Pengaruh tata elemen fisik terhadap pola aktivitas pengunjung pada Taman Lila Ulangun di sempadan Sungai Oongan Denpasar
on
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP
ISSN: 2442-5508
VOL. 8, NO. 2, OKTOBER 2022
Pengaruh Tata Elemen Fisik pada Pola Aktivitas Pengunjung di Taman Lila Ulangun Sempadan Sungai Oongan Denpasar
Putu Pradnya Teguh Wisesa1*, Cokorda Gede Alit Semarajaya1, I Made Sukewijaya2
-
1. Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Indonesia
-
2. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Indonesia
*E-mail: teguhwisesa15@gmail.com
Abstract
The Impact of Physical Element Settings on Visitor Activity Patterns at Lila Ulangun Park on the Oongan Riverbank in Denpasar. The river border arrangement can be used as a place for public activities, which one is the Lila Ulangun Park on the Oongan River (tukad) border, Tonja Village, Denpasar. Previously, this area was an unorganized area that it had minimal activity. With the arrangement on this river border, indirectly invites people or visitors to do activities in here. Activities that occur in Lila Ulangun Park are related to physical element settings. This study aims to identify utilization activity patterns and the influence of the physical setting at Lila Ulangun Park. This study uses descriptive qualitative methods with data collection techniques by means of literature studies, interviews and field observations. The results of this study indicate that the intensity of visitors in the classification of time units looks different where the most activity occurs in the afternoon. From the research results, it was also found that there was a relation between activity and the physical setting of the park as well as the influence of activity. Shade in the form of shady trees, gazebo, accessibility, open space, and lighting are the most influential physical elements in safety and comfort in activities with different time contexts. Researchers provide recommendations in the form of facilities such as gazebos, shade trees, and lighting at several points of the space.
Keywords: activity patterns, physical element settings, river border
-
1. Pendahuluan
Sempadan sungai yang telah ditata akan memberikan pengaruh terhadap kondisi biofisik sekaligus bertujuan untuk penghijauan serta menguatkan bantaran agar tidak terjadi longsor atau erosi (Maryono, 2009; Irawan dan Widayanti, 2014). Penataan sempadan sungai dapat dijadikan tempat beraktivitas bagi masyarakat, salah satunya Taman Lila Ulangun di sempadan Sungai (tukad) Oongan yang rampung pada Desember 2019 dan terletak di Kelurahan Tonja, Denpasar. Sebelumnya area ini merupakan area yang tidak tertata sehingga menjadikan kawasan ini minim aktivitas. Menurut data Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Denpasar Bagian Pengairan (PUPR) Tahun 2018, Sungai Oongan merupakan salah satu saluran pembuangan yang ada di Kota Denpasar. Penataan dimulai dari pembuatan penampang ganda sebagai penahan tanah dan di atasnya dibangun fasilitas pendukung seperti jogging track, softscape taman, bale bengong/gazebo, toilet, rest room, dan lampu penerangan sebagai tempat beraktivitas bagi pengunjung maupun masyarakat sekitar.
Dengan adanya penataan pada sempadan sungai ini secara tidak langsung mengundang masyarakat atau pengunjung untuk beraktivitas. Kondisi lingkungan yang tertata maupun tidak tertata dapat mempengaruhi perilaku manusia, di mana lingkungan fisik dapat membatasi perilaku manusia dan juga mengundang atau mendatangkan perilaku manusia. Menurut Laurens (2004), persepsi manusia terhadap lingkungan yang telah memiliki struktur akan diolah melalui pemahaman, pemikiran dan pengertian oleh masing-masing individu yang selanjutnya akan mendorong manusia untuk melakukan perilaku pada lingkungan tersebut. Pada Taman Lila Ulangun, aktivitas yang terjadi berhubungan dengan penataan ruang dan penataan elemen fisik. Aktivitas pemanfaatannya yang bervariasi tergantung dari fungsi atau pemakaian ruang karena setiap atau sekelompok manusia dapat membentuk suatu behavior setting yang berbeda, tergantung nilai-nilai, kesempatan, dan keputusan yang berbeda (Haryadi dan Setiawan, 2010). Penataan sempadan sungai diharapkan memberikan ruang terbuka yang bermanfaat bagi masyarakat untuk beraktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh tata elemen fisik taman dengan pola aktivitas pengunjung, dan selanjutnya dapat menjadi acuan pihak terkait dalam memaksimalkan pengelolaan Taman Lila Ulangun di Sempadan Sungai Oongan.
