. Tujuan penelitian ini yaitu menilai kualitas visual lanskap wisata pantai Jimbaran menggunakan pengukuran Scenic Beauty Estimation (SBE) serta memberikan rekomendasi penataan elemen penyusun berdasarkan penilaian kualitas visual yang termasuk dalam kategori tinggi di pantai Jimbaran. Rekomendasi diharapkan mampu menjadi masukan bagi pengelola untuk meningkatkan kualitas visual lanskap wisata pantai Jimbaran.

  • 2.     Metode Penelitian

    • 2.1    Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pantai Jimbaran. Pantai ini berlokasi di Desa Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali seperti Gambar 1.

  • 2.2    Alat dan Bahan

Alat penelitian ini meliputi kamera handphone, meteran, Adobe Photoshop, dan Microsoft Excel. Bahan penelitian ini yaitu kuesioner dalam bentuk google form dan foto untuk diberi penilaian kualitas visual lanskap.

  • 2.3   Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan kuesioner terhadap kawasan wisata. Data sekunder yaitu sumber tertulis dan referensi lainnya. Data yang dikumpulkan meliputi:

  • a.    Aspek lingkungan, meliputi letak geografis, batas administrasi, aksesibilitas, dan pemanfaatan lahan.

  • b.    Aspek keindahan, meliputi pemandangan dan persepsi keindahan.

  • c.    Aspek elemen lanskap, meliputi elemen struktur tapak, elemen bangunan, elemen air, elemen vegetasi elemen perkerasan, dan elemen bentukan lahan.

Gambar 1. Lokasi Penelitian (Google Earth, 2021)

  • 2.4    Evaluasi

Penilaian kualitas visual bertujuan untuk mengevaluasi kualitas lanskap dan elemen lanskap pantai Jimbaran serta untuk menduga nilai keindahan lanskap berdasarkan panorama tertentu (Daniel dan Boster, 1976). Metode yang digunakan adalah metode Scenic Beauty Estimation (SBE) (Daniel dan Boster, 1976). Tahapan metode penilaian kualitas pemandangan, yaitu 1) Inventarisasi deskriptif, 2) Survei dan kuesioner, dan 3) Evaluasi berdasarkan preferensi responden untuk mendapatkan nilai SBE. Penilaian melalui sistem rating terhadap foto dengan menggunakan kuesioner (Google form).

Penilaian SBE dilakukan dengan menentukan jarak titik pengambilan yaitu pemotretan lanskap setiap 50 meter diwakili 2 lanskap (arah lautan dan arah daratan) bertujuan untuk mendapatkan keberagaman karakter lanskap. Titik visual lanskap yang diambil sebanyak 27 titik. Berdasarkan survei di lapangan, lanskap arah laut memiliki persamaan karakter lanskap sehingga menggunakan 5 lanskap sebagai preferensi responden dalam menilai. Pemotretan dilakukan di tracking area yang lurus sepanjang bibir pantai berdasarkan lokasi-lokasi yang telah ditentukan dan waktu pemotretan sore hari mulai pukul 13.00 hingga 18.00 untuk menghindari pembiasan dari pengunjung. Tinggi pemotretan adalah setinggi mata manusia dan sejajar dengan pandangan mata normal. Tinggi pemotretan dari 145-155 cm saat matahari tidak terhalang awan sehingga mendapatkan pencahayaan yang baik (Daniel dan Boster, 1976).

Seleksi foto dilakukan untuk mencari hasil pemotretan dengan pencahayaan dan kondisi objek terbaik. Contoh yang tidak digunakan adalah foto dengan kondisi pencahayaan buruk dan objek terlihat kabur. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 35 mahasiswa di atas semester VI program studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana sebagai kelompok profesional yang telah mempelajari dan memahami pengetahuan mengenai estetika lingkungan sehingga data yang diperoleh lebih valid dan akurat. Jumlah responden dengan kisaran 25-30 sudah cukup menghasilkan bentuk sebaran penarikan contoh yang mendekati normal (Daniel dan Boster, 1976). Tahap evaluasi merupakan tahap penyebaran kuesioner (Google form) dengan menampilkan foto untuk dinilai oleh responden menggunakan skala penilaian 1-10. Angka 1 menunjukkan sangat tidak disukai sedangkan angka 10 menunjukkan sangat disukai.

