Narrative Review: Analisis Fitokimia Dan Manfaat Ekstrak Ketepeng Cina (Cassia alata L.) Sebagai Antijamur
on
JURNAL FARMASI UDAYANA | pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607 | VOL. 12, NO. 1, 2023
https://doi.org/10.24843/JFU.2023.v12.i01.p08
Narrative Review: Analisis Fitokimia dan Manfaat Ekstrak Ketepeng Cina (Cassia alata L.) sebagai Antijamur
Renditya Ismiyati1,2, Baha Udin1,2, Eva Kholifah2 dan Endah2
1 Program Studi Magister Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 55584 2 Program Studi Sarjana Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Salsabila Serang, Serang, 42171
Reception date of the manuscript: 2023-04-12
Acceptance date of the manuscript: 2023-05-23
Publication date: 2023-08-31
Abstract— Indonesia is known to have various types of plants that can be used in medicine, one of which is Cassia alata. Cassia alata is a plant that has many properties so it can be used as herbal medicine or traditional medicine. One of the properties of the Cassia alata plant that has been widely studied is as an antifungal. Every part of the Cassia alata plant has secondary metabolites. Cassia alata leaves contain secondary metabolites of alkaloids, steroids, phenols, glycosides, terpenoids and flavonoids. Cassia alata flowers contain flavonoids, tannins and phenolic compounds and saponins. Cassia alata level contains alkaloids, flavonoids, glycosides, phytosterols, quinones, tannins and terpenoids. Compounds that have a role or antifungal activity in Cassia alata are phenolics, tannins, flavonoids, saponins, triterpenoids, steroids, and alkaloids
Keywords—Cassia alata, Antifugal, Secondary Metabolite
Abstrak— Indonesia dikenal memiliki beragam jenis tanaman yang dapat digunakan dalam pengobatan, salah satunya adalah ketepeng cina. Ketepeng cina merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak khasiat sehingga dapat digunakan sebagai pengobatan herbal atau obat tradisional. Salah satu khasiat tanaman ketepeng cina yang telah banyak di teliti yaitu sebagai antijamur. Pada setiap bagain tanaman ketepeng cina memiliki metabolit sekunder. Daun ketepeng cina mengandung metabolit sekunder alkaloid, steroid, fenol, glikosida, terpenoid, dan flavanoid. Bunga ketepeng cina mengandung senyawa flavonoid, tanin dan fenolik dan saponin. Tingkai ketepeng cina memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, glikosid, fitosterol, kuinon, tanin dan terpenoid. Senyawa yang memiliki peran atau aktivitas antijamur pada tanaman ketepeng cina, yaitu fenolik, tannin, flavonoid, saponin, triterpenoid, steroid, dan alkaloid.
Kata Kunci—Cassia alata, Antijamur, Metabolit Sekunder
Jamur adalah mikroorganisme saprofit yang terdapat luas di permukaan tubuh dan mukosa pada manusia. Pengobatan infeksi jamur lebih sulit dibandingkan dengan pengobatan pada infeksi bakteri. Mekanisme pembentukan protein pada manusia dan jamur memiliki kesamaan karena termasuk ke dalam golongan organisme eukariotik, sedangkan bakteri termasuk ke dalam golongan organisme prokariot (Nur, 2014). Berbagai jenis obat sintetis yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi jamur, namun memiliki efek samping yang cukup berbahaya. Oleh karena itu, sabagai alternatif pengobatan, dapat menggunakan obat tradisionl yang memiiki efek samping dengan tingkat yang lebih rendah. Obat tradisional telah mengalami kemajuan yang signifikan di Indonesia pada saat ini (Hamzah et al., 2020). Saat ini sebagai alternatif pengobatan, masyarakat mulai kembali menggunakan obat tradisional, meskipun obat kimiawi atau sintesis masih diguna-
Penulis koresponden: Baha Udin, bahasfarma@gmail.com
