Perencanaan Jalur Interpretasi Wisata Sejarah di Desa Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali
on
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP
ISSN: 2442-5508
VOL. 9, NO. 1, APRIL 2023
Perencanaan jalur interpretasi wisata sejarah di Desa Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali
Albirahman Yulianto1, Naniek Kohdrata1*, I Made Sukewijaya2
-
1. Prodi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Indonesia
-
2. Prodi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Indonesia
*E-mail: naniek_kohdrata@unud.ac.id
Abstract
Planning of historical tourism interpretation route in Blahbatuh Village, Gianyar Regency, Bali. Blahbatuh village is one of the villages in Blahbatuh district, Gianyar regency, Bali, with historical heritage in the form of historical stories and sites. Blahbatuh village starts to develop tourism programs that involves historic sites. One of tourism program that can be developed in Blahbatuh is a historical tourism that utilizing interpretation activity. This study has two objectives, that are to identify the potential historical sites as an attraction for tourist, and to plan interpretation route for historical tourism in Blahbatuh. This study uses survey method with planning stage which consist of preparation, inventory, analysis, synthesis, and planning. Descriptive analysis is applied in biophysics and tourism aspects which consists of attraction, amenities, accessibility, and ancillary. Quantitative analysis is applied to measure the variable of tourist attraction. The result is formulated into an interpretation route plan, that is based on themes, space programming plan, and circulation plan. The interpretation route of Blahbatuh Village’s historical heritage is developed from the era of Bali ancient kingdom, to the colonial time within the village vicinity of Blahbatuh.
Keywords: Blahbatuh village, Historical tourism, Interpretation route
-
1. Pendahuluan
Desa Blahbatuh adalah salah satu desa di Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, yang memiliki peninggalan bersejarah di dalamnya. Peninggalan tersebut tertuang dalam wujud lanskap sejarah beserta benda peninggalan dan cerita sejarahnya. Peninggalan bersejarah tersebut memiliki rentang waktu yang dimulai dari era Kerajaan Bali kuno hingga era kolonialisme. Beberapa objek sejarah di Desa Blahbatuh antara lain Puri Ageng Blahbatuh, Pura Dalem Maya, Pura Puseh, Vihara Amurva Bhumi, dan Jembatan Gantung Tukad Petanu.
Desa Blahbatuh saat ini belum secara aktif memiliki aktivitas pariwisata. Perbekel Desa Blahbatuh, Gede Satya Kusuma (2020) menyatakan bahwa saat ini, Desa Blahbatuh sedang mengembangkan kegiatan pariwisata, sehingga belum ada jumlah kunjungan dari wisatawan yang signifikan. Upaya pengembangan yang telah dilakukan yaitu pelaksanaan sebuah festival budaya dengan nama Blahbatuh Full Moon, dan membangun signage bertuliskan Desa Wisata Blahbatuh.
Pengembangan lanskap sejarah sebagai tujuan wisata merupakan salah satu bentuk pelestarian dan perlindungan terhadap peninggalan sejarah, serta pengenalan dan penghargaan terhadap sejarah bangsa (Riyanto et al., 2016). Salah satu bentuk pengembangan wisata yang dapat diterapkan di lanskap sejarah Desa Blahbatuh yaitu wisata sejarah dengan kegiatan interpretasi di dalamnya. Kegiatan interpretasi tersebut selanjutnya dikemas ke dalam jalur interpretasi, untuk memberikan pengalaman wisata sekaligus memaksimalkan penyampaian informasi kepada wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi objek sejarah sebagai daya tarik wisata sejarah di Desa Blahbatuh, dan membuat rencana jalur interpretasi wisata sejarah di Desa Blahbatuh.
pada data biofisik dan kepariwisataan yang sudah dikumpulkan dari tahap inventarisasi. Teknik skoring sederhana dilakukan terhadap komponen kepariwisataan yaitu komponen atraksi, yang disusun dengan modifikasi berdasarkan kriteria oleh Harris dan Dines (1988, dalam Wibawa, 2020), dan MacKinnon et al., (1986). Kriteria yang digunakan meliputi: Keaslian fungsi, keaslian elemen, keutuhan, dan keunikan. Kelas A didapat dengan rentang jumlah skor 11 – 12, B dengan rentang jumlah skor 8 – 10, dan C dengan rentang jumlah skor 4 – 7.
