Evaluasi fungsi tata hijau pada tempat pemrosesan akhir (TPA) Tlekung, Kota Batu
on
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP
ISSN: 2442-5508
VOL. 8, NO. 2, OKTOBER 2022
Evaluasi Fungsi Tata Hijau pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Tlekung, Kota Batu
Hesti Triana Soelistyari1, Rizki Alfian1, Mochammad Azkari Hisbulloh Akbar1*
-
1 Dosen Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Jl. Telaga Warna, Tlogomas, Kota Malang 65144, Indonesia
E-mail: azkari@unitri.ac.id
Abstract
Evaluation of the Green Planning Function at the Tlekung Final Processing Site (TPA), Batu City. The problem of waste, especially in the Final Processing Site (TPA) area, is a major issue in Indonesia, so it requires integrated and comprehensive handling. TPA Tlekung, Junrejo District, Batu City has a land area of 6 hectares by applying the sanitary landfill method. The existence of TPA Tlekung is an effort of the Batu City Government in handling municipal waste, but the landscape arrangement for waste management is not optimal. The objectives of this research are to (i) identify the type of vegetation and green system; (ii) analyze the suitability of pollutant reducing function in the TPA Tlekung area, Batu City; and and (iii) planting planning recommendations. Therefore, it is necessary to arrange a landscape in the TPA Tlekung area, in particular by increasing the function of vegetation and green systems as a pollutant reduction agent. Based on the results of observations, the results of the suitability function of reducing pollutant substances that have an inappropriate status of 5.00% (20 trees), unsuitable status 55.75% (223 trees), appropriate status 30.50% (122 trees), and very suitable status 8.75% (35 trees). The shape of the canopy is dominated by spreading-shape canopy of 215 trees and an umbrella-shaped canopy of 68 trees. Existing vegetation types that have a suitable function to reduce pollutants are Areca catechu, Acacia mangium Willd., and Gmelina arborea Roxb. Recommendations that can be given for green planning in TPA Tlekung are replanting in the core zone, buffer zone, and outer zone; maintenance of vegetation; and improvement of the growing environment.
Keywords: vegetation analysis, function suitability, Batu City, pollutant reduction, and Tlekung
-
1. Latar Belakang
Permasalahan sampah di kawasan TPA menjadi isu utama untuk kota-kota besar di Indonesia, sehingga perlu penanganan yang terpadu dan komprehensif dalam penataan kawasannya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 17 Ayat 2, rencana struktur ruang meliputi rencana sistem pusat permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana. Sistem jaringan prasarana mencakup sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem persampahan dan sanitasi, serta sistem jaringan sumber daya air. Kawasan TPA sebagai sistem jaringan prasarana untuk mendukung keterkaitan antar fungsi kawasan dan antar kegiatan kawasan di Kota Batu.
Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan pertambahan volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam sehingga menurunkan kualitas hidup masyarakat. Kualitas hidup masyarkat yang terdampak akibat permasalahan sampah adalah kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan. Selain itu, hasil pemrosesan sampah yang tidak sempurna di TPA menyebabkan pelepasan partikel dan gas seperti Sox, Nox, Hidrokarbon, HCl, CO2, CH4, dan H2S yang secara langsung akan mencemari udara serta mendorong terjadinya emisi gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global dan merugikan kesehatan masyarakat di sekitarnya (Setyowati dan Trihadiningrum, 2013).
Keberadaan vegetasi dalam suatu kawasan memiliki fungsi utama, yaitu fungsi ekologis, fungsi estetika, dan fungsi sosial ekonomi. Menurut Irwan (2008), keberadaan vegetasi dalam suatu ekosistem berperan sebagai produsen utama yang mengubah energi surya menjadi energi potensial. Energi yang dihasilkan oleh vegetasi merupakan sumber hara mineral dan peubah terbesar lingkungan yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Menurut Syahadat et al. (2017), menyatakan bahwa jenis vegetasi yang
efektif dapat meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau untuk menunjang kesehatan manusia, baik mereduksi polutan maupun mengurangi tingkat stres masyarakat.
