Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809    Vol. 11, No. 2, Desember 2022

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i02.p39

Analisis Harga Pokok Produksi CPO (Crude Palm Oil) di Pabrik Kelapa Sawit Ajamu PT Perkebunan Nusantara IV

YOEL PABEL LUMBANTORUAN, I G. A. A. AMBARAWATI*,

I G. A. A. LIES ANGGRENI

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali Email: [email protected] *[email protected]

Abstract

Analysis Cost of Production of CPO (Crude Palm Oil) at Ajamu Palm Oil Mill PT Perkebunan Nusantara IV

Determination of the cost of production is important for a company, to classify costs appropriately. As happened in Pabrik Kelapa Sawit Ajamu where the company did not calculate the cost of goods and did not know their profit because of the finances regulated by the PT Perkebunan Nusantara IV. The purpose of this study was to determine the amount of cost of production and the amount of profit that occurred at PKS Ajamu PT Perkebunan Nusantara IV during 2020. The research method used was full-costing, namely the method of determining the cost of production that calculates all elements of the cost of raw materials, direct labor costs and overhead costs, both variable and fixed. The results show that the components of production costs consist of raw material costs, labor costs and factory overhead costs in CPO production. The cost of producing CPO using the 2020 method is Rp. 200.993.735.153/year. PKS Ajamu produces CPO in 2020 amounting to 36.386.265 kg, based on total production and total production costs, this study obtained the cost of production of Rp 5.523,89/kg. With a CPO selling price of IDR 8.165/kg, the profit obtained by PKS Ajamu PT Perkebunan Nusantara IV in 2020 is IDR 96.100.118.572/year.

Keywords: production costs, cost of production, full-costing, profit

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineesis Jacq.) adalah salah satu tanaman tahunan yang memegang peran penting, kelapa sawit merupakan komoditas pertanian unggulan dan utama Indonesia. Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak mentah sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan menjadi salah satu penyumbang devisa negara yang terbesar dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Hingga saat ini kelapa sawit telah diusahakan

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022 dalam bentuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit hingga menjadi minyak dan produk turunannya (Fauzi, et al. 2012).

Menurut Jelita (2020) Indonesia menjadi produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri, yang disusul oleh Malaysia, Thailand, Nigeria, Kolombia, dan Papua Nugini. Ferrianta (2017) menjelaskan bahwa CPO menduduki peringkat tertinggi sejak 2004 pada pasar minyak nabati dunia sekitar 30 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan 8 % per tahun. Meskipun Indonesia memang berhasil menjadi produsen CPO terbesar didunia, tetapi kenyataan menunjukan bahwa Indonesia belum bisa menentukan harga jual CPO untuk pasar dunia. Tidak hanya masalah intergasi pasar saja yang masih ditentukan oleh pasar luar negeri, di perusahaan sendiri pun pententuan harga pokok sering menjadi masalah bagi perusahaan. Banyak perusahaan yang belum dapat memperhitungkan harga pokok secara mandiri untuk periode produksi kedepannya.

Adapun komponen pembentuk keuntungan adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan produk dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, sedangkan biaya adalah pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi atau menghasilkan barang maupun jasa. Menurut Mulyadi (2018) biaya tersebut disebut sebagai biaya harga pokok atau harga pokok produksi. Menurut Bustami dan Nurlela (2018) mendefinisikan harga pokok produksi sebagai berikut, harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir.

Biaya bahan baku pembuatan CPO merupakan sejumlah biaya yang dikorbankan oleh perusahaan atas penggunaan faktor produksi berupa TBS yang digunakan dalam proses produksi CPO yang dilakukan perusahaan. Biaya tenaga kerja pembuatan CPO merupakan sejumlah biaya yang dikorbankan oleh perusahaan untuk membayar balas jasa karyawan yang berperan dalam kegiatan produksi CPO. Biaya overhead pembuatan CPO merupakan sejumlah biaya yang dikorbankan oleh perusahaan atas penggunaan faktor produksi di luar biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (Ariyanti et al., 2018).

