Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Migrasi Masuk Terhadap Pertumbuhan Penduduk dan Alih Fungsi Bangunan Penduduk Asli Kota
on
JEΚT^10 [1] : 95-107
plSSΝ : 2301 - 8968 elSSΝ : 2303 -0186
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Migrasi Masuk Terhadap Pertumbuhan Penduduk dan Alih Fungsi Bangunan Penduduk Asli Kota Denpasar
Nyoman Suartha*
I Gst Wayan Murjana Yasa
Universitas Udayana
ABSTRAK
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi merangsang penduduk suatu daerah untuk melakukan migrasi guna dapat meningkatkan pendapatan/kesejahteraan keluarga. Meningkatnya migrasi kesuatu daerah menyebabkan kebutuhan akan pemukiman/tempat tinggal akan semakin meningkat.Untuk memenuhi kebutuhan ini merangsang penduduk asli kota Denpasar merubah dan mengalih fungsikan bangunannya dari non ekonomis menjadi ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonom (PDRB), migrasi dan pertumbuhan penduduk terhadap alih fungsi bangunan. Data diperoleh dari sumber sekunder dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kota Denpasar. . Selanjutnya data dianalisis dengan analisis jalur yang merupakan pengembangan dari metode regresi. Dari hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan ekonomi dan migrasi berpengaruh positif terhadap laju pertumbuhan penduduk dikota Denpasar; demikian pula pertumbuhan ekonomi migrasi memiliki pengaruh positif terhadap alih fungsi bangunan. Pengaruh positif secara tidak langsung pertumbuhan ekonomi dan migrasi melalui pertumbuhan penduduk terhadap alih fungsi bangunan.
Kata kunci: Pertumbuhan ekonomi, migrasi penduduk dan alih fungsi bangunan
The Effect of Economic Growth and Migration on Population Growth and Changes on Building Function of Indigenous People of Denpasar
ABSTRACT
The growth of economy triggers population of an area to migrate in order to increase income/family welfare. The increasing of migration into an area will increase the necessity of housing/residence. The fulfillment of this necessity causes the native inhabitants of Denpasar City to change and over the function of their buildings from non-economic to be economic. This study aimed at finding the effect of economic growth (PDRB), migration and population growth upon building over function. The data were collected from secondary source from Statistic Center Agency and Office of Population and Civil Registration of Denpasar City. Further, the data were analyzed by using Path Analysis which is a development of regression method. The finding of this study showed that the economic growth and migration had positive effect upon the rate of population growth in Denpasar City; as well as migration economic growth had positive effect upon building over function. There is indirect positive effect of economic growth and migration through population growth upon building over function.
Keywords: Economic growth, people migration and building over function.
PENDAHULUAN
Proses berkelanjutan dan menuju perbaikan menjadi landasan suatu daerah untuk melaksanakan pembangunan. Ditetapkanya undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang otonomi daerah, setiap daerah diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki untuk kelangsungan pembangunan yang
e-mail: [email protected]
dilaksanakan. Berhasil tidaknya pembangunan ditentukan oleh beberapa indikator, salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan pada peningkatan Produk Domistik Regional Bruto (PDRB). Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu wilayah menandakan semakin baik kegiatan ekonomi di peroleh dari laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan (Todaro dan Smith, 2008).
95
Ekonom klasik mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi yang digunakan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa sebelumnya (Kuncoro, 2003) Lebih-lebih didalam perkembangannya diikuti oleh proses kreatifitas dan inovasi sebagai dasar daripada jiwa entrepreneur. Pernyataan ini menyimpulkan bahwa: pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk.
Bertitik tolak pada pendapat ekonom klasik ini pembangunan ekonomi ditentukan dengan pendekatan multidemensial, bukan hanya dengan peningkatan pendapatan, namun lebih memusatkan perhatian pada kualitas dari proses pembangunan Ukuran kualitas dilaksanakan dengan pendekatan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum tidak hanya merujuk pada kesejahteraan ekonomi semata dengan pencapaian kepuasan individu secara maksimal, tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan atau lingkungan sosial.
Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Menurut Nugraheni (Sri Aditya, 2010), pengukuran akan kemajuan perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat, beberapa alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain : 1) Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB), atau di tingkat regional disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar Baik PDB atau PDRB merupakan ukuran yang global sifatnya, dan bukan merupakan alat ukur pertumbuhan ekonomi yang kurang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk yang sesungguhnya, padahal sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati oleh setiap penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan. 2) lainnya Produk Domestik Bruto Per kapita/Pendapatan Per kapita Produk domestik bruto per kapita atau produk domestik regional bruto per kapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara/daerah daripada nilai PDB atau PDRB saja Produk domestic bruto per kapita baik di tingkat
nasional maupun di daerah adalah jumlah PDB nasional atau PRDB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk di Negara maupun di daerah yang bersangkutan, atau dapat disebut juga sebagai PDB atau PDRB rata-rata.
Bank Dunia menggunakan Produk Nasional Bruto (PNB), bukan PDB sebagai alat ukur perkembangan ekonomi suatu negara.yaitu dengan memperhitungkan pendapatan bersih dan faktor produksi milik orang asing. Walaupun PDB atau PNB per kapita merupakan alat pengukur yang lebih baik. namun tetap belum mencerminkan kesejahteraan penduduk secara tepat, karena PDB rata-rata tidak mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang sesungguhnya dirasakan oleh setiap orang di suatu negara. Dapat saja angka – angka rata-rata tersebut tinggi, namun sesungguhnya ada penduduk atau sekolompok penduduk yang tidak menerima pendapatan sama sekali. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan unsur distribusi pendapatan di antara penduduk suatu negara. Dengan memperhatikan unsur distribusi pendapatan itu, maka PDB atau PNB per kapita yang tinggi disertai distribusi pendapatan yang lebih merata akan mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik daripada bila pendapatan per kapitanya tinggi namun ada distribusi pendapatan yang tidak merata. Meskipun demikian, demi sederhananya pengukuran, pendapatan per kapita tetap merupakan alat pengukur yang unggul dibanding dengan alat-alat pengukur yang lain
Pertumbuhan ekonomi akan menciptakan multiplier effect terhadap sendi-sendi kehidupan, seperti lingkungan ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Jika pertumbuhan ekonomi tinggi akan mengakibatkan bergairahnya aktivitas ekonomi dan merangsang tumbuhnya investasi dan semakin terbukanya kesempatan kerja. Kondisi semacam ini akan membawa konskwensi logis terhadap terciptanya full factor atau faktor penarik bagi penduduk daerah yang pertumbuhan dan tingkat pendapatan yang lebih rendah untuk mencari pekerjaan di daerah yang tingkat pendapatannya lebih tinggi. Sesuai dengan teori mobilitas penduduk Everett S. Lee (Mantra, 2000), migrasi penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh dua kekuatan utama yaitu kekuatan penarik (sentripetal) dan kekuatan pendorong (sentrifugal). Lebih lanjut Mantra menyebutkan migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan.
