JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP

ISSN: 2442-5508

VOL. 8, NO. 2, OKTOBER 2022

Konsep Desain Taman Yoga di Balitrees Retreats, Desa Sesandan, Kabupaten Tabanan

Ni Komang Sintya1, Cokorda Gede Alit Semarajaya1*, I Nyoman Gede Astawa2

  • 1.    Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Indonesia

  • 2.    Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Indonesia

*E-mail: coksemarajaya@unud.ac.id

Abstract

Concept Design of Yoga Garden at Balitrees Retreats, Sesandan Village, Tabanan Regency. Sesandan Village is a tourism village that offers yoga activities as one of its tourist attractions. Yoga activities often carried out in a semi-open space without pay attention to the outside area or the environment, such as at the Balitrees Retreats yoga venue. Even though the environment with beautiful nature can helps to provides peace and tranquility. This research aims to produce a garden design concept that can support yoga activities at Balitrees Retreats. The healing garden used as a reference in this design concept because it has a purpose for yoga. The research method used is a survey method with data collection techniques through observation, interviews, and literature. The stages of the research carry out include inventory, analysis, synthesis, and concepts plan. Creating a design concept based on the needs of the implementation of yoga by paying attention to natural elements (softscape) and artificial elements (hardscape). The design concept that produced in this research is Padma Mandala. This design concept contains the value of silence to aid in the centering of the mind which is the essence of yoga practice. This is expected to maximize the implementation of yoga and accelerate the physical and psychological healing process of its users.

Keywords: design concept, healing garden, padma mandala, yoga

  • 1 . Pendahuluan

Tingkat kesibukan masyarakat yang cukup tinggi dengan aktivitas padat dapat menimbulkan tekanan berlebih yang memicu seseorang mengalami masalah psikologis. Salah satu upaya mengurangi tekanan psikologis tersebut yaitu dengan cara melakukan yoga untuk mencari ketenangan batin dan penyegaran psikologis. Menurut Stiles (2002), yoga merupakan penyatuan antara fisik, mental, dan spiritual manusia untuk mencapai ketenangan batin, kesehatan jiwa, dan rohani. Pemanfaatan ruang terbuka untuk yoga di Bali salah satunya berada di Desa Sesandan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Desa ini telah ditetapkan sebagai desa wisata, memiliki daya tarik wisata berupa alam yang asri dengan salah satu atraksi yang ditawarkan yaitu kegiatan yoga.

Kegiatan yoga di desa ini dilakukan salah satunya di Balitrees Retreats. Saat ini, Balitrees Retreats mempunyai rencana pengembangan taman dengan luas lahan 1.176 m2 yang difungsikan khusus untuk mewadahi kegiatan yoga. Berdasarkan hasil observasi, kegiatan yoga di Balitrees Retreats dilakukan di ruang semi terbuka, sehingga diperlukan adanya suatu ruang luar dengan perencanaan zonasi yang terstruktur sesuai dengan praktek yoga yang dilakukan. Diperlukan pula penggunaan material dan jenis tanaman yang sesuai untuk menunjang kegiatan yoga. Setiawan et al. (2016) mengemukakan bahwa adanya ruang luar yang mendukung kegiatan yoga dapat menciptakan kesadaran mental, seperti halnya alam yang dapat memberikan energi untuk menciptakan kesadaran yang tinggi. Demi pencapaian kegiatan yoga yang maksimal di Balitrees Retreats, Desa Sesandan, maka diperlukan adanya konsep desain ruang luar yang terdiri dari elemen lunak (softscape) dan elemen keras (hardscape) dengan penataan dan suasana lingkungan nyaman sehingga mempermudah seseorang melakukan yoga. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan sebuah konsep desain taman yoga yang dapat memberikan kenyamanan dan menunjang kegiatan yoga di Balitrees Retreats, Desa Sesandan, Kabupaten Tabanan, Bali. Konsep desain ini mengacu pada beberapa prinsip desain healing garden, yaitu: menyediakan keragaman ruang, meratanya tanaman, mendukung aktivitas, menyediakan pengalihan yang positif, meminimalisasi gangguan, dan meminimalisasi ketidakjelasan (Marcus & Barnes, 1999).