PT Perkebunan Nusantara IV memiliki 9 Unit Usaha Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang menyebar di setiap Distriknya. Salah satu dari Unit Usaha PKS tersebut berada di Ajamu. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun Ajamu milik PTPN IV, berdiri sejak tahun 1938 dan masih beroperasi sampai sekarang. PKS Ajamu memiliki tanggung jawab dalam mengumpulkan dan mengolah hasil-hasil dari tiga kebun seinduk, yaitu Kebun Meranti Paham, Kebun Panai Jaya, dan Kebun Ajamu. Kapasitas pengolahan PKS Ajamu sebesar 30 ton TBS per jam. Pabrik Kelapa Sawit Ajamu (2020), dimana Berdasarkan Rancangan Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) pada Laporan Manajemen Bulanan, tidak ditemukan perhitungan dalam menentukan harga pokok yang diharapkan pada periode produksi tertentu. Hal ini memaksa perusahaan hanya berpatok kepada RKAP untuk jumlah TBS yang harus diolah dan

CPO yang harus diproduksi. Harga pokok yang dihitung oleh PTPN IV ditujukan untuk semua Pabrik Kelapa Sawit secara keseluruhan, kenyataanya kondisi setiap pabrik berbeda-beda. Dengan adanya perhitungan harga pokok perusahaan dapat memperhitungkan biaya-biaya yang keluar selama proses produksi dalam memproses jumlah produksi CPO tertentu yang diinginkan. Dengan adanya cerminan jumlah harga pokok yang harus dicapai ataupun dibawah harga pokok yang diperhitungkan, maka semakin baik pula keuntungan yang diterima oleh perusahaan.

  • 1.2    Rumusan Masalah

  • 1.    Berapakah harga pokok produksi CPO di Pabik Kelapa Sawit Ajamu PT Perkebunan Nusantara IV?

  • 2.    Berapa besar keuntungan dari produksi CPO di Pabik Kelapa Sawit Ajamu PT Perkebunan Nusantara IV berdasarkan harga pokok yang dicapai?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

  • 1.    Menganalisis harga pokok produksi CPO di Pabik Kelapa Sawit Ajamu PT Perkebunan Nusantara IV.

  • 2.    Menganalisis besar keuntungan produksi CPO di Pabik Kelapa Sawit Ajamu PT Perkebunan Nusantara IV berdasarkan harga pokok yang dicapai.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Lokasi dan Waktu Penlitian

Penelitian ini dilakukan di unit usaha Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Perkebunan Nusantara IV, Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), berdasarkan pertimbangan tertentu.

  • 2.2    Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, data kualitatif berupa gambaran umum PKS Ajamu PT Perkebunan Nusantara dan proses produksi CPO di PKS Ajamu. Data kuantatif yang akan digunakan adalah data berupa laporan manajemen bulanan PKS Ajamu dan masing-masing kebun. Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder yang diperoleh dari Pabrik Kelapa Sawit Ajamu PT Perkebunan Nusantara IV. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data manejemen dan keuangan yang diperoleh dari PKS Ajamu berupa Laporan Manajemen Bulanan PKS Ajamu 2020, Laporan Manajemen Bulanan masing-masing kebun tahun 2020, harga jual CPO dan informasi-informasi yang dipublikasikan secara resmi oleh jurnal maupun instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan narasumber yaitu Bapak Silitonga untuk mendapatkan gambaran umum perusahaan

dan alur produksi di PKS Ajamu dan dokumentasi melalui Bapak Dickson P. Sihombing merupakan Asisten Tata Usaha di Pabrik Kelapa Sawit Ajamu untuk mendapatkan Laporan Manejemen Bulanan PKS Ajamu dan Kebun. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemudian nantinya diolah untuk keperluan penelitian.

  • 2.3    Variabel Penelitian dan Pengukuran

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variase tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Penelitian ini menggunakan empat variabel, yaitu:

  • 1.    Harga pokok, dengan indikator total biaya produksi yang berasal dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead tetap dan biaya overhead variabel dan total produksi CPO

  • 2.    Keuntungan, dengan indikator perolehan penerimaan yang berasal dari harga jual dan total biaya produksi

  • 2.4    Metode Analisis

    2.4.1    Harga pokok produksi

Harga Pokok Produksi adalah harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik (Mulyadi, 2018). Harga pokok produksi TBS, CPO dan Inti Sawit dipengaruhi oleh penurunan dan peningkatan total biaya produksi dan total produksi TBS, CPO dan Inti Sawit setiap tahun. Komponen penyusun harga pokok TBS dan CPO serta Inti Sawit adalah biaya tanaman, biaya umum, biaya produksi (pengolahan) dan biaya penyusutan. Menurut Supriyono (2011) secara ekstrim mencari harga pokok dikelompokkan menjadi dua metode, yaitu metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses suatu analisis data dengan merekomendasikan penyusunan harga pokok produksi yang seharusnya, dimana metode ini dinyatakan dengan angka-angka. Metode deskriptif kuantitatif yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini adalah :

