I Gst. A. Kt. Gd. Suasana, Dampak Pendidikan Kewirausahaan... 33

P-ISSN : 1978-2853

E-ISSN : 2302-8890


MATRIK: JURNAL MANAJEMEN, STRATEGI BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN

Homepage: https://ojs. unud. ac.id/index.php/jmbk/index

Vol. 14 No. 1, Februari 2020, 33 - 44

hesforMarketingStrategy

DampakPendidikanKewirausahaanpadaEntrepreneurBehaviorIndex(EBI) danIntensiBerwirausaha

IGst.A

EvaluasiLingkungan da

SikapEtnosentrismeMemoderasiPengaruh P GayaHidup terhadapKeputusanP

INyoman

h ProductKnowledge,CitraMerekdan

i

MemoderasiPengaruh ProductKnowl p terhadapKeputusanPembelianPro

INyomanNurcaya,NiMadeRastini

MotivationalFactorstoAdoptSocialMediaTechnologyin

NuningSetyowatiSumarjo

DevelopingAModelWith Dematel,Anp,Topsis Appr SelectioninInBdrataikCaMhaydaduiraIn

PendidikanKewirausahaanpadaEntrepreneurBehaviorIndex( danIntensiBerwirausaha

Kt.Gd.Suasana,NiWayanEkawati,IKetutSudiana,IGedeWardana


Peran KepercayaanMemediasiPen Terhad

StudMipadaedLaiPa

reordhuakdSapupNlieamteBnelHiiPjraoudMuke rekHerbal

AnandaDewi,NiWayanSriSuprapti

MadeLiaAnandaDewi,NiWayanSriSuprapti

Peran CustomerValuedalamMemediasiPengaruh MonetarySacrificedan ServiceBenefitTerhadap RepurchaseIntention

Memba

cayaanMemediasiPengaruhPersepsiNilaidanPersepsiRis (StudipadaPrTeordhuakdSapupNlieamteBnelHiiPjraoudMukerekHerbalife)

MadeLiaAnandaDewi,NiWayanSriSuprapti

hPersepsiNilaidanPersepsiRisikoProduk hiPateBrseleipPsiroNdiulakidanPersepsiRisikoProduk

WaranpadaInitialPublicOfferingsdiPasarModalIndonesia HarlinaMeidiaswati,NugrohoSasikiron,IMadeSudana

AnggaCahyaQurananda,IGustiAyuKetutGiantari

Pengaruh DanaPihakKetigadanKinerjaPerbankanNasional terhadap

PenerbitanIndonesiaGovernmentSecurities

BataraMajuSimatupang

ngaruhFamilySupportiveSupervisorBehaviorterhadap KepuasanKerjaMelal

angunKepuasanNasabahBerbasis DimensiBankingServiceQuality (StudiBank SyariahdiKabupatenJember)

MohamadDimyati MochammadFaridAfandi FajarDestari

BataraMajuSimatupang

PengaruhFamilySupportiveSupervisorBehaviorterhadap KepuasanKerjaMelalui WorkLifeBalancedanEmployeeEngagement

JundahAyuPermatasari,Umar Nimran,TriWulidaAfrianty


Dampak Pendidikan Kewirausahaan pada Entrepreneur Behavior Index (EBI) dan Intensi Berwirausaha

I Gst. A. Kt. Gd. Suasana1), Ni Wayan Ekawati2), I Ketut Sudiana3), I Gede Wardana4)

1,2,3,4Fakultas Eonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Denpasar - Bali

email: [email protected]

DOI : https://doi.org/10.24843/MATRIK:JMBK.2020.v14.i01.p04

SINTA 2


ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha, dampak pendidikan kewirausahaan terhadap EBI, dampak EBI terhadap niat berwirausaha dan peran EBI sebagai mediator dampak antara pendidikan kewirausahaan dan niat berwirausaha. Penelitian dilakukan pada mahasiswa program S1 Reguler Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah lulus mata kuliah kewirausahaan dalam kurun waktu tiga semester terakhir. Unit analisis adalah sampel individu dengan ukuran sampel responden 200 orang dan dibagi ke dalam tiga prodi secara proposional. Teknik analisis menggunakan analisis SEM berbasis AMOS. Hasil analisis menemukan bahwa pendidikan kewirausahaan berdampak signifikan terhadap niat berwirausaha, pendidikan kewirausahaan berdampak signifikan terhadap EBI, EBI berdampak signifikan terhadap niat berwirausaha, dan EBI berperan signifikan memediasi secara parsial dampak pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha. Kondisi ini berarti menumbuhkan dan mengembangkan niat berwirausaha lulusan perguruan tinggi, dapat dilakukan melalui pengembangan kurikulum pendidikan kewirausahaan, namun pendidikan tersebut tidak sepenuhnya harus dibebani dengan peningkatan nilai-nilai karakter individu (EBI).

Kata kunci: Entrepreneur behavior index (EBI), intensi/niat berwirausaha dan pendidikan kewirausahaan

Impact of Entrepreneurship Education on Entrepreneur Behavior Index (EBI) and Entrepreneurial Intentions

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the impact of entrepreneurship education on entrepreneurial intentions, the impact of entrepreneurship education on EBI, the impact of EBI on entrepreneurial intentions and the role of EBI as a mediator of the impact between entrepreneurship education and entrepreneurial intentions. The study was conducted on students of the Regular S1 Faculty of Economics and Business, Udayana University who have graduated from entrepreneurship courses in the past three semesters. The unit of analysis is an individual sample with a sample size of 200 respondents and is divided into three study programs proportionately. The analysis technique uses SEM analysis based on AMOS. The analysis found that entrepreneurship education had a significant effect on entrepreneurial intentions, entrepreneurship education had a significant impact on EBI, EBI had a significant impact on entrepreneurial intentions, and EBI had a significant role in partially mediating the impact of entrepreneurship education on entrepreneurial intentions. This condition means that growing and developing entrepreneurial intentions of university graduates, can be done through the development of entrepreneurship education curricula, but such education does not have to be fully burdened with increasing the values of individual characters (EBI).

Keywords: Entrepreneurial behavior index (EBI), entrepreneurial intentions / intentions and entrepreneurship education

PENDAHULUAN

Kompetensi individu seseorang dapat dikembangkan melalui pendidikan yang relevan, mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi. Pendidikan diharapkan mampu mambuka wawasan dan kesadaran seseorang di dalam

menentukan minat atau pilihan karir pasca pendidikan. Opsi pilihan karir seseorang, yaitu; bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN), karyawan, menciptakan pekerjaan sendiri (berwirausaha) atau kombinasi dari opsi tersebut. Pilihan terhadap minat/niat berwirausaha para

lulusan khususnya pendidikan tinggi di Indonesia, dinilai masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asean (Schweb et al., 2017). Sementara, data statistik menunjukkan bahwa dari 7,02 juta pengangguran di Indonesia, sebanyak 13 persen merupakan pengangguran lulusan perguruan tinggi, dan 46.480 orang di antaranya berada di Bali (BPS Nasional, 2016). Kementrian Koperasi dan UKM Negara Republik Indonesia mengusung Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) sejak Tanggal 2 Februari 2011, bertujuan untuk meningkatkan populasi wirausaha dan mengentaskan pengangguran di Indonesia (Kemenkop dan UKM, 2011 diakses 20 Pebruari 2017). Kewirausahaan dijadikan salah satu materi pokok pada kurikulum pendidikan di Indonesia untuk merubah dan mengembangkan mind-set lulusan.