-
2. Metode
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Lila Ulangun Dam Oongan, Kelurahan Tonja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali. Taman ini terletak tepat di sempadan Sungai Oongan dengan luas area sekitar 4.190 m² (Gambar 1). Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu selama lima bulan, mulai dari bulan Oktober 2020 sampai dengan Maret 2021 Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera digital untuk mengambil gambar, laptop untuk mengolah data menggunakan aplikasi Microsoft Word, Microsoft Excel, Autocad 2019 dan Adobe Photoshop. Bahan yang digunakan yaitu kertas untuk mencatat hasil wawancara dan gambar peta lokasi penelitian untuk pemetaan data. Pendekatan metode ini dilakukan secara deskriptif kualitatif yang menggunakan metode survei dengan melakukan pengumpulan data primer melalui observasi, wawancara dan data sekunder melalui studi pustaka. Kegiatan observasi dalam penelitian ini yaitu untuk mendapatkan data kondisi eksisting Taman Lila Ulangun, dan juga pendukung dalam metode behavioral mapping untuk menggambarkan perilaku atau aktivitas dalam peta, mengidentifikasikan jenis dan frekuensi perilaku, serta menunjukkan hubungan antara perilaku dengan penataan taman tersebut.
Gambar 1. Peta Taman Lila Ulangun, Dam Oongan (Google Maps dan Google Earth)
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif di mana analisis data dengan menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara atau pengamatan mengenai masalah atau kejadian yang diteliti di lapangan (Winartha, 2006). Hasil analisis tersebut diuraikan dengan metode behavioral mapping, adapun beberapa tekniknya adalah:
-
1. Place-centered mapping yaitu pemetaan berdasarkan tempat di mana manusia dan sekelompok manusia memanfaatkan perilakunya dalam waktu dan tempat tertentu. Dengan memasukkan tiga jenis elemen utama yaitu fixed elements (penataan fisik taman), semi-fixed elements (parkir kendaraan bermotor, parkir kendaraan bermobil, PKL statik, semi-statik dan mobile), serta non-fixed elements (aktivitas itu sendiri). Langkah yang harus dilakuikan yaitu membuat sketsa tempat yang mempengaruhi perilaku pengguna, membuat kelompok tata waktu, dan membuat kelompok jenis kegiatan atau aktivitas dan pelakunya.
-
2. Person-centered mapping yaitu menekankan pada pergerakan manusia di periode waktu tertentu dan kecenderungan pada suatu tempat. Hal ini akan dikaitkan dengan aktivitas perilaku terhadap penataan fisik yakni dengan menentukan jenis sampel individu yang akan diamati, menentukan waktu pengamatan (pagi, siang, sore, dan malam), mengamati aktivitas yang dilakukan dari masing-masing individu, mencatat aktivitas sampel individu yang diamati dalam matriks, dan membuat alur sirkulasi sampel individu di area yang diamati.
Menurut Michelson dan Reed (1975 dalam Laurens, 2005) dalam behavior setting juga dilakukan analisis dengan time budget yaitu menentukan frekuensi dalam beraktivitas dengan variasi satuan waktu.
Pengelompokan satuan waktu dibagi atas pagi (07.00-11.00 WITA), siang (11.01-14.00 WITA), sore (14.0118.00 WITA), malam (18.01-21.00 WITA). Untuk hari pengamatan dibagi menjadi dua kelompok yaitu hari kerja (Senin-Jumat) dan hari libur (Sabtu-Minggu).
-
2. 1.1 Penafsiran Data
Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna terhadap analisis, menjelaskan pola atau kategori, serta mencari hubungan antara berbagai konsep (Nasution, 1996). Penafsiran data dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasi pola aktivitas dan jumlah pengunjung di setiap ruang pada penataan fisik dalam gambar sketsa dan diagram, memaparkan aktivitas pengunjung berdasarkan rentang waktu tertentu, dan menunjukkan hubungan antara aktivitas pemanfaatan dengan penataan elemen fisik taman.
