Analisis Potensi Pengembangan Agrowisata di Subak Batan Wani Desa Sading Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i02.p38
Analisis Potensi Pengembangan Agrowisata di Subak Batan Wani Desa Sading Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung
NI MADE WAHYU TRI PRATIWI, I KETUT SURYA DIARTA*
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232 Bali
Email: [email protected] *[email protected]
Abstract
The Analysis of Agrotourism Development Potential in Batan Wani Subak (irrigation system), Sading Village, Mengwi, Badung Regency
Agrotourism is defined as a combination of agriculture and tourism. The potential of rice fields in Batan Wani Subak (irrigation system) can be applied as an opportunity to develop agritourism, yet there are conditions that need to be filled, namely the 4A aspects such as attraction, accessibility, amenity, and ancillary. The aims of this study were to identify the potential in Subak Batan Wani in developing Agrotourism also strategies in developing its Agrotourism. The data was analyzed by descriptive-qualitative method and SWOT analysis. Based on the research results, the potential in the Subak Batan Wani that can be developed as agrotourism includes, there are accessibility (affordability), amenity (facilities and infrastructure) travel agents also attractions (attractions) culture, agrarian and natural tourist attractions in the form of air in the cool and beautiful Subak area which is the strengths and weaknesses that there is no unique agricultural activity. The opportunity factor for the Kereban Langit Temple tourist attraction and the mepeed tradition (walking and in hand) in the village, while the threat factor that must be anticipated was the occurrence of tourist density. An alternative strategy that can be employed is the S – O strategy, namely promoting through social media such as Instagram, Facebook related to the location of Batan Wani subak and utilizing the tracking on Subak, providing shops, washing hands, checking body temperature considering to the current Covid-19 pandemic, and forming a tourism agency.Suggestions are needed for the further development namely by making unique and distinctive attractions, in example making photo spots. Support from other parties in the development of Agrotourism in Batan Wani subak, especially the government agencies.
Keywords: analysis, potential, agrotourism, subak, strategy
Agrowisata merupakan perpaduan antara pertanian dengan pariwisata yaitu dengan melibatkan langsung wisatawan dalam kegiatan pertanian serta sebagai objek
wisata pertanian yang dapat dinikmati oleh para wisatawan. Fatima (2017) mengatakan bahwa agrowisata menghadirkan potensi sumber pendapatan dan meningkatkan keuntungan masyarakat. Pariwisata dalam lima tahun terakhir menyumbang PDRB bagi perekonomian Bali yakni diatas 20% (BPS, 2019). Dalam sektor pertanian Bali sangat terkenal dengan sistem subak. Subak merupakan salah satu organisasi yang mengelola sistem irigasi di Bali. Melihat kenyataan tersebut, maka idealnya ada solusi yang dapat mensinergikan pembangunan pariwisata dan pertanian (Herawati, 2015).
Luas lahan pertanian di Kabupaten Badung, yaitu seluas 28.067 ha (BPS, 2017). Potensi lahan pertanian sawah yang dimiliki oleh Kabupaten Badung tersebut dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan agrowisata. Selain adanya peluang perlu diperhatikan juga faktor lain, yaitu dengan melihat kekuatan, kelemahan dan ancaman, sehingga perlu adanya analisis SWOT untuk menganalisa potensi kawasan subak. Menurut Fadilah (2019) analisa SWOT pada dasarnya merupakan identifikasi untuk melakukan evaluasi kondisi lingkup kegiatan bersangkutan dan dapat digunakan untuk merumuskan strategi pembangunan sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimilikinya. SWOT merupakan singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (kesempatan), dan threat (ancaman).
Subak Batan Wani memiliki luas lahan sawah 15 ha. Pada subak memiliki daya tarik agrowisata berbasis alam yang masih alami, di Subak Batan Wani juga terdapat tracking yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Desa untuk melakukan aktivitas seperti olahraga, jalan – jalan dan bersepeda, dengan demikian adanya pengunjung yang datang ke Subak Batan Wani menandakan adanya potensi yang perlu digali lagi untuk pengembangan agrowisata sehingga Subak Batan Wani secara komersial dapat dikunjungi oleh wisatawan luar, namun ada berbagai syarat yang harus dipenuhi salah satunya menegnai aspek 4A.