Tabel 1. Kriteria Penilaian Komponen Atraksi
No |
. Kriteria |
Skor | |
1 (Kurang) |
2 (Sedang) 3 (Baik) | ||
1. |
Keaslian Fungsi |
Objek mengalami perubahan fungsi secara total |
Objek mengalami perubahan Objek tidak mengalami fungsi dan tetap perubahan fungsi mempertahankan fungsi aslinya |
2. |
Keaslian Elemen |
Elemen sudah mengalami pembaruan dan mengalami perubahan bentuk |
Elemen sudah mengalami Elemen masih asli dan tidak pembaruan tetapi tetap mengalami perubahan bentuk mempertahankan bentuk awalnya |
3. |
Keutuhan |
Terdapat kerusakan berat pada bangunan/struktur atau benda peninggalan |
Terdapat kerusakan ringan padaTidak terdapat kerusakan bangunan/struktur atau benda pada bangunan/struktur atau peninggalan benda peninggalan |
4. |
Keunikan |
Cerita sejarah dapat dijumpai di lebih dari 3 objek lain di kawasan yang sama |
Cerita sejarah dapat dijumpai di Cerita sejarah hanya ada 2-3 objek lain di kawasan yang satu-satunya di kawasan sama yang sama |
Sumber: Harris dan Dines (1988, dalam Wibawa, 2020), dan MacKinnon et al. (1986) dengan modifikasi
-
3.1.3 Visual
Kondisi visual yang tergolong kondisi visual yang baik (good view) pada kawasan objek sejarah di Desa Blahbatuh tersusun oleh visual dari objek itu sendiri dan alam. Good view yang berupa pemandangan alam berupa pemandangan Sungai Petanu. Good view juga terdapat pada tanda masuk existing, tetapi taman di tanda masuk tersebut memerlukan perawatan untuk meningkatkan kualitas estetikanya. Bad view terdapat pada jembatan gantung yaitu di bagian barat jembatan gantung tertutupi dahan pohon, serta material jembatan sudah rusak. Bad view juga terdapat di bagian depan Pura Puseh, bagian depan Monumen Perjuangan Rakyat Astina Selatan, dan Patung Kebo Iwa. Bad view tersebut disebabkan oleh kabel listrik yang kurang tertata dengan rapi.
Gambar 1. Peta Orientasi Desa Blahbatuh
Komponen atraksi terdiri dari cerita sejarah dan keterkaitannya dengan elemen di objek sejarah yang ada di Desa Blahbatuh. Cerita sejarah dikelompokan menjadi dua, yang terdiri dari sejarah Kebo Iwa dan sejarah perkembangan Desa Blahbatuh. Cerita sejarah perkembangan Desa Blahbatuh pada era Kerajaan Bali Kuno memiliki kesamaan dengan cerita sejarah Kebo Iwa. Objek sejarah yang berkaitan dengan cerita sejarah Kebo Iwa meliputi Pura Puseh, Pura Dalem Maya, dan Puri Ageng Blahbatuh. Objek sejarah yang berkaitan dengan cerita sejarah perkembangan Desa Blahbatuh meliputi Pura Puseh, Pura Dalem Maya, Puri Ageng Blahbatuh, Vihara Amurva Bhumi, dan Jembatan Gantung Tukad Petanu.
-
3.2.2 Objek Sejarah
-
1. Pura Puseh
Elemen peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas interpretasi wisatawan meliputi Kori Agung dan struktur beserta ragam hias, arca Pangulu, dan batu nisan Kebo Iwa. Terdapat pula arca Sapta Giri di Pura Gaduh, tetapi arca tersebut tidak diperbolehkan untuk dilihat masyarakat umum atau wisatawan.
-
2. Pura Dalem Maya
Elemen peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan interpretasi cerita sejarah Kebo Iwa adalah Barabatu, dan struktur serta ragam hias pura. Barabatu tidak diperbolehkan untuk dilihat oleh masyarakat umum.
-
3. Puri Ageng Blahbatuh
Elemen peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan interpretasi meliputi guci peninggalan Ida Dalem Dukut, Topeng Gajah Mada, dan bangunan serta struktur di Puri Ageng Blahbatuh. Topeng Gajah Mada tidak boleh dilihat oleh masyarakat umum.
-
4. Vihara Amurva Bhumi
Elemen peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan interpretasi meliputi bangunan Bakti Sala dan ragam hias wihara.
