Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809    Vol. 11, No. 2, Desember 2022

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i02.p41

Peranan Penyuluhan dalam Pengembangan Usahatani Padi Hibrida di Subak Tegenungan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar

I NENGAH SURATA ADNYANA*

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Dwijendra, Denpasar

Jl. Kamboja No.17 Denpasar, Bali

Email: *[email protected]

Abstarct

The Role of Counseling in the Development of Hybrid Rice Farming in Subak Tegenungan, Kemenuh Village, Sukawati District, Gianyar Regency

Rice plant is the main commodity for Indonesia. The development below is still experiencing several obstacles and problems at the level of field farmers. For this reason, more innovative and creative solutions are needed to increase yield productivity.This research took place in Tegenungan Subak, Kemenuh Village, Sukawati District, Gianyar Regency. The location selection was chosen purposively. The population is 43 people and the research sample is taken by simple random sampling as much as 40% of the total population, namely 18 hybrid rice farmers. Research data were analyzed qualitatively and quantitatively.The objektives of this study were (1) to analyze the role of Field Agricultural Extension in the development of hybrid rice farming in Subak Tegenungan, Kemenuh Village, Sukawati District, Gianyar Regency; (2) analyzing the role of the farming subsystem in the development of hybrid rice in Subak Tegenungan, Kemenuh Village, Sukawati District, Gianyar Regency; (3) analyzing the productivity of farming results in the development of hybrid rice in Subak Tegenungan, Kemenuh Village, Sukawati District, Gianyar Regency.The results showed that (1) the role of extension services in the development of hybrid rice farming in Subak Tegenungan, Kemenuh Village, Sukawati District, Gianyar Regency obtained an average score of 3.39 (67.91%) in the moderate category; (2) the hybrid rice development farming subsystem gets an average score of 3.07 or 61.48% in the medium category; (3) Grain yield productivity of hybrid rice reached 9.590 kg/ha which is classified as moderate.Suggestions that can be given are (1) Field Agricultural Extension which includes the use of visual aids, growing farmer enthusiasm, being able to provide and invite farmers to develop hybrid rice farming needs to be improved again; (2) the farming subsystem in the development of hybrid rice, the things that need to be improved are rotating varieties, plowing the soil twice, draining the seeds and incubating them for 2 X 24 hours. This needs to be improved by hybrid rice farmers.

Keywords: counseling, hybrid rice, farming subsystem

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat, sehingga keberadaannya dipertahankan dan ditingkatkan dari tahun ke tahun untuk memenuhi kebutuhan nasional suatu bangsa. Komoditi pangan yang paling vital dan penting selama ini adalah kebutuhan beras masyarakat. Beras merupakan bahan baku makanan pokok penduduk Indonesia yang keberadaannya selalu dijaga supaya tetap tersedia. Keberadaan beras akan sangat mempengaruhi perekonomian suatu bangsa, apabila terjadi kelangkaan terhadap beras ini maka akan berpengaruh terhadap pola pikir suatu negara.

Melihat perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi padi secara nasional dalam dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2020 dan 2021, luas panen padi pada tahun 2020 seluas 10.657.275 ha, pada tahun 2021 seluas 10.515.323 mengalami penurunan seluas 141.952 ha (1,34%). Produktivitas padi pada tahun 2020 sebesar 51,28 ku/ha dan pada tahun 2021 sebesar 52,56 ku/ha mengalami kenaikan sebesar 1,28 ku/ha (2,49%). Produksi padi pada tahun 2020 sebesar 54.649.202 ton, sedangkan pada tahun 2021 sebanyak 55.269.619 mengalami kenaikan sebesar 620.417 ton (1,13%). Produksi beras pada tahun 2020 sebesar 31.334.497 ton, dan pada tahun 2021 sebesar 31.686.211 ton mengalami peningkatan sebesar 351.714 ton (1,12%) (BPS, 2022). Luas Panen, Produktivitas dan produksi Padi dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.

