Profiling Senyawa Metabolit Sekunder Fraksi Aktif Antihiperkolesterolemia Dari Herba Ketumpang Air (Peperomia pellucida L)
on
JURNAL FARMASI UDAYANA | pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607 | VOL. 11, NO. 1, 2022
https://doi.org/10.24843/JFU.2022.11.i01.p05
Profiling Senyawa Metabolit Sekunder Fraksi Aktif Antihiperkolesterolemia Dari Herba Ketumpang Air (Peperomia pellucida L)
Tarso Rudiana1, Dimas Danang Indriatmoko2, Neneng Rohimah2 dan Farhan Riza Afandi3
-
1 Progam Studi Kimia Fakultas Sains, Farmasi dan kesehatan, Universitas Mathla’ul Anwar, Jalan Raya Labuan KM 23, Pandeglang, 42273-Indonesia
-
2 Progam Studi Farmasi Kimia FSFK Universitas Mathla’ul Anwar, Jalan Raya Labuan KM 23, Pandeglang, 42273-Indonesia
-
3 Progam Studi Kimia FST Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jalan Ir. H. Juanda No 95 Ciputat, Tangerang Selatan, 15412-Indonesia
Reception date of the manuscript: 2021-01-01
Acceptance date of the manuscript: 2021-04-11
Publication date: 2022-07-31
Abstract— Herba ketumpang air (Peperomia pellucida L) contains bioactive compounds such as alkaloids, saponins, flavonoids, and steroids which are thought to be efficacious as antihypercholesterolemia. The purpose of this study was to determine the effectiveness of herba P. pellucida extracts as antihypercholesterolemia in vitro and characterize the active fraction. Extraction using ultrasonication methods with stratified organic solvents, such us n-hexane, ethyl acetate, and methanol. The fraction of n-hexane, ethyl acetate, and methanol were tested for cholesterol reduction activity in vitro by photometry method, cholesterol was reacted with Lieberman-Burchard reagents then analyzed using a UV-Vis spectrophotometer. The fraction that has the best activity is characterized by using a Liquid Chromatographic Mass Spectrometer (LCMS). Ethyl acetate fraction had the best activity to reduce cholesterol with a value EC50 of 196.43 ppm. Based on phytochemical tests the active fraction of ethyl acetate contains alkaloids, flavonoids, saponins, and steroids. Results of LCMS analysis of ethyl acetate fraction at a retention time of 4.97; 7.82; and 10.80 are thought to contain active compounds of the flavonoid group namely velutin, casticin, and dihydrochalcone.
Keywords— flavonoid, in vitro, cholesterol, LCMS, ultrasonication
Abstrak— Herba ketumpang air (Peperomia pellucida L) mengandung senyawa bioaktif seperti alkaloid, saponin, flavonoid, dan steroid yang diduga berkhasiat sebagai antihiperkolesterolemia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas fraksi P. pellucida sebagai antihiperkolesterolemia secara in vitro dan mengkarakterisasi fraksi aktifnya. Ekstraksi menggunakan metode ultrasonikasi dengan pelarut organik secara bertingkat yaitu n-heksana, etil asetat, dan metanol. Fraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol diuji aktivitas penurunan kolesterol secara in vitro dengan metode fotometri, kolesterol direaksikan dengan pereaksi Lieberman-Burchard kemudian dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Fraksi yang memiliki aktivitas terbaik dikarakterisasi dengan menggunakan Liquid Chromatography Mass Spectrometer (LCMS). Fraksi etil asetat memiliki aktivitas penurunan kadar kolesterol paling baik dengan nilai nilai EC50 sebesar 196,43 ppm. Berdasarkan uji fitokimia fraksi aktif etil asetat mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan steroid. Hasil analisis LCMS fraksi etil asetat pada waktu retensi 4,97; 7,82; dan 10,80 diduga mengandung senyawa aktif golongan flavonoid yaitu velutin, casticin, dan dihidrocalkon.
Kata Kunci—flavonoid, in vitro, kolesterol, LCMS, ultrasonikasi.
