Journal of Marine and Aquatic Sciences 6(1), 90-99 (2020)

Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove Berdasarkan Karakteristik Substrat di Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali

Ni Kadek Dian Prinasti a*, I Gusti Bagus Sila Dharma a, Yulianto Suteja a

a Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Kampus UNUD Bukit Jimbaran, Bali 80361, Indonesia

* Penulis koresponden. Tel.: +62-857-397-57350

Alamat e-mail: dianprinasti@gmail.com

Diterima (received) 25 April 2018; disetujui (accepted) 10 September 2020; tersedia secara online (available online) 16 September 2020

Abstract

Mangrove is a typical type of vegetation found in tropical beach areas. Mangrove forests as one of the potential natural resource that is utilized by the community. Excessive utilization of mangrove forest and not offset by rehabilitation will lead to a decrease in mangrove area which causes reduced mangrove function in the ecosystem. One of the factors affecting mangrove growth is soil or substrate. In general, mangrove forest areas are present throughout the Indonesian coast and are grown in locations that are still influenced by tidal activity. The largest mangrove forest destruction in Bali occurred in the area of Tahura Ngurah Rai, which is 253.4 hectares of total area of 1,373.5 hectares. The purpose of this research is to know the structure of the mangrove community based on the characteristics of the substrate at Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali. Data collection using line transect method and analyzed quantitatively by using INP analysis. From five research stations, nine mangrove species are found, including Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorhiza, Bruguiera sexangula, Xylocarpus granatum, Avicennia lanata, Avicennia officinalis and Aegiceras floridium. The substrate component in TAHURA is dominated by sand followed by clay and mud. Species Sonneratia alba and Rhizophora apiculata are found in all types of substrates, Rhizophora mucronata species found in two substrate types, sandy loam substrates and sandy clay, but some species are found only in one type of substrate such as Xylocarpus granatum, Avicennia lanata, Avicennia officinalis, Bruguiera gymnorhiza and Bruguiera sexangular.

Keywords: community structure; mangrove; TAHURA Ngurah Rai Bali; substatre

Abstrak

Mangrove adalah tipe vegetasi yang terdapat di daerah pantai tropis. Hutan mangrove sebagai salah satu sumberdaya alam yang potensial yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Pemanfaatan hutan mangrove yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan rehabilisasi akan menyebabkan penurunan luasan mangrove yang menyebabkan berkurangnya fungsi mangrove dalam ekosistem. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove adalah tanah atau substrat. Pada umumnya kawasan hutan mangrove terdapat di seluruh pantai Indonesia dan tumbuh pada lokasi-lokasi yang masih dipengaruhi oleh aktivitas pasang. Kerusakan hutan mangrove terluas di Bali terjadi di kawasan Tahura Ngurah Rai yaitu seluas 253,4 hektar dari luas total 1.373,5 hektar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui struktur komunitas mangrove berdasarkan karakteristik subtrat di Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali. Pengumpulan data menggunakan metode line transek dan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis INP. Dari lima stasiun penelitian ditemukan Sembilan spesies mangrove diantaranya: Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorhiza, Bruguiera sexangula, Xylocarpus granatum, Avicennia lanata, Avicennia officinalis dan Aegiceras floridium. Komponen substrat di TAHURA didominanasi oleh pasir diikuti oleh liat dan lumpur. Spesies Sonneratia alba dan Rhizophora apiculata ditemukan di semua jenis substrat, spesies Rhizophora mucronata ditemukan pada dua jenis substrat yaitu substrat lempung berpasir dan lempung liat berpasir namun beberapa spesies hanya ditemukan di satu jenis substrat saja seperti spesies Xylocarpus granatum, Avicennia lanata, Avicennia officinalis, Bruguiera gymnorhiza dan Bruguiera sexangula.

Kata Kunci: struktur komunitas; mangrove; TAHURA Ngurah Rai Bali; tekstur tanah

  • 1.    Pendahuluan

Mangrove adalah jenis vegetasi yang terdapat di daerah pantai tropis. Pada umumnya, Vegetasi mangrove tumbuh subur di daerah pantai yang landai atau di dekat muara sungai dan pantai yang terlindung dari gelombang (Siahainenia dkk., 2014). Fungsi fisik hutan mangrove adalah menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai (abrasi), peredam badai dan gelombang, penangkap sedimen, Sedangkan fungsi mangrove secara biologis adalah sebagai tempat memijah atau tempat tinggal, berlindung bagi udang, kepiting, kerang dan hewan lainnya.