Luas Panen, Produktivitas dan produksi Padi

No

Komoditi Padi

Tahun 2020

Tahun 2021

1

Luas Panen (ha)

10.657.275

10.515.323

2

Produktivitas (Ku/ha)

51,28

52,56

3

Produksi Padi (Ton)

54.649.202

55.269.619

4

Produksi Beras (Ton)

31.334.497

31.686.211

Perkembangan padi di tingkat Provinsi Bali, luas panen padi pada tahun 2020 seluas 90.982 ha, pada tahun 2021 seluas 103.788 ha mengalami peningkatan seluas 12.806 ha (14,07%). Produktivitas padi pada tahun 2020 sebesar 58,49 ku/ha dan pada tahun 2021 sebesar 58,91 ku/ha mengalami peningkatan sebesar 0,42 ku/ha (0,71%). Produksi padi pada tahun 2020 sebanyak 532.168 ton dan pada tahun 2021 sebanyak 611.456 ton mengalami peningkatan sebesar 79.288 ton (14,89%) (BPS Prov.Bali, 2022). Walaupun produktivitas hasil padi pada sekala nasional mengalami peningkatan sebesar 2,49 % dan produksi 1.13% serta pada tingkat daerah produktivitas padi meningkat 0,71% dan produksi meningkat (14,89%) peningkatan ini masih kecil untuk memenuhi konsumsi jumlah penduduk yang mencapai 272.682.000. sehingga perlu dilakukan terobosan yang inovatif dilapangan

Selama ini yang sering ditanam petani pada tingkat lapangan yaitu padi non hibrida dengan berbagai macam varietasnya seperti IR 64, Ciherang, Cigelius, Inpari 32, C4. Akan tetapi potensi produktivitas hasil padi gabah kering panen yang dihasilkan masih rendah berkisar antara 5-6 ton/ha, sehingga perlu dilakukan inovasi yang kreatif dalam mengatasi permasalah produktivitas yang masih rendah.

Terobosan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan meluncurkan program penanaman padi hibrida dengan segala varietasnya. Telah banyak bantuan benih hibrida yang telah diberikan oleh kelompok tani, akan tetapi keberlanjutannya masih kecil dan kurang serempak. Hal ini disebabkan biaya yang dikeluarkan dalam menanam padi hibrida menjadi lebih tinggi, mulai dari biaya penanaman, biaya variabel berupa benih, pupuk, pestisida, menjualnya dalam bentuk tebasan kepada tengkulak, serta lemahnya perhitungan analisa usahatani petani, sehingga keberlanjutan penanaman hibrida akan semakin sulit dipertahankan.

Pendampingan petani sangat penting untuk dilakukan mulai dari pemilihan varieats, perlakuan benih, pengolahan tanah, perlakuan persemaian, serta pemeliharaanya. Untuk itu peran Penyuluh Pertanian Lapangan sangat membantu didalam membingbing petani didalam melakukan usahatani padi hibrida ini.

Subak Tegenungan memiliki potensi pengembangan padi hibrida, disamping memiliki kesuburan tanah yang baik, pola pergiliran pengaturan air selama ini berjalan dengan baik dengan subak yang ada di hulunya. Juga memiliki karakter yang sudah berorientasi terhadap agribisnis dengan memperhatikan konsep analisa usahatani.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

  • 1.    Bagaimana peranan Penyuluh Pertanian Lapangan dalam pengembangan usahatani padi hibrida di Subak Tegenungan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar?

  • 2.    Bagaimana peranan subsistem usahatani dalam pengembangan padi hibrida di Subak Tegenungan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar?

  • 3.    Bagaimana produktivitas hasil usahatani dalam pengembangan padi hibrida di Subak Tegenungan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar?

  • 1.3    Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  • 1.    Menganalisis peranan Penyuluhan Pertanian Lapangan dalam pengembangan usahatani padi hibrida di Subak Tegenungan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

  • 2.    Menganalisis peranan subsistem usahatani dalam pengembangan padi hibrida di Subak Tegenungan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

  • 3.    Menganalisis produktivitas hasil usahatani dalam pengembangan padi hibrida di Subak Tegenungan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

  • 1.4    Manfaat Penelitian

Manfaat daripada penelitian ini untuk menambah pengetahuan dan keterampilan bagi petani pangan terutama komoditi padi hibrida, menambah referensi komoditi padi hibrida, menambah pengetahuan bagi Penyuluh Pertanian Lapangan, dan memberikan sumbangan pemikiran bagi Instansi Dinas Pertanian dalam mengembangkan komoditi padi hibrida dengan baik.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus sampai dengan oktober 2022, dengan lokasi penelitian bertempat disubak Tegenungan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Pemilihan lokasi dipilih secara purposive karena mengusahatanikan padi hibrida secara serempak, dan memiliki potensi perkembangan produktivitas padi hibrida yang tinggi.

