Dampak Pengeluaran Wisatawan Mancanegara terhadap Perekonomian Indonesia
on
pISSN : 2301 – 8968
JEKT ♦ 13 [1] : 33-54
eISSN : 2303 – 0186
Dampak Pengeluaran Wisatawan Mancanegara terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input Output Miyazawa
Andhiny Adyaharjanti Djoni Hartono1
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
Abstrak
Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang cukup berkembang di Indonesia. Salah satu perkembangan sektor pariwisata ditunjukkan melalui pertumbuhan PDB Pariwisata Indonesia. Pertumbuhan PDB pariwisata Indonesia cukup signifikan hingga pada tahun 2016, sektor pariwisata menjadi sektor penyumbang PDB Nasional terbesar kedua setelah sektor migas. Salah satu penyebab tumbuhnya PDB Pariwisata ini adalah karena peningkatan pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia. Secara tidak langsung peningkatan pengeluaran wisatawan mancanegara berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pengeluaran wisatawan mancanegara terhadap perekonomian Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis input-output dengan pengembangan model Miyazawa. Pengembangan dilakukan dengan membagi sektor rumah tangga menjadi sepuluh kelompok menurut pendapatannya. Kesimpulan penelitian ini adalah pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia berpotensi mengurangi kemiskinan dan memperbesar ketimpangan secara bersamaan. Hal tersebut dirasakan bagi seluruh kelompok rumah tangga, baik kota maupun desa.
Kata Kunci : Industri Pariwisata, Input-Output Miyazawa, Distribusi Pendapatan Klasifikasi JEL :Z31, D57, O15
The Impact of International Tourists’ Expenditure on the Indonesian Economy: Analysis of Miyazawa Input Output
Abstract
Tourism sector is being one of the most developed sector in Indonesia. The development of tourism can be seen through the growth of tourism GDP in Indonesia. The growth of tourism GDP in Indonesia has been significantly increased since 2016, tourism is assumed to be the second largest contributor of national GDP after oil and gas. One ogf the reason for the significant increase in tourism is the increasing number of total international tourists expenses in Indonesia. Indirectly, it impacts to the Indonesian economic. Thus, this research aims to analyse the impact of international tourists expenses to the Indonesian economic. This research used input-output analysis method with Miyazawa model development. The development was done by dividing the household into groups according to their income. The conclusion of this research is tourist expenditures in Indonesia has the potential to reduce poverty and increase inequality simultaneously. It is felt by the whole household groups, both urban and rural household.
Key words : Tourism Industry, Miyazawa Input-Output, Income Distribution JEL Classification : Z31, D57, O15
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan sektor pariwisata yang mengalami pertumbuhan cukup pesat dan menjadi suatu industri yang berdiri sendiri. Salah satu indikator yang dapat menggambarkan pertumbuhan pariwisata Indonesia adalah dengan meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pariwisata. Pada tahun 2016, jumlah PDB pariwisata mencapai Rp 500,19 Triliun (Kementerian Pariwisata RI, 2017). Dengan angka tersebut, sektor pariwisata berkontribusi sebesar 10% pada PDB Nasional. Nominal tersebut merupakan kontribusi sektor pariwisata tertinggi terhadap PDB Nasional, jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Selain itu, sektor pariwisata juga menjadi kontributor PDB nasional terbesar kedua, setelah sektor migas. (Kementerian Pariwisata RI, 2017).
Akibat pesatnya pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia, Pemerintah Indonesia menargetkan agar pertumbuhan pariwisata nasional menjadi dua kali lipat pada tahun 2019. Selain menargetkan pertumbuhan pariwisata, pemerintah Indonesia juga menargetkan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional sebesar 15%, menghasilkan devisa sebesar Rp 280 Triliun, menciptakan lapangan kerja baru bagi 13 Juta orang, meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 Juta orang,serta meningkatkan Indeks Daya Saing Pariwisata Indonesia hingga mencapai peringkat30 di dunia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional 2010-2025, telah ditetapkan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Indonesia. Dari 88 lokasi yang telah ditetapkan tersebut, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, memberikan arahan berupa penandaan tahun 2016 sebagai tahun percepatan agenda KSPN. Pengembangan KSPN ini memiliki tujuan yang ditopang oleh tiga pilar utama : (i) Pengembangan Atraksi (strategi promosi, perbaikan dan pengembangan lokasi wisata); (ii) Pembangunan Aksesibilitas (infrastruktur fisik pendukung); dan (iii) Amenitas (pendukung non fisik, perbaikan peraturan, penyediaan lahan, penginapan, dan seterusnya).2
Adanya pengembangan KSPN dianggap sebagai kebijakan untuk menanggapi pesatnya perkembangan sektor pariwisata di Indonesia. Diharapkan dengan adanya kebijakan pengembangan KSPN, kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional dan lapangan kerja di Indonesia meningkat hingga mencapai target yang telah ditentukan.
Sejalan dengan perkembangan target pemerintah dalam sektor pariwisata maka perlu untuk memahami terlebih dahulu bagaimana sektor pariwisata berperan dalam perekonomian Indonesia. Pemahaman ini diperlukan
tidak hanya bagi peneliti tetapi juga pemerintah agar dapat mengukur dampak dari investasi di sektor pariwisata sehingga menghasilkan kebijakan yang tepat dan berkelanjutan. Salah satu metode yang umum digunakan dalam analisis peran suatu sektor dalam perekonomian adalah analisis Input-Output serta Social Accounting Matrix (Surugiu, 2009; Malba & Taher, 2016; Akkemik, 2012 dan Ferrari, et al., 2018). Selain itu, terdapat juga pengembangan analisis Input-Output dengan menggunakan model Miyazawa untuk melihat dampak investasi suatu sektor terhadap distribusi pendapatan, namun belum pernah dilakukan dalam konteks sektor pariwisata di Indonesia.
Oleh karena itu, studi ini menjadi usaha pertama dalam menganalisis peran sektor pariwisata menggunakan metode I-O Miyazawa. Studi ini memiliki tiga tujuan utama, yaitu : (i) mengetahui bagaimana keterkaitan sektor pariwisata terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia, (ii) mengukur seberapa besar kontribusi pariwisata internasional (inbound tourism) terhadap pertambahan output, perubahan nilai tambah, pendapatan rumah tangga, dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia,dan (iii) menganalisis dampak peningkatan pengeluaran wisatawan mancanegara terhadap distribusi pendapatan di Indonesia. Selanjutnya, hasil penelitian ini disusun dengan alur sistematika penulisan sebagai berikut, yaitusetelah pendahuluan, tulisan ini akan menguraikan mengenai studi literatur, kemudian dilanjutkan dengan metode penelitian yang utamanya adalah menjelasakan mengenai model InputOutput Miyazawa, kemudian
dijelaskan pula mengenai hasil penelitian dan diakhiri dengan kesimpulan.
STUDI LITERATUR
Penelitian mengenai dampak pariwisata terhadap perekonomian merupakan penelitian yang sudah banyak dibahas pada penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai dampak pariwisata terhadap perekonomian dilakukan dengan berbagai macam metode, diantaranya analisis Input-Output, Social Accounting Matrix (SAM), Computable General Equilibrium (CGE), dan model Ekonometrika. Perbedaan metode tersebut digunakan untuk tujuan penelitian yang berbeda-beda.
