JURNAL KIMIA (JOURNAL OF CHEMISTRY) 15 (2), JULI 2021 DOI: https://doi.org/10.24843/JCHEM.2021.v15.i02.p14

p-ISSN 1907-9850

e-ISSN 2599-2740


PENGARUH SUHU PENYIMPANAN AIR MINUM PADA BOTOL KEMASAN POLIKARBONAT (PC) YANG BEREDAR DI DAERAH GARUT TERHADAP KADAR BISPHENOL-A (BPA) MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

N. Lubis*, D. Soni dan M. D. S. Fuadi

Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Garut, Garut, Jawa Barat, Indonesia

*Email: novriyantilubis@uniga.ac.id

ABSTRAK

Polikarbonat merupakan bahan sintesis hasil reaksi antara bisphenol-A (BPA) dengan phosgene (carbonyl dichloride/ COCl2). Bisphenol-A merupakan zat berbahaya yang dapat bermigrasi dari polikarbonat ke air. Penelitian ini bertujuan untuk mengambil sikap preventif atau pencegahan yaitu dengan menganalisis kadar bisphenol-A (BPA), yang dapat bermigrasi dari kemasan jenis polikarbonat ke dalam air, dengan menggunakan metode analisis spektrofotometri ultraviolet (UV). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada sampel botol polikarbonat yang disimpan pada suhu ruangan 23oC tidak mengandung bisphenol-A. Sedangkan pada sampel yang disimpan pada suhu paparan sinar matahari berkisar 30oC mengandung bisphenol-A BPC 2 A, BPC 2 B, dan BPC 2 C masing-masing 0,0257 ppm, 0,0211 ppm, dan 0,0234 ppm. Sampel yang ditambahkan air panas pada suhu 100oC mengandung bisphenol-A BPC 3 A, BPC 3 B, BPC 3 C, masing-masing 0,0468 ppm, 0,0495 ppm, dan 0,0445 ppm. Dapat disimpulkan bahwa suhu memberikan pengaruh terhadap migrasi bisphenol-A pada kemasan botol polikarbonat ke air di dalamnya. Hasil kadar bisphenol-A pada sampel botol polikarbonat masih memenuhi syarat batas maksimal 0,6 ppm menurut Peraturan Kepala Badan POM. No HK.03.1.23.07.11.6664.

Kata kunci: bisphenol-A, polikarbonat, spektrofotometri UV.

ABSTRACT

Polycarbonate is a synthetic material resulting from a reaction between bisphenol-A (BPA) and phosgene (carbonyl dichloride/ COCl2). Bisphenol-A is a dangerous substance that can migrate from the polycarbonate into water. This study aimed to take a preventive action by analyzing the content of bisphenol-A (BPA), which could migrate from the polycarbonate packaging into the water, using ultraviolet (UV) spectrophotometry. Based on the research conducted, for the sample of polycarbonate bottle stored at room temperature of 23˚C, no bisphenol-A contained in the water. Meanwhile, for the samples stored under the sun exposure at temperature of about 30˚C, the water contained bisphenol-A BPC 2 A, BPC 2 B, BPC 2 C of 0.0257 ppm, 0.0211 ppm and 0.0234 ppm respectively. Furthermore, for the samples added with hot water at a temperature of 100˚C, the water consisted of bisphenol-A BPC 3 A, BPC 3 B, BPC 3 C of 0.0468 ppm, 0.0495 ppm, and 0.0445 ppm respectively. It could be concluded that the temperature influenced the migration of bisphenol-A from the polycarbonate bottles into the water stored in the bottles. The bisphenol-A levels in the sample of polycarbonate bottles still met the maximum limit of 0.6 ppm according to the Regulation Head of POM. No HK.03.1.23.07.11.6664. .

Key words: bisphenol-A, polycarbonate, UV spectrophotometry.

PENDAHULUAN

Kemasan plastik sangat banyak digunakan dalam kehidupan masyarakat, dimana setiap harinya masyarakat melakukan kontak dengan banyak peralatan yang berbahan dasar plastik. Menurut data Kementrian Koordinator bidang Kemaritiman, estimasi plastik yang diproduksi setiap tahunnya ± 300 juta ton di seluruh dunia (Kemaritiman, 2018).

