SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT KAOLIN-Cr2O3 SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI FOTOKATALIS DALAM MENDEGRADASI ZAT WARNA REMAZOL BRILLIANT ORANGE
on
ISSN 1907-9850
SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT KAOLIN-Cr2O3 SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI FOTOKATALIS DALAM MENDEGRADASI ZAT WARNA REMAZOL BRILLIANT ORANGE
Ni Luh Eka Anggarayanti1*, I Nengah Simpen1, dan Ni Gusti Ayu Made Dwi Adhi Suastuti1
1Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali
*E-mail:[email protected]
ABSTRAK
Komposit kaolin-Cr2O3 telah disintesis dan dikarakterisasi luas permukaan spesifik secara metode adsorpsi biru metilen, kristalinitas dan ukuran kristal secara X-RD dan gugus fungsi menggunakan FT-IR. Luas permukaan spesifik kaolin-Cr2O3 mengalami peningkatan sebesar 1,9822 m2/g dibandingkan dengan kaolin. Hasil X-RD diperoleh 2θ spesifik dari Cr2O3 pada kaolin-Cr2O3 dengan pergeseran puncak 2θ = 35,960 dan 41,900. Ukuran kristal kaolin dan kaolin-Cr2O3 dihitung menggunakan persamaan Scherrer dan dihasilkan ukuran kristal berturut-turut 32,63 nm dan 29,33 nm. Spektra inframerah menunjukkan adanya gugus spesifik dari Cr2O3 pada bilangan gelombang 653,87 cm-1 dan 613,36 cm-1. Kondisi optimum fotodegradasi zat warna remazol brilliant orange oleh 0,5 gram komposit kaolin-Cr2O3 terjadi pada menit ke-50 dengan konsentrasi zat warna 50 ppm dan persentase degradasi zat warna remazol brilliant orange 81,49 ± 0,57% lebih besar dibandingkan degradasi oleh Cr2O3 (11,97 ± 2,58%).
Kata kunci : Komposit kaolin-Cr2O3, karakterisasi, fotokatalis, remazol brilliant orange.
ABSTRACT
The Cr2O3-kaolin composite has been synthesized and characterized by using a methylene blue method to determine the spesific surface area of the composite, X-RD to determine the crystallinity and crystal size and FT-IR to find out the functional groups in composite. The specific surface area of Cr2O3-kaolin, compared to kaolin was increased by 1,9822 m2/g. Characterization using X-RD’s showed that the specific 2θ of Cr2O3 from Cr2O3-kaolin experienced a shift of 2θ peak as 35,960 and 41,900. Crystal size of kaolin and Cr2O3-kaolin was calculated using Scherrer equation and the result successively were 32,63 nm and 29,33 nm. Infrared spectra indicate specific groups of Cr2O3 in wave numbers 653,87 cm-1 and 613,36 cm-1. The optimum conditions for photodegradation of remazol brilliant orange dye using 0,5 grams of Cr2O3-kaolin composite occurred in the 50th minute and with the concentration of remazol brilliant orange dye was 50 ppm. Degradation percentage of remazol brilliant orange dye was 81,49 ± 0,57% which is greater than the degradation using Cr2O3 (11,97 ± 2,58%).
Keywords : Composite Cr2O3-kaolin, characterization, photocatalyst, remazol brilliant orange.
PENDAHULUAN
Zat warna remazol brilliant orange merupakan zat warna yang sering digunakan dalam industri tekstil. Zat warna jenis ini di lingkungan, memiliki sifat non-biodegadable atau susah diuraikan secara biologis dan apabila zat warna ini terlalu lama di alam akan menyebabkan banyak penyakit karena bersifat karsinogen dan mutagenik (Wijaya dkk, 2005). Sejalan dengan masalah yang ditimbulkan zat warna tersebut, telah banyak dikembangkan metode pengolahan limbah untuk zat warna ini
antara lain dengan metode adsorpsi dan lumpur aktif (Mondal, 2008).