  • 2.2    Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan jumlah yang teridiri atas obyek atau subyek yang memiliki karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2014).Sedangkan sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi ( Sugiyono, 2007).Jumlah Populasi di Subak Tegenungan sebanyak 43 orang petani yang menanam padi hibrida varietas Mapan P-05dan Suppadi 56 pada bulan maret sampai juli 2022. Sampel diambil secara simple random samplingsebanyak 40% dari jumlah populasi, sehingga jumlah sampel sebanyak 18 orang petani padi hibrida.

  • 2.3    Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur, wawancara mendalam dan observasi. Wawancara terstruktur merupakan metode pengumpulan data primer secara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Wawanncara mendalam dilakukakan dengan bertanya yang lebih terbuka, berupa pendapat, ataupun ide-ide. Observasi merupakan pengumpulan data secara sistematis berupa pengamatan serta pencatatan terhadap fenomena yang diteliti (Setyabudi dan Daryanto, 2015).

  • 2.4    Analisis Data Penelitian

Data hasil daripada penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dari hasil kuesioner ditransformasi menjadi angka berupa skor sehingga bisa dianalisis secara kuantitatif. Selanjutnya data yang telah dikuantifikasi dianalisis secara metode statistik deskriptif dengan menggunakan skala ordinal dengan rentang

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022 nilai 1 sampai 5 (Sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi) dengan menggunakan rumus interval class.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Peranan Penyuluh dalam Pengembangan Usahatani Padi Hibrida

Kompetensi penyuluhan diukur dengan 8 indikator dalam usahatani pengembangan padi hibrida. Hasil penelitian menunjukan bahwasannya penyuluh mampu dalam menjelaskan materi penyuluhan berupa teknik-teknik melakukan usahatani padi hibrida yang baik memperoleh nilai pencapian skor 4,11 (82,22 %) dengan kategori yang tinggi. Penyuluh lancar dalam menyampaikan materi penyuluhan padi hibrida tergolong kategori yang tinggi dengan nilai pencapaian skor 3,88 (77,77 %); Penyuluh dalam menyampaikan materinya masih minim menggunakan alat peraga berupa pencucian benih padi, praktek pengolahan tanah, cara melakukan pemupukan yang baik sehingga tergolong kategori yang masih rendah dengan nilai 2,15 (51,11 %). Penyuluh mampu menyampaikan materi dengan jelas, hal ini disebabkan penguasaan materi pengetahuan usahatani hibrida padi yang dimiliki oleh seorang penyuluh dikuasi dengan baik dibuktikan dengan nilai penyampaian materi memperoleh pencapaian skor nilai 3,72 (74,44 %) dengan kategori yang tinggi, sehingga materi penyuluhan yang diberikan mudah dipahami oleh petani dengan baik yang termasuk kategori yang sedang dengan pencapaian skor nilai 3,27 (65,55 %) dengan kategori yang masih sedang.

Semangat sangat dibutuhkan sekali dalam melakukan usahatani padi hibrida ini, hal ini disebabkan karena pengembangan padi hibrida in i perlu waktu, tenaga dan biaya yang tergolong tinggi dalam membudidayakannya dilapangan. Penyuluh mampu memberikan semangan ke petani dengan baik, ini dapat dibuktikan dengan serempaknya melakukan penanaman padi hibrida dalam setiap musim tanam yang ada. Hal ini didukung dengan penyuluh mampu menumbuhkan semangat kepada petani dengan kategori yang tergolong sedang dengan nilai pencapaian skor 3,33 (66,66 %). Sehingga akan dapat memebrikan dorongan serta mengajak petani dalam melakukan pengembangan usahatani padi hibrida dengan baik masing-masing memperoleh nilai pencapaian skor 3,38 (67,77 %) dan 2,88 (57,77 %) dengan kategori yang masih sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Soni Ariana et.al.,(2021) bahwa peran penyuluh pertanian sebagai pembingbing dan konsultan petani akan mampu memberikan semangat dan dorongan yang positif kepada petani untuk meningkatkan hasilnya.Peranan penyuluh pertanian sebagai penasehat, teknisi, dan penghubung akan mampu memberikan semangat dan dorongan terhadap kelompok tani dalam melaksanakan usahatani sesuai dengan potensi daerahnya (Sundari, et. al.,2015; Angela, et.al., 2021).

Namun demikian rata-rata pencapaian skor yang diukur berdasarkan 8 indikator dalam kompetensi penyuluh dalam melakukan pengembangan usahatani padi hibrida termasuk kategori yang masih sedang dengan nilai pencapaian skor 3,39

(67,91 %). Hasil Kompetensi Penyuluh dalam Pengembangan Padi Hibrida disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2.