Menurut Cooper (1993 dalam Pitana dan Sarjana, 2020) mengemukakan bahwa komponen utama dalam pengembangan agrowisata, antara lain attraction (atraksi), accessibility (keterjangkauan), amenity (sarana dan prasarana) dan ancillary (kelembagaan). Selain itu juga perlu diperhatikan bahwa perkembangan daerah menjadi destinasi wisata dipengaruhi oleh potensi yang dimilikinya agar wisatawan datang untuk berkunjung.
-
1. Apa potensi di Subak Batan Wani yang dapat dikembangkan sebagai agrowisata?
-
2. Bagaimana strategi pengembangan terhadap potensi agrowisata di Subak Batan Wani?
-
1. Mengidentifikasi potensi di Subak Batan Wani yang dapat dikembangkan sebagai agrowisata.
-
2. Merumuskan strategi untuk mengembangkan potensi agrowisata di Subak Batan
Wani.
Penelitian ini akan dilaksanakan di Subak Batan Wani, Desa Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April 2021.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif, yaitu berupa pandangan atau pendapat dari pihak tokoh (informan) penelitian seperti pengurus subak, pemuda/i, pihak desa, akademisi, pengguna sosial media, travel agent dan tour guide dengan hasil yang akan didapatkan dari wawancara individual dan focus group discussion. Data kuantitatif, yaitu berupa hasil dari penilaian data kualitatif yang dikuantifikasi dengan skor untuk tujuan analisis SWOT. Tujuan analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasikan kondisi yang memiliki dampak potensial pada formulasi dan implementasi strategi (Budiman, 2017). Sumber data dari penelitian ini adalah primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui hasil kuesioner, wawancara, dan focus group discussion dengan pihak informan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini meliputi profil Desa Sading dan Subak Batan Wani, statistik luas lahan dari Badan Pusat Statistika, penelitian terdahulu terkait. Teknik pengumpulan menggunakan beberapa metode seperti observasi, wawancara, studi Pustaka, kuesioner dan focus group discussion.
Penentuan informan dalam penelitian ini dipilih secara purposive, yaitu dengan menggunakan informan kunci (key informant). Key informan dalam penelitian ini juga ditentukan berdasarkan konsep pentahelix yang merupakan kolaborasi 5 unsur stakeholder pariwisata, yaitu ABCGM (Academician, Business, Community, Government dan Media). Key informan dalam penelitian ini berjumlah 14 orang meliputi pengurus subak dan perwakilan anggota subak, pengurus dan tokoh desa (lurah beserta pegawai, akademisi, kelihan banjar, perwakilan pemudi) dan ahli perjalanan wisata (tour guide, travel agent dan pengguna sosial media). Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah potensi pengembangan agrowisata dengan mengukur indikator menggunakan aspek 4A dalam pengembangan agrowisata meliputi atraksi, aksesibilitas, amenitas dan ancillary.
Melalui hasil pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, focus group discussion dianalisis secara deskriptif kualitatif. Menurut Miles dan Huberman (1992, dalam Dwipayasa, et al., 2019) analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan/verifikasi. Data kuesioner dianalisis dengan menggunakan matriks IFAS dan
EFAS dalam analisis SWOT. Suatu tabel disusun untuk merumuskan faktor -faktor strategis internal dan eksternal. Menurut Freddy (1997) tahapannya adalah masukan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan pada Tabel IFAS dan masukan faktor- faktor peluang dan ancaman pada Tabel EFAS pada kolom 1; Berikan bobot masing-masing faktor strategis pada kolom 2, dengan skala 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Semua bobot tersebut jumlahnya tidak melebihi dari skor total = 1,00; Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing – masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (kuat) sampai dengan 1 (lemah); Kalikan bobot dengan nilai (rating) untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4, jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor bobot faktor yang dianalisis.