Adanya perpindahan penduduk menyebabkan
meningkatnya jumlah penduduk didaerah tujuan, sehingga penduduk daerah tujuan yang sudah padat menjadi semakin padat, sehingga tingkat pertumbuhan penduduk meningkat tajam didaerah tujuan. Meskipun tidak menjamin pertumbuhan ekonomi tinggi memberikan manfaat lebih baik dibandingkan daerah yang tingkat pertumbuhan ekonominya relatif lebih redah; semuanya tergantung tingkat produktivitas ekonomi yang dilakukan bagi masyarakat setempat. Adelman dan Morris, 1973 (Kuznet, 1996). Mengembangkan anggapan yang menyatakan bahwa antara pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pembangunan terdapat suatu trade-off. Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pertumbuhan penduduk akan membawa konsekuensi meningkatnya kebutuhan akan lahan pemukiman bahkan mengarah pada ketimpangan pendapatan. Brown dan Sanders (1981) mengatakan migrasi merupakan akibat adanya kepuasan maupun ketidakpuasan individu maupun rumahtangga secara keseluruhan terhadap tempat yang ada. Jika kepuasan dari tempat yang baru itu cukup menyimpang dari kebutuhan maupun harapan, maka individu akan mempertimbangkan untuk mencari lokasi baru Hasil penelitian Simon.J (2004) menyebutkan 80 persen penduduk berusia produktif (20-44 tahun) yang melakukan migrasi keperkotaan disebabkan oleh motif ekonomi. Migrasi dipandang sebagai proses untuk menyesuaikan dengan tempat tinggal atau mengganti dengan tempat lain yang lebih baik dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan Kota menjadi tujuan utama untuk bermigrasi, karena dikota lebih banyak menawarkan kesempatan yang dimiliki oleh penduduk yang bermigrasi dibandingkan didaerah asal.
Kota Denpasar sebagai salah satu kota menuju kota metropolitan di provinsi Bali, dimana 21,4 persen penduduk Bali tinggal di kota Denpasar dan pembangunan berkembang pesat, sehingga menjadi idaman bagi para penduduk pendatang. Sebagai ibukota provinsi. Denpasar memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi 5,6 persen dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Bali. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang terus mengalami peningkatan lima tahun terakhir (2015) diikuti dengan meningkatnya migrasi penduduk hingga 4.6 persen dengan jumlahnya mencapai 35.274 jiwa dari antar kabupaten (sebagaian besar berasal dari Kabupaten Karangasen dan Buleleng) dan 52.281 jiwa dari luar provinsi Bali, sebagian besar berasal dari Jawa Timur. Kota Denpasar yang
hanya memiliki luas 127,78 km2 memiliki kepadatan penduduk 7370 jiwa per km2.
Jumlah ini menunjukkan kepadatan penduduk yang sangat padat, dan jika tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan pemukiman-pemukiman kumuh yang tidak tertata sesuai dengan rencana pembangunan wilayah; lebih-lebih jika dikaitkan dengan konsep kearifan lokal masyarakat Bali yang dilandasi tiga kesehimbangan hidup “Tri Hita Karana”. Landasan ini menjadi pedoman dalam membentuk bangunan dan pengider- ideran (Dewata Nawasanga). Tri Hita Karana yang terdiri dari unsur Tuhan/ jiwa adalah Parhyangan/ Pemerajan. Unsur Pawongan adalah manusianya dan Palemahan adalah unsur alam/ tanah. Dewata Nawasanga (Pangider-ideran) adalah sembilan kekuatan Tuhan yaitu para Dewa yang menjaga semua penjuru mata angin demi keseimbangan alam semesta ini. Konsepsi Perwujudan perumahan umat Hindu merupakan perwujudan landasan dan tata ruang, tata letak dan tata bangunan yang dapat dibagi dalam: 1) Keseimbangan Alam; 2) Rwa Bhineda, Hulu Teben, Purusa Pradhana; 3) Tri Angga dan Tri Mandala; 4) Harmonisasi dengan potensi lingkungan (Sudiasa,2015). Semuanya ini dimaksudkan untuk mengatur kesehimbangan tata letak bangunan yang sebelumnya sudah tertata sesuai dengan konsep Tri Hita Karana, akan tetapi cepatnya pembangunan dan dorongan kebutuhan penduduk pendatang merangsang pemilik lahan/perumahan untuk memungsikan bangunan yang telah ada untuk direnovasi bahkan mengalih fungsikan bangunannya guna memenuhi kebutuhan penduduk pendatang.
Meningkatnya kebutuhan alih fungsi bangunan menimbulkan dampak terhadap terhadap tata ruang perkotaan dan komplik kepentingan atas lahan yang dimiliki masyarakat maupun keluarga. Bagi masyarakat yang memiliki lahan sebagai lahan desa memungsikan lahan kosongnya dijadikan pemukiman penduduk pendatang untuk disewakan sehingga memunculkan kawasan kumuh; demikian pula bagi keluarga tidak segan untuk menjual lahan atau bangunan untuk memenuhi kepentingan sebagai kebutuhan mendesak atas permasalahan yang dihadapi, sehingga persatuan keluarga sering mengalami ketidak harmonisan. Namun ada pula memungsikan bangunan seperti banjar yang berfungsi sosial menjadi fungsi ekonomis dari sebagian lahannya, seperti menyewakan banjar sebagai transit barang (Banjar Titih), sebagai tempat berjualan (Banjar Meregan dan Banjar Gerenceng
Dan Banjar Buagan, dan lainnya).
Seiiring dengan kemajuan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, perpindahan penduduk baik antar Desa, antar Kecamatan dan antar Kota dalam Provinsi terus mengalami peningkatan, demikian pula perpindahan penduduk dari luar provinsi ke Denpasar juga mengalami peningkatan tajam. Perpindahan penduduk antar kota mengalami perkembangan paling pesat pada tahun 2015 kemudian diikuti perpindahan provinsi, namun perpindahan antar desa menunjukkan mengalami peningkatan proporsional, hal ini disebabkan penduduk desa asal memiliki lahan didesa lain dan memanfaatkan lahan yang dimiliki oleh keluarga Berbeda halnya dengan perpindahan penduduk antar kecamatan yang jumlahnya lebih sedikit dibandngkan dengan perpindahan penduduk lainnya Gambaran mengenai jumlah migarasi/penduduk pendatang dimasing-masing desa, kecamatan, antar kota dan antar provinsi lima tahun terakhir yang terjadi di Kota Denpasar digambarkan seperti Gambar 1.
Gambar 1. Perkembangan jumlah penduduk pen datang antar Desa, Kecamatan, Kota dan Provinsi Bali Tahun 2011-2015
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Denpasar 2015 (diolah)
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk pendatang menyebabkan meningkat pula ativivitas ekonomi dan kebutuhan akan pemukiman Kedatangan para migran ini dimaksudkan untuk mencari pekerjaan atau membuka usaha (wirausaha) Todaro (2004) menjelaskan bahwa pertumbuhan migrasi dari desa ke kota yang terus menerus meningkat merupakan penyebab utama semakin banyaknya pemukiman-pemukiman kumuh di perkotaan. Pesatnya pertumbuhan penduduk kota sebagai dampak dari urbanisasi ini mengakibatkan munculnya kebutuhan akan rumah sebagai tempat
bermukim. Tetapi karena sebagian besar mereka dari golongan miskin sehingga tidak mampu mendiami perumahan yang layak . Sebagian diantaranya mencari tempat untuk tinggal atau sementara menumpang di rumah keluarganya sehingga suatu rumah dihuni oleh beberapa keluarga. Kedatangan para migran ini dimaksudkan untuk mencari pekerjaan atau membuka usaha (wirausaha)
Membuka usaha membutuhkan tempat untuk berproduksi dengan menyewa atau kos dirumah penduduk setempat. Kondisi ini menyebabkan penduduk lokal mendapat peluang untuk menyewakan rumah, lahan, dan jasa lainnya untuk dmanfaatkan oleh penduduk pendatang. Peluang ini menyebabkan penduduk lokal akan mengalih fungsikan lahan yang kurang produktif menjadi lebih produktif, seperti merubah bangunan menjadi tempat kos-kosan, atau menyewakan lahannya yang kosong untuk kegiatan produksi bagi sektor informal, sehingga nilai ekonomisnya menjadi sangat tinggi. Dampak semuanya ini akan tercipta ekosistem kehidupan sosial masyarakat dari masyarakat tradisional ke masyarakat ekonomis. “kesempatan berwirausaha lebih terbuka di daerah ini seperti apa yang disampaikan oleh Sudana asal Karangasem yang membuka usaha kuliner Soto, mengatakan usahanya jalan dan berkembang dengan cepat karena pengeluaran Rp.20.000 perporsi para konsumen menyampaikan tidak masalah dan murah. Jumlah konsumen yang makan rata-rata perhari mencapai seratus orang. Demikian pula usaha kuliner lainnya yang rata-rata menggunakan tenaga kerja sebagai pelayanan minimal lima orang dan sebagian besar tinggal (kos) diseputaran tempat usaha”.
Guna memenuhi kebutuhan akan permintaan permintaan ini, penduduk lokal menjadi terdorong untuk memanfaatkan potensi yang ada yakni melaksanakan alih fungsi lahan dan bangunan untuk dijadikan tempat tinggal sementara (Kos) atau tempat usaha menjadi peluang usaha yang sangat menyajikan. Akibat dari semuanya ini luas lahan non pertanian terus mengalami peningkatan sedangkan lahan pertanian mengalami penyusutan rata-rata 33 hektar pertahun . Perubahan pemanfaatan lahan dari pertanian ke non pertanian selalu megalami peningkatan, disamping untuk kebutuhan pemukiman juga disebabkan oleh kebutuhan hidup pemilik lahan. Ini didukung dari hasil penelitian Merisa Kurniasari dan Ariastitayang (2014) meyatakan terdapat 2 variabel yang
Tabel 1. Pertumbuhan PDRB, Penduduk, Lahan Pemukiman dan Migrasi Masuk 1995-2015
Tahun |
Pert PDRB |
Nilai PDRB |
Pertumbuhan Penduduk |
Jumlah Penduduk |
Lahan pertanian (Pemukiman) |
Migrasi Masuk |
1995 |
6,,27 |
7.102459.558 |
3,96 |
364 419 |
9 168 |
796 |
1996 |
6,21 |
7,601091.137 |
1,92 |
371 424 |
9 198 |
815 |
1997 |
6,56 |
8.118.221,87 |
O,50 |
373 272 |
9 228 |
835 |
1998 |
6,37 |
8.636406,245 |
2,49 |
382 555 |
9 262 |
875 |
1999 |
6,00 |
9.438.695,350 |
2,01 |
390 230 |
9 293 |
925 |
2000 |
5,85 |
10.055.070,88 |
3,20 |
532 440 |
9 323 |
989 |
2001 |
6,13 |
10.764.448,00 |
0,79 |
532921 |
9 355 |
1 125 |
2002 |
6,59 |
11.512.778,61 |
4,69 |
555 174 |
9 387 |
1 235 |
2003 |
6,50 |
12.359397,83 |
4,15 |
585.150 |
9 419 |
1 534 |
2004 |
6,85 |
13.276.826.54 |
4,12 |
602 018 |
9 449 |
1 820 |
2005 |
6,91 |
14.322.358,73 |
4,09 |
626 641 |
9 525 |
1 914 |
2006 |
7,30 |
15.293495,73 |
4,06 |
652 110 |
9 560 |
2 339 |
2007 |
6,35 |
16.302628,43 |
4,00 |
678 193 |
9 593 |
2 839 |
2008 |
6,19 |
17.380.200.88 |
3,97 |
705 115 |
9 632 |
3 454 |
2009 |
6,20 |
18.688.388,04 |
3,94 |
732 897 |
9 667 |
4 054 |
2010 |
7,00 |
20.129.967,60 |
7,60 |
788 589 |
9 700 |
4 707 |
20011 |
7,16 |
21.763.406,25 |
7,60 |
788 599 |
9.733 |
5.309 |
2012 |
7,51 |
23 397 139,90 |
2.22 |
828900 |
9.743 |
6.154 |
2013 |
6,96 |
25 026379,26 |
2.09 |
846200 |
9.756 |
6.668 |
2014 |
7,00 |
26 777 481,86 |
2.06 |
846200 |
9.764 |
7.395 |
2015 |
6,18 |
28 433 247,23 |
1.97 |
880600 |
9.789 |
8.335 |
Sumber: BPS Kota Denpasar dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Denpasar 2015
berpengaruh dalam mempengaruhi luasan alih fungsi lahan sawah yaitu rasio harga lahan dan rasio aksesibilitas wilayah. Meningkatnya kebutuhann akan pemukiman/perumahan harga lahan sawah meningat tajam, lebih-lebih lahan yang baru dibuka memberikan fasilitas dan aksessibilitas. Terbukanya peluang dan fasilitas perkotaan menyababkan meningkatnya permintaan akan alih fungsi lahan dan fungsi bangunan.
Menurut Winoto (2005) faktor-faktor yang mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi non-pertanian antara lain: 1) faktor kependudukan, karena meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan meningkatkan permintaan tanah, 2) faktor ekonomi, yaitu tingginya land rent yang diperoleh aktivitas sektor non-pertanian dibandingkan sektor pertanian dan selain itu karena faktor kebutuhan keluarga petani yang terdesak oleh kebutuhan modal usaha atau keperluan keluarga lainnya. 3) faktor sosial budaya, antara lain keberadaan hukum waris yang menyebabkan terfragmentasinya tanah pertanian, sehingga tidak memenuhi batas minimum skala ekonomi usaha yang menguntungkan, 4) perilaku myopic, yaitu mencari keuntungan jangka pendek namun kurang memperhatikan jangka panjang. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Kustiawan (1997) menyimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh
terhadap proses alih fungsi lahan pertanian sawah, yaitu (1) Faktor Eksternal adalah faktor-faktor dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi yang mendorong alih fungsi lahan sawah ke penggunaan non-pertanian, (2) Faktor-faktor Internal adalah kondisi sosial ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan yang mendorong lepasnya kepemilikan lahan
Peluang ini menyebabkan penduduk lokal akan mengalih fungsikan lahan yang kurang produktif menjadi lebih produktif, seperti merubah bangunan menjadi tempat kos-kosan, atau menyewakan lahannya yang kosong untuk kegiatan produksi bagi sektor informal, sehingga nilai ekonomisnya menjadi sangat tinggi. Motif dilaksanakannya konversi lahan ini juga disebabkan oleh untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal dan meningkatkan pendapatan melalui alih usaha. Dampak semuanya ini akan tercipta ekosistem kehidupan sosial masyarakat dari masyarakat tradisional ke masyarakat ekonomis. Gambaran pertumbuhan PDRB da Laju pertumbuhan penduduk yang terjadi di kota Denpasar digambarkan pada Tabel 1. Tabel ini memberi gambaran bahwa rata-rata perumbuhan produk domistik regional bruto kota Denpasar pertahun 6,60 dan rata-rata pertumbuhan penduduk penduduk meskipun terus mengalami penurunan akan tetapi jauh melampui pertumbuhan
penduduk provinsi dan nasional yakni masih diatas 2 persen. Tingginya laju pertumbuhan penduduk di kota Denpasar didominasi oleh jumlah migrasi masuk,yakni sebesar 4,5 persen dan jumlahnya dari tahun terus mengalami peningkatan.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi (PDRB) terhadap Laju Pertumbuhan Penduduk
-
2. Untuk menganalisi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), Pertumbuhan Migrasi dan Pertumbuhan Penduduk terhadap Alih Fungsi Bangunan Penduduk Asli Kota Denpasar.
-
3. Untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh terhadap alih fungsi bangunan penduduk asli kota Denpasar.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian aosiatif yang dianalisis dengan metode kuntitatif dan dirncang untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan migrasi terhadap laju pertumbuhan penduduk serta pengaruh tidak langsung pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan migrasi terhadap alih fungsi bangunan penduduk asli kota Denpasar, mengingat penduduk asli Denpasar yang pada awalnya sebagai masyarakat komunal dimana bangunan-bangunan yang awalnya berdasarkan kosala-kosali dengan konsep Tri Hita Karana difungsikan sebagai kegiatan sosial ritual bergeser menjadi fungsi ekonomis sebagai akibat pesatnya pembangunan di kota Denpasar.
Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif bersumber pada data sekunder berupa pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan pertumbuhan penduduk,serta alih fungsi lahan bangunan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) sedangkan data pertumbuhan migrasi diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Denpasar.
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut 1. Pertumbuhan Ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari suatu daerah (1995- 2015) untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya yang ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan diukur dengan Produk Domistik Bruto (PDRB). Dimana PDRB ini merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun berdasarkan harga konstan.
-
2. Pertumbuhan Penduduk merupakan laju pertumbuhan penduduk yang dicapai dari suatua daerah pada kurun waktu tertentu (1995-2015) yang dipengaruhi oleh determina-determinan demografi migrasi dan kelahiran serta kematian.
-
3. Migrasi, merupakan perpindahan penduduk dari suatu daerah kedaerah lain dengan tujuan untuk meningkatkan sosial ekonomi keluarga menjadi lebih baik dibandingkan jika menetap didaerah asal.
-
4. Alih fungsi bangunan, merupakan pemanfaatan lahan atau bangunan yang telah ada dari fungsi non ekonomis menjadi lebih ekonomis, baik dari bentuk dan fungsinya guna dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga. Banyaknya permintaan untuk memenuhi kebutuhan pendatang menjadi peluang bagi penduduk asli untuk menawarkan asset yang telah dimiliki baik lahan maupun bangunan dari yang kurang produktif menjadi lebih produktif. Bangunan yang sebelumnya sebagai tempat tinggal dialihfungsikan menjadi kos-kosan, bahkan merubah lahan/bangunan menjadi lebih produktif menjadikan warung atau mini market dan sebainya.
-
5. Penduduk asli, adalah orang-orang yang lahir dan tercatat secara administratif sebagai penduduk kota Denpasar serta sebagai anggota salah satu banjar asli dan memiliki tempat sembahyang (merajan lengkap).
Gambar 2. Hubungan antar variabel Penelitian
Teknik Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian untuk artikel ini menggunakan Partial Least Square (PLS), yaitu sebuah software yang dikembangkan untuk mengolah data menggunakan persamaan struktural. Penggunaan soft ware Partial Least Square (PLS) beberapa pertimbangan:
-
1. PLS merupakan metode analisis yang powerfull karena mengakomodasi data berbagai skala ukuran, dan tidak mengasumsikan data harus dalam skala pengukuran tertentu karena berbasis statistic nonparametric dan juga dapat digunakan untuk jumlah sampel relatif kecil (Suyana Utama, 2016).
-
2. PLS dapat digunakan untuk model yang rumit, yaitu biasanya diaplikasikan untuk analisis jalur yang menggunakan variabel dengan multi indikator, namun juga dapat digunakan untuk variabel dengan indikator tunggal (single indicator).
-
3. PLS secara otomatis mengeluarkan output dalam bentuk diagram jalur lengkap dengan koefisien pengaruh langsung (path coefficient) serta dilengkapi tabel pengaruh tidak langsung (indirect effect) dan pengaruh total secara simultan yang dapat mengurangi resiko pengguna melakukan kesalahan mengutip atau kesalahan menggambar outputnya.
Secara teoritis pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan daya tarik migran masuk ke suatu daerah (Lee dalam Mantra, 2000). Berkaitan dengan hal itu pertumbuhan penduduk pada suatu
daerah dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan migrasi masuk (Adelman dan Morris, 1973 dalam Kuznet, 1996)). Tingginya pertumbuhan ekonomi dan migrasi masuk, serta meningkatnya laju pertumbuhan penduduk berimplikasi alih fungsi lahan untuk bangunan Berkaitan dengan uraian itu, hubungan antar variabel dapat diilustrasikan pada Gambar 2.
Berdasarkan Gambar 2 dapat dibuat persamaan structural sebagai berikut:
Keterangan:
-
X1 = Pertumbuhan Ekonomi (%)
X2 = Pertumbuhan Migrasi masuk (%)
X3 = Pertumbuhan penduduk (%)
Y = Alih fungsi bangunan (ha)
Selanjutnya data dianalisis dengan PLS dan hanya dievaluasi Inner Model dan Goodness of Fit Evaluasi terhadap inner model dilakukan dengan melihat besarnya koefisien jalur strukturalnya, dan juga nilai uji t statistiknya yang diperoleh dengan metode bootstrapping, baik untuk pengaruh langsung (path coefficient) maupun pengaruh tidak langsung (indirect effect). Di samping itu juga diperhatikan R2 untuk variabel laten dependen. Selain R2, model PLS juga dapat dievaluasi kemampuan prediksinya atau predictive prevelance melalui Stone-Geiser Q
Square test (Ghozali, 2011), dengan formula:
e2=ι-(i-⅛χι-⅞) (4)
Q2 juga dapat diinterpretasikan seperti menginterpretasikan koefisien determinasi R2 pada regresi berganda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Diskripsi Variabel Penelitian
Rata-rata pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kota Denpasar dari tahun 1995-2015 sebesar 6,58 persen dengan rentangannya 5,85 sampai 7,51persen. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini karena kontribusi sektor pariwisata dan perdgangan serta jasa lainnya. Migrasi Masuk rata-rata pertahun 12.150 jiwa dengan rentangan terendah sebanyak 2.000 jiwa dan tertinggi sebanyak 24.121 jiwa Perkembangan jumlah migrasi masuk meningkat tajam semenjak tahun 2010, sedangkan Pertumbuhan penduduk cukup tinggi dengan rata-rata 4,11 persen, dengan pertumbuhan terendah 1,78 dan tertinggi 7,6 persen. Ini merupakan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi yang dicapai oleh sebuah kota yang luasnya relatif kecil. Demikian pula alih rata-rata alih fungsi bangunan meningkat secara proporsional dari tahun ketahun mencapai 9,47
Apabila dibandingkan antara standar deviasi dengan mean atau rata-ratanya pada Tabel 3, maka dapat diketahui bahwa data yang timpang adalah pertumbuhan ekonomi/PDRB dan pertumbuhan penduduk, sedangkan yang paling merata adalah data pengalihan fungsi bangunan. Ini menandakan perubahan/alih fungsi bangunan terus dan pasti mengalami perubahan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi,migrasi dan laju pertumbuhan penduduk. Diskripsi kondisi ini digambarkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Deskripsi Variabel Penelitian
Variabel |
Mini mum |
Maxi mum |
Mean |
Std. Deviation |
Pertumbuhan Ekonomi |
5,85 |
7,51 |
6,58 |
0,46 |
Migrasi Masuk |
2,00 |
24,21 |
12,15 |
7,11 |
Pertumbuhan Penduduk |
1,78 |
7,60 |
4,11 |
1,79 |
Alih Fungsi Bangunan |
9,17 |
9,80 |
9,47 |
0,20 |
Sumber: Data hasil penelitian
Uji Pengaruh Langsung
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi (X1), Migrasi masuk (X2) dan laju pertumbuhan penduduk (X3) terhadap perubahan alih fungsi bangunan (Y) penduduk asli kota Denpasar perhitungan regresi dengan metode regresi sederhana (Ordinary Least Square = OLS) dengan menggunakan program soft ware Partial Least Square (PLS) terhadap model persamaan struktural 1 dan 2 , hasilnya disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 2.
Tabel 4. Pengaruh Langsung Antar Variabel
Hubungan Variabel |
Koefisien R. Standar |
St. Error |
t |
Sig |
Keterangan |
X1→X2 |
0,510 |
0,179 |
2,828 |
0,005 |
Signifikan |
X1→X3 |
0,385 |
0,153 |
2,525 |
0,012 |
Signifikan |
X2→X3 |
0,523 |
0,141 |
3,712 |
0,000 |
Signifikan |
X1→ Y |
0,348 |
0,105 |
3,300 |
0,001 |
Signifikan |
X2→ Y |
0,427 |
0,117 |
3,639 |
0,000 |
Signifikan |
X3→ Y |
0,321 |
0,106 |
3,034 |
0,003 |
Signifikan |
Sumber: Data penelitian diolah
Keterangan:
X1 = Pertumbuhan Ekonomi (%)
X2 = Pertumbuhan Migrasi masuk (%)
X3 = Pertumbuhan penduduk (%)
Y = Alih fungsi bangunan (ha)
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa hubungan antar variabel dan hasil pengujian statistik dapat dijelaskan sebagai berikut :
-
A. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap petumbuhan migarasi di Kota Denpasar selama kurun waktu 19952015 dengan nilai t hitung sebesar 2,828 dan probabilitas penerimaan Ho sebesar 0,005; ini berarti semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan semakin tinggi pula pertumbuhan penduduk di kota Denpasar; ini menandakan semakin meningkat pula kesejahteraan penduduk;
-
B. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan penduduk di Kota Denpasar dalam kurun waktu 19952015 dengan t hitung sebesar 2,525 dan probabilitas penerimaan Ho sebesar 0,012; ini berarti semakain tinggi jumlah migrasi maka pertumbuhan penduduk di kota Denpasar semakin tinggi pula; ini menandakan semakin banyak jumlah penduduk.
-
C. Pertumbuhan migrasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 1995-2015 dengan t hitung 3,712 dan probabilitas penerimaan Ho sebesar 0,000; ini berarti semakin tinggi pertumbuhan migrasi menyebakan semakin tinggi pua tingkat pertumbuhan kota Denpasar
-
D. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan alih fungsi bangunan di kota Denpasar dengan t hitung 3,300 dan probabilitas penerimaan Ho sebesar 0,001; ini berati meningkatnya alih fungsi bangunan dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat sehingga pendapatan masyarakat meningkat pula.
-
E. Pertumbuhan migrasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap alih fungsi bangunan di kota Denpasar dengan t hitung sebesar 3,639 dan probabilitas penerimaan Ho 0,000; Ini berarti semakin banyak jumlah penduduk pendatang yang masuk ke kota Denpasar, maka semakin banyak pula kebutuhan akan pemukiman dan menyebabkan semakin meningkat pula alih fungsi bangunan.
-
F. Pertumbuhan penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap alih fungsi bangunan di kota Denpasar dengan t hitung sebesar 3,034 dan probabilitas penerimaan 0,003. Meningkatnya pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkat pula alih fungsi bangunan di kota Denpasar.
Berdasarkan Tabel 3 dengan menggunakan koefisien regresi terstandar dapat dibuat ringkasan koefisien jalur hubungan langsung antar variabel penelitian seperti yang disajikan pada Gambar 2. Gambar ini menjelaskan bahwa hubungan antar variabel semuanya semuanya memiliki nilai positif, hal ini tergambar pada Gambar 3. Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui variabel berpengaruh paling besar terhadap alih fungsi bangunan di kota Denpasar adalah variabel Migrasi dengan nilai 0,427, sementara pengaruh pertumbuhan ekonomi 0,348 dan pertumbuhan penduduk sebesar 0,321. Nilai R2m = 0,972, Ini berarti bahwa 97,2 persen variable alih fungsi bangunan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan migrasi masuk, dan pertumbuhan penduduk, sedangkan sisanya 2,8
persen dipengaruhi oleh variable lain diluar model
Gambar 3. Koefisien Jalur Hubungan Langsung Antar variabel Penelitian
Pengaruh Tidak Langsung
Berdasarkan uji Sobel dapat diketahui pengaruh tidak langsung suatu variable terhadap variable terikat, melalui variable mediasi. Ringkasan uji
pengaruh tidak langsung ditunjukkan pada Tabel 4
Tabel 4. Pengaruh Tidak Langsung Variabel Penelitian
Hubungan Variabel |
Variabel Mediasi |
Koefisien R. Standar |
St. Error |
t |
Sig |
Keterangan |
X1→X3 |
X2 |
0,267 |
0,128 |
2,076 |
0,038 |
Signifikan |
X1→Ү |
X2, X3 |
0,427 |
0,103 |
4,130 |
0,000 |
Signifikan |
X2→Ү |
X3 |
0,168 |
0,079 |
2,213 |
0,034 |
Signifikan |
Sumber: Data penelitian diolah
Keterangan:
X1 = Pertumbuhan Ekonomi (%)
X2 = Pertumbuhan Migrasi masuk (%)
X3 = Pertumbuhan penduduk (%)
Y = Alih fungsi bangunan (ha)
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa variable pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak langsung terhadap alih fungsi bangunan melalui mediasi pertumbuhan migrasi karena nilai z hitung sebesar 2,076 yang lebih besar dari nilai 1,96 yang dipersyaratkan dengan derajat kesalahan 5 % Dipihak lain pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak langsung terhadap alih fungsi bangunan meallui mediasi pertumbuhan migrasi dan pertumbuhan penduduk dimana nilai Z hitung 4,130 076 yang lebih besar dari nilai 1,96 yang dipersyaratkan Demikian pulapertumbuhan migrasi
berpengaruh tidak langsung terhadap alih fungsi bangunan melalui mediasi pertumbuhan penduduk karena nilai Z hitung yang diperoleh sebesar 2,213 lebih besar daripada nilai yang dipersyaratkan yakni 1,96.
Pembahasan Hasil Penelitian
-
A. Pengaruh Pertumbuhan ekonomi terhadap Migrasi
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh postif dan signifikan terhadap variabel pertumbuhan migrasi kota Denpasar selama periode 1995-2015. Pengaruh positif dapat dijelaskan sesuai dengan teori urbanisasi Lee (Mantra, 2000), migrasi penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh dua kekuatan utama yaitu kekuatan penarik (sentripetal) karena di daerah tujuan( Denpasar) tingkat kesejahteraan lebih baik daripada daerah asal dan kekuatan pendorong (sentrifugal) karena jenis dan macam lapangpekerjaan lebih terbuka dibandingkan di daerah asal. Lebih lanjut Mantra menyebutkan migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Jeong-Gill,dkk (Yomi, 2012), mengatakan bahwa seorang migran merupakan individu rasional dalam mengambil keputusan untuk melakukan mobilitas dengan tujuan bekerja ke daerah lain bahkan ke luar negeri dikarenakan adanya faktor ekonomi (pekerjaan dan pendapatan) serta faktor non ekonomi (sosial budaya, politik, dan psikologi).
-
B. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pertumbuhan Penduduk
Hasil pengujian statistik disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan penduduk pada kabupaten/kota di Provinsi Bali selama tahun 2001 – 2015. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Adelman dan Morris, 1973 (Kuznet, 1996) menyatakan bahwa antara pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pembangunan terdapat suatu trade-off. Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pertumbuhan penduduk akan membawa konsekuensi meningkatnya jumlah penduduk pendatang dan pada akhirnya pertumbuhan penduduk daerah tujuan menjadi meningkat Meskipun penduduk pendatang berkontribusi atas meningkatnya kegiatan ekonomi suatu daerah,
jika tidak ditangani dengan baik bisa memberikan dampak negatif terhadap pembangunan yang dilaksanakan di kota Denpasar.
Pengaruh Pertumbuhan Migrasi terhadap C. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa variabel pertumbuhan migrasi berpengaruh postif dan signifikan terhadap variabel pertumbuhan penduduk. Meningkatnya pertumbuhan migrasi menyebabkan meningkatnya pertumbuhan didaerah tujuan; Penelitian suartha 2016 menyebutkan pertubuhan penduduk kota Denpasar didominasi oleh faktor migrasi setelah kelahiran dan kematian. Tingkat migrasi kota Denpasar sebesar 4,6 persen menyebabkan kota ini memiliki tingkat perumbuhan penduduk sebesar 3,53 persen pada tahun 2015.
Pengaruh Pertumbuhan ekonomi terhadap Alih D. Fungsi Bangunan
Hasil pengujian statistik disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap alih fungsi Bangunan. Menurut Winoto (2005) faktor-faktor yang mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi non-pertanian/ bangunan disebabkan oleh tidak senata-mata karena meningkatnya pertumbuhan penduduk tetapi juga dikarenakan faktor ekonomi yaitu meningkatnya land rent serta adanya perilaku myopic untuk mencari keuntungan secepatnya. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat menjadi modal untuk meningkatkan kebutuhan akan papan, sebagaimana dinyatakan teori tingkat kebutuhan Maslow yang menyatakan setelah tingkat kebutuhan dasar dan tingkat berikutnya dibutuhkan kebutuhan akan keamanan dan aktualisasi.
Pengaruh Migrasi terhadap Alih Pungsi E. Bangunan
Tabel 3 menunjukkan variabel pertumbuhan migrasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap alih fungsi bangunan. Meningkatnya jumah migrasi masuk menyebabkan meningkatkatnya perubahan lahan dan fungsi bangunan. Todaro (2004) menjelaskan bahwa pertumbuhan migrasi dari desa ke kota yang terus menerus meningkat merupakan penyebab utama semakin banyaknya pemukiman-pemukiman
kumuh di perkotaan. Pesatnya pertumbuhan penduduk kota sebagai dampak dari urbanisasi ini mengakibatkan munculnya kebutuhan akan rumah sebagai tempat bermukim atau tempat usaha. Pengalihan fungsi bangunan untuk tempat usaha baik sebagai tempat kos maupun tempat usaha dagang atau jasa untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
Pengaruh Pertumbuhan penduduk terhadap Alih F. Fungsi Bangunan.
Hasil pengujian statistik disimpulkan bahwa pertumbuhan penduuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap alih fungsi bangunan di kota Denpasar selama tahun 2001 – 2015. Perubahan ini akan terus mengalami peningkatan bersamaan dengan pertumbuhan penduduk yang terus mengalami peningkatan. Menurut Winoto (2005) faktor-faktor yang mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi non-pertanian dikarenakan faktor kependudukan, karena meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan meningkatkan permintaan tanah. Hasil penelitian Merisa Kurniasari dan Ariastitayang (2014) meyatakan terdapat 2 variabel yang berpengaruh dalam mempengaruhi luasan alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian karena rasio harga lahan dan rasio aksesibilitas wilayah. Keadaan ini merangsang penduduk lokal untuk lebih memungsikan lahan atau bangunannya dari non ekonomis menjadi lebih ekonomis. Bangunan-bangunan yang telah ada berubah bentuk dan fungsinya, dikarenakan lokasi bangunan berada dekat dengan jalan raya yang nilai ekonomisnya menjadi naik seperti, dapur dirubah menjadi bangunan warung/kegiatan ekonomi, demikian pula bangunan yang pada awalnya menghadap kearah kedalam karena ada jalan raya dirubah menjadi tempat usha warung atau toko. Hingga telajakan sebagai bagain dari konsep trimandala beralih menjadi tempat usaha.