Kolesterol merupakan senyawa kimia golongan steroid yang terdapat di dalam semua sel tubuh. Kolesterol memiliki fungsi penting dalam tubuh, namun kadarnya tidak melebihi ambang batas yaitu 240 mg/dL (Dipiro, 2005). Hiperko-lesterolemia adalah kelebihan kadar kolesterol dalam darah
Penulis koresponden: Tarso Rudiana, [email protected]
(Mayes, 2003) yang dapat memicu munculnya berbagai macam penyakit seperti jantung koroner dan stroke. WHO menyebutkan peningkatan kolesterol dalam darah dapat menyebabkan 2,6 juta kematian (4,5 %) dan 29,7 juta cacat hidup (2,0 %) (Disability-Adjusted Life years) (WHO, 2018) Pengobatan hiperkolesterolemia dapat melalui farmakologis dan nonfarmakologis. Pengobatan melalui farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan seperti penggunaan golongan statin. Pengobatan farmakologis menggunakan obat-obatan sintesis dapat menimbulkan berbagai efek samping
seperti nyeri pada otot dan persendian hingga diare (Hadiarti, 2017). Salah satu upaya mengatasainya adalah dengan peng-gunaaan obat berasal ekstrak tumbuhan.
Salah satu tumbuhan yang diduga berkhasiat sebagai anti-kolesterol adalah herba ketumpang air (Peperomia pellucida L). P. pellucida secara etnobotani digunakan untuk menghentikan perdarahan, penurun kadar kolesterol dalam darah, obat batuk, melancarkan buang air kecil, menurunkan kadar asam urat, menghilangkan rasa kelelahan, radang bisul, jerawat, dan sakit perut (Majumder, 2011). Ekstrak etanol P. pellu-cida dengan dosis 300 mg/kg berat badan tikus galur wistar dapat menurunkan kolesterol total dan LDL secara signifikan, dan dapat meningkatkan kadar HDL (Mazroatul, 2016).
Menurut Dalimartha (2006), kandungan kimia yang terdapat pada tanaman P. pellucida yaitu alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin, polifenol, lemak, fitosterol, dan minyak atsiri (Dalimartha, 2002; Gini, 2013). Golongan flavonoid dapat digunakan sebagai penurun kolesterol dalam tubuh (Anggraini dan Nabillah, 2018). Beberapa senyawa metabolit sekunder dari P. pellucida telah berhasil diisolasi diantaranya senyawa peperomia A, peperomia E, etoposi-da, N,N”- diphenethyloxamide, -sitosterol, stigmasterol, di-llapione, caryophyllene oxide, dan analogue pheophytin (Su, 2006).
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian aktivitas an-tihiperkolesterolemia dan profiling senyawa kimia yang terkandung pada fraksi teraktif dari P. pellucida.
Bahan dan Alat
P. pellucida dikumpulkan dari Panyurungan Ciwandan Kota Cilegon Provinsi Banten Indonesia. Sampel didetermi-nasi di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dengan nomor surat 2489/IPH.1.01/If.07/XI/2018. Berbagai pelarut organik seperti n-heksana, etil asetat, dan metanol (redestilasi), etanol (96 %, Merck), kloro-form (Merck), eter (Merck), DMSO (Merck), asam asetat glasial (Merck), asam sulfat (Merck), kolesterol (Oxford Lab Chem), simvastatin 20 mg, amoniak (Merck), pereaksi Mayer, pereaksi Wagner, pita magnesium, asam klorida (Merck), natrium hidroksida, dan ferri klorida.
Analisis penurunan kadar kolestrol menggunakan spektro-fotometer UV-Vis Genesys™ 10i. Profiling senyawa kimia pada fraksi teraktif menggunakan spektroskopi LC-MS/MS ACQUITY UPLC®H-Class System; BEH C18; Xevo G2-S QTof.
Metode
P. pellucida dikumpulkan, disortasi, dibersihkan dikeringkan dan dihaluskan hingga didapat serbuk simplisia (Rudia-na, 2018).