-
5. Jembatan Gantung Tukad Petanu
Jembatan Gantung Tukad Petanu belum pernah mengalami renovasi dan masih asli sejak pertama kali dibuat. Elemen peninggalan sejarah untuk aktivitas interpretasi wisatawan adalah struktur jembatan itu sendiri.
-
3.2.3 Komponen Fasilitas
Fasilitas untuk kebutuhan makan telah tersedia di satu objek sejarah yaitu Puri Ageng Blahbatuh, dengan fasilitas dapur (kitchen) untuk pelayanan terhadap kebutuhan makan wisatawan. Terdapat pasar malam yang sering disebut pasar senggol yang menawarkan makanan trandisional dan street food. Pasar senggol dan Puri Ageng Blahbatuh dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk kebutuhan makan serta istirahat wisatawan. Namun, jam buka pasar senggol perlu dimajukan menjadi sekitar pukul 12.00 WITA yaitu saat kegiatan pasar pagi telah selesai, sehingga wisatawan dapat berkunjung dengan rentang waktu yang lebih lebar. Terdapat pula Monumen Perjuangan Rakyat Astina Selatan yang terletak di arah selatan perempatan Puri Ageng Blahbatuh, yang dapat berfungsi sebagai areal istirahat bagi wisatawan.
Fasilitas parkir yang disediakan khusus untuk aktivitas wisata belum tersedia. Areal parkir yang berpotensi dapat dijadikan areal parkir wisatawan terdapat di areal parkir Vihara Amurva Bhumi dan areal parkir Puri Ageng Blahbatuh. Areal parkir Puri Ageng Blahbatuh lebih sesuai dimanfaatkan sebagai areal parkir bagi wisatawan, karena memiliki luas yang lebih besar serta akses yang lebih aman.
Fasilitas terkait kebutuhan interpretasi bagi wisatawan sudah tersedia tetapi belum lengkap. Papan nama objek sejarah sudah terdapat di objek sejarah Pura Puseh, Pura Dalem Maya, dan Vihara Amurva Bhumi. Sedangkan objek sejarah Puri Ageng Blahbatuh dan Jembatan Gantung Tukad Petanu belum memiliki papan nama. Tanda interepretasi yang berfungsi untuk menyediakan informasi mengenai objek sejarah belum tersedia di seluruh objek sejarah.
-
3.2.4 Komponen Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju Desa Blahbatuh khususnya di kawasan objek sejarah Desa Blahbatuh relatif mudah, karena dapat ditempuh melalui kendaraan roda dua atau empat. Angkutan umum seperti bus belum tersedia, karena belum terdapat angkutan umum bus yang memiliki rute atau halte di Desa Blahbatuh. Namun, terdapat angkutan umum bus dengan rute yang mendekati Desa Blahbatuh, yaitu Trans Metro Dewata. Koridor 4 dengan rute Terminal Ubung – Sentral Parkir Monkey Forest, memiliki rute yang melewati Terminal Batubulan hingga Jl. Raya Sakah.
Terdapat empat akses masuk menuju kawasan wisata sejarah Desa Blahbatuh, yaitu akses pertama dari Denpasar menuju Jalan Wisma Gajah Mada, akses kedua dari Denpasar dengan rute Jalan Bypass Prof. Dr. Ida Bagus Mantra menuju Jalan Pantai Saba, akses ketiga dari Gianyar menuju Jalan Udayana, dan akses keempat dari Gianyar menuju Jalan Kebo Iwa.
Secara keseluruhan terdapat tiga tanda masuk Desa Blahbatuh. Dua tanda masuk berada di perbatasan desa pada ruas Jalan Wisma Gajah Mada yang mengarah ke arah barat, dan satu tanda masuk berada di perempatan Puri Ageng Blahbatuh yang juga mengarah ke arah barat. Tanda masuk di area batas desa berupa tulisan yang berbunyi “Selamat Datang di Desa Blahbatuh”, dan patung Kebo Iwa dengan aksara Bali yang berbunyi “Kebo Iwa”. Tanda masuk yang berada di perempatan Puri Ageng Blahbatuh berupa tulisan yang berbunyi “Desa Wisata Blahbatuh”.