kan dan diedarkan. Obat herbal atau tradisional meskipun berasal dari tumbuhan langsung tetap memiliki efek samping, namun efek samping yang ditimbulkan lebih rendah dan memiliki tingkat bahaya yang sangat rendah untuk digunakan jangka panjang (Hamzah et al., 2020). Tumbuhan yang digunakan sebagai antikanker dari berbagai penjuru dunia telah banyak digunakan. Kandungan kimia pada tumbuhan yang memiliki aktivitas sebagai antikanker diantaranya vitamin C, karotenoid, selenium, isotiosianat, fenol, dithiolthiones, indol, senyawa aliin, inhibitor protease, fitoestrogen, fitisterol dan limonen. Multiplikai enzim fase II dapat diinduksi oleh senyawa indol dan glukosianalat, isotiosianat dan tiosianat, kumarin dan fenol. Pembentukan karsinogen dapat dihambat oleh senyawa fenol dan asam askobat (Hasanah Widowa-ti, 2016). Ketepeng cina (Cassia alata L.) merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai obat tradisional. Ketepeng cina digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk penyakit kudis, kurap, influenza, sembelit, infeksi virus, eksem, radang kulit bertukak, malaria, bronchitis, herpes, panu, infrksi parasit dan spilis. Selain itu, ketepeng cina juga dapat digunakan sebagai imunomodulator (Oktavia et
al., 2015). Ketepeng cina memiliki kandungan kimia dian-taranya saponin, alkaloid, tanin, antrakinon, dan flavonoid (Oktavia et al., 2015). Berdasarkan penelitian Triana et al. (2016)yang melakukan pengujian aktivitas antijamur ekstrak daun ketepang cina terhadap jamur M. furfur dengan menggunakan metode difusi pada media agar menunjukan terdapat aktivitas antijamur pada ekstrak metanol, fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan daun ketepeng cina dalam menghambat pertumbuhan jamur M. furfur. Pada penelitian tersebut menggunakan ekstrak metanol daun ketepeng cina dengan variasi kosentarasi 1 %, 3 %, 5 %, 7 % dan 9 %. Ekstrak methanol daun ketepeng cina dengan kosentrasi 5 % memiliki daya hambat yang baik sehingga dapat dikatakan mempunya aktivitas antijamur yang paling besar dibandingkan dengan ekstrak methanol daun ketepeng cina dengan kosentrasi lainnya (Triana et al., 2016) Artikel dapat digunakan sebagai sumber informasi terkait dengan hasil uji analisis fitokimia dan uji aktivitas ekstrak ketepeng cina (Cassia alata L.) sebagai antijamur. Artikel ini akan membahas terkait metabolit sekunder yang terkandung dalam seluruh bagian tumbuhan ketepeng cina dan berdasarkan jenis pelarut yang digunakan. Selain itu, artikel ini akan membahas tentang jenis metabolit sekunder pada ekstrak ketepeng cina yang memiliki aktivitas sebagai antijamur.
Metode pada artikel ini menggunakan studi literatur dengan menggunakan kata kunci “Analisis Fitokimia Ekstrak Ketepeng Cina”, “Metabolit Sekunder Ekstrak Ketepeng Cina”, “Secondary Metabolic of Cassia alata L.”, “Bioactive Compound of Cassia alata L.” dan “Antifungal Activity of Cassia alata L.”. Artikel yang digunakan berasal beberapa database, yaitu Google Scholar. Kriteria artikel yang menjadi sumber informasi pada review artikel ini, yaitu artikel berjenis original research aticle berbahasa Indonesia atau inggris, diterbitkan 10 tahun terakhir, yaitu 2013-2023, yang mengandung informasi terkait hasil analisis fitokimia dan atau jenis kandungan metabolit sekunder pada tumbuhan ketepeng cina yang memiliki aktivitas sebagai antijamur.
Kandungan Metabolit pada Setiap Bagian Tanaman Ketepeng Cina
Setelah melakukan studi literatiur didapatkan sebanyak 15 artikel. Artikel-artikel tersebut dikumpulkan dari database Google Scholar. Aktivitas farmakologi tumbuhan ke-tepeng cina yang akan dibahas pada artikel ini, yaitu ke-bermanfaatannya sebagai antijamur atau antifungi pada beberapa jamur patogen yang menjadi penyebab penyakit infeksi jamur. Tabel 1 dan 2 menunjukan bahwa bagian tumbuhan ketepeng cina yang digunakan dalam proses ekstraksi pada setiap artikel dengan hasil identifikasi metabolit sekunder yang berbeda-beda. Mayoritas bagian tumbuhan ke-tepeng cina yang digunakan, yaitu daun. Selain daun, bagian tumbuhan ketepeng cina yang digunakan, yaitu bunga, akar, biji dan tangkai. Setiap bagian tumbuhan yang diuji fitoki-mia dapat meghasilkan identifikasi metabolit sekunder yang berbeda-beda, karena dapat dipengaruhi oleh penggunaan jenis pelarut pada ekstraksi dan tujuan dari penelitian pada setiap artikel.
