Konsep Desain Jalur Interpretasi Wisata Sejarah Mads Lange di Hilir Tukad Mati Kuta Badung
on
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP
ISSN: 2442-5508
VOL. 9, NO. 1, APRIL 2023
Konsep Desain Jalur Interpretasi Wisata Sejarah Mads Lange di Hilir Tukad Mati, Kuta Badung
Ida Nyoman Dwaja Sattwika1, Naniek Kohdrata1*, I Made Agus Dharmadiatmika1
-
1. Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Indonesia 80236
*E-mail: [email protected]
Abstract
Conceptual Design of Historical Tourism Interpretation Route of Mads Lange in Downstream Tukad Mati Kuta Badung. Downstream of Tukad Mati is a historical location related to the development of Kuta. In the past, this downstream was a pier called Jangkong pier. Mads Lange was known to have businesses that had been part of Kuta development at that time. Mads Lange was a Danish trader who lived in Kuta from 1839 and also died in Kuta in 1856. There are three locations related with Mads Lange in Tukad Mati downstream, those are; the Jangkong former pier associated with the trading activities, the former houses and factories of Mads Lange which are currently become Pasar Senggol Kuta (Kuta community market) and the Alron Hotel, and the Mads Lange’s grave. This study aims to transform the story of Mads Lange during his time in Kuta and adapt it into historical tourism program that is an interpretation route design concept. The research method of this study is a survey method in which the data collected by using observation, interviews and literature studies. Descriptive analysis is used for data processing with four stages: preparation, data inventory, synthesis analysis, and design concepts. The basic concept generated in this research is the utilization of the historical story of Mads Lange as a branding of the tourist interpretation in Tukad Mati downstream. The concept of interpretation facilities is carried out by adding interpretation facilities, such as: interpretation media, information centers, and making a replica of the pier. In addition, supporting facilities are also added speed table, river walk, directions, parking, gates, seating, and a foodcourt. For the lighting concept, namely the concept of welcome light on the gate, guiding light, and lighting for interpretation. The concept of interpretation route is designed by integrating some of existing tourist attractions and some others facilities and elements of design required. The conceptual design of historical route of Mads Lange starts from the gate, information center, Mads Lange grave, Mads Lange chest sclapture, dalmantion dog sclapture, Jangkong replica, river landscape, foodcourt, and ending at the plaza.
Keywords: Tukad Mati Kuta Downstream, Mads Lange, Design Concepts, Historical Tourism Interpretation Path.
-
1. Pendahuluan
Kuta merupakan kawasan pusat kegiatan pariwisata di Bali. Sebelum menjadi pusat kegiatan pariwisata dahulu Kuta merupakan kawasan pusat perdagangan Bali selatan di bawah pemerintahan Kerajaan Badung. Pada masa inilah Kuta menjadi poros perdagangan di Bali selatan. Perkembangan Kuta menjadi poros perdagangan di Bali selatan tidak terlepas oleh kehadiran Mads Lange. Menurut Agung et al. (1989) menyebutkan bahwa kegiatan perdagangan di Kuta menjadi ramai berkat usaha Mads Lange. Mads Lange merupakan seorang pedagang asal Denmark yang dipercayai menjadi syahbandar (pemimpin pelabuhan) oleh Raja Kesiman yang merupakan bagian dari Kerajaan Badung. Dua pelabuhan yang Mads Lange pimpin adalah pelabuhan sisi barat di pantai Kuta dan pelabuhan timur dekat Teluk Benoa. Pelabuhan di timur berlokasi dekat hilir Tukad Mati. Pada hilir Tukad Mati dahulu merupakan lokasi parkir kapal dan perahu para pedagang di Kuta termasuk juga kapal Mads Lange. Pada hilir Tukad Mati terdapat bekas lokasi rumah Mads Lange. Sumadi (2012) menyebutkan dahulu Mads Lange mendirikan sebuah pabrik kopra di pinggir Sungai Gilingan di sebelah timur peken (pasar) Desa Adat Kuta. Hilir Tukad Mati juga merupakan lokasi Mads Lange meninggal sebelum akan berlayar menuju negara asalnya (Bloch, 2007). Karena meninggal di hilir Tukad Mads Lange kemudian dimakamkan di Kuta tepatnya di hilir Tukad Mati Kuta. Bekas Dermaga Jangkong disepanjang hilir Tukad Mati, bekas rumah Mads Lange, dan makam Mads Lange merupakan penanda sejarah keberadaan Mads Lange di Kuta.
