Pengaruh Variabel Sosial Demografi terhadap Keputusan Penduduk Lanjut Usia Memilih Bekerja di Kecamatan Kediri
on
IJEKT ♦ 9 [2] : 135 - 141
ISSN : 2301 - 8968
Pengaruh Variabel Sosial Demografi terhadap Keputusan Penduduk Lanjut Usia Memilih Bekerja di Kecamatan Kediri
Ni Putu Dewi Utami*
Surya Dewi Rustariyuni
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
*e-mail: dewii.utamie@gmail.com
ABSTRAK
Fenomena penduduk yang berumur 60 tahun keatas yang dapat dikategorikan penduduk lanjut usia masih bekerja, banyak ditemukan di Bali. Peningkatan kualitas kesehatan memiliki dampak pada peningkatan angka harapan hidup yang secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah penduduk lanjut usia yang masih bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel sosial demografi terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih bekerja. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan angket di Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan. Data sampel penelitian diperoleh dengan proportionaterandom sampling dengan sampel sebanyak 191 responden. Penelitian ini menggunakan analisis model logit. Dari penelitian diperoleh bahwa keputusan penduduk lanjut usia memilih bekerja di Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan dipengaruhi oleh status perkawinan, tunjangan hari tua, usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan. Pendidikan, beban tanggungan dan status dalam keluarga tidak ditemukan berpengaruh terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih bekerja pada lokasi penelitian.
Kata Kunci: status perkawinan, tunjangan hari tua, usia, jenis kelamin, pendidikan
Effect of Social Demographic Variable on the Decision to Choose Elderly Population Working in Kediri District
ABSTRACT
The phenomenon of population aged 60 years and older who can be categorized as elderly people still working are found in Bali. Improving the quality of health has an impact on increasing life expectancy may indirectly increase the number of elderly people who are still working. This study aims to determine the impact of socio-demographic variables on the decision of elderly people choose to work. The data collection was conducted using interviews and questionnaires in the district of Kediri Tabanan. The sample data was obtained by proportionate random sampling with a sample of 191 respondents. This study uses a logit model analysis.The research result shows that the decisions of elderly people choose to work in the district of Kediri, Tabanan regency is affected by marital status, old age benefits, age, sex, and health conditions. Education, dependency and status in the family did not significantly impact the decisions of elderly people choose to work in the district of Kediri, Tabanan regency.
Keywords: marital status annuity, age, sex, education
PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksikan akan meningkat cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang akan mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia (Аffandi, 2009). Kemajuan bidang kesehatan memberikan dampak yang positif bagi kemajuan di bidang dan sektor lainnya (Takii, et al, 2007). Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,
dan majunya ilmu pengetahuan, terutama karena kemajuan ilmu kedokteran, mampu meningkatkan angka harapan hidup (life expectancy). Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun telah mengalami perubahan struktur, komposisi, dan perkembangan. Proporsi penduduk usia muda atau di bawah 15 tahun mengalami perubahan menjadi mengecil walaupun jumlahnya masih bertambah. Meningkatnya angka harapan hidup secara tidak langsung mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia dan ada kecenderungan akan meningkat lebih cepat
Tabel 1. Аngka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2008– 2012 (Tahun)
No |
Kabupaten/Kota |
2008 |
2009 |
2010 |
2011 |
2012 |
1 |
Jembrana |
71.65 |
71.73 |