Hutan Mangrove adalah salah satu hutan yang yang potensial yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup antara lain digunakan untuk mangrove untuk memperoleh kayu bakar, arang, daunnya untuk atap rumah, serta wilayah penangkapan ikan, udang, kepiting, kerrang dan lainnya (Parmadi dkk., 2016). Namun, dengan adanya pertambahan penduduk yang semakin meningkat, bentuk pemanfaatan juga dilakukan tidak hanya terhadap hasil yang diperoleh dari hutan tersebut, tetapi malah berkembang ke bentuk pemanfaatan lahannya sendiri untuk usaha-usaha lainnya seperti untuk pemukiman penduduk. Pemanfaatan hutan mangrove yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan rehabilisasi akan menyebabkan penurunan luasan mangrove yang menyebabkan berkurangnya fungsi mangrove dalam ekosistem. Untuk menunjang keberhasilan pengelolaan hutan mangrove maka perlu memperhatikan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove (Marbawa dkk., 2014).

Menurut Onrizal (2008) salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove adalah tanah atau substrat. Pada umumnya mangrove tumbuh dengan baik pada tanah yang berlumpur, terutama di daerah endapan lumpur yang terakumulasi. Di Indonesia substrat berlumpur ini sangat baik untuk jenis tegakan Rhizophora mucronata dan Avicennia marina. Menurut Darmadi dkk. (2012), karakteristik substrat merupakan faktor pembatas kehidupan mangrove. Jenis substrat sangat memepengaruhi sususan jenis dan kerapatan vegetasi mangrove yang hidup diatasnya. Semakin cocok substrat untuk vegetasi mangrove jenis tertentu dapat dilihat dari seberapa rapat vegetasi tersebut menutupi area hidupnya.

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Darmadi dkk. (2012), menunjukan pada substrat pasir berlempung ditumbuhi oleh satu jenis yaitu

Rhizophora apiculata dan pada substrat liat ditumbuhi oleh jenis yang lebih beragam seperti jenis Rhizophora, Avicenia. Masing-masing jenis mangrove memiliki kerapatan yang berbeda-beda, perbedaan kerapatan ini diduga disebabkan oleh jenis substrat yang berbeda-beda pula.

Pada umumnya kawasan hutan mangrove terdapat di seluruh pantai Indonesia dan tumbuh pada lokasi-lokasi yang masih dipengaruhi oleh aktovitas pasang surut pada kawasan aliran sungai yang terdapat di sepanjang pesisir pantai. Salah satu kawasan hutan mangrove yang ada di Bali adalah Mangrove kawasan Taman hutan raya (TAHURA) Ngurah Rai, Bali. TAHURA Ngurah Rai Bali adalah suatu kawasan hutan bertipe hutan payau. Menurut Balai Pengelolaan Daerah Aliran sungai (BPDAS) Unda Anyar Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan Tahun 2008 kerusakan hutan mangrove terluas di Bali terjadi di kawasan Tahura Ngurah Rai yaitu seluas 253,4 hektar dari luas total 1.373,5 hektar. Hal ini disebabkan oleh adanya perambahan, pencemaran, aktivitas penduduk di sekitar kawasan, adanya sampah kiriman akibat pembuangan sampah ke badan sungai yang bermuara di kawasan mangrove terutama sampah plastik, adanya pembakaran sampah di pinggir-pinggir kawasan, adanya TPA yang berakibat pada kawasan mangrove dan sekitarnya rusak (Christiani dan Adikampana, 2014). Melihat dari permasalahan tersebut pemerintah telah berupaya melestarikan hutan mangrove dengan upaya konservasi dengan penanaman kembali bibit- bibit mangrove di daerah TAHURA, oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai kondisi struktur komunitas vegetasi mangrove berdasarkan karakteristik substrat di TAHURA Ngurah Rai,Bali yang diharapkan dapat menunjang upaya konservasi mangrove agar pengelolaan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan konservasi untuk menunjang upaya pengelolaan ekosistem mangrove.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas vegetasi vegetasi mangrove berdasarkan karateristik substrat di Taman Hutan Raya (TAHURA) Ngurah Rai, Bali.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Waktu dan Tempat

Penelitian struktur komunitas vegetasi mangrove dan pengambilan sampel substrat dilakukan

sebanyak 5 kali yang dijelaskan secara rinci pada table 1:

Tabel 1

Pengambilan sampel substrat

Lokasi

Tanggal pengambilan sampel

Stasiun I

31 Maret 2017

Stasiun II

12 April 2017

Stasiun III

17 April 2017

Stasiun IV

27 April 2017

Stasiun V

4 Mei 2017

Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan yang dimulai dengan penelitian struktur komunitas vegetasi mangrove kemudian dilanjutkan dengan analisis substrat pada bulan Mei – Juli 2017 yang bertempat di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Penelitian bertempat di kawasan mangrove TAHURA Ngurah Rai, Bali (Gambar 1). Pada Penelitian ini terdapat 5 stasiun penelitian yang ditampilkan seperti pada Gambar 1. Stasiun 1 terletak di Mertasari, stasiun 2 terletak di Suwung, stasiun 3 terletak di Pemogan, stasiun 4 terletak di Kedonganan dan stasiun 5 terletak di Tanjung Benoa. Analisis sampel substrat dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

  • 2.2    Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tali raffia, GPS, alat tulis, kamera, pipa paralon, meteran, kantong plastik, label dan buku identifikasi panduan mangrove menurut (Noor dkk., 2012). Bahan yang digunakan dalam

penilitian ini yaitu sampel daun, bunga dan buah mangrove yang digunakan untuk identifikasi spesies dan sampel substrat digunakan untuk analisis tekstur substrat.