Walaupun saat ini Kuta sudah berkembang menjadi kawasan wisata, atraksi wisata harus terus ditingkatkan dan dikembangkan. Salah satu kawasan yang berpotensi dijadikan sebagai objek daya tarik wisata adalah kawasan hilir Tukad Mati. Sebagai kawasan yang memiliki nilai sejarah yang tinggi tentang cerita Mads Lange, kawasan hilir Tukad Mati memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata sejarah di Kuta. Cerita tentang aktivitas Mads Lange di hilir Tukad Mati dapat dijadikan sebagai pendekatan konsep dalam mendesain kawasan hilir Tukad Mati. Pendekatan cerita dalam konsep yang mengedepankan narasi cerita dan suasana budaya (living culture) diyakini dapat mempercepat pembangunan maupun pengembangan industri wisata. Rencana pengembangan hilir Tukad Mati untuk tujuan wisata perlu didukung dengan konsep desain lanskap jalur interpretasi wisata sejarah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cerita sejarah berkaitan dengan aktivitas Mads Lange di hilir Tukad Mati dan mentransformasikan cerita sejarah tersebut ke dalam konsep desain jalur interpretasi wisata sejarah.
Penelitian ini dilakukan di wilayah hilir Tukad Mati yang berada di Lingkungan Jaba Jero, Kuta Badung. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai bulan Juni 2020 hingga Juni 2021. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, komputer, kamera digital, dan perangkat lunak pengolah gambar (AutoCAD, Sketchup, Vray, Photoshop, MS Word). Sedangkan untuk bahan sendiri berupa lembar wawancara.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik pengumpulan data penelitian menggunakan teknik observasi, wawancara dengan narasumber yang mengetahui sejarah Mads Lange di Kuta, dan studi pustaka. Tahapan pengolahan data menggunakan metode analisis deskriptif, yang mengacu pada tahapan desain lanskap menurut Simonds (1983) yaitu persiapan, inventarisasi data, analisis, sintesis, dan konsep desain.
Penelitian ini berfokus pada studi mengenai konsep desain lanskap jalur interpretasi wisata sejarah Mads Lange di hilir Tukad Mati Kuta untuk dapat menambah informasi sejarah dalam kegiatan wisata. Produk yang dihasilkan yaitu produk konsep desain berupa site plan dan gambar ilustrasi konsep.
Secara administratif kawasan hilir Tukad Mati berlokasi di kelurahan Kuta. Kawasan sejarah hilir Tukad Mati berada di kawasan Kuta yang merupakan kawasan strategis pusat kegiatan Pariwisata di Bali. Lokasi strategis hilir Tukad Mati sangat potensial jika di kembangkan menjadi kawasan wisata sejarah.
Nillai Thermal Humidity Index (THI) pada hilir Tukad Mati yaitu 26,97, nilai THI yang dimiliki kawasan hilir Tukad Mati tergolong nyaman. Berdasarkan kelas kecepatan angin skala Beaurfort kawasan hilir tukad
Mati tergolong memiliki kelas kecepatan angin yang anginya bergerak sepoi lemah sampai sepoi lembut yaitu dengan rata-rata kecepatan angin adalah 2,9 m/s. Kecepatan angin rata-rata kawasan hilir Tukad Mati adalah tergolong kecepatan angin yang aman untuk pengembangan kegiatan wisata. Beberapa titik lokasi yang memiliki vegetasi yang kurang suhu terasa kurang nyaman.
Tukad Mati merupakan sungai yang merupakan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Mati yang memiliki enam bangunan pengendali banjir yaitu: bendung Lange, bendung Tegeh, bendung Dadas, bendung Umadui, Trashrack Tukad Mati, dan Longstorage bendung gerak muara Tukad Mati. Berdasarkan penelitian Ishomudin (2017), bangunan pengendali banjir di hulu lokasi penelitian yaitu Trashrack Tukad Mati mampu mengendalikan debit air maksimum ketika curah hujan maksimum. Pada penelitian Adnyani (2018) menyebutkan bangunan long storage di muara Tukad Mati mampu menganggulangi masalah banjir dan rob, begitu juga bendung gerak di muara Tukad Mati mampu mengendalikan banjir rob dari Teluk Benoa. Sehingga lokasi penelitian berdasarkan keadaan hidrologi aman dari luapan banjir ataupun banjir rob.