Kondisi jalan kolektor primer yang merupakan jalan utama yang menghubungkan objek sejarah dalam kondisi baik, dengan ciri tidak terdapat lubang atau kerusakan, marka jalan masih terlihat jelas, dan lampu lalu lintas berfungsi dengan baik. Jalur pedestrian dalam kondisi yang relatif baik dan layak. Namun, terdapat ruas
jalan yang tidak terdapat jalur pedestrian di Jalan Wisma Gajah Mada. Perlu dibuatkan jalur pedestrian karena jalur tersebut menghubungkan objek sejarah Vihara Amurva Bhumi dengan Pura Dalem Maya.
-
3.2.5 Komponen Pelayanan Tambahan
Desa Blahbatuh telah memiliki badan khusus yang mengelola pariwisata di desa, yaitu Blahbatuh Tourism Board (BTB) yang sudah ada sejak tahun 2018, dan berada dibawah naungan pemerintah desa. Keberadaan BTB dapat memaksimalkan pengembangan wisata di Desa Blahbatuh. BTB sudah melakukan kegiatan promosi objek wisata yang ada di Desa Blahbatuh melalui media cetak yaitu brosur. Perlu adanya penambahan media promosi seperti melalui media sosial, sehingga dapat menjangkau masyarakat umum dengan lebih luas.
-
3.2.6 Skoring Objek Sejarah
Skoring dilakukan pada kelima objek sejarah di Desa Blahbatuh. Skoring mengacu pada kriteria yang terdiri dari: Kriteria I, keaslian fungsi; Kriteria II, keaslian elemen; Kriteria III, keutuhan; dan Kriteria IV, keunikan. Hasil skoring tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Skoring Objek Sejarah
No. |
Skor Setiap Kriteria |
Kelas | |||||
Objek Sejarah |
I II |
III |
IV |
Total Skor | |||
1. |
Pura Puseh |
3 |
2 |
3 |
2 |
10 |
B |
2. |
Pura Dalem Maya |
3 |
2 |
3 |
2 |
10 |
B |
3. |
Puri Ageng Blahbatuh |
2 |
2 |
2 |
3 |
9 |
B |
4. |
Vihara Amurva Bhumi |
3 |
2 |
3 |
3 |
11 |
A |
5. |
Jembatan Gantung |
1 |
3 |
1 |
3 |
8 |
B |
Total keseluruhan skor akan menghasilkan objek dengan kelas sangat potensial (A), potensial (B), dan kurang potensial (C). Fungsi dari diadakannya skoring adalah untuk menilai potensi atraksi dari suatu objek, sehingga dapat ditentukan pemanfaatan yang optimal. Objek sejarah dengan kelas atraksi sangat potensial (A) hanya perlu memanfaatkan dan mempertahankan potensi atraksi tersebut agar dalam pemanfaatannya tidak merusak potensi atraksi itu sendiri. Objek sejarah dengan kelas atraksi potensial (B), perlu untuk melakukan perbaikan terhadap kriteria yang masih memungkinkan untuk diperbaiki, sehingga dapat memaksimalkan potensi atraksi yang dimiliki objek sejarah tersebut. Objek sejarah dengan kelas atraksi kurang potensial (C) dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata pendukung. Berdasarkan hasil skoring di Tabel 2, terdapat empat objek dengan kelas B, dan satu objek dengan kelas A.
Masalah dan potensi yang telah dikemukakan di tahap analisis selanjutnya ditentukan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensinya. Berdasarkan hasil skoring yang telah dilakukan, objek sejarah mendapat kelas dengan rentang A dan B, sehingga seluruh objek sejarah dapat dimanfaatkan ke dalam jalur interpretasi wisata sejarah. Objek sejarah dengan kelas A didapat oleh satu objek sejarah yaitu Vihara Amurva Bhumi. Objek sejarah dengan kelas B meliputi Pura Puseh, Pura Dalem Maya, Puri Ageng Blahbatuh, dan Jembatan Gantung Tukad Petanu.
Konsep dasar yang diterapkan pada perencanaan jalur interpretasi wisata sejarah di Desa Blahbatuh adalah kegiatan wisata dengan memanfaatkan nilai sejarah untuk tujuan wisata dan edukasi. Tujuan wisata merupakan pelaksanaan kegiatan wisata itu sendiri, dan tujuan edukasi merupakan edukasi mengenai informasi sejarah dan pesan dari cerita sejarah yang diharapkan dapat diterima oleh wisatawan saat mengunjungi objek sejarah. Konsep dasar selanjutnya dilakukan pengembangan menjadi empat konsep, yaitu konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep aktivitas dan fasilitas, serta konsep jalur interpretasi.
-
3.4.1. Konsep Ruang
Konsep ruang yang digunakan di kawasan wisata sejarah Desa Blahbatuh, ditentukan berdasarkan fungsi ruang yang berkaitan dengan aktivitas wisata. Ruang tersebut meliputi ruang penerimaan, ruang wisata, dan ruang pendukung wisata. Bagan konsep ruang dapat dilihat di Gambar 2.
Gambar 2. Konsep Ruang
-
3.4.2. Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi disusun berdasarkan alur pada konsep ruang. Artinya, ruang-ruang yang ada dihubungkan oleh sirkulasi dengan mengikuti urutan dari konsep ruang. Wisatawan harus memasuki ruang tertentu untuk bisa menuju ke ruang selanjutnya. Sirkulasi terbagi atas sirkulasi primer dan sekunder. Sirkulasi primer merupakan jalur yang menghubungkan halte micro bus, yang dilalui dengan kendaraan micro bus. Sirkulasi sekunder merupakan jalur yang dilalui oleh pedestrian dan berfungsi untuk menghubungkan objek sejarah dan fasilitas pendukung.
-
3.4.3. Konsep Aktivitas dan Fasilitas
Konsep aktivitas terbagi menjadi dua, yaitu aktivitas interpretasi dan aktivitas non-interpretasi. Aktivitas interpretasi merupakan aktivitas wisatawan dalam mengunjungi objek sejarah dengan tujuan interpretasi sejarah sedangkan aktivitas non-interpretasi merupakan aktivitas wisatawan yang tidak memiliki tujuan interpretasi sejarah. Fasilitas dibagi menjadi dua, yaitu fasilitas wisata dan fasilitas interpretasi. Fasilitas wisata merupakan fasilitas yang ditujukan untuk mendukung kebutuhan wisata secara umum, dan fasilitas interpretasi merupakan media interpretasi yang secara khusus ditujukan untuk aktivitas interpretasi wisatawan.
-
3.4.4. Konsep Jalur Interpretasi
Konsep jalur interpretasi didasarkan pada cerita sejarah yang dimiliki oleh objek sejarah, yaitu penggabungan dua kategori cerita sejarah yang ada. Topik yang diangkat dari jalur interpretasi ini adalah sejarah, dengan tema yang digunakan adalah peninggalan sejarah Desa Blahbatuh dari era Kerajaan Bali Kuno/Bedahulu, hingga era kolonialisme. Cerita sejarah yang digunakan yaitu sejarah Kebo Iwa dan sejarah perkembangan Desa Blahbatuh. Objek sejarah Pura Puseh dan Pura Dalem Maya merupakan objek dengan era Kerajaan Bedahulu, Puri Ageng Blahbatuh merupakan objek yang mewakili era Kerajaan Gelgel, Vihara Amurva Bhumi merupakan objek yang mewakili era Sembilan Kerajaan, dan Jembatan Gantung Tukad Petanu merupakan objek yang mewakili era kolonialisme. Era pemerintahan dan tahun berdirinya objek sejarah dapat dilihat di Tabel 3.
Secara singkat, era Kerajaan Bali Kuno/Bedahulu berawal pada abad 8 hingga 14, yang ditandai dengan kepemimpinan raja Kerajaan Bedahulu pertama Sri Kesari Warmadewa, dan raja Kerajaan Bedahulu terakhir Sri Astasura Ratna Bhumi Banten (Kompas.com, 2021). Taniputera, (2017) menyatakan bahwa era Kerajaan Gelgel berkuasa di rentang tahun 1383 hingga tahun 1704, yang ditandai dengan dikalahkannya
Kerajaan Gelgel dan terbentuknya Kerajaan Klungkung. Lebih lanjut dijelaskan bahwa era Sembilan Kerajaan terjadi di awal abad ke-19 hingga tahun 1908. Era Kolonialisme yang dimaksud merupakan era berakhirnya pemerintahan kerajaan, yang dimulai pada tahun 1908 yaitu saat terjadinya Puputan Klungkung, hingga tahun 1945 (Taniputera, 2017).