  • 1.    Metode Full Costing

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, baik yang berprilaku tetap maupun variabel kepada produk (Mulyadi, 2018). Metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi berikut :

Biaya bahan baku

Rp xxx

Biaya tenaga kerja

Rp xxx

Biaya overhead pabrik tetap

Rp xxx

Biaya overhead pabrik variabel

Rp xxx

+

Harga pokok produk

Rp xxx

Biaya bahan baku berasal dari masing-masing kebun yang menjadi tanggung jawab PKS Ajamu. Biaya tenaga kerja berasal dari biaya yang dikeluarkan PKS Ajamu untuk mengganti jasa para karyawan dan staff yang bekerja di PKS Ajamu. Biaya overhead sendiri adalah biaya tambahan yang tidak berkaitan langsung dengan proses produksi, biaya overhead pada full-costing sendiri terbagi dua yaitu tetap dan variabel. Kedua jenis ini dibedakan berdasarkan sikap biaya overhead terhadap volume produksi sendiri, dimana biaya overhead variabel akan berubah seiring dengan perubahan volume produksi CPO dan biaya overhead tetap sebaliknya.

  • 2.    Harga Pokok Produksi

Analisis harga pokok dilakukan dengan menghitun2g:

Harga Pokok Produksi =


Biaya Produksi (TC)

(1)


Total Produksi (Q)

Keterangan :

Harga Pokok = Besarnya biaya produksi per satuan produksi (Rp/kg)

TC          = Biaya produksi CPO (Rp/tahun)

Q           = Total produksi CPO (kg/tahun)

Metode harga pokok proses dalam penentuan harga pokok ditentukan bersadarkan biaya produksi dan total produksi yang dikumpulkan untuk setiap periode proses produksi per tahun. Biaya produksi yang terdapat pada Pabrik Kelapa Sawit berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead tetap dan biaya overhead variabel. Total produksi berupa jumlah CPO yang dihasilkan pabrik selama periode produksi per tahun.

  • 2.4.2    Keuntungan

Laba / Keuntungan adalah selesih pendapatan, dalam penelitian ini adalah peneriman dengan total biaya. Laba terjadi ketika penerimaan lebih besar dari total biaya. Penerimaan menjadi besar ketika harga jual lebih besar daripada harga pokok yang terjadi. Untuk memperoleh laba/keuntungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :

π = TR – TC ................................................. (2)

Keterangan :

π     = Keuntungan (Rp/tahun)

TR   = Total Revenue / Penerimaan (Rp/tahun)

TC   = Total Cost (Rp/tahun)

TR = P x Q ................................................... (3)

Keterangan :

TR = Total Revenue / Penerimanan (Rp/tahun) P     = Harga Jual CPO (Rp/kg)

Q     = Total Produksi CPO (kg/tahun)

Total revenue atau total penerimaan tersebut didapatkan dari hasil penjualan CPO yang terjadi selama masa produksi per tahun di Pabrik Kelapa Sawit Ajamu PT Perkebunan Nusantara IV. Hasil pernjualan tersebut berasal dari jumlah produksi CPO per tahun dikalikan dengan harga jual CPO pada tahun tersebut.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Harga Pokok Produksi Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawti Ajamu

      • 3.1.1    Biaya produksi crude palm oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit Ajamu

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Ajamu dalam menghasilkan CPO mengeluarkan biaya dalam proses produksinya, biaya-biaya tadi merupakan total biaya produksi yang berasal dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Total biaya produksi yang dikeluarkan oleh Pabrik Kelapa Sawit Ajamu PT Perkebunan Nusantara IV selama melakukan proses produksi dalam menghasilkan CPO pada tahun 2020 sebesar Rp 200.993.735.153/tahun. Dengan persentase masing-masing biaya produksi, yaitu biaya bahan baku sebesar 69% senilai Rp 139.338.948.929, biaya tenaga kerja sebesar 9% senilai Rp 17.068.295.095, dan biaya overhead sebesar 22% senilai Rp 44.586.491.129.

