STRATEGI PENGEMBANGAN JELEKONG SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA DI KABUPATEN BANDUNG (LOKASI STUDI: KELURAHAN JELEKONG, KABUPATEN BANDUNG)
on
STRATEGI PENGEMBANGAN JELEKONG SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA DI KABUPATEN BANDUNG (LOKASI STUDI: KELURAHAN JELEKONG, KABUPATEN BANDUNG)
Hamam Nuansa A
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Indonesia Email: [email protected]
Forina Lestari
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Indonesia Email: [email protected]
Medtry
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Indonesia Email: [email protected]
ABSTRACT
Jelekong is an educational tourism village located in Baleendah District, Bandung Regency. It offers a typical rural panorama, a center for making wayang golek crafts, Sundanese art performances, and a producer of paintings with artistic and cultural value. This research has aims to formulate a tourism development strategy with an existing art and cultural approach. The methods used in the research include identifying the characteristics of tourist objects, including attractions, amenities, accessibility, and management, identifying visitor characteristics, and formulating tourism development strategies from the results of the SWOT analysis. The analysis results show that the great potential for edutourism in this area is still faced with several obstacles, such as lack of promotion, the need for regional arrangement, and collaboration with various parties. Some of the strategies that have been formulated are expected to support the development of tourism in Jelekong Village such as strengthening the promotion of the attractiveness of art education tourism in Jelekong Village, strengthening management through technology training and promotion for Kompepar as the manager, improving the quality of existing facilities in the tourist village.
Keywords: tourism development strategy; edutourism; creative village; Jelekong Village.
Pendahuluan
Kelurahan Jelekong berada di Kabupaten Bandung tepatnya di Kecamatan Baleendah, Kelurahan Jelekong adalah kelurahan yang memiliki luas terbanyak dari 7 desa/kelurahan lainnya dengan luas wilayah sekitar 6.940 Km². Kampung Jelekong memiliki potensi unggulan daerah seperti wayang golek, seni mendalang, seni lukis, kuliner tradisional seperti awug, hasil perkebunan seperti sawo walanda, serta berbagai kesenian khas sunda lainnya. Beberapa kesenian yang berasal dari Jelekong ini sudah cukup mendunia seperti seni karawitan, seni tari jaipong dan seni lukis. Sepanjang jalan di Kampung Jelekong wisatawan disajikan dengan pemandangan berbagai lukisan karya penduduknya. Disamping itu, pengunjung juga dapat melihat dan mengikuti proses pembuatan lukisan, yang menjadikan kampung ini terbilang unik untuk para pengunjung.
Kampung wisata kreatif adalah pengembangan wilayah kampung dengan pemanfaatan unsur-unsur yang terdapat pada masyarakat kampung yang berperan sebagai produk wisata, menjadikan suatu rangkaian kegiatan pariwisata yang terpadu dan bertema (Kastenholz and Gronau (2020). Kampung juga harus mampu menyediakan dan memenuhi kebutuhan suatu perjalanan wisata baik dari aspek daya tarik maupun aspek pendukung. Menurut Zebua (2016) terdapat dua konsep utama dalam komponen pariwisata, pertama yaitu akomodasi yang berfungsi sebagai tempat tinggal wisatawan, yang biasanya kampung wisata memanfaatkan tempat tinggal masyarakat lokal dan ruang yang dikembangkan di dalam kampung wisata. Kedua yaitu atraksi atau daya tarik yang berupa pola kehidupan masyarakat setempat beserta kondisi lingkungan khas pedesaan yang memungkinkan adanya partisipasi aktif wistawan pada kegiatan lokal. Selain kedua tersebut kampung wisata dapat dilihat dari keunikan dan kekhasan suatu kampung wisata, Bogdani (2018) berpendapat bahwa komponen kampung wisata terdiri menjadi empat komponen yaitu partisipasi masyarakat lokal, sistem norma, adat dan budaya asli.
Kampung kreatif sederhananya adalah bentuk kegiatan masyarakat dengan mengandalkan kreatifitas dan inovasi yang menjadi bagian dari pengembangan ekonomi wilayah (Booyens & Rogerson, 2015). Definisi kampung kreatif disini meliputi bentuk lingkungan dan kegiatan khas masyarakat yang bersifat bebas untuk berekspresi guna menciptakan hal yang baru, dapat berupa produk ataupun kegiatan yang bermanfaat untuk menjadi solusi permasalahan bagi khalayak umum dan masyarakat kampung khususnya. Kampung kreatif dengan kegiatan-kegiatan didalamnya merupakan suatu upaya pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan masyarakat menurut Zhou, Tang, and Zou (2019) menambahkan bahwa transformasi kawasan menjadi kampung kreatif merupakan proses untuk memulihkan dan meningkatkan kemampuan suatu komunitas untuk mampu membuat berbuat sesuai dengan harkat dan martabat dalam melaksanakan hak-hak dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat. Kampung kreatif merupakan inovasi yang menjadi korelasi antara orientasi pembekalan keterampilan kerja, kreatifitas, dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni dan keterampilan penduduk lokal dalam berinteraksi dan melestarikan seni dan budaya setempat (Richards, 2020; Zhou et al., 2019).
Yonahes (2019) menyebutkan pengembangan kampung wisata harus mengacu kepada pedoman UN-Habitat (United Nations Human Settlements Programme) dengan tema-tema yang actual dikembangkan yaitu: berbasis masyarakat, ekonomi kreatif, kelestarian alam berkelanjutan, dan teknologi serta ekonomi digital. Kusumandayu (2017) pada hasil penelitiannya mengenai kampung wisata kreatif menyatakan beberapa strategi pengembangan kampung wisata kreatif yaitu: (1) mengembangkan potensi yang dimiliki oleh kampung wisata dan tetap mempertahankan konsep wisata yang sudah ada, (2) memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi, (3) melakukan promosi yang lebih efektif, (3) memaksimalkan kerjasama dengan perguruan tinggi mengenai desain produk, (4) memperluas jaringan distribusi produk, (5) menjalin kerjasama dengan biro perjalanan. Oleh karena itu dalam
pengembangan wisata kreatif juga membutuhkan koordinasi dan kolaborasi yang baik lintas stakeholder (Dias-Sardinha, Ross, & Calapez Gomes, 2018)
Pariwisata edukasi atau Edu Tourism adalah suatu program dimana wisatawan berkunjung ke objek wisata dengan tujuan utama untuk memperoleh pengalaman pembelajaran secara langsung di objek wisata tersebut (Rodger, 1998). Wisata berbasis pendidikan juga merupakan gabungan dari beberapa sub-tipe wisata seperti edukasi, wisata sejarah dan budaya, wisata pedesaan, dan juga pertukaran pelajar antar institusi pendidikan (Gibson, 1998). Menurut Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Edu Tourism merupakan diversifikasi daya tarik dari wisata alam (ekowisata) yang bertujuan untuk memperluas dan memperbanyak produk wisata alam (Dirjen PHKA, 2001).