Salah satu jenis plastik yang banyak digunakan oleh masyarakat yaitu polikarbonat (PC). Polikarbonat merupakan jenis bahan plastik dengan lapisan tembus pandang yang bisa mencapai ketebalan 5 cm, bahan sintesis ini merupakan hasil reaksi antara bisphenol-A (BPA) dengan phosgene (carbonyl dichloride/COCl2) (Felixon, 2011). Jenis plastik ini banyak digunakan dalam pembuatan botol minuman yang dapat menyebabkan

berbagai gangguan kesehatan karena adanya kandungan zat berbahaya yang dapat bermigrasi dari kemasan ke dalam bahan pangan, yaitu bisphenol-A (BPA) yang dapat menyebabkan efek “mimic” (menyerupai) estrogen, sehingga dapat menganggu fungsi hormon estrogen itu sendiri juga merusak kromosom pada ovarium dan menurunkan kadar sperma(Indraswati, 2017).

Batas maksimum bisphenol-A (BPA) menurut Peraturan Kepala Badan POM No HK 03.1.23.07.11.6664 ditetapkan pada botol susu 0,3 ppm dan untuk botol minuman, dan peralatan makan-minum lainnya 0,6 ppm. Begitu juga menurut EFSA untuk nilai Tolerance Daily Intake (TDI) BPA sebesar 0,05µg/kgBB dalam satu hari (European Food Savety Authority, 2015).

Metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan kandungan bisphenol-A (BPA) dalam kemasan plastik polikarbonat dengan instrument dan metode yang beragam salah satunya bisa menggunakan spektrofotometri UV. Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan untuk informasi baik analisis kualitatif maupun analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dapat digunakan untuk mengidentifikasi kualitas obat atau metabolitnya. Data yang dihasilkan oleh Spektrofotometri UV-Vis berupa panjang gelombang maksimal, intensitas, efek pH dan pelarut, sedangkan dalam analisis kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya (Ramdhani et al., 2018).

Pengertian mengenai pengaruh suhu penyimpanan terhadap analisis bisphenol-A (BPA) dalam kemasan polikarbonat (PC) ini belum banyak diketahui Kadar bisphenol-A (BPA) bahkan dapat meningkat dengan adanya pengaruh paparan sinar matahari dari 3,10 -6,24 µg/mL menjadi 7,90-16,85 µg/mL (Omer et al., 2016).

Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini dilakukan penentuan kadar bisphenol-A pada kemasan botol minum polikarbonat (PC) dengan menggunakan spektrofotometri UV pada panjang gelombang 200-400 nm. Kelebihan dari instrumen Spektrofotometer UV- Vis yaitu dapat digunakan untuk menganalisis banyak zat organik dan anorganik, selektif, mempunyai ketelitian yang tinggi dengan kesalahan relatif

sebesar 1%-3%, analisis dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

Rumusan masalah dari uraian di atas adalah apakah terdapat bisphenol-A (BPA) pada semua kemasan tidak bermerek dengan label polikarbonat (PC) dan berapa kadar migrasi bisphenol-A (BPA) pada kemasan botol tidak bermerek dengan label polikarbonat (PC) yang beredar di daerah Garut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengambil sikap preventif atau pencegahan, yaitu dengan menganalisis kadar bisphenol-A (BPA) yang dapat bermigrasi dari kemasan jenis polikarbonat ke dalam air dengan menggunakan metode analisis spektrofotometri UV.

Manfaat yang ingin diberikan berupa informasi bagi masyarakat tentang kadar bisphenol-A (BPA) dalam bahan plastik polikarbonat (PC) yang sering digunakan sehari-hari, sehingga dapat meminimalisir bahaya yang dapat ditimbulkan dari paparan zat tersebut.

MATERI DAN METODE

Bahan

Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini diantaranya botol plastik PC No.7 yang tidak memiliki merek, Bisphenol-A (Sigma-Aldrich, Pte. Ltd. Singapura), aquades (Indigo).

Peralatan

Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya alat instrumen spektrofotometer Ultraviolet (Infinitie M200pro), timbangan analitik (Delta Range), peralatan gelas seperti gelas kimia (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), pipet volume (Pyrex), labu dasar bulat (Pyrex), thermometer, corong kaca, kuvet, mikropipet (Socorex), lap, dan tissue lensa.

Cara Kerja

Sampel yang digunakan pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik porposive sampling yaitu teknik sampling berdasarkan kriteria yang dipilih oleh peneliti. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan senyawa murni bisphenol-A yang didapat dari Sigma Aldrich Co.Ltd Singapura, sedangkan untuk sampel botol plastik yang diduga berbahan dasar polikarbonat dengan label “PC” kode No.7

pada kemasan yang dibeli dari distributor botol plastik daerah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penelitian dilakukan di laboratorium Sentral Universitas Padjajaran Jatinangor, Bandung.

Pembuatan larutan standar Ditimbang sebanyak 25 mg bisphenol-A (BPA) murni dilarutkan dengan aquadestilata, dimasukan ke dalam labu dasar bulat 25 mL sampai tanda batas. Konsentrasi larutan induk bisphenol-A (BPA) adalah 1000 ppm.

Screening panjang gelombang bisphenol-A dilakukan dengan mengambil larutan standar bisphenol-A (BPA) sebanyak 200 µL dimasukkan ke labu ukur 10 mL kemudian diencerkan dengan air suling sampai tanda batas 10 mL (C = 20 ppm) diukur pada rentang panjang gelombang 230-400 nm dengan spektrofotometri UV.

Dibuat sebanyak 6 konsentrasi larutan untuk penentuan kurva kalibrasi. Dipipet sebanyak 100 µL; 200 µL; 300 µL; 400 µL; 500 µL, dan 600 µL. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Kemudian masing-masing larutan ditambahkan air suling sampai garis tanda batas (C = 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm dan 60 ppm). Larutan diukur pada panjang gelombang maksimum 275 nm dengan spektrofotometri UV.

Verifikasi Metode Analisis

Uji Linieritas

Linearitas merupakan kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh hasil-hasil uji yang secara langsung atau setelah diolah secara matematis sebanding dengan konsentrasi analit yang ada dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu. Linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda-beda. Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi pada analisis regresi linier :

y = bx + a (1)

Uji Presisi

Dibuat 6 buah larutan dengan konsentrasi 40 ppm dari larutan standar. Lalu diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum 275 nm dengan spektrofotometri UV.

Uji Akurasi

Pengujian akurasi bisphenol-A, larutan standar dibagi menjadi tiga kelompok.

Kelompok pertama dipipet sebanyak 5 mL sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan 200 μL larutan standar, kemudian ditambahkan air suling sampai tanda batas (C = 20 ppm). Kelompok kedua dipipet sebanyak 5 mL sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan 300 µL larutan standar, kemudian ditambahkan air suling sampai tanda batasan (C = 30 ppm). Kelompok ketiga dipipet sebanyak 5 mL sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan 500 μL larutan standar, ditambahkan air suling sampai tanda batas (C = 50 ppm). Dibuat tiga kali pengulangan untuk masing-masing kelompok. Masing-masing larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum 275 nm dengan spektrofotometri UV.

Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ)

Batas deteksi menunjukkan konsentrasi analit terendah yang masih dapat terukur oleh alat dan masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas deteksi dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

LOD = 3 X Sy⁄X (2) Slope

Sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas atau jumlah analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria presisi dan akurasi, dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

LOD = 10 x Sy⁄X (3) Slope

Preparasi Sampel

Preparasi sampel dilakukan terhadap 3 sampel kemasan botol plastik berbahan dasar polikarbonat yang diduga telah mengandung bisphenol-A (BPA). Air diisi ke dalam 3 kemasan tersebut dan diberikan perlakuan yang berbeda. Kemasan pertama yaitu kemasan polikarbonat (PC) ditambahkan air pada suhu ruangan selama 24 jam dengan suhu 23oC, kemasan kedua yaitu kemasan polikarbonat (PC) ditambahkan air dengan suhu 100 selama 30 menit, dan kemasan ketiga yaitu kemasan polikarbonat (PC) yang ditambahkan air kemudian dipaparkan sinar matahari selama 7 jam dengan suhu 30oC, dimana ketiga kemasan keesokan harinya dilakukan

pengukuran     dengan     menggunakan

spektrofotometri UV.

Pengukuran Bisphenol-A (BPA) Dalam Sampel Kemasan Polikarbonat (PC)

Larutan sampel yang didapatkan dari beberapa perlakuan air dalam kemasan. Sampel diambil sebanyak 5 mL lalu diukur absorbannya pada panjang gelombang 275 nm sebanyak 3 kali pengukuran.

Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi y = bx + a, sehingga diperoleh kadar bisphenol-A (BPA) masing-masing sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini diawali dengan penentuan panjang gelombang maksimum yang

menunjukkan kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan standar pada konsentrasi tertentu. Penentuan kurva serapan bisphenol A dilakukan pada larutan konsentrasi 20 ppm dan diukur pada panjang gelombang 200-400 nm. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh untuk bisphenol-A adalah 275 nm, dimana hasil tersebut mendekati panjang gelombang maksimum secara teoritis (Hammad et al., 2015).

Selanjutnya dilakukkan verifikasi metode analisis terlebih dahulu sebelum pengukuran kadar sampel untuk membuktikan bahwa metode dapat digunakan di laboratorium yang ada. Parameter yang diukur diantaranya yaitu uji linearitas, uji presisi, uji akurasi, batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ). (Harmita, 2004) Verifikasi metode analisis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

No.

X (ppm)

Y (Absorban alat)

Yi (Absorban hitungan)

Y-Yi

(Y-Yi)2

1

10

0,1416

0,1418

0,0002

0,00000004

2

20

0,2833

0,2838

0,0005

0,00000020

3

30

0,4216

0,4258

-0,0042

0,00001760

4

40

0,5784

0,5678

0,0106

0,00011240

5

50

0,7105

0,7098

0,0007

0,00000490

6

60

0,8498

0,8518

-0,0020

0,00000490

∑ 0,00013914


Persamaan regresi linier y

Batas simpangan baku residual


= 0,0142x + 0,0002


∑ (Y-Yi)2 n-1


0,00013914

=       6-1

= 0,0000278

= √0,00527


Batas deteksi (LOD)


3 x SB

Slope

3 x 0,00527

=  0,0142

= 1,113 ppm


Batas kuantitasi (LOQ)

Pada uji linearitas dilakukan pengukuran larutan seri berbagai konsentrasi bisphenol-A yang terdiri dari 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm, dan 60 ppm dan diukur pada panjang gelombang maksimum 275 nm. Diperoleh persamaan regresi linier y = 0,0142x + 0,0002 dengan nilai r2 = 0,9998. Dari hasil data kurva kalibrasi dapat disimpulkan bahwa uji linearitas memenuhi persyaratan yaitu nilai kurva kalibrasi dapat dikatakan linier apabila memiliki nilai r2 > 0,995. (Harmita, 2004)

Berdasarkan hasil uji akurasi, diperoleh nilai rata-rata persen perolehan kembali untuk

10 x SB

Slope

10 x 0,00527

=   0,0142

= 3,711 ppm

larutan standar bisphenol-A konsentrasi 20 ppm sebesar 99,13%, larutan konsentrasi 30 ppm sebesar 100,162% dan larutan konsentrasi 50 ppm sebesar 100,00%. Dapat disimpulkan bahwa pada setiap konsentrasi memiliki hasil akurasi yang baik pada analisis kadar bisphenol-A, karena memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh ICH (International Conference On Harmonisation) dimana nilai perolehan kembali yang dianjurkan pada rentang 80-120% (International Conference on Harmonisation, 1995). Hasil uji akurasi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Akurasi Biosphenol-A

Konsentrasi bisphenol-A (ppm)

Replikasi     Absorbansi

Kadar hasil bisphenol-A (ppm)

% Recovery (x)

1

0,2840

20,014

100,07%

20 ppm

2

0,2764

19,979

97,395%

3

0,2836

19,986

99,93%

Rata-rata

99,13%

1

0,4302

30,309

101,030%

30 ppm

2

0,4238

29,859

99,530%

3

0,4255

29,978

99,927%

Rata-rata

100,162%

1

0,4302

50,028

100,056%

50 ppm

2

0,4238

50,113

100,226%

3

0,4255

49,873

99,746%

Rata-rata

100,00%

Kadar Hasil

% Recovery =              x 100%

Kadar Sebenarnya

% Recovery = 20,014 x 100% = 100,07%

Uji presisi diukur sebagai simpangan baku atau RSD (simpangan baku relatif) dengan syarat memberikan nilai % RSD kurang dari 2%. Hasil % RSD untuk bisphenol-A dengan

konsentrasi 40 ppm sebesar 0,607%, dapat disimpulkan bahwa uji presisi memenuhi syarat (Harmita, 2004). Hasil uji presisi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Presisi

Konsentrasi (ppm)

Absorban

Kadar Hasil bisphenol-A (ppm)

% Recovery (x)

x-

(x-)2

40

0,5695

40,112

100,280%

-0,538

0,289

40

0,5702

40,164

100,422%

-0,396

0,157

40

0,5692

40,098

100,245%

-0,573

0,328

40

0,5768

40,634

101,585%

0,767

0,588

40

0,5726

40,338

100,845%

0,027

0,001

40

0,5765

40,613

101,532%

0,714

0,501

∑ 604,909%

x̅ 100,818%

∑ 1,873

Standar Deviasi (SD)

_

Rata-rata data (x)


RSD


x 100%


(x-x̅) 2 n-1

100,818%

1,873

6-1

= 100,818%

√0,375

= 100,818%

= 0,607%

x 100%

x 100%

x 100%

Batas deteksi (LOD) diperoleh dari persamaan regresi linier untuk bisphenol-A sebesar 1,113 ppm dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 3,711 ppm. Nilai LOD adalah nilai konsentrasi pada saat (signal to noise) S/N = 3 sedangkan LOQ adalah nilai S/N = 10. Dan dapat ditentukan dengan standar deviasi (SD) LOD = 3 SD dan LOQ = 10 SD. Batas deteksi (LOD) untuk mengetahui jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi dan masih memberikan respon yang signifikan dibandingkan dengan blanko, sedangkan batas kuantitasi (LOQ) merupakan parameter pada

analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).

Setelah dilakukan verifikasi metode analisis, maka dilakukan penetapan kadar bisphenol-A pada sampel. Sampel uji yang telah disiapkan kemudian diukur pada panjang gelombang 275 nm. Dimana pengukuran absorban tiga kali replikasi. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kesalahan dari nilai sebenarnya pada pengukuran. Hasil kadar Bisphenol-A dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kadar Biosphenol-A Pada Botol Polikarbonat

Kategori Sampel

Jenis

Sampel

Kadar BPA dibotol PC (ppm)

Suhu ruangan 23oC selama 24

Botol PC 1 A

0

jam

Botol PC 1 B

0

Botol PC 1 C

0

Paparan matahari suhu berkisar

Botol PC 2 A

0,0257

30oC selama 7 jam

Botol PC 2 B

0,0211

Botol PC 2 C

0,0234

Air panas 100oC selama 30

Botol PC 3 A

0,0468

menit

Botol PC 3 B

0,0495

Botol PC 3 C

0,0445


Dari data di atas kadar bisphenol-A pada kemasan botol polikarbonat yang disimpan pada suhu ruangan 23oC selama 24 jam BPC 1 A, BPC 1 B, dan BPC 1 C menghasilakan kadar bisphenol-A 0 ppm (tidak terdeteksi adanya bisphenol-A). Hal ini disebabkan karena kemasan botol polikarbonat tidak dipengaruhi oleh suhu tinggi, sehingga tidak terjadi hidrolisis plastik polikarbonat yang dapat menghasilkan pembentukkan jejak BPA pada permukaan botol plastik dan tidak bermigrasi ke dalam air (Hoekstra & Somoneau, 2013).

Pada kategori sampel paparan matahari suhu berkisar 30oC dilakukan selama 7 jam kemudian keesokan hari dilakukan pemeriksaan sampel. Alasan memilih kondisi sampel ini karena kebiasaan masyarakat menyimpan atau membawa botol langsung terkena paparan matahari dalam waktu lama. Dimana dari data hasil uji kadar bisphenol-A dalam kemasan botol polikarbonat kadar yang didapat BPC 2 A ; 0,0257 ppm, BPC 2 B ; 0,0211 ppm, dan BPC 3 C ; 0,0257 ppm. Hal ini disebabkan karena kemasan botol polikarbonat dipengaruhi oleh suhu cukup tinggi dan waktu kontak yang cukup lama, sehingga terjadi hidrolisis plastik policarbonat yang dapat menghasilkan pembentukan jejak BPA pada permukaan botol plastik dan akan bermigrasi ke dalam air (Sun, 2015).

Selanjutnya pada kategori sampel air panas 100oC ditunggu selama 30 menit karena kebiasaan masyarakat sebelum meminum air panas didiamkan terlebih dahulu kurang lebih 30 menit. Dan pada suhu 47oC dilakukan pengukuran kadar yang didapat BPC 3 A ; 0,0257 ppm, BPC 3 B ; 0,0211 ppm, dan sampel BPC 3 C ; 0,0257 ppm. Dari data di atas bisphenol-A bermigrasi dari botol polikarbonat ke dalam air. Hal ini disebabkan karena kemasan botol polikarbonat dipengaruhi oleh suhu tinggi sehingga terjadi hidrolisis plastik polikarbonat yang dapat menghasilkan pembentukan jejak BPA pada permukaan botol plastik dan akan bermigrasi ke dalam air (Hoekstra & Somoneau, 2013).

Dari data yang diperoleh sampel penyimpanan air pada botol PC perlakuan suhu matahari 30oC selama 7 jam dan air panas 100oC selama 30 menit migrasi bisphenol-A tidak melebihi batas migrasi menurut standar Kepala Badan POM No.

HK.03.1.23.07.11.6664 tentang pengawasan pangan tahun 2011, ditetapkan bahwa batas maksimum migrasi bisphenol-A (BPA) dari botol susu 0,3 ppm dan untuk botol minuman dan peralatan makan lainnya 0.6 ppm (BPOM RI, 2012).

Kemasan botol polikarbonat mengandung bisphenol-A karena dalam proses pembuatan botol polikarbonat ditambahkan monomer bisphenol-A dengan karbonil dichloride/COCl2 sehingga akan menghasilkan polikarbonat. Bisphenol-A dapat larut pada suhu 25oC, sehingga sampel yang diberi perlakuan suhu lebih dari 25oC dapat menyebabkan terjadinya migrasi bisphenol-A pada air dalam kemasan botol polikarbonat (Aldirch, 2006).

Kadar bisphenol-A yang meningkat melebihi batasan ditetapkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan yaitu efek “mimic” (menyerupai) estrogen, yang dapat menganggu hormon estrogen itu sendiri, merusak kromosom pada ovarium. Sehingga kadar bisphenol-A perlu diperhatikan. Bisphenol-A merupakan bahan kimia yang dapat meniru dan memblokir kerja hormon estrogen yang ada di dalam tubuh, sehingga apabila bisphenol-A menghambat kerja hormon estrogen pada wanita dapat menyebabkan sel-sel kanker payudara untuk berkembangbiak menjadi meningkat dan memiliki resiko kanker payudara. Dan untuk pria dapat menurunkan kadar sperma (Omer, Ahmed, & Elbashir, 2016).

Sikap preventif yang harus dilakukan yaitu menghindari pemakaian botol berlogo daur ulang No.7 PC dan memilih botol berlogo BPA FREE. Serta tidak memanaskan botol dengan microwave. Sebaiknya mengganti botol minuman dengan kode daur ulang No.2 (High Density Polyethylene) HDPE, No.4 (Linear Low Density Polyethylene) LLDPE dan No.5 (Polypropylene) PP jenis plastik yang titik leleh dan titik melunak (softening point) tinggi (di atas 100°C). Plastik jenis tersebut relatif aman jika digunakan pada suhu tinggi.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada sampel botol polikarbonat yang disimpan pada suhu ruangan 23oC tidak mengandung bisphenol-A. Sedangkan pada sampel yang disimpan pada suhu paparan sinar

matahari berkisar 30oC mengandung bisphenolA BPC 2 A, BPC 2 B, dan BPC 2 C masing-masing sebanyak 0,0257 ppm, 0,0211 ppm dan 0,0234 ppm. Selanjutnya, sampel yang ditambahkan air panas pada suhu 100oC mengandung bisphenol-A BPC 3 A, BPC 3 B dan BPC 3 C masing-masing sebanyak 0,0468 ppm, 0,0495 ppm, dan 0,0445 ppm. Dapat disimpulkan bahwa suhu penyimpanan botol air minum berpengaruh terhadap migrasi bisphenol-A dari kemasan botol polikarbonat ke air di dalamnya, dan kadar yang bermigrasi masih memenuhi syarat batas maksimal 0,6 ppm menurut Peraturan Kepala Badan POM. No HK.03.1.23.07.11.6664.

DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. 2012. Petunjuk Meminimalkan Terbentuknya Cemaran Kimia Pada Pangan Siap Saji dan pangan Industri Rumah Tangga Sebagai Pangan Jajanan Anak Sekolah. ISBN 978-602-3665-129. 23.

Menteri Kelautan. Kementerian Koordinator Bidang kemaritiman. 2018. Kajian Cepat LAPORAN    SINTESIS.    Public

Disclosure Authorized WBG. 23.

Felixon K. 2011. Penelitian Terhadap Pengembangan Penggunaan Material Plastik Polikarbonat Pada Selubung Bangunan. ISBN: 979-587-359-4. 116124.

Indraswati D. 2017. Pengemasan Makanan. Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES). 27-30.

European Food Savety Authority. 2015. Scientific Opinion On The Risk Of

Public Health Related To The Presence of Bisphenol in Foodstuffs: Executive Summary. EFSA Journal. 3.

Ramdhani, N., Herlina, & Utama, A. J. 2018. Penetapan Kadar Natrium Sikimat Pada Minuman Ringan Kemasan Dengan Menggunakan Metode Spetrofotometri UV. Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia. 4(1): 7-12.

Omer L, Ahmed H, and Elbashir A. 2016. Determination of Bisphenol-A in Exposed Bottle Water Samples To Direct Sunlight Using Multiwalled Carbon Nanotubes as Solid Phase Extraction Sorbent. Journal of Environmental Chemistry and Ecotoxicology. 8(7): 51-7.

Hammad AY, Awad FM, dan Abdelgadir WSA. 2015. Penentuan Jumlah Bisphenol-A di Obat dan Air Minum Kontainer di Khartoum Negara Sudan. International Journal of Nutrition and Food Sciences. 602-612

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitunganya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3):117-35.

Hoekstra E.J dan Simoneau C. 2013. Pelepasan Bisphenol-A dari Policarbonat ulasan. Ilmu Pangan dan Gizi. 5(3): 401.

International Conference on Harmonisation. 1995. Validation Of Analytical Procedures. Definitions and terminology. 381/95

Sigma-Aldrich. 2006. Safety Data Sheet. Laboratory Chemicals. 1(8): 8.

Sun, C. L. 2015. Migrasi Bisphenol-A di Botol Susu. National University of Singapore: 1-5.

230