Nilai 1-10 yang diperoleh dari responden pada setiap gambar akan diolah menggunakan metode SBE. Setiap nilai dihitung frequency (f), cumulative frequency (cf), cumulative probability (cp), nilai z dan nilai z rata-rata menggunakan program Microsoft Excel menggunakan rumus Normsinv dikali peluang kumulatif (Normsinv x cp) dan dibuat rata-rata. Untuk nilai cp = 1 digunakan rumus perhitungan cp = 1 – 1/(2n) dan untuk nilai cp =

0 digunakan rumus cp = 1/(2n) dengan n adalah jumlah responden (Daniel dan Boster, 1976). Foto dengan nilai z rata-rata paling mendekati nol ditetapkan sebagai lanskap standar. Nilai SBE diformulasikan sebagai berikut.

SBEx= [ZLx – ZLs] × 100 .................................................................................................................................(1)

Keterangan:

SBEx = Nilai SBE lanskap ke-x (x = 1,2,3, ..., n)

ZLx      = Nilai rata-rata z lanskap ke-x

ZLs      = Nilai rata-rata z lanskap standar

Seluruh nilai SBE yang telah diperoleh selanjutnya dikelompokkan nilai keindahannya menggunakan sebaran normal dengan parameter nilai tengah (μ) dan standar deviasi (σ). Kemudian dari hasil pengelompokan nilai keindahan akan dilakukan zonasi kualitas visual. Adapun nilai keindahan dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu:

  • 1.    Nilai keindahan rendah: SBE rendah <μ – σ

  • 2.    Nilai keindahan sedang: μ – σ = SBE sedang= μ + σ

  • 3.    Nilai keindahan tinggi: SBE tinggi > μ + σ

  • 2.5    Sintesis

Sintesis bertujuan untuk mengatasi masalah dan menemukan solusi yang tepat dari setiap permasalahan yang telah dianalisis. Sintesis dari analisis kuantitatif berupa nilai SBE atau nilai kualitas visual elemen lanskap pantai Jimbaran yang diperoleh melalui penilaian responden.

  • 2.6    Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis kualitas visual maka menghasilkan sintesis berupa rekomendasi. Rekomendasi berupa penataan elemen penyusun lanskap berdasarkan penilaian kualitas visual yang termasuk dalam kategori tinggi di pantai Jimbaran.

  • 2.7    Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini yaitu pengukuran menggunakan Scenic Beauty Estimation (SBE) untuk penilaian kualitas visual lanskap wisata untuk penilaian kualitas visual lanskap wisata. Kemudian penentuan rekomendasi penataan visual elemen penyusun lanskap berdasarkan kualitas visual tinggi lanskap di pantai Jimbaran. Pembatasan lokasi penelitian yaitu pada sepanjang garis pantai Jimbaran dari perbatasan antara pantai Muaya dan pantai Jimbaran sampai jalan Batas Kauh sebagai perbatasan antara pantai Kedonganan dan pantai Jimbaran.

  • 3.     Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Gambaran Umum Lanskap Wisata di Pantai Jimbaran

Pantai Jimbaran memiliki garis pantai sepanjang 1,7 km dan dikelola secara langsung oleh desa adat Jimbaran. Desa adat Jimbaran pada mulanya merupakan kampung nelayan serta petani kemudian beralih ke sektor kuliner yaitu hasil laut (seafood). Kini mata pencaharian penduduk lokal didominasi di sektor industri pariwisata.

  • 3.1.1    Letak Geografis dan Batas Administrasi

Pantai Jimbaran secara geografis terletak antara 8° 46.043’- 8° 46.792’ Bujur Timur dan 115° 10.158’115° 9.867’ Lintang Selatan. Pantai Jimbaran memiliki batas administrasi yaitu bagian Utara berbatasan dengan jalan Batas Kauh, bagian Timur berbatasan dengan kawasan permukiman dan kawasan perdagangan dan jasa, bagian Selatan berbatasan dengan pantai Muaya Jimbaran, dan bagian Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

  • 3.1.2    Aksesibilitas

Akses menuju pantai Jimbaran terdapat 3 rute yaitu melalui Jalan Bukit Permai, Jalan Pemelisan Agung, dan Jalan Batas Kauh.

