ISSN 1907-9850

ELEKTROLISIS LOGAM PERAK DARI LIMBAH PENCUCIAN FILM FOTOGRAFI

I Made Sutha Negara1, I Nengah Simpen1, dan Ida Bagus Made Suryatika2 1Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran 2Jurusan Físika, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran *E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum pemisahan logam perak dari limbah film fotografi secara elektrolisis. Elektrolisis limbah film fotografi dilakukan dengan perlakuan 4 variasi bentuk (geometri) katoda pada luasan yang sama dan 5 variasi jarak elektroda pada tegangan dan arus konstan. Pada awal dan akhir setiap elektrolisis, parameter yang diukur adalah massa katoda secara gravimetri dan kandungan perak dalam limbah diukur dengan spektrofotometer serapan atom. Hasil penelitian diperoleh bahwa pada optimasi bentuk elektroda, bentuk lempeng/plat memberikan penurunan konsentrasi yang paling tinggi (79,56% atau 0,3324 g) dibandingkan dengan katoda berbentuk silinder, balok dan prisma segi enam. Bentuk lempeng/plat dipilih sebagai elektroda dalam penentuan pengaruh variasi jarak terhadap persentase penurunan konsentrasi perak, massa perak yang menempel di katoda dan massa endapannya. Hasil variasi jarak elektroda pada katoda lempeng/plat, terbaik menunjukkan pada jarak 2 cm dengan pemisahan paling tinggi yaitu 79,99%. Perak yang dapat dipisahkan tidak seluruhnya menempel pada katoda setelah elektrolisis, melainkan perak dominan mengendap.

Kata kunci : elekrolisis, perak, fotografi, elektroda

ABSTRACT

The aim of this research was to determine optimum condition of separation silver from waste water of photograpy film with electrolysis. The electrolysis was done at 4 different cathode geometries with the same area and 5 different electrode distances on voltage and current constant. On initial and final electrolysis, the parameters measured were mass electrode by gravimetry and silver content by atomic absorption spectrophotometry. The result of the research showed that on optimation of electrode geometry, gauze cathode has given the higest decreasing concentration (79.56% or 0.3324 g) compared to cylinder, block and 6 sides prism. The gauze cathode was choosen in the determination of the effect of distance on the decrease of silver concentrations, the silver plating mass on the cathode, and the precipitated mass. The result showed that 2 cm distance gave the higest decrease (79.99%), which mean that silver can be separated from the waste by electrolysis, resulting in precipitation of the silver.

Keywords :  electrolysis, silver, photography, electrode

PENDAHULUAN

Pengelolaan limbah khususnya limbah rumah sakit merupakan bagian dari upaya penyehatan lingkungan, guna melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan.

Limbah tersebut dapat berasal dari bagian radiologi, yang berupa limbah cair pencucian film fotografi (foto Rongent) atau sering disebut fixer bekas. Limbah fixer tersebut mengandung dominan logam perak (2000-4000 ppm), yang bila dibuang ke lingkungan dapat mencemari perairan atau air

tanah dan dapat terkonsumsi atau terakumulasi ke dalam tubuh manusia, sehingga membahayakan kesehatan (Davis, 2001). Perak dalam limbah fixer, bila dibuang tanpa diolah terlebih dahulu dan terpapar atau terkonsumsi manusia merupakan zat yang berbahaya, sehingga harus dapat diperoleh kembali (recovery) secara optimal baik dari segi ekonomi maupun alasan lingkungan (Anonim, 2002). Perak dapat menyebabkan “argyria”, yaitu suatu pelunturan warna kulit dan mata (Wicaksono, 1995). Disisi lain, perak (Ag) merupakan logam yang bernilai ekonomi yang telah lama digunakan dalam fotografi karena sifat fotosensitifnya (kepekaannya terhadap sinar ultraviolet) (El-Sattar et al., 2004). Selain itu, perak tergolong logam mulia sehingga berharga mahal dengan pemanfaatannya yang cukup luas, sebagai bahan baku perhiasan (Anonim, 2002), sebagai nanomaterial anti bakteri (Theivasanthi and Alagar, 2012). Oleh karena itu, pemisahan atau mendapatkan kembali logam perak dari limbah fixer sangat berguna bila dapat dilakukan, yakni bermanfaat dari sisi kesehatan karena lingkungan menjadi tidak tercemar dan juga bermanfaat untuk tujuan komersial karena perak yang terbuang dalam limbah dapat dipisahkan untuk dimanfaatkan kembali.