Kompetensi Penyuluh di Subak Tegenungan

No.

Kompetensi Penyuluh

Jumlah skor

Pencapaian skor

Kategori

(Angka)

(%)

1.

Penyuluh mampu menjelaskan materi

74

4,11

82,22

Tinggi

2

Penyuluh lancar meyampaikan materi

70

3,88

77,77

Tinggi

3

Penyuluh menggunakan alat peraga

46

2,15

51,11

Rendah

4

Menyampaikan materi dengan jelas

67

3,72

74,44

Tinggi

5

Materi mudah dipahami oleh petani

59

3,27

65,55

Sedang

6

Mampu menumbuhkan semangat

60

3,33

66,66

Sedang

7

Dapet memberikan dorongan

61

3,38

67,77

Sedang

8

Dapat mengajak petani

52

2,88

57,77

Sedang

Rata-rata

61,25

3,39

7,91

Sedang

  • 3.2    Peranan Subsistem Usahatani dalam Pengembangan Padi Hibrida

Subsistem usahatani meliputi kegiatan budidaya petani yang dilakukan pada tingkat lapangan yang diukur dengan 15 indikator kegiatan. Hasil penelitian menunjukan bahwasannya petani selalu melakukan pergiliran varietas memperoleh nilai pencapaian skor 2,50 (50,00 %) yang tergolong masih rendah; melakukan pembajakan selama 2 kali mendapatkan pencapaian skor yang tergolong rendah pula yaitu 2,44 (48,88 %); hal ini petani cenderung mengolah tanah bajakannya sebanyak 1 kali saja yang diteruskan dengan perataan dengan alasan hemat biaya pengolahan tanah.

Pemakaian benih padi sesuai kebutuhan antara 10-15 kg/ha tergolong sedang dengan nilai 3,33 (66,66 %) karena benih padi hibrida tergolong mahal sehingga petani hemat dalam pemakaian benih. Perlakuan benih sebelum disemai hendaknya selalu dicuci dengan bersih dengan memisahkan dan membuang bagian yang terapung serta dilanjutkan dengan merendam benih selama 6-12 jam masing masing termasuk dengan kategori yang tinggi dengan nilai pencapaian skor 4,05 (81,11 %) dan 3,50 (70,00%). Selanjutnya bagian perlakuan benih setelah direndam hendaknya ditiriskan selama 2 X 24 jam tergolong yang masih rendah dengan nilai pencapaian skor 2,55 (51,11 %); hal ini sudah menjadi kebiasaan petani yang merendam benih kurang dari 2 hari sehingga pertumbuhan perkecambahaanya kurang maksimal.

Bibit ditanam hendaknya bibit yang masih muda supaya pertumbuhannya lebih baik yaitu pada saat umur 10-15 Hari Setelah Semai dengan menanam 1-2 bibit/lubang tanam masing masing memperoleh nilai pencapaian skor 3,66 (73,33 %) dan 3,55 (71,11 %) dengan kategori yang tinggi. Bibit yang ditanam masih muda

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022 akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi mulai dari jumlah anakan produktif, panjang malai dan gabah isi (Adnyana, 2020).

Pemupukan merupakan hal yang sangat penting dalam pemeliharaan padi hibrida jika dibandingkan dengan padi non hibrida. Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali yaitu pada saat padi berumur3-5 Hari Setelah Tanam diberikan 150 kg SP36, 50 kg urea/ha, 50 kg NPK/ha, 50 kg ZK/ha dan 100 kg pupuk organik/ha termasuk kategori yang sedang dengan nilai pencapaian skor 3,38 (67,77 %). Pemupukan kedua diberikan pada saat padi telah berumur 10-15 HST dengan memebrikan 50 kg urea/ha, dan 50 kg NPK/ha termasuk kategori tinggi dengan nilai 3,44 (68,88 %). Sedangkan pemupukan ke tiga diberikan pada saat tanaman padi berumur 25-30 HST dengan dosis pupuk urea 50 kg/ha, NPK 100 kg/ha, dan ZK 50 kg/ha termasuk kedalam kategori yang sedang dengan nilai 2,77 (55,55 %).

Penerapan pestisida dalam membasmi hama penyakit hendaknya memperhatikan kesehatan lingkungan dengan memanfaatkan keberadaan daripada musuh alami yang berada di alam. Penggunaan pestisida hayati tidak dimanfaatkan dengan baik hal ini dibuktikan dengan nilai pencapaian skor 1,72 (34,44 %) yang tergolong kategori sangat rendah, sedangkan penerapan prinsif menggunakan pestisida kimia sebagai jalan terakhir digunakan tidak dilaksanakan dengan baik mendapatkan nilai pencapaian skor 2,55 (51,11 %) dengan kategori yang rendah.

