JURNAL FARMASI UDAYANA | pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607 | VOL. 12, NO. 2, 2023

https://doi.org/10.24843/JFU.2023.v12.i02.p02

Comparative Methods Of Increasing Drug Dissolution Rate

Syifa Maulidia Rizqi1 and Lutfi Chabib1

1 Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 55584

Reception date of the manuscript: 14 Januari 2023

Acceptance date of the manuscript: 23 November 2023

Publication date: 31 Januari 2024

Abstract— The speed of dissolution becomes an important part in the manufacture of drugs, because it is related to drug absorption and bioavailability. In order to achieve a good dissolution rate, various methods with certain criteria are needed. This review article aims to find out various methods that can be used to increase the speed of drug dissolution, and can be used as a reference for choosing the most appropriate dissolution method. The article review method used is a narrative review type in the form of a description or explanation of methods for increasing dissolution as a comparison in terms of method selection. Journals were obtained through chrome, google scholar and researchgate using 16 journals. The results obtained are that there are several methods that can increase dissolution including amorphous co, the use of surfactants and so on. The conclusion obtained from this review of the article is that there are various methods of increasing dissolution such as the use of surfactants, co-crystals, amorphous cos and so on.

Keywords—dissolution; method; narrative review

Abstrak— Kecepatan disolusi menjadi bagian yang penting dalam pembuatan obat, karena hal ini berkaitan dengan absorbsi obat dan bioavaibilitas. Demi mencapai kecepatan disolusi yang baik, maka diperlukan berbagai macam metode dengan kriteria tertentu. Pada review artikel ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam peningkatan kecepatan disolusi obat, dan dapat dijadikan acuan untuk memilih metode disolusi yang paling tepat. Metode review artikel yang digunakan adalah jenis review naratif berupa penggambaran ataupun pemaparan mengenai metode-metode peningkatan disolusi sebagai suatu perbandingan dalam hal pemilihan metode. Jurnal didapatkan melalui chrome, google scholar dan researchgate dengan menggunakan jurnal sebanyak 16 buah jurnal. Hasil yang diperoleh adalah terdapat beberapa metode yang dapat meningkatkan disolusi diantaranya ko amorf, penggunaan surfaktan dan lain sebagainya. Kesimpulan yang diperoleh dari review artikel ini adalah terdapat berbagai metode peningkatan disolusi seperti penggunaan surfaktan, ko krital, ko amorf dan sebagainya.

Kata Kunci—disolusi, metode, naratif review

  • 1. Pendahuluan

Salah satu sediaan farmasi yang biasa digunakan adalah jenis sediaan peroral yang didesain menggunakan sebuah parameter, terdapat parameter yang sangat berpengaruh dalam mendesain bentuk sediaan farmasi yakni kecepatan disolu-si dan kelarutan. Disolusi, absorbsi dan bioavaibilitas dipengaruhi oleh kelarutan dan permeabilitas dari suatu zat aktif (Hilaliyati, et al, 2017). Menurut Biopharmaceutical Classification System (BCS), obat-obat yang dikelompokkan dalam kelas 2 dan 4 merupakan obat-obat dengan kelarutan rendah (Hilaliyati, et al, 2017). Laju disolusi akan lebih cepat jika bentuk sediaan yang digunakan mempunyai tingkat kelarutan yang tinggi, sebaliknya laju disolusi akan lebih lambat jika sediaan yang digunakan mempunyai laju disolusi yang rendah, hal ini mengakibatkan laju absorbsi obat menjadi lebih lambat sehingga mengakibatkan rendahnya bioavailabi-litas (Sagala, 2019), dapat dikatakan bahwa salah satu tan-

Penulis koresponden: Risqi, syifamaulidia19@gmail.com

tangan dalam pengembangan sediaan farmasi adalah peningkatan kelarutan dan laju disolusi (Rachmaniar et al., 2017). Bioavabilitas sediaan oral dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya permeabilitas obat, kelarutan dalam air, metabolisme jalur pertama dan tingkat disolusi (Sagala, 2019). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbandingan tingkat disolusi obat terhadap berbagai metode disolusi. Metode yang digunakan dalam peningkatan laju disolusi diantaran-ya penggunaan surfaktan, pengurangan ukuran partikel, ko-solven, pembuatan obat dalam bentuk garam, modifikasi polimer, kompleksasi, liquisolid, dan pembuatan dispersi padat (Sutiswa, et al, 2019)

  • 2.    Bahan dan Metode

Pencarian data acuan dalam review artikel menggunakan browser chrome pada situs google.com, Researchgate, dan google scholar. Kata kunci yang digunakan yakni kelarutan, disolusi, dan metode. Kriteria inklusi pada review artikel ini antara lain penerapan metode tertentu untuk peningkatan kelarutan obat. Kriteria ekslusi jurnal berdasarkan hasil pencarian yang dipublikasi dibawah tahun 2010. Dari hasil penca-

rian referensi 21 jurnal yang dijadikan referensi.