Air minum dengan konsentrasi perak 0,4-1mg/L (ppm) dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal, hati, dan limpa (Wicaksono, 1995). Perak dapat diabsorbsi oleh paru-paru dan saluran pencernaan sehingga menyebabkan iritasi. Namun, kandungan perak dari fixer bekas dapat bernilai ekonomi, bila kandungan perak tersebut dapat dipisahkan dari limbah cairnya. Kandungan perak dalam larutan fixer dapat dipisahkan dengan menggunakan metode (cara) elektrolisis, yaitu suatu metode sederhana dengan perangkat sel elektrolisis yang dapat merubah energi listrik menjadi energi kimia, atau suatu proses terurainya suatu zat kimia oleh arus listrik (Adaikalam et al., 2006). Metode elektrolisis merupakan proses penting dalam industri, karena dalam proses ini dapat dihasilkan berbagai macam produk. Selain itu, metode elektrolisis keuntungannya adalah mendapatkan kemurnian Ag yang tinggi. Faktor-faktor yang dapat berpengaruh dalam elektrolisis, adalah: (1) variabel elektroda (jenis elektroda, luas permukaan, kondisi permukaan, dan jarak antara elektroda); (2) variabel perpindahan massa (cara

perpindahan, konsentrasi permukaan, dan absorpsi); (3) variabel listrik (tegangan dan arus); serta (4) variabel eksternal (temperatur, tekanan, dan waktu) (Yulianto, 2003; Suryatika, 2004).

Reaksi elektrolisis idealnya menggunakan elektroda yang tidak dapat bereaksi (inert), yaitu platina atau grafit. Namun dalam prakteknya, sering kali tidak menggunakan elektroda tersebut karena platina merupakan logam mulia, yang harganya terlalu mahal bila digunakan sebagai elektroda. Sedangkan grafit, di dalam larutan elektrolit mudah sekali terlarut dan tergerus oleh meningkatnya suhu larutan (Yulianto, 2003). Akibatnya, massa grafit tidak hanya berkurang, tetapi larutan yang digunakan dalam proses elektrolisis menjadi keruh dan terganggu karena terlarutnya karbon tersebut. Cairan dari bekas pencucian fotografi dapat dielektrolisis menggunakan elektroda stainless steel sehingga perak yang tercampur dalam fixer akan menempel pada logam stainless steel tersebut. Berasarkan pertimbangan dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya seperti Wicaksono (1995) menggunakan elektroda logam platina, sedangkan Marta (2007) menggunakan logam alloy (campuran) dan belum pula dipelajari pengaruh bentuk (geometri) dan jarak elektroda, maka dari segi ekonomi, logam yang dipilih sebagai elektroda adalah logam alloy jenis stainless steel (Anonim a, 2010). Kemudian berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses elektrolisis, maka perlu dilakukan penelitian untuk memisahkan logam perak (Ag) secara elektrolisis dari limbah fixer fotografi rumah sakit melalui mempelajari pengaruh bentuk (geometri) katoda dan jarak elektroda (antara anoda dan katoda), sehingga akan diperoleh kondisi optimum prosesnya. Diperolehnya kondisi optimum dari proses pemisahan Ag dari limbah fixer fotografi, sehingga dapat digunakan sebagai dasar (acuan) dalam pengolahan limbah tersebut.

MATERI DAN METODE

Bahan

Bahan yang digunakan adalah aquades, air bebas ion, AgNO3, sampel limbah fixer, alkohol (etanol) dan air sabun.

Peralatan

Alat yang digunakan adalah karbon batangan (sebagai anoda), stainless steel (sebagai katoda), sumber tegangan DC, digital multimeter, timbangan analitik, gelas Erlenmeyer dan alat spektrofotometer serapan atom (AAS).