Wisata edukasi didefinisikan oleh Ritchie et al (2003) didalam Managing Educational Tourism sebagai kegiatan atau aktifitas wisatawan dalam bentuk perjalanan dengan tujuan untuk memperoleh pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari perjalanan mereka, baik itu merupakan tujuan utama maupun tambahan. Wisata yang termasuk dalam kegiatan wisata edukasi, antara lain adalah: wisata edukasi untuk umum dan dewasa, perjalanan yang dilakukan oleh pelajar/mahasiswa baik domestic maupun internasional, termasuk language schools, school excursions, dan exchange programmers.
Menurut Hermawan (2017) pendidikan dan pariwisata merupakan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya dapat saling melengkapi. Dalam aktifitas eduwisata, proses pendidikan merupakan bentuk metode pembelajaran yang aktif dan kreatif, serta menjadi alternatif metode belajar yang efektif. Aktifitas eduwisata dapat menjadi sarana sosialisasi dan menumbuhkan rasa kebanggaan dan kecintaan terhadap budaya dan bangsa, eduwisata merupakan aktifitas pariwisata yang dilakukan wisatawan dengan tujuan utama memperoleh pendidikan dan pelajaran. Pemenuhan prinsip-prinsip dasar menjadi keharusan dalam kegiatan eduwisata seperti halnya yang disampaikan Kurniawan (2020) mengenai kriteria eduwisata,
memiliki 8 (delapan) prinsip dasar yang harus dipenuhi dengan fokus utama pada sektor pelayanan pendidikan, yaitu sebagai berikut:
-
1. Memiliki fokus pada wilayah alami yang menjamin pengunjung memiliki kesempatan untuk menikmati alam secara langsung.
-
2. Menyediakan layanan penerangan atau pendidikan kepada pengunjung dalam menikmati alam agar mereka memiliki tingkat pengertian, apresiasi, dan kepuasan yang lebih besar dalam berwisata.
-
3. Melakukan penangganan kegiatan wisata yang dapat memberikan efek terbaik dalam memlihara kelestarian ekologi.
-
4. Memberikan kontribusi terhadap konservasi lingkungan alami dan warisan budaya setempat.
-
5. Memeberikan kontribusi positif bagi kehidupan ekonomi dan social masyarakat secara terus-menerus.
-
6. Menghormati budaya lokal serta sensitif terhadap keberadaan dan pengembangan budaya.
-
7. Secara konsisten menjadikan aspirasi pengunjung sebagai masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan kegiatan wisata.
-
8. Dipasarkan dan dipromosikan secara jujur dan akurat sehingga pada saat dikunjungi dapat memenuhi harapan wisatawan secara nyata.
Saat ini perkembangan kampung kreatif sangat menjamur di berbagai daerah di Indonesia (Ardhala, Santoso, & Sulistyarso, 2016). Namun yang terpenting adalah berupaya untuk menjamin agar kampung kreatif ini dapat terus berlanjut dengan berbagai potensi dan kendala yang ada (Remoaldo, Matos, Gôja, Alves, & Duxbury, 2020).
Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode dalam penyusunan laporan strategi perencanaan daerah wisata berbasis seni budaya ini melalui pengumpulan data yaitu: Pertama, obeservasi yang meliputi keberadaan objek, aktivitas masyarakat setempat, pengunjung, dan stakeholder yang berhubungan. Observasi dalam penelitian ini juga mengamati fasilitas, atraksi, aksesibilitas, dan pengelolaan dari setiap objek wisata. Hasil observasi kemudian didokumentasikan dalam bentuk gambar agar didapat gambaran yang lebih jelas mengenai lokasi studi. Kedua, pengambilan data skunder kepada instansi terkait dan pengambilan data primer dengan observasi ke lokasi studi. Ketiga, wawancara yang menggunakan panduan wawancara yang telah distrukturkan dan dilakukan kepada pengelola, pemerintah, pengunjung dan masyarakat setempat.
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik probability sampling dengan metode sampel acak sederhana (Simple Random Sampling), dengan pengambilam sampel 100 responden dengan total jumlah 34 pertanyaan. Penelitian ini menggunakan metode analisis yang meluputi:
-
a. Analisis Karakteristik Pariwisata, yang mana analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi atraksi, aksesibilitas, amenitas, akomodasi, dan pelayanan tambahan (ancilliary). Yang dimana analisis ini bersifat deskriptif dan hasil dari analisis ini akan dijadikan masukkan untuk analisis SWOT.
-
b. Analisis Karakteritik Pengunjung, yang mana analisis ini digunakan untuk mengindetifikasi karakteristik pengunjung berdasarkan usia pengunjung, domisili, pekerjaan, cara mengetahui informasi, motivasi berkunjung, lama waktu kunjungan dan persepsi pengunjung terhadap pariwisata yang ada. Analisis ini menggunakan hasil kuesioner yang telah disebar ketika pelaksanaan observasi lapangan.
-
c. Analisis SWOT, dimana metode analisis ini untuk menganalisis faktor initernal dan eksternal pariwisata dengan variabel kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman. Hasil dari analisis ini digunakan untuk merumuskan strategi yang digunakan untuk pengembangan pariwisata.
Pembahasan
Karaktristik Wisata di Kampung Jelekong
Daya tarik wisata Kampung Jelekong adalah kesenian berupa seni gambar, degung, jaipongan, calung, pecak silat, sisingaan, kacapi suling, wayang golek dan kesenian modern seperti orkes dangdut. Sedangkan budaya berupa pendalangan, pengrajin kriya dan melukis. Eksistensi seni gambar di Kampung Jelekong sudah ada sejak tahun 1964. Selain seni gambar berupa lukisan di Kampung Jelekong, seni seperti wayang golek pun tidak kalah menariknya, kesenian wayang golek di kampung ini juga memiliki sanggar, galeri, dan sentra krajinan kriya wayang. Kesenian di kampung ini yang sudah banyak dikenal masyarakat luas adalah wayang golek dan seni gambar berupa lukisan, kesenian yang sudah turun
temurun ini masih terus eksis sampai saat ini.
Gambar 1. Kegiatan Melukis di Kampung Jelekong
Sumber: Survey Lapangan Tahun 2022
Kebudayaan yang ada di Kampung Jelekong adalah budaya melukis dan pendalangan, Jelekong mulai terbentuk menjadi perkampungan pengrajin gambar/lukisan diperkirakan sekitar Tahun 1965. Industri kerajinan berjumlah 200-unit dengan jumlah tenaga kerja kurang lebih 800 orang merupakan sarana perekonomian terbanyak yang dominan di Desa Jelengkong. Selain itu kontrakan
rumah dengan jumlah 250 unit juga banyak tersedia untuk mengakomodir pengunjung yang ingin tinggal di kawasan ini untuk mendalami seni lukis.
Lukisan yang dihasilkan oleh para pengrajin di Jelekong terbagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas bawah, menengah dan atas. Pembagian ini didasari atas kualitas kerja, besar dan bahan dasar yang nantinya menetukan harga jual. Tema lukisan kelas menengah ke bawah umumnya berupa bunga dan pemandangan yang terkesan sederhana, sementara untuk kelas atas umumnya pemandangan dan kegiatan manusia yang terkesan rumit. Untuk sistem penjualan lukisan yang dilakukan pengrajin biasanya disalurkan kepada pihak ketiga dan ada juga yang memjual secara pribadi.