  • 2 .    Metode

    • 2.1    Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balitrees Retreats yang terletak di Desa Sesandan Megati, Selemadeg Timur, Kecamatan Tabanan, Provinsi Bali (Gambar 1). Tapak merupakan lahan kosong yang memiliki luas 1.176 m2. Penelitian ini berlangsung selama sebelas bulan dari Februari hingga Desember 2020.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

  • 2.2    Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik pengumpulan data melalui observasi langsung di lapang untuk mendapatkan data umum dan data biofisik. Data umum meliputi profil, fasilitas, dan batas Balitrees Retreats. Data biofisik meliputi pengukurun luas tapak, aksesibiltas, vegetasi, satwa, dan visual pada tapak. Wawancara dilakukan dengan Bapak I Gede Arya Adiwiguna selaku pemilik dan Ibu Krisna selaku instruktur yoga di Balitrees Retreats untuk mendapatkan data sosial meliputi jenis kegiatan, kebiasaan pengunjung, jenis yoga, dan tahapan yoga di Balitrees Retreats. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data pendukung yang lainnya. Konsep desain mengacu pada tahapan proses perancangan lengkap menurut Simonds (1983), dimulai dari tahap inventarisasi dengan mengumpulkan data umum, data biofisik, dan data sosial. Kemudian dilanjutkan pada tahap analisis dengan mengolah data inventarisasi yang disesuaikan dengan prinsip healing garden yang telah ada untuk kemudian dikembangkan. Tahap sintesis menghasilkan alternatif pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi dengan penyesuaian aspek-aspek tersebut sebagai acuan dalam pengembangan konsep desain.

  • 3     Hasil dan Pembahasan

    • 3.1   Gambaran Umum Balitrees Retreats

Balitrees Retreats merupakan salah satu tempat berlatih yoga yang berada di Kabupaten Tabanan. Balitrees Retreats didirikan pada tahun 2017 oleh Bapak I Gede Arya Adiwiguna, seorang penggiat yoga yang berasal dari Desa Sesandan. Tempat yoga ini menawarkan wisata budaya dan keindahan alam yang asri. Balitrees Retreats terletak di Desa Sesandan, Kecamatan Selemadeg Timur. Desa Sesandan memiliki potensi alam berupa sawah yang indah dan asri cocok untuk kegiatan yoga. Balitrees Retreats dikelilingi oleh area persawahan dan perkebunan. Area perkebunan membatasi bagian utara dan timur, area persawahan membatasi bagian barat dan selatan. Fasilitas yang telah disediakan pihak pengelola untuk menunjang kegiatan yoga antara lain: Rumah makan, kamar penginapan, parkir, kantor pengelola, gazebo, dan lobby. Balitrees Retreats memiliki lahan secara keseluruhan dengan luas 3.700 m2. Tapak yang digunakan sebagai penelitian memiliki luas lahan 1.176 m2. Lokasi tapak berada di dalam area Balitrees Retreats yang ditunjukkan pada gambar peta kondisi umum (Gambar 2).

Gambar 2. Peta Kondisi Umum

  • 3.2    Aspek Biofisik

Tapak memiliki bentuk persegi panjang yang berada di dalam area Balitrees Retreats. Pemilihan tapak ini sebagai lokasi penelitian karena jauh dari keramaian dan berhadapan langsung dengan pemandangan sawah. Batas tapak pada sisi sebelah utara terdapat perkebunan, pada sisi barat terdapat sawah dan sungai kecil. Sisi sebelah timur berbatasan langsung dengan parkiran. Batas tapak pada sisi selatan terdapat kamar penginapan dan gazebo.