Cara Kerja

Preparasi

  • 1.    Preparasi Elektroda

Elektroda yang digunakan adalah karbon dan stainless steel sehingga dalam preparasinya dapat diperlakukan sama. Elektroda, yaitu karbon dan stainless steel terlebih dahulu diproses sebagai berikut: (a) dicuci dengan sabun dan air biasa, (b) direndam dengan aquades, (c) dibersihkan dengan etanol 10%, (d) pengeringan endapan pada katoda, dan (e) penimbangan katoda.

  • 2.    Preparasi sampel

Sampel yang digunakan berupa cairan limbah fixer fotografi sebelum di elektrolisis ditentukan konsentrasi awal logam perak menggunakan AAS. Hal ini di lakukan untuk mengetahui logam perak yang terpisah dari selisih konsentrasi awal dan setelah elektrolisis.

  • 3.    Elektrolisis dilakukan dengan variasi bentuk katoda (optimasi bentuk elektroda), sementara jarak elektroda, tegangan dan arus dibuat konstan, yakni 2 cm, 3 volt dan 0,61 ampere.

Tahap awal percoban sebagai berikut:

  • a.    Disiapkan sampel di dalam erlenmeyer 150 mL,

  • b.    Sampel dielektrolisis selama 30 menit dengan variasi bentuk katoda silinder, plat/lempeng, balok, dan prisma segi enam (luas permukaan sama yaitu 16 cm2),

  • c.    Konsentrasi perak pada limbah sebelum dan setelah elektrolisis diukur menggunakan AAS,

  • d.    Berat katoda sebelum dan setelah elektrolisis ditentukan secara gravimetri.

  • 4.    Pada elektrolisis yang dilakukan dengan variasi jarak elektroda (antara anoda dan katoda), sumber tegangan dan arus dibuat konstan, yaitu 3 volt dan 0,61 ampere, dengan bentuk elektroda diperoleh dari

hasil optimasi bentuk elektroda. Tahap awal percoban sebagai berikut:

  • a.    Disiapkan sampel di dalam erlenmeyer 200 mL,

  • b.    Sampel dielektrolisis selama 30 menit dengan variasi jarak elektroda 0,5; 2; 4; 6 dan 8 cm,

  • c.    Ditentukan   konsentrasi perak

setelah elektrolisis menggunakan AAS,

  • d.    Ditentukan berat katoda setelah elektrolisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Optimasi Bentuk Katoda

Pada Tabel 1 terlihat bahwa katoda yang berbentuk lempeng/plat memberikan penurunan yang paling tinggi dibandingkan dengan katoda berbentuk silinder, balok dan prisma segi enam. Ini menunjukan, katoda lempeng/plat relativ lebih banyak dapat menangkap ion perak, karena efektivitas luas permukaan katoda. Penurunan konsentrasi perak setelah dielektrolisis dengan variasi bentuk katoda dapat dibandingkan dengan hasil pengukuran massa perak yang menempel pada katoda setelah dielektrolisis.

Elektrolisis dengan Variasi Jarak pada Elektroda Lempeng/Plat

Limbah fixer fotografi dielektrolisis menggunakan katoda lempeng pada tegangan 3 volt dan arus 0,61 ampere selama 30 menit dan divariasikan jarak elektrodanya.

Laju penurunan konsentrasi di dalam larutan cenderung meningkat dengan semakin dekatnya jarak elektroda sampai pada jarak tertentu. Semakin dekat jarak elektroda, maka rapat arus yang mengalir akan meningkat. Karena proses perp indahan muatan semakin banyak, sehingga rapat listrik yang mengalir semakin meningkat. Rapat arus yang semakin besar menyebabkan nilai pemisahan perak menjadi semakin banyak. Dalam proses elektrolisis disamping pengaruh jarak, perlu juga mempertimbangkan difusivitas larutan yaitu mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam larutan dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Apabila jarak elektroda

terlalu sempit, pada suatu kondisi dimana antara elektroda terbentuk endapan jenuh dan “terjebak” diantaranya, maka difusivitas ion akan terganggu, luas permukaan elektroda yang efektif menjadi berkurang dan ion-ion akan sulit menangkap elektron dari permukaan katoda yang berhadapan dengan anoda, sehingga perak yang dapat

dipisahkan tidak optimal (Marta, 2007). Hal ini dilihat dari hasil perak yang terpisahkan pada elektrolisis limbah fixer, dengan jarak elektroda 0,5 cm yaitu 75,15% lebih kecil dari jarak elektroda 2 cm yaitu 79,99%.