Biasanya para pengrajin mengerjakan lukisan yang sudah dipesan sebelumnya dan baru membuat lukisan untuk dipajangkan di galeri dan sanggar. Selain dari pelatihan pendalangan, penampilan wayang golek serta pendalanganpun hadir di
acara-acara tertentu seperti acara hajatan, pertunjukan teater untuk wisatawan, dan
acara undangan lainnya yang berada di dalam maupun di luar kampung.
Gambar 2. Sanggar dan Galeri Lukisan Kampung Jelekong
Sumber: Survey Lapangan Tahun 2022
Sedangkan budaya pendalangan di Kampung Jelekong ini ditunjukan beberapa kegiatan pelatihan pendalangan dan pertunjukan wayang. Menurut hasil wawancara dengan ketua Kompepar Giriharja Ibu Intan, memang kebudayan pewayangan/ pendalangan itu banyak di daerah-daerah lain seperti Karawang dan Purwakarta, namum semuanya hampir menginduk ke Giriharja dari segi musik
maupun cara mainnya. Untuk di Kampung Jelekong sendiri memiliki 4 dalang
dewasa dan 3 dalang cilik.
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-3.jpg)
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-4.jpg)
Gambar 3. Penampilan Wayang
Sumber: Survey Lapangan Tahun 2022
Dari sisi aksesibilitas, jaringan jalan menuju ke Kampung Jelekong sudah cukup baik. Selain itu, jalan tersebut juga mudah di tempuh baik menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua. Untuk pintu masuk ke Kampung Jelekong berbentuk gapura yang terletak di pinggir Jalan Raya Laswi yang merupakan jalan arteri sekunder yang menghubungkan antar kecamatan dan juga merupakan akses utama rute perjalanan ke Kota Garut tanpa melewati tol.
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-5.jpg)
Gambar 4. Gapura Kampung Jelekong
Sumber: Survey Lapangan Tahun 2022
Untuk menuju ke Kampung Jelekong dapat di tempuh dengan berbagai cara. Transportasi umum yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan angkutan umum seperti angkot, bis, atapun minibus yang berjurusan ke Majalaya sehingga nanti akan diantarkan pas didepan gapura Kampung Jelekong.
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-6.jpg)
Gambar 5. Moda Transpotasi Menuju Kampung Jelekong
Sumber: Survey Lapangan Tahun 2022
Petunjuk arah untuk mengetahui lokasi Kampung Jelekong sudah dilengkapi dan terpasang di beberapa titik jalan. Hal ini penting karena bermanfaat untuk wisatawan yang ingin berkunjung agar tidak tersesat atau kebingungan untuk menuju ke Kampung Jelekong. Selain dari papan penunjuk jalan menuju ke Kampung Jelekong, ada beberapa landmark yang menandakan bahwa wisatawan sudah berada di kawasan kampung.
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-7.jpg)
Gambar 6. Rambu Jalan Menuju
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-8.jpg)
Gambar 7. Landmark Menuju
Kampung Jelekong
Kampung Jelekong
Sumber: Survey Lapangan Tahun 2022
Fasilitas pendukung di Kampung Jelekong di lengkapi beberapa toilet yang dapat digunakan oleh para pengunjung wisata seni dan budaya Kampung Jelekong. Hampir semua toilet yang berada di Kampung Jelekong ini masih kurang terbilang nyaman bagi pengunjung. Sedangkan untuk kondisi air di Kampung Jelekong terbilang bersih dan sejuk hal ini dimungkinkan karena lokasi kampung yang berada di pegunungan.
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-9.jpg)
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-10.jpg)
Gambar 8. Kondisi Toilet di Kampung Jelekong
Sumber: Survey Lapangan Tahun 2022
Selain berwisata kesenian, para pengunjung Kampung Jelekong juga dapat membeli oleh-oleh khas seperti kerajinan, kuliner, dan fashion. Untuk tempat oleh-oleh di kampung ini berada di setiap galeri yang menjajarkan oleh-oleh khas.
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-11.jpg)
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-12.jpg)
Gambar 9. Tempat Oleh-oleh Kampung Jelekong
Sumber: Survey Lapangan Tahun 2022
Dapat dilihat pada gambar, bahwa lokasi tempat belanja oleh-oleh yang ada di Kampung Jelekong berbentuk toko/kios yang berada di pinggir jalan utama kampung.
Tempat parkir di Kampung Jelekong berada di dekat pintu masuk tepatnya di padepokan wayang. Tempat parkir ini hanya dipakai jika wisatawan menggunakan bis yang relatif membutuhkan lahan parkir yang besar. Sementara untuk wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi seperti kendaraan beroda empat dan dua dapat parkir di dalam kawasan kampung.
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-13.jpg)
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-14.jpg)
Gambar 10. Tempat Parkir di Kampung Jelekong
Sumber: Survey Lapangan Tahun 2022
Untuk fasilitas penginapan di Kampung Jelekong itu ditempatkan di setiap rumah pemilik sanggar dan galeri, ada juga penginapan yang berbentuk kontrakan. Wisatawan yang berkunjung untuk belajar kesenian yang diharuskan menginap biasanya oleh pemilik sanggar dapat menempati rumahnya yang memiliki ruangan kosong dan dikhususkan untuk wisatawan yang belajar kesenian.
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-15.jpg)
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-16.jpg)
Gambar 11. Tempat Makan dan Penginapan di Kampung Jelekong Sumber: Survey Lapangan Tahun 2022
Tempat makan yang ada di Kampung Jelekong pada umumnya berbentuk rumah makan seperti warteg, rumah makan Padang, dan rumah makan khas sunda. Rumah makan ini dapat ditemukan didalam kawasan kampung dengan bentuk toko ataupun rumah dipinggir Jalan Laswi-Jalan Jelekong. Adapun rumah makan yang terdapat di luar Kawasan Wisata Sejarah Seni Budaya Jelekong sepanjang Jalan Raya Laswi yang berada dipinggir dengan bentuk ruko. Untuk sarana tempat makan di kampung ini terbilang cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, yang
didukung dengan banyaknya warung kelontong dan pedagang makanan yang ada di luar maupun di dalam Kampung Jelekong.
Pengelolaan di Kampung Jelekong sebagai kampung seni dan budaya dikelola oleh Kelompok Pengelola Pariwisata. Berdasarkan Surat Keputusan Kelompok Penggerak Pariwisata Kabupaten Bandung menetapkan Kompepar unit kecamatan, salah satunya Kompepar Giriharja melalui SK Kompepar Kab. Kompepar unit diembankan tugas utama melakukan perencanaan dan melaksanakan fungsi penggerak pariwisata di tingkat unit Daya Tarik Wisata /Objek Daerah Tujuan Wisata yang mencangkup promosi, sosialisasi, sosial dan pencitraan seni budaya dan kepariwisataan diwilayahnya. Kompepar Giriharja memliki program-program yaitu:
-
• Hari Wayang Nasional, yang mana pada program ini kompepar menyediakan berbagai acara seperti penampilan wayang dan pameran wayang golek.
-
• Giriharja Go to School, dimana para seniman mengunjungi berbagai sekolah guna bersosialisasi mengenai seni dan budaya dan pentingnya mempertahankannya khusunya pewayangan, pendalangan dan seni melukis. Sejalan dengan misi kompepar yakni untuk memperkenalkan dan menarik minat terhadap Kebudayan Sunda pada generasi muda agar tetap dilestarikan.