Serbuk simplisia P. pellucida diekstraksi secara bertingkat menggunakan alat ultrasonikator dengan menggunakan pelarut organik yaitu n-heksana, etil asetat, dan metanol sevara bergantian. P. pellucida dicampurkan ke dalam gelas beker sampai permukaan serbuk simplisia terendam oleh pelarut. Ultrasonikasi dilakukan selama 30 menit (Januarti, 2017). Maserat disaring dan residunya ditambahkan dengan etil ase-
tat sampai permukaan terendam. Maserat disaring kembali. Residu ditambahkan dengan metanol sampai terendam dan disonikasi kembali selama 30 menit dan disaring. Masing-masing maserat diuapkan dengan vaccum rotary evaporator.
Fraksi pekat n-heksana, etil asetat dan metanol P. pellu-cida dibuat seri konsentrasi yaitu 50, 75, 104, 208, dan 312 ppm. Simvastatin 20 mg digunakan sebagai kontrol positif. Masing-masing konsentrasi diambil 5 mL dan dimasukkan ke tabung reaksi. Larutan sampel ditambahkan dengan 5 mL kolesterol 250 ppm dan 2 mL asam asetat anhidrat serta 0,1 mL asam sulfat. Campuran diinkubasi pada ruang gelap selama 15 menit hingga berubah warna menjadi hijau. Hasil reaksi diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 423 nm (Amin, 2015).
Absorbansi sampel P. pellucida dibandingkan dengan larutan baku kolesterol untuk mengetahui persen kadar penurunan kolesterol. Nilai hasil pengukuran sampel P. pellucida dibandingkan dengan simvastatin terhadap penurunan kadar kolesterol (Amin, 2015). Penurunan persentase kadar penu-runn kolesterol berdasarkan rumus berikut:
C-B
x100 % =A.
C
Keterangan : A = % Penurunan kolesterol B = Jumlah kadar kolesterol setelah perlakuan (ekstrak+baku kolesterol) C = Jumlah kadar kolesterol awal (kontrol negatif) Penurunan kolesterol (EC50) dihitung berdasarkan persamaan regresi linier antara konsentrasi sampel uji (X) dengan aktivitas penurunan kadar kolesterol rata-rata (Y) dari seri pengukuran sampel.
-
a. Analisis kualitatif senyawa metabolit sekunder
Skrining fitokimia pada fraksi teraktif P. pellucida terhadap antihiperkolesterolemia meliputi uji alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid dan terpenoid mengikuti prosedur (Fathnoni dkk., 2019).
-
b. Analisis LC-MS/MS
Fraksi teraktif 100 mg dilarutkan dalam 50 mL metanol. Larutan disaring menggunakan filter syringe 0,2 mikron, dan diinjeksikan ke sistem LC-MS/MS dengan kolom C-18 bertindak sebagai fasa diam dan fasa gerak yang digunakan adalah metanol dan air (Rudiana et al., 2019).
Herba P. pellucida diekstraksi secara bertingkat dengan menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan metanol. Berikut hasil ekstraksi dan % rendemen masing-masing maserat (Tabel 1).
Tabel 1: HASIL MASERASI P. pellucida
Ekstrak |
Massa (g) |
% Rendemen |
n-heksana |
9,57 |
3.12 |
Etil asetat |
25,24 |
8,41 |
metanol |
34,95 |
11,65 |
MHS Mathla Ul Anwar Banten Maulani Sample Kode A Sm (Mn, 2x31
Gambar. 1: Kromatogram Fraksi Etil asetat P. pellucida.
Ekstrak herbal P. pellucida diuji aktivitas penurunan kolesterol. Hasil pengukuran penurunan kolesterol disajikan pada tabel 2.
Tabel 2: AKTIVITAS ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA EKSTRAK P. pellucida
Ekstrak |
EC50 (ppm) |
n-heksana |
394,17 |
Etil asetat |
196,43 |
Metanol |
426,24 |
Ekstrak etil asetat memiliki aktivitas terbaik. Berikut hasil pengujian fitokimia ekstrak etil asetat herba P. pellucida (Tabel 3) dan kromatogram ekstrak etil asetat herba P. pellucida (Gambar 1).