  • 2.3    Pengambilan sampel

Pengambilan sampel mangrove dan substrat untuk analisis struktur komunitas vegetasi mangrove dan jenis substrat dilakukan menggunakan metode line transek yaitu dengan membuat stasiun dengan membentangkan tali raffia sepanjang 30 meter, di masing-masing stasiun dibuat 2 plot ukur 10x10m(pohon) dan 5x5m(pancang) , kemudian dilanjutkan dengan menghitung diameter batang dan jumlah mangrove. Dilanjutkan dengan mengambil sampel substrat yaitu dengan membenamkan pipa paralon dengan diameter 10 cm sedalam 30 cm dimasing-masing plot yang dilakukan di setiap sudut plot ukur. Sampel mangrove dan substrat kemudian disimpan dalam wadah untuk selanjutnya dianalisis di Laboratorium.

  • 2.4    Analisis Sampel Substrat

Metode penentuan tekstur substrat menggunakan metode pipet yaitu substrat yang diambil dari lokasi penelitian dikeringkan yaitu sebanyak 200 gram, kemudian sampel dihaluskan dan diayak untuk memisahkan sampah, 20gram kering udara substrat ditimbang sebayak dan dimasukan kedalam Erlenmeyer berukuran 500 ml. 15 ml air ditambahkan ke sampel dan ditambahkan juga 15 ml H2O2 30% kemudian dikocok memutar dengan menggunakan tangan. Selanjutnya, sampel didiamkan selama satu malam, apabila terdapat banyak buih maka ditambahkan alkohol dan ditempatkan dalam bak air. Sampel ditempatkan diatas pemanas dengan suhu rendah atau hotplate dan menambahkan dengan H2O2 30% sedikit demi sedikit sampai tidak timbul buih lagi. Menambahkan air sampai menjadi 300 ml, kemudian ditempatkan diatas hotplate yang dinaikan suhunya secara perlahan-lahan dan dididihkan selama 1 jam yaitu untuk menghilangkan sisa-sisa H2O2 30% dan didinginkan. Jika sudah dingin dilanjutkan dengan menambahkan Na4P2O7 5% (kalgon) dan didiamkan selama satu malam. Selanjutnya, sampel dikocok selama 5 menit dan diayak dengan menggunkan ayakan 0.053 mm untuk pemisahan pasir, debu dan liat. Sampel yang lolos dari ayakan

adalah sampel pasir yang kemudian di oven dengan suhu 105 C° selama dua hari. Sisa sampel yang tidak lolos dari ayakan digunakan untuk menentukan debu dan liat. Sisa sampel tersebut dimasukan kedalam tabung berukuran 1000 ml dan didiamkan diatas meja sampai semua larutan mengendap kemudian dikocok sampai homogen dan dilanjutkan dengan memipet sebanyak 20 ml. Hasil pemipetan dipindahkan ke petri disk yang telah ditimbang sebelumnya. Tahap terakhir adalah menghitung berat pada masing-masing sampel, untuk menghitung presentasi masing-masing fraksi.

  • 2.5    Analisis Data

    • 2.5.1.    Komposisi Jenis Mangrove

Sampel mangrove yang diambil kemudian diidentifikasi menurut Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia yang dipublikasi oleh Noor dkk. (2012).

  • 2.5.2.    Struktur Komunitas dan Vegetasi Mangrove

Rumus untuk struktur komunitas mangrove menurut Cahyanto dan Kuraesin (2013):

jumlah individu jenis

(1)


dimana DBH adalah diameter batang pohon (Keliling batangπ); π adalah 3.14.

BA


( DBH )2

4


(6)


dimana BA adalah luas bidang datar (π* (DBH)2 /4); DBH adalah diameter batang pohon; dan π adalah 3.14.

BA

D

Luas area

(7)


dimana D adalah penutupan jenis (BA/Luas area); dan BA adalah Luas bidang datar.

DR ------------------------x 100 %            (8)

Penutupan seluruh jenis

dimana DR adalah penutupan jenis relative (D/penutupan seluruh jenis); dan D adalah penutupan jenis dikalikan 100 persen.

INP Pancang KR FR               (9)

INPPohon KR FR DR          (10)

dimana INP Pancang adalah indeks nilai penting untuk pancang (KR+FR); INP Pohon adalah indeks nilai penting untuk pohon (KR+FR+DR); KR adalah kerapatan jenis relative; FR adalah frekuensi relative jenis; dan DR adalah penutupan jenis relative.

