Minat Pemilik Usaha Industri Kerajinan Bambu Dalam Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Di Kabupaten Bangli
on
pISSN : 2301 - 8968
eISSN : 2303 - 0186
JEKT ♦ 12 [2] : 155-165
Minat Pemilik Usaha Industri Kerajinan Bambu Dalam Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Di Kabupaten Bangli
Ni Luh Putu Kartika Dewi1
Ida Bagus Putu Purbadharmaja2
1,2Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Udayana
ABSTRAK
Perkembangan usaha industri kerajinan bambu tidak dapat terlepas dari peran penting modal, KUR merupakan pembiayaan modal kerja atau investasi yang khusus diperuntukan bagi UMKM dibidang usaha produktif dan layak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis minat pemilik usaha industri kerajinan bambu dalam program KUR, serta menganalisis pengaruh secara parsial dan simultan sosialisasi program, pengetahuan, persepsi suku bunga dan pendapatan terhadap minat pemilik usaha industri kerajinan bambu dalam program KUR di Kabupaten Bangli. Dalam penelitian ini variabel dependen yaitu bersifat dummy dan jenis data primer. Teknik analisis data yang digunakan adalah model logit. Hasil analisis menunjukkan pemilik usaha industri kerajinan bambu yang berminat dalam program KUR yaitu sebesar 74,74 persen. Sosialisasi program, pengetahuan, persepsi suku bunga dan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat pemilik usaha industri kerajinan bambu dalam program KUR baik secara parsial maupun simultan.
Kata kunci: Keinginan, hubungan masyarakat, pengetahuan, suku bunga dan pendapatan
Klasifikasi JEL: D12, HI2, D83, E43, H20
Interest of Bamboo Handicraft Industry Owners in Through Loan for Public Business (KUR) Program in Bangli Regency
ABSTRACT
The development of bamboo handicraft business can’t be separated from the important role of capital, KUR is a working capital or investment financing specifically intended for SMEs in the field of productive and feasible business. This study aims to analyze the interest of bamboo handicraft industry business owners in KUR program, and analyze the partial and simultaneous effect of program socialization, knowledge, interest rate perception and revenue on the interest of bamboo handicraft industry owners in KUR program in Bangli regency. In this study dependent variable is dummy and primary data type. Data analysis technique used is logit model. The result of analysis shows that bamboo handicraft business owners who are interested in KUR program are 74.74 percent. Program socialization, knowledge, interest rate perception and revenue have a positive and significant effect to interest of bamboo handicraft business owners in KUR program either partially or simultaneously.
Keywords: Wants, public relations, knowledge, interest rates and revenue
JEL classification: D12, HI2, D83, E43, H20
PENDAHULUAN
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu indikator untuk menggambarkan laju pertumbuhan ekonomi daerah dalam suatu periode tertentu (BPS, 2017). Rendahnya pertumbuhan PDRB Kabupaten Bangli, menyebabkan keberadaan UMKM sangat berperan bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bangli. Menurut Sudiarta, dkk., (2014)
potensi bisnis UMKM sangat digalakan oleh pemerintah Kabupaten Bangli. Menurut Marwa (2014) dan Parinduri (2014) UMKM berperan penting di dalam pendapatan daerah, mengurangi kemiskinan, menciptakan kesempatan kerja dan mengurangi kesenjangan pendapatan.
Kunjungan kerja Menteri Koperasi dan UMKM RI yaitu A.A. Ngurah Puspayoga di Kabupaten Bangli pada tanggal 16 Februari 2016,
Tabel 1. Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Jumlah Nilai Produksi yang Diciptakan serta
Nilai Investasi UMKM Industri Kerajinan Bambu di Kabupaten Bangli Tahun 2012-2016
Keterangan |
2012 |
2013 |
2014 |
2015 |
2016 |
Unit Usaha UMKM |
1.125 |
1.128 |
1.132 |
1.295 |
1.983 |
Tenaga Kerja UMKM (Orang) |
2.106 |
2.851 |
2.984 |
3.224 |
4.110 |
Nilai Produksi UMKM (Rp.000) |
28.701.729 |
28.730.772 |
67.172.728 |
61.645.428 |
94.897.428 |
Nilai Investasi UMKM (Rp.000) |
9.285.000 |
9.294.375 |
3.252.100 |
3.195.200 |
3.775.200 |
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bangli, 2017
menegaskan bahwa UMKM secara nasional kian berkembang, tidak terkecuali di Kabupaten Bangli. Akan tetapi, dalam perjalanan usaha UMKM di Kabupaten Bangli sering mengalami persoalan, salah satunya persoalan permodalan (http://banglikab.go.id/index.php/baca-berita/844/ Kunjungan-Kerja-Menteri-Koperasi-Dan-UMKM-Di-Kabupaten-Bangli. 15 Februari 2016). Hal yang sama juga di sampaikan oleh Kabid UMKM Kabupaten Bangli yaitu Ida Bagus Weda Astika. Menurut Kabid UMKM Kabupaten Bangli UMKM yang paling berpotensi dikembangkan di Kabupaten Bangli adalah usaha industri kerajinan yang berbahan baku bambu (Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bangli, 2017). Sektor industri kerajinan bambu merupakan salah satu sektor unggulan diantara 5 sektor industri unggulan yang terdapat di Kabupaten Bangli (Sravishta, 2014).