Tabel 3: HASIL S KRINING FITOKIMIA EKSTRAK ETIL Asetat
Golongan |
Hasil Identifikasi |
Keterangan |
Alkaloid |
Endapan kuning merah lembayung |
+ |
Tidak terbentuk endapan putih |
- | |
Flavonoid |
Warna jingga |
+ |
Saponin |
Terbentuk busa |
+ |
Tanin |
Tidak terbentuk warna | |
Steroid |
hijau biru/ hitam Warna hijau |
+ |
Terpenoid |
Tidak terbentuk warna merah kecoklatan |
- |
Kandungan kimia pada ekstrak etil asetat P. pellucida hasil analisis LCMS/MS dsajikan pada tabel 4.
Tabel 4: IDENTIFIKASI SENYAWA PADA EKS TRAK ETIL ASETAT P. pellucida
Retensi (menit) |
Berat molekul (m/z) |
Perkiraan Senyawa |
Rumus Molekul |
10,80 |
314.0790 |
Velutin |
C17H14O6 |
7,82 |
374.1002 |
Casticin |
C19H18O8 |
4,97 |
210.1045 |
Dihydrochalcone |
C15H14O |
Herba P. pellucida sebanyak 10.800 g dikering anginkan. Sampel kering kemudian dihaluskan dengan cara diblander sehingga didapatkan serbuk halus P. pellucida sebanyak 315 g. P. pellucida mengandung banyak air, sehingga simplisia kering yang didapatkan jauh lebih kecil massanya dibandingkan dengan massa simplisia kering.
Sampel halus P. pellucida dimaserasi dengan menggunakan metode ultrasonikasi secara bertingkat dengan menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan metanol. Ekstraksi ultrasonikasi merupakan teknik ekstraksi padat cair dengan bantuan gelombang ultasonik pada frekuensi 20-2000 KHz. Ekstraksi dengan bantuan gelombang ultrasonik dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel sehingga kandungan senyawa kimia yang terkandung pada sampel dapat larut dan terekstrak (Hanani, 2015). Pelarut n-heksana, etil asetat dan metanol dipilih sebagai pelarut dikarenakan ketiganya memilik kepolaran yang relatif jauh. Pelarut n-heksana bersifat nonpolar sehingga dapat melarutkan senyawa-senyawa golongan nonpolar seperti steroid, triterpenoid dan asam lemak (Rudiana, 2018). Etil asetat merupakan pelarut dengan sifat semipolar yang dapat melarutkan senyawa-senyawa golongan flavonoid, fenolik, dan tanin. Senyawa-senyawa yang dapat larut pada pelarut metanol adalah senyawa-senyawa golongan polar seperti flavonoid glikosida, dan alkaloid (Ru-diana, 2018). Ekstrak n-heksana menghasilkan % rendemen yang paling kecil (Tabel 1), hal ini diduga pada tanaman P. pellucida memiliki kandungan senyawa nonpolar yang lebih sedikit dibandingkan senyawa yang bersifat semi polar dan polar.
Gambar. 2: Struktur kimia pada fraksi etil asetat P. pellucida.
Analisis penurunan kadar kolesterol dilakukan menggunakan metode fotometri dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard secara in vitro (Attarde, 2010). Kolesterol bereaksi menjadi senyawa berwarna hijau jika direka-sikan dengan pereaksi Lieberman Burchard dan diukur ab-sorbansinya pada spektrofotometer UV-Vis, sehingga penurunan jumlah kolesterol bebas yang terdapat dalam larutan sampel dapat dihitung. Persen penurunan pada Tabel 2, ekstrak etil asetat P. pellucida dengan nilai EC50 paling rendah yaitu sebesar 196,43 ppm. Nilai EC50 berbanding terbalik dengan kemampuan senyawa yang bersifat sebagai antihi-perkolesterolemia. Semakin kecil nilai EC50 berarti semakin kuat daya antihiperkolesterolemianya (Priatna, 2015). Berdasarkan nilai EC50, ekstrak yang paling efektif menurunkan kadar kolesterol total adalah ekstrak etil asetat.
Pada Tabel 4, hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak etil asetat P. pellucida memiliki kandungan golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan steroid. Sesuai penelitian Mawati (2017), ekstrak etil asetat P. pellucida terdapat senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, steroid, dan glikosida (Mawati, 2017).