Metode adsorpsi merupakan metode yang efisien, namun mempunyai kekurangannya yaitu zat warna yang diserap oleh adsorben masih dalam bentuk senyawa kompleks, dan apabila adsorben sudah jenuh dan dibuang ke lingkungan akan mencemari lingkungan kembali. Metode lumpur aktif juga mempunyai kelemahan selain harganya yang mahal, metode ini kurang tepat digunakan untuk menangani limbah zat warna remazol
brilliant orange karena zat warna ini bersifat non-biodegadable (Wismayanti dkk, 2015).
Metode yang cocok digunakan untuk penanganan limbah zat warna remazol brilliant orange adalah dengan metode fotodegradasi. Metode ini mempunyai prinsip pemecahan senyawa kompleks dalam zat warna menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah diproses secara alami oleh alam (Batista et al, 2010). Metode fotodegradasi memerlukan suatu katalis yang bersifat semikonduktor (fotokatalis). Menurut Svetozar et al. (2000), senyawa Cr2O3 merupakan suatu semikonduktor dengan energi celah (band gap) sebesar 3,2-3,4 eV sehingga memungkinkan terjadi eksitasi electron dari pita valensi ke pita konduksi membentuk h+ dan e- (Batista et al, 2010).
Fotodegradasi dapat ditingkatkan efektifitasnya dengan pengembanan fotokatalis Cr2O3 pada media pengemban salah satunya adalah lempung kaolin yang jumlahnya melimpah di Indonesia (Fatimah dan Wijaya, 2005). Kaolin mempunyai kation-kation yang bersifat labil dan mudah digantikan oleh kation lain (Chen, 1975). Penelitian yang dilakukan oleh Sunardi, dkk (2012), penggunaan komposit kaolin-TiO2 dalam fotodegradasi zat warna rhodamine B dengan waktu 60 menit dan berat katalis 150 mg memperoleh persentase degradasi sebesar 94,7% pada kondisi optimumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Guo et al. (2014) dengan menggunakan komposit kaolin Fe2O3 sebanyak 5 gram untuk mendegradasi zat warna rhodamine B dengan waktu 120 menit diperoleh persentase degradasi sebesar 98% pada kondisi optimumnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pengembanan berbagai fotokatalis semikonduktor pada kaolin dapat meningkatkan efektifitasnya dalam proses fotodegradasi. Dengan demikian, dilakukan sintesis komposit kaolin-Cr2O3 untuk degradasi zat warna remazol brilliant orange.
MATERI DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kaolin, garam kromium 24
(III) nitrat nano hidrat (Cr(NO3)3.9H2O), natrium karbonat (Na2CO3), H2O2, Cr2O3, remazol brilliant orange, H2SO4, akuades dan aqua DM.
Peralatan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah erlenmeyer, labu ukur, gelas ukur, gelas beker, sentifuge, labu alas bulat, corong gelas, pipet volumetri, pipet tetes, batang pengaduk, pengaduk magnetik, termometer, timbangan analitik, furnace/tanur oven, oven, ayakan 250 µm, botol vial, kotak penyinaran, plastik hitam, kertas saring, lampu UV C Merk Phillips λ = 253,47 nm, spektroskopi Difraksi Sinar X, spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FT-IR) Pestige-21 Shimadzu dan spektrofotometer UV-vis NIR Ocean Optics/HR 4000 CG-UV-NIR.
Cara Kerja
Preparasi kaolin
Pada tahap pertama ini 100 gram kaolin lolos ayakan 250 µm dicuci dengan 1L akuades selama 3-4 jam. Kaolin kemudian dimurnikan dengan 1L H2O2 dan diaduk selama 12 jam. Kaolin hasil pemurnian dicuci menggunakan akuades sebanyak 3 kali. Setelah bersih, kaolin selanjutnya diaktivasi dengan H2SO4 2M sebanyak 1L diaduk selama 14-16 jam. Kaolin hasil preparasi dicuci dengan akuades sebanyak 3 kali, dikeringkan dalam oven pada suhu 1200 dan diayak kembali menggunakan ayakan 250 µm.
Preparasi Cr2O3
Larutan fotokatalis dibuat melalui hidrolisis garam kromium (III) nitrat nano hidrat (Cr(NO3)3.9H2O) sebanyak 20,97 gram dengan menggunakan natrium karbonat 10,6 gram (Na2CO3) yang dilarutkan dalam 500 mL aqua DM dan diaduk selama 1 jam. Proses ini akan menghasilkan [Cr3(OH)4(H2O)9]5+ (Negara, 2008).