  • 3.1.3    Pemanfaatan Lahan

Kawasan di sekitar pesisir cenderung dimanfaatkan untuk rekreasi di area berpasir, penginapan, lahan tutupan vegetasi, restoran, permukiman, dan area penambatan perahu tertera pada Gambar 2.

Gambar 2. Pemanfaatan Lahan Pantai Jimbaran

  • 3.2    Identifikasi Elemen Lanskap pada Vantage Point

Pengambilan titk visual lanskap di pantai Jimbaran tertera pada Gambar 3. Elemen lanskap di pantai Jimbaran ditinjau melalui analisis Booth (1983) sebagai berikut:

  • 1.    Elemen Perkerasan

Perkerasan dapat ditemukan di jalan masuk sekitar pantai Jimbaran. Tidak adanya elemen perkerasan di dalam pantai Jimbaran sehingga penelitian ini dapat mengabaikan elemen tersebut.

  • 2.    Elemen Bangunan

Elemen bangunan yang ditemukan di pantai Jimbaran seperti bangunan balawista, restoran, warung, dan rumah penduduk. Salah satu faktor yang mempengaruhi bentuk bangunan adalah fungsi bangunan itu sendiri. Pemanfaatan bangunan di pantai Jimbaran sebagai pariwisata dan permukiman.

  • 3.    Elemen Air

Elemen air yang ditemukan di pantai Jimbaran merupakan elemen air alami. Air yang dimaksudkan berasal dari air laut tanpa adanya unsur campur tangan manusia. Kehadiran air di pantai Jimbaran menambah daya tarik tersendiri.

  • 4.    Elemen Struktur Tapak

Struktur tapak di daya tarik wisata pantai Jimbaran merupakan elemen keras, padu, dan bersifat tetap. Struktur tapak yang ditemukan seperti bangku, meja, payung pantai, tangga, pagar, gapura, gazebo, dan pergola.

  • 5.    Elemen Vegetasi

Tidak banyaknya variasi vegetasi di pantai Jimbaran dikarenakan kondisi lingkungan pantai yang cukup sukar untuk ditanami vegetasi. Hal ini disebabkan tidak ada tempat yang cocok untuk menancapkan akar dan bertahan dari ombak. Vegetasi yang ditemukan di pantai Jimbaran seperti pohon ketapang, semak-semak, dan tanaman rambat.

  • 6.    Elemen Bentukan Lahan

Pantai Jimbaran memiliki tipe bentukan lahan yaitu bentukan lahan datar (level landform).

Gambar 3. Pengambilan Titik Visual Lanskap di Pantai Jimbaran

  • 3.3    Evaluasi Kualitas Visual Elemen Lanskap

Kualitas visual lanskap dibagi ke dalam 3 kategori yaitu kualitas rendah, sedang, dan tinggi seperti pada Gambar 4. Lanskap dengan kualitas rendah memiliki nilai SBE < -80, lanskap dengan kualitas sedang memiliki nilai SBE antara -80 sampai 111, dan lanskap kualitas tinggi memiliki nilai SBE > 111.

Gambar 4. Nilai SBE Lanskap Wisata Pantai Jimbaran

  • 3.3.1    Kualitas Visual dari Arah Laut

Kualitas visual arah laut mendapatkan nilai yang bagus dari responden yaitu memiliki nilai 115 sampai 163 seperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Lanskap Kualitas Visual Tinggi Arah Lautan

Kualitas visual lanskap dari arah laut termasuk dalam kategori tinggi. Menurut Nassar (1988), seseorang cenderung menilai bagus dan indah pada sebuah objek apabila objek tersebut menimbulkan perasaan puas saat melihatnya. Lanskap dari arah laut merupakan area pantai dengan pemandangan alami seperti pasir putih, didominasi oleh air laut yang memiliki pola dengan karakteristik unik, dan biru berpadu jingganya langit menjadikan pemandangan indah untuk dinikmati oleh pengunjung.

  • 3.3.2    Kualitas Visual dari Arah Darat

Responden menilai bahwa kawasan yang berada di arah darat memiliki perbedaan nilai SBE yang signifikan dengan lanskap dari arah laut. Kualitas visual dari arah darat memiliki nilai -129 sampai 114.