  • 3. Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Ko-Amorf (Ball Milling)

Peningkatan kelarutan ini terjadi karena adanya campuran antara zat aktif tidak larut air dengan koformer. Ko-amorf merupakan campuran antara dua zat padat atau lebih yang terdiri dari zat aktif atau eksipien yang mempunyai bobot molekul rendah. Koformer merupakan zat penstabil dalam sistem ko-amorf melalui interaksi molekul, koformer ini dapat berupa zat aktif atau eksipien yang mempunyai bobot molekul rendah, nilai suhu transisi glass tinggi, stabil dan larut di dalam air. Ball milling merupakan salah satu metode peningkat kelarutan yang menggunakan waktu milling, frekuensi getaran, dan suhu sebagai faktor utama yang dapat mempengaruhi dalam pembuatan ko-amorf dengan zat aktif (Alfina, et al, 2022).

Berdasarkan penelitian (Jensen et al., 2014), ditunjukkan bahwa asam amino, PRO, dapat meningkatkan sistem koa-morf dengan dua cara: pertama, dengan menstabilkan sistem koamorf, kedua, dengan meningkatkan IDR, dengan efek terakhir yang paling menonjol saat garam ko-amorf terbentuk. Hasil ini menunjukkan bahwa penting untuk mempertimbangkan kelarutan asam amino dan interaksi potensial antara molekul untuk menciptakan sistem ko-amorf yang stabil dengan tambahan laju disolusi yang tinggi dari calon obat.

  • 3.2    Ko-Amorf (Cryomilling)

Teknik cryomilling memiliki karakteristik yang berbeda dengan MA konvensional, dimana strain kumulatif besar, strain ratenya yang tinggi, dan suhu rendah. Teknik ini memiliki banyak kelebihan dalam penghancuran material (Bambang, et al, 2007). Menurut penelitian (Moinuddin et al., 2017) Sistem ATE-HCT ko-amorf yang dibuat dengan cryogenic milling menunjukkan peningkatan stabilitas fisik, laju disolusi, dan profil farmakokinetik, yang memberikan pendekatan potensial untuk pengembangan terapi kombinasi.

  • 3.3    Ko-Amorf (Melt Quenching)

Menurut penelitian (Ainurofiq et al., 2018), BA berhasil digunakan sebagai eksipien molekul kecil untuk membuat sistem ko-amorf dari DES untuk menstabilkan DES amorf serta meningkatkan kelarutan dan pembubaran DES melalui bentuk kristalnya. Sistem ko-amorf DES–BA diperoleh melalui teknik pendinginan leleh.

  • 3.4    Ko-Amorf (Quench Cooling)

Pada metode Quench Cooling terdapat tahap pemanasan dan penahanan serta adanya tahap spesimen (AISI/SAE 1040) yang dibiarkan dingin dengan cepat menggunakan medium pendingin campuran air beserta polimer menggunakan variasi konsentrasi tertentu (Sitompul and Dharma, 2018).

Menurut penelitian (Skotnicki et al., 2021), Formulasi ko-amorf menunjukkan peningkatan yang signifikan terkait IDR IRB dibandingkan dengan kristal murni dan juga padanan amorf. Perilaku yang tidak biasa diamati untuk ATR, karena IDR ATR dari formulasi co-amorphous sedikit lebih rendah dari IDR ATR amorphous sendiri. Studi penuaan fisik jangka pendek membuktikan bahwa sistem co-amorphous ATR-IRB tetap dalam bentuk amorphous. Selain itu, tidak ada penuaan fisik yang terjadi pada sistem co-amorphous. Ringkasnya, ko-amorfisasi meningkatkan stabilitas dan laju disolusi irbe-

sartan, sedangkan ko-amorfisasi tidak berdampak pada stabilitas jangka pendek atorvastatin tetapi berdampak negatif pada laju disolusinya.

  • 3.5    Ko-Amorf (Solvent Evaporation)

Pada metode ini dibuat dengan mencampurkan zat aktif farmasi dan koformer menggunakan perbandingan stoikio-metri yang dilarutkan dalam pelarut yang cocok dengan hasil akhir dibiarkan menguap (Islami et al., 2020).