Wibowo (2011: 76), menyebutkan bahwa menanamkan mental kewirausahaan kepada para mahasiswa dapat ditempuh dengan mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan ke dalam kurikulum, dan mengemas aktivitas ekstrakurikuler mahasiswa secara sistemik dan diarahkan untuk membangun motivasi dan sikap mental wirausaha. Pendidikan kewirausahaan secara umum merupakan proses pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didik, melalui kurikulum terintegrasi yang dikembangkan di sekolah maupun diperguruan tinggi. Pendidikan demikian adalah pendidikan yang berorientasi pada pembentukan jiwa kewirausahaan, yaitu keberanian dan kemauan menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar, kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi problema tersebut, mandiri dan tidak bergantung pada orang lain (Sutrisno, 2003: 3).

Keterampilan kewirausahaan tersebut ibarat mata uang. Satu sisi adalah pengetahuan dan prestasi akademis, sedangkan sisi lainnya adalah kreativitas dan inovasi (Hendro, 2011:17). Peran perguruan tinggi diharapkan mampu sebagai salah satu sarana untuk merubah sikap atau pola pikir terhadap minat berwirausaha para lulusannya. Perguruan tinggi tidak hanya sekedar mencetak job seeker, tetapi mencetak para entrepreneur muda yang berbekal skill, knowledge, concept, dan strategy. Sikap dapat menunjukkan perubahan kecil tapi signifikan terhadap niat dan tingkah laku (Byabashaija et al., 2010).

Niat dapat direpresentasikan sebagai efek linier. Niat berperilaku merujuk kepada faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku tertentu, dimana semakin kuat niat untuk melakukan perilaku, semakin

besar kemungkinan perilaku dilakukan. Niat adalah kecenderungan spesifik individu untuk melakukan suatu tindakan atau serangkaian tindakan. Hal ini adalah hasil dari pikiran sadar yang mengarahkan perilaku (Parker, 2004). Jadi penentu utama niat berwirausaha adalah keyakinan seseorang untuk memulai dan menjalankan suatu usaha sendiri, sebagai alternatif pilihan karir di masa datang. Krueger dan Carsrud (1993); Indarti dan Rostiani (2008) menemukan bahwa intensi telah terbukti menjadi prediktor yang terbaik bagi perilaku kewirausahaan. Oleh karena itu, intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang cocok menjadi wirausaha (Choo dan Wong, 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar niat berwirausaha ditentukan oleh keyakinan individu, dan keyakinan individu dapat dibentuk melalui pendidikan, selain faktor lingkungan. Pengalaman pribadi juga memiliki efek penting pada niat berwirausaha. Sehingga, tantangan bagi sekolah bisnis adalah menciptakan efek inspirasi agar berinteraksi dengan pertumbuhan keyakinan yang disediakan melalui pendidikan (Kirby, 2005). Pertimbangan mahasiswa, pada umumnya untuk menciptakan sebuah perusahaan baru yang diinginkan, meskipun persepsi tentang kelayakannya tidak positif. Namun, secara statistik adalah signifikan hubungan antara kredibilitas individu dengan niat untuk menciptakan sebuah perusahaan baru (Guerrero et al., 2006). Wang et al., (2011) juga menemukan bahwa pengalaman kerja dan latar belakang keluarga memainkan peran penting dalam mengembangkan niat berwirausaha mahasiswa di Cina dan di AS. Kadir et al., (2012) juga menemukan hubungan signifikan antara faktor sikap, perilaku dan dukungan pendidikan terhadap niat berwirausaha. Pendidikan bahkan memberikan kontribusi pendukung paling tinggi, diikuti oleh behavioural factor dan sikap terhadap niat berwirausaha di antara MARA Profesional Colleges. Dukungan melalui pendidikan profesional di perguruan tinggi memberikan jalan keluar yang signifikan untuk mendapatkan pemahaman tentang pengetahuan dan intensi kewirausahaan.

Pendidikan tinggi seharusnya dapat membantu menggali dan mengembangkan kualitas individu (karakteristik) kewirausahaan mahasiswa. Karakteirtik dimaksudkan terkait dengan; keberanian mengambil risiko, percaya diri, berorientasi ke masa depan, berorientasi pada hasil, dan sebagainya. Entreprenurship educational umumnya efektif bagi mahasiswa bisnis, sains dan

teknik. Namun, entrepreneur intentions mahasiswa sains dan teknik terpengaruh secara negatif oleh norma subjektif, bahkan efeknya tidak terlihat di kalangan sampel mahasiswa bisnis (Maresch et al., 2016). Setiap siswa harus belajar kewiraswastaan dan dikaitkan dengan spesialisasi akademis siswa (Nyello et al., 2015). Secara empiris bahwa; pendidikan, pendapatan petani, motivasi ekonomi dan aksesibilitas ke pasar, diidentifikasi sebagai penentu utama perilaku kewirausahaan perempuan di Kabupaten Kangra India (Shyamalie et al., 2009). Peneliti lain juga menemukan bahwa sikap terhadap perilaku, pendidikan kewirausahaan dan sifat kepribadian, memiliki hubungan yang signifikan dengan niat berwirausaha (Wei-Ni, 2012; Darmayanti dan Suasana, 2018). Sementara hasil berbeda ditemukan oleh Nurikasari (2016) yang menyatakan tidak terdapat pengaruh signifikan pendidikan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha. Demikian halnya Zulianto et al., (2013), menyatakan bahwa pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap minat mahasiswa dalam kewirausahaan terbukti positif, namun tidak signifikan.

Kualitas individu dalam penelitian ini diukur dari indek perilaku kewirausahaan (EBI) berdasarkan dimensi karateristik kewirausahaan tersebut. Sugiantari dan Suasana (2016) menemukan bahwa efikasi diri ditemukan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Sedangkan Wibowo dan Suasana (2017) menemukan efikasi diri, pengambilan resiko, dan inovasi berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Mahasiswa dengan EBI yang semakin baik seharusnya memiliki niat berwirausaha yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Jumlah pasti karakteristik kewirausahaan yang dapat dipakai sebagai indikator pengukuran EBI sangat bervariasi. Menurut Wickham (1998), EBI dapat diukur dari 13 karakteristik individu seorang pengusaha sukses. Sedangkan Subrahmanyeswari et al. (2007) menyatakan bahwa, tingkat perilaku kewirausahaan seseorang dapat diukur dengan 15 komponen. Kalau diidentifikasi dari berbagai sumber, maka karakteristik perilaku kewirausahaan tersebut akan lebih dari 60 jenis. Semua orang pasti yakin bahwa tidak akan pernah ada seseorang yang mampu memiliki sikap/watak ideal tersebut secara utuh. Kondisi tersebut sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku dan lembaga pendidikan tinggi, khususnya di bidang pendidikan kewirausahaan.