Berikut kategori kualitas visual lanskap dari arah darat:

  • A.    Kualitas Visual Rendah

Lanskap-lanskap tersebut merupakan area yang tidak disukai oleh responden seperti pada Gambar 6. Terdapat elemen bangunan dengan bentuk seadanya dan tidak menyatu dengan daya tarik wisata. Elemen struktur tapak yang tidak sesuai proporsi dan tidak ada terlihat keseimbangan. Area-area yang memiliki kualitas visual rendah hanya didominasi oleh vegetasi yang kurang terawat dan terlihat kurang menarik. Terdapat beberapa sampah yang menimbulkan kesan tidak bersih dan tidak nyaman berada di area tersebut.

Gambar 6. Lanskap Kualitas Visual Rendah Arah Daratan


  • B.    Kualitas Visual Sedang

Meliawati (2003) berpendapat bahwa lanskap dengan kualitas estetika sedang memiliki proporsi yang cukup seimbang antara elemen bangunan, elemen struktur tapak, dan elemen vegetasi sehingga secara umum terlihat cukup baik. Lanskap dengan kualitas visual sedang merupakan area yang cukup disukai oleh responden namun perlu dilakukan peningkatan penataan elemen lanskap di area-area tersebut seperti pada Gambar 7.


Gambar 7. Lanskap Kualitas Visual Sedang Arah Daratan


  • C.    Kualitas Visual Tinggi

Lanskap-lanskap tersebut merupakan area yang paling disukai oleh responden seperti pada Gambar 8. Penataan fasilitas seperti bangku, meja, dan payung pantai yang baik menambah kenyamanan pengunjung. Pemilihan material dan warna pada fasilitas memberikan keselarasan, keseimbangan, dan proporsi yang jelas. Faktor lain yang menyebabkan kawasan tersebut dinilai baik adalah kerapihan di sekitar kawasan dapat memperkuat karakter lanskap tersebut.

Gambar 8. Lanskap Kualitas Visual Tinggi dari Daratan


  • 3.4    Sintesis

Solusi dari permasalahan di setiap titik lanskap dari arah dan arah laut tertera dalam Tabel 1.

Tabel 1. Tabulasi Analisis Kuantitatif dan Analisis Kualitatif

Analisis Kuantitatif

Analisis

Kualitatif

Hasil Sintesis

Lanskap dari Arah Daratan

Lanskap 1: Nilai kualitas visual lanskap rendah yaitu -119,19

  • a.    Bangunan restoran didominasi oleh warna gelap dan memiliki bentuk seadanya tidak ada kemiripan kelompok.

  • b.    Kursi dan meja tidak menampilkan simetri harmoni karena ukurannya tidak seragam.

  • a.    Bangunan perlu menggunakan warna kesan hangat (cokelat, putih, atau merah campur abu-abu).  Bentuk

bangunan mengacu dengan gaya tradisional Bali sebagai ciri khas daya tarik wisata.

  • b.    Kursi dan meja perlu untuk memiliki warna, ukuran, dan jumlah yang seragam.

Lanskap 2: Nilai kualitas visual lanskap tinggi yaitu 112,02

Lanskap 3: Nilai kualitas visual lanskap tinggi yaitu 113,62

Lanskap 4: Nilai kualitas visual lanskap tinggi yaitu 113,43

  • a.    Bangunan  menunjukkan  konsistensi

penataan dengan adanya kemiripan bentuk dan warna.

  • b.    Terdapat unsur yang berbeda yaitu lampu dan papan nama sebagai aksen.

  • c.    Sudah menampilkan variasi pola yang jelas seperti bentuk kursi, meja, dan payung pantai yang seragam dan sudah memperhatikan jarak peletakan yang tepat.

  • d.    Proporsi bentuk, ukuran, dan warna dari kursi, meja, dan payung pantai sudah menampilkan keselarasan.

Mempertahankan keberadaan eksisting area tersebut dikarenakan elemen-elemen lanskap sudah memiliki prinsip-prinsip desain.

Lanskap 5: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu 18,02

Lanskap 6: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu 84,32

  • a.    Ukuran, bentuk tajuk, dan jumlah vegetasi yang ada sudah mencapai keseimbangan.   Peletakan   vegetasi

sudah tepat sehingga menciptakan irama dan simetri harmoni.

  • b.    Vegetasi yang ada memberikan kesan menyatu dengan material lainnya.