Analisis fitokimia bertujuan untuk mengidentifikasi suatu
senyawa metabolit sekunder dalam suatu tumbuhan seperti, alkaloid, terpenoid, flavonoid, steroid, glukosid, tannin dan saponin (Lantah et al., 2017). Senyawa fitokimia merupakan keberagaman senyawa yang secara alami yang terkandung di dalam suatu tumbuhan dengan memiliki aktivitas secara biologis (Akhmadi et al., 2022). Tabel 1 menunjukan metabolit sekunder pada tumbuhan ketepeng cina yang dilaporkan, yaitu flavonoid, tanin, saponin, alkaloid, terpenoid, antrakui-non, fenolik, glukosid dan fitosterol. Bagian dari tumbuhan ketepeng cina yang banyak dilaporkan, yaitu daun. Metabolit sekunder pada daun ketepeng meliputi flavonoid, fenolik, alkaloid, saponin, antrakuinon, tanin, terpenoid, steroid, fi-tosterol dan glikosid. Selain bagian daun, terdapat pula laporan bagian bunga, akar dan biji, dengan hasil analisis fito-kimia meliputi metabolit sekunder saponin, flavonoid, tanin, alkloid, antrakuinon, glukosida, treterpen dan fitosterol, fenol, glikosid, dan minyak folatil.
Daun
Skrining fitokimia awal menggunakan pelarut aseton, klo-roform, etanol, petroleum eter dan ekstrak air daun ketepeng cina diuji untuk mengidentifikasi fitokonstituen yang terdapat pada ekstrak daun ketepeng cina. Ekstraksi menghasilkan metabolit sekunder yang sangat besar dalam sistem pelarut yang berbeda. Petroleum eter dapat mengekstrak alkaloid, steroid, fenol, glikosida dan protein sementara ekstrak klo-roform memiliki terpenoid, flavanoid, alkaloid, steroid dan protein. Ekstrak aseton mengandung sebagian besar fitoki-mia seperti fenol, flavanoid, steroid, glikosida, saponin, dan protein. Ekstrak etanolik memiliki kehadiran alkaloid, terpenoid, flavanoid, steroid dan fenol sementara ekstrak air memiliki karbohidrat, saponin, fenol dan flavanoid (Raji et al., 2016). Analisis fitokimia secara kualitatif dari kelopak bunga ketepeng cina menggunakan pelarut methanol, hexan dan kloroform menunjukkan bahwa kelopak bunga ketepeng cina mengandung saponin, tannin, terpenoid, flavonoid, fenol, glikosida, karbohidrat dan flobatanin (Khatri Lawati, 2022).
Bunga
Kelopak bunga ketepeng cina mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti saponin, tanin, flavonoid, dan glikosida jantung (uji Salkowski, Keller Killiani dan Lieberman) yang merupakan dasar dari potensi terapeutik tanaman obat (Es-siet dan Bassey, 2013). Penelitian yang dilakukan Rahman et al. (2020) menyebutkan bahwa terdapat berbagai senyawa metabolit pada bunga daun ketepeng cina seperti kandungan fenolik, flavonoid dan tanin total yang berfungsi sebagai informasi dasar untuk pengembangan beberapa produk bioak-tivitas.
Biji
Ekstrak etanol biji ketepeng cina mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti tanin, saponin, flavonoid dan antra-kuinon. Pelarut Etanol merupakan pelarut yang baik untuk ekstraksi senyawa bioaktif tanaman ini (Le, 2019). Studi fi-tokimia ekstrak biji ketepeng cina mengungkapkan berbagai macam senyawa fitokimia. Komponen fitokimia utama, seperti flavonoid, antosianin, tanin, karbohidrat, alkaloid, glikosida jantung, steroid, fenol, antrakuinon, leucoanthocyani-din, diterpen dan saponin, secara kualitatif hadir dalam ekstrak biji ketepeng cina (Umaru et al., 2022).