71.80 |
71.88 |
71.95 |
2 |
Tabanan |
74.27 |
74.38 |
74.43 |
74.49 |
74.55 |
3 |
Badung |
71.70 |
71.75 |
71.80 |
74.85 |
71.91 |
4 |
Gianyar |
72.01 |
72.06 |
72.12 |
72.17 |
72.22 |
5 |
Klungkung |
69.00 |
69.05 |
69.10 |
69.15 |
69.20 |
6 |
Bangli |
71.47 |
71.56 |
71.64 |
71.73 |
71.81 |
7 |
Karangasem |
67.80 |
67.85 |
67.90 |
67.95 |
68.00 |
8 |
Buleleng |
68.78 |
68.96 |
69.15 |
69.34 |
69.53 |
9 |
Denpasar |
72.91 |
72.96 |
73.01 |
73.06 |
73.12 |
Bali |
70.61 |
70.67 |
70.72 |
70.78 |
70.84 |
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
Tabel 2 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali selama Tahun 1998-2011 (Persen)
Tahun
Kabupaten |
1998 |
1999 |
2002 |
2003 |
2005 |
2006 |
2010 |
2011 |
Jembrana |
4,801 |
4,799 |
5,104 |
4,966 |
5,552 |
5,73 |
7,407 |
7,749 |
Tabanan |
3,969 |
3,972 |
4,25 |
4,234 |
7,423 |
7,726 |
6,086 |
6,098 |
Badung |
10,059 |
9,86 |
10,601 |
9,566 |
15,016 |
16,697 |
11,672 |
11,86 |
Gianyar |
5,041 |
5,087 |
5,546 |
5,506 |
5,939 |
6,281 |
7,79 |
8,166 |
Klungkung |
5,078 |
5,1 |
5,65 |
5,587 |
6,163 |
6,473 |
8,352 |
8,778 |
Bangli |
3,718 |
3,716 |
3,912 |
3,829 |
4,162 |
4,276 |
5,201 |
5,462 |
Karangasem |
3,242 |
3,244 |
3,246 |
3,293 |
3,809 |
3,958 |
5,058 |
5,286 |
Buleleng |
3,684 |
3,691 |
4,008 |
3,921 |
4,273 |
4,506 |
5,885 |
6,186 |
Denpasar |
6,161 |
6,092 |
6,42 |
7,392 |
7,819 |
7,569 |
7,808 |
8,018 |
BALI |
5,472 |
5,442 |
5,724 |
5,876 |
6,224 |
6,465 |
7,423 |
7,744 |
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2014
(Kartika, 2014). Rasio ketergantungan penduduk tua (old dependency ratio) adalah angka yang menunjukkan tingkat ketergantungan penduduk lanjut usia terhadap penduduk usia produktif, sehingga penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk lanjut usia apabila jumlah penduduk lanjut usia meningkat semakin cepat (Samorodov, 1999).
Tabel 1 menunjukkan Angka Harapan Hidup (АНН) menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali pada tahun 2008-2012. Tahun 2008 AHH tertinggi diperoleh Kabupaten Tabanan yaitu sebesar 74,27 tahun. Tahun 2009 AHH tertinggi diperoleh Kabupaten Tabanan yaitu sebesar 74,38 tahun. Tahun 2010 Kabupaten Tabanan kembali menduduki posisi tertinggi AHH sebesar 74,43 tahun. Tahun 2011 AHH tertinggi diperoleh Kabupaten Badung sebesar 74,85 tahun, hal ini karena fasilitas dan kualitas kesehatan di Kabupaten Badung pada tahun 2011 meningkat. Semakin meningkatnya kemajuan dibidang kesehatan akan diikuti peningkatan AHH
suatu daerah (Mantra, 2000: 111). Tahun 2012 АHH tertinggi diperoleh Kabupaten Tabanan yaitu sebesar 74,55 tahun. Kabupaten Tabanan memiliki angka tertinggi selama 4 periode disebabkan oleh keadaan geografi pada Kabupaten Tabanan, dimana masih terdapat banyak lahan pertanian dengan udara yang sejuk dan juga kehidupan Kabupaten Tabanan yang masih tradisional, sehingga masyarakat Kabupaten Tabanan tidak terlalu banyak terkontaminasi oleh makanan-makanan olahan yang membahayakan kesehatan, dan udara yang tercemar.
Tabel 2 menunjukkan PDRB perkapita atas dasar harga konstan Kabupaten Tabanan berada diperingkat keenam dari 9 Kabupaten/Kota seBali atau di atas Kabupaten Buleleng, Bangli, dan Karangasem pada tahun 1998-2010. Namun pada tahun 2011 Kabupaten Tabanan menduduki peringkat ketujuh dengan nilai 6,098 persen karena Kabupaten Buleleng berhasil menduduki peringkat keenam dengan nilai 6,186 persen. Menurut Аffandi (2009) dan Ilhami (2014) dengan tingginya harapan
hidup di suatu daerah akan meningkatkan PDRB perkapita daerah tersebut, karena ketika angka harapan hidup di suatu daerah tersebut tinggi maka akan banyak tenaga kerja yang berasal dari penduduk lanjut usia. Selain itu dengan meningkatnya PDRB perkapita suatu daerah kualitas kesehatan di daerah tersebut akan semakin baik. Menurut Ardianti, et al (2015) jika PDRB meningkat maka akan mengurangi angka kematian bayi dan angka harapan hidup akan meningkat.