Mengacu pada teori Cooper (1993 dalam Pitana dan Sarjana, 2020) menyatakan bahwa pengembangan agrowisata, yaitu : Attraction (atraksi), Accessibility (aksesibilitas), Amenity (sarana-prasarana), dan Ancillary (kelembagaan), dihubungkan dengan teori tersebut dengan keadaan Subak Batan Wani, maka dapat dijelaskan sebagai berikut.
-
1. Attraction (atraksi)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi atraksi yang dapat dikembangkan di Subak Batan Wani yakni (1) Aktivitas bersumber pada alam.(2) Aktivitas bersumber pada budaya.(3) Bersumber pada aktivitas agraris. Dapat dilihat pada Tabel 1, namun potensi atraksi yang terdapat pada Subak Batan Wani belum memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri.
Tabel 1.
Atraksi dan Daya Tarik Agrowisata yang Dapat Dikembangkan Di Subak Batan Wani
No |
Atraksi / Daya Tarik |
Bentuk | ||
1. |
Sumber alam |
daya berbasis |
-Udara di area Subak yang sejuk dan asri. -Terdapat pemandangan gunung dan sunset. | |
2. |
Sumber budaya |
daya |
berbasis |
-Terdapat banyak kegiatan upacara pertanian (nandur, ngasah, mewinih, ngedig padi, dan lainnya). -Objek wisata yang terkenal, seperti Pura Keraban Langit. -Tradisi unik mepeed yang terkenal di Desa. |
3. |
Sumber aktivitas |
daya agraris |
berbasis |
-Terdapat ternak bebek. -Terdapat kegiatan mentraktor. -Terdapat lebih dari satu komoditi. |
Sumber : data primer yang diolah, 2021
-
2. Accessibility (aksesibilitas)
Pada Subak Batan Wani dikatakan memiliki aksesibilitas yang mudah dijangkau. Hal ini keadaan jalan di Desa Sading telah terhubung dari berbagai arah dan tersambung dengan jalan utama Denpasar – Sangeh – Bedugul. Selain akses jalan yang baik, berdasarkan observasi, jalan utama menuju Subak Batan Wani, Desa Sading telah dilengkapi rambu - rambu petunjuk arah misalnya dari jalan utama Sading – Denpasar – Mambal – Ubud - Tabanan – Gilimanuk. Selain itu, akses jalan subak maupun desa masih dalam kondisi bagus. Secara lokasi Subak Batan Wani, Desa Sading memiliki aksesibilitas yang mudah dijangkau dan berada pada jalur wisata sehingga sangat berpotensi dalam mengembangkan daya tarik wisata termasuk agrowisata.
-
3. Amenity (sarana-prasarana)
Ketersediaan sarana dan prasarana wisata di Subak Batan Wani, Desa Sading sebagai penunjang dalam pengembangan agrowisata dapat dijelaskan sebagai berikut. Prasarana yang terdapat tersedia di area subak maupun area luar Subak Batan Wani adalah (1) Sumber daya air bersih meliputi, mata air sebanyak 3 unit, sumur gali sebanyak 974 dan untuk PAM sebanyak 698 unit. (2) Listrik dipasok oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). (3) Jalan terdapat 2 jalan masuk ke Desa Sading dari arah Denpasar dan Darmasaba dan semua jalan utama telah diaspal. (4) Jaringan Telepon/Komunikasi, yakni adanya pelanggan Telkom. Sedangkan sarana yang tersedia, yaitu tempat parkir, pos Kesehatan seperti puskesmas, klinik dan lainnya, kedai makan, tempat berbelanja, pasar, MCK umum yang ada di sekitaran luar Subak, dan bangunan pendukung lainnya.