Perguruan tinggi juga menyadari bahwa dalam menghasilkan lulusan berkualitas membutuhkan

kurikulum pendidikan kewirausahaan yang mengintegrasikan aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik (Santoso, 2013). Pendidikan kewirausahaan yang berhasil seharusnya mampu meningkatkan EBI setiap mahasiswa. Implementasi pendidikan yang dapat meningkatkan EBI di dalam penelitian ini diukur dari dimensi; tujuan pengajaran, silabus, metode pengajaran, sarana penunjang, kapabilitas dosen pengampu, sebagai satu kesatuan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas individu lulusan. Dimensi-dimensi ini diadopsi dan dikembangkan dari penelitian Kadir et al. (2012).

Universitas Udayana (Unud), sebagai universitas negeri terbesar dan terkemuka di Bali, juga tidak luput dari persoalan tersebut. Kuliahabroad.com merilis 10 perguruan tinggi paling keren di Bali, dan Unud memiliki rangking tertinggi yaitu rangking 22 di tingkat nasional (www. kuliahabroad. com, diakses 13 Januari 2017). Unud telah mengembangkan dan menawarkan jasa pendidikan melalui 12 fakultas/ program studi kepada masyarakat Indonesia dan internasional. Salah satu fakultas pavorit di Unud adalah Fakultas Ekonomi dan Bisnnis Universitas Udayana (FEB-Unud). Kondisi tersebut dapat dilihat dari jumlah peminat dan mahasiswa yang dimiliki. Rata-rata jumlah mahasiswa diterima di FEB Unud tiap tahun adalah 450 orang yang tersebar di tiga prodi. FEB-Unud merupakan fakultas pertama di UNUD yang memasang trademark kewirausahaan (entrepreneurship). Trademark tersebut, tidak hanya pada label tetapi juga pada kurikulum pendidikan yang dikembangan. Langkah ini dilakukan untuk menjawab tantangan perkembangan jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi yang dihasilkan. FEB Unud dituntut untuk meningkatkan kualitas lulusan, mengedepankan pemahaman dan softskill mahasiswa dengan menawarkan pendidikan berkualitas.

Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini menarik dilakukan dan diajukan permasalan sebagai berikut: bagaimanakah dampak pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa FEB Unud; bagaimanakah dampak pendidikan kewirausahaan terhadap EBI mahasiswa FEB Unud; bagaimanakah dampak EBI terhadap intensi berwirausaha mahasiswa FEB Unud; bagaimanakah peran EBI sebagai mediator dampak pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa FEB Unud.

Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai

dan budaya yang ada di dalam masyarakat. Pendidikan kewirausahaan merupakan kajian internasional terkini dan terus diteliti serta dikembangkan secara dinamis di seluruh belahan dunia. Pendidikan kewirausahann telah di laksanakan di universitas, sekolah menengah, sekolah dasar hingga ada yang disebut playgroup of entrepreneurship untuk anak-anak. Winardi (2003: 20) menyatakan kewirausahaan (entrepreneurship) bukanlah sifat genetik, melainkan sebuah ketrampilan yang dapat dipelajari. Wirausaha dapat diciptakan melalui upaya-upaya sistem pendidikan yang dapat menstimulasi pola pikir (mindset) orang agar berminat menjadi wirausahawan (Shane et al, 2003). Transmisi kompetensi kewirausahaan terstruktur dan formal melalui pendidikan kewirausahaan. mengacu pada pemberian keterampilan, konsep dan kesadaran mental individu (Alberti et al., 2004). Otuya et al. (2013) menyatakan pendidikan kewirausahaan merupakan usaha terencana dan aplikatif untuk meningkatkan pengetahuan, intensi dan kompetensi peserta didik untuk mengembangkan potensi diri yang diwujudkan dalam perilaku kreatif, inovatif dan berani mengelola resiko. Jadi, pendidikan kewirausahaan menawarkan penghargaan yang menarik tetapi memerlukan ketahanan perilaku yang mengetuk hati dan hal tersebut sering sulit.

Indeks perilaku kewirausahaan atau Entrepreneur Behavior Index (disingkat EBI) adalah ukuran agregat kualitas perilaku atas beberapa komponen atau atribut kewirausahaan (Shyamalie et al., 2009). Kualitas perilaku tersebut dapat diukur dengan indeks yang dikenal dengan istilah entrepreneurial behavior index (Balasaravanan dan Vijayadurai, 2012). Orang pertama yang dimotivasi adalah kualitas dirinya dan harus diatasi sendiri. Hal ini memang sulit, dan mustahil untuk dapat memotivasi orang lain, jika tidak mampu motivasi diri sendiri. Kegagalan dan keberhasilan harus berkecamuk dengan respon perilaku yang positif. EBI seseorang pada umumnya diukur berdasarkan atas atribut-atribut dari karakteristik kewirausahaan individu. Wickham (1998) menyebutkan terdapat 13 atribut perilaku wirausaha sukses, yaitu; kerja keras, mulai dari diri sendiri, menetapkan tujuan pribadi, daya tahan, percaya diri, terbuka terhadap ide-ide baru, ketegasan, pencari informasi, bersemangat untuk belajar, tidak pernah puas, menerima perubahan, komitmen kepada orang lain dan rasa nyaman dengan kekuasaan. Studi empiris tentang perilaku wirausaha petani sayuran secara operasional didefinisikan sebagai hasil kumulatif dari sepuluh

komponen / atribut, yaitu; pengambilan risiko, harapan keberhasilan, persusabilitas, pengelolaan, kepercayaan diri, pengetahuan, ketekunan, penggunaan umpan balik, inovasi, dan motivasi berprestasi (Wankhade et al., 2013). Sedangkan Subrahmanyeswari et al. (2007) menyatakan bahwa tingkat perilaku kewirausahaan seseorang dapat diukur dengan 15 komponen. Komponen-komponen tersebut yaitu: innovativeness, risk orientation, decision making ability, achievement motivation, information seeking behavior, knowledge of the enterprise, utilization of assistance, cosmopolitness, market orientation, result orientedness, managerial assistance, ability to coordinate activities, leadership ability, self confidence, dan scientific orientation.