TPA Tlekung berada di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu dengan luas lahan 6 Ha dengan menerapkan metode sanitary landfill. TPA Tlekung merupakan upaya Pemerintah Kota Batu dalam penanganan sampah, tetapi belum tercapainya optimalisasi pemanfaatan lahan untuk pengelolaan sampah. Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan lahan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar TPA Tlekung, maka diperlukan evaluasi fungsi tata hijau sebagai pengurang zat pencemar di kawasan TPA Tlekung. Oleh karena itu, sebagai bentuk rencana struktur ruang di Kota Batu melalui penataan kawasan TPA untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan, penelitian evaluasi fugsi tata hijau pada TPA Tlekung, Kota Batu penting dilaksanakan.
Tujuan penelitian ini untuk (i) mengidentifikasi jenis vegetasi dan tata hijau; dan (ii) menganalisis kesesuaian fungsi vegetasi sebagai pengurang zat pencemar pada kawasan TPA Tlekung, Kota Batu; dan (iii) rekomendasi perencanaan penanaman.
-
2. Metode
Penelitian ini dilakukan di TPA Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur dan dilaksanakan dari bulan Juni-November 2021. Ruang lingkup dari penelitian, yaitu mengidentifikasi jenis vegetasi dan tata hijau di kawasan TPA Tlekung yang terdiri atas zona luar, zona buffer, dan zona inti. Pembagian zona ini sesuai dengan penetapan kawasan sekitar TPA sampah pada TPA Sampah dengan Sistem Pengelolaan LUT (Lahan Urug Terkendali) berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19 Tahun 2021 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, tahap sintesis, dan tahap penyusunan rekomendasi. Tahapan penelitian ini tersusun sebagai berikut:
Gambar 1. Peta Lokasi TPA Tlekung
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data, berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan lansung di kawasan TPA Tlekung dengan mengidentifikasi seluruh vegetasi eksisting yang termasuk struktur pohon. Seluruh vegetasi eksisting pada setiap zona dengan kesesuaian fungsi vegetasi sebagai pengurang zat pencemar memiliki kriteria tekstur batang, tepi daun, dan jarak tanam. Data sekunder diperoleh berdasarkan hasil studi pustaka sebagai referensi dan data statistik dari instansi terkait berupa jenis dan jumlah zat pencemar, dimensi, dan tata hijau.
Pada tahap analisis dilakukan penilaian dari seluruh vegetasi pada setiap zona dengan kesesuaian fungsi vegetasi sebagai pengurang zat pencemar. Penilaian fungsi vegetasi sebagai pengurang zat pencemar
dilakukan pada kriteria tekstur batang, tepi daun, dan jarak tanam. Penilaian dengan skor 1-3 berdasarkan kriteria penilaian fungsi vegetasi pengurang zat pencemar (Tabel 1).
Tabel 1. Aspek Fungsi Vegetasi sebagai Pengurang Zat Pencemar | ||||
Aspek Fungsi |
Kriteria Penilaian |
Skor | ||
1 |
2 |
3 | ||
Batang bertekstur kasar |
Halus |
Sedang |
Kasar | |
Pengurang Zat Pencemar |
Tepi daun bergerigi |
Menyirip |
Sedang |
Bergerigi |
Jarak tanam rapat |
Renggang ( x ≥ 10 m) |
Sedang (6-10 m) |
Rapat (x ≤ 5 m) | |
Sumber Wungkar (2005) |
Penilaian terhadap kriterita fungsi pengurang zat pencemar menggunakan skoring yang diakumulasi untuk menentukan kesesuaian fungsi. Teknik penilaian kesesuaian fungsi vegetasi sebagai pengurang zat pencemar menggunakan Key Performance Index (KPI) untuk memberikan nilai sesuai dengan kriteria yang ada (Hidayat, 2008).
KPI (Key Performance Index) = -----× 1θθ%
Jumlah total maksimum masing-masing parameter ………………………………… (1)
Nilai yang diperoleh dari seluruh kriteria dijumlahkan dan ditentukan kelas kesesuaian fungsi berdasarkan Key Performance Index (KPI). Pengelompokkan kesesuaian fungsi pengurang zat pencemar menggunakan empat kelas yang terdiri atas sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai. Bobot persentase kesesuaian fungsi vegetasi sebagai pengurang zat pencemar dibagi menjadi empat kelas yang terdiri atas
Sangat Sesuai : bila memenuhi kriteria ≥ 81%
Sesuai : bila memenuhi kriteria 61%-80%
Kurang Sesuai : bila memenuhi kriteria 41%-60%
Tidak Sesuai : bila memenuhi kriteria ≤ 40%
Pada tahap sintesis, dikaji keterhubungan antara data dan hasil analisis yang telah diperoleh sehingga dapat diketahui kelas kesesuaian fungsi vegetasi sebagai pengurang zat pencemar serta potensi dalam penataan kawasan TPA Tlekung. Hasil kajian ini dapat diintegrasikan dalam rencana penataan kawasan TPA Tlekung yang dapat meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau untuk menunjang kesehatan manusia dan mengurangi zat pencemar.