Akses menuju tapak tergolong kurang baik karena tapak berada di belakang bangunan penginapan. Sirkulasi eksisting di dalam tapak tidak disediakan mengingat tapak sebelumnya merupakan tegal (kebun). Kecamatan Selemadeg Timur terletak pada ketinggian 100-526 mdpl. Tapak memiliki kondisi topografi dengan kemiringan yang beragam yaitu dari kemiringan 0% hingga 25%, memiliki bentuk berteras semakin rendah ke arah barat. Drainase eksisting di sekitar tapak berupa saluran air pada bagian selatan dan sungai kecil yang membatasi di bagian barat. Tapak memiliki jenis tanah latosol coklat. Suhu udara rata-rata pada wilayah Kabupaten Tabanan mencapai 270 C. Tingkat kelembaban udara pada wilayah ini berkisar antara 74-77%. Berdasarkan data Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar (2020), curah hujan bulanan selama lima tahun (2015-2019) dengan rata-rata curah hujan tertinggi pada tahun 2016 sebesar 288.20 mm dan terendah pada tahun 2019 sebesar 138.58 mm.

Vegetasi yang terdapat pada tapak didominasi tanaman perkebunan dan tanaman liar mengingat tapak eksisting sebelumnya memang difungsikan sebagai lahan perkebunan. Satwa yang dijumpai pada tapak seperti burung gereja (Passer montanus) dan kupu-kupu (Rhopalocera). Visual yang baik dapat dilihat dari dalam tapak ke arah lahan persawahan pada bagian barat tapak. Tapak juga dibatasi langsung oleh sungai kecil yang membentang di antara sawah dan tapak. Bad view dapat dilihat dari dalam tapak berupa perkebunan dengan penanaman tidak teratur yang membatasi bagian utara tapak (Gambar 3). Pada tapak tidak terdapat aroma menyengat maupun mengganggu dari lingkungan sekitar.

Gambar 3. Peta Visual Tapak

  • 3.3    Aspek Sosial

Pelaku yoga di Balitrees Retreats berasal dari masyarakat sekitar maupun wisatawan asing. Jenis kegiatan pada Balitrees Retreats adalah kegiatan yoga dan meditasi merupakan kegiatan utama yang dijalankan setiap hari pada pagi dan sore hari. Kegiatan tambahan yang dilakukan pengunjung cukup beragam. Biasanya pada hari-hari tertentu salah satu pengelola akan mengajak para pelaku yoga untuk belajar ke sawah sembari menikmati pemandangan di desa. Kebiasaan pengunjung yang dapat diamati adalah membaca buku untuk sekadar mengisi waktu senggang sembari mengobrol bersama sesama pengunjung. Pelaku yoga juga akan diperkenalkan cara membuat minyak kelapa dan loloh sebagai salah satu pengobatan tradisional Bali.

  • 3.4    Analisis dan Sintesis

    • 3.4.1    Lokasi dan Batas Tapak

Lokasi tapak yang jauh dari kebisingan kota sesuai dengan kriteria untuk menciptakan suasana yoga yang nyaman. Tapak tersebut berada di sebelah utara bangunan penginapan berbatasan dengan lahan persawahan di sisi barat dan perkebunan berada di sebelah utara membuat suasana pada tapak terasa sejuk dan tenang. Hal ini dapat menjadi potensi karena ekosistem tapak dan sawah dapat dihubungkan dengan menyediakan elemen-elemen desain taman yang mampu menjadi habitat bagi satwa lokal berupa fitur taman yang menarik.

  • 3.4.2    Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak

Aksesibilitas menuju tapak tergolong kurang baik karena tapak berada di belakang bangunan penginapan membuat pengunjung kesulitan untuk menemukan tapak tersebut. Untuk memudahkan pengunjung mengakses lokasi tapak, dapat dibuat entrance di bagian timur, sehingga tapak dapat dengan mudah dijangkau melalui jalan desa. Sirkulasi eksisting di dalam tapak tidak disediakan sehingga direkomendasikan sirkulasi yang dapat memudahkan, mengarahkan, serta memberikan pengalaman tersendiri terhadap tapak.