Tabel 1: KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN KETEPENG CINA
No |
Bagian Tumbuhan |
Metabolit Sekunder |
Referensi |
1 |
Daun |
Flavonoid dan Fenolik |
Rahmawati et al., 2015 |
2 |
Daun |
Alkaloid, Saponin, dan Tanin Flavonoid, Alkaloid, Saponin, |
Sulistyo et al., 2018 |
3 |
Daun |
Antrakuinon dan Tanin |
Octaria & Saputra, 2015 |
4 |
Bunga |
Saponin, Flavonoid dan Tanin Fenolik, Tannin, Flavonoid, Saponin, |
Essiett & Bassey, 2013 |
5 |
Daun |
Triterpenoid, dan Alkaloid |
Shailla Gharnita et al., 2019) |
6 |
Daun |
Alkaloid, Flavonoid, Saponin, Tanin, Terpenoid dan Steroid flavonoid, alkaloid, antrakuinon, |
Mathlail et al., 2018 |
7 |
Daun |
saponin,dan tannin |
Edo et al., 2017 |
8 |
Daun |
Flavonoid, Tannin, Saponin, Fenol dan Alkaloid. Alkloid, Tanin, antrakuinon, Saponin, |
Lathifah et al., 2021 |
9 |
Akar dan Daun |
glukosida, treterpen dan fitosterol, Fenol dan Flavonoid Glikosid, alkaloid, Saponin, tanin, |
Abubakar et al., 2015 |
10 |
Akar dan Daun |
flavonoid dan minyak folatil |
G, Ehiowemwenguan et al., 2014 |
11 |
Bunga |
Flavonoid, Tanin dan Fenolik |
Adi Saputra et al., 2021 |
12 |
Bunga |
Flavonoid, Fenolik dan Saponin |
Safitri et al., 2020 |
13 |
Daun |
flavonoid, alkaloid, antrakuinon, saponin,dan tannin |
Alioes & Kartika, 2019 |
14 |
Daun |
flavonoid, alkaloid, glikosid, saponin, dan steroid Alkaloid, Flavonoid, Glikosid, Fitosterol, |
Guerra et al., 2020 |
15 |
Daun |
Kuinon, Tanin dan Terpenoid Alkaloid, Flavonoid, Glikosid, Fitosterol, |
Sharma et al., 2015 |
16 |
Tangkai |
Kuinon, Tanin dan Terpenoid Alkaloid, Flavonoid, Glikosid, Fitosterol, |
Sharma et al., 2015 |
17 |
Akar |
Kuinon, Tanin dan Terpenoid |
Sharma et al., 2015 |
18 |
Daun dan Biji |
Tanin, Saponin, antrakuinon dan flavonoid |
Le, 2019 |
Akar
Berdasarkan analisis menggunakan GC/MS terdapat berbagai senyawa fitokimia yang terkandung pada akar kete-peng cina seperti asam lemak, ester, alkana, fenol, alcohol lemak, seskuiterpen dan macrocycle yang mungkin berkontribusi pada sifat antimikroba yang diidentifikasi, diantaranya telah ditandai untuk aktivitas antimikroba, antioksidan, dan anti-infammatory (Toh et al., 2023).
Tangkai
Hasil analisis fitokimia secara kualitatif dari sampel batang ketepeng cina mengungkapkan bahwa alkaloid dan saponin adalah komponen fitokimia utama dalam daun, sedangkan flavonoid adalah komponen utama dalam batang. Analisa kuantitatif juga menunjukkan bahwa sampel tangkai ketepeng cina memiliki komposisi persentase alkaloid, tanin, dan saponin yang lebih rendah, dibandingkan persentase flavonoid dan fenol yang lebih tinggi (James et al., 2022). Identifikasi senyawa fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96 % batang ketepeng cina mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin.