Hasil analisis ekstrak eti asetat menggunakan LC-MS/MS menghasilkan beberapa puncak kromatogram dengan pada waktu retensi 4,97; 5,89; 6,66; 7,42; 7,82; 9,93; 10,80; 11,94; 12,48; 12,75 menit (Gambar 1). Terdapat 3 puncak yang berhasil diinterpretasi yaitu pada waktu retensi 4,97; 7,82; dan 10,80. Kromatogram dianalisis dengan MassLynx software (Version 4.1) serta identifikasi struktur senyawa kimia yang terdeteksi pada LC-MS dengan database Massbank secara online. Penulisan struktur menggunakan software ChemBio Draw Ultra 12.0.
Spektrum massa pada waktu retensi 4,97 menit dengan [M+H]+ yang diobservasi dipuncak 211,0966 (m/z) berdasarkan referensi yang didapat senyawa tersebut memiliki berat molekul 210,1045 (m/z) dengan rumus molekul C15H14O yang diperkirakan merupakan senyawa dihidro-calkon (Judas, 1995). Spektrum massa pada waktu retensi 7,82 menit. [M+H]+ yang diobservasi 375,1446 (m/z), ber-dasakan referensi yang didapat senyawa ini memiliki berat molekul 374,1002 (m/z) dengan rumus molekul C19H18O8 dan diperkirakan senyawa Casticin (Asker, 2006). Spektrum massa senyawa pada waktu retensi 10,80 menit. [M+H]+ yang diobservasi 315,0867 m/z, berdasarkan referensi yang didapat senyawa ini memiliki berat molekul 314,0790 m/z dengan rumus molekul C17H14O6 dan diperkirakan senya-
wa Velutin (Das, 1970). Berdasarkan hasil LC-MS/MS pada ekstrak etil asetat P. pellucida diduga mengandung 3 senyawa flavonoid yang teridentifikasi. Perkiraan senyawa tersebut yaitu dihidrocalkon, casticin, dan velutin (Gambar 2) yang diduga berperan dalam menurunkan kadar kolesterol pada ekstrak etil asetat.
Gambar 2. Struktur kimia pada ekstrak etil asetat P. pellu-cida
1,3-Difenil-1-propanon (dihidrokalkon) termasuk golongan flavonoid yang merupakan prekursor untuk biosintesis pembentukan flavonoid pada tanaman. Dihidrokalkon memiliki aktivitas biologis antioksidan (Judas, 1995; Reddy, 2017). Senyawa dihidrocalkon diduga memiliki mekanisme dalam menurunkan kadar kolesterol yang bekerja dengan cara penghambatan terhadap HMGCoA reduktase yang berfungsi sebagai pengkatalis dalam pembentukan kolesterol (Zeka, 2017).
Senyawa 5,3’-Dihidroksi-3,6,7,4’-tetrametoksiflavon (casticin) ditemukan sebagai unsur utamanya pada biji Vitex agnus-castus L (Asker, 2006). Casticin memiliki 2 gugus –OH pada struktur kimianya. Secara umum, jumlah dan posisi hidroksil kelompok pada cincin B dan A, dan tingkat konjugasi antara cincin B dan C adalah fitur utama yang dapat mempengaruhi aktivitas flavonoid, dalam kemampuannya untuk mempengaruhi kadar lipid dan perkembangan plak dan aterosklerosis (Mursu, 2007).
Velutin (4’,5-dihidroksi-3’,7-dimetoksiflavon) terdapat pada Ceanothus velutinus (Rhamnaceae) (Das, 1970). Ve-lutin juga menghambat sekresi SEAP (secreted embryonic alkaline phosphatase) yang diinduksi dengan lipopolisakari-da dan LDL teroksidasi, mengindikasikan efek perlindungan aterosklerosis (Kang, 2011).
Menurut Mazroatul et al., (2016) menunjukkan bahwa ekstrak etanol P. pellucida dengan dosis 300 mg/kg berat badan tikus galur wistar dapat menurunkan kolesterol total dan LDL secara signifikan. Penurunan kadar kolesterol dan LDL tidak diikuti dengan trigliserida signifikan dan dapat meningkatkan kadar HDL sehingga ekstrak etanol P. pellucida spesifik menurunkan LDL (Mazroatul, 2016).