Berdasarkan penelitian (An et al., 2018), uji disolusi MBR crystalline solid, MBR co-amorphouses dan MBR amorphous dilakukan selama 12 jam untuk mengevaluasi dan membandingkan kelarutan, laju disolusi, dan fenomena transformasi fasa. Di sini, hasilnya menunjukkan bahwa ko-amorf MBR menunjukkan kelarutan air lebih dari 57 kali lipat dibandingkan dengan padatan kristal MBR, dan hasil pemantauan PXRD menunjukkan bahwa ko-amorf MBR mampu mempertahankan keadaan amorfnya selama lebih dari 12 jam. Hasil yang sama mengungkapkan bahwa MBR amorf menunjukkan peningkatan kelarutan sekitar 6,7 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan padatan kristal MBR. Namun, hasil pemantauan PXRD menunjukkan bahwa MBR amorf mengalami transformasi fase cepat menjadi bentuk kristal hanya dalam 35 menit dan dalam satu jam semua MBR amorf sepenuhnya diubah menjadi padatan kristal. Dengan demikian, peningkatan kelarutan ko-amorf MBR dikaitkan dengan adanya interaksi ionik dalam molekul ko-amorf MBR.

  • 3.6    Ko-Amorf (Spray Drying)

Metode spray drying mempunyai ciri khas yakni proses pengeringan cepat, retensi produk yang singkat dalam ruang pengering dan produk akhir siap dikemas pada saat proses pengeringan selesai (Dewi and Satibi, 2015).

Berdasarkan penelitian (Ojarinta, et al, 2017), Pembentukan garam co-amorphous menyebabkan peningkatan karakteristik disolusi bila dibandingkan dengan campuran fisik yang sesuai atau obat kristal murni.

Berdasarkan penelitian (Mishra et al., 2018), Ditemukan bahwa dengan menggunakan spray-drying sebagai metode preparasi, semua campuran IND-AA dapat berhasil diubah menjadi bentuk ko-amorf masing-masing, terlepas dari jenis pelarut yang digunakan, namun bergantung pada rasio campuran pelarut. Sampel co-amorphous ball-milled dan spray-dried menunjukkan peningkatan laju disolusi dan mempertahankan supersaturasi dibandingkan dengan IND kristal dan amorf itu sendiri. Sampel yang disemprot kering menghasilkan sampel co-amorphous yang stabil selama setidaknya tujuh bulan penyimpanan.

  • 3.7    Ko-Amorf (Liofilisasi/Freeze Drying)

Liofilisasi merupakan teknik pengeringan beku secara cepat melalui sublimasi dengan keadaan vakum. Di industri farmasi metode ini digunakan untuk pembuatan obat, antibiotik dan vaksin, sedangkan di industri pangan digunakan untuk mempreservasi makanan (Rachmat and Shovitri, 2021).

Berdasarkan penelitian (Setyawan, et al, 2015), Co-crystal AR nicotinamide yang diformulasikan dengan teknik pelarut yang diuapkan dan slurry mengakibatkan kenaikan laju diso-lusi AR dalam media air suling daripada menggunakan AR murni. Co-crystal AR nicotinamide yang dibuat dengan penguapan pelarut tidak menunjukkan perbedaan yang signifi-

kan sebagai aktivitas antimalaria pada P. berghei dibandingkan dengan AR murni.

  • 3.8    Ko-Amorf (Microwave Technique)

Berdasarkan penelitian (Shinde et al., 2019), studi COAM PA dan IB berhasil disiapkan dengan metode microwave-assisted untuk meningkatkan kelarutan, disolusi, stabilitas, dan bioavailabilitas.

  • 3.9    Penambahan Surfaktan

Surfaktan adalah senyawa kimia yang bekerja dengan melakukan penurunan pada tegangan antar muka, tegangan permukaan, dan meningkatkan kestabilan partikel serta mengontrol formulasinya (Wardana et al., 2019).

Berdasarkan penelitian (Noviza, et al, 2015) diperoleh hasil bahwa dengan kosolven propilen glikol dan surfaktan Ryoto® sugar ester dapat meningkatkan kelarutan paraseta-mol.

  • 3.10    Modifikasi Fisika (Dispersi Padat)

Dispersi padat merupakan dispersi bahan aktif dengan matriks pada keadaan padat. Dispersi padat dengan keadaan padat ini terjadi saat satu zat terlepas ke dalam bahan lain (Al-kautsar et al., 2022).

Berdasarkan penelitian (Sharma and Jain, 2010), dispersi padat dengan PVP K30 dibuat dengan metode penguapan pelarut. Campuran fisik dan dispersi padat dikarakterisasi untuk interaksi pembawa obat, kandungan obat, kelarutan dan laju disolusi. Terjadinya peningkatan kelarutan obat pada saat konsentrasi polimer juga ditingkatkan. Laju disolusi meningkat secara substansial untuk carvedilol dari dispersi padatnya dibandingkan dengan obat murni dan campuran fisik.

Salah satu kelebihan penggunaan polimer hidrofilik adalah dapat meningkatkan permeabilitas matrik, sehingga difusi obat terjadi lebih cepat dibandingkan dengan polimer hi-drofobik (Ermawati and Prilantari, 2019).