Secara umum kawasan Kelurahan Kuta termasuk kedalam kawasan dataran rendah dengan variasi ketinggian 0-5 mdpl di semua kawasan. Elevasi lahan di kawasan ini berkisar 0-8%. Secara umum kondisi fisiografi didominasi oleh daerah yang relatif datar (BPDASHL Unda Anyar, 2021).
Kawasan Hilir Tukad Mati memiliki jenis tanah regosol coklat kekuningan yang tersebar di semua kawasan. Walaupun tanah regosol merupakan tanah dengan produktivitas yang rendah, jenis tanah regosol tetap dapat dimanfaatkan dengan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologisnya.
Jenis tanaman yang terdapat pada tapak antara lain: kelapa (Cocos nucifera), waru (Hibiscus tiliaceus), mangga (Mangifera indica), jepun (Plumeria sp), flamboyan (Delonix regia), jamblang (Syzygium cumini), sawo (Manilkara zapota), ketapang (Terminalia catappa), angsana (Pterocarpus indicus Willd). Penutup tanah yang berada di area makam dan hilir sungai didominasi oleh rumput (Poaceae). Flamboyan (Delonix regia) pada tapak merupakan vegetasi yang tumbuh dominan. Selain sebagai tanaman peneduh, flamboyan memiliki potensi karena warna bunga yang indah, ditambah ketika musim gugur akan menjatuhkan bunganya. Vegetasi yang memiliki potensi sejarah adalah kelapa (Cocos nutifera), kelapa merupakan vegetasi yang dahulu banyak tumbuh di Kuta dan juga berkaitan dengan pabrik Mads Lange karena pabriknya adalah pabrik pengolahan kelapa (kopra).
Terdapat beberapa visual dengan kualitas baik yang berpotensi sebagai visual pendukung kawasan wisata. Visual dengan kualitas baik diantaranya: visual makam Mads Lange, visual lanskap sungai, dan visual hotel Alron. Pada kawasan penelitian terdapat juga beberapa titik yang mempunyai kualitas visual yang kurang baik seperti visual tembok bangunan di tepian sungai yang tidak berorientasi ke sungai dan visual penataan lanskap yang kurang tertata pada taman di seberang jalan makam Mads Lange, dan visual akses masuk ke bangunan gudang truk DKP Badung yang lokasinya di sebelah makam Mads Lange. Keberadaan tembok bangunan yang berhimpit dengan badan sungai serta orientasinya membelakangi sungai.
Terdapat beberapa cerita sejarah Mads Lange diantaranya: cerita kedatangan Mads Lange ke Kuta menyusuri Tukad Mati tahun 1839, cerita kemajuan dagang Mads Lange di Pelabuhan Jangkong, cerita pembangunan rumah Mads Lange bergaya Indis pertama di Bali, cerita perkawinan Mads Lange dengan Nyi Kenyer dan Ong San Nio yang melahirkan tiga anak yaitu: William Peter (1843), Cecilia Catharina (1848), dan Andreas Emil (1850). Selain itu, terdapat juga cerita kematian Mads Lange yang terjadi pada tahun 1856 (Bloch, 2007). Selain cerita atraksi yang mampu menarik wisatawan, terdapat juga objek sejarah terkait Mads Lange yang mampu menjadi daya tarik wisata. Objek tersebut diantaranya: makam Mads Lange, jalan Tuan Lange, bekas lokasi dermaga pelabuhan Jangkong, dan bekas lokasi rumah Mads Lange. Saat ini bekas lokasi dermaga Jangkong sudah tidak lagi digunakan sebagai terminal parkir kapal. Lokasi bekas rumah Mads Lange adalah pada hilir Tukad Mati sebelah barat Jalan Bypass Ngurah Rai dan timur dari pasar Desa Adat Kuta (Sumadi, 2012). Hal senada disampaikan oleh salah satu tokoh masyarakat Kuta I Nyoman Sukra (wawancara, 20 Juni 2021).