Senyawa metabolit sekunder yang diduga berperan dalam menurunkan kadar kolesterol yaitu flavonoid. Flavonoid menghambat kerja enzim HMG-KoA reductase yang berperan dalam pembentukan kolesterol dalam tubuh (Sekhon, 2012). Flavonoid juga dapat mereduksi trigliserida dan meningkatkan HDL dalam darah, selain itu senyawa tersebut juga dapat menaikkan reseptor mengikat apolipoprotein B (Baum, 1998).
Ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol P. pellucida dapat menurunkan kadar kolesterol secara in vitro. Ekstrak ekstrak etil asetat memiliki nilai EC50 paling rendah dibandingkan dengan ekstrak n-heksana dan metanol yaitu sebesar 196,43 ppm. Berdasarkan analisis LCMS/MS ekstrak etil asetat P. pellucida mengandung senyawa golongan flavonoid yaitu velutin, casticin, dan dihydrochalcone yang diduga berperan dalam menurunkan kadar kolesterol.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Mr. Azhar di Pusat Laboratorium Forensik MABES POLRI yang telah membantu dalam analisis LCMS/MS.
Daftar Pustaka
Amin MS. 2015. Studi In Vitro: Efek antikolesterol dari ekstrak metanol buah parijoto (Medinilla speciosa Blume) terhadap kolesterol total [skripsi]. Jakarta: Program studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Anggraini DI, dan Nabillah LF. 2018. Activity Test of Suji Leaf Extract (Dracaena angustifolia Roxb.) on In Vitro Cholesterol Lowering. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 21(2): 54-58
Asker E., Akin S., dan Hokelek T. 2006. 5,3’-Dihydroxy-3,6,7,4’ tetramethoxyflavone. Acta Crystallographica section E structure Reports Online. 62(9): o4519-o4161. https://doi.org/10.1515/ncrs-2017-0141
Attarde D., Pawar J., Chaudhari B., dan Pal S. 2010. Estimation of sterols content in edible oil and ghee samples. In-ternationa Journal of Pharmaceutical and Sciences Review and Research. 5(1): 135-137.
Baum JA., Teng H., Erdman JW., Weigel RM., Klein BP., Persky VW., Freels S., Surya P., Bakhit RM., Ramos E., Shay NF., dan Potter SM. 1998. Long-term intake of soy protein improves blood lipid profiles and icrases mononuclear cell low-density-lipoprotein receptor messenger RNA in hypercholesterolemic, postmenopausal women. The American Jurnal of Clinical Nutrituin. 68(3): 541551. DOI: 10.1093/ajcn/68.3.545
Dalimartha S. 2002. Resep tumbuhan obat untuk menurunkan kolesterol. Jakarta : Penebar swadaya
Dalimarta S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Jakarta: Puspa Swara Das KC., Farmer WJ., dan Wins-tein B. 1970. Phytochemical studies IX A new flavone velutin. J. Org. Chem.: 2970 95(11): 3989-3890. DOI: 10.1021/jo00836a101
Dipiro JT. 2005. Pharmacotherapy: A patophysiologic approach sixth edition edition. New York: McGraw-Hill Medical Publishing Division.
Fathoni A, Rudiana T, dan Adawiyah. 2019. Characterization and antioxidant assay of yellow frangipani flower (Plumeria alba) Extract. Jurnal Pendidikan Kimia. 1-7. DOI: 10.24114/jpkim.vlli1.13034
Gini T., dan Jothi J. 2013. Preminary phytochemichal screening of whole plant extracts of Peperomia pellucida (Linn.) HBK. (Piperaceae) and Marsilea quadrifolia Linn. (Marsileaceae). International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical Research. 5(3): 200-214
Hadiarti D. 2017. Uji aktivitas ekstrak buas-buas (Prem-na serratifolia Linn) sebagai antikolesterol secara
in vitro. Jurnal Ilmiah Ar-Raz. 5(1): 22-29. DOI: 10.29406/arz.v5i1.644
Hanani E. 2015. Analisis fitokimia. Jakarta: EGC Penerbit buku kedokteran
Januarti IB, Santoso A., dan Razak AS. 2017. Ekstraksi senyawa flavonoid daun jati (Tectona grandis L.) dengan metode ultrasonik (kajian rasio bahan: pelarut dan lama ekstraksi). Media Farmasi Indonesia. 12(2): 1259-1266
Judas N., Kaitner B., dan Mestrovic E. 2006. 1,3-Diphenylpropan-1-one. Acta Crystal-lographica Section E Structure Reports Online. 51(12): 2656-2658
Kang J., Xie C., Li Z., Nagarajan S., Schauss AG., Wu T., dan Wu X. 2011. Flavonoids from acai (Euterpe oleracea Mart.) pulp and their antioxidant and antiin-flamatory activities. Food Chem. 128: 152-157. DOI: 10.1016/j/foodchem.2011.03.011
Majumder P., Abraham P., dan Stya V. 2011. Ethno-medicinal, phytochemical and pharmacological review of an amazing medicinal herb Peperomia pellucida (L.) HBK. Reseacrh Journal of Pharmaceutical, Biological, and Chemical. 2(4): 358-364.