-
4. Ancillary (kelembagaan)
Hasil penelitian menggambarkan bahwa sudah ada salah satu supporting services atau pelayanan tambahan yakni terdapat travel agent di Desa Sading yang bersedia untuk bekerjasama dengan subak dalam pengembangan agrowisata serta adanya dukungan dari pihak akademisi. Adanya keterlibatan dari pihak pemerintah pariwisata maupun kebudayaan di Desa Sading serta adanya bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada Subak Batan Wani untuk memfasilitasi kegiatan pertanian di Subak. Namun, belum terdapat kelembagaan khusus yang menangani kegiatan wisata di Subak Batan Wani. Selain itu, dibutuhkan berbagai penyuluhan dan pelatihan terkait pengembangan agrowisata sehingga subak benar-benar mampu mengelola agrowisata.
Setelah dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor lingkungan internal berupa strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) serta faktor eksternal berupa opportunities (peluang) dan threats (ancaman) pada potensi yang terdapat di Subak Batan Wani selanjutnya dapat dianalisis dengan menggunakan matrik IFAS dan EFAS. Hasil dari matriks tersebut maka dapat diperoleh hasil evaluasi antara faktor internal dan eksternal.
Melalui penyebaran kuesioner, maka dapat dianalisis untuk memperoleh bobot, rating, skor dari masing – masing faktor. Analisis lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan potensi agrowisata di Subak Batan Wani. Hasil matriks IFAS dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 2.
Bobot, Rating, dan Skor Faktor Internal Ditinjau dari Kekuatan dan Kelemahan Subak Batan Wani, Desa Sading Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
Faktor Internal | ||||
No |
Kekuatan |
Bobot |
Rating |
Skor |
1 |
Udara di area Subak yang sejuk dan asri. |
0.07 |
3.5 |
0.25 |
2 |
Adanya kegiatan pertanian (nandur, ngasah, mewinih, ngedig padi, kegiatan mentraktor, ternak bebek. dan lainnya). |
0.05 |
2.7 |
0.14 |
3 |
Terdapat pemandangan gunung dan sunset. |
0.06 |
3.1 |
0.19 |
4 |
Keadaan jogging track yang masih bagus. |
0.06 |
2.9 |
0.17 |
5 |
Terjangkau dari arah ibu kota dan menuju daerah wisata lainnya. |
0.05 |
3 |
0.15 |
6 |
Terdapat Jogging Track. |
0.06 |
3.4 |
0.20 |
7 |
Terdapat prasarana wisata (jalan, listrik, air, jaringan internet). |
0.06 |
3.6 |
0.22 |
8 |
Terdapat sarana wisata (pos kesehatan dan keamanan, parkir, toilet, kedai makanan, tempat berbelanja dan ibadah). |
0.05 |
3.5 |
0.18 |
9 |
Adanya kunjungan dari pemerintah pariwisata dan kebudayaan. |
0.05 |
2.6 |
0.13 |
10 |
Bantuan dana yang diberikan oleh pemerintah. |
0.06 |
3 |
0.18 |
Total Kekuatan |
1.80 | |||
Kelemahan | ||||
1 |
Landscape (tata letak) sawah yang kurang menarik. |
0.04 |
2.2 |
0.09 |
2 |
Tidak terdapat kegiatan pertanian yang unik. |
0.05 |
1.9 |
0.10 |
3 |
Kegiatan pertanian organik sudah tidak diterapkan. |
0.05 |
1.6 |
0.08 |
4 |
Jalan masuk menuju Subak kecil. |
0.04 |
1.8 |
0.07 |
5 |
Tidak ada kendaraan umum yang beroperasi. |
0.04 |
1.6 |
0.07 |
6 |
Kondisi air irigasi kotor tergenang sampah. |
0.03 |
2.3 |
0.07 |
7 |
Belum tersedia penginapan di area luar subak. |
0.05 |
1.5 |
0.08 |
8 |
Belum adanya penyuluhan atau pelatihan mengenai pariwisata pertanian. |
0.05 |
1.5 |
0.08 |
9 |
Belum ada Lembaga khusus pokdarwis. |
0.05 |
1.4 |
0.07 |
10 |
Belum pernah ada kegiatan pelatihan atau penyuluhan terkait kegiatan wisata di Desa Sading. |
0.05 |
1.7 |
0.09 |
Total Kelemahan |
0.78 | |||
Total Keseluruhan |
2.58 |
Berdasarkan perhitungan matriks IFAS Tabel 2 yang terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan, faktor kekuatan terpenting utama adalah udara di area Subak yang sejuk dan asri dengan skor sebesar 0,25, bobot sebesar 0,07 dan rating 3,5 yang berarti faktor tersebut kuat. Faktor kelemahan yang terdapat pada potensi di
Subak Batan Wani adalah bahwa tidak terdapat kegiatan pertanian yang unik dengan nilai skor sebesar 0,10 dengan bobot sebesar 0,05 dan nilai rating 1,9.