  • 3.4.3    Topografi dan Drainase

Tapak yang berada di dalam Balitrees Retreats memiliki topografi dengan kemiringan lahan beragam, mulai dari datar hingga agak curam. Tapak dengan kemiringan beragam dapat memberikan kesan tidak monoton dan dimanfaatkan untuk menentukan zonasi. Konsep desain taman yoga ini akan menerapkan perbedaan leveling pada setiap zonasi sesuai fungsi ruang pada tapak. Untuk menciptakan perbedaan leveling pada setiap zonasi dapat dilakukan dengan metode cut and fill. Metode cut and fill paling dominan dilakukan pada area bagian timur tapak karena memiliki permukaan tanah dengan kemiringan agak curam untuk dikembangkan sebagai area publik. Adapun penanganan secara ekologis yaitu memperbanyak penggunaan vegetasi berakar kuat dengan tujuan membantu meminimalisir terjadinya erosi terutama pada area yang dekat dengan sungai. Drainase eksisting di sekitar tapak berupa selokan dan sungai kecil yang banyak ditumbuhi rumput, pertumbuhan rumput dapat diminimalisir dengan perawatan yang maksimal.

  • 3.4.4    Tanah

Jenis tanah yang terdapat pada tapak adalah latosol coklat. Tapak memiliki permukaan tanah dengan kemiringan datar hingga curam sehingga memungkinkan terjadinya erosi. Jenis tanah latosol coklat memiliki sifat yang lebih kuat mengikat tanah dengan daya menahan air yang cukup baik sehingga dapat meminimalisir terjadinya erosi pada tapak. Tanah latosol pada tapak memiliki tekstur lempung. Hal tersebut dapat menjadi potensi karena mampu menyimpan banyak unsur hara sehingga memiliki tingkat kesuburan cukup tinggi (Tufaila & Alam, 2014).

  • 3.4.5    Kondisi Iklim

Tapak yang berada pada wilayah Kabupaten Tabanan memiliki iklim cukup panas dengan suhu rata-rata mencapai 270 C dan kelembaban rata-rata berkisar 74-77%. Penanaman vegetasi peneduh pada area yoga, meditasi, dan publik sehingga kondisi suhu optimal dapat diupayakan di area tersebut. Selain itu, elemen air seperti kolam air mancur dapat ditambahkan untuk mengurangi kesan panas dan menciptakan suasana yang tenang saat kegiatan yoga berlangsung.

  • 3.4.6    Vegetasi dan Satwa

Vegetasi yang terdapat pada tapak didominasi oleh tanaman perkebunan dan tanaman liar. Vegetasi eksisting yang sesuai akan dipertahankan dan beberapa akan diganti. Beberapa vegetasi eksisting yang dapat

dipertahankan adalah vegetasi penaung seperti kamboja putih (Plumeria alba) dan vegetasi pembatas seperti kelapa (Cocos nucifera). Vegetasi eksisting yang dapat dipertahankan tentu saja memiliki jenis yang masih kurang dan perlu adanya penambahan. Healing garden sebaiknya menyediakan elemen dengan penggunaan warna yang kreatif, salah satunya berupa vegetasi yang bervariasi. Berdasarkan hal tersebut, vegetasi berbunga dengan warna yang bervariasi salah satunya yaitu geranium (Geranium sp.) dapat berpotensi memberikan emosi dan kekaguman sehingga menurunkan tingkat stres bagi pengunjung. Selain itu beberapa tanaman herbal yang banyak ditanam seperti kumis kucing (Orthosiphon aristatus) dan jengger ayam (Celosia sp) dapat digunakan sebagai elemen yang mendukung dalam menciptakan ruang pengobatan tradisional bagi pelaku yoga. Penambahan vegetasi yang dapat menarik burung seperti pohon berbuah dan rindang, serta tanaman berbunga yang dapat mengundang kupu-kupu.

  • 3.4.7    Visual

Desain taman yoga untuk Balitrees Retreats akan tetap mempertahankan good view yang terdapat di sekitar tapak seperti yang disebutkan oleh Marcus & Barnes (1999), bahwa desain healing garden sebaiknya menyediakan pengalihan yang positif. Salah satu bentuk pengalihan yang positif adalah dengan menampilkan view, sehingga diperlukan adanya penambahan fasilitas untuk menikmati good view yang dapat menciptakan suasana damai dan tenang seperti panggung dan gazebo pada area meditasi yang langsung menghadap sawah. Bad view ke arah luar tapak akan diminimalisir dengan penambahan dinding untuk membatasi pandangan dari dalam tapak.