  • 2.5.3.    Karakteristik Substrat

Untuk mendapatkan persentase masing-masing fraksi menggunakan rumus menurut Sugiharyanto dan Khotimah (2009) dibawah:

Berat pasi r

%Pasir -------—-----x 100 %             (11)

Berat sampel

% Debu


Berat debu -------------x 100 %

Berat sampel

(12)


% Liat 100  (% Pasir  % Debu)   (13)

Kemudian hasil analisa sampel substrat pada dapat ditentukan klasifikasinya berdasarkan segitiga tekstur menurut Sugiharyanto dan Khotimah (2009) (Gambar 2).

Gambar 2. Segitiga Tekstur

Sebagai penunjang dalam penentuan klasifikasi substrat dapat menggunakan Tabel klasifikasi jenis substrat (Tabel 2) dibawah ini:

Tabel 2

Klasifikasi Jenis Substrat (Sugiharyanto dan Khotimah, 2009)

Kelas tekstur

Proporsi (%) fraksi tanah

Pasir

Debu

Liat

Pasir

>85

<15

<10

Pasir

70-90

<30

<15

berlempung Lempung berpasir

40-87.5

<50

<20

Lempung

22.5-52.5

30-50

10-30

Lempung liat berpasir

45-80

<30

20-37.5

Lempung liat berdebu

<20

40-70

27.5-40

Lempung berliat

20-45

15-52.5

27.5-40

Lempung berdebu

<47.5

50-87.5

<27.5

Debu

<20

>80

<12.5

Liat berpasir

45-62.5

<20

37.5-57.5

Liat berdebu

<20

40-60

40-60

Liat

<45

<40

>40

  • 2.5.4.    Pengelompokan Jenis Mangrove Berdasarkan

Karakteristik Substrat

Pengelompokan jenis-jenis mangrove berdasarkan karakteristik substrat dilakukan dengan cara mengindentifikasi jenis-jenis mangrove yang

tumbuh di masing-masing karakteristik substrat di seluruh stasiun penelitian.

  • 3.    Hasil

    • 3.1    Komposisi Jenis Mangrove

Berdasarkan hasil penelitian terhadap jenis mangrove di TAHURA Bali ditemukan 9 spesies mangrove yang terkelompok dalam 5 famili dengan total keseluruhan 222 individu. Jenis Rhizophora apiculata merupakan spesies dengan jumlah individu yang paling banyak yaitu sebesar 78 individu yang terdistribusi dalam dua tingkatan pertumbuhan, sedangkan untuk jumlah individu terendah terdapat pada spesies Xylocarpus granatum dan Avicennia officinalis dengan jumlah masing-masing 1 individu dalam dua tingkatan pertumbuhan.

Tabel 3

Sebaran Masing – masing Spesies pada Lokasi penelitian

No

Spesies

ST I

ST

II

ST

III

ST

IV

ST V

1.

Sonneratia alba

+

+

+

+

+

2.

Rhizophora apiculata

+

+

+

+

+

3.

Rhizophora mucronata

-

+

+

-

-

4.

Bruguiera gymnorrhiza

+

-

-

-

-

5.

Bruguiera sexangula

-

-

-

-

+

6.

Xylocarpus granatum

+

-

-

-

-

7.

Avicenia lanata

-

-

+

-

-

8.

Avicenia officinalis

-

-

-

-

+

9.

Aegiceras floridium

-

-

-

-

+

Keterangan: + = ada, - = tidak ada

Hasil penelitian menunjukan bahwa spesies Sonneratia alba dan Rhizophora apiculata ditemukan di semua stasiun penelitian sedangkan spesies Rhizophora mucronata ditemukan di stasiun II, III dan IV (Tabel 3). Spesies Bruguiera gymnorhiza dan Bruguiera sexangula hanya ditemukan di satu stasiun yaitu masing-masing pada stasiun I dan V dan spesies Xylocarpus granatum dan Avicennia lanata hanya ditemukan di satu stasiun yaitu masing-masing pada stasiun I dan III. Spesies Avicennia officinalis dan Aegiceras floridiun

ditemukan pada satu stasiun yaitu di stasiun V. Sebaran masing-masing spesies pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

  • 3.2    Analisis Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove

    • 3.2.1.    Analisis Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove Pada Tingkat Pohon.

INP tertinggi pada tingkat pohon ditemukan pada spesies Sonneratia alba (169 %), Rhizophora apiculata (98,49%) dan Rhizophora mucronata (22.5%). INP < 15% ditemukan pada spesies Xylocarpus granatum, Bruguiera gymnorhiza, Avicennia lanata, Avicennia officinalis, Aegiceras floridium dan Bruguiera sexangular. INP pada masing-masing stasiun penelitian dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. INP Tingkat Pohon di Tahura Ngurah Rai Bali Stasiun I (a), Stasiun II (b), Stasiun III (c), Stasiun IV (d) dan Stasiun V (e).