Secara keseluruhan evaluasi faktor internal jumlahnya sebesar 2,58 yang artinya faktor internal mencapai 65% menandakan berada dalam kategori rata – rata sehingga dengan hal tersebut dapat diartikan bahwa potensi yang ada pada Subak Batan Wani mampu memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi kelemahan. Walaupun belum terdapat kegiatan pertanian yang unik, namun udara di Subak masih sejuk dan asri sehingga dapat dinikmati untuk refreshing saat tracking. Selain itu, masih terdapat kekuatan lainnya yang dapat dikembangkan untuk potensi agrowisata.
Analisis lingkungan eksternal berupa peluang dan ancaman di Subak Batan Wani. Hasil matriks EFAS dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 3.
Bobot, Rating, dan Skor Faktor Eksternal Ditinjau dari Peluang dan Ancaman Subak Batan Wani, Desa Sading Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
Faktor Eksternal | ||||
No |
Peluang |
Bobot |
Rating |
Skor |
1 |
Objek wisata yang terkenal, seperti Pura Keraban Langit. |
0.08 |
3.3 |
0.26 |
2 |
Tradisi unik mepeed yang terkenal di Desa. |
0.08 |
3.3 |
0.26 |
3 |
Lokasi Desa yang strategis. |
0.08 |
2.4 |
0.19 |
4 |
Adanya usaha penyediaan homestay. |
0.06 |
1.5 |
0.09 |
5 |
Adanya penyedian kedai belanja di area subak. |
0.05 |
1.8 |
0.09 |
6 |
Peningkatan penggunan jasa travel agent yang ada di Desa. |
0.06 |
1.8 |
0.11 |
7 |
Terbentuknya Lembaga khusus agrowisata. |
0.06 |
1.9 |
0.11 |
Total Peluang |
1.12 | |||
Ancaman | ||||
1 |
Terjadinya kepadatan wisatawan. |
0.07 |
2.8 |
0.20 |
2 |
Terjadinya kerusakan akses jalan. |
0.06 |
2.3 |
0.14 |
3 |
Terjadinya kemacetan. |
0.06 |
2.7 |
0.16 |
4 |
Adanya alih fungsi lahan. |
0.07 |
2.3 |
0.16 |
5 |
Terjadinya kerusakan jogging track. |
0.07 |
2.5 |
0.18 |
6 |
Kurangnya lahan parkir. |
0.07 |
1.9 |
0.13 |
7 |
Adanya persaingan usaha tani sejenis. |
0.05 |
2.6 |
0.13 |
8 |
Pembentukan Lembaga terkait wisata membutuhkan dana waktu yang cukup lama. |
0.07 |
1.8 |
0.13 |
Total Ancaman |
1.22 | |||
Total Keseluruhan |
2.34 |
Berdasarkan perhitungan matriks EFAS Tabel 3 yang terdiri dari faktor peluang dan faktor ancaman memperoleh nilai yang bervariasi. Faktor peluang yang terbesar adalah pada pernyataan objek wisata Pura Keraban Langit dan tradisi unik mepeed yang terkenal di Desa dengan skor sebesar 0,27 faktor tersebut memiliki nilai bobot sebesar 0,08 dan nilai rating 3,3. Ancaman yang kuat adalah terjadinya kepadatan wisatawan dengan skor sebesar 0,20 dengan bobot sebesar 0,07 dan nilai rating 2,8.