Menurut (Hilaliyati, et al, 2017), pada penelitian ini didapatkan bahwa terjadinya peningkatan pada kelarutan obat disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi polimer. Sedangkan pada laju disolusi ketoprofen meningkat disebabkan menurunnya kosentrasi polimer, hal ini terjadi karena terbentuknya lapisan difusi tebal oleh polimer.

  • 3.11    Liquisolid dan Kompleksasi

Teknik liquisolid merupakan suatu teknik dimana dilakukan pengubahan sediaan tablet dari bentuk cair menjadi bentuk sediaan serbuk kering melalui pencampuran sederhana. Pada kompleks inklusi, molekul obat memiliki peran sebagai molekul pendatang akan terjebak dalam rongga siklodekstrin hidrofobik. Sedangkan bagian eksternal siklodekstrin mempunyai sifat hidrofil (Sutiswa, et al, 2019).

Berdasarkan hasil ANOVA dan uji lanjut LSD pada penelitian (Sutiswa, et al, 2019), menunjukkan terjadinya peningkatan laju disolusi tablet rosuvastatin calsium dengan metode liquisolid dan kompleks inklusi daripada menggunakan tablet rosuvastatin calsium keadaan murni dan tablet rosu-vastatin calsium dalam bentuk inovator.

Berdasarkan penelitian (Anggraeni and Purnamasari, 2017), tablet liquisolid klopidogrel bisulfat mempunyai pre-sentase zat terdisolusi lebih kecil dibanding menggunakan campuran fisik tanpa menggunakan propilenglikol. Klopido-grel bisulfat terlarut dalam PPG dan terperangkap pada per-

mukaan Avicel PH 102 yang dapat mengakibatkan penetrasi medium disolusi menjadi lambat ke dalam matrik tablet sehingga terjadilah penurunan pelepasan obat.

  • 3.12    Disintegrasi

Kehadiran berbagai bahan penghancur meningkatkan waktu hancur dan laju disolusi tablet ODT. Hal ini dipengaruhi oleh cara kerja disintegrator tertentu, sifat fisikakimia dan kompatibilitas dengan eksipien lainnya (Handayani and Abdasah, 2016).

Berdasarkan penelitian (Citrariana, et al, 2020), hasil uji disolusi in vitro menunjukkan bahwa semua formulasi memenuhi persyaratan yaitu dalam 30 menit <80% levofloxacin tidak boleh larut di lingkungan. Namun, perbedaan konsentrasi SSG tidak berpengaruh kuat terhadap persentase pelepasan levofloksasin in vitro. Hal ini terlihat dari hasil pengujian yang menunjukkan bahwa Formula A dengan SSG 5mg memberikan persentase pelepasan yang lebih tinggi yaitu 89,59 % dibandingkan formula lainnya setelah 30 menit, sedangkan Formula D dengan konsentrasi SSG 8mg tertinggi memberikan evaluasi pelepasan. 83,74 % pada waktu 30 menit dan Formula C dengan konsentrasi SSG terendah 2 mg memberikan persentase pelepasan pada waktu 30 menit sebesar 85,81 %.

  • 3.13    Modifikasi Fisika (Pembentukan KoKristal)-Solvent Drop Grinding

Metode penggilingan tetes pelarut sama dengan metode penggilingan kering, metode ini dilakukan dengan mencampurkan bahan aktif dan koformer yang sesuai dengan sejumlah kecil pelarut selama proses penggilingan. Metode penggilingan tetesan pelarut dipilih karena metode ini murah dan hanya membutuhkan beberapa tetes pelarut (Ferdiansyah et al., 2021).

Berdasarkan penelitian (Gozali et al., 2014), hasil uji kelarutan dan laju pelarutan kokristal atorvastatin-isonikotinamida menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan kelarutan dan laju pelarutan atorvastatin sendiri.

  • 3.14    Solvent Evaporation

Hasil uji kelarutan dan laju disolusi kokristal isonicotinamide atorvastatin menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan kelarutan dan laju disolusi atorvastatin itu sendiri. Proses penguapan pelarut adalah proses dasar yang digunakan dalam kebanyakan proses ko-kristalisasi. Metode ini dipilih karena dianggap cukup sederhana dengan prinsip mencampurkan obat dan koformer yang dilarutkan dalam pelarut yang sesuai kemudian menguap hingga keadaan jenuh dan membentuk kristal campuran. Kristal campuran merupakan residu penguapan (Ferdiansyah et al., 2021).

Berdasarkan penelitian (Alatas et al., 2014), Pembentukan kompleks DDI-NKT dan DDI-ARG dapat meningkatkan kelarutan DDI di dalam air dan stabilitas kimia DDI pada pH 1,2; pH 4,5 dan pH 6,8 pada suhu 37 °C.