  • 3.1.1.1    Biaya bahan baku

Berikut adalah biaya bahan baku yang terjadi di Pabrik Kelapa Sawit ajamu selama tahun 2020. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat Unit Kebun Meranti Paham memiliki biaya bahan baku tertinggi dari biaya tanamannya sebesar Rp 57.882.917.434 dan Unit Kebun Ajamu memiliki biaya bahan baku terendah sebsar Rp. 38.576.929.697. Dengan persentase dari masing-masing kebun sebesar 41,54%, 30.77%, dan 27,68%. Artinya Kebun Meranti Paham memberikan persentase terbesar jumlah biaya bahan baku untuk jumlah biaya bahan baku keseluruhan kebun sebesar 41,54% dari Rp 139.338.948.929. Hal ini terjadi sesuai dengan jumlah bahan baku yang dihasilkan oleh Kebun Meranti Paham dengan biaya bahan baku terbesar berasal dari Biaya Pemupukan dan Biaya Panen dikarenakan Kebun Meranti Paham memiliki luas areal tanaman terluas dari kebun lainnya yaitu seluas 4.651 ha.

Salah satu biaya terbesar pada dalm komponen biaya bahan baku ialah biaya pemupukan. Biaya pemupukan merupakan biaya yang dikeluarkan sebagai tindakan perawatan tanaman menghasilkan yang berpengaruh besar terhadap produksi tanaman. Tentunya biaya pemupukan ini sulit untuk dikurangi atau ditekan karena dalam proses produsi bahan baku TBS tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhan tanaman. Pemupukan juga bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit dan kualitas bahan baku yang tinggi.

Tabel 1.

Biaya Penyediaan Bahan Baku Crude

Palm Oil Pabrik Kela

pa Sawit Ajamu

Biaya Bahan B

aku (Rupiah)

Meranti Paham (64.093.300 kg)

Biaya Pemeliharaan TM (Excl. Pemupukan)

10.291.363.481

Biaya Pemupukan

19.628.318.181

Biaya Panen

18.808.173.565

Pengangkutan ke Pabrik

9.155.062.207

57.882.917.434

Panai Jaya (41.610.040 kg)

Biaya Pemeliharaan TM (Excl. Pemupukan)

8.780.468.422

Biaya Pemupukan

15.352.806.077

Biaya Panen

12.085.603.494

Pengangkutan ke Pabrik

6.660.223.805

42.879.101.798

Ajamu (61.278.780 kg)

Biaya Pemeliharaan TM (Excl. Pemupukan)

8.435.959.627

Biaya Pemupukan

14.477.234.058

Biaya Panen

11.906.190.361

Pengangkutan ke Pabrik

3.757.545.651

38.576.929.697

Total Biaya Bahan Baku

139.338.948.929

Namun jika dilihat dari produktivitas berdarkan hasil TBS yang diolah dibandingkan dengan jumlah biaya bahan baku yang terjadi, Unit Kebun Ajamu yang memiliki biaya terendah sebesar Rp 629,53/kg, Unit Kebun Panai Jaya merupakan unit dengan biaya terbesar yaitu sebesar Rp 1.030,49/kg dan berada diantara kedua unit tersebut ada Unit Kebun Meranti Paham sebesar Rp 903,1/kg. Dimana artinya Unit Kebun Ajamu memerlukan Rp 629,53 dalam menghasilkan bahan baku berupa TBS per kilogramnya untuk diolah menjadi CPO. Dalam artian semakin kecil biaya yang terjadi semakin kecil pula biaya bahan baku yang terjadi pada PKS Ajamu.

  • 3.1.1.2    Biaya tenaga kerja

Biaya tenaga kerja merupakan sejumlah biaya yang dikorbankan oleh perusahaan untuk membayar balas jasa karyawan yang berperan dalam kegiatan produksi CPO. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat biaya tenaga kerja terbesar berasal dari biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 15.510.824.607 dan biaya tenaga kerja tidak langsung sendiri sebesar Rp 1.557.471.488. Hal ini berarti besarnya biaya yang terjadi dalam tenaga kerja yang langsung bekerja dalam proses produksi CPO daripada biaya tenaga kerja tidak langsung di PKS Ajamu dengan selesih sebesar 81%. Besarnya biaya tenaga kerja langsung ini disebabkan lebih besarnya jumlah tenaga kerja yang langsung di PKS Ajamu.

Tabel 2.