-
• Melakukan sosialisasi kepada pemerintah melalui Disbudpar dan Disdik untuk bekerjasama dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam mata pelajaran seni dan budaya di setiap jenjang pendidikan untuk datang ke Kampung Jelekong yang akan disajikan dengan pertunjukan wayang golek.
Gambar 12. Paketan Wisata di Kampung Jelekong
Sumber: Survey Lapangan Tahun 2022
Untuk media promosi Kampung Jelekong menggunakan media
online, pengunjung dapat melihat segala informasi dan kegiatan di Kampung
Jelekong dengan mengunjungi akun Instagram Kompepar Giriharja.
<- kompepargrh Q
, , 178 595 302
Postingan Pengikut Mengikuti
kompepar giri harja
Seni
Kelompok penggerak pariwisata Giri Harja
-
* wisata edukasi
-
* pengrajin, selengkapnya
kompepargiriharja.wordpress.com/
kp Giri Harja no 26 rt 01 rw 01, Bandung 40375
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-18.jpg)
Kompepar Giri Harja
kompepar Giri Harja adalah kelompok penggerak pariwisata yang berada di Giri
Gambar 13. Sosial Media Kompepar Giriharja
Sumber: Intagram.com & Facebook.com
Analisis Karakteristik Pengunjung
Karakteristik pengunjung yang datang ke Kampung Jelekong dilihat berdasarkan jenis kelamin, umur, domisili, pekerjaan, motivasi berkunjung dan cara mengetahui informasi Kampung Jelekong. Hasil pengkajian terhadap karakteristik pengunjung pariwisata di Kampung Jelekong berdasarkan kelompok umur diperoleh hasil bahwa pengunjung yang datang mengunjungi Kampung Jelekong sebagian besar dari kelompok usia ≤ 20 tahun dengan jumlah pengunjung 78 orang disusul oleh kelompok umur 21-30 tahun dengan jumlah 20 orang.
Tabel 1. Pengunjung Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur |
Jumlah Responden (Jiwa) |
≤ 20 Tahun |
93 |
21 – 30 Tahun |
30 |
31 – 40 Tahun |
1 |
41 – 50 Tahun |
1 |
> 50 Tahun |
1 |
Jumlah |
126 |
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2022
Mayoritas pengunjung masih didominasi oleh responden yang berasal dari Bandung Raya yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar, terdapat 62 responden yang berasal dari Bandung Raya, sisanya sebanyak 38 responden berasal dari luar Bandung, diantaranya dari DKI Jakarta, Banten, dan Bekasi, yang sedang berkunjung untuk belajar seni lukis maupun bertemu teman sesama seniman. Para responden yang berasal dari luar Bandung menggambarkan bahwa Kawasan Wisata Sejarah Budaya Jelekong memiliki potensi untuk menjadi tempat pariwisata yang berskala local maupun nasional.
Jumlah (Jiwa)
■ Bandung ■ Luar Bandung
Gambar14. Pengunjung Berdasarkan Domisili
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2022
Berdasarkan pekerjaan responden, diperoleh hasil bahwa pengunjung yang datang didominasi oleh pegunjung yang bersetatus sebagai mahasiswa dengan jumlah 58 dan pelajar dengan jumlah 34. Banyaknya mahasiswa dan pelajar yang datang ke Kampung Jelekong dengan tujuan untuk kebutuhan studi, seperti Peraktek Kerja Lapangan (PKL) dan pelatihan melukis dan kesenian lainnya.
Jumlah (Jiwa)
-
■ Mahasiswa ■ Pelajar ■ Pengusaha ■ PNS ■ Seniman ■ Pegawai Swasta ■ Lainnya
-
Gambar 15. Pengunjung Berdasarkan Pekerjaan
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2022
Karakteristik pengunjung Kampung Jelekong dalam mengetahui informasi mengenai Kampung Jelekong, peneliti mendapatkan hasil bahwa mayoritas pengunjung Kampung Jelekong mendapatkan informasi dari media sosial yaitu sebanyak 42 responden, dan selanjutnya pengunjung mendapatkan informasi secara lisan dari teman sebanyak 34 responden, dan disusul dengan jumlah sebanyak 10 responden yang mendapatkan informasi dari komunitas. Untuk lebih jelasnya mengenai data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Pengunjung Berdasarkan Cara Mengetahui Informasi Kampung Jelekong
Sumber Informasi Pengunjung |
Jumlah (Jiwa) |
Teman |
44 |
Keluarga |
14 |
Media Sosial |
52 |
Media Massa |
- |
Komunitas |
16 |
Jumlah |
126 |
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2022
Motivasi pengunjung yang datang ke Kampung Jelekong sangat beragam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, banyaknya pengunjung yang datang ke Kampung Jelekong untuk menambah wawasan dan belajar mengenai seni budaya yang ada disana dan beberapa pengunjung yang ingin bersenang-senang ataupun berwisata sekedar melihat berbagai lukisan di setiap galeri atuapun untuk menuju ke beberapa objek wisata yang ada di bagian selatan Jelekong seperti Gunung Pipisan dan Goa Landak. Pengunjung dengan motivasi untuk menambah wawasan atau belajar sebanyak 58 responden, selanjutnya pengunjung dengan motivasi bersenang-senang dengan jumlah 35 responden, untuk pengunjung dengan tujuan kegiatan bisnis terdapat 4 responden, dan pengunjung dengan motivasi lainya seperti berkunjung ke sanak saudara maupun bertemu teman sebanyak 3 responden.
Tabel 3. Pengunjung Berdasarkan Motivasi Berkunjung Ke Kampung Jelekong
Motivasi Pengunjung |
Jumlah (Jiwa) |
Besenang-senang/Berwisata |
56 |
Menambah Wawasan/Belajar |
62 |
Kegiatan Bisnis |
4 |
Lain-lainnya |
4 |
Jumlah |
126 |
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2022
Kegiatan wisatawan dalam menghabiskan waktu di Kampung Jelekong pada umumnya adalah 2-3 jam yaitu sebanyak 60 responden, adapun responden yang menjawab biasanya menghabiskan waktu >3 Jam yaitu sebanyak 32 responden. Hasil lain dari penelitian yang didapat, bahwa pengunjung yang datang hanya untuk belajar berkesenian di Kampung Jelekong dan dalam kegiatan berbisnis. Di Kampung Jelekong belum adanya wahana-wahana rekreasi seperti museum seni budaya dan wahana ekowisata maupun agro untuk sarana pengunjung menghabiskan waktu dengan menambah wawasan dan jam kunjungan yang lebih lama. Untuk lebih jelasnya mengenai karakteristik pengunjung berdasarkan lama waktu berkunjung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Pengunjung Berdasarkan Lama Waktu Kunjungan Di Kampung Jelekong
Lama Waktu Berkunjung |
Jumlah (Jiwa) |
<1 Jam |
4 |
2-3 Jam |
90 |
>3 Jam |
32 |
Jumlah |
126 |
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2022
Strategi Pengembangan Kawasan Berdasarkan Analisis SWOT
Beberapa variabel yang dapat dilihat sebagai aspek kekuatan (Strenght) dalam pengembangan pariwisata di Jelekong terdiri atas:
Beberapa variabel yang dapat dilihat sebagai aspek kekuatan (Strenght) dalam pengembangan pariwisata di Jelekong terdiri atas:
-
a. Seni budaya menjadi brand image di Jelekong
Seni dan budaya yang terdapat di Jelekong menjadikan daya tarik wisatawan untuk berkunjung, terlebih kesenian yang ada seperti seni gambar/lukisan dan budaya pendalangan yang sudah cukup terkenal.
-
b. Kemudahan akses
Aksesibilitas menuju kampung Jelekong terbilang cukup mudah untuk dituju, dengan ketersediaan angkutan umum berupa angkot dengan jurusan Ciparay-Majalaya, papan penunjuk arah kawasan sejarah seni budaya, dan landmark yang menandakan Kampung Jelekong.
-
c. Atraksi wisata yang beragam
Keberagaman atraksi yang ada di Jelekong menjadikan potensi guna mendukung pengembangan pariwisata di Kecamatan Baleendah, terlihat dari berbagai atraksi berupa galeri lukis, padepokan wayang, sentra pengrajin wayang yang merupakan wisata seni budaya dan objek yang memiliki potensi wisata seperti goa landak yang berada di bagian selatan Jelekong dan adanya pusat penelitian agro milik perguruan tinggi.
-
d. Kelengkapan Komponen Pariwisiata
Jelekong sudah dapat memenuhi berbagai komponen pariwsata yaitu atraksi, aksesibilitas, akomodasi, dan pengelolaan. Atraksi berupa keunikan khas Jelekong yaitu seni dan budaya, aksesibilitas berupa ketersediaannya jalan yang cukup.
-
2. Kelemahan (Weakness)
Beberapa variabel yang dapat dilihat sebagai aspek kelemahan (Weekness) dalam pengembangan pariwisata di Jelekong terdiri atas:
-
a. Kurangnya SDM yang memiliki kemampuan untuk mengelola sektor pariwisata yang dituntut sikap dan perilaku yang kreatif dan inovatif
Pengelolaan wisata sejarah dan budaya Jelekong kurang mencukupi terutama ketersediaan sumberdaya manusianya. Hal ini terjadi karena kurangnya kemampuan mereka mengenai pariwisata, selain itu dalam pengelolaan internal Kompeparpun kurangnya pengetahuan mengenai hal tersebut.
-
b. Promosi wisata Jelekong yang dilakukan dengan belum terencana dan terperogram dengan baik
Seiring zaman modernisasi, perkembangan sosial media menjadi objek potensial untuk promosi pariwisata. Hal ini terjadi di Kampung Jelekong dengan kondisi para pelaku seni melakukan promosi untuk kepentingan kelompoknya sendiri, terlihat dari berbagai nama di media sosial mengenai komunitas yang memiliki media sosial diluar nama pengelola pariwisata setempat yakni Kompepar Giriharja. Kemungkinan hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi dari mereka yang paham mengenai pariwisata tentang pentingnya promosi guna mengembangkan daerahnya.
-
c. Aksesesibilitas yang belum memadai ke objek dan daya tarik wisata di bagian selatan Jelekong
Untuk menuju objek wisata di bagian selatan Kampung Jelekong yang berbentuk wisata alam seperti Goa Landak, kurangnya aksesibilitas berupa sarana transportasi dan kondisi jalan. Belum adanya trasportasi yang menuju ke objek wista bagian selatan hal ini dimungkinkan karena lokasinya yang jauh dari pintu masuk kawasan seni dan budaya Jelekong dan kurangnya promosi megnenai objek wista di bagian selatan ini. Untuk kondisi jalan di bagian selaan beberapa masih ada yang belum dibeton dan diaspal, dengan lebar jalan yang hanya muat untuk satu mobil.
-
d. Belum terseksplornya objek potensial dan daya tarik selain aktivitas seni budaya masyarakat
Kampung Jelekong dengan keragaman budaya dan keseniannya tidak luput dari keindahan alam yang ada. Dengan kondisi alam yang terbentuk dari sejarah budaya masayarakatnya yang berasal sebagai petani padi, membuat kampung Jelekong dihampari dengan lahan sawah yang luas. Terdapat tempat penelitian yang dikelola oleh perguruang tinggi UNPAD, dapat menjadi objek wisata yang potensial
untuk dijadikan wisata agro, dan kondisi alam yang dilatarbelakangi dengan dataran tinggi dibagian selatan, adapun objek potensial seperti Goa Landak dan Gunung Pipisan yang dapat dijadikan objek potensial untuk pariwisata di Jelekong sebagai pariwisata berbasis lingkungan alam. Dilain sisi menurut Slak Valek (2020) “word of art” yaitu kekuatan potensi seni yang dimiliki sangat berpengaruh pada ‘word of mouth’ yaitu promosi berdasarkan rekomendasi pengunjung. Sehingga hal ini perlu lebih dimaksimalkan.
Faktor Eksternal
-
1. Peluang (Opportunity)
-
a. Adanya pusat penelitian pertanian yang milik perguruan tinggi di Jelekong Adanya pusat penelitian pertanian di Jelekong ini menjadi peluang potensial untuk memajukan pertanian di Jelekong, terlebih untuk mendukungnya wisata dengan basis pertanian (agro). Letaknya yang berdampingan dengan kawasan sejarah seni budaya Jelekong terlebih lagi Kelurahan Jelekong memiliki hamparan persawahan yang luas dan tradisi masyarakat yang memang berawal dari pertanian.
-
b. Terdapatnya padepokan wayang
Padepokan wayang ini menjadi peluang sebagai promosi wisata Jelekong disini. Pasalnya padepokan ini sering digunakan untuk acara kebudayaan di Bandung. Selain itu dengan kondisinya yang luas dapat menampung banyak wisatwan yang datang, terlebih untuk padepokan wayang hanya berada di Jelekong untuk kawasan Jawa Barat, dan berpotensi menjadi brand image Jelekong sebagai wisata seni budaya sundanya.
-
c. Pusatnya pengerajin seni di Bandung
Berbagai seni berupa lukisan, kriya, pahat, seta pewayang Jelekong sangat mendominasi di Bandung. Hal ini menjadikan Jelekong sebagai pusatnya pengrajin.
Tidak jarang konsumen yang memesan untuk acara tertentu dan industri pengrajin ini dapat menyumbah pemasukan daerah, dan dapat meningkatkan kunjungan wisata di Jelekong.
-
d. Keindahan alam yang luas dan berkesan asri
Jelekong yang terletak didataran tinggi yang di bagian belakang terdapat pengunungan yang indah yakni Gunung Pipisan, menjadikan kampung ini memiliki keindahan alam yang asri, keindahan alam ini dapat menjadi peluang untuk wisatawan berkunjung ke Jelekong. Beberapa objek wisata di bagian selatan Jelekong terdapat objek geologi yaitu Goa Landak yang menjadi potensi untuk dijadikan objek wisata, dan bentang alam yang indah sering dikunjungi olah wistawan yang datang untuk mendaki dan sekedar menikmati keindahan alan Jelekong.
-
a. Kurangnya kebijakan pemerintah dalam membantu pengembangan wisata Jelekong
Peran kebijakan pemerintah dalam membangun pariwisata sangatlah penting. Kurangnya kebijakan terkait pengembangan pariwisata di Jelekong menjadi ancaman wisata sejarah seni budaya Jelekong untuk berkembang. Sejauh ini untuk Jelekong sendiri tercaantum dalam RTRW Kabupaten Bandung dengan penetapan sebagai kawasan wisata sejarah seni budaya, dan belum adanya program lanjutan terkait pengembangan wisata di Jelekong.
-
b. Banyaknya objek wisata di Kabupaten Bandung yang lebih menarik dan terkelola dengan baik
Persaingan industri pariwisata dalam menarik wisatawan sangatlah penting dalam perkembangan objek wisata sendiri. Objek wisata di Kabupaten Bandung dengan basis ekowisata atau keindahan alam sangat terkelola dengan baik seperti
Bumi Perkemahan Ranca Upas Ciwidey. Sedangkan untuk objek wisata di Kecamatan Baleendah yang sudah terkelola dengan baik yaitu wisata Kampung Batu Malakasari. Hal ini yang menjadi ancaman untuk wisata sejarah seni budaya Jelekong untuk menjadi saingan dalam sektor pariwisata.
Dalam matrik SWOT pengembangan Kawasan Sejarah Seni dan Budaya Jelekong dapat di lihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4. Matriks SWOT
Kekuatan (Strength)
|
Kelemahan (Weakness)
| |
Peluang (Opportunity) |
Strategi S-O 1) Pembuatan acara seni budaya sunda dengan |
Strategi W-O 1) Peningkatan sumberdaya |
|
memanfaatkan padepokan wayang dan kontribusi seniman jelekong untuk melakukan pemeran kesenian, seperti kegiatan Seba Jelekong
|
manusia dalam bidang kepariwisataan
|
Ancaman (Threats)
|
Strategi S-T
|
Strategi W-T 1) Mengadakan program pembinaan dan pengembangan pariwisata di Jelekong oleh pemerintah meliputi:
|
masyarakat lokal dan pendapatan daerah
|
berbasis kerajinan seperti penyediaan sumber-sumber pembiayaan, penyedian pasar, promosi dan pameran serta penyediaan kemitraan usaha untuk mendukung pengembangan industri kerajinan agar produk yang dihasilkan memiliki daya saing dengan wilayah lain sehingga pertumbuhan sektor industri kerajinan bisa tumbuh dengan cepat 2) Pengembangan wilayah melalui koridor agro dan ecowisata berbasis masyarakat |
Strategi S – O
-
1. Pembuatan acara seni budaya sunda dengan memanfaatkan padepokan wayang dan kontribusi seniman jelekong untuk melakukan pemeran kesenian, seperti kegiatan Seba Jelekong (S1, S4, O1)
-
2. Pengembangan dan diversifikasi kegiatan agrowisata pada lahan pertanian dan ekowisata pada hutan di Gunung Pipisan di Jelekong (S2, S3, P2, P3)
Diversifikasi produk wisata yang ada di Jelekong dilakukan tidak untuk mengubah melainkan menambah keragaman produk wisata yang sedang ada dan potensial untuk menghindari dari kejenuhan dan memperpanjang lama waktu kunjungan wisata. Diversifikasi dilakukan dengan penambahan objek wisata buatan yang dirasa paling mudah penyelesainnya untuk menjawab tantangan industri pariwisata.
-
3. Mengembangkan potensi industri kerajinan untuk mensejahterakan masyarakat (S4, O4)
Kerajinan yang ada di Jelekong berbasis kesenian seperti kerajinan wayang golek, media lukis, dan lukisan yang sudah matang menjadikan jelekong memiliki banyaknya industri kerajinan. Berdasrkan hasil kajian peneliti banyaknya industri kerajinan yang berada di setiap-setiap galeri terutama galeri wayang golek yang berbentuk home industry, sebab itulah perlunya mengembangkan potensi industri kerajinan yang ada di di Jelekong dengan menyediakan tempat khusus untuk para pengerajin menaruh hasil karyanya untuk dapat dijual, tempat khusus dapat berupa galeri display kerajinan khas Jelekong. Pandemic Covid-19 menberikan dampak buruk bagi para pengrajin di Kampung Jelekong, hal ini karena terbatasnya mobilitas antar masyarakat yang menjadi kesulitan pelanggan datang ke Jelekong, beberapa wisatawan yang dating juga dibatasi karena memang objek wisata yang berbaur dengan permukiman masyarakat. Beberapa mahasiswa yang sedang melakukan penelitianpun dipulangkan. Selama pandemic banyak pengerajin yang beralih profesi dan beberapa pelaku seni yang lebih memilih bekerja diluar Kampung Jelekong. Untuk menghidupi dan mempertahankan seni budaya Jelekong yang berbasis seni budaya berbentuk kerajinan perlunya dukungan dari berbagai pihak untuk
keberlangsungan industri pengrajin, Sebab dari itulah perlu dikembangkannya kerajinan yang ada di Jelekong dengan menggunakan program CSR (Corporate Social Responsibility) guna memberikan modal untuk pengrajin dalam menjalankan tugasnya yang nantinya dapat mensejahterahkan masyarakat dan dapat mendukung perkembangan pariwisata.
Strategi W – O
-
1. Peningkatan sumberdaya manusia dalam bidang kepariwisataan (W1, O1, O3) Jelekong telah di tetapkan sebagai Kawasan Sejarah Seni Budaya, sebab itulah perlunya kepedulian terhadap wisata di Jelekong dengan dilakukannya pelatihan terhadap pengelolaan wisata dan sosialisasi tentang sadar wisata dan pelatihan pemandu wisata oleh masyarakat. Masyarakat yang telah mengikuti pelatihan mengenai pengelolaan wisata dapat mengaplikasikan untuk mengembangkan wisata dengan menjadi pemandu wisata atau bidang lainnya. Sosialisasi oleh pemerintah hendaknya ditekankan kepada masyarakat untuk meningkatkan pehaman masyarakat terkait dampak negative terhadapa lingkungan. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai kebijakan pemerintah menjadi sangat penting agar terciptanya integrase antar keduanya menjadi sejalan dalam pengembangan pariwisata di Jelekong.
-
2. Meningkatkan promosi dan komikasi daerah tujuan wisata dengan memanfaatkan teknologi informasi IT (O2, O3, W2)
Keberhasilan pengembangan pariwisata di Jelekong tidaklah hanya tergantung pada seni budaya dan keindahan alam namun jauh lebih penting adalah sumberdaya manusia sebagai pengelola, system manajemen pengelola wisata dan informasi wisata itu sendiri. Sumberdaya manusia yang berkualitas serta manajemen pengelolaan yang baik dan informasi terkait wisata yang akurat, serta mudah diakses akan mampu mengembangkan potensi-potensi wisata menjadi lebih baik sehingga
mampu memberikan dalpak positif bagi kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan penghasilan suatu daerah. Faktor penghambat perkembangan pariwisata adalah pola promosi dan system pengelolaan informasi wisata yang belum baik sehingga terkadang objek wisata menjadi tidak bergitu popular dan tentunya tidak menjadi objek tujuan para wisatawan untuk berwisata. Keterbatasan informasi tentang tujuan wisata, objek wisata, produk atau hasil kerajinan, budaya dan tradisilokal serta sarana dan prasarana yang tersedia, serta masalah transportasi untuk mencapai suatu kawasan wisata juga makin membuat suatu kawasan tidakberkembang dengan baik. Dengan mengandalkan teknologi informasi pengelola dapat membuat berbagai poster yang menarik untuk kebutuhan promosi, hal ini perlu didukung dengan adanya pelatihan mengenai cara promosi yang baik dan penggunaan system informasi digital untuk mengembangkan promosi di Kampung Jelekong.