  • a.    Mempertahankan kondisi eksisting namun masih perlu memperhatikan peningkatan pemeliharaan area.

  • b.    Payung    pantai    perlu    untuk

menggunakan warna dengan kesan hangat   seperti   cokelat   sehingga

memberikan kesan selaras dengan

Lanskap 7: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu 62,39

  • c.    Gazebo, pagar, kursi, meja, dan payung pantai sudah memiliki proporsi yang seimbang.

  • d.    Payung pantai menggunakan warna tidak selaras dengan material lainnya.

material lainnya.

Lanskap 8: Nilai kualitas visual lanskap rendah yaitu -117,30

Lanskap 9: Nilai kualitas visual lanskap rendah yaitu -101,57

  • a.    Vegetasi yang ada tidak memiliki keseimbangan ukuran dan bentuk tajuk sehingga tidak menyatu dengan area tersebut.

  • b.    Kondisi lingkungan tidak terawat dan memberikan kesan kotor.

  • a.    Peningkatan perawatan lingkungan dengan membersihkan sampah secara berkala.

  • b.    Menata vegetasi dengan melakukan pemangkasan rutin sehingga bentuk tajuk menyatu dengan area tersebut.

Lanskap 10: Nilai kualitas visual lanskap rendah yaitu -128,90

Lanskap 11: Nilai kualitas visual lanskap rendah yaitu -98,30

Hanya terdapat elemen vegetasi yang tidak teratur dan tumbuh liar. Terlihat sampah sebagai pendorong lanskap ini termasuk dalam kategori rendah.

Mempertahankan kondisi eksisting kealamian area tersebut dan melakukan pemeliharaan rutin.

Lanskap 12: Nilai kualitas visual lanskap rendah yaitu -124,12

  • a.    Bangunan memiliki bentuk sederhana dan    seadanya    sehingga    tidak

menunjukkan kesatuan daya tarik wisata.

  • b.    Vegetasi alami tidak terawat.

  • a.    Bentuk bangunan  mengacu pada

bentuk  tradisional   Bali   sehingga

memiliki identitas daya tarik wisata.

  • b.    Melakukan perawatan vegetasi secara berkala.

Lanskap 13: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu -77,35

Vegetasi alami tidak terawat.

Melakukan pemeliharaan dengan memangkas dan merapikan vegetasi yang ada.

Lanskap 14: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu 59,24

Lanskap 15: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu 87,36

  • a.    Bangunan memiliki bentuk asimetris berwarna cokelat sehingga menjadi pusat perhatian.

  • b.    Kursi dan kanopi memiliki ukuran dan jumlah yang sudah seimbang.

Mempertahankan kondisi eksisting namun masih perlu dilakukan peningkatan pemeliharaan seperti pemangkasan tajuk vegetasi.

Analisis Kuantitatif

Analisis

Kualitatif

Hasil Sintesis

c. Vegetasi kurang terawat, perlu dilakukan

pemangkasan sehingga tajuk tidak menutupi kanopi tersebut.

Lanskap 16: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu 65,13

a. Vegetasi eksisting memiliki sifat alami a. Pertahankan kondisi kealamian area namun tidak terawat.                      dan memelihara lebih lanjut sehingga

tidak terkesan berantakan.

Lanskap 17: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu 12,71

  • a.    Vegetasi eksisting memiliki sifat alami a. Pertahankan kondisi kealamian area namun tidak terawat.                      dan memelihara lebih lanjut sehingga

  • b.    Adanya    pagar pembatas proyek  tidak terkesan berantakan.

Lanskap 18: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu -47,04

bangunan yang cukup mengganggu b. Menempatkan   papan    informasi

visual pengguna.                        mengenai proyek bangunan.

Lanskap 19: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu 24,32

Lanskap 20: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu -46,76

Kapal ditempatkan berdekatan dengan area wisata sehingga cukup mengganggu secara visual.

Alokasi kapal-kapal nelayan ke area non wisata.

Lanskap 21: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu 68,97

a. Bangunan memiliki bentuk seragam namun   warna   mencolok   dan

memberikan kurang menarik.

  • a.    Memiliki bentuk bangunan dengan warna kesan hangat..

  • b.    Memperhatikan warna material bangku dan meja menjadi warna netral (putih, cokelat, kuning gading, atau abu-abu)..