Tabel 1. Hasil pemisahan perak pada variasi bentuk katoda untuk jarak elektroda 2 cm

Bentuk katoda

Konsentrasi perak sebelum elektrolisis (mg/L)

Konsentrasi perak setelah elektrolisis (mg/L)

Penurunan konsentrasi perak (mg/L)

Persentase penurunan konsentrasi perak (%)

Silinder

6486,11

1498,05

4988,06

76,90

Lempeng/plat

6486,11

1325,92

5160,19

79,56

Balok

6486,11

1451,29

5034,82

77,62

Prisma segi enam

6486,11

1518,07

4968,04

76,59

Tabel 2. Perbandingan penurunan konsentrasi perak dengan massa perak yang menempel pada katoda dan massa endapannya

Bentuk katoda

Penurunan      Massa yang menempel

Massa Endapan konsentrasi perak           di katoda

(mg/L)          (mg)/L limbah fixer     (mg)/L limbah fixer

Silinder

Lempeng/plat Balok Prisma segi enam

4988,06              1447,33                3554,66

5160,19              2216,10               3034,00

5034,82              1288,06               2922,09

4968,04              1474,74               3479,33

Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2, maka elektroda berbentuk lempeng/plat dipilih sebagai elektroda dalam penentuan pengaruh variasi jarak terhadap persentase penurunan konsentrasi perak, massa perak yang menempel di katoda, dan perbandingan penurunan konsentrasi perak dengan massa perak yang menempel di katoda dan massa endapannya.

Elektrolisis dengan Variasi Jarak pada Elektroda Lempeng/Plat

Limbah fixer fotografi dielektrolisis dengan menggunakan katoda lempeng pada tegangan 3 volt dan arus 0,61 ampere selama 30 menit dan divariasikan jarak elektrodanya.

Tabel 3. Hasil pemisahan perak dengan variasi jarak elektroda untuk katoda lempeng/plat

Bentuk katoda

Penurunan konsentrasi perak (mg/L)

Massa yang menempel di katoda (mg)/L limbah fixer

Massa endapan (mg)/L limbah fixer

Silinder

4988,06

1447,33

3554,66

Lempeng/plat

5160,19

2216,10

3034,00

Balok

5034,82

1288,06

2922,09

Prisma segi enam

4968,04

1474,74

3479,33

Laju penurunan konsentrasi di dalam larutan cenderung meningkat dengan semakin dekatnya jarak elektroda sampai pada jarak tertentu. Semakin dekat jarak elektroda, maka rapat arus yang mengalir akan meningkat. Karena proses perpindahan muatan semakin banyak, sehingga rapat listrik yang mengalir semakin meningkat. Rapat arus yang semakin besar menyebabkan nilai pemisahan perak menjadi semakin banyak. Dalam proses elektrolisis disamping pengaruh jarak, perlu juga mempertimbangkan difusivitas larutan yaitu mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam larutan

dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Apabila jarak elektroda terlalu sempit, pada suatu kondisi dimana antara elektroda terbentuk endapan jenuh dan “terjebak” diantaranya, maka difusivitas ion akan terganggu, luas permukaan elektroda yang efektif menjadi berkurang dan ion-ion akan sulit menangkap elektron dari permukaan katoda yang berhadapan dengan anoda, sehingga perak yang dapat dipisahkan tidak optimal (Marta, 2007). Hal ini dilihat dari hasil perak yang terpisahkan pada elektrolisis limbah fixer, dengan jarak elektroda 0,5 cm yaitu 75,15% lebih kecil dari jarak elektroda 2 cm yaitu 79,99%.