Niat telah didefinisikan dalam TRA / TPB sebagai sejumlah usaha yang ingin dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan (Ajzen, 1991). Komite Committee on Communication for Behavior Change in the 21 st Century (2002) menyatakan bahwa niat perilaku (BI) didefinisikan sebagai kemungkinan yang dirasakan seseorang atau kemungkinan subyektif bahwa orang tersebut akan terlibat dalam perilaku tertentu (CHIRr , 2007). Wei-Ni et al. (2012) mengusulkan bahwa niat kewirausahaan mengacu pada keadaan pikiran individu yang bertujuan menciptakan usaha baru, mengembangkan konsep bisnis baru atau menciptakan nilai baru di dalam perusahaan yang sudah ada. Seseorang dengan intensi berwirausaha akan lebih memiliki kesiapan dan kemajuan dalam menentukan perilakunya. Manifestasi dari hal tersebut ditunjukkan dalam kemauan yang keras untuk memilih karir wirausaha sebagai pilihan pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk mewujudkannya. Nursito dan Nugroho (2013) juga mengatakan bahwa, intensi berwirausaha adalah faktor subyektif individu yang nampak dalam bentuk suatu keinginan yang kuat untuk menjadi seorang wirausahawan. Menurut Hattab (2014), niat berwirausaha dapat didefinisikan sebagai keadaan pikiran yang mengarahkan dan membimbing setiap individu terhadap perkembangan dan pengimplementasian dalam konsep bisnis baru. Sedangkan Choo dan Wong (2006), menyebutkan hasil pengukuran intensi kewirausahaan dapat memprediksi individu mana saja yang berpotensi menjadi seorang wirausahawan.

Kerangka konsep yang dikembangkan untuk mengukur hasil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


Gambar 1: Kerangka Konsep Penelitian Sumber : Kajian Penelitian Sebelumnya

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian menggunakan model kuantitatif (Creswell, 2010:5), dan dianalisis secara multivariate dengan aplikasi model persamaan struktural atau SEM (structural equation modeling) berbasis AMOS. Responden penelitian adalah semua mahasiswa FEB Unud yang telah lulus mata kuliah kewirausahaan dalam tiga semester terakhir (semester ganjil 2016–ganjil 2017). Jumlah populasi mahasiswa pada periode tersebut adalah kurang lebih 890 orang (FEB Unud, 2018). Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, dimana tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama karena harus memenuhi kriteria yang ditetapkan peneliti. Kriteria tersebut adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Udayana yang telah lulus mata kuliah kewirausahaan dalam tiga semesrter terakhir. Ukuran sampel ditetapkan atas dasar jumlah indikator penelitian, dan jumlah sampel yang dianggap representatif sebanyak 5-10x jumlah indikator (Malhotra, 1993). Jumlah indikator penelitian sebanyak 20 unit, jadi kisaran ukuran sampel adalah 100 – 200 unit, kemudian pada penelitian ini ditetapkan 200 sampling unit yang tersebar secara proporsional pada tiga program studi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner terdiri dari 20 pernyataan yang telah disiapkan terkait dengan variabel-variabel penelitian (Sekaran, 2011:82).

Variabel-variabel yang diidentifikasi untuk mengukur penelitian adalah: 1) Variabel eksogen (exogenous variable) adalah pendidikan kewirausahaan (X) dan dibentuk oleh lima indikator pengukuran, yaitu; tujuan pengajaran (X1), kurikulum (X2), metode pengajaran (X3), dosen pengampu (X4), sarana pendukung (X5) (dikembangkan dari Darmayanti dan Suasana, 2018). 2) Variabel endogen (endogenous variable) yaitu: a) EBI (Y1) terdiri atas; tidak pernah puas (Y1.1), locus of

control (Y1.2), keberanian mengambil risiko (Y1.3), kerja keras (Y1.4), menetapkan tujuan pribadi (Y1.5), percaya diri (Y1.6), terbuka terhadap ide-ide baru (Y1.7), ketegasan (Y1.8), pencari informasi (Y1.9), bersemangat untuk belajar (Y1.10) (dikembangkan dari Wickham, 1998). b) Intensi berwirausaha (Y2) dibentuk dari lima indikator; Memilih menjadi pengusaha (Y2.1), tujuan profesional (Y2.2), tekad untuk menciptakan usaha (Y2.3), berusaha mengelola usaha sendiri (Y2.4), serius memulai usaha (Y2.5) (dikembangkan dari Wei-Ni et al., 2012).

Hasil uji validitas instrument menggambarkan bahwa semua indikator pembentuk variable (X, Y1 dan Y2) tersebut dinilai valid sebagai alat uji penelitian karena menghasilkan koefisien pearson correlation (r) > 0,30 (Sugiyono, 2013:178). Koefisien korelasi (r) terendah untuk; pendidikan kewirausahaan (X1-5) adalah 0,736, EBI (Y1.1-1.10) adalah 0,732, dan niat berwirausaha (Y2.1-2.5) adalah 0,884. penelitian menunjukkan “r” lebih dari 0,30 (r>0,30), pada level 0,01 dan n=30. Uji reliabilitas instrument diukur dengan formula Cronbach’s Alpha (á) dan suatu variabel dikatakan reliabel apabila menghasilkan nilai á > 0,60 (Nunnally dalam Ghozali, 2013:48). Hasil uji reliabilitas menggambarkan bahwa semua indikator pembentuk variabel (X, Y1 dan Y2) penelitian menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha (á) > 0,60 (X = 0,884, Y1 = 0,942, dan Y2 = 0,939) pada n=30. Artinya variabel di dalam kuesioner tersebut dinilai reliabel sebagai alat uji penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis deskripsi variabel berdasarkan atas persepsi responden pada masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut. Implemantasi proses pembelajaran kewirausahaan yang dilaksanakan oleh FEB-Unud, secara keseluruhan dipersepsikan pada kategori baik dengan rata-rata skor 3,82. Artinya, secara keseluruhan pembelajaran kewirausahaan pada

mahasiswa di FEB-Unud telah berjalan sesuai dengan harapan atau memuaskan. Variabel EBI diukur dengan indikator-indikator karakteristik kewirausahaan menggambarkan sikap mental kewirausahaan mahasiswa pasca lulus mata kuliah kewirausahaan. Skor rata-rata yang dicapai setiap indikator menunjukkan indek perilaku kewirausahaan mahasiswa. Hasil perhitungan diperoleh angka skor rata-rata 4,02 berada pada kategori penilaian tinggi. Dalam artian, indek perilaku kewirausahaan mahasiswa FEB-Unud pasca lulus mata kuliah kewirausahaan adalah relatif baik/tinggi. Sikap mental selalu berusaha mendapatkan informasi dari berbagai sumber yang relevan, selalu menerima kesempatan belajar untuk meningkatkan keterampilan diri, dan merasa tidak pernah puas dengan sesuatu, sehingga selalu mengejar setiap peluang baru yang ada dapat tumbuh setelah mendapatkan pendidikan kewirausahan. Intensi atau niat berwirausaha mahasiswa FEB-Unud mencerminkan harapan terhadap pilihan karir di masa depan pasca lulus atau menjadi sarjana. Hasil menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap niat berwirausaha setelah tamat dikategorikan kuat,

dengan skor rata-rata 3,96. Artinya bahwa niat mahasiswa sejak awal cenderung lebih memilih menjadi pengusaha ketimbang menjadi PNS atau pegawai di perusahaan setelah tamat dari FEB Unud.