Terdapat fasilitas pasar senggol yang dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk makan pengunjung. Sedangkan untuk akomodasi menginap dapat memanfaatkan keberadaan Hotel Alron. Fasilitas interpretasi pada kawasan masih sangat kurang. Begitupula untuk fasilitas pendukung kegiatan wisata interpretasi masih sangat kurang.
Aksesibilitas menuju kawasan hilir Tukad Mati dapat diakses menggunakan dua akses jalan yaitu dari Jalan Tuan Lange di selatan dan Jalan Gelora di utara kawasan penelitian. Untuk memudahkan pencapaian lokasi wisata maka dipilih akses dari jalan Tuan Lange sebagai akses utama. Keberadaan mobilitas truk sampah milik DKP Badung akan mengganggu kegiatan wisata, maka diperlukan pemindahan lokasi akses untuk masuk ke gudang truk dan untuk sirkulasi truk agar hanya menggunakan sebagian jalan Tuan Lange yang diakses melalui Jalan Kendedes.
Komponen pelayanan tambahan terdapat badan pengelola wisata Kuta dan untuk mengakomodasi moda perahu dapat memanfaatkan keberadaan perahu komunitas nelayan Prapat Agung Mengening Patasari. 3.3 Sintesis
Sintesis merupakan tahap untuk mencari jalan keluar dari semua masalah dan pengembangan potensi yang terdapat di kawasan hilir Tukad Mati.
-
3.3.1 Sintesis Aspek Biofisik
Kawasan sejarah hilir Tukad Mati berlokasi di kelurahan Kuta. Kawasan sejarah hilir Tukad Mati berada di kawasan Kuta yang merupakan kawasan strategis pusat kegiatan pariwisata di Bali. Lokasi strategis hilir Tukad Mati sangat potensial jika dikembangkan menjadi kawasan wisata sejarah.
Berdasarkan data iklim kawasan hilir Tukad Mati memiliki potensi dikembangkan sebagai kawasan wisata. Nilai THI yang dimiliki kawasan hilir Tukad Mati tergolong nyaman. Kecepatan angin rata-rata kawasan hilir Tukad Mati adalah tergolong kecepatan angin yang aman untuk pengembangan kegiatan wisata.
Keadaan hidrologi Tukad Mati aman jika dikembangkan untuk tujuan wisata. Berdasarkan penelitian Ishomudin (2017), bangunan pengendali banjir di hulu lokasi penelitian yaitu Trashrack Tukad Mati mampu mengendalikan debit air maksimum ketika curah hujan maksimum. Adnyani (2018) menyebutkan bendung gerak di muara Tukad Mati mampu mengendalikan banjir rob dari Teluk Benoa. Sehingga lokasi penelitian berdasarkan keadaan hidrologi aman dari luapan banjir ataupun banjir rob. Pengembangan wisata juga dapat dilakukan dengan adanya atraksi wisata air karena keadaan sungai terus dialiri air.
Kondisi topografi kawasan hilir Tukad Mati berada pada dataran rendah. Berdasarkan tipe Topografi kawasan hilir Tukad Mati berpotensi dijadikan tempat wisata karena memiliki topografi yang tidak curam. Lahan yang memiliki kemiringan lahan yang landai sangat mudah didesain dan dimanfaatkan.
Kawasan Hilir Tukad Mati memiliki jenis tanah regosol coklat kekuningan yang tersebar di semua kawasan. Tanah regosol merupakan salah satu jenis tanah marginal yang memiliki produktivitas rendah. Walaupun tanah regosol merupakan tanah dengan produktivitas yang rendah, jenis tanah regosol tetap dapat dimanfaatkan dengan menambahkan bahan organik.
Titik lokasi yang keadaan termalnya kurang nyaman diatasi dengan penanaman pohon peneduh di beberapa titik yang sedikit vegetasi peneduh. Sedangkan untuk lokasi yang vegetasinya kurang tertata dilakukan penataan vegetasi. Vegetasi flamboyan (Delonix regia) pada tapak dimanfaatkan sebagai vegetasi potensial. Selain flamboyan, vegetasi kelapa (Cocos nucifera) juga dimaksimalkan keberadaanya karena berkaitan dengan nilai sejarah.
Visual dengan kualitas visual yang baik dijadikan sebagai potensi tapak dan perlu dipertahankan. Sedangkan titik yang mempunyai kualitas visual yang kurang baik perlu didesain. Untuk visual tembok bangunan yang berhimpit dengan badan sungai serta orientasinya membelakangi sungai dapat diupayakan agar ditata dengan sentuhan seni mural. Mural merupakan media yang efektif untuk penyampaian pesan secara visual. Untuk visual gerbang truk sampah dapat diupayakan dengan pemindahan akses masuknya dan pengaturan sirkulasi dari truk sampah. Sedangkan untuk visual lanskap yang kurang ditata didesain agar menampilkan kesan estetika.
Cerita Mads Lange di hilir Tukad Mati dapat dijadikan atraksi wisata yang akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Atraksi wisata tentang cerita sejarah Mads Lange berkaitan dengan beberapa lokasi di hilir Tukad Mati yaitu: Makam Mads Lange, bekas lokasi Dermaga Jangkong, dan bekas lokasi rumah dan pabrik Mads Lange. Atraksi-atraksi tersebut dapat dijadikan sebagai komponen atraksi wisata interpretasi sejarah. Namun, saat ini Dermaga Jangkong sudah tidak ada dan hanya meninggalkan bekas lokasinya saja. Maka dari itu diperlukan fasilitas interpretasi berupa replika dermaga dan papan interpretasi agar dapat
menjadi atraksi wisata. Saat ini bekas rumah Mads Lange juga sudah berubah bentuk dan fungsi menjadi pasar senggol dan hotel, maka diperlukan media interpretasi dan redesain pasar senggol agar dapat menjadi atraksi wisata dan dapat menyampaikan cerita sejarah yang ada.
Kegiatan makan dan istirahat wisatawan dapat memanfaatkan keberadaan pasar senggol, tetapi bangunannya perlu di redesain agar lebih menarik dan menampilkan citra kawasan sejarah. Fasilitas akomodasi dapat memanfaatkan keberadaan Hotel Alron yang lokasinya merupakan bekas lokasi rumah Mads Lange, pemanfaatan tersebut juga dibutuhkan rekomendasi agar desain interior ruangannya mengadopsi interior rumah Mads Lange. Untuk fasilitas interpretasi sangat diperlukan guna memberikan informasi sejarah dan mendukung kegiatan wisata interpretasi. Nugroho (2019) menyebutkan media interpretasi terdiri dari media keras dan lunak. Pada kawasan hilir Tukad Mati media keras yang dibutuhkan yaitu: papan interpretasi, dan pusat informasi. Selain papan interpretasi dan pusat informasi, dibutuhkan juga fasilitas dermaga sebagai replika Jangkong zaman dahulu. Howard (2003) menyebutkan praktik interpretasi dalam desain bentuknya dapat berupa replika atau peniruan. Guna mendukung kegiatan wisata interpretasi dibutuhkan juga fasilitas pendukung diantaranya: river walk, speed table, penunjuk arah, parkir, gapura, bangku taman, dan foodcourt.
Aksesibilitas menuju kawasan hilir Tukad Mati menggunakan akses dari Jalan Tuan Lange sebagai akses utama. Agar tidak mengganggu kegiatan wisata, maka diperlukan pemindahan lokasi akses untuk masuk ke gudang truk sampah dan pengaturan sirkulasi agar tidak melewati area akses kawasan wisata. Untuk menghubungkan antar objek dan atraksi yang akan diinterpretasikan perlu dibuatkan sirkulasi berupa riverwalk di tepian hilir Tukad Mati.
Pengelolaan dari kawasan wisata interpretasi sejarah di hilir Tukad Mati dapat memanfaatkan keberadaan badan pengelola wisata Kuta yang bernaung di bawah Desa Adat Kuta. Selain itu, adanya kelompok nelayan Prapat Agung Mengening Pata Sari untuk memanfaatkan keberadaan perahu atau jukung untuk moda transportasi air guna menambah atraksi wisata.
-
3.4.1 Konsep Dasar
Konsep dasar desain kawasan hilir tukad Mati adalah memanfaatkan potensi cerita sejarah terkait Mads Lange sebagai branding penataan kawasan hilir Tukad Mati untuk kawasan wisata. Kawasan yang didesain merupakan bekas pelabuhan Jangkong di Kuta yang merupakan penanda history perkembangan Kuta. Dengan keberadaan makam Mads Lange dan bekas rumah Mads Lange di hilir Tukad Mati memperkuat cerita sejarah Mads Lange yang dihubungkan melalui jalur interpretasi yang merupakan integrasi dari keberadaan atraksi wisata berupa objek sejarah dan cerita sejarah. Dalam perencanaan jalur interpretasi diperlukan juga sebuah pesan atau nilai moral yang akan disampaikan kepada wisatawan. Adapun pesan yang ingin disampaikan adalah bagaimana wisatawan dapat mencontoh sikap Mads Lange ketika menjalankan bisnis dagangnya di Kuta sebagai warga pendatang yang tetap menghormati dan menghargai penduduk lokal, melalui mempelajari adat dan kebiasaan masyarakat lokal, hal tersebut yang menyebabkan Mads Lange dihormati oleh penduduk lokal Kuta hingga namanya tetap terkenang sebagai tokoh yang berjasa besar terhadap kemajuan Kuta.
-
3.4.2 Konsep Ruang dan Aktivitas
Penerapan konsep ruang terbagi atas tiga ruang yaitu ruang penerimaan, ruang aktivitas wisata, dan ruang penyangga. Pertama yaitu ruang penerimaan dengan aktivitas parkir dan servis pengunjung, yang kedua ruang aktivitas wisata sebagai ruang aktif kegiatan wisata dengan aktivitasnya adalah interpretasi cerita sejarah Mads Lange di hilir Tukad Mati. Ketiga adalah ruang pendukung yang merupakan ruang ruang yang berada di sekitar ruang penerimaan dan aktivitas wisata yang mendukung kegiatan wisata. Konsep sub-ruang dan aktivitas dapat dilihat pada Gambar 2. Konsep ruang, sub-ruang, aktivitas, dan fasilitas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Konsep ruang, sub-ruang, aktivitas, dan fasilitas
No |
Ruang |
Sub-ruang |
Aktivitas |
Fasilitas | |
1 |
Penerimaan |
parkir |
a. parkir kendaraan wisatawan |
a. Parkir | |
Pusat informasi |
|
| |||
2 |
Aktivitas Wisata |
Makam Mads Lange |
|
a. |
Papan Interpretasi |
Replika bekas dermaga jangkong sisi selatan dan utara |
|
a. b. c. d. e. |
Replika Jangkong Papan interpretasi Relief cerita Tempat duduk River walk | ||
Bekas rumah dan pabrik mads lange |
|
c. d. |
Food court Papan interpretasi Tempat duduk Papan penunjuk arah | ||
Plaza |
|
a. b. |
Papan interpretasi visual Tempat duduk | ||
3 |
Pendukung |
- |
Tidak ada aktivitas wisata interpretasi. tetapi berfungsi sebagai ruang mendukung kegiatan wisata. |
-
3.4.3 Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi yang diterapkan adalah sirkulasi linear dari ruang penerimaan di sisi selatan menuju sisi utara. Sirkulasi dibagi atas sirkulasi kendaraan, pejalan kaki, dan sirkulasi di air. Dilakukan pengaturan sirkulasi untuk truk sampah agar hanya menggunakan bagian jalan Tuan Lange di utara dan tidak melewati area makam Mads Lange.
-
3.4.4 Konsep Vegetasi
Pada lokasi penelitian penerapan konsep vegetasi yaitu menggunakan vegetasi eksisting dan penambahan beberapa fungsi vegetasi yang lain. Fungsi vegetasi yang ditambahkan adalah fungsi arsitektural dan estetika. Fungsi spesifik vegetasi arsitektural yang digunakan yaitu vegetasi fungsi peneduh dan pengarah. Vegetasi didominasi oleh vegetasi jenis flamboyan (Delonix regia) dan kelapa (Cocos nucifera). Pemilihan flamboyan karena memiliki karakter dan tampilan yang menarik dan pemilihan kelapa karena kelapa
memiliki keterkaitan sejarah dengan Mads Lange karena pabriknya adalah pabrik pengolahan kelapa dan kawasan Kuta dahulu banyak terdapat pohon kelapa.
Gambar 2. Konsep sub ruang dan aktivitas
-
3.4.5 Konsep Fasilitas Interpretasi
Konsep fasilitas interpretasi yang dibuat adalah papan interpretasi, pusat informasi, dan replika Dermaga Jangkong. Berikut merupakan pemaparan dari fasilitas interpretasi.
-
1. Papan interpretasi
Papan interpretasi berfungsi sebagai media informasi terkait atraksi wisata yang ada. Terdapat enam model papan interpretasi yang akan didesain untuk dapat menyampaikan cerita. Papan interpretasi yang pertama adalah papan interpretasi pada makam Mads Lange yang bercerita tentang kematian Mads Lange (Gambar 3a). Papan interpretasi kedua adalah papan interpretasi patung anjing Dalmantion (Gambar 3b). Ketiga adalah papan interpretasi patung dada Mads Lange (Gambar 3c). Papan interpretasi keempat adalah papan interpretasi pada replika dermaga Jangkong (Gambar 4a). Kelima adalah papan interpretasi yang diletakan pada food court yang bercerita tentang kronologi kejadian di rumah Mads Lange (Gambar 4b). Terakhir adalah papan interpretasi visual yang diletakan pada plaza yang membandingkan ilustrasi rumah Mads Lange dahulu dengan keadaan sekarang (Gambar 4c).
(a.) (b.) (c.)
-
a. objek makam, b. objek patung anjing Dalmantion c. Objek patung dada Mads Lange. Gambar 3. Media Papan Interpretasi Area Makam Mads Lange
(a.) (b.) (c.)
a. Papan interpretasi Jangkong, b. Media Interpretasi food court, c. Media Interpretasi Visual Gambar 4. Papan Interpretasi pada replika Jangkong
-
2. Pusat Informasi
Pusat informasi merupakan tempat yang terdiri dari ruang lobby, ruang pamer barang-barang Mads Lange, ruang audio visual, perspustakaan, ruang kerja, ruang arsip, dan sebagainya (Gambar 5). Pada bangunan pusat informasi yang direncanakan juga terdapat fasilitas toilet. Pusat informasi berguna untuk menyampaikan seluruh informasi penting tentang objek pada suatu kawasan wisata alam. Pada area depan bangunan pusat informasi ditambahankan papan informasi yang memuat peta kawasan.
Gambar 5. Pusat Informasi
-
3. Replika Dermaga Jangkong
Replika dermaga Jangkong merupakan bentuk peniruan Jangkong di masa lalu sebagai salah satu kawasan tempat parkir kapal di Kuta. Peniruan ini bertujuan mempertegas cerita dan juga menambah atraksi wisata yang ada. Desain replika dermaga Jangkong dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Replika Dermaga Jangkong
-
3.4.6 Konsep Fasilitas Pendukung Wisata
Fasilitas pendukung merupakan fasilitas yang bertujuan mendukung aktivitas wisata pada tapak. Fasilitas pendukung yang didesain pada kawasan wisata hilir Tukad Mati yaitu: speed table, river walk, penunjuk arah, parkir, gapura, bangku taman, dan foodcourt.
-
3.4.7 Konsep Pencahayaan
Konsep pencahayaan pada area penelitian adalah yang pertama konsep welcome light pada gapura ruang penerimaan memberi kesan penyambutan. Kedua adalah konsep lampu pengarah digunakan pada area sirkulasi. Ketiga adalah konsep pencahayaan pada objek interpretasi dan media interpretasi.
-
3.4.8 Konsep Jalur Interpretasi
Konsep jalur Interpretasi meliputi rute yang akan melintasi atraksi wisata sejarah terkait Mads Lange di hilir Tukad Mati Kuta di antarannya: dimulai dari gapura utama, kemudian pusat informasi, makam Mads Lange, patung dada Mads Lange, patung anjing Dalmantion, replika Jangkong, lanskap sungai, food court, dan berakhir pada plaza. Rencana jalur interpretasi dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Konsep Jalur Interpretasi
-
3.4.9 Concept Plan
Concept plan merupakan tahap akhir dari konsep desain yang akan digambarkan dengan produk gambar berupa site plan. Site plan dapat dilihat pada Gambar 8.