Lanskap 22: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu 39,31

b. Bangku dan meja sudah memiliki proporsi yang seimbang namun tidak menampilkan keserasian warna.

Lanskap 23: Nilai kualitas visual lanskap rendah yaitu -85,73

  • a.    Bangunan tidak memiliki kesatuan tema, bentuk, dan warna sehingga tidak menampilkan kesatuan dan keserasian.

  • b.    Meja dan bangku tidak memiliki proporsi yang seimbang. Selain  itu, tidak

memperhatikan jarak peletakan.

  • a.   Bangunan   harus   menunjukkan

identitas dengan memiliki kesatuan tema yaitu memiliki warna bangunan dengan kesan hangat.

  • b.    Meja dan bangku harus memiliki proporsi yang seimbang dan diberi jarak peletakan yang tepat

Lanskap 24: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu -28,95

  • a.    Gapura dan tangga sudah memiliki nilai keselarasan,    keseimbangan    dan

kesatuan area.

  • b.    Terdapat elemen vegetasi yang menutupi gapura sehingga mengganggu visual gapura.

a. Mempertahankan    kondisi    alami

elemen struktur tapak.

b.Merapikan vegetasi yang menutupi gapura.

Lanskap 25: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu -54,18

a.Bangunan memiliki bentuk sederhana dan seadanya sehingga tidak terlihat menarik dan tidak menampilkan ciri khas daya tarik wisata.

b. Vegetasi tidak terawat sehingga tidak

  • a.    Bentuk bangunan mengacu pada gaya tradisional        Bali        sehingga

mempresentasikan daya tarik wisata.

  • b.    Melakukan     perawatan     intensif

terhadap vegetasi yang ada.

Lanskap 26: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu -6,65

Terdapat kapal-kapal nelayan yang ditempatkan tidak beraturan.

Alokasi kapal-kapal nelayan ke area non wisata.

Lanskap 27: Nilai kualitas visual lanskap sedang yaitu 0,00

Lanskap dari Arah Lautan

Lanskap 28: Nilai kualitas visual lanskap tinggi yaitu 155,30

a. Lanskap arah lautan sudah mencapai keseimbangan     visual     dengan

memberikan   kesan   indah   melalui

Tidak ada rekomendasi terhadap view lanskap dari arah laut.

Lanskap 29: Nilai kualitas visual lanskap tinggi yaitu 163,15

Lanskap 30: Nilai kualitas visual lanskap tinggi yaitu 161,64

kejernihan air.

b. Besarnya proporsi air dalam suatu lanskap menjadikan kualitas visualnya meningkat.

Analisis Kuantitatif                          Analisis                                   Hasil

Kualitatif                                 Sintesis

Lanskap 31: Nilai kualitas visual c. Menampilkan variasi ombak sebagai

lanskap tinggi yaitu 155,55        irama dan aksen.

Lanskap 32: Nilai kualitas visual

lanskap tinggi yaitu 161,64

  • 3.5    Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap penilaian kualitas visual pada setiap lanskap arah lautan dan dari arah daratan maka lanskap dengan kategori penilaian visual tinggi ditetapkan sebagai pengembangan penataan elemen penyusun lanskap. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa lanskap dengan visual tinggi telah memiliki penataan elemen lanskap yang baik dan memiliki keharmonisan antar elemen penyusun lanskap yang ada. Pengembangan dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai visual lanskap adalah sebagai berikut: 1.     Elemen Bangunan

Bangunan penting untuk memiliki kesatuan ciri khas yang didapatkan melalui pola, corak, dan tekstur. Bentuk bangunan sederhana sebagai ciri khas yang merepresentasikan bahwa permukiman ini berbeda dengan area sekitar daya tarik wisata seperti kesatuan tema bentuk atap, corak, dan pola menyesuaikan gaya arsitektur Bali sebagai ciri khas tradisional lokal seperti Gambar 9. Warna bangunan sebaiknya mengekspresikan kesan hangat seperti merah campur putih, oranye (jingga), merah campur abu-abu, putih, dan cokelat (Hakim, 2003). Penggunaan bahan-bahan alami (tanah, batu-batuan) dapat memberikan warna menarik pada bangunan tersebut sehingga menunjukkan visual estetika yang tinggi.