Secara keseluruhan hasil analisis faktor eksternal berupa peluang dan ancaman ini mendapatkan skor sebesar 2,34 artinya faktor eksternal mencapai 59% menandakan berada dalam kategori sedang. Maka dari itu faktor peluang tersebut dapat digunakan untuk mengatasi ancaman. Adanya objek wisata Pura keraban Langit yang terkenal dan tradisi mepeed merupakan peluang yang dapat dijadikan sebagai daya tarik sehingga wisatawan semakin tertarik untuk datang berkunjung ke Desa Sading utamanya Subak Batan Wani.
Nilai IFAS yang diperoleh yakni sebesar 2,58 sedangkan untuk nilai EFAS diperoleh sebesar 2,34. Berikut akan dijabarkan melalui Gambar 1.
Gambar 1.
Hasil Kuadran Analisis SWOT Strategi Pengembangan Potensi Agrowisata di Subak Batan Wani, Desa Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
Menurut hasil kuadran analisis SWOT tersebut, kondisi Subak Batan Wani berada pada kuadran I (positif, positif). Kuadran ini menandakan bahwa Subak Batan Wani bersifat kuat dan berpeluang. Oleh karena itu Subak dapat diekspansi kearah yang lebih baik untuk mengembangkan potensi agrowisata.
Menurut Freddy (1997) berdasarkan analisis SWOT, perumusan strategi dibagi menjadi empat sel kemungkinan alternatif pengembangan potensi sesuai dengan kondisi lingkungan internal dan eksternal. Analisis matriks SWOT dalam penentuan strategi pengembangan potensi agrowisata di Subak Batan Wani akan dijabarkan sebagai berikut.
-
1. Strategi S-O (Strengths and Opportunities) adalah memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar – besarnya. Alternatif strategi yang dapat direkomendasikan, yaitu berupa kegiatan promosi melalui media sosial seperti instagram, facebook, artikel dan lainnya terkait keberadaan Subak Batan Wani dan dengan memanfaatkan tracking sebagai daya tarik serta membuka kedai belanja di area subak untuk menjual hasil panen petani sehingga petani mendapat penghasilan tambahan, menyediakan fasilitas yang belum terdapat di subak seperti tempat cuci tangan dan pengecekan suhu tubuh mengingat saat ini adanya pandemi Covid-19 dan membentuk sebuah lembaga terkait kegiatan wisata dan melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah maupun travel yang ada di Desa. 2. Strategi S-T (Strengths and Threats) adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. Alternatif yang direkomendasikan, yaitu melakukan perluasan lahan parkir di sekitaran area subak dan memelihara prasarana seperti tracking dan jalan Desa sehingga fasilitas bisa digunakan dengan nyaman oleh pengunjung.
-
3. Strategi W-O (Weaknesses and Opportunities) adalah pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi yang direkomendasikan berupa pembuatan spot foto di area subak dan melaksanakan kegiatan pertanian secara tradisional sebagai daya tarik wisata, menjaga kebersihan subak utamanya pada saluran irigasi, peluang usaha untuk mendirikan homestay dengan memanfaatkan rumah petani atau warga sekitar sehingga dapat menambah pendapatan masyarakat desa, mengadakan penyuluhan maupun pelatihan untuk kegiatan wisata.