Mawati DI. 2017. Uji aktivitas antihiperurisemia ekstrak etil asetat tanaman suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) pada tikus putih jantan yang dienduksi kafein [skripsi]. Jakarta: Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatu-llah.
Mayes PA., Murray RK., Granner DK., dan Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper ed. 25. Jakarta: Buku Kedokteran.
Mazroatul C., Deni GD., Habibi NA., Saputri GF. 2016. Anti-hypercholesterolemia activity of ethano extract Peperomia pellucida. Alchemy Jurnal Penelitian Kimia. 12(1): 86-94. https://doi.org/ 10.20961/al-chemy.12.1.948.88.94
Mursu J., Nurmi T., Tuomainen TP., Ruusunen A., Salonen JT., dan Voutilainen S. 2007. The intake of flavonoids and carotid antheroscierosis: the kuopio ischaemic heart disease risk factory. Br. J. Nutr. 98: 814-818. DOI: 10.1017/S0007114507744410
Priatna M., Sartika AM., Ambaryani R. 2015. Uji banding aktivitas antikolesterol ekstrak etanol buah pepiro (So-lanum muricatum Ait) dan buah strawberry (Fragaria X ananassa Duchesne) pada tikus putih jantan. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. 13(1): 165-172
Reddy MVB, Hung HY, Kuo PC, Huang GJ, Chan YY, Huang SC, Chan YY, Huang SC, Wu SJ, Morris NS, Lee KH, dan Wu TS. 2017. Synthesis and biological evaluation of chalcone, dyhydrochalcone, and 1,3-diarypropane analogs as anti-inflamatory agents. Bio-organic and medicinal chemistry letters. 27(7): 15471550. DOI: 10.1016/j.bmcl.2017.02.038
Rudiana T., Fitriyanti., dan Adawiah. 2018. Aktivitas antioksidan dari batang gandaria (Bouea macrophylla Griff). Educhemia Jurnal Kimia dan Pendidikan. 3(2): 195205. DOI: 10.30870/educhemia.v3i2.3328
Rudiana T., Nani S., Dimas DI., Yusransyah, Ane A., No-vianty Sutopo H. 2019. Characterization of Antioxidative Fraction of Plant Stem Bouea macrophylla Griff. Journal of Physics: Conference Series. 1341 072008.
Sekhon S. 2012. Antioxidant,antiinflamatory and hypolipidemic properties of apple flavonols [thesis]. Nova sco-
tia: Noca Scotia Agricultural College Truro. Su Xu, Na Li, Meng-Meng Ning, Cai-Hong Zhou, Qiao-Rong Yang, dan Meng-Wi Wang.
2006. Bioactive Comounds from Peperomia pellucida. J. Nat.
Prod. 69: 247-250 . DOI: 10.1021/np050457s
WHO. Raised cholesterol situation and trends [internet]. World Helath Organization. 2018 [sited 15 Juni 2020] availabe from: https://www.who.int/gho/ ncd/riskf actors/cholesteroltext/en/
Zeka K., Ruparelia K., Arroo RRJ., Budriesi R., dan Mucucci
M. 2017. Flavonoids and their metabolites: prevention in cardiovascular diseases and diabetes. MDPI. 5(19): 1-18. DOI: 10.3390/diseases5030019
TARSO RUDIANA
31
Discussion and feedback