Kontribusi yang cukup signifikan membangun perekonomian Kabupaten Tabanan berasal dari sektor pertanian yaitu lebih dari 1 miliar berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2013. Kontribusi yang sangat besar dari sektor pertanian disebabkan karena banyaknya penduduk di Kabupaten Tabanan yang bekerja sebagai petani. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2013 penduduk Kabupaten Tabanan yang bekerja di sektor pertanian 14,4% merupakan penduduk yang berusia 60 tahun keatas. Kabupaten Tabanan merupakan Kabupaten dengan lahan pertanian terluas di Provinsi Bali berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2010. Dengan banyaknya penduduk lanjut usia yang bekerja sebagai petani di Kabupaten Tabanan, sektor pertanian dapat meningkatkan kontribusinya dalam membangun perekonomian Kabupaten Tabanan.
Kecamatan Kediri menduduki urutan pertama jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Tabanan yakni sebesar 89.580 orang pada tahun 2010 sehingga pada penelitian ini Kecamatan Kediri dijadikan sebagai sampel penelitian. Kecamatan Kediri mengalami peningkatan jumlah penduduk yang cukup besar pada tahun 2010 yakni sebesar 21.751 orang dari jumlah penduduknya sebelumnya pada tahun 2009 sebesar 67.829 orang. Jumlah penduduk lanjut usia di Kecamatan Kediri yakni sebesar 10.362 lansia atau sebesar 11,57 persen dari jumlah penduduk Kecamatan Kediri.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penduduk lansia berpartisipasi dalam kegiatan produktif, terutama faktor sosial demografi dan sosial ekonomi dari lansia tersebut. Menurut Rimbawan (2008) pola status perkawinan penduduk lanjut usia laki-laki berbeda dengan perempuan. Lansia perempuan lebih banyak berstatus cerai mati, sedangkan lansia laki-laki lebih banyak berstatus kawin. Status cerai mati menyebabkan lansia perempuan tersebut kehilangan penopang ekonomi keluarga dan mengakibatkan lansia perempuan tersebut terpaksa bekerja untuk dapat bertahan hidup memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Beberapa perusahaan memberikan tunjangan hari tua kepada beberapa pegawai yang nantinya akan mengalami masa pensiun. Menurut Leonesio et al (2012) penduduk lanjut usia yang dulunya bekerja di sektor formal umumnya mendapat jaminan hari tua berupa dana pensiun. Usia seseorang sudah tentu akan bertambah setiap tahunnya. Menurut Rinajumita (2011), peningkatan usia membuat semakin berkurangnya kemampuan penduduk lanjut usia dalam beraktifitas sehari-hari. Penduduk lanjut usia laki-laki memiliki tingkat ketergantungan lebih besar dibandingkan wanita, dan ini akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Menurut Аffandi (2009) lansia yang mencapai tingkat pendidikan tinggi umumnya adalah mereka yang dulunya mempunyai pekerjaan yang baik, sehingga sekarang pada masa tuanya mereka tidak perlu lagi bekerja karena sudah mampu menghidupi dirinya sendiri atau dengan keluarganya, tanpa harus bekerja. Lansia yang berpendidikan rendah, mereka terpaksa harus bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan saat itu saja, tanpa memikirkan adanya jaminan hari tua. Penduduk lanjut usia yang bekerja umumnya ditunjang dengan kondisi kesehatannya, yang memungkinkan lansia tersebut untuk bekerja (Аffandi, 2009). Menurut Rinajumita (2011) dengan kesehatan yang baik lansia bisa melakukan aktivitas apa saja dalam kehidupannya sehari-hari seperti mengurus dirinya sendiri, bekerja dan rekreasi. Menurut Hafford (2014) penduduk lansia harus dijaga kesehatannya dan sebisa mungkin agar tidak perlu lagi bekerja mengingat kondisi kesehatan yang semakin menurun. Penduduk lanjut usia yang berkeluarga biasanya memiliki tanggungan dalam keluarga, yakni tanggungan untuk anak dan cucu. Jumlah tanggungan adalah jumlah orang atau anggota keluarga yang menjadi tanggungan di nyatakan dengan satuan orang (Wira, 2013). Semakin banyak penduduk lanjut usia memiliki tanggungan keluarga maka semakin besar kemungkinan mereka untuk bekerja. Menurut Andini, Nilakusmawati, dan Susilawati (2013) penduduk lanjut usia yang tidak memiliki tanggungan tetapi masih bekerja, mereka memiliki alasan bahwa apabila mereka tidak melakukan aktivitas badan mereka terasa sakit sehingga mereka perlu melakukan aktivitas kerja.