Rekomendasi yang diusulkan berupa perencanaan penanaman berdasarkan pemilihan vegetasi yang memiliki kesesuaian fungsi vegetasi sebagai pengurang zat pencemar yang sesuai dan sangat sesuai serta penataan vegetasi yang lebih beragam yang mampu mengurangi zat pencemar pada TPA Tlekung yang berdekatan dengan permukiman masyarakat. Rekomendasi ini akan menjadi alternatif bagi Pemerintah Kota Batu, pengelola TPA Tlekung, dan pihak lainnya terkait tata hijau di kawasan TPA Tlekung serta pengembangan terkait tata hijau.
Jenis vegetasi teridentifikasi sebanyak 400 pohon yang tergolong 24 spesies pohon dan 17 famili. Famili dengan jumlah pohon paling banyak adalah famili Fabaceae yang terdiri atas tiga spesies, yaitu Leucaena leucocephala sebanyak 72 pohon, Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen sebanyak 8 pohon, dan
Senna alexandrina sebanyak 2 pohon. Famili lainnya yang dengan jumlah cukup banyak adalah famili Lamiaceae dan Leguminoseae. Famili Lamiacea terdiri atas dua spesies, yaitu Tectona grandis Linn. Sebanyak 18 pohon dan Gmelina arborea Roxb. sebanyak 44 pohon sedangkan famili Leguminoseae hanya terdapat satu spesies yaitu Acacia mangium Willd. Jumlah vegetasi yang teridentifikasi terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Vegetasi Berdasarkan Famili dan Spesies
Famili |
Jumlah Vegetasi |
Spesies |
Nama Lokal |
Anacardiaceae |
4 |
Mangifera indica |
Mangga |
Annonaceae |
35 |
Annona squamosa L. |
Srikaya |
Arecaceae |
1 |
Caryota mitis |
Palem Ekor Ikan |
Arecaceae |
6 |
Elaeis guineensis |
Kelapa Sawit |
Arecaceae |
20 |
Areca catechu |
Pinang |
Caesalpiniaceae |
3 |
Delonix regia Raf. |
Flamboyan |
Caricaceae |
5 |
Carica papaya |
Pepaya |
Fabaceae |
2 |
Senna alexandrina |
Senna, Jati Tiongkok |
Fabaceae |
8 |
Paraserianthes falcataria L. |
Jeunjing, Sengon |
Fabaceae |
72 |
Leucaena leucocephala |
Lamtoro |
Lamiaceae |
18 |
Tectona grandis Linn. F |
Jati Merah |
Lamiaceae |
44 |
Gmelina arborea Roxb. |
Jati Putih |
Leguminoseae |
42 |
Acacia mangium Willd. |
Akasia |
Malvaceae |
3 |
Ceiba pentandra |
Kapuk |
Meliaceae |
15 |
Melia azedarach L. |
Mindi |
Meliaceae |
62 |
Swietenia mahogani Jacq. |
Mahoni |
Moraceae |
3 |
Ficus benjamina L. |
Beringin |
Moraceae |
4 |
Artocarpus heterophyllus |
Nangka |
Musaceae |
12 |
Musa paradisiaca |
Pisang |
Mutingiaceae |
2 |
Muntingia calabura |
Kersen |
Myrtaceae |
3 |
Psidium guajava |
Jambu |
Poaceae |
16 |
Gigantochloa atter |
Bambu Hitam |
Pteridaceae |
7 |
Acrostichum aureum |
Pakis Bakau |
Rubiaceae |
13 |
Neolamarckia cadamba Roxb. |
Jabon |
Bentuk tajuk yang teridentifikasi terdiri atas bentuk bulat, memayung, menyebar bebas, oval, dan vertikal. Bentuk tajuk di dominasi bentuk menyebar bebas sebanyak 215 pohon (53,75%) yang terdiri dari spesies Acacia mangium Willd., Annona squamosa L., Areca catechu, Artocarpus heterophyllus, Ceiba pentandra, Ficus benjamina L., Gigantochloa atter, Gmelina Arborea Roxb., Leucaena leucocephala, Mangifera indica, Melia azedarach L., Musa paradisiaca, Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen, Psidium guajava, dan Swietenia mahogani Jacq.. Bentuk daun di dominasi bentuk Bipinnate sebanyak 103 pohon (25,75%) dan bentuk Oblongus sebanyak 156 pohon (39,00%). Bentuk tajuk menyebar bebas sebanyak 215 pohon (53,75%) dan memayung sebanyak 68 pohon (17,00%). Bentuk tajuk dan bentuk daun berkaitan dengan pengurang zat pencemar serta sesuai dengan Nasrullah et al. (2001), tajuk pohon akan mengurangi jumlah polutan yang terlepas pada lingkungan melalui mekanisme difusi, absorpsi, adsorpsi, dan deposisi partikel.