Tabel 3. Era Pemerintahan dan Tahun Berdirinya Objek Sejarah | |||
Era Pemerintahan |
Tahun Pemerintahan |
Objek Sejarah |
Tahun Berdiri |
Era Kerajaan Bali Kuno / Bedahulu |
Abad ke-8 sampai 14 |
|
|
Era Kerajaan Gelgel |
1383-1704 |
• Puri Ageng Blahbatuh |
• Sekitar 1648-1678 |
Era Sembilan Kerajaan |
Awal abad ke-19-1908 |
• Vihara Amurva Bhumi |
• 1826 |
Era Kolonialisme |
1908-1945 |
• Jembatan Gantung Tukad Petanu |
• 1930 |
Ruang penerimaan primer ditentukan di Puri Ageng Blahbatuh atas dasar fasilitas yang dimiliki dan aksesibilitas. Ruang penerimaan sekunder ditentukan di tanda masuk berupa tulisan Selamat Datang di Desa Blahbatuh dan patung Kebo Iwa di ruas Jl. Wisma Gajah Mada. Penambahan ruang penerimaan sekunder dilakukan di ruas jalan yang belum memiliki tanda masuk, yaitu di ruas Jalan Udayana, Jalan Kebo Iwa, dan Jalan Pantai Saba. Ruang wisata terdiri dari objek sejarah dengan atraksi sejarah didalamnya. Ruang wisata tersebut meliputi Pura Puseh, Pura Dalem Maya, Puri Ageng Blahbatuh, Vihara Amurva Bhumi, dan Jembatan Gantung Tukad Petanu. Ruang pendukung wisata terbagi berdasarkan fungsinya. Ruang untuk pemenuh kebutuhan makan terdapat di Puri Ageng Blahbatuh, dan pasar senggol di Pasar Umum Blahbatuh dan Pasar Yadnya. Pasar Umum Blahbatuh juga dapat menjadi fasilitas bagi wisatawan untuk berbelanja suvenir. Pusat informasi direncanakan agar berada di Puri Ageng Blahbatuh. Ruang istirahat terdapat di Puri Ageng Blahbatuh dan Taman Monumen Perjuangan Rakyat Astina Selatan. Rencana ruang dapat dilihat di Gambar 3.
-
3.5.2 Rencana Sirkulasi
Akses masuk wisatawan menuju kawasan wisata diarahkan dengan tanda masuk di ruang penerimaan sekunder. Sebanyak tiga tanda masuk ditambahkan di masing-masing ruang penerimaan sekunder yang belum terdapat tanda masuknya. Penambahan tanda masuk dan halte micro bus dapat dilihat pada rencana sirkulasi di Gambar 4.
Gambar 3. Rencana Ruang
Gambar 4. Rencana Sirkulasi
-
3.5.3 Rencana Aktivitas dan Fasilitas
Aktivitas interpretasi terdiri dari melihat objek sejarah dan elemen peninggalan sejarahnya, membaca deskripsi atau cerita sejarah melalui tanda interpretasi, mendengarkan cerita sejarah melalui pemandu wisata, dan berfoto di objek sejarah. Aktivitas non-interpretasi terdiri dari parkir, pembelian tiket, memperoleh informasi, menaiki transportasi wisata, makan, istirahat, dan berbelanja suvenir.
Fasilitas untuk membantu aktivitas interpretasi wisatawan berupa media interpretasi, yang dibedakan menjadi pelayanan oleh petugas dan tanpa petugas. Media interpretasi yang melibatkan pelayanan petugas adalah pemandu wisata dan petugas informasi. Media interpretasi yang menggunakan pelayanan tanpa petugas adalah tanda interpretasi. Fasilitas wisata yang merupakan fasilitas untuk aktivitas wisata secara umum dan tidak memiliki kaitan dengan aktivitas interpretasi, terdiri dari tanda masuk di setiap ruang penerimaan sekunder dan primer, rambu pengarah, areal parkir, pusat informasi dan tiket, signage aturan/larangan, tempat sampah, meja makan, dan tempat duduk.