-
3. Perancangan kawasan pusat wisata Jelekong (O4, W3, W4)
Kawasan Sejarah Seni Budaya Jelekong tedapat di sepanjang jalan Laswi, sedangkan beberapa potensi ekowisata seperti Goa Landak adn Gunung Pipisan berada di selatan Kampung Jelekong serta potensi agrowisata dengan lahan pertanian yang mendominasi di Kelurahan Jelekong dan didukung dengan adanya perguruan tinggi pertanian yang berada di dekat gerbang masuk kampung. Dengan hal tersebut perlunya perancangan kawasan pusat wisata Jelekong sebagai sarana untuk menarik wisatawan yang datang dengan beragaman objek wisata yang ada, dengan perancangan kawasan yang baik dan ketersedian komponen pariwisata yang lengkap dapat menjadikan Jelekong sebagai tujuan wisata yang menarik. Tujuan kawasan pusat wisata ini guna mempusatkan seluruh objek wisata dan produk-produk masyarakat dengan pembuatan museum seni budaya Jelekong sebagai brand image baru untuk pariwisata di Jelekong. Perancangan dan perencanaan pusat kawasan ini dapat dikonsepkan dengan menggunakan ciri khas yang ada, seperti halnya budaya pewayangan yang ada di Kampung Jelekong. Perancangan kawasan pariwisata yang
nantinya akan dibentuk dapat berkonsepkan dengan bentuk gunungan pada pewayangan yang mana bentuk ini jika dilihat dalam tampak atas akan mencerminkan citra kawasan Kampung Jelekong.
Selanjutnya untuk komponen yang akan dimasukan dalam strategi perancangan pusat kawasan ini yangn nantinya akan dirancang dengan mengedepankan objek pariwisata potensial yang ada dan diversifikasi objek wisata buatan, yang nantinya akan dipusatkan dan terciptanya keintegritasan antar objek wisata. Adapun beberapa komponen dibagi ke dalam beberapa blok kawasan setiap objek wisata yang akan di canangkan, seperti:
Kawasan Wisata Edukasi Seni dan Budaya Jelekong, Kawasan Agrowisata Pertanian, Kawasan Ekowisata, Kawasan Resort dan Penginapan, Kawasan Glamor Camping, Kawasan Area Parkir, Kawasan Perkemahan Gunung Pipisan, Kawasan Wisata Belanja, dan Kawasan Kampung Sapedah Gentong.
Bagaimanapun juga, integrasi ini akam menjamim kepuasan pengunjung yang berpengaruh pada keingin pengunjung untuk datang kembali atau merekomendasikannya pada orang lain (Suhartanto, Brien, Primiana, Wibisono, &
Triyuni, 2020).(Sthapit, Del Chiappa, Coudounaris, & Björk, 2020).
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-21.jpg)
![](https://jurnal.harianregional.com/media/107901-22.jpg)
Gambar 4. 2 Gunungan Wayang
Golek
Sumber: www.google.com/image
Gambar 4. 1 Konsep Rancangan Pusat
Kawasan Pariwisata Kampung Jelekong
Sumber: Hasil Rancangan Peneliti Tahun
2022
Strategi S – T
-
1. Fokus meningkatkan potensi pariwisata berbasis seni budaya Jelekong (S1, S2, S3, T1)
Jelekong terkenal dengan seni budayanya yang khas seperti melukis dan pendalangan wayang, sebab dari itulah pemerintah dan masyarakat harus andil untuk fokus mengembangkan pariwisata berbasis seni budaya. Beberapa strategi seperti menyediakan lahan untuk pusat wisata seni budaya Jelekong, menyediakan komplek industri untuk para pengrajin yang nantinya dapat di gunakan untuk objek wisata yang potensial dan dapat mendukung perekonomian masyarakat local dan pendapatan daerah, dan meningkatkan hubungan kelembangan dengan perguruan tinggi untuk menciptakan acara dan objek-objek kesenian yang beragam dan menarik.
-
2. Mendukung potensi agro dengan kontribusi perguruan tinggi untuk mengembangkan pertanian yang ada di Jelekong dan melakukan pengembangan kearah industri pariwisata berbasis agro (S4, T2)
Luasnya lahan pertanian yang ada di Jelekong dapat menjadi lahan basah yang harus dikembangkan guna menciptakan objek wisata yang potensial seperti wista agro, peran keterlibatan perguruan tinggi sangatlah penting dalam hal pengembangan sector pertanian yang ada, dengan berbagai metode yang dapat diterapkan seperti adanya pusat wisata agro atau balai pertanian untuk sarana wisatawan dalam belajar bertani, beberapa program seperti pelatihan penanaman, kerajinan dari limbah pertanian, dan lainnya sehingga nantinya dapat menjadi sistem yang mendukung pariwisata di Kampung Jelekong.
Strategi W – T
-
1. Mengadakan program pembinaan dan pengembangan pariwisata di Jelekong oleh pemerintah (W1, W2, T1)
Kontribusi pemerintah dalam pengembangan pariwisata sangatlah penting, dengan mengadakannya program pembinaan dan pengembangan pariwisata yang terfokus melalui pelatihan pengelolaan kawasan wisata bagi pengurus kelompok internal Jelekong dan pemberian bantuan berupa sarana perindustrian berbasis kerajinan seperti penyediaan sumber-sumber pembiayaan, penyedian pasar, promosi dan pameran serta penyediaan kemitraan usaha untuk mendukung pengembangan industri kerajinan agar produk yang dihasilkan memiliki daya saing dengan wilayah lain sehingga pertumbuhan sector industri kerajinan bisa tumbuh dengan cepat. Seperti yang disampaikan Tan, Tan, Luh, and Kung (2016) bahwa kampung kreatif akan mampu bersaing dan berlanjut apabila ada inovasi yang diiringi dengan pendampingan dan pelatihan yang kontinyu.
-
2. Pengembangan wilayah melalui koridor agro dan ekowisata berbasis masyarakat (W3, W4, T2)
Seni budaya di Jelekong sudah menjadi brand image, lain halnya dengan potensi pertanian dan keindahan alam yang ada, sebab itulah perlunya pengembangan pariwisata melalui koridor pertanian dan kondisi ekologi wilayah dengan menciptakan pariwista dengan basis agro dan ekowisata yang nantinya dapat mendukung perkembangan pariwisata di Jelekong.