Biaya Tenaga Kerja Pabrik Kelapa Sawit Ajamu

Biaya Tenaga Kerja (Rupiah)

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Gaji, Tunjungan dan Biaya Sosial Pegawai Staf

744.248.077

Gaji dan Biaya Sosial Pegawai Non Staf

813.223.411

1.557.471.488

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Gaji, Tunjangan dan Biaya Sosial Pegawai

1.046.118.741

Staf Pengolahan

Gaji,  Tunjungan  dan  Biaya  Sosial

Karyawan Pelaksana

10.918.775.685

Gaji,Tunj.&   Biaya   Sosial   Peg.Staf

Tanaman Kebun Meranti Paham

1.266.687.880

Gaji,Tunj.&   Biaya   Sosial   Peg.Staf

Tanaman Kebun Panai Jaya

1.130.938.271

Gaji,Tunj.&   Biaya   Sosial   Peg.Staf

Tanaman Kebun Ajamu

1.148.304.030

15.510.824.607

Total

17.068.296.095

Pada PKS Ajamu sendiri biaya tenaga kerja terbesar diberikan oleh Gaji, Tunjungan dan Biaya Sosial Karyawan Pelaksana dengan persentase sebesar 64% dari total biaya tenaga kerja, ini berbanding lurus dengan jumlah tenaga kerja Karyawan Pelaksana yang lebih banyak berjumlah 143 orang daripada Pegawai Staff yang berjumlah 9 orang. Kebun sendiri sebagai penyedia bahan baku utama bagi PKS memiliki persentase biaya tenaga kerja sebesar 20% dari total biaya tenaga kerja, dengan Kebun Meranti Paham penyumbang biaya tenaga kerja terbesar yaitu Rp 1.266.687.880 dengan persentase 7% dari total biaya tenaga kerja, hal ini disebabkan luas areal tanam yang lebih besar dari kebun lain yang membuat Kebun Meranti Paham memiliki jumlah tenaga kerja lebih banyak dari kebun lain. Sementara itu biaya tenaga kerja langsung yang terbesar berasal dari Gaji, Tunjangan dan Biaya Sosial Karyawan Pelaksana sebesar Rp 10.918.775.685 dan yang terkecil pada biaya tenaga kerja langsung adalah Gaji, Tunjangan dan Biaya Sosial Pegawai Staf Pengolahan sebesar Rp 1.046.118.741.

  • 3.1.1.3    Biaya overhead

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat biaya-biaya yang menjadi biaya overhead dalam proses produksi di PKS Ajamu. Biaya overhead terbesar pada biaya overhead variabel sebesar Rp 36.193.599.490, biaya overhead variabel adalah biaya yang bertambah sejalannya dengan volume produksi CPO yang terjadi di PKS Ajamu. Tingginya biaya-biaya overhead yang terjadi berasal dari yang terjadi di pabrik selama proses produksi CPO. Biaya overhead variabel muncul dari biaya variabel diluar daripada biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja pada biaya produksi. Tingginya biaya overhead variabel berasal dari Biaya Pengolahan dan Biaya

Pemeliharaan Mesin dan Instalasi yang masing-masing Rp 11.644.880.019 dan Rp 8.709.877.531. Besarnya Biaya Pengolahan dan Biaya Pemeliharaan Mesin dikarenakan besarnya kerusakan mesin pabrik pada saat pengolahan yang mengakibatkan adanya upah lembur, biaya suku cadang, biaya yang terjadi selama pabrik tidak berproduksi.

Kerusakan mesin pabrik diakibatkan oleh umur mesin yang sudah tua dan daya tampung yang rendah, sementara itu bahan baku yang dihasilkan oleh Kebun Seinduk melonjak mengakibatkan mesin harus bekerja secara paksa. Besarnya biaya yang timbul pada saat mesin pabrik rusak maupun tidak bekerja mengakibatkan tingginya biaya overhead yang menyebabkan tingginya biaya produski yang terjadi di PKS Ajamu. Pada biaya overhead variabel masih terdapat dua biaya besar, yaitu Biaya Persediaan Bahan Baku Pendukung dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak yang masing-masing sebesar Rp 5.499.866.827 dan Rp 2.438.879.666. Mesin yang tua juga mengakibatkan tingginya pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM). Sementara itu pada biaya overhead tetap sebesar Rp 15.593.561.840, merupakan biaya yang berasal dari biaya yang terjadi tetapi tidak bergantung dengan volume produksi.

Tabel 3.