Pada tahun 2012-2016 jumlah unit usaha dan tenaga kerja yang terserap pada industri kerajinan bambu mengalami peningkatan. Namun, pada jumlah nilai produksi yang diciptakan dan nilai investasi usaha kerajinan bambu pada tahun 2012-2016 mengalami fluktuasi. Hal tersebut menandakan bahwa asset dan omset yang dimiliki oleh usaha kerajinan bambu mengalami perubahan, yang mana dapat dilihat pada Tabel 1. pada tahun 2015 nilai produksi mengalami penurunan, dan pada tahun 2014-2015 nilai investasi mengalami penurunan (Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bangli, 2017).
Perkembangan usaha industri kerajinan bambu tidak dapat terlepas dari peran penting modal dalam sebuah usaha yang akan dibangun. Menurut Putri dan Jember (2016) tidak hanya diperlukan modal sendiri di dalam sebuah usaha tapi juga dibantu dengan modal pinjaman. Menurut 156
Riana dan Wiagustini (2014) pinjaman modal atau bantuan modal berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Menurut Indiradewi (2016) dan Suhartini (2014) kredit perbankan merupakan alternatif dan solusi untuk masalah permodalan dan pengembangan usaha.
Untuk membantu pelaku usaha dalam mengatasi kendala dan persoalan permodalan yang dihadapi, pemerintah dibantu oleh perbankan dalam menyalurkan bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program KUR merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam membantu pembiayaan dan mengembangkan UMKM, serta mendorong perbankan dalam menyalurkan kredit bagi UMKM dan Koperasi. Menurut Wardhana, et.al, (2017) kebijakan pemerintah dapat diterapkan sebagai suatu cara untuk mengurangi kemiskinan di dalam suatu lingkup area, sedangkan menurut Mkandawire dan Xiaohong (2016) kebijaksanaan pemerintah berpengaruh dalam mendorong dan mendisain program yang akan menyediakan kredit ke rumah tangga miskin untuk mendukung perusahaan. Tujuan kebijakan pemerintah menurut Pramudya, et.al (2017) adalah tercapainya kesejahteraan masyarakat melalui produk kebijakan yang dibuat pemerintah.
Memunculkan minat masyarakat untuk mengajukan KUR tentunya menjadi tantangan bagi pemerintah yang berkerjasama dengan pihak perbankan dalam menyalurkan bantuan KUR. Menurut Rustariyuni (2013) minat adalah motivasi atau dorongan untuk melakukan apa yang ingin dipilih berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan seseorang yang bersangkutan. Menurut Haron, et.al (2013) hubungan antara pemerintah dan pihak perbankan dalam pengenalan kredit dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
lembaga keuangan.
Minat masyarakat dalam keikutsertaan program pemerintah tentunya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal masyarakat yang bersangkutan (Mayuni dan Surya Dewi, 2015). Menurut Kotler dan Keller (2009:229) dalam mencapai tujuan dan kesuksesan suatu program hubungan dengan masyarakat melalui sosialisasi sangat diperlukan sebagai kegiatan penyuluhan aktivitas baru atau program baru yang dilakukan.
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui atau pengalaman yang terekam dalam kesadaran masyarakat. Menurut Akhabonje Mole dan Namusonge (2016) pengetahuan seseorang mengenai prosedur dan prasyarat yang ditawarkan oleh pihak lembaga keuangan akan mempengaruhi akses kredit usaha kecil dan menengah pada lembaga keuangan, dimana minat seseorang meningkat seiring dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat.
Suku bunga kredit juga merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Ndungu (2016) usaha mikro dan kecil harus mempertimbangkan tingkat bunga yang dibebankan kepada usaha mikro dan kecil jika melakukan peminjaman pada lembaga institusi, karena bagi peminjam bunga kredit dipandang sebagai suatu biaya atau ongkos yang dikeluarkan oleh peminjam. Menurut ekonom klasikal, makin tinggi tingkat suku bunga maka keinginan untuk melakukan investasi makin kecil, sebab tingkat pengembalian dan penggunaan dana juga makin besar, sehingga tinggi rendahnya tingkat bunga akan menentukan pengeluaran investasi (Nopirin, 2014:70).
Tingkat pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan yang telah dilaksanakan merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi keikutsertaan masyarakat dalam setiap program yang dilaksanakan pemerintah (Ratiabriani dan Purbadharmaja, 2016). Menurut Tetteh Anang, et.al (2015) pendapatan yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan mempunyai akses untuk melakukan pinjaman ke pihak instansi lembaga keuangan, dibandingkan dengan yang mempunyai pendapatan rendah. Pihak instasi lembaga keuangan tersebut bisa berupa Bank Umum, BPR, Koprasi dan lain sebagainya yang akan memberikan berbagai jasa keuangan kepada masyarakat.
Masyarakat di Kabupaten Bangli terdiri dari berbagai macam lapisan sosial yang hidup dan menyebar di desa-desa dan Kecamatan yang
ada. Keikutsertaan industri kerajinan bambu dalam program bantuan KUR tentunya dapat membantu masalah permodalan dan mendorong berkembangnya produktivitas kerajinan bambu, sehingga meningkatkan nilai produksi dan nilai investasi, serta meningkatkan kesempatan kerja. Memunculkan minat masyarakat untuk mengajukan KUR tentunya menjadi tantangan bagi pemerintah yang berkerjasama dengan pihak perbankan dalam menyalurkan bantuan KUR.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis minat pemilik usaha indsutri kerajinan bambu dalam program KUR di Kabupaten Bangli dan untuk menganalisis pengaruh secara simultan dan secara parsial sosialisasi program, pengetahuan, persepsi suku bunga dan pendapatan secara signifikan terhadap minat pemilik usaha indsutri kerajinan bambu dalam program KUR di Kabuaten Bangli.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif yang berbentuk asosiatif, yaitu untuk mencari pengaruh atau hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Lokasi ini dipilih karena rendahnya pertumbuhan PDRB di Kabupaten Bangli, serta Kabupaten Bangli merupakan sentra usaha industri kerajinan bambu, dan usaha ini merupakan sektor unggulan yang terdapat di Kabupaten Bangli (Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bangli, 2017). Obyek dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh sosialisasi program, pengetahuan, persepsi suku bunga dan pendapatan terhadap minat pemilik usaha kerajinan bambu dalam program KUR di Kabupaten Bangli.
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu sosialisasi program (X1), merupakan proses untuk melaksanakan ide atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan menarik minat masyarakat dalam partispasi. Pengetahuan (X2), merupakan segala sesuatu yang diketahui, pemahaman atau pengalaman yang terekam dalam kesadaran masyarakat mengenai program KUR. Persepsi suku bunga (X3), merupakan harga dari penggunaan uang atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suku bunga pinjaman KUR yang berlaku yaitu 9 persen per tahun. Pendapatan (X4), merupakan nilai yang didapat dari suatu usaha yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pendapatan usaha industri kerajinan bambu yang diperoleh dalam kurun waktu satu bulan. Variabel terikat yaitu minat yang bersifat dummy dimana 1 = berminat dan 0 = tidak berminat.
Pengukuran variabel independen dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator dan skala pengukuran variabel independen disusun dengan skala likert. Dalam penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif dan kualitatif, serta menggunakan sumber data primer. Penelitian ini menggunakan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bangli, dan PT. BRI Unit Bangli Kota Bangli, serta hasil dari wawancara dan pengisian kuesioner secara langsung dengan responden.
Teknik pengambilan sampel responden menggunakan Purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, kuesioner dan observasi. Instrument penelitian yang digunakan yaitu uji Validitas dan Uji Reliabilitas.
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 1.983 unit usaha industri kerajinan bambu di Kabupaten Bangli. Ukuran sampel dihitung dengan rumus Slovin dengan titik kritis
10 persen.
n =
N
HΛ'e1
(1)
Keterangan:
n = jumlah anggota sampel
N = jumlah anggota populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian 10%)
Maka dapat dihitung jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : = n
1.983
n = 20,83
n = 95,19 (dibulatkan menjadi 95)
Dalam penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 95 unit usaha industri kerajinan bambu yang berada di Kabupaten Bangli. Teknik pengambilan sampel responden menggunakan Purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013:118). Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, kuesioner dan observasi. Instrument penelitian yang digunakan yaitu uji Validitas dan Uji Reliabilitas.
Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis minat pemilik usaha industri kerajinan bambu dalam program bantuan KUR di Kabupaten Bangli adalah Binary Logistic Regression Model. Regresi logistik ini mampu menjamin nilai variabel terikat terletak antara 0 dan 1 dengan teori probabilitas. Karena dalam penelitian ini variabel dependennya merupakan variabel dummy yaitu berminat dan tidak berminat, maka digunakan Uji Regresi Logistik Biner yang mana variabel dependennya bersifat dikotomi/ biner. Berikut merupakan persamaan model ekonometrika (Ghozali, 2006:270):
P
Li = Ln 1-p = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 +β4X4 +e………….……(2)
Dimana :
Li :minat pemilik usaha industri kerajinan bambu dalam program bantuan KUR (variabel Dummy: 1 = berminat, 0 =tidak berminat)
p : probabilitas berminat
p-1 : probabilitas tidak berminat
β0 : intersep
β1β2β3β4 : parameter
X1 : sosialisasi program
X2 : pengetahuan
X3 : persepsi suku bunga
X4 : pendapatan
e : error terms
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Kelayakan/Kesesuaian Model Regresi (goodness-of fit) menunjukkan bahwa nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s ≤ 0,05 ini berarti tidak terdapat perbedaan antara model dengan data yang diamati, dimana model mampu memprediksikan nilai observasinya. Uji Nilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test) menunjukkan bahwa nilai -2 log likelihood pada awal dengan nilai -2 log likelihood pada akhir mengalami penurunan, yang artinya bahwa bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Pada tabel 2. dapat diketahui bahwa pemilik usaha industri kerajinan bambu yang berminat terhadap program KUR adalah sebesar 71 orang atau 74,7 persen, angka tersebut mengindikasikan bahwa pemilik usaha industri kerajinan bambu yang berminat lebih tinggi dibandingkan tidak berminat dalam program KUR.
Menurut responden program KUR ini dapat membantu dalam permasalahan permodalan yang dihadapi usaha industri, serta modal
Tabel 2. Classification Tablea,b
Observed
Minat 01
Step Minat
0 (Y)
0 0 24
1 0 71
Predicator
Overall
Percentage
Sumber :Hasil Penelitian, 2018 (data diolah
Percentage Correct
0
100.0
74.7
pinjaman yang diperoleh akan dapat membantu pengembangan usaha industri kerajinan bambu dan mampu membiayai biaya yang dipergunakan dalam memproduksi kerajinan bambu. Dengan bantuan KUR usaha industri kerajinan bambu dapat lebih berkembang, menyerap tenaga kerja lebih banyak, meningkatkan kesempatan bagi masyarakat berpendidikan dan berketerampilan rendah untuk terlibat dalam aktifitas ekonomi dan meningkatkan kesempatan untuk memperbaiki kesejahteraan.
Tabel 3. Omnibus Test Of Model Coefficients
Untuk Uji Serempak
Chi-square |
df |
Sig. | ||
Step 1 |
Step |
60.467 |
4 |
.000 |
Block |
60.467 |
4 |
.000 | |
Model |
60.467 |
4 |
.000 |
Sumber :Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)
Hasil uji dari uji G pada Tabel 3. menunjukkan bahwa χ2 hitung = 60,467 >χ2 tabel = 9,488 dan Sig. 0,000 < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, yang menandakan bahwa sosialisasi program, pengetahuan, persepsi suku bunga dan pendapatan berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap minat pemilik usaha industri kerajinan bambu dalam program KUR di Kabupaten Bangli. Ini menggambarkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Dalam penelitian ini besarnya pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi total atau R Square yang dilihat dari nilai Nagelkerke’s R Square. Menurut Astuti (2013) Nilai koefisien determinasi adalah di antara 0 dan 1. Jika nilai Nagelkerke’s
R Square semakin besar mendekati 1 maka dapat dikatakan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen semakin besar atau dengan kata lain variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai Nagelkerke’s R Square semakin kecil mendekati 0 berarti variabel independen dalam memberikan informasi yang dibutuhkan sangat terbatas.
Dalam penelitian ini nilai Nagelkerke’s R Square diperoleh sebesar 0,695 yang berarti bahwa 69,5 persen minat pemilik usaha industri kerajinan bambu di Kabupaten Bangli dipengaruhi oleh sosialisasi program, pengetahuan, persepsi suku bunga, pendapatan dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak disebutkan dalam model. Adanya sosialisasi program yang diberikan oleh pemerintah daerah mengenai program KUR, pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai syarat dan prosedur KUR, tanggapan pemilik usaha industri kerajinan bambu mengenai suku bunga KUR yang ditawarkan serta pendapatan yang diperoleh oleh pemilik usaha industri kerajinan bambu untuk melakukan pinjaman akan mempengaruhi minat pemilik usaha industri kerajinan bambu dalam program KUR. Variabel independen dalam penelitian ini mampu menimbulkan rasa ketertarikan, keinginan dan dorongan yang mengarah pada minat pemilik usaha industri kerajinan bambu dalam program KUR ini. Minat disini merupakan dorongan dari dalam diri yang mempengaruhi gerak dan kehendak terhadap sesuatu serta merupakan dorongan kuat bagi seseorang untuk mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginan.
Sedangkan faktor lainnya yang mempengaruhi tidak disebutkan dalam model seperti jarak lokasi dan kualitas layanan, dimana menurut responden jarak usaha industri ke lokasi penyalur kredit KUR dirasa cukup jauh, dan prosedur dalam pengajuan kredit KUR lama, sehingga responden lebih memilih menggunakan alternatif pada pinjaman rentenir atau menggunakan uang muka dari para pemesan.
Hasil uji dari uji Wald menunjukkan bahwa pada tabel 4. Sosalisasi program (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat (Y) pemilik usaha industri kerajinan bambu dalam program KUR di Kabupaten Bangli, dimana hasil uji Wald yangdiperoleh yaitu nilai Wald = 5,308 > χ2 tabel
Tabel 4. Variables in the Equation Untuk Uji Parsial
B |
S.E. |
Wald |
df |
Sig. |
Exp (B) | ||
Step |
X1 |
2.280 |
.990 |
5.308 |
1 |
.021 |
9.776 |
1a |
X2 |
1.430 |
.662 |
4.665 |
1 |
.031 |
4.180 |
X3 |
1.544 |
.705 |
4.799 |
1 |
.028 |
4.686 | |
X4 |
4.151 |
1.645 |
6.368 |
1 |
.012 |
63.529 | |
Constant |
-31.997 |
8.596 |
13.856 |
1 |
.000 |
.000 |
Sumber :Data Primer Diolah, 2018
= 3,841 atau sig. 0,021 < 0,05 dengan nilai β1 = 2,280 yang memiliki arti bahwa apabila sosialisasi program KUR semakin baik maka probabilitas pemilik usaha industri kerajinan bambu untuk berminat dalam program KUR di Kabupaten Bangli meningkat sebesar 90,7 persen (data diperoleh dari 1+#-X380 ) dengan asumsi variabel lain konstan.
Menurut Kotler dan Keller (2009:229) dalam mencapai tujuan dan kesuksesan suatu program hubungan dengan masyarakat melalui sosialisasi sangat diperlukan sebagai kegiatan penyuluhan aktivitas baru atau program baru yang dilakukan. Adanya sosialisasi dari pihak penyelenggara program KUR sangat berpengaruh terhadap persepsi dan sikap masyarakat dalam mengikuti program KUR. Sosialisasi program KUR yang diterima pemilik usaha industri kerajinan bambu, baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan manfaat dan membantu pemilik usaha industri kerajinan bambu untuk memahami ketentuan dalam KUR. Penyuluhan, cara penyampaian dan kualitas sumber informasi sosialisasi yang baik serta mudah dimengerti oleh pemilik usaha industri, akan mempengaruhi minat pemilik usaha industri dalam program KUR. Semakin baik sosialisasi program yang didapat oleh pemilik usaha industri, maka semakin menarik perhatian dan menimbulkan minat responden dalam program KUR.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Atipah (2016) adanya hubungan antara minat keikutsertaan masyarakat dengan tingkat komunikasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah dalam mensosialisasikan program perencanaan pembangunan menunjukkan bahwa dengan adanya komunikasi antara warga masyarakat dengan sesamanya atau dengan pemerintah serta antara sistem sosial yang ada dalam masyarakat maka akan meningkatkan minat masyarakat Desa Banjarlor dalam Keikutsertaan program Jamkesda. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Syarif As’ad (2012) dan Fredelina (2015:8)
juga memperoleh hasil yang sama yaitu sosialisasi pengaruh positif dan signifikan terhadap minat masyarakat. Dimana sosialisasi yang dilakukan dengan komunikasi tatap muka secara langsung, efek yang ditimbulkan dapat segera terlihat, dengan adanya sosialisasi masyarakat akan lebih mengerti mengenai aktivitas baru atau program baru yang dilakukan.
Pengetahuan (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat (Y) pemilik usaha industri kerajinan bambu dalam program KUR di Kabupaten Bangli, dimana hasil uji Wald diperoleh nilai Wald = 4,665 > χ2 tabel = 3,841 atau Sig. 0,031 < 0,05 dengan nilai β2 = 1,430 yang memiliki arti bahwa apabila pengetahuan pemilik usaha industri kerajinan bambu semakin tinggi, maka probabilitas pemilik usaha industri kerajinan bambu untuk berminat dalam program KUR di Kabupaten Bangli meningkat sebesar 80,7 persen (data diperoleh dariI+.1"0) dengan asumsi variabel lain konstan.
Menurut Notoatmodjo (2012:122) dalam membentuk tindakan seseorang pengetahuan merupakan domain yang sangat penting, semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki masyarakat maka semakin tinggi minat keikutsertaan masyarakat dalam program pemerintah. Menurut Chowdhury, et.al (2013) pengetahuan adalah suatu faktor penting yang mempengaruhi masyarakat menggunakan kredit. Hal ini disebabkan karena pengetahuan dan pemahaman seseorang mengenai prosedur dan prasyarat yang ditawarkan oleh pihak lembaga keuangan akan mempengaruhi akses kredit usaha kecil dan menengah pada lembaga keuangan, dimana minat seseorang meningkat seiring dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat.
Dalam penelitian ini pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat pemilik usaha industri kerajinan bambu dalam program KUR di Kabupaten Bangli, dimana minat pemilik usaha dalam program KUR meningkat seiring dengan tingkat pengetahuan
pemilik usaha industri dalam program KUR. Semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman pemilik usaha industri mengenai program KUR baik itu pengetahuan mengenai kerjasama pemerintah dengan pihak perbankan penyalur KUR, mengenai tujuan, syarat-syarat, serta prosedur yang harus dipenuhi dan dijalankan dalam program KUR akan meningkatkan minat pemilik usaha industri kerajinan bambu dalam program KUR di Kabupaten Bangli.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rukmanasari (2017) yang menyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat masyarakat menggunakan jasa lembaga keuangan, yang artinya jika pengetahuan masyarakat ditingkatkan maka semakin tinggi pula minat masyarakat menggunakan jasa lembaga keuangan. Selain itu Lindriati, dkk., (2017) juga memperoleh hasil yang sama yaitu pengetahuan masyarakat mengenai pembuatan akta kematian berpengaruh singnifikan terhadap minat pembuatan akta kematian pada masyarakat di desa Purworejo, dengan kata lain minat masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman masyarakat mengenai kegiatan atau program yang dilakukan pemerintah.
Persepsi suku bunga (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat (Y) pemilik usaha industri kerajinan bambu dalam program KUR di Kabupaten Bangli, hasil uji Wald diperoleh nilai Wald = 4,799 > χ2 tabel =3,841 atau Sig. 0,028 < 0,05 dengan nilai β3 = 1,544 yang memiliki arti bahwa apabila persepsi pemilik usaha industri kerajinan bambu terhadap suku bunga semakin baik dengan catatan variabel lain konstan, maka probabilitas pemilik usaha industri kerajinan bambu untuk berminat dalam program KUR di Kabupaten Bangli meningkat sebesar 0,824 atau 82,4 persen (data diperoleh dari 1+β→SM).
Menurut ekonom klasikal, makin tinggi tingkat suku bunga maka keinginan untuk melakukan investasi makin kecil, sebab tingkat pengembalian dan penggunaan dana juga makin besar, sehingga tinggi rendahnya tingkat bunga akan menentukan pengeluaran investasi (Nopirin, 2014:70). Menurut Purnomo dan Nurul (2013) suku bunga dapat mempengaruhi keputusan ekonomi usaha dalam rumah tangga, seperti memutuskan menggunakan dananya untuk berinvestasi dalam bentuk peralatan baru atau meningkatkan produktifitasnya. Semakin rendah suku bunga
kredit yang ditawarkan lembaga keuangan maka minat masyarakat dalam meminjam kredit akan bertambah besar. Dengan semakin rendahnya suku bunga kredit, khusunya kredit usaha mikro, kecil dan menengah maka akan memicu pertumbuhan dan perkembangan jumlah usaha.
Persepsi masyarakat terhadap tinggi rendahnya tingkat suku bunga KUR akan menentukan minat seseorang dalam melakukan investasi untuk modal kerja dalam melakukan proses produksi. Dalam penelitian ini persepsi pemilik usaha industri kerajinan bambu mengenai suku bunga yang ditawarkan dalam program KUR terjangkau atau tidak, sistem bunga yang ditawarkan menarik dan sesuai dengan kemampuan serta sesuai dengan plafon pinjaman atau tidak tentunya akan mempengaruhi tanggapan responden terhadap suku bunga KUR tersebut, semakin baik persepsi pemilik usaha industri kerajinan bambu terhadap suku bunga KUR akan dapat mendorong minat responden dalam program KUR. Suku bunga merupakan salah satu hal penting yang harus dipertimbangkan oleh pemilik usaha industri kerajinan bambu sebelum melakukan pinjaman, sehingga semakin baik persepsi pemilik usaha industri mengenai suku bunga KUR yang ditawarkan maka minat pemilik usaha industri akan menuingkat dalam program KUR. Menurut Ndungu (2016) dan Bernard, et.al (2014) usaha mikro dan kecil harus mempertimbangkan tingkat bunga yang dibebankan kepada usaha jika melakukan peminjaman pada lembaga institusi, karena bagi peminjam bunga kredit dipandang sebagai suatu biaya atau ongkos yang dikeluarkan oleh peminjam.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Andriyani (2012) menyatakan bahwa minat masyarakat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, tanpa suku bunga yang menjanjikan atau menguntungkan bisa dipastikan masyarakat kurang tertarik bahkan mungkin sudah tidak ingin lagi berinvestasi di lembaga perbankan tersebut. Hussain (2012) dan Astuti (2013) juga memperoleh hasil yang sama yaitu persepsi seseorang mengenai tingkat suku bunga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat, yang artinya jika persepsi seseorang terhadap tingkat suku bunga semakin baik maka minat seseorang berinvestasi di lembaga perbankan akan meningkat.
Pendapatan (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat (Y) pemilik usaha
industri kerajinan bambu dalam program KUR di Kabupaten Bangli, hasil uji Wald diperoleh nilai Wald = 6,368 > χ2 tabel = 3,841 atau Sig. 0,012 < 0,05 dengan β4 = 4,151 yang memiliki arti bahwa apabila pendapatan pemilik usaha industri kerajinan bambu semakin tinggi dengan catatan variabel lain konstan, maka probabilitas pemilik usaha industri kerajinan bambu untuk berminat dalam program KUR di Kabupaten Bangli meningkat sebesar 0,984 atau 98,4 persen (data diperoleh dari i≡⅛ ).
Dalam teori pilihan konsumen pendapatan merupakan garis anggaran atau batas anggaran yang merupakan seluruh kombinasi barang dengan jumlah total uang yang dihabiskan sama dengan pendapatan yang diterima (Pindyck dan Daniel, 2012:87). Dengan preferensi dan anggaran yang tersedia, maka dapat mengetahui bagaimana pemilik usaha industri kerajinan bambu memilih berminat menggunakan kredit KUR atau tidak untuk memaksimalkan kepuasan yang dapat mereka raih, dengan anggaran tebatas yang mereka miliki. Tetteh Anang, et.al (2015) berpendapat bahwa pendapatan yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan mempunyai akses untuk melakukan pinjaman ke lembaga keuangan dibandingkan dengan yang mempunyai pendapatan rendah, karena untuk melakukan pinjaman harus memperhitungkan pendapatan yang diperoleh.