Pengujian kecocokan model pengukuran menggunakan pendekatan confirmatory faktor analysis (CFA), untuk menguji suatu konstruk mempunyai unidimensionalitas dapat mengkonfirmasikan sebuah konstruk atau variabel laten (Ferdinand, 2002). Kesimpulan uji kecocokan model pengukuran yang dibangun didasarkan atas cut off value dari goodness of fit (GoF) index dibandingkan dengan indeks kesesuaian model yang dihasilkan dalam pengujian. Berdasarkan hasil estimasi statistik model pengukuran, semua indikator yang dipergunakan untuk mendefinisikan variabel laten (konstruk) telah dinyatakan fit. Kemudian, estimasi dilanjutkan pada model persamaan structural dengan teknik full model analysis. Estimasi ini ditujukan untuk menguji kesesuaian model dan hubungan kausalitas yang terjadi antar konstruk pada suatu hubungan yang berjenjang.

UJI KETEPATAN MODEL

Probability =.103

Chi Square =190.434

CMIN/DF =1.140

GFI =.915

TLI =.987

CFI =.989

RMSEA =.027

AGFI =.893

.68

y2.1

y2.2

Niat

e4

y2.4

y2.5

y1.1

Pendidikan

KWU

x4

70


Gambar 2: Model Pendidikan Kewirausahaan bagi Niat Berwirausaha Mahasiswa

Hasil estimasi model struktural pada Gambar 2 dan Tabel 1 mengisyaratkan bahwa model tersebut dapat dinyatakan sesuai dengan data atau fit dan dapat diterima sebagai model penelitian. Hasil perhitungan membuktikan bahwa tingkat signifikansi probability x2 sebesar 0,103 (0,05), mengisyaratkan model tersebut sebagai suatu

persamaan struktural yang baik (good fit). Hal tersebut juga terbukti dari indeks pengukuran GFI, CMIN/DF, TLI, CFI dan RMSEA berada dalam rentang Cut-off Value yang diharapkan meskipun AGFI diterima secara marginal (berkisar antara 0,80-0,90).

Tabel 1 Goodness of Fit Index Full Model

Goodness of Fit Index

Cut-off Value

Hasil

Model

Keterangan

χ2 (Chi-square)

Diharapkan nilai kecil

190.43

Good fit

Signifincance

Probability χ2

≥ 0,05

0.103

Good fit

GFI

≥ 0,90

0.915

Good fit

CMIN/ DF

≤ 2,00

1.140

Good fit

TLI

≥ 0,95

0,987

Good fit

CFI

≥ 0,95

0,989

Good fit

RMSEA

≤ 0,08

0,027

Good fit

AGFI

≥ 0,90

0,893

Marginal

Sumber: Hasil Uji Statistik

Berdasarkan hasil estimasi standardized regressions weights pada Tabel 2 menunjukkan ringkasan hasil seperti Tabel 2.

Tabel 2. Estimasi Regression Weights Model

Estima te

S.E.

Estimate Standardi ze

C.R.

P

Niat

<---

Pendidikan KWU

0.171

0.073

0,156

2.357

0.018

EBI

<---

Pendidikan KWU

0.194

0.055

0,285

3.528

0,000

Niat

<---

EBI

0.956

0.134

0,594

7.137

0,000

Sumber: Hasil Uji Statistik

Hasil estimasi menggambarkan koefisien jalur pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha adalah sebesar 0,156 dengan probabilitas signifikasi (P) = 0,018. Berarti, terdapat dampak atau pengaruh signifikan pendidikan kewirausahaan terhadap niat

berwirausaha. Variabel pendidikan kewirausahaan juga berdampak signifikan terhadap EBI sebesar 0,285 dengan probabilitas signifikansi (P) = 0,00. Demikian halnya dengan variabel EBI berdampak signifikan terhadap niat berwirausaha sebesar 0,594 dengan probabilitas (P) = 0,00.

Tabel 3. Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Total Pendidikan Kewirausahaan, EBI dan Niat Berwirausaha

Tipe

Konstruk

Standardized

Pengaruh

Estimates

Pendidikan KWU → Niat (p1)

0,156

Pendidikan KWU → EBI (p2)

0,285

Langsung

EBI → Niat (p3)

0,594

Tidak

Langsung

Pendidikan KWU → EBI → Niat (p2xp3)

0,169

Total

Pendidikan KWU Niat (p1) + (p2xp3)

0,325

Sumber: Hasil Uji Statistik

Signifikansi dampak tidak langsung mensyaratkan bahwa dampak langsung antar konstruk penelitian (pendidikan kewirausahaan terhadap EBI, dan EBI terhadap niat berwirausaha) harus signifikan. Berdasarkan hasil uji pada kedua koefisien jalur tersebut didapat kesimpulan bahwa pendidikan kewirausahaan (X) berdampak tidak langsung dan signifikan terhadap niat berwirausaha

(Y2) melalui EBI (Y1), karena kedua koefisien jalur teruji signifikan. Estimasi dampak tidak langsung antara pendidikan kewirausahaan dan niat berwirausaha melalui EBI adalah signifikan, dengan coefficient standardized sebesar 0,169.

Estimasi nilai total dampak variabel pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha (Tabel 4. 12) menghasilkan coefficient standardized

sebesar 0,325 dan signifikan pada α = 0,05. Artinya bahwa kontribusi pendidikan kewirausahaan terhadap peningkatan niat berwirausaha melalui EBI sebesar 32,5 persen dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak masuk dalam model.

Berdasarkan hasil uji pada penjelasan sebelumnya dikemukakan bahwa pendidikan kewirausahaan secara signifikan berdampak pada niat berwirausaha mahasiswa FEB-Unud. Hal ini menunjukkan bahwa; tujuan pengajaran yang ditetapkan, kurikulum yang dikembangkan, metode pengajaran yang diterapkan, dosen pengampu mata kuliah, dan sarana pendukung perkuliahan telah dirasakan mampu memberikan dampak positif bagi lulusannya. Dampak positif dimaksud terkait dengan niat lulusan FEB-Unud untuk memilih berwirausaha. Semakin baik pelaksanaan pendidikan kewirausahaan yang diterapkan di FEB-Unud, maka akan semakin tinggi niat lulusan untuk menggeluti profesi berwirausaha sebagai salah satu pilihan karir.

Analisis deskriptif memberikan sinyal bahwa secara keseluruhan, proses pembelajaran kewirausahaan di FEB-Unud dipersepsikan pada kategori baik (memuaskan). Artinya bahwa, secara keseluruhan pembelajaran kewirausahaan pada mahasiswa di FEB-Unud dipersepsikan telah berjalan sesuai dengan harapan atau memuaskan. Indikator “tujuan pendidikan kewirausahaan di FEB-Unud sesuai dengan harapan” dipersepsikan pada skor tertinggi. Berarti, output seperti apa yang dinginkan oleh FEB-Unud juga menjadi harapan mahasiswa. Hasil penelitian tersebut juga diperkuat oleh karakteristik individu responden, dimana sebagian besar (67 persen) hobi mahasiswa terkait dengan keterampilan dan sebagian besar (34 persen) mahasiswa berasal dari keluarga pengusaha.