Pemberian air pada tanaman padi hendaknya jangan terlalu sering tergenang, hal ini disebabkan karena tanaman padi bukan termasuk tanaman air, yang akan berpengaruh terhadap perkembangan akar dan kualitas tanah. Pemberian air secara terputus-putus (intermetten) kurang begitu diterapkan oleh petani yang tergolong rendah dengan nilai pencapaian skor 2,50 (50,00 %); sedangkan masa panen padi hibrida petani sudah paham kapan mulai panen yaitu pada saat umur 115-120 dicirikan dengan daun dan malai sudah menguning 90 % yang termasuk kategori yang tinggi dengan memperoleh nilai pencapaian skor 4,11 (82,22 %). Rata-rata pencapaian skor subsistem usahatani pengembangan padi hibrida tergolong masih sedang dengan nilai pencapaian skor 3,07 (61,48 %), Hasil Pencapaian Skor dan Kategori daripada Subsistem Usahatani Pengembangan Padi Hibrida dapat disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.

Subsistem Usahatani Pengembangan Padi Hibrida

No.

Pengetahuan petani

Jumlah skor

Pencapaian skor

Kategori

(Angka

)       (%)

1.

Selalu melakukan pergiliran varietas

45

2,50

50,00

Rendah

2

Melakukan pembajakan selama 2 kali

44

2,44

48,88

Rendah

3

Kebutuhan benih 10-15 kg/ha

60

3,33

66,66

Sedang

4

Benih dicuci bersih, pisahkan yang mengapung

73

4,05

81,11

Tinggi

5

Rendam benih 6-12 jam

63

3,50

70,00

Tinggi

6

Tiriskan benih dan peram selama 2 X 24 jam

46

2,55

51,11

Rendah

7

Bibit ditanam saat umur 10-15 HSS

66

3,66

73,33

Tinggi

8

Menanam 1-2 bibit/ lubang tanam

64

3,55

71,11

Tinggi

9

Pemupukan per ha umur 3-5 HST 150 kg Sp36, 50 kg urea, 50 kg NPK, 50 kg ZK, 100 kg pupuk organik.

61

3,38

67,77

Sedang

10

Pemupukan per ha umur 10-15 HST 50 kg urea, 50 kg NPK

62

3,44

68,88

Tinggi

11

Pemupukan per ha umur 25-30 HST urea 50 kg, 100 kg NPK, dan 50 kg ZK

50

2,77

55,55

Sedang

12

Menggunakan pestisida hayati

31

1,72

34,44

Sangat

13

Menggunakan pestisida kimia sebagai alternatif terakhir

46

2,55

51,11

rendah

Rendah

14

Pemberian air terputus-putus(intermetten)

45

2,50

50,00

15

Panen umu 115 – 120 HSS

74

4,11

82,22

Rendah Tinggi

Rata-rata

55,33

3,07

1,48

Sedang

  • 3.3    Produktivitas Hasil Usahatani Padi Hibrida

Produktivitas hasil merupakan alat ukur dalam memperoleh hasil daripada kegiatan subsistem usahatani. Produktivitas padi hibrida interval produktivitas 7.350 kg – 8.100 kg/ha dicapai oleh 2 orang petani (11,11 %) dengan kategori yang sangat rendah. Produktivitas dengan interval >8.100 – 8.850 didapatkan oleh 4 orang petani (22,22 %) dengan kategori rendah. Interval > 8.850 – 9.600 yang tergolong dalam kategori sedang didapatkan oleh 7 orang atau 38,88 %. Kategori tinggi ( interval > 9.600 – 10.350) dan sangat tinggi (interval >10.350 – 11.100) masing-masing diperoleh oleh 3 (16,66 %) dan 2 orang petani (11,11 %). Rata-rata produktivitas Hasil Gabah Panen mencapai 9.590 kg/ha yang tergolong sedang.Kontribusi produktivitas hasil akan berpengaruh terhadap penguatan sebuah kelompok tani, semakin besar produktivitas yang dihasilkan akan mampu mengkaper biaya-biaya usatani yang dikeluarkan oleh petani (Adnyana, et. al., 2020). Selain produktivitas hasil pertanianyang dihasilkan selama kegiatan suatu usahatani padi hibrida selama ini masih ada yang menjualnya dalam bentuk tebasan pada tengkulah. Untuk menghindari hal tersebut faktor pemasaran hendaknya lebih digalakan lagi dengan melibatkan koperasi atau BUMDES desa setempat (Adnyana, 2021). Produktivitas Hasil Gabah Panen dapat disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4.