Tabel 4. Perbandingan penurunan konsentrasi perak dengan massa perak yang menempel di katoda dan massa endapannya

Jarak katoda

Penurunan konsentrasi perak (mg/L)

Perak yang menempel pada katoda (mg)/L limbah fixer

Massa endapan (mg)/L limbah fixer

0,5 cm

4874,61

1227,5

3447,15

2 cm

5185,26

2562,00

2623,26

4 cm

4937,55

1920,50

2707,21

6 cm

4906,74

1575,00

3031,73

8 cm

4823,66

1078,50

3545,18

Dalam elektrolisis, selalu terjadi transfer elektron dari sumber tegangan menuju larutan melalui permukaan katoda. Ketika elektron terlepas ke dalam larutan, ion perak menangkap elektron tersebut sehingga ion perak menjadi partikel perak,

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil yang telah dicapai, dapat disimpulkan bahwa optimasi bentuk elektroda

dimana sebagian partikel perak mengendap dan sebagian partikel membentuk lapisan perak di katoda. Lapisan perak yang terbentuk tersebut bewarna abu-abu kehitaman.

diperoleh bahwa bentuk lempeng/plat memberikan penurunan konsentrasi yang paling tinggi (79,56% atau 0,3324 g) dibandingkan dengan katoda berbentuk silinder, balok dan prisma segi enam. Bentuk lempeng/plat dipilih sebagai elektroda

dalam penentuan pengaruh variasi jarak terhadap persentase penurunan konsentrasi perak, massa perak yang menempel di katoda dan perbandingan penurunan konsentrasi perak dengan massa perak yang menempel di katoda dan massa endapannya. Hasil variasi jarak elektroda pada katoda lempeng/plat, terbaik menunjukkan pada jarak 2 cm dengan pemisahan paling tinggi 79,99%. Perak yang dapat dipisahkan tidak seluruhnya menempel pada katoda setelah elektrolisis, melainkan dominan perak mengendap.

Saran

Perlu dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap endapan perak yang terbentuk, sehingga dapat diketahui reaksi-reaksi yang mengakibatkan terbentuknya endapan selama elektrolisis.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini,    penulis

mengucapkan terima kasih kepada LPPM Universitas Udayana melalui Fakultas MIPA atas bantuan dana penelitian yang diberikan, sehingga pelaksanaan penelitian dapat terselenggara dengan baik. Serta, kepada semua pihak yang turut serta telah membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adaikalam, P., Sathaiyan, N., and Visvanathan, M., 2006, Cyclic Voltammetric Studies of The Photographic Fixer Solution, Bulletin of Electrochemistry 12 (7-8), pp. 408-410.

Anonim, 2002, Photographic Fixer Disposal, Pennstate Environmental Health and Savety.

Anonim a, 2010, www.wikipedia. org/Stainless steel, diakses tanggal 5 januari 2010.

Anonim b, 2010, www.wikipeda.org/Silver, diakses tanggal 5 januari 2010.

Davis, S., 2001, The Silver Fix: How Much Is Your Waste Worth?, Pollution Prevention Institute.

El-Sattar, A.A., El-Shayeb, M. and Dief, H.A., 2004, Silver Recovery from Photographic and X-ray Films and Fixer Solution Waste Using a Packed Ped Reactor, Alexandria Engineering Journal, Vol. 43 (2004), No. 3, 393- 399.

Marta, D., 2007, Studi Efisiensi Pemisahan Perak dari Limbah Cair Fixer Film dengan Metode Elektrolisis, Bandung: Tugas Akhir TL, ITB.

Suryatika, I.B.M., 2004, Penentuan Konsentrasi Tritium dalam Sampel Air di Lingkungan P3TkN BATAN Bandung dengan Metode Pengayaan Elektrolisis, Bandung: Tesis ITB.

Theivasanthi, T. and Alagar, M., 2012, Electrolytic Synthesis and Characterizations of Silver Nanopowder, Nano Biomed. Eng. 3, 161.

Wicaksono, A.A., 1995, Studi Pemisahan Logam Perak (Ag) dalam Larutan Limbah Fotografi Secara Elektrogravimetri, Skripsi Universitas Udayana.

Yulianto, B., 2003, Penyisihan dan Perolehan Kembali Zn Dalam   Air Limbah

Elektroplating Dengan Proses Elektrolisis, Bandung: Tesis ITB.

100