Salah satu studi yang membahas mengenai peranan pariwisata terhadap perekonomian adalah studi yang dilakukan oleh Surugiu (2009). Studi tersebut menggunakan studi kasus Romania. Melalui metode InputOutput, dengan perbandingan tabel Input-Output tahun 2000 dan 2005, hasil studi menunjukkan bahwa industri pariwisata, terutama perhotelan dan restoran, memberikan kontribusi pada pertumbuhan PDB. Selain itu, hasil studi juga menunjukkan adanya kontribusi tidak langsung dari pariwisata terhadap pertambahan output pada industri lain maupun pertambahan output secara umum. Di dalam studi tersebut juga disebutkan pentingnya infrastruktur transportasi dan pengembangan jasa untuk memperkuat industri pariwisata di Romania.
Studi lainnya yang terkait dengan peran pariwisata adalah Analisis Input-Output atas dampak sektor
pariwisata terhadap perekonomian Maluku (Malba & Taher, 2016). Studi ini meneliti mengenai investasi pada industri pariwisata dan sektor pendukungnya terhadap perekonomian Provinsi Maluku. Studi ini bertujuan untuk melihat dampak terhadap output dan upah secara keseluruhan dan melihat efek pengganda dari sektor pariwisata ini. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Provinsi Maluku bersifat pro-growth dan propoor yang berarti sektor pariwisata dapat dijadikan sebagai salah satu langkah dalam mengentas kemiskinan di Provinsi Maluku.
Lain halnya dengan studi yang dilakukan oleh Akkemik (2012) dan Ferrari, et al. (2018). Keduanya menggunakan metode Social Accounting Matrix pada penelitiannya. Perbedaan dari kedua studi ini terdapat pada sisi yang akan dilihat perubahannya akibat pengaruh pariwisata. Akkemik (2012) melihat pentingnya international tourism terhadap perekonomian dengan Turki sebagai studi kasus. Hasil studi dari Akkemik (2012) menunjukkan bahwa elastisitas international tourism terhadap PDB Turki relatif rendah. Selain itu, dampak dari pengeluaran wisatawan mancanegara terhadap produksi domestik, value-added (PDB) dan penyerapan tenaga kerja di Turki menghasilkan angka yang sederhana dan tidak besar. Sementara itu, studi yang dilakukan oleh Ferrari, et al. (2018) ingin meneliti pengaruh pengeluaran wisatawan di Tuscany terhadap sistem ekonomi regional. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa aktivitas pariwisata di Tuscany berhubungan dengan sistem ekonomi regional dan berdampak pada
produksi makanan, value-added, dan pengeluaran rumah tangga. Hasil dari studi ini juga menunjukkan bahwa adanya shock pada pengeluaran turis di Tuscany memberikan hasil yang positif pada peningkatan permintaan di sektor agrikultur dan produk-produk industri. Sementara itu, menurut Ferrarti, Jimenez dan Secondi (2018), hasil positif yang diberikan oleh peningkatan pengeluaran pada sektor agrikultur juga berlaku pada adanya pengaruh positif pada nilai tambah regional serta aktivitas sektor-sektor lain.
Studi lainnya yang terkait dengan pengaruh pariwisata terhadap perekonomian adalah studi yang dilakukan oleh Ivanov dan Webster (2007); Dwyer, et al.(2003); Sugiyarto, et al. (2003). Ketiga penelitian tersebut menggunakan Computable General Equilibrium (CGE) sebagai model ekonomi. Ivanov dan Webster (2007) meneliti mengenai kontribusi pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi, melihat data dari Cyprus, Spanyol dan Yunani. Studi ini menjadikan perumbuhan PDB riil sebagai alat ukur pertumbuhan ekonomi. Studi ini juga membagi pertumbuhan ekonomi menjadi dua, yaitu pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan oleh pariwisata dan pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan oleh industri lainnya. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa pariwisata memiliki kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Cyprus, Yunani dan Spanyol jika dilihat dari pertumbuhan PDB riil. Sementara studi yang dilakukan oleh Dwyer, etal. (2003) meneliti mengenai pengaruh ekonomi dari pengeluaran wisatawan mancanegara pada peningkatan produksi, peningkatan pendapatan
dan penyerapan tenaga kerja di Australia. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa adanya pengembangan industri pariwisata akan lebih mengubah struktur
industri. Neraca perdagangan juga akan mengarah ke defisit. Efek pengembangan pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja juga
Sumber: Hartono, 2003.
Sektor Penjual |
Sektor Pembeli |
Konsumsi Akhir |
Total Produksi | |||
1 |
2 |
... |
N | |||
1 |
z11 |
z12 |
... |
z1n |
Ci |
Xi |
2 . |
z21 . |
z22 . |
... . |
z2n . |
C2 . |
X2 |
. n |
. . zn1 |
. . zn2 |
. . ... |
. . znn |
. . c∏ |
X∏ |
Nilai Tambah |
Vi |
V2 |
... |
V∏ | ||
Impor |
M1 |
m2 |
... |
Mji | ||
Total Input |
Xi |
X2 |
... |
X∏ |
Gambar 1. Simplifikasi Tabel Input Output
bervariatif, bergantung pada penyebab terjadinya pengangguran, efisiensi pasar tenaga kerja, dan perubahan nilai tukar. Studi lainnya yang menggunakan model CGE adalah studi yang dilakukan oleh Sugiyarto, et al. (2003). Studi tersebut membahas mengenai efek globalisasi melalui tariff reductions, sebagai satu-satunya kebijakan yang sejalan dengan perkembangan pariwisata di Indonesia. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa perkembangan pariwisata memberikan dampak positif pada globalisasi, dan mengurangi adanya efek negatif. Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa pengembangan pariwisata mampu meningkatkan produksi dan
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
METODE PENELITIAN
Model Input Output adalah salah satu dari beberapa metode standar yang digunakan untuk mengukur dampak perubahan permintaan akhir suatu hasil produksi dalam perekonomian (Surugiu, 2009). Aktivitas sebuah sektor yang terdapat pada Model IO diklasifikasikan menjadi dua, yaitu transaksi penjualan hasil produksi dan transaksi pembelian input produksi. Gambar 1 menunjukkam Tabel IO sederhana yang digunakan sebagai dasar dalam pembentukan model Miyazawa dalam penelitian ini. Setiap kolom yang terdapat pada Tabel IO
berisikan angka pembelian input produksi yang dilakukan oleh sebuah sektor terhadap barang atau jasa yang dihasilkan oleh sektor lain di dalam perekonomian tersebut. Sementara, setiap baris yang terdapat pada Tabel IO berisikan angka penjualan hasil produksi sebuah sektor baik dalam bentuk permintaan antara atau permintaan akhir.