  • 3.2.2.    Analisis Vegetasi Mangrove pada Tingkat Pancang.

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa INP tertinggi terdapat pada Rhizophora apiculata (85.15%), Sonneratia alba (49.4%) dan Bruguiera sexangula (25%). INP < 15% terdapat pada Bruguiera gymnorhiza, R.mucronata dan A.lanata dengan nilai dibawah 15%. INP pada tingkat pancang di masing-masing stasiun penelitian terdapat pada gambar 4.

Gambar 4. Indeks Nilai Penting (INP) di Tahura Ngurah Rai Bali Stasiun I (a) Stasiun II (b) Stasiun III (c) Stasiun IV (d) dan Stasiun V (e).

  • 3.3    Karakteristik Substrat di Tahura Ngurah Rai Bali

Berdasarkan hasil penelitian terhadap jenis substrat di Mangrove TAHURA ditemukan 4 jenis substrat

(Tabel 5). Masing-masing stasiun memiliki karakteristik substrat yang berbeda. Jenis substrat yang ditemukan adalah jenis pasir, lempung liat berpasir, lempung berpasir dan pasir berlempung. Karakteristik substrat di TAHURA terdapat pada Tabel 4.

  • 3.4    Pengelompokan Jenis Mangrove Berdasarkan Karakteristik Substrat

Hasil pengelompokan jenis-jenis mangrove berdasarkan karakteristik substrat di TAHURA menunjukan bahwa spesies mangrove yang ditemukan di masing-masing jenis substrat berbeda-beda (Tabel 5). Spesies Sonneratia alba dan Rhizophora apiculata ditemukan di semua jenis substrat, spesies Rhizophora mucronata ditemukan pada dua jenis substrat yaitu substrat lempung berpasir dan lempung liat berpasir namun beberapa spesies hanya ditemukan di satu jenis substrat saja seperti spesies Xylocarpus granatum, Avicennia lanata, Avicennia officinalis, Bruguiera gymnorhiza dan Bruguiera sexangula.

Tabel 5

Penglompokan   Spesies   Mangrove   Berdasarkan

Karakteristik Substrat di TAHURA Ngurah Rai, Bali.

Jenis Mangrove

Jenis Substrat

Sonneratia alba

Rhizophora apiculata Bruguiera gimnorhiza Xylocarpus granatum Bruguiera sexangula

Aegiceras floridium

Pasir

Sonneratia alba

Rhizophora apiculata Avicennia officinalis Bruguiera sexangula Aegiceras floridium

Pasir berlempung

Sonneratia alba

Rhizophora apiculata

Rhizophora mucronata

Avicenia lanata

Lempung berpasir

Sonneratia alba

Rhizophora apiculata

Rhizophora mucronata

Lempung liat berpasir

  • 4.    Pembahasan

Berdasarkan Tabel 2 spesies Sonneratia alba dan Rhizophora apiculata ditemukan di semua stasiun penelitian, hal tersebut diduga karena kedua

spesies tersebut mampu tumbuh di semua jenis substrat dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan. Hal tersebut didukung dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tabba dkk. (2015), yang menyatakan bahwa tingginya kemampuan adaptasi Rhizophora apiculata juga disebabkan oleh dukungan sistem perakarannya, dimana akar jenis ini menancap kuat kedalam tanah dengan banyak cabang yang memiliki pernapasan udara. Menurut Darmadi dkk. (2012), menyatakan bahwa Sonneratia alba memiliki jumlah biji yang banyak dan kemampuan hidup yang lebih besar sehingga juga berpengaruh pada dominasi pada areal penelitian yang lebih besar. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darmadi dan Ardhana (2010) di Hutan Prapat Desa Pemogan dan Martiningsih dkk. (2015), di TAHURA Ngurah Rai yang menyebutkan bahwa spesies Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba ditemukan di seluruh lokasi penelitian.

Pada keseluruhan tingkatan vegetasi mangrove, yang dijumpai di Tahura Ngurah Rai jenis tanaman yang paling mendominasi adalah Sonneratia sp., Rhizophora sp.dan Bruguiera sp. Fenomena ini menggambarkan adaptasi yang besar terhadap kondisi habitatnya, sehingga dapat dijadikan sebagai salah daya dukung habitat dan dapat dikatakan sebagai ciri umum komunitas. Agustini dkk. (2016), menyebutkan bahwa terdapat empat family tumbuhan sejati atau dominan di Ekosistem mangrove antara lain Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera dan Ceriops), Sonneratiaceae (Sonneratia), Avicenniaceae (Avicennia) dan Meliaceae (Xylocarpus). Hal tersebut juga didukung oleh Indriyanto (2006) menyebutkan bahwa jenis mangrove api-api atau Avicennia sp., bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp.) termasuk dalam tumbuhan mangrove pionir.