Dilihat dari uraian latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana pengaruh variabel sosial demografi terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja di Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan secara bersama-sama dan parsial?
Tabel 3. Jumlah Sampel Penelitian | |||
No |
Desa |
Populasi (orang) |
Sampel (Orang) |
1 |
Banjar Anyar |
1.570 |
49 |
2 |
Beraban |
1.524 |
48 |
3 |
Belalang |
873 |
47 |
4 |
Kaba-Kaba |
715 |
47 |
Total |
4.682 |
191 |
Sumber : Bkkbn Tabanan, 2015
DATA DAN METODOLOGI
Tabel 4. Hasil Regresi Logistik
No |
» Variabel |
Koefisien |
S.E. |
Probabilitas |
p-value |
1 |
Konstanta |
12,520 |
5,082 |
- |
0,140 |
2 |
Status perkawinan (X1) |
-1,295 |
0,639 |
0,215 |
0,430 |
3 |
Tunjangan hari tua (X2) |
-2,712 |
0,939 |
0,062 |
0,004 |
4 |
Usia (X3) |
-0,134 |
0,068 |
0,212 |
0,049 |
5 |
Jenis kelamin (X4) |
1,822 |
0,900 |
0,861 |
0,043 |
6 |
Pendidikan (X5) |
-0,445 |
0,423 |
0,390 |
0,293 |
7 |
Kondisi kesehatan (X6) |
-1,880 |
0,863 |
0,132 |
0,029 |
8 |
Jumlah Tanggungan (X6) |
0,773 |
1,080 |
0,684 |
0,474 |
9 |
Status dalam keluarga (X7) |
1,420 |
1,255 |
0,805 |
0,258 |
Populasi penelitian terdiri dari penduduk lanjut usia di Kecamatan Kediri. Sampel ditentukan menggunakan teknik proportionate random sampling.pada penelitian ini digunakan penggolongan pedesaan dan perkotaan. Berdasarkan jumlah populasi yang besar, maka jumlah sampel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin. Untuk perkotaan digunakan Desa Banjar Аnyar dan Desa Beraban sebagai sampel karena Desa Banjar Anyar dan Desa Beraban memiliki jumlah penduduk lanjut usia terbanyak dalam perkotaan yaitu sebesar 1570 orang pada Desa Banjar Anyar dan 1524 orang pada Desa Beraban. Untuk pedesaan digunakan Desa Belalang dan Desa Kaba-Kaba sebagai sampel karena Desa Belalang dan Desa Kaba-Kaba memiliki jumlah penduduk lanjut usia paling banyak yaitu 873 orang pada Desa Belalang dan 716 pada Desa Kaba-Kaba. Kemudian jumlah tersebut dikalkulasikan ke dalam rumus Slovin dengan estimasi eror sebesar 10%. Penentuan jumlah sampel dapat diketahui sebagai berikut :
Perhitungan menggunakan rumus Slovin dapat diketahui bahwa jumlah sampel untuk perkotaan yaitu Desa Banjar Anyar dan Desa Beraban sebesar 97 orang dan strata pedesaan yaitu Desa Belalang dan Desa Kaba-Kaba sebesar 94 orang. Sehingga total sampel keseluruhan yang diperoleh yaitu 191 penduduk lanjut usia.Kemudian data dikumpulkan melalui beberapa metode yaitu, wawancara dan penyebaran kuisioner. Teknik analisis data menggunakan uji Binary Logistic, teknik statistik ini digunakan untuk mengetahui pengaruh satu variabel independen atau lebih (X) terhadap satu variabel dependen (Y)dengan syarat variabel dependen harus merupakan variabel dummy yang hanya punya dua alternatif (Yukhe, 2013). Dengan menggunakan uji Binary Logistic diperoleh persamaan :
Li = Ln=β0+β1X1+β2X2+β3X3+…..+βnXn+µi……(1)
Dimana: Li adalah Keputusan Penduduk Lansia Memilih Untuk Bekerja (1= bekerja, 0=tidak bekerja); β0 adalah Intersep; β1,β2, β3,β4,β5,β6,β7,β8adalah
Parameter; X1adalah status perkawinan; X2adalah tunjangan hari tua; X3adalah usia; X4adalah jenis kelamin; X5adalah pendidikan; X6adalah kondisi kesehatan; X7adalah Jumlah Tanggungan; X8adalah Status dalam keluarga; dan μiadalah error terms