(a) Bentuk Bangunan Penginapan      (b) Bentuk Bangunan Pemukiman

Gambar 9. Ilustrasi Rekomendasi Bangunan

  • 2.    Elemen Struktur Tapak

Penataan dapat dilakukan dengan memperhatikan jarak peletakan elemen struktur tapak seperti meja, pagar, kursi, gazebo, dan payung pantai sehingga menampilkan irama dan keseimbangan. Penting untuk menampilkan keserasian dengan memiliki proporsi ukuran yang tepat dan seimbang dan menggunakan warna netral seperti coklat, putih, dan abu-abu seperti Gambar 10. Selain itu menempatkan unsur dominan seperti lampu dan signage sehingga menjadi aksen area tersebut dan menampilkan keindahan visual dengan nilai tinggi.

Gambar 10. Ilustrasi Rekomendasi Struktur Tapak

  • 3.     Elemen Vegetasi

Pemeliharaan intensif vegetasi eksisting dengan melakukan pemangkasan rutin untuk mengendalikan pertumbuhan tanaman yang mengganggu kegiatan wisata. Meliawati (2003), pentingnya untuk melakukan penataan dan pemeliharaan rutin pada elemen lanskap sehingga tampak indah dan lestari secara berkelanjutan.

  • 5.     Simpulan dan Saran

    • 5.1    Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai evaluasi kualitas visual lanskap di pantai Jimbaran menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE), maka dapat diketahui bahwa arah lautan termasuk dalam kategori tinggi sementara arah daratan memiliki tingkatan kategori rendah, sedang, dan tinggi. Melalui 27 lanskap arah daratan terdapat 7 lanskap dengan nilai SBE <-80, rekomendasi diberikan agar mampu meningkatkan kualitas visual lanskap pada daya tarik pantai Jimbaran. Pada kategori sedang terdapat 17 lanskap dengan nilai -80 < SBE < 111, dilakukan analisis dan sintesis untuk mengetahui perlu atau tidaknya memberikan rekomendasi penataan. Untuk kategori tinggi terdapat 3 lanskap dengan nilai SBE >111, lanskap kategori tinggi ini dijadikan acuan dalam menata elemen penyusun lanskap di pantai Jimbaran. Lanskap kategori tinggi merupakan lanskap yang telah memiliki keharmonisan dan kesatuan dengan elemen lanskap lainnya.

Hasil keseluruhan penilaian kualitas visual daya tarik wisata pantai Jimbaran dapat disimpulkan bahwa pantai Jimbaran termasuk dalam kategori sedang dengan nilai SBE adalah 16, yang berarti kondisi visual daya tarik wisata sudah cukup baik namun penataanya masih kurang maksimal. Sehingga dengan dilakukannya evaluasi dan memberikan rekomendasi mampu meningkatkan nilai visual daya tarik wisata pantai Jimbaran dan memberikan kenyamanan visual bagi penggunanya.

  • 5.2    Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kualitas lanskap wisata di pantai Jimbaran, penelitian ini dapat dilanjutkan dengan membuat produk desain penataan lanskap dengan mempertimbangkan rekomendasi penataan elemen penyusun lanskap sehingga menambah kesan menarik dan lebih meningkatkan kualitas visual lanskap wisata di pantai Jimbaran.

  • 6.     Daftar Pustaka

Bell, Simon. (1993). Elements of Visual Design in the Landscape. New York. Spon Press: 220 p. ISBN: 0-20335814-7.

Booth, Norman. K. (1989). Basic Elements of Landscape Architectural Design. United States of America. Waveland Press.

Budiyono, D dan H. T. Soelistyari. (2016). Evaluasi Kualitas Visual Lanskap Wisata Pantai Balekambang di Desa Srigono Kabupaten Malang. Jurnal Lanskap Indonesia. 1(2):80-90.

Daniel T. C dan Booster R. S. (1976). Measuring Landscape Aesthetics: The Scenic Beauty Estimation Method.

USDA Forest Service Research Paper. RM 167:66 p.

Hakim, R. (2003). Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap. Jakarta: Bumi Aksara.

Meliawati. (2003). Kajian Karakteristik dan Elemen-Elemen Pembentuk Kualitas Estetika Lanskap Kota Bogor.

Skripsi (tidak dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor.

Nassar, J. L. (1988). Environmental Aesthetics. New York: Cambridge University Press. 529 p.

JAL | 230

http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap