Evaluasi kesesuaian elemen lanskap Taman Balekambang sebagai ruang publik di Kota Surakarta, Jawa Tengah
on
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP
ISSN: 2442-5508
VOL. 8, NO. 2, OKTOBER 2022
Evaluasi Kesesuaian Elemen Lanskap Taman Balekambang sebagai Ruang Publik di Kota Surakarta, Jawa Tengah
Doksa Safira Tarigan1, Cokorda Gede Alit Semarajaya1*, Ni Luh Made Pradnyawathi2
-
1. Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Indonesia
-
2. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Indonesia
*E-mail: coksemarajaya@unud.ac.id
Abstract
Suitability Evaluation Of Balekambang Landscape Elements as A Public Space in Surakarta City, Central Java. Balekambang Park is one of the most popular public spaces in Surakarta. However, the condition of some of the facilities and plants in Balekambang Park looks poorly maintained. Most of the facilities such as toilets, park benches and trash cans were seen to have been damaged. Apart from that, some of the tree crowns were too shady. This phenomenon has an impact on four aspects of forming public space, which consist of access & linkages, uses & activites, comfort & image and sociability. The deficiencies in the landscape elements of Balekambang Park occur because they are not yet in accordance with these four aspects. Therefore, the evaluation process needs to be carried out to find out which aspects have not been fulfilled. This study aims to evaluate the conditions of hardscape and softscape in Balekambang Park based on four main aspects of forming public spaces and to describe people's perceptions of Balekambang Park as a public space. The method used is a survey method with qualitative descriptive analysis. The data inventory was carried out by observation, interviews, distributing questionnaires and study of literature. The results showed that the hardscape and softscape elements in Balekambang Park have fulfilled the four main aspects of forming public spaces. The access and linkages aspect is very good, but three other aspects still need to be improved. This is also relevant to the visitor perception questionnaire analysis which explains that the access and linkages aspects are in the high category, while the other three aspects are in the medium category.
Keywords: Balekambang park, four aspects of forming public spaces, landscape elements, public space
Taman Balekambang merupakan salah satu taman kota sekaligus ruang publik yang paling populer dan sering dikunjungi oleh masyarakat di Kota Surakarta. Selain menjadi paru-paru Kota Surakarta, Taman Balekambang sebagai ruang publik juga memiliki fungsi sosial, fungsi ekologis, fungsi pendidikan, fungsi rekreasi dan fungsi estetika (Karsono, 2010). Tetapi, karena kondisi beberapa fasilitas dan tanaman di Taman Balekambang kurang terawat sehingga memerlukan adanya revitalisasi kawasan (Andini, 2011). Selanjutnya, penataan dan perawatan elemen hardscape dan softscape di taman tersebut juga kurang memadai sehingga mempengaruhi kualitasnya. Kondisi seperti ini membuat taman terkesan tidak tertata dengan baik (Wahyuni & Qomarun, 2015). Hal ini dibuktikan melalui kondisi pagar tembok Taman Balekambang di sisi utara yang telah roboh sekitar 26 meter pada 26 Desember 2019 (Anonim, 2019). Berdasarkan pengamatan, terdapat juga beberapa titik area taman yang jarang digunakan karena terhalang besarnya pohon jati (Tectona grandis). Selain itu sebagian besar fasilitas di Taman Balekambang seperti toilet, bangku taman, dan tong sampah terlihat sudah rusak. Taman Balekambang juga memiliki kolam renang, tetapi kondisinya terbengkalai dan hanya menyisakan air kotor yang masih tergenang. Kekurangan pada elemen softscape taman tersebut ditunjukkan melalui tajuk pohon di Taman Balekambang yang terlalu rindang. Salah satunya terdapat pada pohon bambu (Bambuseae) yang pertumbuhan daunnya terlalu rimbun hingga melebihi batas tembok Taman Balekambang dan mengarah ke jalan raya. Fenomena tersebut berdampak pada empat aspek pembentuk ruang publik.
Empat aspek ruang publik merupakan kriteria utama yang selayaknya dipenuhi untuk menciptakan kondisi ruang publik yang ideal (Fauza, 2017). Aspek tersebut terdiri dari ruang publik yang aksesibel (access & linkages), menumbuhkan aktivitas pengunjung (uses & activites), nyaman serta memiliki visual yang baik
(comfort & image) dan memiliki nilai sosial (sociability) (P2KH, 2016). Kekurangan pada kondisi elemen lanskap di Taman Balekambang terjadi karena belum sesuai dengan empat aspek utama pembentuk ruang publik. Oleh karena itu, proses evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui aspek manakah yang belum terpenuhi pada elemen lanskap Taman Balekambang, sehingga tiap elemen mampu mendukung berbagai fungsi di taman tersebut.
Penelitian ini dilakukan di Taman Balekambang Surakarta. Taman ini berlokasi di Jl. Balekambang No.1, Manahan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Kawasan Taman Balekambang berbatasan dengan Kolam Renang Tirtomoyo di sebelah selatan dan Pasar Depok di sisi timur. Lokasi yang dipilih pada penelitian ini terdiri dari area di Partinah Bosch dan Partini Tuin, kecuali area outbond, belakang Gedung Kesenian, Taman Reptil, dan Taman Kelinci (Gambar 1). Waktu penelitian berlangsung selama 10 bulan mulai dari Juli 2020 sampai dengan Mei 2021.
c. Layout Taman Balekambang
Gambar 1. Peta Lokasi Taman Balekambang (Sumber: Google Earth, 2021 dan Photoshop, 2021)
Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah kamera digital sebagai pengambil gambar lokasi, alat tulis sebagai pencatat data yang telah diambil, angket kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan bagi pengunjung taman, lembar wawancara dan komputer sebagai pengolah data. Bentuk kuesioner yang digunakan pada penelitian ini ialah kuesioner tertutup yang terdiri dari 40 pertanyaan. Isi dari pertanyaan yang disajikan mengacu pada empat aspek pembentuk ruang publik yaitu access & linkages, uses & activites, comfort & image dan sociability. Skala pengukuran kuesioner yang digunakan ialah skala likert dengan model pertanyaan positif. Bahan yang digunakan adalah peta Taman Balekambang dan tapak tempat penelitian.
Metode yang digunakan adalah metode survei dengan analisis deskriptif kualitatif. Tahapan pada penelitian ini terdiri dari persiapan, inventarisasi data dengan teknik observasi, wawancara, penyebaran
kuisioner, dan studi pustaka, analisis, sintesis, menarik kesimpulan dan mengajukan saran/rekomendasi. Kegiatan wawancara dilakukan dengan Kepala UPTD Taman Balekambang dan lembar kuesioner diberikan kepada pengunjung taman, dengan jumlah 48 responden. Hasil kuesioner yang telah didapatkan selanjutnya diolah pada tahap analisis. Pengolahan hasil kuesioner tersebut diawali dengan proses tabulasi data menggunakan penskoran menurut skala likert. Hasil dari tabulasi tersebut kemudian dikategorikan pada tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan rumus sebagai berikut.
-
a. Kelompok tinggi = X≥Mi + SDi
-
b. Kelompok sedang = Mi – SDi ≤ X < Mi + SDi
-
c. Kelompok rendah = X < Mi- SDi
Sedangkan harga Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi) diperoleh berdasarkan rumus berikut : Mean ideal (Mi) = 1/2 (skor tertinggi+skor terendah)
Standar Deviasi ideal (SDi) = 1/6 (skor tertinggi-skor terendah)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi responden yang berjumlah 48 orang, dominan menilai aspek access and linkages Taman Balekambang dalam kategori yang tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh 24 responden (50%) memberikan skor yang relatif tinggi yaitu di atas 39 (Tabel 1). Melalui perhitungan ini, dapat dijelaskan bahwa menurut pengunjung kondisi aspek access and linkages di Taman Balekambang berada pada kategori tinggi. Makna kategori tinggi pada aspek access and linkages yaitu pengunjung Taman Balekambang menilai taman tersebut mudah untuk diakses oleh khalayak umum, baik secara visual maupun fisik. Hal ini terlihat dari keberadaan Taman Balekambang yang strategis, area di dalam taman pun memiliki sirkulasi yang jelas, dan ketersediaan lahan parkir berada dekat dengan pintu masuk.