Temuan ini mendukung hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh; Davidsson (1995), Shyamalie et al., (2009), Kadir et al. (2012), Wei-Ni (2012), Nyello et al. (2015), Maresch et al. (2016), Sugiantari dan Suasana (2016), dan Darmayanti dan Suasana (2018) yang menunjukkan bahwa sebagian besar niat berwirausaha ditentukan oleh keyakinan individu dan pendidikan, dan bahkan pendidikan memberikan kontribusi pendukung paling tinggi, diikuti oleh behavioural factor dan sikap terhadap niat berwirausaha. Hasil ini juga didukung oleh teori dari Winardi (2003:20) menyatakan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) bukanlah sifat genetik, melainkan sebuah keterampilan yang dapat dipelajari. Wirausaha dapat diciptakan melalui upaya-upaya sistem pendidikan yang dapat menstimulasi pola pikir (mindset) orang agar berminat menjadi

wirausahawan (Shane et al., (2003), Alberti et al., (2004), Hendro (2011:17), dan Otuya et al (2013).

Hasil analisis menggambarkan bahwa pendidikan kewirausahaan secara signifikan berdampak terhadap indeks perilaku kewirausahaan (EBI) mahasiswa FEB-Unud. Hal ini menunjukkan bahwa atribut; rasa tidak pernah puas, internal locus of control, keberanian mengambil risiko, sanggup kerja keras, mampu menetapkan tujuan pribadi, rasa percaya diri, selalu terbuka terhadap ide-ide baru, sikap ketegasan, selalu mencari informasi, dan bersemangat untuk terus belajar pada mahasiswa FEB-Unud, terbukti dapat ditingkatkan secara signifikan dengan pendidikan kewirausahaan. Artinya bahwa semakin baik pelaksanaan pendidikan kewirausahaan di FEB-Unud, maka indeks atas atribut-atribut perilaku kewirausahaan lulusan tersebut akan semakin meningkat. Namun perlu disadari bahwa, kualitas perilaku setiap mahasiswa tidak akan bisa digenalisir mengingat latar belakang individu yang bervariasi.

Berdasarkan kajian diskriptif dapat dijelaskan bahwa kualitas pendidikan kewirausahaan mampu mendorong indek atas atribut perilaku kewirausahaan mahasiswa FEB-Unud pasca lulus. Secara lebih detail juga dapat digambarkan atribut-atribut pendidikan kewirausahaan secara signifikan mampu membentuk karakter individu mahasiswa. Hasil ini mencerminkan bahwa pendidikan kewirausahaan di FEB-Unud, mampu memotivasi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas dirinya secara proaktif. Hasil penelitian tersebut juga tidak lepas dari peran latar belakang individu responden, seperti telah dijelaskan sebelumnya.

Temuan ini sejalan dengan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh; Shyamalie at al. (2009) yang menyatakan bahwa pendidikan, pendapatan petani, motivasi ekonomi dan aksesibilitas ke pasar, diidentifikasi sebagai penentu utama perilaku kewirausahaan. Sebada dengan hasil tersebutm juga ditemukan; Sugiantari dan Suasana (2016), Maresch et al. (2016), Wibowo dan Suasana (2017). Hasil ini juga didukung oleh teori Wibowo (2011:76), menyebutkan bahwa menanamkan mental kewirausahaan kepada para mahasiswa di kampus, dapat ditempuh dengan mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan kedalam kurikulum. Setiap siswa harus belajar kewiraswastaan dan dikaitkan dengan spesialisasi akademis siswa (Nyello et al., 2015). Demikian halnya dengan pandangan; Wickham (1998), Subrahmanyeswari et al. (2007), Shyamalie et al. (2009), Balasaravanan dan Vijayadurai (2012), Kadir et al. (2012), Wankhade et al. (2013).

Dijelaskan sebelumnya bahwa indeks perilaku kewirausahaan (EBI) secara signifikan berdampak pada niat berwirausaha mahasiswa FEB-Unud. Hal ini menunjukkan bahwa atribut; rasa tidak pernah puas, internal locus of control, keberanian mengambil risiko, sanggup kerja keras, mampu menetapkan tujuan pribadi, rasa percaya diri, selalu terbuka terhadap ide-ide baru, sikap ketegasan, selalu mencari informasi, dan bersemangat untuk terus belajar pada mahasiswa FEB-Unud, mampu meningkatkan niat berwirausaha. Artinya bahwa semakin tinggi EBI, maka niat berwirausaha lulusan akan semakin tinggi.

Berdasarkan kajian diskriptif dapat dijelaskan bahwa indek atas atribut perilaku kewirausahaan mahasiswa FEB-Unud pasca lulus mata kuliah kewirausahaan berada pada baik/tinggi. Secara lebih detail juga dapat digambarkan bahwa terdapat tiga indeks perilaku kewirausahaan mahasiswa tertinggi, yaitu; selalu berusaha mendapatkan informasi dari berbagai sumber yang relevan, selalu menerima kesempatan belajar untuk meningkatkan keterampilan diri, dan merasa tidak pernah puas dengan sesuatu, sehingga selalu mengejar setiap peluang baru yang ada. Hasil ini mencerminkan bahwa atribut-atribut tersebut, mampu memotivasi mahasiswa untuk mandiri dan lebih rasional dalam miniti pilihan karir. Sebab, kalau dilihat dari persepsi terhadap niat berwirausaha, kebanyakan mahasiswa sejak awal memilih menjadi pengusaha ketimbang menjadi PNS atau pegawai di perusahaan, setelah tamat dari FEB-Unud. Hal ini identik dengan latar belakang individu (keluarga pengusaha) seperti telah dijelaskan sebelumnya.

Temuan ini sejalan dengan hasil-hasil penelitian yang menyebutkan bahwa sebagian besar niat berwirausaha ditentukan oleh keyakinan individu, dan pengalaman pribadi, keyakinan individu dapat dibentuk melalui pendidikan. Sikap dapat menunjukkan perubahan kecil tapi signifikan terhadap niat dan tingkah laku (Byabashaija et al, 2010). Hal senada juga diungkapkan oleh; Guerrero et al. (2006), Wang et al. (2011), Kadir et al. (2012). Hasil ini juga didukung oleh teori Winardi (2003) bahwa niat adalah kecenderungan spesifik individu untuk melakukan suatu tindakan atau serangkaian tindakan, hal ini adalah hasil dari pikiran sadar yang mengarahkan ke perilaku. Wibowo (2011:76), menyebutkan bahwa menanamkan mental kewirausahaan kepada para mahasiswa di kampus, dapat ditempuh dengan mengemas aktivitas ekstrakurikuler mahasiswa secara sistemik dan diarahkan untuk membangun motivasi dan sikap

mental wirausaha. Demikian halnya dengan pandangan; Wickham (1998), Subrahmanyeswari et al. (2007).