Dalam penelitian ini pendapatan merupakan omzet dari penjualan dan ditentukan dari keberhasilan dalam pekerjaan produksi, sehingga pendapatannya diperoleh memungkinkan atau cukup untuk melakukan tambahan modal dengan melakukan pinjaman. Besar kecilnya pendapatan yang mampu dihasilkan oleh usaha industri kerajinan bambu akan mempengaruhi kelangsungan usaha industri tersebut dan akan mempengaruhi minat masyarakat dalam keikutsertaannya dalam program KUR. Sebab pendapatan usaha yang tinggi mempunyai kuasa ekonomi dan dengan meminjam kredit akan menambah keuntungan jika melakukan pinjaman.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Russetyowati (2016) dan Dahlan Malik (2017) bahwa pendapatan berpengaruh positif terhadap minat masyarakat, dimana pendapatan yang semakin tinggi maka minat seseorang dalam menggunakan kartu kredit syariah akan semakin meningkat. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wangai dan Woodlands (2011), yang menyatakan 162
bahwa pendapatan berpengaruh terhadap minat keikutsertaan wirausahawan meminjam kredit pada lembaga keuangan. Karena pendapatan merupakan faktor penting yang mempengaruhi usahawan kecil-kecilan untuk meminjam kredit dari institusi kredit formal.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan yaitu: (i) pemilik usaha industri kerajinan bambu yang berminat dalam program KUR di Kabupaten Bangli lebih tinggi dibandingkan yang tidak berminat dalam program KUR; (ii) Variabel sosialisas program, pengetahuan, persepsi suku bunga dan pendapatan berpengaruh simultan dan signifikan terhadap minat pemilik usaha industri kerajinan bambu dalam program KUR di Kabupaten Bangli; (iii) Secara parsial variabel sosialisasi program, pengetahuan, persepsi suku bunga dan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat pemilik usaha industri kerajinan bambu dalam program KUR di Kabupaten Bangli. Dimana semakin baik sosialisasi program KUR, pengetahuan, persepsi suku bunga dan pendapatan maka probabilitas pemilik usaha industri kerajinan bambu untuk berminat dalam program KUR di Kabupaten Bangli meningkat.
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu: (i) Perlu adanya sosialisasi program KUR atau penyuluhan secara menyeluruh, guna meningaktkan pemahaman pemilik usaha industri kerajinan bambu mengenai program KUR. Selain itu Pemerintah Daerah diharapkan memperkuat link dalam membantu pemasaran produk usaha industri kerajinan bambu; (ii) Pemerintah daerah diharapkan memberikan informasi dan pemahaman mengenai persyaratan dan prosedur dalam pembuatan surat keterangan usaha, karena banyak usaha industri kerajinan bambu yang tidak memiliki surat keterangan usaha, menyebabkan mereka tidak dapat langsung mengajukan permohonan pinjaman kredit KUR; (iii) Bagi pengusaha industri kerajinan bambu agar lebih memperhatikan pentingnya pencatatan keuangan atau pembukuan, karena bukan hanya untuk kemudahan memperoleh kredit KUR, tetapi untuk pengendalian aset, kewajiban dan modal serta perencanaan pendapatan dan efisiensi biaya-biaya
REFERENSI
Akhabonje Mole, Shirley dan G.S. Namusonge.
2016. Factors Affecting Access to Credit by Small and Medium Enterprises: A Case of Kitale Town. The International Journal of Social Sciences and Humanities Invention. Vol.3 issue 10, pp: 2904-2917.
Andriyani, Dini. 2012. Pengaruh Pergerakan Suku Bunga Tabungan Terhadap Minat Masyarakat Untuk Berinvestasi (Studi Kasus: Universitas Gunadarma, Depok). UG Jurna. Vol. 6 No. 5.
Astuti, Tri. 2013. Pengaruh Persepsi Nasabah Tentang Tingkat Suku Bunga, Promosi dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Menabung Nasabah (Studi Kasus Pada BRI Cabang Sleman). Skripsi. Program Studi Akuntansi Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Atipah. 2016. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Minat Masyarakat dalam Keikutsertaan Program Jamkesda di Desa Banjarlor Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2017. Provinsi Bali Dalam Angka 2017. Denpasar: BPS Bali
Bernard, Bawuah, Yakubu Awudu Sare dan Alhassan Musah, 2014. The Effects of Interest Rate on Micro, Small and Medium Enterprises Financing Decision in Wa Municipality of Ghana. International Journal of Business, Humanities and Technology Vol. 4, No. 4.
Chowdhury, Mohammed S., Zahurul Alam dan Md. Ifttekhar Arif. 2013. Success Factors of Entrepreneurs of Small and Medium Sized Enterprises: Evidence from Bangladesh. Business and Economic Research. ISSN 2162-4860, Vol. 3, No. 2.
Dahlan Malik, Ahmad. 2017. Analisa Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Berinvestasi di Pasar Modal Syariah Melalui Bursa Galeri Investasi Uisi. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, Vol. 3, No. 1, Januari-Juni 2017.
Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bangli. 2017. Jumlah UMKM Kabupaten Bangli Tahun 2012-2016. Kabupaten Bangli.
Fredelina. 2015. Pelaksanaan Komunikasi Pembangunan Program Jaminan Kesehatan Nasional BPJS Kesehatan di Kota Pekanbaru. JOM FISIP. Vol. 2 No. 2.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro.
Haron, Hasnah, Saniza Binti Said, K. Jayaraman dan Ishak Ismail. 2013. Factors Influencing Small Medium Enterprises (SMES) in Obtaining Loan. International Journal of Business and Social Science.Vol.4 No. 15.
http://banglikab.go.id/index.php/baca-berita/844/ Kunjungan-Kerja-Menteri-Koperasi-Dan-UMKM-Di-Kabupaten-Bangli. 15 Februari 2016.
Hussain, Tanveer. 2012. Factors Influencing Demand For Credit From Formal And Informal Sources In Gujranwala District, Pakistan- A Case Of Commercial Banks And Arties. Thesis. Norwegian University of Life Sciences.
Indiradewi, Ni Made Ayu dan A.A. Istri Ngurah Marhaeni. 2016. Evaluasi Program Pemberdayaan Usaha Mina Pedesaan pada Masyarakat Pesisir. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan. Vol. 9 No. 1, pp: 68-79.