Tekstur batang yang teridentifikasi digolongkan kedalam tiga kelompok, yaitu halus, sedang, dan kasar. Tekstur halus sebanyak 186 pohon (46,50%), tekstur sedang sebanyak 145 pohon (36,25%), dan
tekstur kasar sebanyak 69 pohon (17,25%). Tekstur batang berdasarkan penggolongan zona pada TPA Tlekung terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Tekstur Batang Berdasarkan Zona pada TPA Tlekung | |||
Zona |
Bentuk Tekstur Batang |
Jumlah |
% |
Halus |
25 |
6,25% | |
Zona Inti |
Sedang |
18 |
4,50% |
Kasar |
15 |
3,75% | |
Halus |
81 |
20,25% | |
Zona Buffer |
Sedang |
52 |
13,00% |
Kasar |
12 |
3,00% | |
Halus |
80 |
20,00% | |
Zona Luar |
Sedang |
75 |
18,75% |
Kasar |
42 |
10,50% | |
Total |
400 |
100% |
Tekstur batang halus umumnya terdapat pada spesies Gigantochloa atter sebanyak 16 pohon, Tectona grandis Linn. F sebanyak 18 pohon, Gmelina Arborea Roxb. sebanyak 44 pohon, dan Leucaena leucocephala sebanyak 72 pohon. Tekstur batang sedang umumnya terdapat pada spesies Melia azedarach L. sebanyak 15 pohon, Annona squamosa L. sebanyak 35 pohon, dan Swietenia mahogani Jacq. Sebanyak 62 pohon. Tekstur batang kasar umumnya terdapat pada Areca catechu sebanyak 20 pohon dan Acacia mangium Willd. Sebanyak 42 pohon. Tekstur batang kasar mempengaruhi kemampuan vegetasi dalam mengurangi zat pencemar. Permukaan batang dan ranting yang kasar dapat menjerap lebih baik daripada permukaan batang yang halus.
Tepi daun yang teridentifikasi digolongkan kedalam tiga kelompok, yaitu menyirip, sedang, dan bergerigi. Tepi daun menyirip sebanyak 294 pohon (73,50%) , tepi daun sedang sebanyak 60 pohon (15,00%), dan tepi daun bergerigi sebanyak 40 pohon (11,50%). Tepi daun berdasarkan penggolongan zona pada TPA Tlekung terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Tepi Daun Berdasarkan Zona pada TPA Tlekung | |||
Zona |
Tepi Daun |
Jumlah |
% |
Menyirip |
36 |
9,00% | |
Zona Inti |
Sedang |
11 |
2,75% |
Bergerigi |
11 |
2,75% | |
Menyirip |
124 |
31,00% | |
Zona Buffer |
Sedang |
7 |
1,75% |
Bergerigi |
14 |
3,50% | |
Menyirip |
134 |
33,50% | |
Zona Luar |
Sedang |
42 |
10,50% |
Bergerigi |
21 |
5,25% | |
Total |
400 |
100% |
Tepi daun menyirip umumnya terdapat pada spesies Neolamarckia cadamba Roxb. sebanyak 13 pohon, Tectona grandis Linn. F sebanyak 18 pohon, Annona squamosa L. sebanyak 35 pohon, Acacia mangium Willd. Sebanyak 42 pohon, Swietenia mahogani Jacq. sebanyak 62 pohon, dan Leucaena
leucocephala sebanyak 72 pohon. Tepi daun sedang umumnya terdapat pada spesies Gigantochloa atter sebanyak 16 pohon dan Gmelina Arborea Roxb. sebanyak 44 pohon. Tepi daun bergerigi umumnya terdapat pada spesies Elaeis guineensis sebanyak 6 pohon, Melia azedarach L. sebanyak 15 pohon, dan Areca catechu sebanyak 20 pohon. Spesies dengan tepi bergerigi memiliki kemampuan yang sangat baik dalam pengurang zat pencemar serta penyerap polutan. Hal ini berdasarkan Kharismana (2004) yang menyebutkan bahwa kriteria vegetasi yang berfungsi sebagai penyerap polutan, yaitu toleran terhadap polusi; kombinasi semak, penutup tanah, dan pohon dengan penataan berlapis-lapis; kerapatan tinggi; jarak tanam rapat; daun tebal dengan permukaan kasar, mempunyai trikoma dan kerapatan stomata tinggi, struktur tepi daun kasar/bergerigi/berbulu; batang dan cabang bertekstur kasar; dan vegetasi evergreen.