Berdasarkan hasil uji hipotesis dampak langsung, tidak langsung dan total pada bagian sebelumnya, ditemukan bahwa faktor EBI secara signifikan merupakan variabel mediasi atas dampak pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha. Estimasi dampak tidak langsung antara pendidikan kewirausahaan dan niat berwirausaha melalui EBI adalah signifikan (p<0,05), dengan coefficient standardized sebesar 0,169. Estimasi dampak variabel pendidikan kewirausahaan dan variabel niat berwirausaha masih signifikan, jika dihadapkan pada variabel EBI. Sehingga, dapat dikatakan bahwa dampak variabel-variabel tersebut sebagian dimediasi (dimediasi secara parsial). Atau, EBI berperan sebagai mediasi parsial atas dampak pendidikan kewirausahaan terhadap variabel niat berwirausaha. Artinya bahwa menumbuhkan dan mengembangkan niat berwirausaha lulusan perguruan tinggi, dapat dilakukan melalui pengembangan kurikulum pendidikan kewirausahaan. dan pendidikan tersebut tidak sepenuhnya harus dibebani dengan peningkatan nilai-nilai karakter individu (EBI).

Langkah selanjutnya adalah menginterpresentasikan hasil uji dampak tidak langsung pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha melalui EBI. Dampak pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha melalui EBI dapat dilihat dari total effect yang timbul diantara variabel tersebut. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa EBI dapat dijadikan sebagai variabel intervening positif antara pendidikan kewirausahaan dan niat berwirausaha, dengan nilai total effect sebesar 0.325. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa atribut-atribut dalam EBI juga merupakan variabel yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian FEB-Unud sebagai institusi pendidikan tinggi. Indikator-indikator pembentuk EBI merupakan satu set karakter kewirausahaan individu yang dapat dibangun dan dikembangkan untuk pembentukan karakter (soft skill) lulusan melalui pendidikan, sejalan dengan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN), Tahun 2011. Jadi, perguruang tinggi tidak hanya sekedar mencetak job seeker, tetapi mencetak para entrepreneur muda yang berbekal skill, knowledge, concept, dan strategy.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Zulianto et al. (2013), menyatakan bahwa pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap minat mahasiswa dalam kewirausahaan terbukti positif. Davidsson (1995) tantangan bagi sekolah bisnis

adalah menciptakan efek inspirasi agar berinteraksi dengan pertumbuhan keyakinan yang disediakan melalui pendidikan. Hasil penelitian serupa dari Kadir et al. (2012) menemukan bahwa pendidikan memberikan kontribusi tertinggi, diikuti oleh behavioural factor dan sikap terhadap niat berwirausaha. Peneliti-peneliti lain; Guerrero et al., (2006), Uddin dan Bose (2012), Wei-Ni, 2012; Sugiantari dan Suasana, 2016; Putri, 2017; Darmayanti dan Suasana, 2018) juga mendapatkan hasil yang hampir sama. Hasil penelitian juga didukung teori Sutrisno (2003: 3) yang menyatakan pendidikan kewirausahaan merupakan proses pendidikan yang berorientasi pada pembentukan jiwa kewirausahaan. Nyello et al. (2015), setiap siswa harus belajar kewiraswastaan dan dikaitkan dengan spesialisasi akademis siswa. Juga dari teori-teori lain; Ajzen (1991), Wickham (1998), (Alberti et al., 2004), Subrahmanyeswari et al., (2007), Shyamalie et al. (2009), Balasaravanan dan Vijayadurai, (2012), Santoso (2013). Akhirnya Choo dan Wong (2006) juga menyebutkan intensi kewirausahaan dapat memprediksi individu mana yang berpotensi menjadi wirausahawan.

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil pembahasan menemukan beberapa simpulan dan saran. Pendidikan kewirausahaan berdampak signifikan terhadap niat berwirausaha. Semakin baik pelaksanaan pendidikan kewirausahaan yang diterapkan di FEB-Unud, maka akan semakin tinggi niat lulusan untuk menggeluti profesi berwirausaha sebagai salah satu pilihan karir. Pendidikan kewirausahaan berdampak signifikan terhadap EBI. Artinya, semakin baik pelaksanaan pendidikan kewirausahaan di FEB-Unud, maka indeks atas atribut-atribut perilaku kewirausahaan lulusan tersebut akan semakin meningkat. EBI berdampak signifikan terhadap niat berwirausaha. Artinya bahwa, semakin tinggi EBI, maka niat berwirausaha lulusan akan semakin tinggi. EBI berperan signifikan memediasi secara parsial dampak pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha. Artinya bahwa, menumbuhkan dan mengembangkan niat berwirausaha lulusan perguruan tinggi, dapat dilakukan melalui pengembangan kurikulum pendidikan kewirausahaan, namun pendidikan tersebut tidak sepenuhnya harus dibebani dengan peningkatan nilai-nilai karakter individu (EBI).

Pendidikan kewirausahaan merupakan antecedent yang baik bagi revolusi sikap mental kewirausahaan, untuk menumbuhkan minat

berwirausaha dikalangan mahasiswa. Berkenaan dengan hal tersebut, maka para pelaksana pendidikan tinggi terutama FEB-Unud, sebaiknya secara konsisten memonitor, mengevaluasi, dan revisi pelaksanaan proses belajar mengajar agar tidak keluar dari rel tujuan. Muatan kurikulum mungkin bisa dikembangkan secara berkala sesuai dengan kemajuan iptek tanpa harus keluar dan atau menunggu kebijakan pusat. Motivasi terhadap pengembangan kapabilitas dan profesionalitas dosen pengampu terutama dalam penelitian dan pengabdian yang relevan untuk diimplentasikan dalam pendidikan kewirausahaan. Pengkayaan metode pengajaran kewirausahaan yang berbasis iptek. Menyiapkan lebih lengkap dan update sarana dan prasarana penunjang pendidikan secara umum.

REFERENSI

Ajzen, I. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes 50, Academic Press, Inc. University of Massachusetts at Amherst, p.179-211

Alberti, F; S. Sciascia dan A. Poli. 2004. Entrepreneurship Education: Notes on an Ongoing Debate. Disampaikan pada Proceedings of the 14th Annual International Entrepreneurship Conference, University of Nopoli, Federico II, Italy

Balasaravanan, K dan J. Vijayadurai, Entrepreneurial Behavior among Farmers: An empirical Study. IJEMR – January 2012, Vol 2 Issue 1

BPS Nasional. 2016. Data Statistik Nasional. diakses tanggal 13 Februari 2018

Byabashaija, W; I. Kartono dan R. Isabalija, 2010. The Impact of College Entrepreneurial Education on Entrepreneurial Attitudes and Intention to Start a Business in Uganda. Paper submitted to Entrepreneurship in Africa Conference, April 1 – 3, Syracuse, NY

Choo, S dan M. Wong, 2006. “Entrepreneurial intention: triggers and barriers to new venture creations in Singapore”. Singapore Management Review 28 (2): 47-64.