  • 3.4.8    Ketenangan dan Aroma

Lokasi tapak yang berdekatan dengan persawahan dan dibatasi sungai kecil dapat memberikan suasana tenang. Menurut Khasumarlina (2014), pada healing garden sebaiknya ditanam vegetasi dengan aroma yang menenangkan. Pada tapak tidak terdapat aroma menyengat yang mengganggu pengunjung. Kondisi udara yang cukup bersih di sekitar tapak dapat dimaksimalkan dengan menyaring aliran udara bau dengan susunan tanaman yang mengeluarkan aroma wangi-wangian, sekaligus untuk meningkatkan rasa rileks kepada pelaku yoga.

  • 3.4.9    Aspek Sosial

Kegiatan yoga dan meditasi merupakan kegiatan utama di Balitrees Retreats dan kegiatan lainnya merupakan aktivitas pendukung. Aktivitas tersebut dapat dikembangkan dengan penambahan ruang yang mampu mendukung setiap kegiatan tersebut. Salah satu prinsip healing garden yaitu menyediakan keragaman ruang meliputi ruang untuk berkumpul dan ruang untuk menyendiri (Marcus & Barnes, 1999). Berdasarkan prinsip tersebut, adanya beberapa pilihan ruang yang menunjang aktivitas sosial dan privat dalam konsep desain taman yoga ini dapat menjadi suatu upaya dalam menciptakan suasana tenang pada ruang yoga dan meditasi. Adanya ruang khusus untuk mewadahi aktivitas yoga yang dibedakan berdasarkan tingkatan level dapat ditambahkan untuk menjangkau setiap peserta dari berbagai tingkatan kemampuan. Penambahan ruang meditasi juga dapat mendukung agar kegiatan meditasi dan yoga dapat berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Selain itu, untuk mendukung kegiatan pengenalan obat tradisional Bali disediakan ruang pengenalan obat tradisional Bali yang mewadahi kegiatan tersebut sekaligus menjadi ruang edukasi bagi pengunjung.

  • 3.5    Konsep

    • 3.5.1    Konsep Dasar

Konsep dasar yang digunakan pada taman yoga ini yaitu healing garden. Healing garden merupakan sebuah konsep taman yang dapat membantu pengunjung untuk menenangkan pikiran, mengurangi stres, serta bersifat mendamaikan. Penggunaan konsep healing garden sebagai acuan dasar dalam taman yoga karena memiliki tujuan yang beriringan dengan kegiatan yoga yaitu membantu penyembuhan psikis maupun fisik pelaku yoga. Hal ini diharapkan dapat mengembalikan kondisi mental, menyembuhkan keadaan fisik serta meningkatkan spiritual pelaku yoga. Perwujudan konsep healing garden pada taman yoga ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan aktivitas yoga seperti penciptaan suasana, ruang aktivitas, elemen hardscape dan softscape taman, serta penciptaan sirkulasi di dalam taman.

  • 3.5.2    Konsep Desain

Taman yoga di Balitrees Retreats mengusung konsep desain padma mandala. Padma dalam Bahasa Sansekerta berarti teratai yang bermakna hati dan pikiran jernih. Sementara mandala dalam Bahasa Sansekerta memiliki arti lingkaran. Healing garden pada dasarnya merupakan konsep penyembuhan untuk membantu meringankan beban psikis pengguna taman. Padma atau bunga teratai menjadi simbol kesucian, dimana bunga dan daunnya dapat tumbuh keluar di atas permukaan air walaupun ia lahir dari lumpur. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan makna yoga yaitu membantu manusia bertumbuh untuk mengatasi gangguan duniawi dengan memiliki tubuh, pikiran, dan jiwa yang sehat. Gambar 4 menunjukkan penjabaran konsep padma mandala penerapannya dalam bentuk desain.

Gambar 4. Penjabaran Konsep Desain (Sumber: Google 2020, dengan pengolahan)

Penggunaan bentuk padma mandala yang menyerupai bulatan matahari sebagai perlambang pemusatan pikiran, yang merupakan inti dari pelaksanaan yoga. Menurut Paramadhyaksa (2016), padma selayaknya tanaman teratai yang memiliki habitat hidup di tiga alam; akar teratai tumbuh dalam media tanah lumpur sebagai simbolisasi alam bawah; batang dan daunnya berada di air atau alam tengah; sedangkan bunganya mekar sempurna di udara sebagai perlambang alam atas. Gambaran kehidupan tiga alam dari tanaman padma dapat diterapkan dalam pembagian kelompok ruang aktivitas atau zonasi yang dibutuhkan.