Sintesis komposit kaolin-Cr2O3
Sintesis komposit kaolin-Cr2O3 dilakukan dengan cara sebagai berikut mencampurkan 50 gram kaolin dengan 500mL larutan [Cr3(OH)4(H2O)9]5+ diaduk cepat selama 4 jam dan di aging 14-16 jam. Selajutnya padatan di cuci dengan akuades sampai bersih. Padatan kemudian di saring dengan vakum serta diuapkan pada suhu 700C selama 2-4 jam. Setelah itu, padatan di
kalsinasi pada suhu 7000C dalam waktu 3 jam. Komposit yang telah terbentuk selanjutnya dikarakterisasi dengan adsorpsi biru metilen, X-RD dan FT-IR.
Penentuan waktu penyinaran optimum
Sebanyak 6 buah gelas piala 50 mL dibungkus plastik hitam dan diisi dengan 25 mL larutan zat warna remazol brilliant orange dengan konsentrasi 100 ppm. Ke dalam enam gelas piala tersebut ditambahkan 0,5 gram kaolin-Cr2O3 dan disinari dengan sinar UV (λ = 253,47 nm) masing-masing selama 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 menit. Pemisahan antara suspensi dan filtrat yang mengandung sisa zat warna dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Filtrat hasil fotodegradasi dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-vis pada panjang gelombang 493,60 nm.
Penentuan konsentrasi optimum remazol brilliant orange
Sebanyak 4 buah gelas piala 50 mL dibungkus plastik hitam dan diisi dengan 25 mL larutan zat warna remazol brilliant orange dengan variasi konsentrasi 25, 50, 75 dan 100 ppm. Ke dalam enam gelas piala tersebut ditambahkan 0,5 gram kaolin-Cr2O3 dan disinari dengan sinar UV (λ = 253,47 nm) selama waktu optimum yang didapat. Pemisahan antara suspensi dan filtrat yang mengandung sisa zat warna dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Filtrat hasil fotodegradasi dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-vis pada panjang gelombang 493,60 nm.
Efektivitas fotodegradasi remazol brilliant orange dengan menggunakan komposit kaolin- Cr2O3
Sebanyak 6 buah gelas piala 50 mL dibungkus plastik hitam dan diisi dengan 25 mL larutan zat warna remazol brilliant orange
dengan konsentrasi optimum yang didapat. Ke dalam 3 gelas piala tersebut ditambahkan 0,5 gram kaolin-Cr2O3 serta 3 gelas piala lainnya ditambahkan 0,5 gram Cr2O3 dan disinari dengan sinar UV ( λ = 253,47 nm ) selama waktu optimum yang didapat. Pemisahan antara suspensi dan filtrat yang mengandung sisa zat warna dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Filtrat hasil fotodegradasi dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-vis dengan panjang gelombang 493,60 nm. Kemudian tahap efektifitas diulangi tanpa menggunakan sinar UV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakterisasi komposit kaolin-Cr2O3
Komposit kaolin-Cr2O3 dikarakterisasi dengan adsorpsi biru metilen, X-RD dan FT-IR guna mengetahui perbedaan antara kaolin hasil preparasi dengan komposit kaolin-Cr2O3 serta mengetahui keberhasilan pengembanan Cr2O3 pada media pengemban kaolin.
Pada Tabel 1 dapat dilihat nilai luas permukaan spesifik kaolin dan kaolin-Cr2O3.
Tabel 1. Nilai Luas Permukaan Spesifik A0
Luas Permukaan Spesifik Jenis Katalis
(S, m2/g)
A0 15,8554
Aa 17,8376
(kaolin) dengan Aa (kaolin-Cr2O3)
Berdasarkan data pada Tabel 1. menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas permukaan kaolin dengan penambahan fotokatalis Cr2O3 sebesar 1,9822 m2/g. Kenaikkan luas permukaan ini akan mengakibatkan komposit kaolin Cr2O3 untuk fotodegradasi akan lebih maksimal.