CHIRr (Consumer health informatics research resource), 2007. Behavioral Intention.. https:// chirr.nlm.nih.gov/behavioral-intention.php, disakses tanggal 16/2/2018, 23.08 wita

Creswell, J. W. (2010). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar

Darmayanti, P.A.D dan IGAKG. Suasana. 2018. Membangun Intensi Berwirausaha Melalui Pendidikan Kewirausahaan, Efikasi Diri dan

Kebutuhan Berprestasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 2, 2018: h.933-963

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 2018. Data Jumlah Mahasiswa pada periode semester ganjil 2016–ganjil 2017.

Ferdinand. 2002. Metode Penelitian Manajemen : Pedoman penelitian untuk Skripsi, Tesis, dan Desertasi Ilmu Manajemen, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Guerrero, M; J. Rialp dan D. Urbano. 2006. The impact of desirability and feasibility on entrepreneurial intentions: A structural equation model. Int Entrep Manag J (2008) 4: pp.35– 50

Hattab, H.W. 2014. Impact of Entrepreneurship Education on Entrepreneurial Intention of University Students in Egypt, The Journal of Entrepreneurship 23 (1), pp: 1-18

Hendro, 2011. Dasar - Dasar Kewirausahaan, Erlangga, Jakarta.

Indarti, N. dan R. Rostiani. 2008. Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia. The best paper award CFP JEBI 2008. Jurnal Ekonomika dan Bisnis Indonesia, Vol. 23, No. 4: h.1-27

Kadir, M.B.A; M. Salim dan H. Kamarudin. 2012. The Relationship Between Educational Support And Entrepreneurial Intentions in Malaysian Higher Learning Institution. Procedia - Social and Behavioral Sciences 69: pp.2164 – 2173

Kementrian Koperasi dan UKM (Kemenkop & UKM) Negara Republik Indonesia. 2011. Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). www.kopagi. com, diakses 20 Pebruari 2017)

Kirby, D.A., 2005. Entrepreneurship Education: Can Business Schools Meet the Challenge?, International Council for Small Business 47th, World Conference San Juan, Puerto Rico, icsb 2002-079

Krueger, N.F.JR. and A.L. Carsrud, 1993. Entrepreneurial intentions: Applying the theory of planned behavior, Entrepreneurship & Regional Development, 5 (1993), pp.315-330

Malhotra Naresh K, 1993. Marketing Research and Applied Orientation. USA: Prentice Hall International.

Maresch, D; R. Harms, N. Kailer dan B. W. Wurm, 2016. The impact of entrepreneurship education on the entrepreneurial intention of students in science and engineering versus business studies

university programs. Technological Forecasting & Social Change, 104: pp. 172–179

Nyello, R; N. Kalufya, C. Rengua, M.J. Nsolezi dan C. Ngirwa. 2015. Effect of Entrepreneurship Education on the Entrepreneurial Behaviour: The Case of Graduates in the Higher Learning Institutions in Tanzania. Asian Journal of Business Management 7(2): 37-42

Nurikasari, F. 2016. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan, Kreativitas, dan Motivasi Berwirausaha terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Kanjuruhan Malang. …….

Nursito, S. dan J.S.N. Arif. 2013. Analisis Pengaruh Interaksi Pengetahuan Kewirausahaan dan Efikasi Diri terhadap Intensi Kewirausahaan, Kiat Bisnis 5 (2), pp: 148-158

Otuya, R; P. Kibas, J. Otuya, 2013. A Proposed Approach for Teaching Entrepreneurship Education in Kenya, Journal of Education and Practice, Vol.4, No.8, pp.204-210

Santoso, D. 2013. Modul Pembelajaran Kewirausahaan. Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Ditjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Schweb, K.; Xavier Sala-i-Martín and Richard Samans, 2017. The Global Compeititiveness Report 2017-2018, World Economic Forum (WEF). Geneva, ix

Sekaran, U. 2007. Research Methods for Business (Metode Penelitian Untuk Bisnis), Edisi 4, Jilid 1 & 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Shane, S; E. Locke and C.J. Collins. 2003. Entrepreneurial motivation. Human Resource Management Review, 13(2), 257-279

Shyamalie, H.W.; A.S. Saini and D.R. Thark, 2009. Entrepreneurial Behaviour of Rural Farm Women in Tea Growing Locations in Sri Lanka and India S. L. J. Tea Sci. 74(2): pp.74 – 84

Subrahmanyeswari, B; K.V. Reddy and B.S. Rao. 2007. Entrepreneurial Behavior of Rural Women Farmers in Dairying: A Multidimensional Analysis, Livestock Research for Rural Development, Vol. 1 9 (1), from http:// www.lrrd.org/lrrd19/1/subr19015.htm.

Sugiantari, N.W.A. dan IGAKG, Suasana. 2016. Kajian Empiris Penentu Niat Berwirausaha Pada Mahasiswa. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 6, 2016: h.3364-3391

Sutrisno, J., 2003. Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan Sejak Usia Dini.

Diakses dari www.physicsmaster.orgfree. com. pada tanggal 15/02/2018.

Wang, W; W. Lu dan J.K Millington. 2011 . Determinants of Entrepreneurial Intention among College Students in China and USA. Journal of Global Entrepreneurship Research, Winter & Spring, Vol.1, No.1, pp.35-44

Wankhade, R.P; M.A. Sagane dan D.M. Mankar. 2013. Entrepreneurial Behaviour of Vegetable Growers. Agric. Sci. Digest., 33 (2): pp.85 - 91

Wei-Ni, L; L.B. Ping, L.L. Ying, Ng-H. Sern, dan W.J. Lih, 2012. Entrepreneurial Intention: A Study among Students of Higher Learning Institution. A research project submitted in partial fulfillment of the requirement for the degree of Bachelor of Business Administration (Hons), Universiti Tunku Abdul Rahman (UTAR), Faculty of Business and Finance Department of Business

Wibowo, Agus (2011). Pendidikan Kewirausahaan (Konsep dan Strategi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar (76)

Wibowo, A.C. dan IGAKG. Suasana. 2017. Pengaruh Efikasi Diri, Pengambilan Risiko, dan Inovasi terhadap Niat Berwirausaha Mahasiswa Feb. Universitas Udayana. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 10: h.5693-5719

Wickham, P.A. 2006. Strategic Entrepreneurship, 4th edition, Prentice Hall, London, p. 28-32

Winardi, J. 2003. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta: Prenada Media.

Zulianto, M; S. Santoso dan H. Sawiji. 2014. Pengaruh Efikasi Diri dan Pendidikan Kewirausahaan terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Pendidikan Tata Niaga Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Jurnal Pendidikan Insan Mandiri, Vol.3 No.1 (2014): h.59-72

……………….10 perguruan tinggi paling keren di Bali. www.kuliahabroad.com/p/inilah.html, diakses 13 Januari 2018