Pada penelitian ini terdapat 3 hipotesis penelitian yaitu :(1). Status perkawinan, tunjangan hari tua, usia, jenis kelamin, pendidikan, kondisi kesehatan, jumlah tanggungan, dan status dalam keluarga berpengaruh simultan terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja di Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan. (2) Status perkawinan, tunjangan hari tua, usia, tingkat pendidikan, dan kondisi kesehatan berpengaruh negatif secara parsial terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja di Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan. (3) Jenis kelamin, jumlah tanggungan, dan status dalam rumah tangga berpengaruh positif secara parsial terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja di Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Regresi Logistik
Pengaruh variabel status perkawinan (X 1), tunjangan hari tua (X2), usia (X3), jenis kelamin (X4), pendidikan (X5), kondisi kesehatan (X6), jumlah tanggungan (X7), dan status dalam keluarga (X8) terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja (Y) pada penelitian terhadap 191 lansia di Kecamatan Kediri, diperoleh hasil sebagai berikut:
Sebelum diperoleh persamaan model regresi logistik, dilakukan beberapa pengujian. Pengujian pertama adalah uji Nagelkerke R Square. Hasil uji Nagelkerke R Square diperoleh nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,911 berarti 91,1 persen partisipasi masyarakat di pengaruhi oleh status perkawinan, tunjangan hari tua, usia, jenis kelamin, pendidikan, kondisi kesehatan, jumlah tanggungan, status dalam
keluarga dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak disebutkan dalam model.
Pengujian yang kedua adalah uji chi-square (simultan). Hasil uji chi-square (simultan) menunjukkan nilai χ2 hitung = 219,267 > χ2 tabel = 15,51, maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya variabel status perkawinan, tunjangan hari tua, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kondisi kesehatan, jumlah tanggungan, dan status dalam rumah tangga berpengaruh signifikan secara simultan terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja di Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan
Pengaruh Status Perkawinan Terhadap Keputusan Penduduk Lanjut Usia Memilih Bekerja
Status perkawinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan penduduk lansia memilih untuk bekerja. Koefisien regresi sebesar -1,295 artinya penduduk lanjut usia yang janda/duda mempunyai probabilitas memilih untuk bekerja lebih besar dibandingkan dengan penduduk lanjut usia yang sudah menikah dan belum menikah, dengan asumsi faktor lain konstan sebesar 0,215 atau 21,5 persen.
Pola status perkawinan penduduk lanjut usia berpengaruh terhadap jam kerja lansia. Penduduk lanjut usia yang memiliki status perkawinan tidak kawin atau cerai memiliki jam kerja yang lebih panjang dibandingkan dengan penduduk lanjut usia dengan status kawin (Kartika, 2014). Menurut Rimbawan (2008) lansia perempuan lebih banyak berstatus cerai mati, sedangkan lansia laki-laki lebih banyak berstatus kawin. Hal tersebut menyebabkan lansia perempuan tersebut kehilangan penopang ekonomi keluarga, karena secara umum dalam suatu rumah tangga yang bertindak sebagai kepala keluarga dan sekaligus juga sebagai penopang ekonomi keluarga adalah pihak suami. Hal tersebut mengakibatkan lansia perempuan terpaksa bekerja untuk dapat bertahan hidup memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Inilah yang membuat penduduk lansia dengan status cerai/janda/duda memiliki jam kerja yang lebih panjang dari pada penduduk lanjut usia yang berstatus kawin.
Pengaruh Tunjangan Hari Tua Terhadap Keputusan Penduduk Lanjut Usia Memilih Bekerja
Tunjangan hari tua berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja. Koefisien regresi sebesar -2,712 artinya penduduk lanjut usia yang tidak memperoleh tunjangan hari tua memiliki probabilitas memilih untuk bekerja lebih besar
dari pada penduduk lanjut usia yang memperoleh tunjangan hari tua dengan asumsi variabel lain bernilai konstan sebesar 0,062 atau 6,2 persen.
Ada atau tidaknya tunjangan hari tua merupakan faktor yang langsung mempengaruhi penduduk lanjut usia masih bekerja. Besarnya penduduk lanjut usia yang yang masih aktif dalam pasar kerja (terutama di negara-negara berkembang) disebabkan oleh tidak adanya jaminan sosial hari tua, seperti pensiunan dan asuransi bagi penduduk lanjut usia terutama bagi mereka yang bekerja di sektor informal (Andini, Nilakusmawati, dan Susilawati, 2013).
Pengaruh Usia Terhadap Keputusan Penduduk Lanjut Usia Memilih Bekerja
Usia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja. Koefisien regresi sebesar -0,134 artinya apabila usia penduduk lanjut usia naik 1 tahun, maka probabilitas penduduk lansia memilih untuk bekerja akan menurun dengan asumsi variabel lain bernilai konstan sebesar 0,212 atau 21,2 persen.
Terdapat hubungan antara usia dengan kemandirian lansia, dimana semakin meningkatnya usia maka semakin berkurangnya kemampuan lansia dalam beraktifitas sehari-hari. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya usia maka kondisi kesehatan lansia akan semakin menurun sehingga kemampuan untuk bekerja akan menurun (Sari, 2009).
Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Keputusan Penduduk Lanjut Usia Memilih Bekerja
Jenis kelamin berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja. Koefisien regresi sebesar 1,822 artinya penduduk lanjut usia yang berjenis kelamin laki-laki memiliki probabilitas memilih untuk bekerja lebih besar dari pada penduduk lanjut usia yang berjenis kelamin perempuan, dengan asumsi variabel lain bernilai konstan sebesar 0,861 atau 86,1 persen.
Lansia laki-laki memiliki tenaga dan fisik yang lebih kuat dari pada lansia perempuan sehingga lansia laki-laki lebih dominan dalam bekerja dari pada lansia perempuan. Jam kerja lansia laki-laki umumnya lebih panjang dari pada lansia perempuan dikarenakan kemampuan bekerja lansia lak-laki lebih besar daripada lansia perempuan (Sari, 2009)
Pengaruh Pendidikan Terhadap Keputusan Penduduk Lanjut Usia Memilih Bekerja
Pendidikan berpengaruh negatif terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk
bekerja. Koefisien regresi sebesar -0,445 artinya apabila pendidikan penduduk lanjut usia meningkat 1 tahun dengan asumsi variabel lain bernilai konstan maka probabilitas penduduk lanjut usia memilih bekerja akan menurun sebesar 0,390 atau 39 persen.
Ketika pendidikan lansia meningkat, pada saat lansia tersebut berumur produktif akan lebih memilih pekerjaan yang akan memberikan tunjangan hari tua agar ketika mencapai masa lansia tidak perlu bekerja lagi. Selain itu dengan pendidikan yang meningkat ketika dalam usia produktif ia akan berpikir untuk menabung untuk kehidupan lansianya kelak (Rinajumita, 2011).
Pengaruh Kondisi Kesehatan Terhadap Keputusan Penduduk Lanjut Usia Memilih Bekerja
Kondisi kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja. Koefisien regresi sebesar -1,880 artinya penduduk lanjut usia yang tidak pernah sakit selama sebulan terakhir memiliki prrobabilitas memilih untuk bekerja lebih besar dari pada penduduk lanjut usia yang pernah sakit selama sebulan terakhir, dengan asumsi variabel lain bernilai konstan sebesar 0,132 atau 13,2 persen.