Produktivitas Hasil Gabah Panen Padi Hibrida

Komoditas

Interval provitas (Kg/ha)

Jumlah responden

Persentase responden

Kategori

(Orang)

(%)

1     Padi hibrida

7.350- 8.100

2

11,11

Sangat rendah

>8.100 – 8.850

4

22,22

Rendah

> 8.850 – 9.600

7

38,88

Sedang

> 9.600 – 10.350

3

16,66

Tinggi

>10.350 – 11.100

2

11,11

Sangat tinggi

Rata-rata

9.590

18

Sedang

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Kesimpulan daripada penelitian ini adalah peranan penyuluhan dalam pengembangan sahatani padi hibrida di Subak Tegenungan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar memperoleh rata-rata hasil pencapaian skor 3,39 (67,91 %) dengan kategori yang sedang. Subsistem usahatani pengembangan padi hibrida mendapatkan nilai rata-rata pencapaian skor 3,07 atau 61,48 % dengan kategori yang sedang. Sedangkan Produktivitas Hasil Gabah Panen padi hibrida mencapai 9,590 kg/ha yang tergolong sedang.

  • 4.2    Saran

Saran yang dapat diberikan yaitu peranan Penyuluh Pertanian Lapangan yang meliputi penggunaan alat peraga, penumbuhan semangat petani, dapat memberikan dan mengajak petani untuk mengembangkan usahatani padi hibrida perlu ditingkatkan lagi. Sedangkan subsistem usahatani dalam pengembangan padi hibrida hal yang perlu diperbaiki adalah melakukan pergiliran varietas, melakukan pembajakan tanah sebanyak 2 kali, meniriskan benih dan memeramnya selama 2 X 24 jam perlu diperbaiki oleh petani padi hibrida.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini mulai dari petani, Pekaseh dan Pengurus Subak Tegenungan, Penyuluh Pertanian Lapangan, Penyuluh Pertanian Lapangan se-Kecamatan Sukawati, dan Perbekel Desa kemenuh.

Daftar Pustaka

Adnyana, 2020. Efektifitas Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 dengan Sistem Tegel Terhadap Produktivitas Padi Sawah di Subak Babakan Cangi, Desa Batuan Kaler Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Journal dwijenAGRO, Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Dwijendra, ISSN:1979-3901, 10(2):127-133.

Adnyana, N.S. 2021. Model Pemasaran Penguatan Kelompok Tani Tumpangsari Cabai-Tembakau di Provinsi Bali. Journal Manajemen Agribisnis, Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, E-ISSN: 2684-7728, 9(2):    441-449.

Adnyana, N.S., Darmawan, D.P., Windia, W, and Suamba, K, 2020. Agribusiness Development Model For Strengthening The Chili-Tobacco Intercroping Farmer Group. International Journal Of Life Sciences, e-ISSN:2550-6986, p-ISSN:2550-6994, 4(1):26-36.

Angela, AA., Muhammad AP., Rafiq, RS., 2021. Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Meningkatkan Partisipasi Petani Di Desa Ilomangga Kecamatan Tabongo. Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo. Jurnal AGRINESIA; P-ISSN: 2597- 7075; E-ISSN; 2541- 6847; 5(2); 148-154.ESIA 5 No. 2 Maret 2021

Badan Pusat Statistik. 2022. Provinsi Bali dalam Angka. ISSN:0215-2207; 225-226. Denpasar

Badan Pusat Statistik. 2022. Statistik Indonesia. ISSN:0126-2912, 288-289. Jakarta

Setyabudi, I dan Daryanto. 2015. Panduan Praktis Penelitian Ilmiah. Penerbit Gava Media. Yogyakarta.

Soni A., Ristina, S.S., dan Dona Setia, U., 2021. Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Hasil Produksi Padi Sawah di Desa Cibuniasih Kecamatan Panca Tengah, Kabupaten Tasik Malaya. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 7(2):1474-1487.

Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Sujarweni, V.W. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sundari, Abdul Hamid, Yusra, A., 2015. Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Peningkatan Produksi Usahatani di Kabupaten Pontianak. Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Tanjungpura, Pontianak. Jurnal Sosial Economic of Agriculture; 4(1);26-31.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

932