Jarak tanam yang teridentifikasi digolongkan kedalam tiga kelompok, yaitu renggang (≥ 10 m), sedang (6-10 m), dan rapat (≤ 5 m). Jarak tanam renggang sebanyak 217 pohon (54,25%), jarak tanam sedang sebanyak 86 pohon (21,50%), dan jarak tanam rapat sebanyak 97 pohon (24,25%). Jarak tanam berdasarkan penggolongan zona pada TPA Tlekung terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jarak Tanam Berdasarkan Penggolongan Zona pada TPA Tlekung | |||
Zona |
Jarak Tanam |
Jumlah |
% |
Renggang |
17 |
4,25% | |
Zona Inti |
Sedang |
0 |
0,00% |
Rapat |
41 |
10,25% | |
Renggang |
34 |
8,50% | |
Zona Buffer |
Sedang |
45 |
11,25% |
Rapat |
66 |
16,50% | |
Renggang |
35 |
8,75% | |
Zona Luar |
Sedang |
52 |
13,00% |
Rapat |
110 |
27,50% | |
Total |
400 |
100% |
Jarak tanam renggang umumnya terdapat pada spesies Gigantochloa atter sebanyak 12 pohon, Annona squamosa L. sebanyak 16 pohon, dan Swietenia mahogani Jacq. sebanyak 18 pohon. Jarak tanam sedang umumnya terdapat pada spesies Tectona grandis Linn. F sebanyak 8 pohon, Gmelina arborea Roxb. sebanyak 15 pohon, Leucaena leucocephala sebanyak 18 pohon, dan Swietenia mahogani Jacq. sebanyak 26 pohon. Jarak tanam rapat umumnya terdapat pada spesies Areca catechu sebanyak 15 pohon, Swietenia mahogani Jacq. sebanyak 18 pohon, Gmelina arborea Roxb. sebanyak 20 pohon, Acacia mangium Willd. sebanyak 30 pohon, dan Leucaena leucocephala sebanyak 51 pohon.
Kesesuaian fungsi vegetasi sebagai pengurang zat pencemar dianalisis berdasarkan kriteria pengurang zat pencemar yang merupakan gabungan dari tekstur batang, tepi daun, dan jarak tanam. Tingkat kesesuaian fungsi vegetasi sebagai pengurang zat pencemar terdapat pada Gambar 2.
Sangat Sesuai
Tidak Sesuai

Kurang Sesuai
55,75%
-
■ Tidak Sesuai ■ Kurang Sesuai ■ Sesuai ■ Sangat Sesuai
Gambar 2. Tingkat Kesesuaian Fungsi Vegetasi sebagai Pengurang Zat Pencemar
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil kesesuaian fungsi vegetasi sebagai pengurang zat pencemar yang memiliki status tidak sesuai sebesar 5,00% (20 pohon), status kurang sesuai 55,75% (223 pohon), status sesuai 30,50% (122 pohon), dan status sangat sesuai 8,75% (35 pohon). Kesesuaian fungsi vegetasi sebagai pengurang zat pencemar juga dipengaruhi oleh bentuk tajuk dan percabangan. Bentuk tajuk umumnya didominasi bentuk tajuk menyebar bebas sebanyak 215 pohon dan bentuk tajuk memayung 68 pohon. Bentuk tajuk menyebar bebas dan memayung lebih rindang dibandingkan bentuk tajuk lainnya serta memiliki luas permukaan total tajuk pohon yang lebih besar.