Ketika kesehatan lansia menurun dan pernah sakit, kemungkinan lansia untuk bekerja akan berkurang dikarenakan tenaga dan kemampuan untuk bekerja akan berkurang.Lama sakit penduduk lansia dalam seminggu berpengaruh terhadap keputusan penduduk lansia memilih untuk bekerja dikarenakan ketika dalam keadaan sakit lansia tidak akan mampu bekerja (Andini, Nilakusmawati, dan Susilawati, 2013).
Pengaruh Jumlah Tanggungan Terhadap Keputusan Penduduk Lanjut Usia Memilih Bekerja
Jumlah tanggungan berpengaruh positif terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja. Koefisien regresi sebesar 0,773 artinya apabila jumlah tanggungan penduduk lanjut usia bertambah 1 orang maka probabilitas penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja meningkat, dengan asumsi variabel lain bernilai konstan sebesar 0,684 atau 68,4 persen.
Ketika dalam sebuah keluarga jumlah orang yang harus ditanggung meningkat, kemungkinan untuk bekerja akan semakin besar karena kebutuhan keluarga juga akan meningkat seiring bertambahnya orang didalam keluarga yang harus ditanggung. Dalam penelitian ini keputusan penduduk lansia dalam memilih untuk bekerja tidak dipengaruhi oleh jumlah tanggungan. Anak-anak yang dimiliki
oleh lansia mayoritasnya sudah memiliki pekerjaan dan keluarga sendiri sehingga lansia tidak perlu menanggung dan menafkahi anak-anaknya lagi.
Pengaruh Status Dalam Keluarga Terhadap Keputusan Penduduk Lanjut Usia Memilih Bekerja
Status dalam keluarga berpengaruh positif terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja. Koefisien regresi sebesar 1,420 artinya penduduk lanjut usia yang berstatus kepala keluarga memiliki probabilitas memilih untuk bekerja lebih besar dari pada penduduk lanjut usia yang yang berstatus anggota keluarga, dengan asumsi variabel lain bernilai konstan sebesar 0,805 atau 80,5 persen.
Ketika penduduk lanjut usia berstatus sebagai kepala keluarga, lansia akan memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya sehingga lansia harus memutuskan untuk bekerja. Namun dalam penelitian ini status lansia di dalam keluarga tidak mempengaruhi keputusan penduduk lansia dalam memilih untuk bekerja. Saat penduduk lansia menjadi seorang kepala keluarga, lansia tidak seluruhnya bekerja melainkan anak-anak yang dimilikinya menggantikan lansia untuk bekerja. Begitu pula saat status lansia menjadi anggota keluarga. Lansia tetap bisa bekerja untuk mengisi waktu luangnya agar tidak berdiam diri drumah dan untuk menambah pendapatan keluarga.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Status perkawinan, tunjangan hari tua, usia, jenis kelamin, pendidikan, kondisi kesehatan, jumlah tanggungan, dan status dalam keluarga berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja sebesar 219,267. (2) Status perkawinan berpengaruh negatif signifikan secara parsial terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja sebesar 0,043, tunjangan hari tua berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja sebesar 0,004, usia berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja sebesar 0,049, serta kondisi kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja sebesar 0,029. J enis kelamin berpengaruh positif dan signifikan secara parsial
terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja sebesar 0,043. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara parsial terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja sebesar 0,293, jumlah tanggungan tidak berpengaruh secara parsial terhadap keputusan penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja sebesar 0,474, dan status dalam keluarga tidak berpengaruh secara parsial terhadap keputusan penduduk lanjut usia dalam memilih untuk bekerja sebesar 0,258.