  • 3.15    Penambahan Matriks Hidrofil

Berdasarkan penelitian (Siswanto et al., 2014), terbentuknya gas CO2 menyebabkan tablet cepat hancur sehingga memungkinkan aspirin segera terlepas ke lingkungan dalam beberapa menit pertama. Ketika Methocel K4M CR telah bersentuhan dengan media disolusi selama beberapa waktu, ia membentuk massa kental sebagai matriks hidrofilik yang

Tabel 1: TEKNIK-TEKNIK LAJU DISOLUSI

Teknik

Zat aktif-eksipien

Metode

Hasil Kelarutan

Referensi

Naproxen –

Laju disolusi mengalami

Ko-amorf

Arginin

Ball Milling

peningkatan 11 kali lipat

Jensen, et al, 2014

(koformer)

dibanding bentuk kristal.

Ko-amorf

Atenolol-

Hydrochloro

Cryomilling

Disolusi HCT meningkat 12,5 kali lipat dari bentuk kristalnya dan peningkatan

Moinudin, et al, 2014

(HCT)

2,2 kali jika menggunakan metode physical mixture Peningkatan kelarutan terjadi 27 kali lipat di dalam air dan di dalam 0,1 HCl terjadi peningkatan

Ko-amorf

Desloratadine -Asam Benzoat

Melt Quenching

3 kali lipatnya.

Sedangkan disolusi mengalami kenaikan 4,5 kali lipatnya di dalam air dan 1,2 kali lipatnya dalam HCl 0,1 Irbesartan dan Atorvastatin

Ainurofiq, et al, 2018

Ko-amorf

Atorvastatin – Irbesartan

Quench Cooling

masing-masing mempunyai laju disoluasi lebih cepat dari bentuk kristalnya yakni 2,67 dan 2,28 kalinya Kelarutan ko-amorf 57 kali lipat, kelarutan MBR-FA

Skotnicky, et al, 2021

Mirabegron -As. Fumarat Asam L, Piroglutamat As. Sitrat

Ko-amorf

Solvent Evaporation

123 kali lipat, dan MBR-PG 90 kali lipat dari kristal. Campuran ko-amorf

Hun, et al, 2018

Ko-amorf

Indomethacin –

Arginin

Spray Drying

memiliki profil pelepasan yang lebih rendah molar 1:1 dibanding molar 1: 2.

Ojarinta, et al, 2017

Indomethaci -

Disolusi ko-amorf

Mishra, et al, 2018

Ko-amorf

Arginin,

Spray Drying

dipengaruhi oleh jenis

Histidin, Lisin

dan jumlah pelarut.

Peningkatan disolusi terjadi

Ko-amorf

Kloramfenikol -Asam amino

Liofilisasi/ Freeze Drying

dalam semua campuran ko-amorf daripada dengan bentuk kristalnya. Penggunaan sistem

Setyawan et al, 2014

Ko-amorf

Paracetamol –

Ibuprofen

Microwave Technique

ko-amorf dapat meningkatkan kelarutan Ibuprofen.

Shinde et al, 2019

Parasetamol-

Penambahan surfaktan

Surfaktan

surfaktan

Penambahan surfaktan

dapat meningkatkan

Noviza, et al, 2015

Ryoto sugar ester

disolusi parasetamol

Modifikasi Fisika (Dispersi padat)

Carvedilol-PVP K30

Pembentukan dispersi padat Carvedilol dengan PVP K30

Disolusi meningkat

Sharma dan Jain, 2010

Modifikasi Fisika

Ketoprofen –

Pembentukan disperse padat ketoprofen

Menunjukkan peningkatan laju disolusi secara bermakna

Hilaliyati et al,

(Dispersi

HPMC E6

dengan eksipien polimer

2017

padat)

hidrofilik

Teknik liquisolid merupakan teknik

Dengan Teknik liquisolid

pembuatan tablet

maka laju disolusi dapat

Sistem

dengan melakukan

meningkat terutama pada

liquisolid

(LS) dan kompleksasi

calsium-ß-siklodekstrin

perubahan sediaan dari suatu bentuk cair ke serbuk kering melalui

obat dengan kelarutan kurang baik dalam air. Kompleksasi juga membuat

Sutiswa et al, 2019

pencampuran sederhana

disolusi obat meningkat

dengan bahan pembawa

dalam molekul siklodekstrin

tertentu.

Terjadinya penghambatan

rizSqisitdeamnlciqhuaisboiblid (LS)

Klopidogrel bisulfat-

pada penetrasi medium disolusi karena adanya

Terjadinya penurunan pelepasan obat dari

Anggraeni dan      91

Purnamasari, 2017

Propilenglikol

penambahan propilenglikol

tablet liquisolid

bertindak sebagai penghalang gel selama disolusi, sehingga pelepasan aspirin biasanya lebih lambat setelah 60 menit.

  • 3.16    Penggunaan Konsentrasi Eksipien

Eksipien berfungsi untuk membantu pembuatan, melindungi, peningkatan stabilitas dan bioavailabilitas produk serta meningkatkan keamanan dan efektivitas produk selama proses penyaluran dan penggunaan (Haeria, et al, 2020)

Berdasarkan penelitian (Santosa and Pertiwi, 2020), matriks Methocel K100M dapat digunakan sebagai matriks dalam pembuatan tablet lepas lambat, dan penggunaannya dalam konsentrasi yang lebih tinggi dapat meningkatkan laju disolusi natrium diklofenak.

  • 3.17    Penggunaan Polimer

Secara umum berdasarkan penelitian (Halim, et al, 2013), serbuk yang diperoleh dengan co-grinding TMP dan PVP K-30 menunjukkan peningkatan laju disolusi yang signifikan dibandingkan TMP murni dan campuran fisik. Pada menit ke-10, bubuk yang diperoleh dari penggilingan jahitan telah larut lebih dari 80%, sedangkan TMP murni hanya 30,7 %. Terlihat jelas bahwa proses co-milling dengan polimer PVP K-30 sangat efektif dalam meningkatkan laju disolusi obat yang sukar larut.

  • 3.18    Kopresipitasi

Berdasarkan penelitian (Darusman, et al, 2021), pembentukan kompleks inklusi ibuprofen-β -siklodekstrin dengan metode kopresipitasi pada rasio molar 1:1, 1:2 dan 2:1 dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi ibuprofen. Kelarutan dan kecepatan pembubaran meningkat dalam kompleks inklusi ibuprofen-β -siklodekstrin dengan rasio molar 2:1 yang memiliki konsentrasi ibuprofen terlarut tertinggi sebesar 566,4 ± 1,671 mg/mL dalam media buffer fosfat 0,01 pH 7,4 pada suhu 37°C dan laju disolusi setelah 60 menit sebesar 107,093 ± 1,15 % dengan nilai disolusi sebesar 80,708 %.

  • 4.    Kesimpulan

Peningkatan disolusi dipengaruhi oleh metode ataupun teknik dalam pembuatan produk farmasi, diantara metode yang dapat meningkatkan laju disolusi sediaan farmasi adalah metode ball-milling, cryomilling, melt quenching, quench cooling, solvent evaporation, spray drying, liofilisasi/freeze drying, microwave technique, penambahan surfaktan, dispersi padat, liquisolid dan kompleksasi, disintegrasi, solvent drop grinding, solvent evaporation, penambahan matriks hi-drofil, penggunaan konsentrasi eksipien, penggunaan polimer, dan kopresipitasi. Sedangkan pada metode sistem liqui-solid yang digunakan oleh zat aktif klopidogrel bisulfat dengan eksipien propilenglikol dapat menurunkan laju disolusi.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berperan dalam bentuk support dana, konsultan, maupun membantu dalam pengumpulan data.

  • 6.    Daftar Pustaka

Ainurofiq, A., Mauludin, R., Mudhakir, D., Soewandhi, S.

N. (2018) ‘A Novel Desloratadine-Benzoic Acid Co-Amorphous Solid: Preparation, Characterization, And Stability Evaluation’, Pharmaceutics, 10(3), pp. 1–16. doi: 10.3390/pharmaceutics10030085.

Alatas, F., Soewandhi, S. N., Sasongko, L., Ismunandar. (2014) ‘Kelarutan dan Stabilitas Kimia Kompleks Didanosin dengan Nikotinamid atau L-Arginin’, Jurnal Sains Materi Indonesia, 15(2), pp. 94–102.

Alfina, S., Najihudin, A. and Auliasari, N. (2022) ‘Review Pengaruh Koformer Arginin Dalam Pembuatan Ko-Amorf Dengan Metode Ball Milling’, Jurnal Ilmiah Farmako Bahari, 13(2), pp. 202–208.

Alkautsar, M., Deanissa, R., Zahira, L., Sari, A. K. (2022) ‘Peningkatan Laju Disolusi Bahan Aktif Farmasi dalam Sistem Dispersi Padat’, Clinical, Pharmaceutical, Ana-litical and Pharmacy Community Journal, 1(1), pp. 1–7.

An, J. H., Lim, C., Kiyonga, A. N., Chung, I. H., Lee, I. K., Mo, K., Park, M., Youn, W., Choi, W. R., Suh, Y. G., Jung, K. (2018) ‘Co-Amorphous Screening For The Solubility Enhancement Of Poorly Water-Soluble Mi-rabegron And Investigation Of Their Intermolecular Interactions And Dissolution Behaviors’, Pharmaceutics, 10(3), pp. 1–14. doi: 10.3390/pharmaceutics10030149.

Anggraeni, W. and Purnamasari, N. (2017) ‘Pembentukan Liquisolid Compact Klopidogrel Bisulfat’, Prosiding Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jenderal Achmad Yani (SNIJA), 1(1), pp. 11–14.

Bambang, W., Sukarto, A. and Taufiqu, N. (2007) ‘Efek Cryomilling Terhadap Struktur Mikro Sistem Bi-Mn’, Jurnal Sains Materi Indonesia, 8(3), pp. 250–254.

Citrariana, S., Lukitaningsih, E. and Nugroho, A. K. (2020) ‘Studi Perbandingan Disolusi In-Vitro Pada Formula Tablet Levofloksasin Immediate-Release Menggunakan Variasi Kadar Disintegran Sodium Starch Glycolate’, Majalah Farmaseutik, 16(1), pp. 83–90. doi: 10.22146/farmaseutik.v16i1.48941.

Darusman, F., Nabila Tazkiyatunnisa, S. and Aryani, R. (2021) ‘Pengaruh Pembentukan Kompleks Inklusi Ibuprofen-beta-Siklodekstrin dengan Metode Kopresi-pitasi Terhadap Kelarutan dan Laju Disolusi’, Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa, 4(2), pp. 12–21.

Dewi, A. K. and Satibi, L. (2015) ‘Kajian Pengaruh Temperatur Pengeringan Semprot (Spray Dryer) Terhadap Waktu Pengeringan Dan Rendemen Bubuk Santan Kelapa (Coconut Milk Powder)’, Konversi, 4(1), pp. 25–31.

Ermawati, D. E. and Prilantari, H. U. (2019) ‘Pengaruh Kombinasi Polimer Hidroksipropilmetilselulosa dan Natrium Karboksimetilselulosa terhadap Sifat Fisik Sediaan Matrix-based Patch Ibuprofen’, Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2(1), pp. 109–119. doi: 10.20961/jpscr.v4i2.34525.

Ferdiansyah, R., Ardiansyah, S. A., Rachmaniar, R., Yu-niar, I. (2021) ‘The Effect of Cocrystal Formation Using Carboxylic Acid Coformer With Solvent Evaporation and Solvent Drop Grinding Methods on Bioavailability of Active Substances’, Jurnal Ilmiah Farmako Bahari, 12(1), pp. 28–38. Available at: www.journal.uniga.ac.id.

Gozali, D., Bahti, H. H., Soewandhi, S. N., Abdassah, M. (2014) ‘Pembentukan Kokristal Antara Kalsium Atorvastatin dengan Isonikotinamid dan Karakterisasinya’, Jurnal Sains Materi Indonesia, 15(2), pp. 103–110.

Haeria, Syamsi Dhuha, N. and Rahmi Azhariyani, A. (2020) ‘Potensi Pati Umbi Tire (Amorphopallus onchopyllus)

Pregelatinasi Paut Silang Sebagai Bahan Tambahan Tablet Kempa Langsung’, Jurnal Ilmiah Farmasi Farmas-yifa, 1(1), pp. 53–61.

Halim, A., Hamdeni, S. and Zaini, E. (2013) ‘Peningkatan Laju Disolusi Trimetoprim dengan Teknik Co- Grinding Menggunakan Polimer Polivinilpirolidon K-30’, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 11(1), pp. 1–6.

Handayani, R. and Abdasah, M. (2016) ‘Review: Disinte-gran dapat Meningkatkan Kinerja Tablet Orodispersibel (ODT) Sebagai New Drug Delivery System (NDDS)’, Jurnal Farmaka, 14(3), pp. 95–108.

Hilaliyati, N., Ben, E. S. and Zaini, E. (2017) ‘Peningkatan Laju Disolusi Ketoprofen dengan Teknik CoGrinding Menggunakan Polimer Hidroksipropil Metil-selulosa E6’, Jurnal Sains Farmasi dan Klinis, 3(2), pp. 193–201.

Islami, A., Sopyan, I., Gozali, D., Hairunnisa. (2020) ‘Solubility Modificaion Of Piroxicam: A Review’, Ilmiah Farmako Bahari, 11(1), pp. 89–102. Jensen, K. T., Löb-mann, K., Rades, T., Grohganz, H. (2014) ‘Improving Co-Amorphous Drug Formulations By The Addition Of The Highly Water Soluble Amino Acid, Proline’, Pharmaceutics, 6(3), pp. 416–435. doi: 10.3390/pharmaceu-tics6030416.

Mishra, J., Rades, T., Lobmann, K., Grohganz, H. (2018) ‘Influence Of Solvent Composition On The Performance Of Spray-Dried Co-Amorphous Formulations’, Pharmaceutics, 10(1), pp. 1–13. doi: 10.3390/pharmaceu-tics10020047.

Moinuddin, S. M., Ruan, S., Huang, Y., Gao, Q., Shi, Q., Cai, B., Cai, T. (2017) ‘Facile Formation Of Co-Amorphous Atenolol And Hydrochlorothiazide Mixtures Via Cryogenic-Milling: Enhanced Physical Stability, Dissolution And Pharmacokinetic Profile’, International Journal of Pharmaceutics, 532(1), pp. 393–400. doi: 10.1016/j.ijpharm.2017.09.020.

Noviza, D., Febriyanti, N. and Umar, S. (2015) ‘Solubilsasi Parasetamol dengan Ryoto® Sugar Ester dan Propilen-glikol’, Jurnal Sains Farmasi Klinis, 1(2), pp. 132–139. doi: 10.29208/jsfk.2015.1.2.23.

Ojarinta, R., Lerminiaux, L. and Laitinen, R. (2017) ‘Spray Drying Of Poorly Soluble Drugs From Aqueous Arginine Solution’, International Journal of Pharmaceutics, 532(1), pp. 289–298. doi: 10.1016/j.ijpharm.2017.09.015.

Rachmaniar, R., Rusdiana, T., Panatarani, C., Joni, I. (2017) ‘Usaha Peningkatan Kelarutan dan Laju Disolusi Zar Aktif Farmasi Sukar Larut Air’, Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology, 6(2), pp. 2–6.

Rachmat, S. S. and Shovitri, M. (2021) ‘Studi Literatur Tentng Teknik Liofilisasi Untuk Preservasi Bakteri’, Jurnal Teknik ITS, 10(2), pp. 17–22.

Sagala, R. J. (2019) ‘Review: Metode Peningkatan Kecepatan Disolusi Dikombinasi Dengan Penambahan Surfaktan’, Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal), 5(1), pp. 84–92. doi: 10.22487/j24428744.2019.v5.i1.12360.

Santosa, D. M. and Pertiwi, F. D. (2020) ‘Formulasi dan Uji Disolusi Terbanding Tablet Lepas Lambat Natrium Di-klofenak Menggunakan Methocel K100M Sebagai Matriks’, Indonesia Natural Research Pharmaceutical Jour-

nal, 5(2), pp. 1–11.

Setyawan, D., Wardhana, N. K. and Sari, R. (2015) ‘Solubility, Dissolution Test And Antimalarial Activity Of Artesunate Nicotinamide Co-Crystal Prepared By Solvent Evaporation And Slurry Methods’, Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 8(2), pp. 164–166.

Sharma, A. and Jain, C. P. (2010) ‘Preparation And Characterization Of Solid Dispersions Of Car-vedilol with PVP K30’, Research in Pharmaceutical Sciences, 5(1), pp. 49–56. Available at:       http://scholarsresearchlibrary.com/ABR-vol1-

iss2/ABR-2010-1-2-87-90.pdf.

Shinde, A., Jadhav, N., Shinde, O., Patil, P. (2019) ‘Enhancement Solubility And Dissolution Rate Of Paracetamol And Ibuprofen By Coamorphous Particles Using Microwave Technique’, Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 12(11), pp. 155–162. doi: 10.22159/ajpcr.2019.v12i11.34589.

Siswanto, A., Fudholi, A., Nugroho, A. K., Martono, S. (2014) ‘Pengaruh Medium Dissolusi dan Penggunaan Sinker Terhadap Profil Disolusi Tablet Floating Aspirin’, Pharmacy, 11(02), pp. 1–10.

Sitompul, E. D. and Dharma, S. (2018) ‘Pengaruh Variasi Konsentrasi Media Pendingin (Quenchant) Pada Proses Quench Terhadap Kekerasan, Struktur Mikro Dan Retak Akibat Quench (Quench Crack) Dari Baja AISI 1040’, Jurnal ROTOR, 11(1), pp. 1–7.

Skotnicki, M., Jadach, B., Skotnicka, A., Milanowski, B., Tajber, L., Pyda, M., Kujawski, J. (2021) ‘Physicochemical Characterization Of a Co-Amorphous Atorvastatin-Irbesartan System With a Potential Application In Fixed-Dose Combination Therapy’, Pharmaceutics, 13(1), pp. 1–20. doi: 10.3390/pharmaceu-tics13010118

Sutiswa, S. I., Cahyati, Y. and Mudhakir, D. (2019) ‘Peningkatan Disolusi Rosuvastatin Calsium dari Sediaan Tablet dengan Teknik Liquisolid dan Pembentukan Kompleks Inklusi’, Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia, 1(2), pp. 93–102. doi: 10.33759/jrki.v1i2.21.

Wardana, D., Ramadhan, A., Fitri Amne, D. P., Eddiyanto. (2019) ‘Utilization of Glycerol from Used Oil as an Ester Glycerol Surfactant’, Indonesian Journal of Chemical Science and Technology (IJCST), 2(2), pp. 111–120. doi: 10.24114/ijcst.v2i2.13999.

RIZQI DAN CHABIB

93