Unsur desain yang digunakan meliputi bentuk, warna, dan tekstur. Bentuk yang diterapkan yaitu bentuk lingkaran dan lengkung untuk memberikan kesan dinamis dan natural. Warna yang digunakan pada elemen desain yaitu warna hijau, biru, dan coklat. Pemilihan warna hijau dan biru dapat menimbulkan kesan tenang (Simonds & Strake, 2006). Tekstur yang diterapkan berasal dari material-material alami. Dalam konsep desain taman yoga ini juga menerapkan elemen estetik seperti ukiran kayu pada dinding pembatas area taman dan lukisan pewayangan untuk menghadirkan kesan tradisional Bali pada panggung semi terbuka. Pembagian ruang ini disesuaikan dengan tingkat kesakralan dari kegiatan yang dilakukan. Pengunjung pertama akan memasuki ruang yang lebih terbuka untuk melakukan kegiatan bersama, selanjutnya diarahkan menuju ruang-ruang yang lebih sakral untuk kegiatan-kegiatan yang lebih meditatif.

  • 3.6    Konsep Pengembangan

    • 3.6.1    Konsep Ruang dan Fasilitas

Konsep ruang berdasarkan kebutuhan pelaku yoga yang susunannya menyesuaikan dengan tingkat kesakralan ruang. Taman yoga dibagi menjadi tiga zonasi tapak yaitu zona publik, zona semi publik, dan zona privat. Zona publik merupakan area yang mewadahi segala kegiatan yang bersifat umum seperti kegiatan

sosial dan interaksi antar pengguna. Zona semi publik merupakan area yang mewadahi kegiatan yoga sehingga dibutuhkan suasana nyaman dan tenang untuk menciptakan kesan meditatif. Zona privat merupakan area yang bersifat sangat meditatif yang khusus untuk mewadahi kegiatan meditasi. Ruang yang dibentuk dibagi berdasarkan zona yang telah ditetapkan memiliki luas yang disesuaikan dengan kebutuhan aktivitas yoga di Balitrees Retreats. Ruangan yang dibentuk dibagi menjadi lima ruang aktivitas meliputi ruang usada Bali, bangunan penginapan, ruang yoga reguler, ruang pendalaman yoga, dan ruang meditasi.

Pada ruang usada Bali terdapat fasilitas mini library menggunakan material kayu menciptakan kesan alami. Pada ruang ini terdapat juga bangku taman, memiliki bentuk melingkar untuk memfasilitasi interaksi berhadap-hadapan secara langsung sehingga memberikan kesan yang lebih santai dan akrab. Pada taman yoga ini terdapat dua fitur air berupa kolam air mancur yang diaplikasikan pada area entrance dan area yoga. Pada area meditasi terdapat gazebo berbentuk melengkung menyerupai kelompak bunga teratai didesain dengan adanya penyangga untuk memberikan kesan privat namun dibuat terbuka pada bagian yang menghadap ke sungai. Berikut ini merupakan keterkaitan antar zona, ruang aktivitas, dan fasilitas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Keterkaitan Zonasi, Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas

No

Zonasi

Ruang

Aktivitas

Fasilitas

1

Publik

Ruang usada Bali (Kebun tanaman obat tradisional Bali)

Ruang penginapan

Sosialisasi (sharing), membaca buku Pengenalan tanaman herbal (pengobatan tradisional Bali) Menginap

Bangku taman Mini library Planter box

Kolam air mancur

2

Semi Publik

Ruang yoga regular

Ruang pendalaman yoga

Pelatihan yoga bagi pemula. Program ini diperuntukan untuk semua tingkat kemampuan

Pelatihan yoga yang diperuntukan untuk instruktur yoga serta peserta yoga yang mampu melakukan beberapa gerakan sesuai kriteria yang telah ditentukan