SARAN
Perlu upaya dari para generasi muda untuk lebih mengelola hidupnya dengan melakukan perencanaan hidup seperti misalnya dengan membuat tabungan hari tua agar saat memasuki usia lanjut tabungan tersebut akan berguna untuk memenuhi kehidupan masa tua agar tidak perlu lagi bekerja berat. Pemerintah juga diharapkan dapat memperbaiki dan memperhatikan anggaran pendidikan setiap daerah agar lebih baik lagi kedepannya sehingga diharapkan dengan pendidikan yang baik dapat digunakan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak sehingga di hari tua nanti tidak perlu memaksakan diri untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup. Diharapkan juga bagi anggota keluarga tidak menambah beban dan memberikan tanggung jawab yang besar kepada lansia karena sudah selayaknya penduduk lansia mendapatkan kehidupan yang tenang tanpa harus memikirkan biaya hidupnya dan beban berat keluarga.
REFERENSI
Affandi, Moch. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penduduk Lanjut Usia Memilih untuk Bekerja. Journal of Indonesian Applied Economics Vol. 3 No. 2. Oktober 2009, 99-110: Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
Andini, Nilakusmawati, dan Susilawati. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penduduk Lanjut Usia Masih Bekerja. PiramidaVol. IX No. 1 Juli 2013, 44- 49. Fakultas MIPА Universitas Udayana, Denpasar.
Ardianti, Astri Vonita, Sunlip Wibisono, dan Aisah Jumiati. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka Harapan Hidup di Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah Mahasiswa .Jurusan IESP Fakultas Ekonomi Universitas Jember, Jawa Timur.
Badan Pusat Statistik 2014. Bali Dalam Angka. Denpasar: Badan Pusat Statistik Kota Denpasar
Hafford, Trish Letchfield. 2014. Critical Educational Gerontology: What Has It Got To Offer Social Work With Older People?.European Journal of Social Work Vol.17 No.3, 433-446 2014. School of Health and Education, Middlesex University London, UK.
Ilhami, Syahril. 2014. Analisis Pengaruh Anggaran Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia. Tesis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Kartika, Ni Putu Rusmala Dewi. 2014. Pengaruh Variabel Sosial Demografi dan Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi Kerja Penduduk Lanjut Usia. e-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, Vol. 3 No. 6 : 247256. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Denpasar.
Leonesio, Michael V., Benjamin Bridges, Robert Gesumaria, and Linda Del Bene. 2012. The Increasing Labor Force Participation of Older Workers and Its Effect on The Income of The Age. Social Security Bulletin Vol.72 No.1 2012. Social Security Аdministration. USА.
Mantra, Ida Bagoes. 2000. Demografi Umum Edisi Kedua. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Rimbawan, Nyoman Dayuh. 2008. Profil Lansia di Bali dan Kaitannya dengan Pembangunan (Deskripsi Berdasarkan Hasil Supas 2005 dan Sakernas 2007). Piramida Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Vol. IV No. 2 2008. Denpasar: Pusat Penelitian Kependudukan & PSDM Universitas Udayana.
Rinajumita. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara Tahun 2011. Skripsi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Аndalas Padang.
Samorodov, Alexander. 1999. Aging and Labour Markets for Older Workers. Employment and Training Papers No. 33. Geneva: Employment and Training Department International Labour Office. ILO. http://www.ilo. int/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/documents / publication/wcms_120333.pdf. Diakses pada tanggal 15 November 2015.
Sari, Irma Mustika. 2009. Hubungan Antara Karakteristik Personal Dengan Kemandirian Dalam Activity of Daily Living (АDL) Pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Pajang Surakarta. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Takii, Sadayuki dan Eric D. Ramstetter. 2007. Survey of Recent Developments. Bulletin of Indonesian Economics Studies Vol. 43, No. 3 October 2007 (pp. 295-322). Internasional Centre for The Study of East Asian Development, Kitakyushu.
Wira Аgustina, Putu. 2013. Pengaruh Faktor Sosial Demografi dan Ekonomi Terhadap Keputusan Ingin Atau Tidak Menetap Pelaku Mobilitas di Kota Denpasar. e-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 2, No. 10 Oktober 2013 (pp.434-491). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Denpasar.
Yukhe, Putu Diah. 2013. Keputusan Pedagang Dalam Penggunaan Jasa Pelepas Uang: Аnalisis Binary Logistic. e-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 2, No. 2 Februari 2013 (pp. 63-75). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Denpasar.
141
Discussion and feedback