Sebaran masing-masing spesies mangrove berdasarkan nilai dari frekuensi jenis relative (FR) yang dikategorikan berdasarkan kategori kelas frekuensi menurut (Indriyanto, 2006) terdapat dua spesies tergolong dengan sebaran yang tinggi yaitu Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba, tiga spesies tergolong dalam sebaran yang sedang yaitu Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorhiza dan Bruguiera sexangula. Sebaran yang rendah dimiliki oleh empat spesies yaitu Xylocarpus granatum, Avicennia lanata, Avicennia officinalis dan Aegiceras floridium. Hasil penelitian ini menunjukan hasil yang hampir sama dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Wiyanto dan Faiqoh (2015) di Teluk Benoa yang menunjukan bahwa spesies yang memiliki sebaran tertinggi yaitu Rhizophora stylosa dan Sonneratia alba dan sebaran yang sedang yaitu Rhizophora apicualata dan Rhizophora mucronata. Penelitian sebelumnya juga dilakukan Darmadi dan Ardhana (2010) dan Martiningsih dkk. (2015), di wilayah TAHURA Ngurah Rai Bali menunjukan bahwa sebaran tertinggi pada spesies Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba dan sebaran yang rendah yaitu Avicennia alba, Ceriops tagal. Jenis Rhizophora sp. dan Sonneratia sp. memiliki wilayah penyebaran sepanjang Indonesia serta mampu tumbuh pada habitat yang beragam dan merupakan tumbuhan pionir dilingkungan pesisir (Noor dkk., 2012).

Tingkatan vegetasi (pohon dan tiang) suatu jenis dapat dikatakan berperan jika INP > 15% (Rahman dkk., 2014). Jenis yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP) rendah merupakan jenis yang tidak mampu bersaing dalam komunitas untuk mempertahankan jenisnya baik dalam pemenuhan unsur hara, ruang habitat, baik dari masing-masing jenis yang sama maupun berbeda (Samad et al., 2013). Spesies dengan nilai INP rendah adalah jenis mangrove kritis hal tersebut dikarenakan mangrove tersebut disusun oleh kerapatan, frekuensi dan dominansi yang kecil dengan INP <15% artinya jenis-jenis tersebut sangat rentan untuk hilang dari ekosistem mangrove karena tingkat keberadaanya yang sangat rendah (Noor dkk., 2012). INP berkisar antara 0-300 yang memberikan gambaran bahwa semakin tinggi nilai INP suatu jenis maka sumberdaya lingkungan yang dimanfaatkan oleh jenis tersebut dalam pertumbuhannya juga semakin tinggi (Noor dkk., 2012).

Berdasarkan hasil analisa fraksi substrat memberikan gambaran bahwa substrat pada kelima stasiun penelitian, didominasi oleh pasir, diikuti liat dan debu. Hal yang menyebabkan banyaknya ukuran partikel pasir di lokasi penelitian diduga dikarenakan tinnginya kandungan material subtrat pasir yang dibawa oleh air laut ketika pasang dan proses air laut keluar pada saat surut cenderung lambat, sehingga material substrat tersebut mengendap di sekitar ekosistem mangrove (Petra dkk., 2012). Fraksi substrat di stasiun I didominasi oleh pasir ini didugakarena pada stasiun I berhadapan langsung dengan laut yang membawa sedimen pada saat

pasang, fraksi substrat di stasiun II dan III substrat pasir masih banyak bercampur dengan liat dan debu, karena diduga karena gerakan air tawar yang lambat menyebabkan partikel substrat halus cenderung mengendap dan berkumpul didasar menjadi kumpulan lumpur (Samsumarlin dkk., 2015). Fraksi substrat di stasiun IV dan V didominansi oleh pasir dan liat ini disebabkan wilayah ini berbatasan dengan daratan yang jarang digenangi oleh air, keadaan ini menyebabkan tanah selalu basah membentuk liat (Mahmud dkk., 2014). Kandungan pasir dalam substrat lebih dominan dibandingkan kandungan debu dan liat berdasrkan hasil penelitian di seluruh stasiun penelitian. Pada umumnya jenis substrat mangrove di stasiun pengamatan tergolong lempung berpasir dan berpasir.