Tabel 1. Distribusi Kategori Aspek Access and Linkages
No |
Skor |
Frekuensi |
% |
Kategori |
1 |
x≥39 |
24 |
50 |
Tinggi |
2 |
33≤x<39 |
14 |
29,2 |
Sedang |
3 |
x<33 |
10 |
20,8 |
Rendah |
Total |
48 |
100 |
Pada aspek uses and activities responden dominan menilai Taman Balekambang dalam kategori sedang. Hal ini ditunjukkan oleh 21 responden (43,75%) memberikan skor sedang yaitu antara 35 sampai 41 (Tabel 2). Melalui perhitungan ini dapat dijelaskan bahwa pengunjung berpersepsi Taman Balekambang memiliki kegunaan yang cukup beragam, memperhatikan kebutuhan individu, dan dapat memperkaya pengalaman seseorang. Hal ini dilihat dari keberagaman fasilitas rekreasi, seperti taman bermain anak dan wahanan permainan air. Namun, adanya area kosong yang belum dimanfaatkan dengan baik membuat lahan yang tersedia kurang optimal.
Tabel 2. Distribusi Kategori Aspek Uses and Activities
No |
Skor |
Frekuensi |
% |
Kategori |
1 |
x≥41 |
13 |
27,08 |
Tinggi |
2 |
35≤x<41 |
21 |
43,75 |
Sedang |
3 |
x<35 |
14 |
29,17 |
Rendah |
Total |
48 |
100 |
Pada aspek comfort and image, terlihat bahwa responden dominan menilai Taman Balekambang dalam kategori sedang. Hal ini ditunjukkan oleh 27 responden (56,25%) memberikan skor sedang yaitu antara 33,7 sampai 40,3 (Tabel 3). Melalui perhitungan tersebut dapat dijelaskan bahwa menurut persepsi pengunjung Taman Balekambang, taman tersebut cukup memberikan kenyamanan dan penampilannya pun
mampu memberikan impresi bagi pengguna taman. Berdasarkan hasil kuesioner, kebanyakan responden beranggapan bahwa Taman Balekambang merupakan taman kota yang indah dan nuansa budaya jawa yang terbentuk menjadi ciri khas bagi taman tersebut. Kebersihan dan tingkat keterawatan tanaman di Taman Balekambang juga dirasa cukup baik, akan tetapi kondisi tersebut perlu ditingkatkan kembali untuk menambah penilaian positif dari pengunjung.
Tabel 3. Distribusi Kategori Aspek Comfort and Image
No |
Skor |
Frekuensi |
% |
Kategori |
1 |
x≥40,3 |
13 |
27,08 |
Tinggi |
2 |
33,7≤x<40,3 |
27 |
56,25 |
Sedang |
3 |
x<33,7 |
8 |
16,67 |
Rendah |
Total |
48 |
100 |
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dominan menilai aspek sociability Taman Balekambang dalam kategori sedang. Hal ini ditunjukkan oleh 30 responden (62,5%) memberikan skor sedang yaitu antara 35,7 sampai 42,3 (Tabel 4). Makna kategori sedang pada aspek sociability yaitu pengunjung menilai taman tersebut merupakan taman yang ramah sosial dan sering dikunjungi. Taman Balekambang memang sering dikunjungi oleh khalayak umum dan kunjungan tersebut berasal dari segala usia, mulai dari anak-anak hingga lansia. Aspek sociability di Taman Balekambang tidak mendapatkan penilaian yang tinggi, dikarenakan beberapa responden menilai bahwa Taman Balekambang bukan taman yang ramah disabilitas, karena belum menyediakan jalur khusus bagi penyandang disabilitas.
Tabel 4. Distribusi Kategori Aspek Sociability
No |
Skor |
Frekuensi |
% |
Kategori |
1 |
x≥42,3 |
9 |
18,75 |
Tinggi |
2 |
35,7≤x<42,3 |
30 |
62,5 |
Sedang |
3 |
x<35,7 |
9 |
18,75 |
Rendah |
Total |
48 |
100 |
Taman Balekambang telah memenuhi enam indikator penilaian pada aspek access and linkages (Tabel 5). Hal tersebut ditunjukkan melalui lokasi yang mudah dilihat dan dijangkau. Terletak di pusat Kota Solo dan dekat layanan transportasi umum, seperti halte bis, angkot, dan becak (Pratomo et al., 2019). Taman ini memiliki akses jalan khusus di sisi timur yang menghubungkan antara jalan raya dengan Taman Balekambang. Tidak hanya itu, di jalan khusus tersebut juga terdapat jalur pedestrian. Pintu gerbang yang terletak di dua titik yaitu sisi timur dan utara memudahkan akses pengunjung yang datang dari kedua arah tersebut (Gambar 2). Bagi pengunjung yang membawa kendaraan difasilitasi juga lahan parkir untuk kendaraan roda empat dan roda dua, dengan area yang cukup luas.
Tiap fasilitas di dalam kawasan memiliki kedekatan jarak yang didukung oleh jalur pedestrian. Jalur pedestrian tersebut bermanfaat untuk memfasilitasi pergerakan pengunjung dari satu tempat ke tempat lain dengan mudah, lancar, aman, nyaman dan mandiri (Riadi, 2020) . Selain itu, pengunjung dimudahkan dengan adanya papan penunjuk arah yang memudahkan mereka untuk mencapai tiap fasilitas dalam kawasan. Elemen hardscape berupa papan tanda “Taman Balekambang” juga membantu para pengunjung untuk menemukan tempat ini dengan mudah. Walaupun di Taman Balekambang ada berbagai macam jenis pohon berukuran besar dan berdaun rimbun, namun hal itu tidak menghalangi penglihatan pengunjung terhadap papan tanda “Taman Balekambang”. Hasil pengamatan ini juga relevan dengan analisis aspek access and linkages pada kuesioner persepsi pengunjung yang menunjukkan sebanyak 24 responden telah memberikan skor ≥39. Perhitungan tersebut menjelaskan bahwa aspek access and linkages di Taman Balekambang berada pada kategori tinggi. Secara keseluruhan elemen hardscape dan softscape di Taman Balekambang telah memenuhi aspek access and linkages.
Tabel 5. Aspek Access and Linkages Taman Balekambang | |||
Aspek |
Indikator |
Tercapai |
Keterangan |
Access and |
Dapat dicapai dengan kendaraan pribadi |
Ya |
Lahan parkir, Dekat layanan |
Linkages |
atau umum |
transportasi umum (Halte, Angkot, Becak), | |
Kedekatan jarak antar fasilitas dalam kawasan |
Ya |
Jalur Pedestrian, Papan penunjuk arah | |
Keterhubungan secara fungsi |
Ya |
Jalur Pedestrian | |
Kemudahan dilihat secara visual |
Ya |
Papan tanda “Taman Balekambang”, Pohon besar tidak menghalangi pandangan pengunjung | |
Kedekatan jarak antar taman dengan kawasan lain |
Ya |
Terletak di pusat Kota Solo, Memiliki akses jalan khusus | |
Adanya kemudahan akses |
Ya |
Lahan parkir, Jalur Pedestrian, Memiliki akses jalan khusus, Pintu Gerbang Timur, Pintu Gerbang Utara |
Gambar 2. Elemen Lanskap Taman Balekambang pada Aspek Access and Linkages
Taman Balekambang telah memenuhi semua indikator penilaian pada aspek uses and activities (Tabel 6). Aktivitas yang ditawarkan oleh Taman Balekambang cukup beragam. Pengunjung bisa menikmati pemandangan taman, bermain ayunan, mencoba wahana permainan air, dan berinteraksi dengan beragam satwa. Kegiatan berskala besar ditunjukkan melalui pelaksanaan tradisi “Bakdan Ing Balekambang” yang diadakan setiap tahun guna memeriahkan Hari Raya Idul Fitri di Kota Solo dan dihadiri oleh masyarakat sekitar. Kegiatan seperti ini biasanya menggunakan area Open Stage dan Gedung Kesenian (Gambar 3). Sejalan dengan pendapat Hakim (2012) yang menyatakan bahwa taman kota memiliki peran dan fungsi penting bagi kota dan masyarakatnya.
Ada satu indikator yang kurang maksimal yaitu “dapat digunakan untuk berbagai aktivitas”. Hal ini dilihat dari titik penyebaran aktivitas di Taman Balekambang yang kurang merata secara maksimal. Beberapa titik area di Taman Balekambang yang tidak terawasi disebabkan oleh banyaknya pohon besar seperti beringin (Ficus benjamina), dan jati (Tectona grandis) yang menghalangi pandangan pengunjung. Selaras dengan pernyataan Hartoyo dan Santoni (2018) yang menyatakan bahwa titik penyebaran aktivitas yang tidak merata disebabkan oleh banyak ruang yang tidak memiliki program sehingga kurang dapat menarik pengunjung untuk menggunakannya. Pengamatan ini juga relevan dengan analisis aspek uses and activities pada kuesioner yang menunjukkan sebanyak 43,75% responden memberikan skor sedang yaitu antara 35 sampai 41. Secara
keseluruhan elemen hardscape dan softscape di Taman Balekambang telah memenuhi aspek uses and activities, akan tetapi masih perlu ditingkatkan.
Tabel 6. Aspek Uses and Activities Taman Balekambang
No |
Aspek |
Indikator |
Tercapai |
Keterangan |
1 |
Uses and Activities |
Fasilitas dapat digunakan oleh semua orang |
Ya |
Taman Bermain Anak, Danau Partini Tuin, Bangku Taman |
2 |
Fasilitas dapat digunakan setiap waktu |
Ya |
Lampu taman | |
3 |
Aktivitas tidak terdapat di tempat lain |
Ya |
Danau Partini Tuin, Tempat penangkaran rusa | |
4 |
Adanya kegiatan skala besar |
Ya |
Open Stage, Gedung Kesenian | |
5 |
Berguna secara nyata untuk masyarakat lokal |
Ya |
Open Stage, Gedung Kesenian | |
6 |
Dapat digunakan untuk berbagai aktivitas |
Ya |
Taman Bermain Anak, Danau Partini Tuin, Open Stage, Gedung Kesenian | |
7 |
Kontribusi kepada masyarakat lokal |
Ya |
Open Stage dan Gedung Kesenian | |
8 |
Adanya kegiatan tradisi/adat |
Ya |
Open Stage, Gedung Kesenian | |
9 |
Aktivitas ramah lingkungan |
Ya |
Flora dan fauna yang beraneka ragam |
Gambar 3. Elemen Lanskap Taman Balekambang pada Aspek Uses and Activities
Taman Balekambang telah memenuhi semua indikator pada aspek comfort and image (Tabel 7). Hal ini dilihat dari daya tarik visual pada taman yang memberikan kesan tersendiri bagi para pengunjung. Taman ini merupakan peninggalan Keraton Mangkunegara yang khas dengan nuansa Budaya Jawa. Bukti peninggalan sejarahnya yaitu Patung Partinah Bosch, Patung Partini Tuin, Patung Nakula-Sadewa, Batu Lintang, dan Batu Asmara. Sejalan dengan pendapat Karsono (2010) yang mengatakan bahwa Taman Balekambang merupakan taman yang penuh manfaat dan sejarah di Kota Solo. Kenyamanan pada taman juga didukung oleh elemen bangku dan toilet. Bangku taman selain digunakan untuk tempat beristirahat bermanfaat pula dalam menambah keindahan taman melalui bentuknya yang beraneka ragam. Toilet merupakan fasilitas sanitasi yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Rasa nyaman juga bertambah dari keberadaan Danau Partini Tuin dan kolam ikan yang menyatu dengan keindahan taman (Gambar 4). Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyuni dan Qomarun (2015) yang menyatakan bahwa kolam pada taman memiliki estetikanya sendiri dan akan menambah kesan dinamis apabila terdapat permainan air
di dalamnya. Tanaman pembatas seperti bambu (Bambuseae) memberikan kesan privat bagi pengunjung yang berada di dalam kawasan (Widnyana, 2012).
Terdapat 1 indikator yang belum terpenuhi yaitu “kebersihan taman”. Beberapa tong sampah yang sudah jebol menyebabkan sampah di dalamnya berserakan. Taman ini juga memiliki satu kolam renang di dekat Danau Partini Tuin yang sudah tidak digunakan lagi dan menyisakan air kotor. Toilet di dekat Gedung Kesenian yang terbengkalai, turut memerlukan perbaikan dengan segera karena terlihat kotor dan terkesan gelap. Kebersihan itu penting, sehingga tapak terlihat jauh lebih baik (PPS, 2003). Selain itu, indikator keberadaan taman memberi rasa nyaman, keamanan taman, dan ketersediaan fasilitas pejalan kaki juga kurang maksimal. Pengamatan ini relevan dengan analisis aspek comfort and image pada kuesioner yang menunjukkan sebanyak 27 responden memberikan skor sedang yaitu antara 33,7 sampai 40,3. Secara keseluruhan elemen hardscape dan softscape Taman Balekambang telah memenuhi aspek comfort and image, akan tetapi masih perlu ditingkatkan.
Tabel 7. Aspek Comfort and Image Taman Balekambang | |
No |
Aspek Indikator Tercapai Keterangan |
1 |
Comfort Kondisi Ya Pohon bambu (Bambuseae sp.), Pagar tembok, and Image keamanan Sasak bambu, Lampu Taman taman |
2 |
Ketersediaan Ya Beringin (Ficus Benjamina), Akasia (Acacia sp.), tanaman dan Flamboyan (Delonix regia) peneduh |
3 |
Ketersediaan Ya Jalur Pedestrian, Pergola, Tanaman air mata fasilitas pejalan pengantin (Antigonon leptopus) kaki |
4 |
Kebersihan Tidak Tong sampah, Kolam renang terbengkalai, Toilet taman dekat Gedung Kesenian |
5 |
Keberadaan Ya Danau Partini Tuin, Kolam ikan, Taman Bermain taman memberi Anak, Bangku taman, Toilet rasa nyaman |
7 |
Keberadaan Ya Danau Partini Tuin, Kolam ikan taman dapat memberi kesan khusus |
8 |
Adanya fasilitas Ya Bangku taman tempat duduk |
9 |
Keberadaan Ya Danau Partini Tuin, Tempat penangkaran rusa taman menarik dikunjungi |
10 |
Adanya nilai Ya Patung Partinah Bosch, Patung Partini Tuin, sejarah Patung Nakula-Sadewa, Batu Lintang, dan Batu Asmara |
Gambar 4. Elemen Lanskap Taman Balekambang pada Aspek Comfort and Image
Taman Balekambang telah memenuhi tiga indikator penilaian pada aspek sociability yang ditunjukkan melalui taman tersebut merupakan ruang publik Kota Solo yang dapat menampung kegiatan sosial (Tabel 8). Taman ini sering dikunjungi dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga lansia. Taman ini didukung dengan fasilitas rekreasi seperti Danau Partini Tuin dan Taman Bermain Anak, sehingga aktivitas interaksi sosial terasa lebih menyenangkan (Wahyuni & Qomarun, 2015). Bangku taman yang ada juga bermanfaat bagi pengunjung untuk bisa saling berinteraksi sambil bersantai (Gambar 5). Suasana yang kondusif didukung melalui elemen lahan parkir, tanaman peredam suara, pagar tembok, toilet, bangku taman, dan area tapak yang luas. Adanya lahan parkir, pengguna yang membawa kendaraan dapat memarkirkan kendaraannya dengan tertata dan tidak menimbulkan kemacetan pada jalan (Ibrahim et al., 2014). Tanaman peredam suara pada Taman Balekambang seperti akasia (Acacia), bambu (Bambuseae) dan puring (Codiaeum variegatum) juga bermanfaat untuk mengurangi kebisingan yang ditimbulkan dari dalam kawasan terutama saat mengadakan event, sehingga suasana taman tetap kondusif dan tidak mengganggu masyarakat sekitar (SIPSN, 2017).
Terdapat satu indikator yang kondisinya masih kurang baik yaitu taman menciptakan suasana kondusif. Kondisi pohon bambu (Bambuseae sp.) yang sudah terlalu rimbun hingga menyentuh area jalan raya, menurunkan aspek sociability Taman Balekambang. Taman kota sebagai ruang publik seharusnya memperhatikan kepentingan masyarakat umum terutama bagi pengguna jalan raya, sehingga tercipta harmonisasi antar elemen masyarakat (Fauza, 2017).. Pengamatan ini relevan dengan analisis aspek sociability pada kuesioner yang menunjukkan sebanyak 30 responden memberikan skor sedang yaitu antara 35,7 sampai 42,3. Secara keseluruhan elemen hardscape dan softscape Taman Balekambang telah memenuhi aspek sociability, akan tetapi masih perlu ditingkatkan.
Tabel 8. Aspek Sociability Taman Balekambang | |
No |
Aspek Indikator Tercapai Keterangan |
1 |
Sociability Terjadi interaksi sosial di dalam Ya Danau Partini Tuin, Taman kawasan Bermain Anak, Bangku taman |
2 |
Taman menciptakan suasana Ya Lahan parkir, Tanaman peredam kondusif suara, Pagar tembok, Toilet |
3 |
Pengunjung berasal dari Ya Danau Partini Tuin, Taman berbagai kalangan Bermain Anak |
Gambar 5. Elemen Lanskap Taman Balekambang pada Aspek Sociability
Rekomendasi ini ditujukan bagi ketiga aspek yang masih bertaraf sedang yaitu aspek uses and activities, comfort and image, dan sociability. Pada aspek uses and activities kekurangan yang ada terjadi karena terdapat beberapa titik area yang kosong di Taman Balekambang. Salah satunya disebabkan oleh pohon beringin (Ficus benjamina) dan jati (Tectona grandis) yang menghalangi pandangan pengunjung. Kondisi tersebut selayaknya diperbaiki dengan cara melakukan pemangkasan rutin pada pohon yang daunnya
sudah terlalu rimbun. Ruang kosong ini berada di dekat pagar tembok Taman Balekambang, karena ruang tersebut kurang menarik perhatian pengunjung. Vertical garden bisa ditambahkan pada sekeliling pagar tembok bagian dalam. Melalui penambahan vertical garden diharapkan mampu memberikan warna baru, dan akan memberikan manfaat yang cukup baik seperti mengurangi polusi (Wiguna, 2011).
Pada aspek comfort and image, kekurangan yang ada secara keseluruhan berkaitan dengan fasilitas taman yang sudah rusak dan kurang perawatan, sehingga berpengaruh pada kenyamanan dan keamanan pengunjung (Arifin, 2005). Bangku taman yang rusak dominan berbahan dasar kayu, oleh karena itu bangku berbahan besi bisa dijadikan sebagai pilihan alternatif dalam mengganti bangku yang rusak. Bagi beberapa bangku yang masih dapat digunakan, bisa dibersihkan serta dicat ulang sehingga terlihat lebih bagus. Tong sampah yang sudah rusak juga perlu diganti dengan yang baru. Toilet dekat Gedung Kesenian selayaknya diperbaiki dengan segera sehingga setiap toilet di Taman Balekambang bisa berfungsi dengan baik. Solusi untuk kolam renang di Taman Balekambang, lebih bermanfaat apabila kolam tersebut ditutup dan dialih fungsikan sebagai area food court. Food court ini juga bermanfaat untuk menampung para pedagang kaki lima yang biasa berjualan di kawasan taman. Aspek sociability Taman Balekambang bisa ditingkatkan melalui pemangkasan daun pohon bambu (Bambuseae sp.) karena pertumbuhan daunnya sudah melebihi batas pagar.
Kondisi elemen hardscape dan softscape di Taman Balekambang telah memenuhi empat aspek utama pembentuk ruang publik yaitu access and linkages (akses dan hubungan), uses and activities (penggunaan dan aktivitas), comfort and image (kenyamanan dan kesan), dan sociability (sosial). Aspek access and linkages pada taman tersebut sudah sangat baik, akan tetapi tiga aspek lain masih perlu ditingkatkan lagi. Aspek access and linkages sudah sangat baik karena semua indikator penilaiannya telah terpenuhi, seperti dapat dicapai dengan kendaraan pribadi atau umum, kedekatan jarak antar fasilitas dalam kawasan, keterhubungan secara fungsi, kemudahan dilihat secara visual, kedekatan jarak antar taman dengan kawasan lain, dan adanya kemudahan akses. Pada aspek penggunaan dan aktivitas, dari sembilan indikator terdapat satu yang belum maksimal yaitu dapat digunakan berbagai aktivitas.
Indikator yang belum terpenuhi dalam aspek kenyamanan dan kesan berada di kebersihan taman. Selain itu, indikator keberadaan taman memberi rasa nyaman, keamanan taman dan ketersediaan fasilitas pejalan kaki juga kurang maksimal. Taraf sedang pada aspek sosial dikarenakan ada dua indikator yang kondisinya masih kurang baik yaitu pengunjung berasal dari berbagai kalangan dan taman menciptakan suasana kondusif. Pengamatan ini relevan dengan hasil analisis kuesioner persepsi pengunjung yang menunjukkan nilai aspek access and linkages memiliki kategori tinggi, sedangkan tiga aspek lain berada pada kategori sedang.