Kesesuaian fungsi vegetasi sebagai pengurang zat pencemar pada zona inti yang memiliki status tidak sesuai sebesar 0,50% (2 pohon), kurang sesuai sebesar 3,00% (12 pohon), sesuai sebesar 2,25% (9 pohon), dan sangat sesuai 8,75% (35 pohon). Kesesuaian fungsi vegetasi sebagai pengurang zat pencemar pada zona buffer yang memiliki status tidak sesuai 4,50% (18 pohon), kurang sesuai 22,75% (91 pohon), dan sesuai 9,00% (36 pohon). Kesesuaian fungsi vegetasi sebagai pengurang zat pencemar pada zona luar yang memiliki status kurang sesuai sebesar 30,00% (120 pohon), dan sesuai 19,25% (77 pohon). Secara keseluruhan terdapat 14 jenis vegetasi dengan jumlah 157 vegetasi yang tergolong sangat sesuai dan sesuai sebagai pengurang zat pencemar terdapat pada Tabel 6.
Jenis vegetasi yang tergolong sangat sesuai dalam kesesuaian fungsi pengurang zat pencemar terdiri atas Areca catechu sebanyak 20 pohon, Elaeis guineensis sebanyak 6 pohon, dan Melia azedarach L. sebanyak 9 pohon. Jenis vegetasi yang tergolong sesuai terdiri atas Acacia mangium Willd. sebanyak 40 pohon, Annona squamosa L. sebanyak 12 pohon, Artocarpus heterophyllus sebanyak 4 pohon, Carica papaya sebanyak 4 pohon. Caryota mitis sebanyak 1 pohon, Gmelina arborea Roxb. sebanyak 20 pohon, Mangifera indica sebanyak 3 pohon, Melia azedarach L. sebanyak 6 pohon, Neolamarckia cadamba Roxb. sebanyak 13 pohon, Senna alexandrina sebanyak 2 pohon, dan Swietenia mahogani Jacq. sebanyak 18.
Menurut Azzahro et al. (2019), pohon yang sangat sesuai dalam menyerap gas polutan diantaranya akasia (Acacia mangium), angsana (Pterocarpus indicus), dan kihujan (Samanea saman). Spesies tersebut mempunyai ciri-ciri fisik yang menunjang dalam penyerapan polutan diantaranya memiliki daun yang tipis dan berjumlah banyak. Pohon yang memiliki masa tajuk yang massif serta rapat dapat menjerap partikel yang lebih besar dan efektif daripada masa tajuk yang terbuka. Selain itu, permukaan kasar pada batang dan ranting juga berpengaruh terhadap kemampuan pohon dalam menjerap partikel. Kepadatan ranting yang rapat pada suatu pohon juga lebih efektif dalam menjerap partikel (Septiawan et al. 2017). Setiap zona diusahakan
menggunakan kriteria tanaman yang mampu menjerap partikel, yaitu permukaan daun kasar, berambut halus (memiliki trikoma), tulang daun timbul, bersisik, berdaun jarum, dan bergetah (Nasrullah, 2021).
Tabel 6 Jenis Vegetasi berdasarkan Tingkat Kesesuaian Fungsi Vegetasi sebagai Pengurang Zat Pencemar
Tingkat Kesesuaian Fungsi |
Spesies |
Nama Lokal |
Jumlah |
Sangat Sesuai |
Areca catechu |
Pinang |
20 |
Sangat Sesuai |
Elaeis guineensis |
Kelapa Sawit |
6 |
Sangat Sesuai |
Melia azedarach L. |
Mindi |
9 |
Sesuai |
Acacia mangium Willd. |
Akasia |
40 |
Sesuai |
Annona squamosa L. |
Srikaya |
12 |
Sesuai |
Artocarpus heterophyllus |
Nangka |
4 |
Sesuai |
Carica papaya |
Pepaya |
3 |
Sesuai |
Caryota mitis |
Palem Ekor Ikan |
1 |
Sesuai |
Gmelina Arborea Roxb. |
Jati Putih |
20 |
Sesuai |
Mangifera indica |
Mangga |
3 |
Sesuai |
Melia azedarach L. |
Mindi |
6 |
Sesuai |
Neolamarckia cadamba Roxb. |
Jabon |
13 |
Sesuai |
Senna alexandrina |
Senna, Jati Tiongkok |
2 |
Sesuai |
Swietenia mahogani Jacq. |
Mahoni |
18 |
Menurut Nasrullah et al. (2000) terdapat beberapa tanaman lanskap pohon yang berpotensi tinggi menyerap polutan gas NO2, yaitu Erythrina variegate, Cananga odorata, Gnetum gnemon, Calliandra surinamensis, Delonix regia, Caesalphinia pulcherima, Diallium indum, Ceiba pentandra, Bixa orellana, Brownea capitella, Samanea saman, Michelia champaca, Psidium guajava, Cassia multijuga, Artocarpus integra. Tanaman lanskap pohon yang berpotensi sedang menyerap polutan gas NO2, yaitu Casuarina equisetifolia, Khaya senegalensis, Terminalis catappa, Spathodea campanulata, Bauhinia purpurea, Pterocarpus indicus, Arundinaria, Mangifera indica, Saraca indica, Eucalyptus alba, Cassia biflora, Areca catechu, Cinnamon burmanii, Caryota mitis, Elaeis guinensis, Cassuarina sumatrana, Mimusops elengi, Cocos nucifera, Cinnamomun zaylanicum, Nephelium lappaceum, Acacia auriculiormus, dan Nephelium longanum.