Kolter, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Lindriati, Irawan Suntoro dan Berchah Pitoewas. 2017. Pengaruh Sosialisasi dan Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap Minat Pembuatan Akta Kematian Di Desa
Purworejo. Artikel. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Bandar Lampung.
Marwa, Nyankomo. 2014. Micro, Small and Medium Enterprises’ External Financing Challenges: The Role of Formal Financial Institutions and Development Finance Intervention in Tanzania. International Journal of Trade, Economics and Finance, Vol. 5, No. 3.
Mayuni, Made Ary dan Surya Dewi Rustariyuni. 2015. Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Kinerja UMKM di Kabupaten Jembrana. E-Jurnal EP Unud, 4 [12] : 1489-1506.
Mkandawire, Meya and Xiaohong Duan. 2016. Factors Influencing Credit Demand among Household Non-Agriculture Enterprises in Malawi. Open Journal of Business and Management. Vol. 4, 312-321
Ndungu, Catherine Wanjiku. 2016. Factors Affecting Credit Access Among Small and Medium Enterprises In Murang’a County. Thesis. Administration In Finance At The University Of Nairobi.
Nopirin, Ph. D. 2014. Ekonomi Moneter Edisi ke-4. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Notoatmodjo, Soekidjo.2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Parinduri, Rasyad A. 2014. Family Hardship And The Growth Of Micro And Small Firms In Indonesia. Bulletin Of Indonesian Economic Studies, Vol. 50 No. 1, 53–73.
Pindyck, Robert S. dan Daniel L. Rubinfeld. 2012. Mikroekonomi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga
Pramudya, Eusebius Pantja, Otto Hospes and C. J. A. M. Termeer. 2017. Governing The Palm-Oil Sector Through Finance: The Changing Roles of The Indonesian State. Bulletin of Indonesian Economic Studie.
Vol. 53 No. 1, 57–82
Purnomo, Tri Hendra dan Nurul Widyawati. 2013. Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga dan Inflasi Terhadap Return Saham pada Perusahaan Properti. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen. Vol. 2 No. 10.
Putri, Ni Made Dwi dan I Made Jember. 2016. Pengaruh Modal Sendiri dan Lokasi Usaha Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Tabanan (Modal Pinjaman Sebagai Variabel Intervening). Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan. Vol. 9 No. 2, pp: 142-150.
Ratiabriani, Ni Made dan Ida Bagus Putu Purbadharmaja. 2016. Partisipasi Masyarakat dalam Program Bank Sampah: Model Logit. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan. Vol. 9 No. 1, pp: 53-58.
Riana, I Gede dan Ni Luh Putu Wiagustini. 2014. Master Plan UMKM Berbasis Perikanan Untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan Yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan. Vol, 7 No. 2, pp: 102-119.
Rukmanasari, Feti. 2017. Pengaruh Pengetahuan, Promosi dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Nasabah Menggunakan Jasa Pegadaian Syariah (Studi Kasus pada Pegadaian Syariah Majapahit Semarang). Skripsi. Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Russetyowati, Aprillia. 2016. Analisis Pengaruh Kepercayaan, Sikap dan Pendapatan Terhadap Minat Menggunakan Kartu Kredit Syariah. Skripsi. Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis IslamInstitutAgamaIslamNegeriSurakarta.
Rustariyuni, Surya Dewi. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Migran Melakukan Mobilitas Non Permanen ke Kota Denpasar. Piramida Vol. IX No. 2 : 95 – 104.
Sravishta, Dewa Ayu Widyastiti. 2014. Pengaruh
Sektor Potensial Terhadap Kesempatan Memilih Bank Syariah Di Kotagede Kerja Di Kabupaten Bangli. E-Jurnal EP Yogakarta. Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman Unud, 3 [4] :145-154 ISSN: 2303-0178. Vol. 8 No. 2.
Sudiarta, I Putu Lanang Eka, I Ketut Kirya, dan I Wayan Cipta. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Kabupaten Bangli. E-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen Volume 2 Tahun 2014.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Enam Belas. Bandung: Alfabeta.
Suhartini, Atik Mar’atis Dan Ropika Yuta. 2014. Keterkaitan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Serta Kemiskinan di Indonesia Tahun 2012. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan. Vol. 7 No.2, pp: 137-144
Syarif As’ad. 2012. Tingkat Sosialisasi Perbankan Syariah Terhadap Minat Masyarakat
Tetteh Anang, Timo Sipiläinen, Stefan Backman dan Jukka Kola. 2015. Factors Influencing Smallholder Farmers’ Access To Agricultural Microcredit In Northern Ghana. African Journal of Agricultural Research. Vol. 10 (24), pp. 2460-2469.
Wangai, Ms Priscilla N. dan Woodlands Hospital Meru. 2011. Factors that Influence the Demand for Credit for Credit Among Small-Scale Investors: a case study of Meru Central District, Kenya. Research Journal of Finance and Accounting. Vol 2, No 2.
Wardhana, Dadan, Rico Ihle dan Wim Heijman. 2017. Agro-Clusters And Rural Poverty: A Spatial Perspective For West Java. Bulletin of Indonesian Economic Studies. Vol. 53, No. 2, 161–86
165
Discussion and feedback