Melalui penelitian ini diharapkan pihak pengelola taman dapat lebih memperhatikan lagi kondisi fisik taman. Perawatan tanaman serta pembaharuan tiap fasilitas secara berkala perlu dilakukan sehingga keberadaan Taman Balekambang bisa menjadi contoh baik sebagai salah satu ruang publik di Kota Solo. Hal tersebut juga bermanfaat bagi kepuasan dan kenyamanan pengunjung. Saran bagi Pemerintah Kota Solo sebaiknya setelah pandemi covid-19 ini berakhir, anggaran dana yang seharusnya berguna untuk pengelolaan Taman Balekambang bisa kembali normal sehingga tidak ada hambatan biaya dalam rangka peningkatan kualitas taman.
Andini, D. (2011). Revitalisasi Obyek Wisata Taman Balekambang Kota Surakarta. S.An. Skripsi (Tidak dipublikasikan) Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Arifin, HS. dan NHS. Arifin. (2005). Pemeliharaan Taman (edisi revisi). Penebar Swadaya, Jakarta. 167 hal. Fauza, M. (2017). Persepsi Masyarakat terhadap Kawasan Stadion Kanjuruhan sebagai Ruang Terbuka Publik di Perkotaan Kepanjen. S.T. Skripsi (Tidak dipublikasikan) Universitas Brawijaya Malang.
Hakim, R. (2012). Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap (Edisi Kedua). Bumi Aksara. Jakarta.
Hartoyo, H., & Santoni. (2018). Kriteria Ruang Publik Kalijodo Pendukung Aksesibilitas dan Peningkatan Aktivitas. Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, 2(2):113-124. ISSN 2541-0598.
Ibrahim, D. M., Walujodjati, E., & Ismail, A. (2014). Studi Pemanfaatan Ruang Publik untuk Lahan Parkir di Jalan Cikuray Garut. Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut, 11(1):1-7.
Karsono, D. (2010). Peran Taman Balekambang sebagai Pembentuk Estetika Kota. Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur, 8(12):1-15.
PPS. (2003). What Makes a Succesful Place. Available online at: https://www.pps.org/article/grplacefeat (accessed 1 April 2021).
Pratomo, A., Soedwiwahjono, S., & Miladan, N. (2019). Kualitas Taman Kota sebagai Ruang Publik di Kota Surakarta Berdasarkan Persepsi dan Preferensi. Desa Kota, 1(1):84-95.
P2KH. (2016). Menciptakan Ruang Publik. Available online at: http://sim.ciptakarya.pu.go.id/p2kh/knowledge/ detail/menciptakan-ruang-publik (accessed 25 Juni 2020).
Riadi, M. (2020). Pedestrian (Pengertian, Fungsi, Karakteristik, Jenis, Elemen dan Kriteria). Available online at: https://www.kajianpustaka.com/2020/07/pedestrianjalurpejalankaki.html#:~:text=Fungsi%20Pedestri an%2C%20aman%2C%20nyaman%20dan%20mandiri (accessed 17 Mei 2020).
SIPSN. (2017). Konsep Area Publik. Available online at: http://sipsn.menlhk.go.id/sites/default/files/file-lampiran/visimisi/ruang Publik2ilovepdfcompressed %281%29.pdf (accessed 15 Mei 2020).
Wahyuni, E., & Qomarun, Q. (2015). Identifikasi Lansekap Elemen Softscape Dan Hardscape Pada Taman Balekambang Solo. Sinektika: Jurnal Arsitektur, 13(2):114–124.
Widnyana, K. (2012). Bambu dengan Berbagai Manfaatnya. Bumi Lestari Journal of Environment, 8(1):1-10. ISSN 2527-6158.
Wiguna, D. M. (2011). Perancangan Vertical Garden Pada Dinding Jalan Underpass Bogor Menggunakan Barang Bekas, Sebagai Solusi Menghindari Vandalisme dan Perbaikan Lingkungan. Available online at: https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/44178/2/PENDAHULUAN.pdf (accessed 14 Mei 2020).
10 | jurnal arsitektur lansekap
Discussion and feedback