Difraktogram kaolin dan kaolin-Cr2O3 ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Difraktogram X-RD A0 (kaolin) dan Aa (kaolin-Cr2O3)
Gambar 1 menunjukkan bahwa pada difraktogram A0 menunjukkan kelimpahan kaolin pada sudut difaksi 2θ : 25,970 sedangkan pada Aa, kelimpahan kaolin ditunjukkan pada 2θ: 26,080. Berdasarkan Gambar 1, sampel Aa terjadi pergeseran puncak spesifik Cr2O3 pada 2θ = 35,960 dan 41,900 (Yue dan Zhou (2007), dengan perubahan intensitas menjadi lebih tinggi dibandingkan pada A0. Hal ini membuktikan bahwa berdasarkan Cr2O3 berhasil teremban pada kaolin dan membentuk fase kristalin.
Tabel 2 menunjukkan nilai 2θ dari kaolin dan komposit kaolin-Cr2O3 yang diperoleh dari difraktogram diatas.
Tabel 2. Nilai 2θ A0 (kaolin) dengan Aa (kaolin-Cr2O3)
Prediksi Material |
A0 |
Aa |
Kaolin |
25,940 |
26,080 |
Si-O2 |
28,360 |
28,070 |
Kuarsa |
20,160 |
20,200 |
Cr2O3 Spesifik |
- |
35,960 dan 41,900 |
Ukuran kristal dihitung berdasarkan persamaan Scherrer. Didapatkan hasil ukuran kristal kaolin adalah 32,632 nm dan ukuran komposit kaolin-Cr2O3 adalah 29,330 nm.
Spektra inframerah dari kaolin dan kaolin-Cr2O3 dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Spektra inframerah dari kaolin dan kaolin-Cr2O3
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat munculnya puncak baru pada komposit kaolin-Cr2O3 pada bilangan gelombang spesifik Cr2O3 pada 653,87 cm-1 dan 613,36 cm-1 (Svetozar et al, 2000). Hal ini menandakan bahwa proses pengembanan Cr2O3 pada kaolin telah berhasil berdasarkan karakteristik gugus fungsinya. Bilangan gelombang yang muncul pada spetra inframerah dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Serapan karakteristik kaolin (A0) dan komposit kaolin-Cr2O3 (Aa)
Prediksi gugus |
Bil. gelombang (cm-1) | |
fungsi |
A0 |
Aa |
Rentangan -OH oktahedral |
3672,47 |
3684,04 |
-OH tekuk |
1614,42 |
1620,21 |
Rentangan Si-O-Si |
1114,86 |
1130,29 |
Al-O regangan |
- |
1020,34 |
Vibrasi ulur Al-- -O-H |
960,55 |
- |
Si-O-Si tekuk |
696,30 |
694,37 |
Spesifik Cr2O3 |
- |
653,87 & 613,36 |
Rentang Si-O-Al |
507,28 |
553,57 |
Penentuan waktu penyinaran optimum
Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui waktu optimum dalam mendegradasi zat warna remazol brilliant orange
bahwa semakin lama waktu penyinaran UV, maka semakin banyak foton yang mengenai katalis Cr2O3 sehingga Cr2O3 dapat membentuk hole (h+vb) dan elektron (e-). Semakin banyak terbentuknya hole (h+vb) dan elektron (e-) maka semakin banyak OH radikal (•OH) serta radikal superoksida (•O2-) yang akan mereduksi dan mengoksidasi zat warna remazol brilliant orange (Widiantini, 2010). Waktu optimum yang diperlukan untuk mendegradasi remazol brilliant orange menggunakan 0,5 gram komposit kaolin-Cr2O3 dan sinar UV adalah 50 menit dengan persentase degradasi mencapai 25,97%.
Namun dari kurva pada Gambar 3, diperoleh terjadi penurunan persentase degradasi pada menit ke-60 karena kondisi komposit kaolin-Cr2O3 sudah jenuh dan menurunkan kinerja komposit. Penurunan persentase fotodegradasi yang signifikan juga dipengaruhi oleh senyawa yang sudah didegradasi dengan menggunakan komposit kaolin-Cr2O3 kembali membentuk zat warna remazol brilliant orange kembali (Ratih dkk, 2014).
Penentuan konsentrasi optimum remazol brilliant orange
Hasil fotodegradasi remazol brilliant orange dengan variasi konsentrasi menggunakan komposit kaolin-Cr2O3 dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut
PersentaseDegradasi (⅝)
Gambar 3. Kurva hubungan waktu penyinaran dengan persentase degradasi
Berdasarkan Gambar 3 terjadinya peningkatan persentase degradasi dari menit ke-10 hingga menit ke-50. Hal ini disebabkan
Gambar 4. Kurva hubungan konsentrasi awal RBO dengan persentase degradasi
Gambar 4 menunjukkan bahwa konsentrasi remazol brilliant orange dengan konsentrasi 25 ppm mempunyai persentase degradasi sebesar 79,98%, 50 ppm sebanyak 81,56%, 75 ppm sebanyak 44,18%, dan 100 ppm sebanyak 29,02%. Peningkatan persentase degradasi terjadi pada konsentrasi 25 dan 50 ppm, namun penurunan persentase degradasi secara signifikan terjadi pada 75 dan 100 ppm. Hal ini disebabkan karena, remazol brilliant orange konsentrasi yang lebih tinggi memiliki jumlah molekul remazol brilliant orange lebih banyak. Akibatnya, molekul remazol brilliant orange dapat menutupi permukaan kaolin-Cr2O3 sehingga foton tidak dapat mencapai permukaan fotokatalis (Wismayanti dkk, 2015).
Efektivitas fotodegradasi zat warna remazol brilliant orange menggunakan komposit kaolin-Cr2O3
Hasil penentuan persentase degradasi (%D) zat warna remazol brilliant orange 50 ppm menggunakan 0,5 gram komposit kaolin-Cr2O3 dan Cr2O3 yang dipenyinaran sinar UV selama 50 menit disajikan pada Tabel 4. sebagai berikut.
Tabel 4. Hasil fotodegradasi mengunakan komposit kaolin-Cr2O3 dan Cr2O3 dengan penyinaran sinar UV
Jenis |
Kondisi |
Persentase |
Katalis |
degradasi (%) | |
kaolin- |
81,49 ± 0,57 | |
Cr2O3 |
Dengan | |
Cr2O3 |
sinar UV |
11,97 ± 2,58 |
Berdasarkan Tabel 4, persentase degradasi pada larutan zat warna remazol brilliant orange pada kondisi optimum dengan menggunakan komposit kaolin-Cr2O3 dan Cr2O3 berturut-turut adalah 81,49 ± 0,57% dan 11,97 ± 2,58%. Besarnya persentase degradasi (%D) pada komposit kaolin-Cr2O3 daripada Cr2O3 diduga pada komposit kaolin-Cr2O3 zat warna yang masuk akan mengalami proses fotodegradasi secara berkelanjutan, hal ini disebabkan bahwa kaolin sebagai media pengemban berfungsi mentransfer zat warna ke permukaan fotokatalis (Wismayanti dkk, 2015). Berdasarkan data Tabel 4, komposit kaolin-Cr2O3 efektif dalam mendegradasi zat warna remazol brilliant orange.
Untuk mengetahui kinerja dari fotokatalis Cr2O3, dilakukan proses degradasi tanpa menggunakan sinar UV pada sampel kaolin-Cr2O3 dan Cr2O3. Hasil penentuan persentase degradasi zat warna remazol brilliant orange 50 ppm menggunakan komposit kaolin-Cr2O3 dan Cr2O3 yang tanpa penyinaran sinar UV selama 50 menit disajikan pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Hasil fotodegradasi mengunakan komposit kaolin-Cr2O3 dan Cr2O3 tanpa penyinaran sinar UV
Jenis Katalis |
Kondisi |
Persentase degradasi (%) |
kaolin- | ||
Cr2O3 |
Tanpa penyinaran |
17,92 ± 4,39 |
Cr2O3 |
sinar UV |
3,44 ± 1,39 |
Dari Tabel 5. perlakuan degradasi zat warna remazol brilliant orange tanpa penyinaran sinar UV diperoleh persentase degradasi menggunakan komposit kaolin-Cr2O3 dan Cr2O3 berturut-turut adalah 17,92 ± 4,39% dan 3,44 ± 1,39%. Kecilnya %D pada kedua katalis tanpa penyinaran sinar UV ini membuktikan bahwa Cr2O3 benar-benar berfungsi sebagai fotokatalis yang mampu mendegradasi zat warna remazol brilliant orange secara optimal dengan bantuan dari sinar UV.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kondisi optimum fotodegradasi menggunakan 0,5 gram komposit kaolin-Cr2O3 terjadi pada menit ke-50 dengan konsentrasi zat warna remazol brilliant orange 50 ppm dengan persentase fotodegradasi 81,49±0,57% dibandingkan dengan menggunakan Cr2O3 (11,97 ± 2,58).