Notasi zij menggambarkan produksi sektor i yang dimanfaatkan sebagai input pada sektor j, sementara fi adalah notasi yang menggambarkan konsumsi akhir dari sektor i dan Xi adalah notasi yang menggambarkan total output pada sektor i. Dengan notasi-notasi tersebut maka dapat dirumuskan menjadi sebuah
persamaan sebagai berikut :
ziι + zi2+ ... + zin + fi= Xi (1)
Bentuk penulisan persamaan (1) dapat diubah menjadi seperti berikut :
∑‰zij+fi=Xi , Vi = 1,...n (2)
Selain notasi-notasi yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat notasi-notasi lain yang digunakan dalam Tabel IO. Notasi
Vymenggambarkan nilai tambah atau balas jasa dari faktor produksi sektor j, sementara Mymenggambarkan nilai impor yang dilakukan oleh sektor j dan Xymenggambarkan total input dari sektor j. Dengan adanya notasi-notasi tersebut, maka dapat dibentuk persamaan :
zij + z2j +. + Vj + Mj = Xj (3)
Bentuk penulisan persamaan (3.3) dapat diubah menjadi seperti berikut :
∑n=1 zij +Vj+ Mj = χj , ∀ j = 1, ., n
(4)
Pada analisis Input-Output terdapat istilah yang disebut koefisien input langsung. Koefisien input langsung adalah perbandingan yang menggambarkan jumlah input produksi yang dihasilkan oleh sektor i untuk menghasilkan satu output sektor j.
Koefisien input ini akan berjumlah n2 buah jika pada sebuah perekonomian terdapat n sektor. Koefisen input dapat ditransformasi menjadi bentuk matriks A dimana setiap kolomnya menunjukkan penggunaan input antara pada masing-masing sektor. Bentuk dari matriks A adalah sebagai berikut :
∣a11 a12
a21 a22
ani an2
^inl
a2n
anni
(5)
Penelitian ini menggunakan Tabel Input-Output Nasional tahun 2010 sebagai dasar pengembangan model Miyazawa. Analisis Input-Output Miyazawa (1976) bermaksud untuk menganalisis struktur distribusi pendapatan dengan endogenisasi permintaan konsumsi dalam model standar Leontief (Okuyama, 2010).Pengembangan model Miyazawa dilakukan dengan cara membagi upah/gaji dan sebagian surplus usaha (upah informal) yang diterima oleh tenaga kerja serta konsumsi rumah tangga menjadi beberapa kelompok. Model Miyazawa memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan analisis model IO standar, yaitu model Miyazawadapat digunakan untuk melihat persoalan distribusi pendapatan antar kelompok rumah tangga, sesuatu yang tidak dapat ditemui pada analisis model IO
standar dan juga membagi pendapatan agar tingkat distribusinya dapat dilihat dalam perekonomian sebuah wilayah atau negara (Sonis & Hewings, 2000)
Dari 185 sektor yang terdapat pada Tabel IO, hanya terdapat beberapa sektor yang terkait dengan pariwisata. Sektor-sektor tersebut terdapat pada
Tabel Input Output Pariwisata Banten Tahun 2009. Selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan sektor yang terdapat pada Tabel IO 2010. Sektor dan kode yang dimaksud adalah : Makanan Lainnya (71), Barang dari Tekstil Selain Kain dan Pakaian Jadi (80), Pakaian Jadi (82), Alas Kaki (85),
Input Antara |
Sektor Produksi Permintaan Antara |
Permintaan Akhir |
Total Produksi | ||
1 2 ... n |
Konsumsi |
Pengeluaran Investasi Ekspor Pemerintah | |||
Rendah~~∣ Sedang -1 Tinggi | |||||
ω O 3 C |
1 |
Input Antara (A) |
C |
F |
X |
2 | |||||
. | |||||
. | |||||
. | |||||
n | |||||
^ o' 5 hO O1 ⅛ hO 3 |
Rendah |
V |
0 | ||
Sedang | |||||
Tinggi | |||||
Impor | |||||
Sisa Surplus Usaha | |||||
Penyusutan | |||||
Pajak Tak Langsung | |||||
Total Input |
Gambar 2. Simplifikasi Tabel Input Output Miyazawa
Kertas (91), Barang-barang dari Kertas dan Karton (92), Barang Cetakan (93), Barang-barang Kimia Lainnya (104), Barang-barang Logam Lainnya (120), Perabotan Rumah Tangga dan Kantor selain dari Logam (137), Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal (149), Perdagangan selain Mobil dan Sepeda Motor (156), Jasa Angkutan Darat selain Angkutan Rel
(158), Jasa Penunjang Angkutan (162), Penyediaan Akomodasi (164), Penyediaan Makan dan Minum (165), Jasa Persewaan dan Jasa Penunjang Usaha (176), Jasa Lainnya (185). Sektor-sektor inilah yang akan dilihat hasilnya setelah melakukan analisis simulasi.
Penelitian ini mengelompokkan pendapatan rumah tangga dan konsumsi menjadi 20 kelompok rumah tangga yang terdiri dari 10 desil rumah tangga desa dan 10 desil rumah tangga kota. Desil ke-1 adalah kelompok rumah tangga yang masuk ke dalam kategori rumah tangga miskin, desil ke-2 sampai dengan desil ke-4 adalah kelompok rumah tangga dengan kategori rentan miskin, dan desil ke-5 sampai dengan desil ke-10 adalah kelompok rumah tangga dengan kategori tidak miskin. Kelompok-kelompok rumah tangga tersebut ditambahkan pada Tabel IO standar. Gambar 2 menunjukkan Tabel IO Miyazawa, yaitu Tabel IO standar yang berjumlah 185 sektor (matriks A), kemudian ditambahkan dengan hasil pengolahan data 20 kelompok rumah tangga (matriks C dan matriks V). Sehingga Tabel IO dengan model Miyazawa membentuk matriks 205 x 205.
Salah satu analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis simulasi. Analisis simulais dilakukan dengan cara memasukkan angka pengeluaran wisatawan mancanegara sesuai dengan data Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, ke sektor-sektor yang sesuai dengan kategori alokasi pengeluaran. Sektor-sektor pada Tabel IO Nasional 2010 yang sesuai dengan data kelompok alokasi pengeluaran wisatawan mancanegara adalah: Jagung (2), Ubi Jalar (3), Ubi Kayu (4), Umbi-umbian Lainnya (5), Kacang Tanah (6), Kedelai (7), Kacang-kacangan Lainnya (8), Padi-padian dan Bahan Makanan Lainnya (9), Hasil Penggilingan Padi dan Penyosohan Beras (63). Barang-barang Hasil Industri Pengolahan Lain (143), Jasa Angkutan Rel (157), Jasa
Angkutan Darat Selain Angkutan Rel (158), Jasa Angkutan Laut (159), Jasa Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (160), Jasa Angkutan Udara (161), Penyediaan Akomodasi (164), Penyediaan Makan dan Minum (165), Jasa Persewaan dan Jasa Penunjang Usaha (176), Jasa Pemerintahan Umum (177), Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Swasta (182), Jasa Kesenian, Hiburan dan Rekreasi (183). Analisis dampak juga memperhatikan perbandingan jumlah dampak terhadap output, pendapatan, kesempatan kerja dan nilai tambah dengan nilai dasar masing-masing indikator. Sebelumnya dilakukan
penyesuaian nilai untuk masing-masing indikator dengan
menggunakan angka inflasi rata-rata tahunan.
Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber, antara lain (1) Tabel InputOutput Nasional berdasarkan harga dasar tahun 2010, (2) Data Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang memuat jumlah tenaga kerja berdasarkan lapangan usaha untuk 185 sektor, (3) Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2016 yang memuat rata-rata pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja. Data yang diperoleh dari Sakernas dan Susenas digunakan untuk konstruksi tabel model Miyazawa dari sebelumnya berupa Tabel IO biasa.
HASIL PENELITIAN
Analisis Keterkaitan Antar Sektor
Analisis keterkaitan antar sektor terbagi menjadi dua, yaitu analisis keterkaitan ke belakang dan analisis keterkaitan ke depan. Keterkaitan ke belakang (backward linkages) menunjukkan keterkaitan sebuah sektor dengan sektor hulunya (penyedia input).Jika sebuah sektor
memiliki indeks keterkaitan ke belakang lebih besar dari 1,maka sektor tersebut memiliki kemampuan yang lebih besar dibandingkan dengan rata-rata kemampuan sektor lainnya dalam memengaruhi pertumbuhan sektor hulunya.
Tabel 1. Angka Keterkaitan ke Belakang dan Indeks Keterkaitan ke Belakang Sektor Terkait Pariwisata Indonesia Tahun 2010
Peringkat |
Kode |
Sektor |
AKB |
IKB |
1 |
185 |
Jasa Lainnya |
2,74009 |
1,30 |
2 |
71 |
Makanan Lainnya |
2,63855 |
1,25 |
3 |
165 |
Penyediaan Makan dan Minum |
2,46690 |
1,17 |
4 |
137 |
Perabotan Rumah Tangga dan Kantor selain dari Logam |
2,434203 |
1,15 |
5 |
80 |
Barang dari Tekstil selain Kain dan Pakaian Jadi |
2,432518 |
1,15 |
Sumber : |
Tabel Input Output Indonesia 2010, diolah 2018 |
Tabel 2. Angka Keterkaitan ke Depan dan Indeks Keterkaitan ke Depan Sektor Pariwisata Indonesia Tahun 2010
Pwringkat |
Kode |
Sektor |
AKD |
IKD |
1 |
156 |
Perdagangan selain Mobil Sepeda Motor |
dan 11,8301 |
3,545 |
2 |
165 |
Penyediaan Makan dan Minum |
8,58639 |
2,573 |
3 |
92 |
Barang-barang dari Kertas Karton |
dan 6,76529 |
2,027 |
4 |
158 |
Jasa Angkutan Darat selain Angkutan Rel 5,72128 |
1,714 | |
5 |
176 |
Jasa Persewaan dan Penunjang Usaha 5,26405 |
1,577 |
Sumber : Tabel Input Output Indonesia, diolah 2018
Sebaliknya, jika indeks keterkaitan ke belakang sebuah sektor adalah lebih kecil dari 1, maka sektor tersebut memiliki kemampuan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan sektor lainnya dalam memengaruhi pertumbuhan sektor hulunya. Tabel 1 menunjukkan sektor-sektor pada Tabel IO yang memiliki angka dan indeks keterkaitan ke
belakang tertinggi. Dari 18 sektor yang dilakukan analisis keterkaitan, 14 sektor memiliki indeks keterkaitan ke belakang lebih besar dari 1. Dengan demikian, peningkatan permintaan akhir pada sektor pariwisata signifikan meningkatkan permintaan pada sektor hulunya (penyedia input).
Sementara keterkaitan ke depan adalah keterkaitan sebuah sektor
dengan sektor hilirnya (pengguna output). Jika sebuah sektor memiliki indeks keterkaitan ke depanlebih besar dari 1, maka sektor tersebut memiliki kemampuan yang lebih besar dibandingkan dengan sektor lainnya dalam memengaruhi pertumbuhan sektor hilirnya. Sebaliknya, jika indeks keterkaitan ke depan sebuah sektor adalah lebih kecil dari 1, maka sektor
tersebut memiliki kemampuan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan sektor lainnya dalam memengaruhi pertumbuhan sektor hilirnya.
Tabel 2 menunjukkan sektor-sektor pada Tabel IO yang memiliki angka dan indeks keterkaitan ke depan tertinggi. Dari 18 sektor yang dilakukan analisis keterkaitan, 11
Tabel 3. Klasifikasi Indeks Keterkaitan Pariwisata Indonesia Tahun 2010
Indeks Keterkaitan ke Depan
Tinggi (>1) |
Rendah (<1) |
Indeks • Jasa Penunjang Angkutan Keterkaitan • Penyediaan Makan dan ke Belakang Minum
Penunjang Usaha
|
Selain Kain dan Pakaian Jadi
Tangga dan Kantor Selain dari Logam
Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal |
• Barang-barang Logam Rendah Lainnya (<1) • Perdagangan selain Mobil dan Sepeda Motor |
Lainnya
|
Sumber : Tabel Input Output Indonesia, diolah 2018
sektor memiliki indeks keterkaitan ke depan lebih dari 1. Dengan demikian, peningkatan permintaan akhir pada sektor pariwisata signifikan meningkatkan penggunaan output pada sektor hilirnya (pengguna output).
Studi pengelompokan pada sektor-sektor bertujuan mengidentifikasi sektor kunci dalam perekonomian(Miller & Blair, 2009). Sektor-sektor dalam perekonomian
terbagi menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu (1) sektor yang sangat tidak bergantung pada sektor lain (generally independent) dengan nilai indeks keterkaitan ke belakang ataupun nilai indeks keterkaitan ke depan kurang dari 1 (satu), (2) sektor yang sangat bergantung dengan sektor lainnya (generally dependent) dengan kedua nilai indeks keterkaitan ke depan dan indeks keterkaitan ke belakang besarnya lebih dari satu, (3) sektor yang bergantung pada sektor lain yang
menyediakan input (dependent on interindustry supply) dengan nilai indeks keterkaitan ke belakang lebih besar dari satu sementara nilai indeks keterkaitan ke depan kurang dari satu, dan (4) sektor yang bergantung pada permintaan sektor lain (dependent on interindustry demand) dengan nilai indeks keterkaitan ke depan lebih besar dari satu.