Berdasarkan pengelompokan spesies mangrove terhadap jenis substrat, spesies Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba ditemukan pada semua jenis substrat. Hal tersebut diduga karena spesies tersebut mampu beradaptasi terhadap berbagai jenis substrat. Rhizohpora apiculata dan Sonneratia alba berkembang pada tanah yang relatif lebih kasar tetapi secara umum masih tergolong tanah bertekstur halus (Ridwan dkk., 2016). Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Fitriana (2006) yang menyatakan bahwa spesies Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba ditemukan di seluruh titik penelitian dari substrat pasir sampai lempung berpasir. Spesies Rhizophora mucronata dan Avicennia sp. hanya ditemukan di dua jenis substrat yaitu Lempung berpasir dan lempung liat berpasir. Spesies Rhizophora mucronata lebih menyukai substrat dasar yang lebih halus (Hamidy, 2010) sedangkan jenis Avicennia sp. pada umumya menyukai substrat berpasir kasar maupun lumpur yang dalam (Halidah, 2014). Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Hermawan dkk. (2014), yang menyatakan bahwa substrat yang lebih halus bertekstur Silty sand (pasir kelanauan) didominansi oleh Rhizophora mucronata. Sedangkan spesies Bruguiera sp., Aegiceras floridium dan Xylocarpus granatum hanya ditemukan di substrat berpasir. Pada umumnya tanaman mangrove mampu hidup di substrat lumpur, pasir dan tanah payau, keberadaan suatu jenis mangrove tidak hanya dipengaruhi oleh substrat, beberapa faktor lingkungan juga mempengaruhi keberlangsungan hidup tanaman mangrove (Sosia dkk., 2014). Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Rizki dkk.

(2016), di kawasan Kepulauan Mentawai yang menyatakan bahwa pada daerah dengan kondisi tanah berpasir bercampur tanah liat dan sedikit berlumpur jenis tumbuhan yang ditemukan adalah Bruguiera sp. Spesies Aegiceras floridium dan Xylocarpus granatum ditemukan di satu titik penelitian dan memiliki INP yang rendah diduga dikarenakan spesies tersebut merupakan tumbuhan mangrove minor atau tumbuhan mangrove yang tidak mampu membentuk tegakan murni (Manurung dan Sunarta, 2016). Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Kontu (2014) di Kawasan Minahasa Utara yang menyatakan bahwa jenis Aegiceras sp.dan Xylocarpus sp. ditemukan di substrat pasir dan lumpur yang memiliki kerapatan dan sebaran yang rendah.

  • 5.    Simpulan

Pengelompokan spesies mangrove berdasarkan karakteristik substrat menunjukan spesies mangrove yang ditemukan di masing-masing substrat berbeda. Spesies Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba ditemukan pada semua jenis substrat. Spesies Rhizophora mucronata dan Avicennia sp. hanya ditemukan di dua jenis substrat yaitu Lempung berpasir dan lempung liat berpasir. Sedangkan spesies Bruguiera sp., Aegiceras floridium dan Xylocarpus granatum hanya ditemukan di substrat berpasir.

Ucapan terimakasih

Terimakasih penulis ucapkan kepada Depi Nurcahyani, Apriantari, Komang subandi dan Juliantara putra karena sudah membantu dalam pengambilan data dan riviewer Ni Luh Putu Ria Puspitha, S.Si., M.Sc, dan I Nyoman Giri Putra, S.Pd., M.Si dan Dr.Eng. I Dewa Nyoman Nurweda Putra, S.Si., M.Si yang telah membantu penulis dalam memperbaiki tulisan ini.

Daftar Pustaka

Agustini, N. T., Ta’alidin, Z., & Purnama, D. (2016). Struktur Komunitas Mangrove Di Desa Kahyapu Pulau Enggano. Jurnal Enggano, 1(1), 19-31.

Cahyanto, T., & Kuraesin, R. (2013). Struktur Vegetasi Mangrove di Pantai Muara Marunda Kota Administrasi Jakarta Utara Provonsi DKI Jakarta. Jurnal Istek, 7(2), 73-88.

Christiani, B. W., & Adikampana, I. M. (2014). Potensi dan Strategi Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura)

Ngurah Rai Sebagai Produk Ekowisata. Jurnal Destinasi Pariwisata, 2(1), 91-101.

Darmadi, A. A. K., & Ardhana, I. P. G. (2010). Komposisi Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove di Kawasan Hutan Prapat Benoa Desa Pemogan Denpasar Selatan, Kodya Denpasar Provinsi Bali. Jurnal Ilmu Dasar, 11(2), 167-171

Darmadi, Lewaru, M. W., & Khan, A. M. A. (2012). Struktur komunitas vegetasi mangrove berdasarkan karakteristik substrat di muara harmin desa cangkring kecamatan cantigi kabupaten Indramayu. Jurnal Perikanan dan Kelautan Unpad, 3(3), 347-358.

Fitriana, Y. R. (2006). Keanekaragaman dan Kemelimpahan Makrozobentos di Hutan Mangrove Hasil Rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali. Jurnal Biodiversitas, 7(1), 67-72.

Halidah. (2014). Avicennia marina (Forssk.) Vierh Jenis Mangrove yang Kaya Manfaat. Buletin Eboni, 11(1), 37-44.

Hamidy, R. (2010). Struktur dan keragaman komunitas kepiting di kawasan hutan mangrove stasiun kelautan Universitas Riau, Desa Purnama Dumai. Jurnal Ilmu Lingkungan, 4(2), 81-91.

Hermawan, A. R., Pribadi, R., & Ario, R. (2014). Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Alami Di Kawasan Ekowisata Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali. Journal of Marine Research, 3(4), 405-414.

Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan.  (1st ed).  Jakarta,

Indonesia: Bumi Aksara.

Kontu, T. (2014). Struktur Komunitas Mangrove Batuline Desa Bahoi Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 2(1), 2429.

Mahmud, Wardah, & Toknok, B. (2014). Sifat fisik tanah di bawah tegakan mangrove di Desa Tumpapa Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Warta Rimba, 2(1), 129-135.

Manurung, V. T., & Sunarta, I. N. (2016). Konservasi Sumber Daya Taman Hutan Raya Ngurah Rai Sebagai Destinasi Ekowisata. Jurnal Destinasi  Pariwisata,

4(2)20-24.

Marbawa, I. K. C., Astarini, I. A., & Mahardika, I. G. (2014). Analisis Vegetasi Mangrove Untuk Strategi Pengelolaan Ekosistem Berkelanjutan di Taman Nasional Bali Barat. ECOTROPHIC: Jurnal Ilmu Lingkungan (Journal of Environmental Science), 8(1), 2438.

Martiningsih, N. G. A. G. E., Suryana, I. M., &

Sutiadipraja, N. (2015). Analisa Vegetasi Hutan Mangrove Di Taman Hutan Raya (Tahura) Bali. Jurnal Agrimeta, 5(09), 26-36.

Noor, Y. R., Khazali, M., & Suryadiputra, I. N. N. (2012). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. (3rd ed). Bogor, Indonesia: Wetland International Indonesian Program.

Onrizal. (2008). Teknik Survey dan Analisa Data Sumberdaya Mangrove. Pelatihan Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari. Tanjung Pinang, Indonesia: Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah II bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA)

Parmadi, E. H., Dewiyanti, I., & Karina, S. (2016). Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Kawasan Kuala Idi Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 1(1), 82-95

Petra, J. L., Sastrawibawa, S., & Riyantini, I. (2012).

Pengaruh kerapatan mangrove terhadap laju sedimen transpor di pantai Karangsong Kabupaten Indramayu. Jurnal Perikanan Kelautan, 3(3), 329-337.

Rahman, Yumanita, D., & Nurdin, N. (2014). Struktur Komunitas Mangrove di Kabupaten Muna. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, 24(2), 29-36

Ridwan, M., Fathoni, R., Fatihah, I., & Pangestu, D. A. (2016). Struktur Komunitas Makrozoobentos di Empat Muara Sungai Cagar Alam Pulau Dua, Serang, Banten. Al-Kauniyah: Jurnal Biologi, 9(1), 57-65.

Rizki, R., Safitri, E.,  & Asroen. (2016). Morfologi

Bruguiera Cylindrica (L.) Blume Yang Tumbuh Di Hutan Mangrove Kecamatan Siberut Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sainstek: Jurnal Sains dan Teknologi, 7(1), 26-32.

Samad, A., Bambang, A. N., & Afiati, N. (2013). Coastal People Activity on Mangrove Forest Rehabilitation in

Mahakam Estuary. International Jounal of Waste Resources, 3(1), 34-39.

Samsumarlin, Rachman, I., & Toknok, B. (2015). Studi Zonasi Vegetasi Mangrove Muara di Desa Umbele Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah. Jurnal Warta Rimba, 3(2), 148-154.

Siahainenia, J., Tuahatu, J. W., Tuhumury, N. C., & Ningkeula, S. (2014). Perubahan Warna Substrat pada Daerah Hutan Mangrove Desa Passo. Jurnal Triton, 10(2), 85-90.

Sosia, Yudasakti, P., Rahmadhani, T., & Nainggolan, M. (2014). Mangrove Siak & Kepulauan Meranti. (Cetakan Pertama).  Jakarta, Indonesia:  Environmental  &

Regulatory Compliance Division Safety, Health & Environment Department.

Sugiharyanto, & Khotimah N. (2009). Diktat Mata Kuliah Geografi Tanah. Diktat. Yogyakarta, Indonesia: Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.

Tabba, S., Wahyuni, N. I., & Mokodompit, H. S. (2015). Komposisi Dan Struktur Vegetasi Mangrove Tiwoho di Kawasan Taman Nasional Bunaken. Jurnal Wasian, 2(2), 95-103.

Wiyanto, D. B., & Faiqoh, E. (2015). Analisis vegetasi dan struktur komunitas Mangrove Di Teluk Benoa, Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences, 1(1), 1-7.

© 2020 by the authors; licensee Udayana University, Indonesia. This article is an open access article distributed under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution license (http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/).

J. Mar. Aquat. Sci. 6: 90-99 (2020)