Kolam air mancur Panggung yoga semi terbuka

3

Privat

Ruang meditasi

Melakukan meditasi bagi semua tingkat kemampuan (all levels) Melakukan meditasi untuk perorangan

Panggung Meditasi Bersama

Gazebo single meditation

  • 3.6.2    Konsep Sirkulasi

Konsep sirkulasi dibuat dengan pola dinamis bertujuan menciptakan kesan tidak monoton sehingga pengunjung merasa tidak bosan ketika berjalan di dalamnya. Sirkulasi yang dibentuk menghubungkan setiap ruang tanpa batasan sesuai dengan fungsinya sehingga pengunjung dapat mengakses semua sudut taman. Akses sirkulasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu sirkulasi primer dan sirkulasi sekunder. Sirkulasi primer merupakan sirkulasi utama yang dapat dilalui oleh semua pengguna dan menghubungkan ruang-ruang yang berada pada tapak. Kemudian sirkulasi sekunder merupakan sirkulasi yang menghubungkan fasilitas-fasilitas di dalam ruang. Sirkulasi sekunder hanya dapat dilalui oleh pengguna yang sedang melakukan aktivitas pada ruang tersebut.

  • 3.6.3    Konsep Vegetasi

Konsep vegetasi pada konsep desain taman yoga ini akan mempertahankan beberapa vegetasi eksisting dan menggunakan beberapa jenis vegetasi lokal dari desa tersebut yang dibutuhkan untuk membantu proses penyembuhan. Jenis vegetasi yang digunakan terbagi menjadi enam fungsi yaitu vegetasi estetik, vegetasi pembatas, vegetasi aromatik, vegetasi herbal, vegetasi penarik satwa, vegetasi peneduh, dan penutup tanah.

  • 3.7    Concept Plan

Concept plan merupakan tahap akhir dari konsep desain yang digambarkan dengan produk block plan dan site plan. Selanjutnya akan dibuatkan persfektif beberapa ruang secara spesifik berupa gambar ilustrasi. Block plan merupakan penggabungan dari konsep ruang, konsep sirkulasi, dan konsep vegetasi (Gambar 5). Site plan merupakan gambar final yang di dalamnya terdapat data lengkap mengenai vegetasi, sirkulasi, perkerasan, dan fasilitas yang digunakan (Gambar 6).

Gambar 5. Block Plan Taman Yoga di Balitrees Retreats

Gambar 6. Site plan Taman Yoga di Balitrees Retreats

  • 3.7.1    Area Usada Bali

Pertama pengunjung akan memasuki area usada Bali untuk melakukan aktivitas belajar mengenai tanaman obat tradisional Bali (Gambar 7). Tanaman herbal jenis semak yang ditanam seperti jengger ayam (Celosia sp.), kumis kucing (Orthosiphon aristatus), dan serai (Cymbopogon citratus) diletakan diatas planter box. Tanaman herbal jenis pohon yang diaplikasikan yaitu dadap merah (Erythrina fusca) berfungsi sebagai peneduh. Untuk menunjang kenyamanan pengunjung, maka disediakan fasilitas mini library berfungsi untuk membaca buku.

Gambar 7. Area Usada Bali

  • 3.7.2    Area Yoga

Area yoga merupakan ruang utama, dibagi berdasarkan tingkatan level pelaku yoga yaitu terdiri dari ruang yoga regular dan ruang pendalaman yoga (Gambar 8). Panggung semi terbuka menggunakan material penutup atap berupa alang-alang untuk menciptakan kesan alami. Fasilitas penunjang berupa air mancur yang diaplikasikan melingkar berbentuk menyerupai padma mandala berfungsi sebagai focal point pada taman ini. Vegetasi aromatik seperti Geranium sp. ditanam mengelilingi panggung mengikuti bentuk kolam air mancur.

Gambar 8. Area Yoga

  • 3.7.3    Area Meditasi

Tahapan yoga paling akhir yaitu meditasi yang dilaksanakan di area meditasi (Gambar 9). Pada area ini terdapat fasilitas penunjang yaitu panggung meditasi bersama dan gazebo single meditation. Panggung meditasi bersama didesain dalam bentuk panggung terbuka dengan perkerasan menggunakan deck kayu untuk memberikan rasa hangat bagi pelaku yoga. Vegetasi peneduh yang ditanam pada area ini adalah pohon ancak (Ficus religiosa) karena sifatnya yang memiliki aura kesucian.