Tabel 3. menunjukkan sektor-sektor terkait pariwisata yang diklasifikasikan menjadi 4 kelompok sesuai klasifikasi yang ditentukan (Miller dan Blair, 2009). Dari 18 sektor yang terkait pariwisata, 9 sektor diantaranya masuk ke dalam kategori sektor kunci (generally dependent). Sebuah sektor dikategorikan menjadi sektor kunci ketika memiliki Indeks Keterkaitan ke Belakang (IKB) dan
Tabel 4. Angka Pengganda Output Sektor Terkait Pariwisata Indonesia Tahun 2010
O CL |
Sektor Terkait Pariwisata |
Penggan da Output Total |
S Crq Xj P |
O CL q |
Sektor Terkait Pariwisata |
Penggand a Output Total |
S Crq Xj P |
Perabotan Rumah | |||||||
71 |
Makanan Lainnya |
2,63855 |
14 |
137 |
Tangga dan Kantor Selain dari Logam |
2,43420 |
35 |
Barang dari Tekstil |
Bangunan Tempat | ||||||
80 |
Selain Kain dan |
2,43251 |
37 |
149 |
Tinggal dan Bukan |
2,40163 |
43 |
Pakaian Jadi |
Tempat Tinggal Perdagangan selain |
11 | |||||
82 |
Pakaian Jadi |
2,14791 |
88 |
156 |
Mobil dan Sepeda |
1,99801 |
4 |
Motor | |||||||
85 |
Alas Kaki |
2,24230 |
72 |
158 |
Jasa Angkutan Darat selain Angkutan Rel |
2,113033 |
93 |
91 |
Kertas |
2,25977 |
69 |
162 |
Jasa Penunjang |
2,21833 |
77 |
Angkutan | |||||||
92 |
Barang-barang dari |
2,33951 |
52 |
164 |
Penyediaan |
2,08880 |
96 |
Kertas dan Karton |
Akomodasi | ||||||
93 |
Barang Cetakan |
2,307161 |
59 |
165 |
Penyediaan Makan dan Minum |
2,46690 |
31 |
Barang-barang Kimia Lainnya |
Jasa Persewaan dan | ||||||
104 |
2,032677 |
108 |
176 |
Jasa Penunjang Usaha |
2,13074 |
92 | |
120 |
Barang-barang Logam Lainnya |
2,01336 |
112 |
185 |
Jasa Lainnya |
2,74009 |
11 |
Sumber : Tabel Input Output Indonesia, diolah 2018
Indeks Keterkaitan ke Depan (IKD) yang lebih dari satu. 9 dari 18 sektor yang menjadi sektor kunci menunjukkan bahwa sektor-sektor yang terkait dengan pariwisata
mampu mendorong permintaan sektor hulu dan mendorong penggunaan output sektor hilirnya secara bersamaan dan signifikan. Sementara, masih adanya sektor-sektor yang
masuk ke dalam klasifikasi dependent on interindustry demand ataupun dependent on interindustry supply menunjukkan bahwa beberapa sektor terkait pariwisata masih
membutuhkan dorongan penggunaan output dan permintaan supply.
Analisis Pengganda
Output (Output Multiplier)
Tabel 4. memperlihatkan pengganda output bagi sektor-sektor yang terkait
pariwisata. Dari table tersebut,dapat dilihat bahwa angka pengganda output terbesar dihasilkan oleh sektor Jasa Lainnya, yaitu sebesar 2,74009. Angka tersebut mengartikan bahwa ketika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor Jasa Lainnya sebesar Rp 1.000.000,- ceteris paribus, maka akan terjadi peningkatan output pada perekonomian sebesar Rp 2.740.090,-. Jika dibandingkan dengan seluruh sektor dalam perekonomian, sektor Jasa Lainnya berada pada peringkat
Tabel 0. Angka Pengganda Pendapatan Sektor Terkait Pariwisata Indonesia
O CL |
Sektor Terkait Pariwisata |
Pengganda Pendapatan Total |
h3 S 5’ CTCf f» rb |
O |
Sektor Terkait Pariwisata |
Pengganda Pendapatan Total |
hO 5’ m |
Perabotan Rumah | |||||||
71 |
Makanan Lainnya |
0,307057 |
97 |
137 |
Tangga dan Kantor Selain dari Logam |
0,32192 |
90 |
Barang dari Tekstil Selain |
Bangunan Tempat | ||||||
80 |
Kain dan Pakaian |
0,270515 |
131 |
149 |
Tinggal dan Bukan |
0,34012 |
70 |
Jadi |
Tempat Tinggal | ||||||
Perdagangan | |||||||
82 |
Pakaian Jadi |
0,306123 |
100 |
156 |
selain Mobil dan |
0,336184 |
75 |
Sepeda Motor Jasa Angkutan | |||||||
85 |
Alas Kaki |
0,407924 |
23 |
158 |
Darat selain Angkutan Rel |
0,32487 |
87 |
91 |
Kertas |
0,29340 |
112 |
162 |
Jasa Penunjang Angkutan Penyediaan Akomodasi |
0,40054 |
28 |
92 |
Barang-barang dari Kertas dan |
0,292361 |
113 |
164 |
0,3202 |
92 | |
Karton | |||||||
93 |
Barang Cetakan |
0,268683 |
133 |
165 |
Penyediaan Makan dan Minum |
0,37660 |
41 |
104 |
Barang-barang Kimia Lainnya |
0,295468 |
108 |
176 |
Jasa Persewaan dan Jasa Penunjang Usaha |
0,417215 |
19 |
120 |
Barang-barang Logam Lainnya |
0,23509 |
152 |
185 |
Jasa Lainnya |
0,634576 |
5 |
Sumber : Tabel Input Output Indonesia, diolah 2018
ke-11. Jadi, jika pemerintah hendak mengejar pertumbuhan ekonomi dengan target yang tinggi melalui sektor pariwisata, kebijakan yang dapat dilakukan adalah melakukan investasi pada beberapa jasa terkait kegiatan pariwisata, yang tidak termasuk ke dalam sektor-sektor di luar sektor Jasa Lainnya.
Pendapatan (Income Multiplier)
Tabel 5. menunjukkan pengganda pendapatan bagi sektor-sektor yang terkait pariwisata. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa angka pengganda
pendapatan terbesar dihasilkan oleh sektor Jasa Lainnya, yaitu sebesar 0,634576. Angka tersebut mengartikan bahwa ketika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor Jasa Lainnya sebesar Rp 1.000.000,- ceteris paribus, maka akan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat dalam perekonomian sebesar Rp 634.576,-. Jika dibandingkan dengan seluruh sektor dalam perekonomian, sektor Jasa Lainnya berada pada peringkat ke-5. Dalam hal ini, jika pemerintah hendak mengejar peningkatan pendapatan dengan target yang tinggi
Tabel 6. Angka Pengganda Tenaga Kerja Sektor Terkait Pariwisata Indonesia
O CL |
Sektor Terkait Pariwisata |
Penggan da Tenaga Kerja Total |
5' Crq Xj g> |
O CL q |
Sektor Terkait Pariwisata |
Penggan da Tenaga Kerja Total |
5' Crq Xj g> |
Makanan Lainnya |
Perabotan Rumah | ||||||
71 |
0,028183 |
50 |
137 |
Tangga dan Kantor Selain dari Logam |
0,02506 |
64 | |
Barang dari Tekstil Selain |
Bangunan Tempat |
0,01839 | |||||
80 |
Kain dan |
0,024365 |
67 |
149 |
Tinggal dan Bukan |
3 |
88 |
Pakaian Jadi |
Tempat Tinggal | ||||||
82 |
Pakaian Jadi |
0,023631 |
70 |
156 |
Perdagangan selain Mobil dan Sepeda Motor |
0,02170 6 |
77 |
85 |
Alas Kaki |
0,024901 |
65 |
158 |
Jasa Angkutan Darat |
0,01610 |
97 |
selain Angkutan Rel |
5 | ||||||
91 |
Kertas |
0,008932 |
149 |
162 |
Jasa Penunjang |
0,02384 |
68 |
Angkutan |
4 | ||||||
Barang-barang |
0,02509 5 | ||||||
92 |
dari Kertas dan |
0,009343 |
140 |
164 |
Penyediaan Akomodasi |
62 | |
Karton | |||||||
93 |
Barang Cetakan |
0,021437 |
78 |
165 |
Penyediaan Makan dan Minum |
0,02769 |
52 |
104 |
Barang-barang |
0,008473 |
153 |
176 |
Jasa Persewaan dan Jasa |
0,00901 |
144 |
Kimia Lainnya |
Penunjang Usaha |
8 | |||||
120 |
Barang-barang Logam Lainnya |
0,006124 |
171 |
185 |
Jasa Lainnya |
0,07055 2 |
19 |
Sumber : Tabel Input Output Indonesia, diolah 2018
melalui sektor pariwisata, kebijakan yang dapat diprioritaskan adalah melakukan investasi pada beberapa jasa terkait kegiatan pariwisata, yang tidak termasuk ke dalam sektor-sektor di luar sektor Jasa Lainnya.