Biaya Overhead Pabrik Kelapa Sawit Ajamu

Biaya Overhead

Biaya Overhead Tetap

Biaya Overhead Variabel

Biaya Emplasmen

Biaya     Penyusutan

Bangunan Perusahaan

Biaya     Penyusutan

Mesin dan Instalasi

Biaya   Pemeliharaan

Bangunan Rumah

116.172.888

406.540.670

6.380.402.062

85.690.298

Biaya Pengolahan

Biaya     Pemeliharaan

Mesin dan Instalasi Biaya Pengepakan

11.644.880.019

8.709.877.531

247.326.750

2.438.879.666

Biaya Konsumsi

Bakar Minyak

Bahan

Biaya   Pemeliharaan

Bangunan Perusahaan

Biaya   Pemeliharaan

Bangunan       Jalan,

Jembatan, dan AJA Air

Pemakaian       dan

Pemeliharaan  Sistem

Komputer

Pajak   Bumi   dan

Bangunan

Biaya Keamanan

Biaya Penerangan

Biaya Persediaan Air

113.916.715

1.100.000

28.931.600

7.945.979.354

272.864.210

231.526.974

10.437.069

Biaya Persediaan Bahan Baku Pendukung

Pembelian       Bahan

Pelengkap (Berupa Suku

Cadang   dan   Untuk

Exploitasi)

5.499.866.827

451.098.496

15.593.561.840

28.991.929.289

Total

44.585.491.129

Hasil penelitian menunjukkan biaya-biaya overhead yang terjadi di Pabrik Kelapa Sawit Ajamu. Biaya yang terjadi tergolong besar sebesar Rp 44.585.491.129 yang mempengaruhi biaya produksi menjadi lebih meninggkat, dengan persentase sebesar 22% dari total biaya produksi. Biaya overhead berjumlah lebih besar dari pada biaya tenaga kerja dengan selisih Rp 27.517.195.034. Besarnya biaya overhead tersebut dipengaruhi oleh daya tampung pabrik, mesin pabrik yang sudah tidak efektif dalam mengelola TBS menjadi CPO dikarenakan mesin yang sudah tua mengakibatkan banyaknya kerusakan yang terjadi, dan besarnya biaya pengolahan.

  • 3.1.2    Harga pokok produksi

Berdasarkan data total produksi dan data total biaya produksi. Masing-masing data tersebut merupakan data utama dalam mencari harga pokok produksi. Total biaya produski di PKS Ajamu selama tahun 2020 sebesar Rp 200.993.735.153/tahun dan total produksi CPO yang dihasilkan oleh PKS Ajamu tahuan 2020 berjumlah 36.386.265 kg, dimana dapat dilihat berdasarkan perhitungan dibawah ini:

Biaya Produksi (TC)

Harga Pokok Produksi =

Total Produksi (Q)

Rp 200.993.735.153

=       36.386.265 kg

= Rp 5.523,89/kg

Maka harga pokok produksi Crude Palm Oil (CPO) pada tahun 2020 di PKS Ajamu PT Perkebunan Nusantara IV diperoleh sebesar Rp 5.523,89/kg. Dengan perbandingan dengan harga pokok yang dimiliki PKS Sei Silau PT Perkebunan Nusantara III melalui hasil penelitian Tobing (2019) dimana harga pokok produksi CPO tahun 2018 sebesar Rp 5.905/kg. Melalui perbandingan harga pokok produksi, PKS Ajamu memiliki harga pokok yang lebih rendah sebesar Rp 381,11/kg. Tetapi dengan melihat perbandingan daya olah, dimana PKS Sei Silau memiliki daya olah 60 ton/Jam dan PKS Ajamu 30 ton/Jam. Dengan harga pokok produksi sebesar Rp 5.905/kg di PKS Sei Silau, peneliti mengatakan tergolong tinggi. Oleh karena itu, PKS Ajamu masih dapat menekan biaya produksi untuk menghasilkan harga pokok produksi yang rendah dan keuntungan yang maksimal. Penekanan biaya produksi seperti efisiensi pengadaan bahan baku, penyegaran pabrik seperti mengganti mesin untuk mengurangi biaya perawatan dan biaya bahan bakar minyak.

Biaya terbesar berasal dari biaya bahan baku dimana lebih dari 50% biaya produksi berasal dari biaya bahan baku. Tentunya hal ini dapat ditekan oleh perusahaan dengan memperbaiki pengadaan bahan baku. Seperti yang terjadi di PKS Ajamu dimana pada biaya bahan baku diluar dari untuk tanaman, pada biaya panen dan pengangkutan ke pabrik, pabrik dapat mengefisiensikan biaya transportasi. Salah satu biaya terbesar pada dalm komponen biaya bahan baku ialah biaya pemupukan. Biaya pemupukan merupakan biaya yang dikeluarkan sebagai tindakan perawatan

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022 tanaman menghasilkan yang berpengaruh besar terhadap produksi tanaman. Tentunya biaya pemupukan ini sulit untuk dikurangi atau ditekan karena dalam proses produsi bahan baku TBS tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhan tanaman. Pemupukan juga bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit dan kualitas bahan baku yang tinggi.

Sementara itu pada biaya tenaga kerja yang menyumbang 9% dari total biaya produksi, pemberkauan efektivitas tenaga kerja akan lebih menekan biaya produksi. Biaya overhead pabrik, dapat dilihat besaran biaya overhead terutama variabel adalah biaya-biaya dimana perusahaan dapat melihat biaya mana yang dapat ditekan kedepannya dan solusi apa yang diambil hal ini bertujuan untuk menekan biaya produksi karena masih terdapat biaya-biaya produksi yang terlalu besar dan dapat ditekan untuk mencapai efisiensi biaya produksi untuk menghasilkan harga pokok produksi yang rendah dan keuntungan masksimal. Seperti yang terjadi pada PKS Ajamu dengan biaya overhead variabel pada biaya pengolahan dan biaya pemeliharan mesin, PKS Ajamu dapat mengambil solusi mengenai masalah pabrik yang terjadi untuk menekan biaya produksi.

  • 3.2    Keuntungan

Berikut adalah keuntungan yang di peroleh Pabrik Kelapa Sawit ajamu selama tahun 2020.

Tabel 4.

Analisis Keuntungan Produksi CPO (Crude Palm Oil)

No

Jenis

Unit

kg

Rp

1

Produksi CPO

36.386.265

2

Harga Jual (Rp/kg)

8.165

3

Total Penerimaan

297.093.853.725

4

Total Biaya Produksi

200.993.735.153

5

Keuntungan

96.100.118.572

Pada Tabel 4 dapat dilihat besarnya harga jual CPO yang diterima oleh PT Perkebunan Nusantara IV melalui hasil produksi dari PKS Ajamu sebesar Rp 8.165. Berdasarkan Annual Report PT Perkebunan Nusantara IV harga jual CPO dari tahun 2015-2018 berada pada harga berturtut-turut Rp 6.950 (2015), Rp 7.817 (2016), Rp 8.309 (2017) dan Rp 7.290 (2018). Hal ini tentunya berpengaruh terhadap keuntungan bagi industri kelapa sawit termasuk PT Perkebunan Nusantara IV dan dapat menutupi besarnya biaya produksi yang terjadi di PKS Ajamu. PKS Ajamu PT Perkebunan Nusantara memperoleh keuntungan sebesar Rp 96.100.118.572/tahun. Perolehan keuntungan tersebut menunjukkan dengan kondisi pabrik dan permesinan yang kurang memadai, PKS Ajamu dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 96.100.118.572/tahun, hal ini dikarenakan terpenuhinya bahan baku dari kebun

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022 sendiri tanpa harus membeli dari pihak ketiga dan tingginya harga jual yang terjadi pada tahun 2020.

Terutama dengan harga pokok produski CPO yang terjadi pada PKS Ajamu dibandingkan dengan harga jual dalam 5 tahun belakang, PKS Ajamu tetap memperoleh keuntungan dari harga pokok produksi yang terjadi sekarang. Dimana pada saat harga jual CPO mengalami penurunan yang drastis PKS Ajamu tetap menghasilkan keuntungan, mengingat harga jual CPO yang fluktuatif, Perusahaan CPO dimana PKS Ajamu harus tetap mengambil solusi dan menciptakan efisiensi biaya produksi untuk menghasilkan harga pokok produksi yang efisien dan keuntungan yang maksimal.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan menganai Analisis Harga Pokok Produksi CPO (Crude Palm Oil) di Pabrik Kelapa Sawit Ajamu PT Perkebunan Nusantara IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Harga Pokok Produksi CPO di PKS Ajamu PT Perkebunan Nusantara sebesar Rp 5.523,89/kg. Harga pokok CPO lebih rendah daripada harga jual CPO yang terjadi di PKS Ajamu. PT Perkebunan Nusantara IV melalui unitnya PKS Ajamu pada tahun 2020 memperoleh keuntungan sebesar Rp 96.100.118.572/tahun.

  • 4.1    Saran

Dalam usaha perbaikan dan peningkatan di PKS Ajamu dalam penekanan biaya produksi dan perolehan keuntungan dalam proses produksi CPO maka dapat diberikan beberapa saran berdasarkan kesimpulan diatas, yaitu dengan mengetahui total biaya produksi dan harga pokok produski, Pabrik Kelapa Sawit Ajamu dapat melihat besarnya biaya produksi mana yang dapat ditekan yang bertujuan untuk efisiensi biaya produksi sehingga memperoleh keuntungan yang maksimal. Pabrik Kelapa Sawit Ajamu diharapkan dapat melakukan pengendalian biaya untuk biaya produksi yang efisien dan landasan dalam mengambil keputusan untuk menekan harga pokok produksi yang lebih rendah. Seperti pada biaya bahan baku dengan jumlah sebesar Rp 139.338.948.929. Pabrik Kelapa Sawit Ajamu diharapkan melihat dimana biaya bahan baku mana yang dapat ditekan dan diefiseinsikan seperti biaya panen yang terlalu tinggi dan biaya pengangkutan. Pada biaya pengangkutan, jika hal-hal lain memungkinkan pembuatan lori dari kebun ke pabrik dapat mengurangi biaya pengangkutan. Pabrik Kelapa Sawit Ajamu diharapkan dapat mengambil solusi pada kondisi pabrik dimana menyebabkan biaya overhead tinggi. Dimana terlihat pada overhead variabel yang sangat besar disebabkan oleh faktor utama yaitu kondisi pabrik yang tidak efisien sehingga menyebabkan pembengkakan pada biaya produksi seperti biaya lembur, biaya perawatan pabrik, dan biaya pengolahan. Pabrik yang sudah tua menghasilkan besarnya biaya perawatan, pengolahan dan penggunaan bahan bakar minyak yang tinggi. Pabrik Kelapa Sawit Ajamu diharapkan untuk

melakukan penyegaran pabrik, seperti penggantian mesin-mesin dan alat-alat pabrik menjadi baru. Hal ini akan menekan biaya-biaya produksi lebih efisien sehingga mendapatkan harga pokok produksi yang rendah untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Kepada peneliti selanjutnya untuk menganalisis harga pokok dan keuntungan diharapkan dapat mengoptimalkan variabel dan indikator serta alat analisis yang lebih luas, seperti harga pokok TBS dan harga pokok PKO. Sehingga menjadi bahan acuan PKS dalam perhitungan harga pokok produksi mereka.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, seluruh pihak yang telah mendukung terlaksananya penulisan e-jurnal ini yaitu kepada Pegawai dan Staff Pabrik Kelapa Sawit Ajamu PT Pekerkebunan Nusantara IV, keluarga dan seluruh kerabat yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagaimana mestinya.

Daftar Pustaka

Ariyanti, I., Sumantri, Sritoyo, dan E. Sumartono. 2018. Cost of Production Analysis dan Break Event Point of Crude Palm Oil Production on PT Sandabi Indah Lestari. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian 30 (1): 1-14.

Bustami, B., dan Nurlela. 2018. Akuntansi Biaya Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Fauzi, Y., Widiastuti, Y.S., Satyiawibawa dan Hartono, R. 2012. Kelapa Sawit. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Ferrianta, Y. 2017. Issue and Solutions Palm Oil Industry In Indonesia. Agricultural Research and Technology. 5(2) : 1-2.

Jelita, N., Harianto, H., dan Rifin, A. 2020. Technically Efficienci, Technological Change, and Total Factor Productivity of Palm Oil Mills In Indonesia. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. 4(1) : 210-218.

Mulyadi. 2018. Akuntansi Biaya Edisi Kelima. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen, Yogyakarta.

Pabrik Kelapa Sawit Ajamu. 2020. Laporan Manajemen Bulanan Pabrik Kelapa Sawit Ajamu PT Perkebunan Nusantara IV. Pabrik Kelapa Sawit Ajamu. Panai Hulu.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta, Bandung.

Supriyono. 2011. Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Penentua Harga Pokok. Edisi Kedua. BPFE, Yogyakarta.

Tobing, Charunia Fadhilah L. 2019. Analisis Harga Pokok CPO (Crude Palm Oil) di PT Nusantara III (Studi Kasus : Pabrik Kelapa Sawit Sei Silai, Kabupaten Asahan). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara: Medan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

908