Adapun batasan pada penelitian berfokus pada area Taman Lila Ulangun di sempadan Sungai Oongan. Hasil dari penelitan ini dibatasi sampai dengan hubungan dan pengaruh penataan elemen fisik taman dengan aktivitas pengguna serta rekomendasi berupa elemen fisik yang dijelaskan secara deskriptif.
Pengamatan dilakukan pada dua area di Taman Lila Ulangun sempadan Sungai Oongan, Denpasar. Area taman dibagi menjadi dua zona yaitu zona A yang berada di sebelah barat aliran sungai, dan zona B berada di sebelah timur aliran sungai. Objek yang akan diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas pengunjung dan penataan fisik taman. Pembagian zona dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pembagian Zona Pengamatan (PUPR Kota Denpasar, 2018 dan olahan data pribadi, 2020)
Menuru Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa tata ruang merupakan wujud struktur dan pola ruang. Dalam penelitian ini tata ruang atau tata fisik menjadi salah satu komponen penting dalam studi hubungan lingkungan dan perilaku (Haryadi & Setiawan, 2010). Melalui hasil observasi pada Taman Lila Ulangun terdapat penataan fisik yang mempengaruhi aktivitas manusia di dalamnya antara lain open space, plaza, aksesibilitas, parkir, bangku taman, planter box, pohon perindang, tanaman penghias, shelter, gazebo, penerangan, jalur pedestrian, bangunan wantilan, dan tempat sampah.
-
3.2.1 Penataan Fisik Zona A
Zona A merupakan area yang berada di sempadan sungai bagian barat serta berdekatan dengan permukiman warga dan jalan raya. Berdasarkan pembagian zona yang sudah ditentukan, area tersebut berada pada lahan seluas 2.200 m². Ruang pada zona A dibagi menjadi open space I, open space II, plaza, aksesibilitas berupa entrance, parkir I, parkir II, dan jalur pedestrian. Ruang-ruang tersebut dilengkapi dengan
elemen ruang seperti toilet, tempat sampah, lampu penerangan, gazebo, shelter, planter box, tanaman penghias, bangku taman, dan pohon perindang.
-
3.2.2 Penataan Fisik Zona B
Zona B merupakan area yang berada di sempadan sungai bagian timur, di mana terdapat dua tempat suci yaitu Pura Sawunggaling dan Pura Dalem Bugbugan. Berdasarkan pembagian zona yang sudah ditentukan, area tersebut berada pada lahan seluas 1.990 m² dan dapat diakses melalui jembatan penghubung. Ruang pada zona B dibagi menjadi open space, plaza, aksesibilitas berupa jembatan, parkir motor, jalur pedestrian, dan bangunan wantilan. Ruang-ruang tersebut dilengkapi dengan elemen ruang seperti tempat sampah, lampu penerangan, gazebo, planter box, tanaman penghias, dan pohon perindang.
Pola aktivitas pada tiap zona berbeda-beda sesuai dengan bentuk dan fungsi ruang (Gambar 3). Pada ruang parkir I zona A, aktivitasnya dominan terjadi yaitu duduk, makan atau minum, berdiri, tidur, dan merokok. Terdapat dua gazebo sebagai elemen yang terlihat paling menonjol menjadi generator aktivitas, dan dipenuhi pengunjung hampir di setiap waktunya. Karena letaknya yang berada pada area entrance, menjadikan tempat berkunjung atau beristirahat sementara bagi masyarakat yang sekedar lewat saja. Banyaknya pengunjung yang ada diikuti oleh keberadaan PKL semi-statik/mobile yang banyak ditemui di sekitar area parkir I. Lalu pada area open space I dan area open space II pengunjung cenderung datang berkelompok seperti keluarga, anak-anak dengan temannya, dan remaja berpasangan. Aktivitas pemanfaatannya yakni duduk, makan atau minum, berdiri, merokok, olahraga, berjalan, bermain, dan kumpul komunitas. Aktivitas bermain oleh anak-anak yang cenderung dilakukan pada area open space II, karena area ini memiliki elevasi yang lebih rendah dari pembatas sempadan sungai sehingga menambah faktor keamanan dalam beraktivitas. Terdapat juga aktivitas berdiri yang dilakukan oleh orang dewasa pada setiap area pinggir sempadan sungai, Pada area plaza yang minim elemen fisik terdapat aktivitas dominan terjadi yaitu duduk secara mengelompok dan berjajar dengan orientasi duduk berpusat ke arah sungai menikmati view sungai dan taman pada zona B. Pada area jalur pedestrian terdapat aktivitas pemanfaatan yakni berjalan, olahraga jogging, dan memancing. Pengunjung yang beraktivitas dominan berasal dari masyarakat sekitar. Pada malam hari, jalur pedestrian tidak terdapat aktivitas apapun disebabkan oleh kurangnya lampu penerangan. Pola sebaran aktivitas pemanfaatan pada Zona A berbentuk cluster yang tersebar berdasarkan fungsi ruang yang ada.
Gambar 3. Pola Aktivitas Pemanfaatan Secara Keseluruhan
Pada zona B terdapat intensitas aktivitas yang lebih rendah daripada zona A karena minimnya elemen pendukung aktivitas dan penerangan pada malam hari. Pada umumnya, pengunjung yang beraktivitas pada zona B disebabkan oleh zona A yang sudah terlalu ramai serta elemen seperti gazebo dan bangku taman sudah penuh oleh aktivitas pengunjung lainnya. Pengunjung yang datang pada zona B yaitu secara berkelompok dan sangat jarang secara individu. Pada zona B, terdapat aktivitas dominan seperti duduk, makan atau minum, dan tidur pada gazebo, area plaza dan bangunan. Aktivitas tersebut dilakukan pada siang dan sore hari karena ruang pada zona B didominasi pohon perindang dan merupakan area yang tenang jauh dari keramaian. Pengunjung cenderung memarkir kendaraannya dekat dengan tempat beraktivitas seperti gazebo dan area open space karena suasana siang hari yang terik dan mudahnya akses masuk kendaraan sampai area open space zona B. Pada siang hari umumnya pengunjung yang datang untuk beristirahat kerja. Aktivitas lainnya yaitu berdiri di pinggiran sempadan sungai serta berjalan dan olahraga sepeda atau jogging yang terdapat pada jalur pedestrian dan open space. Aktivitas yang paling jarang adalah bermain yang beberapa kali terlihat pada area open space. Pada malam hari hampir tidak terdapat pengunjung beraktivitas dan beberapa kali terlihat sekelompok remaja berpasangan duduk di gazebo hal ini disebabkan oleh kurangnya lampu penerangan. Pola sebaran aktivitas pemanfaatan yang terbentuk pada zona B adalah linear karena polanya cenderung mengikuti penataan fisik, di mana tata fisik tersebut mengikuti jalur sirkulasi yang ada.
Dari hasil observasi intensitas pengunjung berdasarkan jumlah rata-rata per hari dalam seminggu yaitu sebanyak 32 orang di hari Senin, 43 orang di hari Selasa, 42 orang di hari Rabu, 44 orang di hari Kamis, 44 orang di hari Jumat, 51 orang di hari Sabtu dan 54 orang di hari Minggu. Dari data tersebut terdapat perbedaan yang tidak terlalu jauh yaitu 44% pada hari kerja dan 56% pada hari libur. Dalam penggolongan berdasarkan rata – rata satuan waktu, terdapat 7 orang di pagi hari, 7 orang di siang hari, 17 orang di sore hari dan 13 orang di malam hari sehingga didapatkan persentase yaitu 15% pagi hari, 15% siang hari, 39% sore hari dan 30% malam hari.
Selain itu kepadatan titik kumpul pengunjung pada empat waktu pengamatan (pagi, siang, sore, dan malam) terlihat berbeda (Gambar 4). Pada pagi hari, pengunjung cenderung beraktivitas pada area dengan elemen yang dapat digunakan sebagai tempat duduk untuk bersantai dan area yang terpapar sinar matahari pagi. Pada siang hari, pengunjung cenderung beraktivitas pada area yang memiliki naungan seperti gazebo dan pohon perindang untuk beristirahat. Pada sore hari, pengunjung beraktivitas hampir di seluruh area taman. Pada malam hari, pengunjung cenderung beraktivitas pada sekitar area yang terdapat elemen lampu penerangan. Kepadatan titik kumpul dipengaruhi oleh tata elemen fisik berupa fasilitas pendukung aktivitas atau elemen pembentuk ruang seperti tanaman perindang sebagai naungan pada siang hari dan lampu penerangan pada malam hari.
Gambar 4. Pemetaan Kepadatan Titik Kumpul
Pola pergerakan pengunjung digambarkan menggunakan metode person-centered mapping yaitu dengan pemetaan alur sirkulasi manusia (Haryadi dan Setiawan, 2010). Menurut Tamin dan Frazila (1997), Pergerakan terbentuk akibat adanya aktivitas yang dilakukan. Keterkaitan antar ruang sangatlah berperan dalam menciptakan pergerakan, dan pola sebaran tata guna lahan sangat mempengaruhi pola pergerakan manusia. Gambar 5 menunjukkan pola pergerakan pengunjung dalam penggolongan satuan waktu (pagi, siang, sore, dan malam).
Gambar 5. Pola Pergerakan Berdasarkan Satuan Waktu.
Pola pergerakan pengunjung pada Taman Lila Ulangun memperlihatkan aksesibilitas menuju taman dan aksesibilitas antar ruang. Untuk jenis pergerakan dikelompokkan menjadi empat, yaitu pejalan kaki, bersepeda, pengendara sepeda motor dan pengendara mobil (Gambar 6). Pola pergerakan pejalan kaki pada zona A berpusat pada parkir utama sekaligus sebagai entrance dan parkir utara, lalu pergerakan pengunjung menuju ke area open space dan plaza. Dua ruang parkir disediakan terpisah guna memecah pusat datangnya pergerakan pengunjung agar tidak menumpuk pada satu titik. Jalur pedestrian hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki karena akses yang berupa tangga. Pola pergerakan bersepeda berpusat pada area entrance atau parkir menuju ke area plaza dan open space melalui ramp pada tangga. Pola pergerakan pengendara mobil dan motor hanya dapat memasuki ruang parkir saja, tetapi pada beberapa waktu terdapat aktivitas yang tidak sesuai di mana pengendara motor menuju ke area plaza untuk berfoto.
Pada zona B pola pergerakan yang terlihat hanya pejalan kaki, bersepeda dan pengendara motor karena akses menuju zona B berupa jembatan penghubung dengan lebar 1,2 meter. Pergerakan pejalan kaki, bersepeda dan pengendara motor berpusat pada ruang parkir zona B lalu dapat bergerak menuju jalur pedestrian. Pergerakan bersepeda dan pengendara motor terbatas sampai bagian selatan open space, sedangkan pergerakan pejalan kaki dapat menuju ke area plaza dan open space.
Dari hasil analisis pola pergerakan pengunjung secara keseluruhan terdapat perbedaan bentuk pola sirkulasi antara zona A dengan zona B. Pada zona A pola pergerakan berbentuk network atau jaringan di mana terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan titik-titik tertentu di dalam ruang, dan bentuknya dapat dikatakan abstrak. Contohnya yakni pada ruang parkir I selain terhubung dengan open space I, juga terhubung secara
langsung dengan parkir II begitu juga ruang-ruang lainnya pada zona A. Pada zona B pola pergerakan berbentuk linear yaitu jalan lurus yang menjadi unsur pengorganisir utama deretan antar ruang. Pada zona B setiap ruang yang ada terhubung oleh satu akses.

Gambar 6. Pola Pergerakan Pengunjung Secara Keseluruhan
Temuan hubungan aktivitas pemanfaatan dengan elemen fisik pada Taman Lila Ulangun berdasarkan analisis behavioral mapping yang dikemukakan oleh Sommer (1980 dalam Haryadi dan Setiawan, 1995) untuk menunjukkan kaitan antara perilaku tersebut dengan wujud perancangan yang spesifik. Tabel 1 menunjukkan dari adanya penataan elemen fisik Taman Lila Ulangun, secara keseluruhan aktivitas yang dominan terjadi yaitu duduk, makan dan minum.
Tabel 1. Hubungan Aktivitas Pemanfaatan dengan Elemen Fisik pada Taman Lila Ulangun
Elemen Fisik
Open space Plaza
Aksesibilitas
Parkir
Jalur pedestrian
Lampu penerangan Planter box
Pohon perindang
Tanaman penghias Bangunan wantilan Shelter
Bangku taman Gazebo
Aktivitas Pemanfaatan
A B C D E F
√
√ √
Keterangan: A (Duduk), B (Berdiri), C (Tidur), D (Bermain), E (Berjalan), F (Makan dan Minum), G (Olahraga), H (Berfoto), I (Merokok), J (Berjualan), K (Memancing), L (Kumpul Komunitas)
Berdasarkan hasil observasi, wawancara pengunjung dan analisis behavioral mapping Taman Lila Ulangun, aktivitas di Taman Lila Ulangun secara umum dipengaruhi oleh penataan fisik yaitu bentuk ruang dan elemen ruang. Disimpulkan bahwa adanya teduhan berupa pohon perindang dan gazebo mempengaruhi
pengunjung untuk beraktivitas khususnya pada siang hari. Selain itu adanya open space mempengaruhi keberagaman aktivitas di dalamnya. Hal ini didukung oleh penelitian Adhitama (2013) pada Studi Kasus Alun-alun Merdeka Malang, bahwa kebutuhan akan sebuah ruang yang diharapkan cukup luas untuk dapat menampung berbagai aktivitas. Aksesibilitas berupa entrance merupakan elemen yang menentukan arah pengunjung akan beraktivitas di mana pengunjung akan mencari area yang mudah diakses. Pada malam hari lampu penerangan mempengaruhi aktivitas pengunjung terkait faktor keamanan. Tabel 2 mendeskripsikan pengaruh penataan elemen fisik pada zona A terhadap aktivitas pemanfaatan di Taman Lila Ulangun.
Tabel 2. Pengaruh Penataan Elemen Fisik pada Zona A terhadap Aktivitas Pemanfaatan
No |
Penataan Fisik |
Aktivitas Pemanfaatan |
Pengaruh Tata Elemen Fisik | |
Ruang |
Elemen Ruang | |||
1 |
Open space I |
Bangku taman, lampu penerangan, pohon perindang, planter box, tanaman penghias, tempat sampah, dan shelter |
Duduk, makan dan minum, berdiri, merokok, bermain, olahraga, berjalan, dan kumpul komunitas |
|
2 |
Open space II |
Bangku taman, lampu penerangan, toilet, shelter, planter box, tanaman penghias, dan temnpat sampah |
Duduk, makan dan minum, bermain, olahraga, berjalan, kumpul komunitas dan merokok |
|
3 |
Plaza |
Lampu penerangan, planter box, dan tanaman penghias |
Duduk, makan dan minum, berdiri, olahraga, merokok, dan berfoto |
|
4 |
Parkir I dan Entrance |
Gazebo, lampu penerangan, planter box, tanaman penghias, dan tempat sampah |
Parkir kendaraan, duduk, makan dan minum, tidur, merokok, berjualan, dan berjalan |
|
5 |
Parkir II |
Lampu penerangan dan tanaman penghias |
Parkir kendaraan dan berjalan |
|
6 |
Jalur pedestrian |
Pohon perindang dan tanaman penghias |
Memancing, olahraga, dan berjalan |
|
Sedangkan pengaruh penataan elemen fisik pada zona B terhadap aktivitas pemanfaatan di Taman Lila Ulangun dideskripsikan melalui Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Pengaruh Penataan Elemen Fisik pada Zona B terhadap Aktivitas | ||||
No |
Penataan Fisik Ruang Elemen Ruang |
Aktivitas Pemanfaatan |
Pengaruh Tata Elemen Fisik | |
1 |
Open space |
Gazebo, planter box, tanaman penghias, lampu penerangan, dan pohon perindang |
Duduk, makan dan minum, tidur, merokok, olahraga, dan bermain |
|
2 |
Aksesibilitas (Jembatan) |
Lampu penerangan |
Berjalan |
|
3 |
Plaza |
Lampu penerangan dan tempat sampah |
Duduk, makan, dan minum |
|
4 |
Parkir motor |
Pohon perindang, lampu penerangan, dan tempat sampah |
Parkir kendaraan dan berjalan |
• Area parkir memilik luas 250 m² dan terdapat pohon perindang bertajuk lebar sehingga area parkir terasa sejuk pada siang hari. |
5 |
Jalur pedestrian |
Gazebo, tanaman penghias, lampu penerangan, tempat sampah, dan pohon perindang |
Duduk, makan dan minum, tidur, merokok, berdiri, olahraga, |
|
6 |
Bangunan wantilan |
Lampu penerangan, pohon perindang, dan tempat sampah |
Duduk, makan dan minum, tidur, dan merokok |
|
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa ruang yang pemanfaatanya kurang maksimal dan kurangnya minat pengunjung untuk beraktivitas. Berdasarkan hasil penelitian, penyebab kurangnya minat pengunjung datang pada siang hari yaitu karena kondisi taman terasa panas. Hal ini perlu adanya penambahan fasilitas yang bersifat sebagai peneduh seperti gazebo dan pohon perindang khususnya di open space I, open space II dan jalur pedestrian. Pada malam hari didapatkan beberapa ruang yang tidak terjangkau lampu penerangan sehingga perlu adanya penambahan lampu penerangan khususnya bagian utara zona A, parkir motor zona B, dan open space zona B.