-
4. Strategi W-T (Weaknesses and Threats) adalah kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Strategi yang dapat diberikan adalah menyediakan alternatif jalan pintu masuk dan keluar pada area subak sehingga tidak terjadi kerumunan pengunjung di suatu tempat dan waktu yang bersamaan, dikarenakan saat ini masih dalam situasi pandemi Covid-19 maka perlu juga adanya pengaturan jarak antar masing individu dan menggunakan masker saat berkunjung untuk menerapkan protokol kesehatan dan membentuk lembaga sederhana dengan lingkup petani sebagai anggotanya agar ada kepengurusan yang jelas dalam pengembangan agrowisata ini.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi pada kawasan Subak Batan Wani yang dapat dikembangkan sebagai agrowisata meliputi; atraksi bersumber pada alam, budaya dan aktivitas agraris, selain itu adanya aksesibilitas lokasi yang terjangkau dan kualitas akses jalan di desa maupun subak masih dalam kondisi yang baik; tersedianya sarana dan prasarana wisata yang memadai; terdapat supporting services (seperti travel agent); dan adanya keterlibatan pemerintah utamanya Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan. Pengembangan potensi agrowisata dapat menggunakan strategi S - O, sehingga rekomendasi strategi yang digunakan adalah (a) Melakukan promosi melalui media sosial terkait lokasi Subak Batan Wani, misal melalui instagram, facebook, (b) Memanfaatkan tracking sebagai daya tarik wisata serta menjadikan Desa Sading sebagai daerah pariwisata, (c) Meningkatkan kualitas fasilitas wisata seperti menyediakan kedai belanja di area Subak serta menyediakan fasilitas yang belum terdapat pada subak seperti, tempat cuci tangan dan pengecekan suhu tubuh mengingat saat ini adanya pandemi Covid-19, (d) Membentuk sebuah lembaga terkait kegiatan wisata dan melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah maupun travel yang ada di Desa.
Dibutuhkan pengembangan lebih lanjut, seperti membuat atraksi yang unik dan khas misal membuat spot foto, memanfaatkan tracking, dan membuka kedai belanja di area subak untuk menjual hasil panen petani serta petani dapat menerapkan pertanian berkelanjutan. Mempromosikan lokasi Subak Batan Wani melalui media sosial. Menyediakan fasilitas di tengah masa pandemi Covid-19 dan dapat melakukan kerjasama dengan pemerintah perihal pendanaan.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Terimakasih kepada seluruh informan kunci yang telah banyak membantu memberikan informasi selama penelitian ini. Terimakasih kepada pengurus dan anggota Subak Batan Wani, Desa Sading atas kesediaannya untuk menjadi informan dalam penelitian ini dan terimakasih kepada kedua orang tua, keluarga dan teman – teman yang telah membantu dan memberi dukungan selama proses penelitian ini.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik.2017. Luas Lahan Per Kabupaten/Kota Menurut
Penggunaannya Di Provinsi Bali,2017.Bali:BPS.
Badan Pusat Statistik.2019.Provinsi Bali dalam Angka Tahun 2019.Bali:BPS.
Budiman, T. (2017) ‘Analisis SWOT Pada Usaha Kecil Dan Menengah’, Journal of Chemical Information and Modeling. Available at:
https://repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/2607/1/TRI BUDIMAN -
1062864.pdf.
Dwipayasa, I Made, Suamba, I. K. & and Budiasa, I. W. (2019) ‘Analisis Potensi Pengembangan Agrowisata Berbasis Subak di Desa Baha, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung’, Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism), 8(4), pp. 429–438. Available at: https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA/article/view/54744/32415.
Fadilah, N. (2019) ‘Analisis Potensi Agrowisata Nagari Batuhampar Kecamatan Akabiluru Kabupaten 50 Kota’, Ekonomi dan Bisnis Islam, 4(1).
Fatima, I. (2017) ‘Pengembangan agrowisata padi sawah berbasis pertanian berkelanjutan di kecamatan maurole’, Agrica, 10(2), pp. 62–74.
Herawati, N. (2015) ‘Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan’, Ilmu Pariwisata, 6(1), pp. 79–103. Available at: http://digilib.uinsby.ac.id/19203/4/Bab 2.pdf.
Pitana,I Gde & Sarjana, I. M. (2020) Agrowisata Pariwisata Berbasis Pertanian. Bali: Mahima Institute Indonesia.
Rangkuti, F. (1997) Analisis SWOT:Teknik Membedah Kasus Bisnis Cara Perhitungan Bobot, Rating, dan OCAI. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono (2019) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfaabeta.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
895
Discussion and feedback