-
3.5.4 Rencana Jalur Interpretasi
Rencana jalur interpretasi disusun berdasarkan rencana ruang dan rencana sirkulasi dengan tema yang telah ditentukan di tahap pengembangan konsep. Tema yang digunakan adalah peninggalan sejarah Desa Blahbatuh dari era Kerajaan Bali kuno hingga era kolonialisme. Tujuan diangkatnya tema tersebut agar wisatawan mampu mengetahui cerita sejarah Desa Blahbatuh melalui peninggalannya dari awal kepemimpinan Kerajaan Bali Kuno dengan kaitannya tokoh legendaris Kebo Iwa, kemudian peninggalan sejarah pada era Kerajaan Gelgel, dan saat era kolonialisme. Rencana jalur interpretasi dapat dilihat di Gambar 5.
Gambar 3. Rencana Jalur Interpretasi
-
4. Simpulan
Kawasan objek sejarah di Desa Blahbatuh merupakan kawasan dengan atraksi yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kegiatan wisata sejarah, yang dikemas ke dalam jalur interpretasi. Berdasarkan hasil analisis di komponen atraksi, cerita sejarah yang ada di objek sejarah Desa Blahbatuh dapat dibagi menjadi
dua, yaitu sejarah Kebo Iwa dan sejarah perkembangan Desa Blahbatuh. Disamping memiliki cerita sejarah, objek sejarah di Desa Blahbatuh juga memiliki atraksi yang berupa elemen peninggalan sejarah. Seluruh objek sejarah memiliki elemen peninggalan sejarah yang berkaitan dengan cerita sejarah yang ada. Meskipun tidak seluruh elemen peninggalan sejarah dapat dilihat oleh wisatawan, tetapi aktivitas interpretasi masih dapat dilakukan melalui media interpretasi.
Konsep dasar yang diterapkan pada perencanaan jalur interpretasi wisata sejarah di Desa Blahbatuh adalah kegiatan wisata dengan memanfaatkan nilai sejarah untuk tujuan wisata dan edukasi. Jalur interpretasi ditentukan dengan tema peninggalan sejarah Desa Blahbatuh dari era Kerajaan Bali Kuno/Bedahulu, hingga era kolonialisme. Terdapat lima objek sejarah yang masuk ke dalam jalur interpretasi, yaitu Pura Puseh dan Pura Dalem Maya yang mewakili era Kerajaan Bedahulu, Puri Ageng Blahbatuh yang mewakili era Kerajaan Gelgel, Vihara Amurva Bhumi yang mewakili era Sembilan Kerajaan, dan Jembatan Gantung Tukad Petanu yang mewakili era kolonialisme.
-
5. Daftar Pustaka
BAPPEDA. (2014). Gambaran Umum Kabupaten Gianyar. Diakses pada 20 Juni, 2021, dari
https://bappeda.gianyarkab.go.id/index.php/baca-artikel/3/Gambaran-Umum-Kabupaten-Gianyar.html BAPPEDA & LITBANG. 2019. Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar No. 5 Tahun 2019 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Semesta Berencana Kabupaten Gianyar Tahun 2018-2023. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penlitian Pengembangan Kabupaten Gianyar. Gianyar
BPS. (2019). Kecamatan Blahbatuh Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar. Gianyar.
Kompas.com. (2021). Raja-Raja Kerajaan Bali. Diakses pada 10 November, 2021, dari
https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/07/154652979/raja-raja-kerajaan-bali?page=all
MacKinnon, J., MacKinnon, K., Child, G., & Thorsell, J. (1986). Managing Protected Areas in the Tropics. In The Journal of Applied Ecology. IUCN.
Nugraha, I. P. N. A., Pradnyawathi, N. L. M., & Yusiana, L. S. (2018). Rencana Jalur Interpretasi Wisata Alam di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Jurnal Arsitektur Lansekap, 4(2), 151– 158. https://doi.org/10.24843/jal.2018.v04.i02.p04
Riyanto, S., Sukewijaya, I. M., & Yusiana, L. S. (2016). Studi Potensi Lansekap Sejarah untuk Pengembangan Wisata Sejarah di Kota Singaraja. Jurnal Arsitektur Lansekap, 2(1), 33–40.
https://doi.org/10.24843/jal.2016.v02.i01.p04
Taniputera, I. (2017). Ensiklopedi Kerajaan-kerajaan Nusantara. Ar-ruzz Media. Yogyakarta.
Wibawa, K. A. A. (2020). Perencanaan Lanskap Daya Tarik Wisata Sejarah Eks Pelabuhan Buleleng. S.Arsl.
Skripsi (Tidak dipublikasi) Universitas Udayana.
JAL | 90
Discussion and feedback