Tenaga Kerja (Labor Multiplier)
Berdasarkan Tabel 6, angka pengganda tenaga kerja terbesar dihasilkan oleh sektor Jasa Lainnya yaitu sebesar 0,070552. Hal tersebut berarti ketika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor Jasa Lainnya sebesar Rp 1 Miliar ceteris paribus, maka terdapat potensi meningkatnya penyerapan tenaga kerja sebanyak 71 orang. Dalam
hal ini, apabila pemerintah hendak mencapai target penurunan pengangguran melalui sektor pariwisata, maka kebijakan yang dapat dipertimbangkan adalah investasi pada sektor-sektor Jasa Lainnya yang tidak termasuk ke dalam sektor jasa yang lain.
Nilai Tambah (Value Added Multiplier)
Angka pengganda nilai tambah sektor-sektor terkait pariwisata ditunjukkan pada Tabel 7. Berdasarkan tabel tersebut, angka pengganda nilai tambah terbesar dihasilkan oleh sektor Jasa Lainnya yaitu sebesar 1,402033. Hal tersebut berarti ketika terjadi
Tabel 7. Angka Pengganda Nilai Tambah Sektor Terkait Pariwisata Indonesia
^ O CL |
Sektor Terkait Pariwisata |
Pengganda Nilai Tambah Total |
h3 S 5’ CTCf f» rb |
O P |
Sektor Terkait Pariwisata |
Penggand a Nilai Tambah Total |
hO 5’ m |
Makanan Lainnya |
Perabotan Rumah |
11 6 | |||||
71 |
1,161209 |
82 |
137 |
Tangga dan Kantor Selain dari Logam |
1,089533 | ||
Barang dari Tekstil Selain |
Bangunan Tempat |
12 | |||||
80 |
Kain dan |
0,998288 |
151 |
149 |
Tinggal dan Bukan |
1,066288 |
5 |
Pakaian Jadi |
Tempat Tinggal | ||||||
Perdagangan | |||||||
82 |
Pakaian Jadi |
1,014508 |
143 |
156 |
selain Mobil dan |
1,202499 |
54 |
Sepeda Motor Jasa Angkutan |
11 | ||||||
85 |
Alas Kaki |
1,096906 |
110 |
158 |
Darat selain |
1,09679 |
1 |
91 |
Kertas |
0,974376 |
155 |
162 |
Angkutan Rel Jasa Penunjang |
1,203738 | |
53 | |||||||
Angkutan |
8 | ||||||
92 |
Barang-barang dari Kertas |
0,964326 |
156 |
164 |
Penyediaan Akomodasi |
1,192689 |
62 |
dan Karton | |||||||
93 |
Barang |
0,908453 |
161 |
165 |
Penyediaan Makan |
1,24094 |
34 |
Cetakan |
dan Minum | ||||||
104 |
Barang-barang |
1,002133 |
150 |
176 |
Jasa Persewaan |
1,230288 |
37 |
Kimia Lainnya |
dan Jasa Penunjang |
Barang-barang |
Usaha | ||||||
120 |
Logam Lainnya |
0,881526 |
164 |
185 |
Jasa Lainnya |
1,402033 |
3 |
Sumber : Tabel Input Output Indonesia, diolah 2018
peningkatan permintaan akhir pada sektor Jasa Lainnya sebesar Rp 1.000.000,-ceteris paribus, maka terdapat potensi meningkatnyapeningkatan nilai tambah sebesar Rp 1.402.033,-. Dalam hal ini, apabila pemerintah hendak mencapai target peningkatan nilai tambah melalui sektor pariwisata, maka kebijakan yang dapat dipertimbangkan adalah investasi pada sektor-sektor Jasa Lainnya yang tidak termasuk ke dalam sektor jasa yang lain.
Analisis Dampak
Output
Tabel 8 memperlihatkan 5 sektor yang memperoleh dampak peningkatan output terbesar akibat adanya alokasi pengeluaran wisatawan mancanegara. Pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa alokasi pengeluaran wisatawan mancanegara dengan total Rp 176,2 Triliun, mampu menghasilkan
perubahan output pada perekonomian Indonesia dengan total sebesar Rp 365,54 Triliun atau naik
Tabel 8. Dampak Pengeluaran Wisatawan Mancanegara terhadap Perubahan Output (dalam Juta Rupiah)
Rank |
Penambahan Persentase Kode Sektor Output Kenaikan |
1 2 |
164 Penyediaan Akomodasi 72.559.065,51 95,63% 165 Penyediaan Makan dan 39.000.524,95 7,49% Minum |
3 |
158 Jasa Angkutan Darat selain 20.733.885,61 5,46% Angkutan Rel |
4 |
156 Perdagangan Selain Mobil dan 19.547.443,54 1,30% Sepeda Motor , , |
5 |
143 Barang-barang Hasil Industri 11.902.203,31 75,31% Pengolahan Lainnya Total (185 Sektor) 365.539.685,40 2,06% |
Sumber : Tabel Input Output Indonesia, diolah 2018
sekitar 2,06% jika dibandingkan dengan nilai dasar tahun 2010 yang disesuaikan dengan inflasi. Dari keseluruhan 185 sektor, sektor Penyediaan Akomodasi memperoleh
penambahan output terbesar, yaitu Rp 72,5 Triliun atau naik sekitar 95,63%. Berikutnya secara berturut-turut adalah sektor Penyediaan Makan dan Minum dengan penambahan output
sebesar Rp 39 Triliun (7,49%), sektor Jasa Angkutan Darat selain Angkutan Rel dengan penambahan output sebesar Rp 20,7 Triliun (5,46%), sektor Perdagangan Selain Mobil dan Sepeda Motor dengan penambahan output sebesar Rp 19,5 Triliun (1,30%), dan sektor Barang-barang Hasil Industri Pengolahan Lainnya sebesar Rp 11,9 Triliun (75,31%).
Perubahan Nilai Tambah
Tabel 9menunjukkan dampak perubahan nilai tambah atau balas jasa faktor produksi akibat alokasi pengeluaran wisatawan mancanegara. Total perubahan nilai tambah pada perekonomian akibat adanya alokasi pengeluaran wisatawan mancanegara adalah sebesar Rp 192,8 Triliun atau mengalami kenaikan sebesar 2,13% jika dibandingkan dengan nilai tambah
dasar tahun 2010 yang disesuaikan dengan tingkat inflasi. Berdasarkan tabel tersebut, sektor yang merasakan dampak perubahan nilai tambah terbesar adalah sektor Penyediaan Akomodasi dengan perubahan nilai tambah sebesar Rp 43,7 Triliun (95,63%). Sektor yang merasakan dampak perubahan nilai tambah atau balas jasa faktor produksi terbesar berikutnya secara berturut-turut adalah sektor Penyediaan Makan dan Minum dengan angka perubahan nilai tambah sebesar Rp 16,7 Triliun (7,49%), sektor Perdagangan Selain Mobil dan Sepeda Motor dengan angka perubahan nilai tambah sebesar Rp 13,2 Triliun (1,30%), sektor Jasa Angkutan Darat selain Angkutan Rel sebesar Rp 10,1 Triliun (5,46%), serta sektor Padi dengan perubahan nilai
Tabel 9. Dampak Pengeluaran Wisatawan Mancanegara terhadap Perubahan Nilai Tambah (dalam Juta Rupiah)
Peringkat |
Kode |
Sektor |
Perubahan Nilai Tambah |
Persentase |
1 |
164 |
Penyediaan Akomodasi |
43.793.950,657 |
95,63% |
2 |
165 |
Penyediaan Makan dan Minum |
16.786.358,039 |
7,49% |
3 |
156 |
Perdagangan Selain Mobil dan Sepeda Motor |
13.219.183,258 |
1,30% |
4 |
158 |
Jasa Angkutan Darat Selain Angkutan Rel |
10.169.235,687 |
5,46% |
5 |
1 |
Padi Total (185 Sektor) |
7.198.220,461 192.805.821,380 |
2,85% 2,13% |
Sumber : Tabel Input Output Indonesia, diolah 2018
Tabel 10. Dampak Pengeluaran Wisatawan Mancanegara terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (dalam Orang)
Peringkat Kode
Sektor
Penyerapan Tenaga Kerja
Persentase
1 2 3 4 |
164 Penyediaan Akomodasi 942.264,135 1164,84% 1 Padi 467.494,554 9,36% 165 Penyediaan Makan dan Minum 350.348,215 133,80% 156 Perdagangan Selain Mobil dan Sepeda Motor . , , |
5 |
158 Jasa Angkutan Darat selain Angkutan Rel . , , Total (185 Sektor) 3.842.237,474 41,03% |
Sumber : Tabel Input Output Indonesia, diolah 2018
tambah sebesar Rp 7,19 Triliun (2,85%).
Penyerapan Tenaga Kerja
Tabel 10 menunjukkan perkiraan penyerapan tenaga kerja dengan adanya alokasi pengeluaran
wisatawan mancanegara di Indonesia pada tahun 2016 sebesar Rp 176,2 Triliun. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa total penyerapan tenaga kerja akibat adanya alokasi pengeluaran wisatawan mancanegara adalah sebanyak
3.842.237 orang. Sektor yang
merasakan dampak penyerapan tenaga kerja terbesar adalah sektor Penyediaan Akomodasi dengan jumlah tenaga kerja yang terserap adalah sebanyak 942.264 orang. Sektor yang merasakan dampak penyerapan tenaga kerja terbesar berikutnya secara berturut-turut adalah sektor Padi dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 467.494 orang, lalu sektor Penyediaan Makan dan Minum sebanyak 350.348 orang, sektor Perdagangan Selain Mobil dan Sepeda Motor sebanyak
Tabel 11.1 Dampak Pengeluaran Wisatawan Mancanegara terhadap Pendapatan Rumah Tangga (dalam Juta Rupiah)
Peningkatan
Rank |
Kode |
Sektor |
Pendapatan Rumah Tangga |
Persentase |
1 |
164 |
Penyediaan Akomodasi |
11.472.664,418 |
95,63% |
2 |
165 |
Penyediaan Makan dan Minum |
6.203.250,043 |
7,49% |
3 |
156 |
Perdagangan Selain Mobil dan Motor |
3.694.098,414 |
1,30% |
4 |
158 |
Jasa Angkutan Darat selain Angkutan Rel |
3.341.262,942 |
5,46% |
5 |
143 |
Barang-barang Hasil Industri Pengolahan Lainnya |
2.107.836,522 |
75,31% |
Total (185 Sektor) |
56.689.961,173 |
1,93% |
Sumber : Tabel Input Output Indonesia, diolah 2018
283.002 orang serta sektor Jasa Angkutan Darat selain Angkutan Rel dengan jumlah tenaga kerja yang terserap adalah sebanyak 194.172 orang.
Peningkatan Pendapatan
Tabel 11 menunjukkan perkiraan peningkatan pendapatan rumah tangga (masyarakat) akibat pengeluaran wisatawan mancanegara. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa sektor Penyediaan Akomodasi merupakan sektor yang mengalami peningkatan pendapatan terbesar, yaitu sebesar Rp 11,4 Triliun atau mengalami kenaikan 95,63% jika dibandingkan dengan nilai pendapatan tahun 2010 (disesuaikan dengan tingkat inflasi). Sektor lainnya yang juga merasakan dampak yang besar dalam hal peningkatan pendapatan akibat pengeluaran wisatawan mancanegara adalah sektor Penyediaan Makan dan Minum sebesar Rp 6,2 Triliun (7,49%), sektor Perdagangan selain Mobil dan Motor sebesar Rp 3,6 Triliun (1,30%), sektor (juta rupiah)
Jasa Angkutan Darat selain Angkutan Rel sebesar Rp 3,3 Triliun (5,46%) dan sektor Barang-barang Hasil Industri Pengolahan Lainnya sebesar Rp 2,1 Triliun (4,31%).
Analisis Distribusi Pendapatan
Gambar 3. menunjukkan dampak pengeluaran wisatawan mancanegara terhadap distribusi pengeluaran masyarakat kota. Dapat terlihat dari gambar tersebut, bahwa kelompok yang menikmati peningkatan pendapatan paling besar adalah kelompok desil 10 atau kategori kelompok rumah tangga tidak miskin, yaitu sebesar Rp 18,7 Triliun.
Kelompok yang merasakan peningkatan pendapatan terbesar ke-2 hingga ke-5 masih berada pada rentang desil 5-10 sehingga dapat dilihat bahwa adanya peningkatan pendapatan akibat alokasi pengeluaran wisatawan mancanegara hanya dirasakan oleh kelompok masyarakat dengan kategori tidak miskin.

Sumber : Tabel Input Output Indonesia, diolah 2018
Gambar 3. Dampak Pengeluaran Wisatawan Mancanegara terhadap Distribusi Pendapatan Masyarakat Kota
Begitu pun yang terjadi pada kelompok masyarakat di desa. Gambar 4 menunjukkan dampak pengeluaran wisatawan mancanegara terhadap distribusi pendapatan masyarakat desa. Berdasarkan Gambar 4., adanya peningkatan pendapatan yang diakibatkan dari alokasi pengeluaran wisatawan mancanegara dirasakan oleh seluruh kelompok rumah tangga. Kelompok rumah tangga yang merasakan peningkatan pendapatan tersebut adalah kelompok desil 10, yaitu sebesar Rp 7,2 Triliun.
Sama seperti yang terjadi pada masyarakat di kota, distribusi pendapatan masyarakat desa masih belum merata. Kelompok rumah tangga yang merasakan peningkatan pendapatan terbesar ke-2 hingga ke-5 masuk ke dalam kelompok desil 5 – 10 atau kategori kelompok rumah tangga
tidak miskin. Kelompok rumah tangga yang masuk ke dalam kategori rentan miskin dan kategori miskin tetap merasakan adanya peningkatan pendapatan ketika terdapat alokasi pengeluaran wisatawan mancanegara, hanya saja besar dampak yang dirasakan oleh kelompok dengan kategori miskin dan kategori rentan miskin lebih kecil dari dampak yang dirasakan oleh kelompok rumah tangga dengan kategori tidak miskin.
Secara keseluruhan, dampak peningkatan pendapatan akibat adanya alokasi pengeluaran wisatawan lebih dirasakan oleh masyarakat kota. Total distribusi pendapatan masyarakat kota dari seluruh kelompok adalah Rp 38,5 Triliun, sementara total distribusi pendapatan pada masyarakat desa adalah sebesar Rp 18,1 Triliun.

Sumber : Tabel Input Output Indonesia 2010, diolah 2018
Gambar 4. Dampak Pengeluaran Wisatawan Mancanegara terhadap Distribusi Pendapatan Masyarakat Desa
KESIMPULAN
Hasil analisis keterkaitan antar sektor ke belakang dan keterkaitan ke depan dengan menggunakan model IO Miyazawa menyimpulkan bahwa secara keseluruhan sektor-sektor yang terkait pariwisata yang masuk ke dalam kategori sektor unggulan adalah sektor Penyediaan Makan dan Minum. Sektor Penyediaan Makan dan Minum mendorong pertumbuhan sektor hulu dan sektor hilirnya. Sementara sektor yang masuk ke dalam kategori sektor kunci dalam mendorong perekonomian Indonesia adalah sektor Makanan Lainnya, sektor Kertas, sektor Barang-barang dari Kertas dan Karton, sektor Barang Cetakan, sektor Jasa Angkutan Darat selain Angkutan Rel, sektor Jasa Penunjang Angkutan, sektor Jasa Persewaan dan Penunjang Usaha dan sektor Jasa Lainnya. Sektor-sektor yang masuk ke dalam kategori kunci menjadi sektor yang dapat mendorong sektor hulu dan hilirnya secara bersamaan ketika dikembangkan.
Hasil analisis angka pengganda output, angka pengganda pendapatan, angka pengganda tenaga kerja dan angka pengganda nilai tambahyang dihasilkan dengan menggunakan model IO Miyazawa menempatkan sektor Jasa Lainnya sebagai sektor terkait pariwisata dengan angka pengganda terbesar. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor Jasa Lainnya memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan jumlah balas jasa
faktor produksi, pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja secara bersamaan. Pengembangan sektor Jasa Lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Sektor ini mewakili jasa-jasa yang dilakukan oleh masyarakat umum sehingga pengembangan sektor ini bisa dilakukan dengan hal-hal yang sederhana.
Lalu berdasarkan hasil analisis dampak melalui model IO Miyazawa, diketahui bahwa 67,93% dari total dampak yang dihasilkan oleh alokasi pengeluaran wisatawan mancanegara dirasakan oleh kelompok masyarakat kota. Kelompok rumah tangga kota yang merasakan dampak paling besar adalah kelompok rumah tangga desil ke-10 atau rumah tangga dengan kategori tidak miskin, yaitu sebesar 48,77%. Sementara total dampak yang dirasakan oleh masyarakat desa adalah sebesar 32,07% dengan kelompok rumah tangga yang merasakan dampak paling besar adalah kelompok desil ke-10 atau kelompok rumah tangga dengan kategori tidak miskin. Dampak yang dirasakan oleh kelompok desil ke-10 adalah sebesar 39,93% dari total keseluruhan dampak yang dirasakan masyarakat desa. Dapat disimpulkan bahwa pengeluaran wisatawan mancanegara dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan, namun juga meningkatkan ketimpangan pendapatan antar kelompok rumah tangga (masyarakat)di Indonesia. Hal ini terjadi karena alokasi terbesar pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia adalah sektor Penyediaan Akomodasi, dimana sebagian besar
penyedia input bagi sektor Penyediaan Akomodasi adalah kelompok rumah tangga desil ke-10 atau rumah tangga dengan kategori tidak miskin sehingga dampak terbesar juga dirasakan oleh kelompok dengan kategori tidak miskin. Selain itu, kurangnya keterlibatan masyarakat berpenghasilan rendah ke dalam kegiatan pariwisata juga termasuk ke dalam salah satu penyebab terjadinya peningkatan ketimpangan pendapatan. Kegiatan pariwisata di Indonesia masih banyak melibatkan jasa-jasa perusahaan dibandingkan dengan usaha yang melibatkan masyarakat berpenghasilan rendah.
REFERENSI
Akkemik, K. A. (2012). Assessing the Importance of International Tourism for the Turkish Economy: A Social Accounting Matrix. Tourism Management, 790-801.
Dwyer, L., Forsyth, P., & Spurr, R.. (2003). Estimating the economic impacts of tourism growth and special events, 1(1), 26–29.
Ferrari, G., Jimenez, J. M., & Secondi, L. (2018). Tourists' Expenditure in Tuscany and It's Impact on the Regional Economic System. Journal of Cleaner Production, 1437-1446.
Hartono, D. (2003). Peran Sektor Jasa Terhadap Perekonomian DKI Jakarta: Analisis Input-Output. Indonesian Journal of Economics and Development, 40-57.
Ivanov, S., & Webster, C. (2007).
Measuring the impact of tourism on economic growth.
Tourism Economics, 13 (3), 379
388.
Kementerian Pariwisata (2017).
Laporan Akuntabilitas Kinerja
Kementerian Pariwisata Tahun 2017
Malba, E., & Taher, I. M. (2016).
Analisis Input-Output atas Dampak Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian
Maluku. Bina Ekonomi, 213-229.
Miller, R. E., & Blair, P. D. (2009). Input-Output Analysis:
Foundations and Extensions. Cambridge: Cambridge
University Press.
Miyazawa, K. (1976), Input-output Analysis and the Structure of Income Distribution, New York: Springer.
Okuyama, Yasuhide (2010) :
Globalization and Localization of Disaster Impacts: An
Empirical Examination, CESifo Forum, ISSN 2190-717X, ifo Institut für
Wirtschaftsforschung an der Universität München, München, Vol. 11, Iss. 2, pp. 56-66
Sonis, M., & Hewings, G. J. (2000). LDU-factorization of Miyazawa Income Multipliers in
Multiregional Systems. The Annals of Regional Science, 569589.
Sugiyarto, G., Blake, A., & Sinclair, M. T. (2003). Tourism and Globalization: Economic Impact of Indonesia. Annals of Tourism Research, 683-701.
Surugiu, C. (2009). The Economic Impact of Tourism. An InputOutput Analysis. Romanian Journal of Economics, 142-161.
54
Discussion and feedback