Aktivitas Farmakologi Antifungi
Senyawa Fitokimia yang Berperan sebagai Antijamur
Senyawa fitokimia adalah senyawa aktif biologis yang dihasilkan oleh tanaman, Ada lima klasifikasi umum fitoki-mia: karbohidrat, lipid, terpenoid, asam fenolik, dan alkaloid dan metabolit yang mengandung nitrogen lainnya. Se-
lain itu, jumlah total flavonoid, fenolik, flavonol, tanin kental, dan karotenoid yang dapat diekstraksi dari tanaman dipengaruhi oleh jenis, konsentrasi, pH, polaritas, dan suhu pelarut yang digunakan untuk ekstraksi, bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman, genotipe atau varietas tanaman, dan jenis metode ekstraksi yang dilakukan (misalnya ma-serasi, homogenisasi, dll.) (Felhi et al., 2017). Senyawa fi-tokimia yang ditemukan dalam ekstrak ketepeng cina telah menunjukkan kemungkinan aktivitas antijamur. Senyawa seperti flavon 2,5,7,4’-tetrahidroksi isoflavon dan 3,5,7,4’-tetrahidroksi flavon efektif menghambat jamur T. schoen-leinii, T. longiforus, Pseudallescheria boydii, C. albicans, dan A. Niger (Rahaman et al., 2006). Selain itu, antrakui-non seperti aloe-emodin dan emodin menghambat pertumbuhan jamur T. rubrum, T. mentagrophytes, dan M. Gipseum (Wuthi-Udomlert et al., 2010), sedangkan alkaloid cannabinoid (4-butylamine 10-methyl-6-hydroxy cannabinoid dronabinol) dari ekstrak etanol biji ketepeng cina menghambat pertumbuhan C. albicans and A. Niger (Okwu Nnamdi, 2011). Pada tingkat molekuler, dilakukan pengujian docking molekuler in silico, dan analisis HPLC-UV secara in vitro menunjukkan bahwa senyawa astragalin (kaempferol-3-O--D-glucopyranoside) berikatan dengan DNA pada pasangan basa G-C. Selain itu, pada yeast S. cerevisiae yang kekurangan enzim untuk sintesis antioksidan, enzim perbaikan DNA (RAD3, RADS2, dan RAD6) atau konstituen membran menunjukkan sensitivitas tinggi terhadap ekstrak ketepeng cina (Saito et al., 2012).
Tabel 2: AKTIVITAS ANTIFUNGI TUMBUHAN KETEPENG CINA
No |
Bagian Tumbuhan |
Jenis Jamur |
Senyawa Bioaktif yang Berperan |
Referensi |
1 |
Daun |
Malassezia furfur |
Tannin |
Sulistyo et al., 2018 |
2 |
Daun |
Trychophyton sp |
Antrakuinon, Flavonoid, Saponin dan Tanin |
Octaria & Saputra, 2015 |
3 |
Daun |
Candida albicans |
Fenolik, Tannin, Flavonoid, Saponin, Triterpenoid, Steroid, dan Alkaloid. |
Shailla Gharnita et al., 2019 |
4 |
Daun |
Microsporium canis |
Alkaloid, Flavonoid, Saponin, Tann, Terpenoid dan Steroid |
Mathlail et al., 2018 |
5 |
Daun |
Trichophyton sp. |
Fenol, flavonoid dan saponin |
Edo et al., 2017 |
6 |
Bunga |
Candida albicans |
Tannin |
Adi Saputra et al., 2021 |
7 |
Daun |
Candida albicans |
Fenol, Flavonoid Dan Saponin |
Alioes & Kartika, 2019 |
Uji Aktivitas Antijamur Ketapang Cina secara in vitro
Tabel 2 merangkumg pengujian antijamur secara in vitro yang dilakukan pada ketepeng cina terhadap berbagai spesies jamur. Ekstrak bunga ketepeng cina pada konsentrasi 40 %, 60%, 80% dan 100% menunjukkan hasil yang baik dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans menggunakan metode difusi untuk menentukkan konsentrasi hambat minimum, semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar daya hambat yang diberikan dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. Rerata diameter zona bening semakin meningkat secara berurutan yaitu 40 % (7,1 mm), 60 % (12,2 mm), 80% (13,3 mm) dan 100% (14,2 mm) (Adi Saputra et al., 2021). Ekstrak etanol daun ketepeng cina berpengaruh dalam penghambatan pertumbuhan jamur Trychophy-ton sp. Ekstrak daun ketepeng cina memberikan diameter zona bening rata-rata 20,06 mm. Penelitian lain menunjukkan bahwa fraksi etanol daun ketepeng cina memiliki aktivitas antifungi terhadap jamur Microsporum canis dengan diameter zona hambat 62 mm (Mathlail et al., 2018). Secara umum tanaman ketepeng cina menunjukkan aktivitas antifungi yang baik terhdap pertumbuhan berbagai jenis jamur. Aktivitas antifungi yang baik umumnya terlihat pada jamur Candida albicans, Trychophyton sp., dan Microsporum canis dengan re-rata zona hambat yang dihasilkan mulai dari 7,1 mm hingga rerata zona hambat tertinggi sebesar 62 mm, sehingga tanaman ketepeng cina dinilai efektif untuk mengobati infeksi kulit yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur.
Ketepeng cina (Cassia alata) telah dipelajari dengan baik untuk aktivitas antijamurnya. Beberapa studi in vitro meng-konfirmasi efektivitasnya, sehingga memberikan informasi yang dapat mendukung dan memperkuat penggunaan tanaman ketepeng cina sebagai pengobatan dengan indikasi jamur kulit. Namun studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui formulasi ekstrak yang efektif dalam pengobatan dimasa mendatang. Selain itu mekanisme aksi seluler dan molekuler dari ekstrak tanaman ketepeng cina diperlukan, mengetahui senyawa bioaktif yang bermanfaat dalam pengembangan bioteknologi dan untuk menghasilkan varietas tanaman yang memberikan lebih banyak senyawa bioaktif yang berperan penting dalam pengembangan obat dan perawatan yang dipersonalisasi.
Abubakar, I., Mann, A., Mathew, J. T. (2015). Phytochemical composition, antioxidant and anti-nutritional properties of root-bark and leaf methanol extracts of Senna alata L. grown in Nigeria. African Journal of Pure and Applied Chemistry, 9(5), 91–97. https://doi.org/10.5897/ajpac2015.0622
Adi Saputra, Tafdhila, Mayaranti Wilsya. (2021). Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Bunga Ketepeng Cina (Senna alata l) Terhadap Jamur Candida albicans. Jurnal Kesehatan: Jurnal Ilmiah Multi Sciences, 11(2), 79–85. https://doi.org/10.52395/jkjims.v11i2.326
Akhmadi, C., Utami, W., Annisaa, E. (2022). Narrative Review: Senyawa Fitokimia Dan Aktivitas. LP2M UST Jogja, 390–400.
Alioes, Y., Kartika, A. (2019). Uji Potensi Antijamur Candida Albicans Ekstrak Daun Gelinggang (Cassia Alata L.) Dibandingkan Dengan Sediaan Daun Sirih Yang Beredar Di Pasaran Secara in Vitro. Jurnal Kimia Riset, 3(2), 108. https://doi.org/10.20473/jkr.v3i2.12040
Edo, T., Erina, Fakhrurrazi. (2017). Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Ketepeng Cina (Cassia alata) Terhadap Pertumbuhan Jamur Trichophyton sp. Secara In Vitro. Jimvet, 1(1), 40–45.
Essiett, U. A., Bassey, I. E. (2013). Comparative phytochemical screening and nutritional potentials of the flowers (petals) of senna alata (l) roxb, senna hirsuta (l.) Irwin and barneby, and Senna ob-tusifolia (l.) Irwin and barneby (fabaceae). Journal of Applied Pharmaceutical Science, 3(8), 97–101. https://doi.org/10.7324/JAPS.2013.3817
Felhi, S., Daoud, A., Hajlaoui, H., Mnafgui, K., Ghar-sallah, N., Kadri, A. (2017). Solvent extraction effects on phytochemical constituents profiles, antioxidant and antimicrobial activities and functional group analysis of Ecballium elaterium seeds and peels fruits. Food Science and Technology (Brazil), 37(3), 483–492. https://doi.org/10.1590/1678-457x.23516
G, Ehiowemwenguan, J.E, I., J. M, Y. (2014). Antimicrobial Qualities of Senna Alata. IOSR Journal of Pharmacy and Biological Sciences, 9(2), 47–52. https://doi.org/10.9790/3008-09244752
Guerra, F., Ansari, A. A., Kurup, R., Subramanian, G. (2020). Antifungal Activity of Senna ala-ta, Senna bicapsularis and Pityrogramma ca-
lomelanos. Journal of Complementary and Alternative Medical Research, September, 11–21. https://doi.org/10.9734/jocamr/2020/v10i330164
Hamzah, H., Hertiani, T., Pratiwi, S. U. T., Nuryastuti, T., Gani, A. P. (2020). Antibiofilm studies of ze-rumbone against polymicrobial biofilms of staphylococcus aureus, escherichia coli, pseudomonas aeruginosa, and candida albicans. International Journal of Pharmaceutical Research, 12(September), 1307–1314. https://doi.org/10.31838/ijpr/2020.SP1.211
Hasanah, S. N., Widowati, L. (2016). Jamu Pada Pasien Tumor/Kanker sebagai Terapi Komplementer. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 6(1), 49–59. https://doi.org/10.22435/jki.v6i1.5469.49-59
James, O. O., Emmanuel, O. O., Saanumi, G. A., Akin-kunmi, O. O., Adekanmi, A. A. (2022). Senna Alata Leaf and Stem: Phytochemical Screening, Nutritional Content, and Antimicrobial Activities. Journal of Environmental Impact and Management Policy, 26, 1–11. https://doi.org/10.55529/jeimp.26.1.11
Khatri, D., Lawati, A. M. (2022). Qualitative and Quantitative Analysis of Phytochemical Constituents of Al-ternanthera brasiliana (L.) Kuntze and Cassia ala-ta (L.) using Different Organic Solvents. Himalayan Journal of Science and Technology, 6(1), 29–37. https://doi.org/10.3126/hijost.v6i1.50650
Lantah, P. L., Montolalu, L. A. D. Y., Reo, A. R. (2017). Kandungan Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rumput Laut Kappaphycus alvarezii. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan, 5(3), 167–173.
Lathifah, Q. A., Turista, D. D. R., Puspitasari, E. (2021). Daya Antibakteri Ketepeng Cina (Cassia alata L.) Terhadap Staphylococcus aureus, Pseudomonas aerugenosa, dan Klebsiella pneumonia. Jurnal Analis Kesehatan, 10(1), 29. https://doi.org/10.26630/jak.v10i1.2718
Le, P. T. Q. (2019). Phytochemical screening and antimicrobial activity of extracts of Cassia alata L. Leaves and seeds. Bulgarian Chemical Communications, 51(3), 378–383. https://doi.org/10.34049/bcc.51.3.5049
Mathlail, F., Marfu’ah, N., Lija Oktya, A. (2018). Aktivitas Antifungi Daun Ketepeng Cina (Cassia Alata L.) Fraksi Etanol, N-Heksan, Dan Kloro-form Terhadap Jamur Microsporium canis. Pharmaceutical Journal of Islamic Pharmacy, 2(1), 28. https://doi.org/10.21111/pharmasipha.v2i1.2134
Nur Ahsani, D. (2014). Respon Imun Pada Infeksi Jamur. Jurnal kedokteran dan kesehatan Indonesia, 6(2), 55–65. https://doi.org/10.20885/jkki.vol6.iss2.art2
Octaria, Z., Saputra, R. (2015). Pengaruh jenis pelarut terhadap jumlah ekstrak dan daya antifungi daun ketepeng cina (. Jurnal Photon, 5(2), 15–21.
Oktavia, S., Pebryantika, S., Dharma, S. (2015). Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.) Terhadap Waktu Pendarahan, Pembekuan Darah dan Jumlah Trombosit Mencit Putih Jantan. Jurnal Farmasi Higea, 7(1), 1–9.
Okwu, D. E., Nnamdi, F. U. (2011). Cannabinoid Dronabinol alkaloid with antimicrobial activity from Cassia alata Linn. Der Chemica Sinica, 2(2), 247–254.
Rahaman, M., Hasan, A. M., Ali, M., Ali, M. (2006). A Flavone from the Leaves of Cassia Alata. Bangladesh Jour-
nal of Scientific and Industrial Research, 41(1), 93–96. https://doi.org/10.3329/bjsir.v41i1.276
Rahman, F. Bin, Ahmed, S., Noor, P., Rahman, M. M. M., Huq, S. M. A., Akib, M. T. E., Shohael, A. M. (2020). A comprehensive multi-directional exploration of phytochemicals and bioactivities of flower extracts from Delonix regia (Bojer ex Hook.) Raf., Cassia fistula L. and Lagerstroemia speciosa L. Biochemistry and Biophysics Reports, 24(August), 100805. https://doi.org/10.1016/j.bbrep.2020.100805
Rahmawati, R., Muflihunna, A., Kusuma, A. T. (2015). Analisis Kadar Flavonoid Dan Fenolik Total Fraksi Etil Asetat Daun Ketepeng Cina (Senna ala-ta (L.) Roxb) dengan Metode Spektrofotometri UV-Visible. Jurnal Ilmiah As-Syifaa, 7(1), 10–18. https://doi.org/10.33096/jifa.v7i1.16
Raji, P., J, S., Sugithara, M., Renugadevi, K., Sam-rot, A. V. (2016). Phytochemical Screening and Bioactivity Study of cassia alata Leaves P. Biosciences Biotechnology Research Asia, 13(1), 339–346. https://doi.org/10.13005/bbra/2038
Safitri, E. R., Rohama, Vidiasari, P. (2020). Skrining Fito-kimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bunga Ketepeng Cina (Senna alata (l.) Roxb.) Dengan Metode DPPH. Journal of Pharmaceutical Care and Science, 1(1), 10–18.
Saito, S., Silva, G., Santos, R. X., Gosmann, G., Pungartnik, C., Brendel, M. (2012). Astragalin from cassia alata induces DNA adducts in vitro and repairable DNA damage in the yeast saccharomyces cerevisiae. International Journal of Molecular Sciences, 13(3), 2846–2862. https://doi.org/10.3390/ijms13032846
Shailla Gharnita, Y., Lelyana, S., Sugiaman, V. K. (2019). Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Etanol Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans. SONDE (Sound of Dentistry), 4(1), 1–15. https://doi.org/10.28932/sod.v4i1.1766
Sharma, P., Pandey, D., Rizvi, A. F., Gupta, A. K. (2015). Antimicrobial activity of Cassia alata from Raipur region against clinical and MTCC isolates Original Research Article Antimicrobial activity of Cassia alata from Raipur region against clinical and MTCC isolates Nature has been a source of wide diversity. International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences, 4(1), 330–339.
Sulistyo, M. H., Pani, S., Kumaji, S. (2018). Pengaruh Ekstrak Daun Ketepeng CIna (Cassia alata L.) Terhadap Pertumbuhan Jamur Ma-lassezia furfur Penyebab Ketombe. 14, 63–65. https://doi.org/10.15900/j.cnki.zylf1995.2018.02.001
Toh, S. C., Lihan, S., Bunya, S. R., Leong, S. S. (2023). In vitro antimicrobial efficacy of Cassia ala-ta (Linn.) leaves, stem, and root extracts against cellulitis causative agent Staphylococcus aureus. BMC complementary medicine and therapies, 23(1), 85. https://doi.org/10.1186/s12906-023-03914-z
Triana, O., Prasetya, F., Kuncoro, H., Rijai, L. (2016). Aktivitas Antijamur Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.). Jurnal Sains dan Kesehatan, 1(6), 311–315. https://doi.org/10.25026/jsk.v1i6.67
Umaru, I. J., Ejeh, Y. O., Ahmed, M. U., Ezekiel, I., Isaac, K. (2022). GC-MS , Radicals Scavenging Capacity and Antidiabetic Effect of Senna alata Seed Extract in Type II-Induced Diabetes Mellitus in Rats. 7924, 49–58.
Wuthi-Udomlert, M., Kupittayanant, P., Gritsanapan, W.
(2010). in Vitro Evaluation of Antifungal Activity of Anthraquinone Derivatives of Senna Alata. J Health Res, 24(3), 117–122.
UDIN DKK.
51
Discussion and feedback