Rekomendasi yang diberikan adalah rekomendasi perencanaan penanaman tata hijau di TPA Tlekung yang terdiri atas penanaman ulang pada zona inti, zona buffer, dan zona luar dengan vegetasi yang memiliki tingkat kesesuaian sangat sesuai dan sesuai; pemeliharaan vegetasi; dan perbaikan lingkungan tumbuh. Jenis vegetasi eksisting yang dapat dipertahankan dan ditingkatkan jumlahnya berdasarkan tekstur batang kasar, yaitu Areca catechu dan Acacia mangium Willd. Jenis vegetasi eksisting lain yang dapat dipertahankan berdasarkan tepi daun bergerigi umumnya, yaitu Elaeis guineensis, Melia azedarach L., dan Areca catechu. Selain itu, jenis vegetasi eksisting lain yang dapat dipertahankan berdasarkan jarak tanam rapat, yaitu Areca catechu, Swietenia mahogani Jacq., Gmelina arborea Roxb., Acacia mangium Willd., dan Leucaena leucocephala. Jenis vegetasi eksisting yang dapat dipertahankan dan tingkatkan jumlahnya berdasarkan kesesuaian fungsi pengurang zat pencemar Areca catechu, Acacia mangium Willd., dan Gmelina arborea Roxb. Jenis vegetasi ini juga memiliki potensi untuk menyerap gas-gas buangan yang dihasilkan TPA Tlekung.
Pemeliharaan vegetasi yang dapat diterapkan adalah pemeliharaan ideal dan pemeliharan fisik. Pemeliharaan ideal yang diterapkan mengacu pada tujuan dan desain awal serta diadakan evaluasi pertumbuhan vegetasi di TPA Tlekung pada periode yang ditentukan. Pemeliharaan fisik yang dapat di terapkan terdiri atas penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan, dan pemupukan. Pembuatan kebun bibit juga dapat diterapkan untuk mendukung jumlah vegetasi pengurang zat pencemar di TPA Tlekung dengan fokus vegetasi yang memiliki tingkat kesesuaian sangat sesuai dan sesuai. Perbaikan lingkungan tumbuh yang diterapkan untuk vegetasi di TPA Tlekung dengan perbaikan struktur tanah, ruang
tumbuh akar, dan kesuburan tanah. Penanaman vegetasi Areca catechu, Acacia mangium Willd., dan Gmelina arborea Roxb. pada area TPA Tlekung yang dapat diterapkan dalam bentuk rekomendasi perencanaan penanaman terdapat pada Gambar 3.
Gambar 3. Rekomendasi Perencanaan Penanaman TPA Tlekung
-
4. Simpulan
Jenis vegetasi teridentifikasi sebanyak 400 pohon yang tergolong 24 spesies pohon dan 17 famili. Famili dengan jumlah pohon paling banyak adalah famili Fabaceae yang terdiri atas tiga spesies, yaitu Leucaena leucocephala sebanyak 72 pohon, Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen sebanyak 8 pohon, dan Senna alexandrina sebanyak 2 pohon. Bentuk tajuk di dominasi bentuk menyebar bebas sebanyak 215 pohon (53,75%) yang terdiri dari spesies Acacia mangium Willd., Annona squamosa L., Areca catechu, Artocarpus heterophyllus, Ceiba pentandra, Ficus benjamina L., Gigantochloa atter, Gmelina Arborea Roxb., Leucaena leucocephala, Mangifera indica, Melia azedarach L., Musa paradisiaca, Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen, Psidium guajava, dan Swietenia mahogani Jacq. Bentuk daun di dominasi bentuk Bipinnate sebanyak 103 pohon (25,75%) dan bentuk Oblongus sebanyak 156 pohon (39,00%). Bentuk tajuk menyebar bebas sebanyak 215 pohon (53,75%) dan memayung sebanyak 68 pohon (17,00%).