Gambar 9. Area Meditasi

  • 3.7.4    Sirkulasi

Sirkulasi primer yang diterapkan pada tapak didesain dengan menggunakan material paving block grass. Penggunaan paving block grass untuk memberikan kesan natural dan memiliki kemampuan menyerap air yang baik sehingga pengguna merasa aman ketika musim hujan. Sirkulasi sekunder yang terdapat pada ruang meditasi didesain berdampingan langsung dengan sungai dan sawah sehingga pengunjung dapat berjalan sembari menikmati pemandangan (Gambar 10). Lebar pedestrian ini yaitu 1.5 meter untuk dua orang pejalan kaki. Penambahan vegetasi pisang kalatea (Calathea lutea) di sepanjang pedestrian berfungsi sebagai pengarah jalan sekaligus menambah daya tarik visual taman.

Gambar 10. Ilustrasi Pedestrian pada Ruang Meditasi

  • 4    Simpulan

Konsep desain taman yoga mengacu pada prinsip-prinsip yang terdapat pada healing garden. Healing garden digunakan sebagai konsep dasar karena memiliki tujuan yang beriringan dengan kegiatan yoga yaitu untuk memberi kenyamanan, kedamaian, dan ketenangan untuk mempercepat proses penyembuhan. Perwujudan healing garden pada desain yaitu mencakup penciptaan suasana, ruang aktivitas, elemen hardscape dan softscape, serta penciptaan sirkulasi di dalam taman. Konsep desain mengusung konsep padma mandala mengandung nilai tentang keheningan untuk membantu dalam pemusatan pikiran, yang merupakan inti dari pelaksanaan yoga. Filosofi yang terkandung dalam konsep ini dijadikan sebagai dasar pembagian kelompok ruang yang disesuaikan dengan tingkat kesakralan dari kegiatan yang dilakukan. Konsep desain ini diaplikasikan ke dalam bentukan pola ruang, bentuk perkerasan, dan beberapa fasilitas pendukung seperti kolam air mancur, bangku taman, mini library, dan gazebo single meditation untuk meningkatkan kenyamanan.

  • 5    Daftar Pustaka

Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar. (2020). Data Unsur Iklim Bulanan. Pelayanan Jasa Informasi Klimatologi.

Khasumarlina, I. (2014). “ Healing Garden ” sebagai Asas Mereka Bentuk Landskap Masa Kini. Seni Dan Pendidikan Seni, 2:71–77.

Marcus, C. C., & Barnes, M. (1999). Gardens in Healthcare Facilities: Uses, Therapeutic Benefits, and Design Recommendation. The Canter for Health Design, Inc. CA.

Paramadhyaksa, I. N. W. (2016). Filosofi Dan Penerapan Konsepsi Bunga Padma Dalam Perwujudan Arsitektur Tradisional Bali. Langkau Betang: Jurnal Arsitektur,     3(1):35.

https://doi.org/10.26418/lantang.v3i1.16720

Setiawan, S., Mayangsari, S., & Suprobo, F. P. (2016). Perancangan Interior Woman Health and Beauty di Surabaya. Intra, 4(2), 485. https://media.neliti.com/media/publications/92125-ID-perancangan-interior-woman-health-and-be.pdf

Simonds, J. O. (1983). Landscape Architecture: A Manual of Site Planning and design. McGraw-Hill Book Co. Inc, New York.

Simonds, J. O., & Strake, B. W. (2006). Landscape Architecture: A Manual of Site Planning and design. New York (US): Graw-Hill Book Co.

Stiles, M. (2002). Structural Yoga Therapy: Adapting to the Individual. New Delhi: Goodwill Publishing House. Tufaila, M., & Alam, S. (2014). Karakteristik Tanah dan Evaluasi Lahan untuk Pengembangan Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Oheo Kabupaten Konawe Utara. Agriplus, 24(2):187.

100 | jurnal arsitektur lansekap

http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap