JEKT 5 [2] : 119 - 124


ISSN : 2301 - 8968


Partisipasi Tenaga Kerja Perempuan dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga

Putu Martini Dewi*)

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

ABSTRAK

Dalam sebuah keluarga selain berperan sebagai istri, perempuan juga berfungsi sebagai ibu rumah tangga artinya perempuanlah yang mengatur berbagain macam urusan rumah tangga. Beberapa motivasi perempuan untuk bekerja yaitu suami tidak bekerja, pendapatan rumah tangga rendah sedangkan jumlah tanggungan cukup tinggi, mengisi waktu luang, ingin mencari uang sendiri dan ingin mencari pengalaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur, jam kerja, tingkat pendidikan, dan jumlah anak terhadap Pendapatan Keluarga Pedagang Perempuang di Pasar Badung Kota Denpasar dengan menggunakan regresi linier berganda. Estimasi OLS menunjukkan semua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan keluarga. Variabel umur menunjukkan nilai yang negatif, sedangkan yang lainnya menunjukkan tanda positif

Kata kunci: tenaga kerja perempuan, pendapatan keluarga, dan OLS

Women Labor Participation to Enhance Family Income

ABSTRACT

Women in a household beside as a wife, she also acts as a family manager. Unemployed spouse, low income high number of family members, and spare time, are some of the reasons for women to involve in workfiеⅼⅾ This paper employed the OLS method to investigate the impact of age, work hours, educational level, and number of children toward family income. The OLS estimates that all variables are significant to determine

the family income. Age variable was indicate negative

Key words: women labor, family income, OLS

PENDAHULUAN

Pembangunan dapat dikatakan berhasil jika keluarga sejahtera. Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera dengan jelas disebutkan, bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Bhasin (1996:5) mengatakan, bahwa dalam rumah tangga perempuan atau istri memberikan semua pelayanan untuk anak-anak, suami, dan anggota-anggota keluarga lainnya sepanjang hidupnya. Bhasin juga menambahkan, bahwa perempuan tersembunyi di dalam rumah tangga dan berkutat dengan 3M,

sign meanwhile the others are positive.

yaitu Masak (memasak), Macak (bersolek), Manak (melahirkan anak). Seringkali mereka mendapatkan julukan sebagai “kanca wingking” (teman di garis belakang, orang yang berkewajiban mengurus rumah tangga). Dewasa ini kenyataan menunjukkan bahwa perempuan sekarang tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga. Tuntutan sosial dan ekonomi rumah tangga yang cukup berat mendorong perempuan mencari nafkah untuk menambah penghasilan keluarga.

Beberapa motivasi perempuan untuk bekerja yaitu suami tidak bekerja, pendapatan rumah tangga rendah sedangkan jumlah tanggungan keluarga cukup tinggi, mengisi waktu luang, ingin mencari uang sendiri dan ingin mencari pengalaman (Asyiek, dkk) dalam Artini dan Handayani, (2009:10). Lebih lanjut Artini dan Handayani (2009:10) mengatakan bahwa umumnya perempuan termotivasi untuk bekerja adalah untuk membantu menghidupi keluarga dan umumnya

*). Email: [email protected]


bekerja di sektor informal (Artini dan Handayani, 2009:9). Hal ini dilakukan agar dapat membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.

Pekerja sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja dalam hubungan kerja sektor informal dengan menerima upah dan atau imbalan (undang-undang ketenagakerjaan, 2003). Selain itu Bambang dan Mukhlis (2006) mengatakan alasan lain yang dapat menyebabkan perempuan memilih bekerja bekerja di sektor informal adalah tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan mereka. Salah satu kegiatan sector informal yang banyak dilakukan adalah usaha dagang. Salah satu kawasan yang umum didatangi para pedagang perempuan informal adalah Pasar Badung di Kota Denpasar.

Penelitian pendapatan perempuan dan kontribusinya pernah dilakukan oleh Kurniawati (2008), dari hasil penelitian tersebut diperoleh, faktor tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan berpengaruh nyata terhadap pendapatan perempuan. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Sari (2010) menemukan bahwa Umur, Status Perkawinan dan Pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan pekerja perempuan sektor informal.

Meningkatnya jumlah anak yang dimiliki, maka meningkat pula beban tanggungan keluarga tersebut. Hal ini didukung oleh Simanjuntak (2001;55) yang mengatakan bahwa jumlah tanggungan yang tinggi pada suatu rumah tangga tanpa diikuti dengan peningkatan dari segi ekonomi akan mengharuskan anggota keluarga selain kepala keluarga untuk mencari nafkah. Dengan demikian disimpulkan bahwa jumlah anak berpengaruh positif terhadap pendapatan keluarga.

Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel umur, jam kerja, tingkat pendidikan, berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan keluarga pedagang perempuan, sedangkan jumlah anak secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan keluarga pedagang perempuan di Pasar Badung Kota Denpasar.

Perempuan Dalam Sektor Informal

Salah satu dari ciri sektor informal adalah, tidak membutuhkan tingkat pendidikan tinggi (Eka, 2009). Ciri tersebut dipertegas oleh Bambang dan Mukhlis (2006), yang mengatakan alasan lain yang dapat menimbulkan perempuan memilih bekerja sebagai pekerja sektor informal adalah tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan perempu an. Todaro (2004: 373), menyatakan banyak perempuan pekerja

yang menjalankan usaha secara kecil-kecilan, yang disebut unit usaha mikro (microenterprises), yang memerlukan sedikit sekali modal (terkadang bahkan tanpa modal sama sekali).

Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2003:48), dalam menentukan jumlah pekerja sektor informal menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu sebagai berikut.

  • 1)    Pendekatan menurut status pekerjaan

Gambaran sektor informal sebagai bagian angkatan kerja yang berada di luar tenaga kerja yang terorganisir. Kegiatan usahanya hampir sama dengan jenis usaha kecil, yang berusaha sendiri maupun dengan dukungan-dukungan keluarga. Penentuan pekerja di sektor informal berdasarkan status pekerjaan penduduk yang bekerja yaitu:

  • (1)    Berusaha sendiri tanpa di bantu buruh

  • (2)    Berusaha sendiri dan di bantu buruh tidak tetap (3) Pekerja tidak dibayar.

  • 2)    Pendekatan menurut definisi angkatan kerja

BPS bekerja sama dengan K antor M enteri Lingkungan Hidup (KMLH) pernah meneliti keadaan ketenagakerjaan di Indonesia dengan memperluas konsep angkatan kerja. Dari penelitian tersebut diperoleh gambaran mengenai pengangguran tidak penuh, bekerja tidak penuh dan pekerja penuh, dan ternyata para pekerja tersebut memiliki sifat-sifat pekerja sektor informal. Berikut adalah pekerja sektor informal menurut pembagian angkatan kerja.

  • (1)    Pekerja keluarga yang di keluarkan dari angkatan kerja

  • (2)    Penganguran tidak penuh

  • (3)    Pekerja tidak penuh

  • (4)    Pekerja penuh; a) Berusaha sendiri, b) Berusaha dibantu oleh buruh tidak tetap, c) Pekerja tidak dibayar atau pekerja keluarga.

Hubungan Umur Terhadap Tingkat Pendapatan Keluarga Pedagang Perempuan

Makin bertambahnya umur seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang akan dicapainya. Semakin dewasa seseorang maka keterampilan dalam bidang tertentu pada umumnya akan semakin memingkat, kekuatan fisik juga meningkat sehingga akan meningkatkan pendapatan yang diterimanya. Pekerja di sektor informal yang banyak mengandalkan kemampuan fisik akan sangat terpengaruh oleh variabel umur. Hal ini menunjukkan bahwa usia berpengaruh positif terhadap pendapat keluarga. Namun disisi lain, pada usia yang sudah tidak lagi produktif, keterampilan dan fisik seseorang akan mengalami penurunan. Ini sesuai kenyataan bahwa dalam umur tersebut, banyak orang yang pensiun dan atau yang

secara fisik sudah kurang mampu bekerja lagi (Siman-juntak, 2001:48). Perbedaan kekuatan fisik di usia dewasa dan muda adalah berbeda, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang diterima.

Hubungan Waktu Kerja Terhadap Tingkat Pendapatan Keluarga Pedagang Perempuan

Semakin tua seseorang tanggung jawab terhadap keluarga menjadi semakin besar. Banyak penduduk dalam usia muda, terutama yang belum berkeluarga, menjadi tanggungan orang tuanya, meskipun sudah tidak sedang bersekolah. Sebaliknya orang yang lebih dewasa terutama yang sudah menikah, pada dasarnya harus bekerja, bahkan untuk banyak orang harus bekerja lebih lama. Semakin tinggi waktu yang dicurahkan oleh pedagang perempuan untuk melakukan pekerjaan usia dagang, maka makin tinggi pula kesempatan pedagang perempuan untuk mendapatkan tambahan pendapatan. Artinya, jam kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan keluarga. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiandarini (2001) dalam Artini dan Handayani (2009:10), terhadap curahan jam kerja perempuan dan pria di luar sektor pertanian menunjukkan bahwa curahan jam kerja perempuan lebih besar dibanding pria. Hal ini menunjukan bahwa perempuan mempunyai peranan cukup besar dalam rumah tangga, yaitu dalam membantu kepala rumah tangga memenuhi kebutuhan rumah tangga (Artini dan Handayani, 2009:10). Tingginya tuntutan sosial ekonomi mendorong kaum perempuan untuk ikut bekerja dalam waktu yamg lebih lama, sebagai upaya mengatasi masalah rendahnya pendapatan yang diterima dari hasil pekerjaannya.

H ubungan Pendidikan Terhadap Tingkat Pendapatan Keluarga Pedagang Perempuan

Profil umur-pendapatan (age-earning profile), pendapatan per jam atau per tahun untuk berbagai kelompok umur yang memiliki sejumlah tahun sukses yang sama. Menurut Marhaeni dan Manuati (2004:214), terungkap tiga fakta yang dapat dijelaskan oleh teori mutu modal manusia, sebagai berikut.

  • 1)    Orang dengan pendidikan lebih tinggi mulai dengan pendapatan yang lebih rendah, tapi dengan cepat menyalip mereka yang memiliki pendidikan yang lebih rendah sehingga ia dapat menikmati rata-rata pendidikan yang lebih tinggi dalam sisa umur pekerjaannya.

  • 2)    Orang den g an pendidikan yang lebih tinggi memiliki profil umur-pendapatan dengan puncak “belakangan”.

  • 3)    Orang dengan pendidikan lebih tinggi memiliki kurve yang lebih curam.

Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa pendidikan memiliki hubungan positif terhadap pendapatan keluarga.

Hubungan Jumlah Anak Terhadap Tingkat Pendapatan Keluarga Pedagang Perempuan

Meningkatnya jumlah anak yang dimiliki, maka makin meningkat pula beban tanggungan dari keluarga tersebut. Hal ini berarti makin banyak waktu digunakan untuk mengurus anak sehingga waktu untuk berdagang semakin berkurang akibatnya pendapatan makin berkurang. Dapat disimpulkan bahwa jumlah anak berpengaruh negatif terhadap pendapatan keluarga.

DATA DAN METODOLOGI

Ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian

ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin

sebagai berikut (Husein Umar, 2008:65)

N

1 + Ne2


n >


(1)


Keterangan :

  • n   = ukuran sampel

N    = ukuran populasi

e    = kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan

sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang di pasar tumpah pada Pasar Badung Kota Denpasar yang berjumlah 300 pedagang, sehingga dengan menggunak an derajat kesalahan (e) 10 persen diperoleh sampel sebanyak 75 orang. Kemudian data dikumpulkan dengan wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa dengan menggunakan model regresi liniear berganda, menurut Gujarati (1997) dapat dinyatakan sebagai berikut.

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + μ (2)

Pengertian dan batasan dari variabel-variabel yang diguanakn dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Variabel terikat (Y), adalah pendapatan pekerja perempuan yang bekerja di Pasar Badung (Rp/ bulan)

  • 2)    Umur Pedagang perempuan (X1), adalah umur adalah umur atau usia pekerja perempuan saat dilakukan penelitian ini yaitu tahun 2011 dan dihitung berdasarkan tahun teakhir (tahun).

  • 3)    Jam kerja Pedagang Perempuan (X2), adalah lamanya waktu yang dicurahkan untuk mencari nafkah oleh pekerja perempuan terutama yang sudah menikah dengan melakukan pekerjaan pokok dan sampingan (jam/hari).

  • 4)    Tingkat Pendidikan Pedagang Perempuan (X3), adalah jenjang pendidikan pekerja perempuan yang dihitung dari tahun sukses pendidikan pekerja perempuan yang merupakan jumlah tahun yang sukses dijalani dalam menempuh pendidikan formal (tahun sukses).

  • 5)    Jumlah Anak Pedagang Perempuan (X4), adalah banyaknya anak yang dilahirkan dan atau di angkat oleh pedagang perempuan (orang).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Umur Responden Pedagang Perempuan

Umur merupakan variabel yang berpengaruh terhadap pendapatan. Umur dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam melihat aktifitas seseorang dalam bekerja, dimana kondisi umur yang masih produktif, maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006). Adapun distribusi umur responden pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Umur Responden Pedagang Perempuan di Pasar Badung

Umur Responden

Jumlah Responden

(Tahun)

Orang

< 31

1

1‚35

32 – 41

7

9‚45

42 – 51

56

75‚68

> 51

10

13‚52

Total

74

100

Sumber: Data Primer, 2011

Berdasakan Tabel 4.1. umur responden yang bekerja sebagai pedagang di pasar badung adalah sebagian besar termasuk usia produktif. Ini dapat dilihat dari distribusi umur responden antara 42-51 tahun memiliki persentase terbesar yaitu 75,68 persen. Pada usia ini perempuan pada umumnya sudah berkeluarga dan memiliki anak.

Waktu Bekerja Responden Pedagang Perempuan

Semakin tinggi waktu yang digunakan oleh pedagang perempuan untuk melakukan pekerjaan dagang, maka makin tinggi kesempatan pedagang untuk mendapatkan tambahan pendapatan. Hal ini diperkuat hasi penelitian Widiandarini (2001) dalam Ar-tini dan Handayani (2000:10). Tingginya tuntutan sosial ekonomi mendorong kaum perempuan untuk

ikut bekerja dalam waktu yang lebih lama. Adapun hasil penelitian mengenai waktu bekerja pedagang perempuan ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Waktu Bekerja Responden Pedagang Perempuan di Pasar Badung

Waktu Bekerja

Jumlah Responden

Jam/Hari

Orang

< 2

8

10‚81

3 – 6

25

33‚78

> 6

41

55‚42

Total

74

100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui, bahwa jumlah waktu bekerja responden yang paling banyak adalah lebih dari 6 jam per hari sebanyak 41 orang atau sebesar 55,42 persen. Sedangkan waktu bekerja responden yang paling rendah adalah 2 jam per hari yaitu sebanyak 8 orang atau 10,81 persen.

Tingkat Pendidikan Responden Pedagang Perempuan

Salah satu faktor yang berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan penduduk adalah tingkat pendidikan. Jenjang pendidikan yang dicapai seseorang akan menentukan posisi dalam seorang pekerja. Dalam penelitian ini tingkat pendidikan dihitung dengan mengetahui jumlah tahun sukses. Tingka tpendidikan responden pedagang perempuan bervariasi dari tidak bersekolah sampai akademi. Penyajian data mengenai tingkat pendidikan tertera pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Pendidikan Responden Pedagang Perempuan di Pasar Badung

Tingkat Pendidikan Responden (Tahun)

Jumlah Responden

Orang

persen

< 6

8

10‚81

6

20

27‚02

9

16

21‚62

12

26

35‚14

> 12

4

5‚41

Total

74

100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.3 bisa dilihat bahwa tingkat pendidikan mayoritas responden adalah SMA sebanyak 26 orang atau 35,14 persen. Sedangkan pendidikan responden paling rendah di atas SMA (diploma akademi) yaitu sebanyak 4 orang atau 5,41 persen.

Jumlah Anak Responden Pedagang Perempuan

Jumlah anak yang dimiliki meningkat, maka beban tanggungan dari keluarga tersebut meningkat juga. Hal ini berarti makin banyak waktu digunakan untuk mengurus anak sehingga waktu berdagang semakin

berkurang akibatnya pendapatan makin berkurang. Berikut adalah disajikan mengenai jumlah anak responden pedagang perempuan pada Tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4. Jumlah Anak Responden Pedagang Perempuan di Pasar Badung

Jumlah Anak (Orang)

Jumlah Responden

Orang

1

9

12,16

2

24

32,43

3

16

21,62

4

25

33,79

Total

74

100

Sumber: Data Primer, 2011

Berdasarkan Tabel 4.4 jumlah anak yang paling banyak dimiliki oleh pedagang perempuan di Pasar Badung adalah 4 orang atau 33,74 persen, sedangkan yang memiliki persentase paling rendah adalah responden memiliki anak 1 orang atau 12,16 persen.

Pendapatan Responden Pedagang Perempuan

Pendapatan dari pedagang perempuan akan sangat membantu jika dibandingkan hanya menghandalkan pendapatan suami yang diidentikkan sebagai tulang punggung keluarga. Pendapatan responden pedagang perempuan di Pasar Badung seperti nampak pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Pendapatan Responden Pedagang Perempuan di Pasar Badung

Pendapatan Responden            Jumlah Responden

Jutaan (Rp/Bulan)

Orang

persen

2 - 6,9

20

27,04

7 - 11,9

33

44,59

> 12

21

28,37

Total

74

100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat pendapatan responden paling banyak antara Rp.7.000.000 – Rp. 11.900.000 dengan jumlah 33 orang atau 44,59 persen sedangkan pendapatan responden paling sedikit adalah antara Rp. 2.000.000 - Rp. 6.900.000 per bulan dengan jumlah 20 orang atau 27,04 persen.

Analisis Regresi Linier Berganda

Model analisis linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh umar, waktu bekerja, pendidikan dan jumlah anak secara simultan dan parsial terhadap pendapatan keluarga pedagang perempuan di Pasar Badung (harus pada pasar tumpah). Persamaan regresi dari uji regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Hasil estimasi OLS menunjukkan semua variabel bebas berpenganruh secara signifikan terhadap pendapatan keluarga pedagang. Variabel umur menunjukkan tanda negatif yang menandakan bahwa

Tabel 4.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Keluarga Pedagang Perempuan; EsYmasi OLS

Variabel Bebas

OLS

Konstanta

- 6746203 (3004404)**

Unur

– 180964,6 (72692,6)**

Waktu Bekerja

434946,0 (195390,7)**

Pendidikan

706976,3

(315219,4)**

Jumlah Anak

728600,9 (336350)**

R2

0,608**

Standar error dalam kurung

**signifikan pada 5 persen

akan terjadi penurunan pendapatan sebesar Rp. 180.964,6 per bulan bagi setiap kenaikan satu tahun umur pedagang perempuan. Sebagian besar, 75,68 persen, pedagang perempuan pada pasar tumpah Pasar Badung berumur 42 – 51 tahun, dimana umur tersebut adalah umur puncak bagi kemampuan fisik seseorang. Jadi semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik akan semakin menurun yang kemudian berdampak pada menurunnya pendapatan.

Curahan waktu memberikan tambahan pendapatan s ebes ar Rp. 434.946 per bulan jika pedagang menambah jam kerjanya sebesar satu jam setiap harinya. Nilai tambahan pendapatan ini menunjukkan bah wa berjual an di pasar tumpah menjanjikan tambahan penghasilan yang cukup besar. Waktu tersebut akan semakin efektif untuk meningkatkan pendapatan jika selama kurun waktu bukanya pasar tumpah tersebut, para pedagang mampu melakukan inovasi dalam prosuk dan cara berjualan dengan baik. Kemampuan inovasi ini dapat diwakili oleh variable pendidikan. Tingkat pendidikan memberikan dampak kenaikan pendapatan sebesar Rp. 706.976,3 per bulan untuk setiap kenaikan satu tahun tingkat pendidikan.

Variabel jumlah anak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan keluarga pedagang perempuan di Pasar Badung. Tambahan satu orang anak akan memberikan dampak pada peningkatan pendapatan sebesar Rp. 728.600,9 per bulan. Hal ini sesuai dengan pendapat Simanjuntak (2001,55) yang mengatakan bahwa jumlah tanggungan yang tinggi pada suatu rumah tangga tanpa diikuti dengan peningkatan dari segi ekonomi akan mengharuskan anggota keluarga selain kepala keluarga untuk mencari nafkah. Dengan demikian disimpulkan bahwa jumlah anak berpengaruh positif terhadap pendapatan keluarga.

Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan

varian uji hiteroskedastisitas dilakukan dengan model uji Glejser. Hasil uji Glejser ditunjukkan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Regresi Terhadap | µ|

Variabel Bebas

OLS

Konstanta

- 1018788 (1688521)

Umur

40625,9

(40854,4)

Waktu Bekerja

92724,2

(109812,6)

Pendidikan

158503,7

(177158,1)

Jumlah Anak

-122129

(189033,8)

Tabel 4.8 menunjukkan hasil regresi variabel bebas terhadap |m| tidak menunjukkan adanya variabel yang signifikan. Oleh karena itu seluruh variabel bebas dalam penelitian ini tidak menunjukkan adanya heteroskedastisitas.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang tlah diuraikan pada bab selanjutnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

  • 1)    Variabel umur, waktu bekerja, pendidikan dan jumlah anak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap pendapatan keluarga pedagang perempuan di pasar Badung.

  • 2)    Variabel umur, waktu bekerja, pendidikan dan jumlah anak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan keluarga pedagang perempuan di Pasar Badung.

SARAN

Berdasarkan dari beberapa penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh saran sebagai berikut : Para pedagang perempuan di Pasar Badung merupakan tulang punggung bagi keluarga, pendapatan mereka sangat berpengaruh pada pekembangan ekonomi keluarga serta perkembangan ekonomi Kota Denpasar. Oleh karena itu diharapkan pemerintah turut berperan dalam memberi vasilitas

kepada para pedagang agar banyak masyarakat memilih berbelanja ke pasar Badung.

REFERENSI

Artini, Ni Wayan Putu dan Handayani (2009). Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Pembuat Makanan Olahan Terhadap Pendapatan Keluarga. Piramida, 5. 1: 9-15

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2003).$Bali Dalam Angka Tahun 2002. Denpasar: BPS

Bambang Pudjianto dan Mukhlis (2006). Studi Kasus Wanita-Wanita Penambang Pasir di Desa Lumbung Rejo, Kecamatan Tempel - Kabupaten Sleman. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. 11. 1: 15-24

Bhasin, Kamla (1996). Menggugat Patriarki. Yogyakarta: Bentang

Eka Nilakusmawati, Desak Putu (2009). Kajian Aktivitas Ekonomi Pelaku Sektor Informal di Kota Denpasar (Studi kasus Wanita Pedagang Canang Sari). Piramida. 5. 2: h: 54-64

Gujarati, Damodar (1997). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Hasyim H. (2006). Analisis Hubungan Karakteristik Petani Kopi terhadap Pendapatan (Studi Kasus: Desa Dolok Saribu Kecamatan Paguran Tapanuli Utara). Jurnal Komunikasi Penelitian, 18. 1: 22-27

Kurniawati, Nuning (2008). Analisis Faktor-Faktot Yang Mempengaruhi Pendapatan Perempuan dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga Miskin di Kelurahan Penatih Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar. Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar

Marhaeni, A.A.I.N dan I.G.A.Manuati Dewi (2004). Buku Ajar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Denpasar: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

Nalinda R. (2006). Alokasi Waktu Kerja Keluarga Pengrajin Emping Melinjo di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, 2. 1: 73-86

Sari, Ida Ayu Dewi Purnama (2010). Analisis Pengaruh Umur, Status Perkawinan dan Pendidikan Terhadap Pendapatan Pekerja Perempuan Sektor Informal Di Desa Tegal Jadi Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar

Simanjuntak, P. J. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia E disi Kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Suyana, Utama (2009).$Buku Ajar Aplikasi Analisis Kuantitatif Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Denpasar: Sastra Utama

Todaro, Michael P. (2004). Pembangunan Ekonomi di Duma Ketiga Jilid 1 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga

Wirawan, Nata (2002). Statistik Ekonomi 2. Denpasar: Ke-raras Emas

124