Aktivitas pada Taman Lila Ulangun terpusat pada zona A yaitu area plaza dan ruang parkir I. Aktivitas pemanfaatan seperti duduk, makan atau minum, berdiri, tidur dan merokok terjadi pada gazebo, bangku taman, plaza, shelter dan open space. Aktivitas pemanfaatan seperti olahraga, berjalan, bermain, berfoto terdapat pada plaza, open space dan pedestrian. Aktivitas memancing hanya terdapat pada jalur pedestrian zona A.
Pola sebaran aktivitas pada zona A lebih banyak dibandingkan dengan zona B, karena akses menuju zona B berupa satu jembatan penghubung yang hanya dapat dilalui pejalan kaki dan sepeda motor. Dari hasil penelitian ini juga didapatkan temuan hubungan di mana tata elemen fisik taman sekaligus menjadi pengaruh adanya aktivitas. Teduhan berupa pohon perindang, gazebo, open space dan lampu penerangan menjadi tata elemen fisik yang paling berpengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan dalam beraktivitas dengan konteks waktu yang berbeda.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan pertimbangan untuk kegiatan penataan kawasan khususnya ruang terbuka, karena setiap penataan ruang menimbulkan adanya aktivitas manusia di dalamnya. Selain itu, rekomendasi dalam penelitian ini dapat menjadi acuan oleh pihak yang terkait untuk dapat mengelola serta melakukan penataan Taman Lila Ulangun ke depannya.
-
5. Daftar Pustaka
Adhitama, M. S. (2013). Faktor penentu setting fisik dalam beraktifitas di ruang terbuka publik “Studi kasus Alun-Alun Merdeka Kota Malang.” RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies), 11(2). doi: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ruas.2013.011.02.1.
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Denpasar Bagian Pengairan. (2018). Taman Lila Ulangun. Denpasar.
Harris, C. W. & Dines, N. T. (1998). Time-saver Standards for Landscape Architecture. McGraw-Hill. New York. Haryadi & Setiawan, B. (1995). Arsitektur Lingkungan dan Perilaku. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Haryadi & Setiawan, B. (2010). Arsitektur Lingkungan dan Perilaku. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Irawan, R. F. & Widayanti, W. (2014). Kebijakan penataan sempadan Sungai Cisadane di Kota Tangerang (Penanganan penyalah gunaan lahan di Kelurahan Babakan dan Kelurahan Mekarsari). Journal of Politic and Government Studies, 3(4):472–487.
Laurens, J. M. (2004). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Grasindo. Jakarta.
Laurens, J. M. (2005). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Grasindo. Jakarta.
Maryono, A. (2009). Kajian lebar sempadan sungai (Studi kasus sungai-sungai di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Dinamika TEKNIK SIPIL, 9(1):55–66.
Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito. Bandung.
Sommer, R. (1980). Behavior Mapping: Practical Guide to Behavior Research. Oxford University Press. New York.
Tamin, O. Z. & Frazila, R. B. (1997). Penerapan konsep interaksi tata guna lahan - sistem transportasi dalam perencanaan sistem jaringan transportasi. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kata, 8(3):11–18.
Winartha, I. M. (2006). Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Andi Offset. Yogyakarta.
20 | jurnal arsitektur lansekap
Discussion and feedback