-
4. Simpulan
Mads Lange merupakan sosok pedagang yang memiliki pengaruh besar terhadap kemajuan Kuta. Sebuah jalan kemudian diberi nama Jalan Tuan Lange sebagai penghargaan terhadap Mads Lange. Kisah Mads Lange di Kuta diawali tahun 1839 ketika mengungsi menuju Kuta. Mads Lange mendirikan rumah dan pabrik kopra di hilir Tukad Mati yang disebut sebagai bangunan Indisch pertama di Bali. Selama kurang lebih 17 tahun Mads Lange berhasil menjalankan dagang dan menjadikan Kuta menjadi poros perdagangan di Bali selatan. Pada 13 Mei 1856 Mads Lange meninggal di atas kapalnya yang akan berlayar kembali ke Denmark, karena meninggal di Kuta Mads Lange kemudian dimakamkan di Kuta tepatnya di lokasi pemakaman Cina.
Konsep dasar desain kawasan hilir tukad Mati adalah memanfaatkan potensi cerita sejarah terkait Mads Lange sebagai branding penataan kawasan hilir Tukad Mati untuk kawasan wisata. Kawasan yang didesain merupakan lokasi terkait aktivitas Mads Lange yaitu bekas Dermaga Jangkong di Kuta yang saat ini merupakan hilir Tukad Mati, bekas rumah Mads Lange yang saat ini adalah pasar senggol Kuta dan Hotel Alron, dan area Makam Mads Lange. Konsep ruang penataan terbagi atas ruang penerimaan, aktivitas wisata, dan penyangga wisata. Konsep sirkulasi merupakan sirkulasi linear yang disesuaikan dengan keadaan lanskap dan beberapa lokasi sejarah. konsep vegetasi pada kawasan adalah dominan menggunakan vegetasi eksisting yaitu flamboyan (Delonix regia) dan kelapa (Cocos nucifera) serta menambahkan vegetasi dengan fungsi pengarah dan peneduh serta fungsi estetika. Untuk dapat menyampaikan informasi sejarah dibuat fasilitas interpretasi berupa papan interpretasi, pusat informasi, dan replika dermaga Jangkong. Agar dapat mendukung kegiatan wisata dibuat fasilitas pendukung antara lain: speed table, river walks, papan penunjuk arah, parkir, gapura, tempat duduk dan foodcourt. Konsep pencahayaan terbagi atas pencahayaan fungsi penerangan jalan dan untuk aktivitas wisata interpretasi sejarah. Untuk konsep jalur interpretasi didasarkan oleh keberadaan atraksi wisata yang ada, dimulai dari rute gapura utama, kemudian pusat informasi, makam
Mads Lange, patung dada Mads Lange, patung anjing Dalmantion, replika Jangkong, lanskap sungai, foodcourt, dan berakhir pada plaza.
Gambar 8. Site Plan
-
5. Daftar Pustaka
Adnyani, L. K. A. (2018). Analisis Debit Rancangan Long Storage Muara Tukad Mati di Kabupaten Badung.
[Universitas Mahasaraswati Denpasar]. repository.unmas.ac.id
Agung, A. A. G. P., I. G. Parimartha, I. B. G. Budharta, I. B. Rama (1986). Sejarah Kota Denpasar 1945-1979.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.
Balai Pelestari Daerah Aliran Sungai Hutan Lindung Unda Anyar. (2020). Data Topografi wilayah Kuta. Balai Pelestari Daerah Aliran Sungai Hutan Lindung Unda Anyar Bali
Bloch, P. (2007). Mads Lange-The Bali Trader and Peacemaker. Bali Purnati Center, Hardback.
Howard, P. (2003). Heritage: Management, Interpretation, Identity, New York, Continum.
Ishomudin, A. (2017). Analisis Bangunan Pengendali Banjir di Sepanjang Sungai Tukad Mati Provinsi Bali. [Politeknik Negeri Bali].
Nugroho, P., A. (2019). Interpretasi Wisata Alam, Perencanaan Interpretasi Wisata alam Terpadu dan Mandiri.
Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Simonds, J.O. (1983). Landscape Architectur: A Manual Site Planning and Design. McGraw-Hill Book Co. New York
Sumadi, K. (2012). Perkembangan Pariwisata Budaya di Kuta: Dari Desa Pelabuhan Sampai Global Tourism Village. Vidya Duta: Jurnal Ilmiah Ilmu Agama dan Ilmu Sosial Budaya. 5 (2): 1978-1075. ISSN: 2614-5340
http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap
JAL | 71
Discussion and feedback