Pengaruh Tidak Langsung Pertumbuhan Penduduk dan Migrasi terhadap Alih Fungsi A. Lahan
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh nyata secara tidak langsung terhadap terhadap pertumbuhan penduduk melalui pertumbuhan migrasi. Hasil ini didukung oleh teori Todaro (2004) yang menjelaskan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi suatu daerah perkotaan merangsang penduduk daerah lain untuk bermigrasi dari desa ke kota. Meningkatnya penduduk pendatang membawa konsekuensi meningkatnya jumlah dan kebutuhan akan pemukiman/perumahan. Kebutuhan akan pemukiman inilah menyebabkan meningkatnya alih fungsi lahan bangunan di perkotaan.
Pengaruh Tidak Langsung Pertumbuhan Ekonomi terhadap Alih Fungsi Bangunan.
-
B. Hasil analisimenunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi secara tidak langsung berpengaruh terhadap alih fungsi bangunan melalui variabel mediasi migrasi dan pertumbuhan penduduk Hasil ini didukung oleh hasil penelitian Adelman dan Morris dalam Kuznet, 1996) yang menyatakan tingginya pertumbuhan ekonomi dan migrasi masuk, serta meningkatnya laju pertumbuhan penduduk berimplikasi alih fungsi lahan untuk bangunan.
Pengaruh Tidak Langsung Migrasi terhadap Alih Fungsi Bangunan
-
C. Berdasarkan hasil olahan menunjukkan bahwa pengaruh Migrasi terhadap alih fungsi bangunan melalui meddiasi variabel pertumbuhan penduduk menunjukkan pengaruh positif dan signifikan. Mantra menyebutkan (200:151) Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Perpindahan penduduk menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk didaerah tujuan, sehingga daerah penduduk yang sudah padat menjadi semakin padat, sehingga tingkat pertumbuhan penduduk meningat tajam didaerah tujuan Padatnya jumlah penduduk ini membutuhkan tempat tinggal yang lebih banyak, untuk memenuhi kebutuhan ini maka pengalihan dan perubahan lahan/bangunan menjadi prioritas bagi penduduk asli.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dari penjelasan-penjelasan sebelumnya, maka dapat dismpulkan sebagai berikut:
-
1. Pertumbuhan ekonomi (PDRB) berpengaruh positif dan siginifikan terhadap laju pertumbuhan penduduk
-
2. Pertumbuhan ekonomi (PDRB), pertumbuhan migrasi dan pertumbuhan penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap alih fungsi bangunan penduduk asli kota Denpasar
-
3. Migrasi masuk merupakan faktor dominan yang berpengaruh terhadap alih fungsi bangunan penduduk asli kota Denpasar.
Saran
Mengacu pada hasil analisis dan kesimpulan, maka dapat disarankan a) melakukan regulasi peraturan masalah kependudukan mengingat tingginya laju migrasi masuk kekota Denpasar serta kecilnya luas wilayah. b) alih fungsi lahan/bangunan disesuaikan dengan konsep Tri Hita Karana, karena kepentingan ekonomis menghilangkan fungsi lahan/bangunan untuk kegiatan sosial dan relegius menjadi kepentingan ekonomis semata.
REFERENSI
Aditya Sri.2010. Analisis Ketimpangan Wilayah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dengan Model Panel Data (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2007. Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro Semarang.
Brown, Lawrence A., & Sanders, RickieL. 1981.
Toward a Development Paradigm of Migration, with Particular Reference to Third Word
Settings. In Gordon F. De Jong & Robert W.Gardner (Ed). Migration Decision Making : Multidisiplinary Approaches to Microlevel Studies in Developed and Developing Countries.(pp 149-185). New York. Pergamon Press.
Kustiawan A. 1997. Konversi Lahan Pertanian Di Pantai Utara Jawa. Prisma No 1 Tahun XXVII Januari 1197. LP3ES, Jakarta.
Kuncoro, M. 2003. Ekonomika Pembangunan:
Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP Edisi Keempat. Yogyakarta: STIM YKPN.
Kuznets, S. 1966. Modern Economic Growth : Rate, Structure, and Spread. London: Yale University Press.
Mantra, IB. 2002. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.2004. Metodelogi Penelitian Survei. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1978. Population Movement In Wet Rice Communities : a case study of two Dukuh In Yogyakarta Special.
Mawardi I. 2006. Kajian Pembentukan Kelembagaan Untuk Pengendalian Konversi dan Pengembangan Lahan, Peran, dan Fungsinya. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol.7. No. 2: 206-211.
Ruswandi M. 2007. Konversi Lahan Pertanian dan Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan di Kawsan Bandung Utara. Jurnal tanah dan Lingkungan.
Vol.9. no.2: 63-70.
Simon.j 2004: Migrasi Dan Pengaruhnya Terhadap Perubahan Perilaku Sosial Ekonomi Masyarakat Setempat Serta Terjadinya Pengembangan Wilayah (Studi Kasus : Kawasan Industri Perawang-Riau). Tesis Tidak Dipublikasi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah Kota (PWD-Kota)
Program Pascasarjana USU, 2004
Sumaryanto, Tahlim S. 2005. Pemahaman
Dampak Negatif Konversi Lahan Sawah Sebagai Landasan Perumusan Strategi Pengendaliannya”. Prosiding seminar penanganan konversi lahan dan pencapaian pertanian abadi. Satyawan Et al. Pusat studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan LPPM-Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sudibia, I Ketut. 2004. “Kebutuhan Pekerja Migran Nonpermanen di Sektor Pertanian Pada Masa Panen dan di Industri Genteng di Daerah Pedesaan Kabupaten Tabanan”. Disertasi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Tashakkori, Abbas. 2010. Mixed Methodology: Mengombinasikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Todaro, Smith. 2008. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: BPFE Universitas Gadjah Mada.
Utomo. 2012. Alih fungsi Lahan: Tinjauan Analitis dalam Makalah Seminar Pembangunan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Universitas Lampung, Lampung.
Winoto J. 2005. Kebijakan Pengendalian Alih fungsi Tanah Pertanian Dan Implementasinya. Prosiding seminar Penanganan Konversi Lahan dan Pencapaian pertanian abadi.Institut Pertanian Bogor, Bogor.Bogor
107
Discussion and feedback