Hasil kesesuaian fungsi pengurang zat pencemar terhadap vegetasi yang memiliki status tidak sesuai sebesar 5,00% (20 pohon), status kurang sesuai 55,75% (223 pohon), status sesuai 30,50% (122 pohon), dan status sangat sesuai 8,75% (35 pohon). Secara keseluruhan terdapat 14 jenis vegetasi dengan jumlah 157 vegetasi yang tergolong sangat sesuai dan sesuai sebagai pengurang zat pencemar. Jenis vegetasi yang tergolong sangat sesuai dalam kesesuaian fungsi pengurang zat pencemar terdiri atas Areca catechu, Elaeis guineensis, dan Melia azedarach L. Jenis vegetasi yang tergolong sesuai terdiri atas Acacia mangium Willd., Annona squamosa L., Artocarpus heterophyllus, Carica papaya, Caryota mitis, Gmelina arborea Roxb., Mangifera indica, Melia azedarach L., Neolamarckia cadamba Roxb., Senna alexandrina, dan Swietenia mahogani Jacq. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk tata hijau di TPA Tlekung adalah penanaman ulang pada zona inti, zona buffer, dan zona luar; pemeliharaan vegetasi; dan perbaikan lingkungan tumbuh.
-
5. Daftar Pustaka
Azzahro, F., Yulfiah, dan Anjarwati. (2019). Penentuan Hasil Evaluasi Pemilihan Spesies Pohon dalam Pengendalian Polusi Udara Pabrik Semen berdasarkan Karakteristik Morfologi. Journal of Research and Technology. Vol. 5 No. 2 Desember 2019. 89-98. E-ISSN: 2477-6165.
Hidayat, I. (2008). Evaluasi Jalur Hijau Jalan Sebagai Penyangga Lingkungan Sekitarnya dan Keselamatan Pengguna Jalan Bebas Hambatan Jagorawi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Irwan, Z.D. (2008). Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. PT Bumi Aksara.
Kharismana, B. (2004). Perencanaan Tata Hijau Kawasan Bioisland, Pulau Rempang Batam. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Nasrullah, N. (2021). Perencanaan Jalur Hijau Jalan untuk Mengurangi Polusi Udara. Green Space Sharing Session - Webinar Series #2: Rekayasa Tata Hijau sebagai Langkah Mitigasi Polusi Udara pada Lanskap Perkotaan. Divisi Tanaman dan Tata Hijau, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Nasrullah, N., Soertini, G., Herry, S., Marietje, W., dan Gunawan, A. (2000). Pengukuran Serapan Polutan Gas NO2 pada Tanaman Tipe Pohon, Semak, dan Penutup Tanah dengan Menggunakan Gas NO2 bertanda 15N. Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi. 181-186.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19 Tahun 2021 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar Tempat Pemrosesan Akhir Sampah.
Septiawan, W., Indriyanto, dan Duryat. (2017). Jenis Tanaman, Kerapatan, dan Stratifikasi Tajuk pada Hutan Kemasyarakatan Kelompok Tani Rukun Makmur 1 di Register 30 Gunung Tanggamus, Lampung. Jurnal Sylva Lestari. Vol. 5 No. 2, April 2017 (88-101). P-ISSN: 2339-0913.
Setyowati, P. dan Trihadiningrum, Y. (2013). Pengelolaan Emisi Gas Pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX. Program Studi MMT-ITS. A-1-1 A-1-8.
Syahadat, R. M., Putra, P. T., Pratiwi, M. D. (2017). Ruang Terbuka Hijau dan Permasalahan Kesehatan Perkotaan Studi Kasus di Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Arsitektur Lanskap 3(2):179-188.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Wungkar, M. M. (2005). Evaluasi Aspek Fungsi dan Kualitas Estetika Arsitektural Pohom Lanskap Jalan Kota Bogor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
110 | jurnal arsitektur lansekap
Discussion and feedback