Saran
Untuk memastikan hasil degradasi, perlu dilakukan karakterisasi hasil fotodegradasi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada para penguji serta semua pihak yang telah banyak membantu, memberikan dukungan dan nasehat selama dilakukannya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Batista, A .P. L., Carvalho, H. W., Luz, G. H. P., Martins, P. F. Q., Goncalves, M., and Oliveira, L. C. A. O., 2010, Preparation of CuO/SiO2 and Photocatalytic Activity by Degradation of Methylene Blue, Journal of Environmental Chemistry, (8), 63.
Chen, J. H., 1997, Degradation of The
Platinum Aluminide Coating on CMSX4 at 1100 C, Journal of Surface dan Coatings Technology 92: 69.
Fatimah, I., dan Wijaya K., 2005, Sintesis T`iO2/Zeolit Sebagai Fotokatalis
Pengolahan Limbah Cair Industri Tapioka Secara Adsorpsi-Fotodegradasi, Jurnal Teknoin, Vol. 10, No. 4, 257.
Mondal, S., 2008, Methods of Dye Removal from Dye House Effluent. J.
Enviromental Engineering, 25,3.
Negara, I. M. S., Wijaya, K., dan Sugiharto, E., 2008, Preparasi dan Karakterisasi Komposit Kromium Oksida-
Montmorillonit, Jurnal Kimia 2, (2), 93.
Ratih M., I. G. A. A., Diantariani, N. P., Widihati, I. A. G., 2014, Fotodegradasi Metilen Biru dengan Sinar UV dan Katalis ZnO, Journal of Chemistry, (8), 137.
Sheng, G., Gaoke, Z., and Jiqwan, W., 2014, Photo-Fenton Degradation of
Rhodamine B Using Fe2O3–Kaolin as Heterogeneous Catalyst:
Characterization, Process Optimization and Mechanism, Journal of Resources and Environmental Engineering, Wuhan 430070.
Sunardi, Utami I., dan Nora R. S., 2012, Sintesis dan Karakterisasi Komposit Kaolin-TiO2 sebagai Fotokatalis untuk Degradasi Zat Warna Rhodamine B, Tesis, Program Studi Kimia FMIPA
Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan.
Svetozar, M., Miroslava, M., Stanko, P., and Rudolf, T., 2000, Formation of Chromia from Amorphous Chromium Hydroxide, Original Scientific Paper, (4), 789.
Widiantini, N. L. P., 2010, Fotodegradasi
Congo Red Dengan Sinar UV, Katalis ZnO dan Oksidator H2O2, Skripsi,
Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.
Wijaya, K., Tahir I., dan Haryanti N., 2005, Sintesis Fe2O3-Monmorilonit Dan
Aplikasinya Sebagai Fotokatalis Untuk Degradasi Zat Pewarna Congo Red, Indo. J. Chem., 5(1), 41.
Wismayanti, D. A., Diantariani, N. P., Santi, S. R., 2015, Pembuatan Komposit ZnO-Arang Aktif Sebagai Fotokatalis Untuk Mendegradasi Zat Warna Metilen Biru, Journal of Chemistry, (9), 109.
Yue, W., and Zhou, W., 2007, Porous Crystals of Cubic Metal Oxides Templated by Cage-Containing Mesoporous Silica, Journal of Materials Chemistry, (1), 34.
29
Discussion and feedback