Kesimpulan
Kampung Jelekong memiliki potensi daya tarik wisata kesenian berupa seni gambar, degung, jaipongan, calung, pecak silat, sisingaan, kacapi suling, wayang golek dan kesenian modern seperti orkes dangdut. Potensi ini menjadi saran belajar bagi mahasiswa dan pelajar yang ingin memeperdalam ilmu seni. Namun sayangnya
fasilitas di kawasan ini masih perlu banyak dibenahi diantaranya toilet, ruang belajar, tempat parkiri, dll. Peningkatan kualitas fasilitas dapat dilakukan melalui kerjasama misalnya dengan perusahaan melalui bentuk-bentuk CSR (Corporate Sosial Responsibility). Selain itu promosi kawasan ini pun perlu lebih diencarkan dengan menyasar sekolah-sekolah melalui rangkaian kegiatan yang rutin dilaksanakan di kawasan ini seperti pelatihan dan pameran beragam seni yang dapat dilakukan pada musim liburan sekolah, kerjasama promosi kegiatan juga dapat dilakukan dengan masayarakat dan pengunjung melalui berbagai platform media sosial.
Kampung ini juga menyuguhkan keindahan pemandangan alam yang dapat dilihat ketika pengunjung mulai memasuki area Kampung Jelekong. Sehingga pengembangan dan diversifikasi kegiatan agrowisata pada lahan pertanian dan ekowisata pada hutan di Gunung Pipisan di Jelekong, dapat menjadi alternatif daya tarik tambahan yang berpotensi mengembangkan kawasan ini. Dalam hal ini, berbagai pihak dapat bekerjasama dengan masyarakat setempat dalam mngembangkan kawasan ini mulai dari penguatan atraksi, perbaikan kualitas amenitas wisata, penguatan pengelolaan
Daftar Pustaka
Ardhala, A. D., Santoso, E. B., & Sulistyarso, H. (2016). Influence factors on the development of creative industry as tourism destination (Case Study: Footwear Village in Mojokerto City). Procedia-Social Behavioral Sciences, 227, 671-679.
Bogdani, K. (2018). Creative Tourism in Urban Destinations: the case of Thessalonki.
Booyens, I., & Rogerson, C. M. (2015). Creative Tourism in Cape Town: An Innovation Perspective. Urban Forum, 26(4), 405-424. doi:10.1007/s12132-015-9251-y
Dias-Sardinha, I., Ross, D., & Calapez Gomes, A. (2018). The clustering conditions for managing creative tourism destinations: the Alqueva region case, Portugal. Journal of Environmental Planning and Management, 61(4), 635-655.
doi:10.1080/09640568.2017.1327846
Kastenholz, E., & Gronau, W. (2020). Enhancing Competences For Co-Creating Appealing and Meaningful Cultural Heritage Experiences in Tourism. Journal of Hospitality Tourism Research, 1096348020951637.
Remoaldo, P., Matos, O., Gôja, R., Alves, J., & Duxbury, N. (2020). Management Practices in Creative Tourism: Narratives by Managers from International Institutions to a More Sustainable Form of Tourism. Geosciences, 10(2), 46.
Richards, G. (2020). Designing creative places: The role of creative tourism. Annals of Tourism Research, 85, 102922. doi:https://doi.org/10.1016/j.annals.2020.102922
Slak Valek, N. (2020). Word-of-art: contribution of artists-in-residence to a creative tourism destination. Journal of Tourism and Cultural Change, 18(2), 81-95. doi:10.1080/14766825.2018.1467920
Sthapit, E., Del Chiappa, G., Coudounaris, D. N., & Björk, P. (2020). Tourism experiences, memorability and behavioural intentions: a study of tourists in Sardinia, Italy. Tourism Review, 75(3), 533-558. doi:10.1108/TR-03-2019-0102
Suhartanto, D., Brien, A., Primiana, I., Wibisono, N., & Triyuni, N. N. (2020). Tourist loyalty in creative tourism: the role of experience quality, value, satisfaction, and motivation. Current Issues in Tourism, 23(7), 867-879.
doi:10.1080/13683500.2019.1568400
Tan, S.-K., Tan, S.-H., Luh, D.-B., & Kung, S.-F. (2016). Understanding tourist perspectives in creative tourism. Current Issues in Tourism, 19(10), 981-987. doi:10.1080/13683500.2015.1008427
Zhou, L., Tang, J., & Zou, R. (2019). Creative tourism, Social capital, and the Transformation of Urban Villages.
Undang – Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Peraturan Daerah No. 22 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 – 2029
Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 27 Tahun 2016 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tahun 2016 – 2036
Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 4 Tahun 2019 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2018 – 2025
Resmawa, Ira Ningrum. (2019). Konsep dan Strategi Pengembangan Creative Tourism Pada Kampung Parikanan Surabaya. STIE YAPAN. Surabaya.
Wisesa, Kresna Agung. (2018). Creativity Based Tourism in Kampung Kreatif Dago Pojok Bandung. Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila. Jakarta.
L.Arofah. (2017). Kajian Pengembangan Kampung Kreatif Studi Kasus Kampung Kreatif Cibunut, Kelurahan Kebon Pisang. PWK Universitas Komputer Indonesia. Bandung.
Setiawan, Iwan Rizal. (2020). Kampung Eduwisata Hanjeli di Desa Waluran Mandiri Kabupaten Sukabumi. Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Sukabumi
Saraswati. (2014) Strategi Komunikasi Pengembangan Kreasi Wisata Kampung Rajut Binong Jati Sebagai Kampung Kreatif di Kota Bandung. Tesis, ILKOM Universitas Pasundan. Bandung.
Purnamasari, Andi Maya. (2011) Pengembangan Masyarakat Untuk Pariwisata Di Kampung Wisata Toddabojo Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal PWK, Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. Jakarta Selatan.
Kurniawan. (2018). Sociopreneurship Masyarakat Gusuran Dalam Membangun Konsep Kampung Wisata Tematik Topeng Malangan. IKIP Budi Utomo Malang. Malang
Nainggolan, Gogo Jhon. Strategi Pengembangan Pariwisata Dalam Mewujudkan Kota Pematangsiantar Menjadi Daerah Tujuan Wisata. IPDN. Pematangsiantar.
Arthanovia. (2020). Strategi dan Program Puri Sayan Sebagai Daya Tarik Wisata Heritage Di Desa Sayan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Jurnal Destinasi Pariwisata, Universitas Udayana. Denpasar.
Nalayani, Ni Nyoman. (2016). Evaluasi Dan Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kabupaten Badung, Bali. JUMPA, Universitas Udayana. Denpasar.
Marhendi. (2021). Analisi Strategi Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten Jepara. STIE Muhammadiyah Palopo. Palopo.
Diana. (2017). Peran Dan Pengembangan Industri Kreatif Dalam Mendukung Pariwisata Di Desa Mas dan Desa Peliatan, Ubud. Jurnal Analisis Pariwisata, Universitas Udayana. Denpasar.
Herlitasari. (2021). Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove Kampung Sejahtera Kelurahan Sumber Jaya Kota Bengkulu. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Titisari. (2022) Strategi Pemberdayaan Dalam Pengelolaan Bunga Telang Sebagai Produk Unggulan Kampung Eduwisata Baran di Kota Malang. Universitas Brawijaya. Malang.
JUMPA Volume 10, Nomor 1, Juli 2023
219
Discussion and feedback