Perilaku Petani terhadap Program Asuransi Usahatani Padi (Kasus pada Subak Pangkung Jajung, Desa Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana)
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i02.p35
Perilaku Petani terhadap Program Asuransi Usahatani Padi (Kasus pada Subak Pangkung Jajung, Desa Baler Bale
Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana)
I PUTU SURYA SANJAYA, I DEWA PUTU OKA SUARDI*, IGAA AMBARAWATI
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali
Email: [email protected] *[email protected]
Abstract
Farmer Behavior Towards Rice Farming Insurance Program (Case in Subak Pangkung Jajung, Baler Bale Agung Village, Negara District, Jembrana Regency)
Subak Pangkung Jajung is a farmer group that participates in the Rice Farming Insurance program to protect farmers from the risk of crop failure that occurs in farming. The purpose of this study was to determine the behavior of farmers towards the AUTP program. This research was conducted from December 2020 to February 2021 in Subak Pangkung Jajung in Baler Bale Agung Village, Negara District, Jembrana Regency. The research sample amounted to 60 farmers with data collection methods through in-depth interviews and structured interviews (questionnaires), then analyzed using qualitative descriptive methods. The results showed that the behavior of farmers who took part in the AUTP Program was quite good. The behavior of the farmers is formed on the condition of the behavioral components, namely the general knowledge of farmers about the AUTP program is high, farmers both have a very agreeable attitude towards the AUTP program, and the implementation of the AUTP program by farmers who follow the program is classified as good. Subak Pangkung Jajung farmers need to carry out persuasive counseling on the AUTP program to farmers who have not participated in the program, so that their knowledge and attitudes that are classified as good can continue to be real actions following the program. Provisions for claims from the AUTP Program related to the level of damage to farming businesses that receive compensation need to be reviewed. Where the damage rate of 75% is considered too high, so that farmers participating in the AUTP program are difficult to obtain compensation.
Keywords: behavior, knowledge, attitudes, actions, agricultural insurance
Ketahanan pangan nasional merupakan salah satu tujuan utama pembangunan nasional. Kekurangan bahan pangan, khususnya bahan makanan pokok beras akan menimbulkan gejolak sosial ekonomi dan politik yang memengaruhi pembangunan itu sendiri, sekalipun untuk mencapai kecukupan pangan harus dihadapkan pada masalah-masalah yang multidimensional. Upaya meningkatkan produksi juga secara terus menerus diperkuat melalui inovasi teknologi dan penerapan program perbaikan manajemen usahatani.
Usaha pencapaian target swasembada pangan khususnya usahatani padi dihadapkan pada risiko ketidakpastian sebagai akibat dampak negatif perubahan iklim yang merugikan petani. Terkait dengan ini, Pasaribu (2014) dalam Estiningtyas (2015) menyampaikan bahwa petani sebagai pelaku utama usahatani menerima dampak dan risiko yang paling besar akibat bencana terkait iklim. Risiko yang harus ditanggung petani antara lain: risiko produksi, harga, pasar, finansial, teknologi, sosial, hukum, dan manusia. Risiko produksi terjadi karena fluktuasi hasil akibat berbagai faktor yang sulit diduga (perubahan iklim, cuaca ekstrim, banjir, kekeringan, dan serangan OPT). Petani menghadapi berbagai akibat dari gagal panen atau produksi rendah yang berpengaruh terhadap pengembalian modal kerja, pengusahaan modal baru, pendapatan rumah tangga, biaya hidup lain, dan sebagainya.
Untuk mengatasi kerugian petani, maka pemerintah membantu mengupayakan perlindungan usahatani dalam bentuk asuransi pertanian, sebagaimana tercantum pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, yang telah ditindaklanjuti dengan penerbitan Peraturan Menteri Pertanian No 40 Tahun 2015 tentang fasilitasi asuransi pertanian sebagai bentuk advokasi kepada petani untuk melindungi usahataninya. Asuransi pertanian merupakan pengalihan risiko yang dapat memberikan ganti rugi akibat kerugian usahatani sehingga keberlangsungan usahatani dapat terjamin Melalui asuransi usahatani padi memberikan jaminan terhadap kerusakan tanaman akibat banjir, kekeringan, serta serangan hama dan penyakit tumbuhan atau organisme pengganggu tumbuhan (OPT), sehingga petani akan memperoleh ganti rugi sebagai modal kerja untuk keberlangsungan usahataninya. (Kementerian Pertanian, 2016).
Pemerintah Kabupaten Jembrana melalui Dinas Pertanian, telah melaksanakan program Asuransi Usahatani Padi sejak tahun 2016. Kerusakan padi di Kabupaten Jembrana total luasnya mencapai 8,32 ha yang diakibatkan oleh kekeringan, serangan wereng coklat, dan penyakit blast. Mengingat program AUTP merupakan program baru dan baru berjalan pada tahap permulaan di Kabupaten Jembrana, maka penting untuk mengkaji perilaku petani untuk melihat cara pandangnya terhadap manfaat dan pelaksanaan program AUTP. Perilaku petani tersebut dapat menjadi salah satu faktor penghambat atau faktor pendorong bagi petani untuk mengikuti program AUTP.
Perilaku petani terhadap program AUTP merupakan hal penting untuk mencapai keberhasilan program ini, dengan perilaku yang baik dan didukung partisipasi aktif, maka asuransi pertanian sebagai penjamin resiko kegagalan usahatani bagi petani akan berjalan sesuai dengan yang seharusnya, sehingga tujuan dari adanya asuransi pertanian pun akan tercapai. Di Kabupaten Jembrana sudah dilaksanakannya program asuransi usahatani padi, tetapi anggota subak yang ada di Kabupaten Jembrana saat ini memiliki minat yang minim untuk mengikuti program asuransi usahatani padi ini (Dinas Pertanian Kabupaten Jembrana a, 2019).
Subak Pangkung Jajung merupakan salah satu subak di Kabupaten Jembrana yang telah mengikuti program AUTP sejak tahun 2016. Pada tahun 2019, subak ini menjadi salah satu subak yang memiliki risiko gagal panen padi yang disebabkan oleh penyakit blast dan kekeringan dengan luas panen tanaman padi sawah yang tidak stabil tiap musimnya, sehingga dengan adanya program AUTP dapat melindungi petani dari risiko gagal panen, sehingga sangat membantu petani dalam permodalan untuk melanjutkan kegiatan usahataninya pada musim tanam selanjutnya, namun jumlah petani yang mengikuti program AUTP di subak ini dari tahun ketahun mengalami penurunan terhitung dari tahun 2016 yaitu sebanyak 72 (45,56%) orang dan sampai tahun 2019 menjadi 30 (18,98%) orang dari total 158 petani yang tergabung dalam anggota subak di subak Pangkung Jajung. Dengan rendahnya angka ini, menunjukkan masih sedikit petani yang mengikuti program AUTP di Subak Pangkung Jajung. Dari hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan, rendahnya jumlah peserta program AUTP di subak ini disebabkan oleh kurangnya tindakan petani untuk membayar premi, serta masih rendahnya kesadaran petani terhadap program AUTP, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku petani terhadap program AUTP. (Dinas Pertanian Kabupaten Jembrana b, 2019).
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam analisis ini sebagai berikut.
-
1. Bagaimana pengetahuan petani tentang program AUTP di Subak Pangkung Jajung?
-
2. Bagaimana sikap petani terhadap program AUTP di Subak Pangkung Jajung?
-
3. Bagaimana tindakan petani terhadap program AUTP di Subak Pangkung Jajung?
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan tujuan penelitian dalam analisis ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
-
1. Untuk mengetahui pengetahuan petani tentang program AUTP di Subak
Pangkung Jajung.
-
2. Untuk mengetahui sikap petani terhadap program AUTP di Subak Pangkung Jajung.
-
3. Untuk mengetahui bagaimana tindakan petani terhadap program AUTP yang setiap tahunnya mengalami penurunan peserta program AUTP di subak Pangkung Jajung.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa bahan rekomendasi pemerintah dalam menetapkan berbagai kebijakan dalam merealisasikan program AUTP kepada petani anggota subak dan bagi petani penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi sebagai pengetahuan petani anggota subak dalam mengikuti program AUTP.
Penelitian ini dilaksanakan di Subak Pangkung Jajung, Desa Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2020 hingga bulan Februari 2021.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif pada penelitian ini merupakan keadaan subak, pengetahuan, sikap dan tindakan petani terhadap program AUTP. Data kuantitatif pada penelitian ini berupa hasil wawancara kepada seluruh responden. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui wawancara mendalam dan wawancara terstruktur dengan responden, dokumentasi, survey di Subak Pangkung Jajung. Sedangkan sumber data sekunder meliputi, jurnal, buku, situs di internet gambaran umum daerah penelitian dan kelembagaan Subak Pangkung Jajung yang berkaitan dengan penelitian.
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu dengan wawancara mendalam dan wawancara terstruktur. Adapun informan kunci dalam wawancara mendalam mencangkup Pekaseh dan PPL Subak Pangkung Jajung, sedangkan pada wawncara terstruktur menggunakan kuesioner dengan wawancara ke petani anggota Subak Pangkung Jajung peserta program AUTP dan petani yang sudah tidak lagi mengikuti program AUTP atau petani yang tidak pernah sama sekali mengikuti program AUTP berjumlah 60 responden.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Pada penelitian ini
populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 158 orang, petani peserta
Program AUTP pada musim tanam utama tahun 2020 yang berjumlah 30 orang dan 128 petani tidak mengikuti program asuransi usahatani, maka sampel yang diambil untuk penelitian ini berjumlah 60 orang petani, dimana 30 petani peserta program AUTP yang masih aktif dan 30 orang petani yang sudah tidak lagi mengikuti program AUTP atau petani yang tidak pernah sama sekali mengikuti program AUTP. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan dua teknik yaitu teknik sensus dan simple random sampling, dimana 30 petani peserta program AUTP pada musim tanam utama menggunakan teknik sensus yaitu seluruh populasi dijadikan responden. Menurut Sugiyono (2010) sampling atau sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, sedangkan 30 petani yang sudah tidak lagi mengikuti program AUTP atau petani yang tidak pernah sama sekali mengikuti program AUTP menggunakan teknik Simple random sampling yaitu cara pemilihan responden dimana anggota populasi dipilih satu persatu secara acak (semua mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih) namun jika sudah dipilih maka tidak dapat dipilih lagi (Antara, 2010).
Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini meliputi pengetahuan petani petani, sikap petani, dan tindakan petani terhadap prgram AUTP. Konsep variabel penelitian dan pengukuran ini memiliki beberapa indikator yang kemudian diukur dengan parameter tertentu serta menggunakan pengukuran dengan ordinal atau skala likert.
Responden pada penelitian ini adalah anggota Subak Pangkung Jajung, Desa Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana berjumlah 60 orang. Karakteristik responden akan dijelaskan berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, jenis pekerjaan, anggota keluarga, dan luas garapan responden.
Umur produktif secara ekonomi dibagi menjadi tiga klarifikasi, yaitu umur 0 s.d 14 tahun tergolong usia belum produktif, umur 15 s.d 64 tahun tergolong usia produktif, dan umur 65 tahun ke atas tergolong usia tidak lagi produktif (Mantra, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden dalam kategori usia produktif sebanyak 57 responden. Sedangkan pada kategori usia tidak lagi produktif sebesar 3 responden. Maka sebagian besar responden berada di posisi usia produktif secara ekonomi dan kemampuan berusahatani.
Tingkat pendidikan petani merupakan jumlah tahun mengikuti pendidikan formal yang ditempuh petani pada bangku sekolah. Hasil penelitian menunjukkan
tingkat pendidikan responden tergolong tinggi. Jumlah responden yang menempuh pendidikan SMA/SMK sebanyak 27 orang (45%) yang merupakan jumlah tertinggi dalam kategori tingkat pendidikan responden.
Selain pekerjan utama sebagai petani, jenis pekerjaan responden sangat bervariasi. Jenis pekerjaan dibagi menjadi dua yaitu pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pekerjaan pokok responden sebagian besar sebagai petani sebanyak 56 orang (93%) dan hanya 2% bekerja sebagai pegawai swasta dan wiraswasta. Responden yang memiliki pekerjaan sampingan sebanyak 11 orang (18,2%) dari 60 responden, yang bekerja sebagai petani dan buruh. Jenis pekerjaan sampingan yang lebih dominan adalah sebagai buruh sebanyak 7 orang (11,6%) dan 4 orang (6,6%) yang pekerjaan sampingannya sebagai petani.
Jumlah anggota rumah tangga yaitu ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain baik kerabat maupun tidak kerabat yang tergabung dalam satu unit anggaran keluarga. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh anggota keluarga responden berada pada jumlah 2 s.d 4 orang dengan jumlah rata-rata anggota keluarga yang dimiliki sebanyak 3 orang.
Luas lahan usahatani merupakan keseluruhan luas lahan yang diusahakan atau dikelola petani responden baik milik sendiri, menyewa, maupun menyakap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas garapan terbanyak dikerjakan adalah seluas >1 ha sebanyak 30 orang (50% dari total responden), sedangkan luas garapan yang paling sedikit dikerjakan adalah pada luas < 0.50 ha sebanyak 3 orang (5% dari total responden).
Respon secara pemahaman luas dapat diartikan ketika seseorang memberikan reaksinya melalui pemikiran, sikap, dan perilaku. Respon petani terhadap program AUTP di Subak Pangkung Jajung disajikan pada Tabel 1
Tabel 1.
Petani yang Ikut dan Tidak Ikut Program AUTP
No |
Respon Petani |
Jumblah | |
Orang |
% | ||
1 |
Ikut Program AUTP |
30 |
50 |
2 |
Tidak Ikut Program AUTP |
30 |
50 |
Total |
60 |
100 |
Sumber : Data primer (2021)
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan mengikuti program AUTP pada musim utama sebanyak 30 orang (50%), sedangkan yang menyatakan tidak mengikuti program AUTP sama sekali atau petani yang tidak lagi menjadi peserta program AUTP sebanyak 30 orang (50%). Petani yang belum mengikuti program AUTP dari hasil wawancara mengemukakan tidak adanya informasi lanjutan untuk menjadi peserta program AUTP oleh kelian subak, selain itu beberapa petani juga memilih tidak lagi mengikuti program AUTP karena luas kerusakan lahan petani tidak mencapai 75% dari yang sudah ditentukan klaim program AUTP, dan 30 orang (50%) yang masih mengikuti program AUTP pada musim tanam utama dengan rata-rata petani pernah mendapat dana klaim karena kerusakan usahataninya mencapai >75% karena berada pada daerah cekungan dipesisir sungai yang kerap terjadi banjir.
Perilaku petani yang mengukuti Program AUTP pada musim utama tahun 2020 di Subak Pangkung Jajung tergolong baik. Hal ini diungkapkan oleh 47% responden menyatakan sangat baik dan 53% respoden menyatakan baik. Data selengkapnya seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Perilaku Petani terhadap Program AUTP di Subak Pangkung Jajung
Interval Capaian Skor |
Kategori |
Frekuensi Petani | |
Orang |
% | ||
46 - 82,7 |
Sangat Kurang Baik |
0 |
0 |
82,8 - 119,5 |
Tidak Baik |
0 |
0 |
119,6 - 156,3 |
Cukup Baik |
0 |
0 |
156,4 - 193,1 |
Baik |
16 |
53 |
193,2 - 230 |
Sangat Baik |
14 |
47 |
Total |
30 |
100 |
Sumber : Data primer (2021)
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2 pencapaian skor perilaku petani peserta program AUTP musim tanam utama tahun 2020 terhadap program AUTP tertinggi adalah pada kategori baik dengan pencapaian skor 156,4 – 193,1 dengan presetase 53% sebanyak 16 orang dari 30 petani yang dijadikan responden. Capaian skor diatas didapat dari penggabungan ketiga indikator yaitu pengetahuan petani, sikap petani dan tindakan petani terhadap program AUTP lalu dari ketiga indikator tersebut didapat perilaku petani terhadap program AUTP.
Pengetahuan merupakan salah satu komponen perilaku petani yang turut menjadi faktor dalam adopsi inovasi (Sormin, 2012). Tingkat pengetahuan petani mempengaruhi petani dalam penentuan sikap petani. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan secara umum antara lain pendidikan, media
massa/informasi, sosial budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. Kategori nilai skor pengetahuan petani terhadap program AUTP di Subak Pangkung Jajung dapat dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 3.
Nilai Skor Pengetahuan Petani terhadap Program AUTP
Nilai Skor |
Kategori |
2.772 – 3.300 |
Sangat Tinggi |
2.244 – 2.771 |
Tinggi |
1.716 – 2.243 |
Sedang |
1.188 – 1.715 |
Rendah |
660 - 1.187 |
Sangat Rendah |
Sumber : Data primer (2021)
Pada indikator pengetahuan capaian skor total yang didapat dari seluruh responden yaitu 2.557 dimana pada Tabel 3 pengetahuan petani termasuk dalam kategori tinggi. Kategori ini dapat tercapai karena pengetahuan petani terhadap program AUTP sudah memahami manfaat, tujuan, dan sasaran dari program AUTP.
Distribusi frekuensi pengetahuan petani terhadap program AUTP di Subak Pangkung Jajung peserta program AUTP musim tanam utama tahun 2020 dapat dilihat dalam Tabel 4.
Tabel 4.
Pengetahuan Petani Peserta Program AUTP tentang Program AUTP
Frekuensi Petani
Interval Capaian Skor |
Kategori |
Orang |
% |
11 – 19,7 |
Sangat Rendah |
0 |
0 |
19,8 - 28,5 |
Rendah |
0 |
0 |
28,6 - 37,3 |
Sedang |
5 |
17 |
37,4 - 46,1 |
Tinggi |
10 |
33 |
46,2 - 55 |
Sangat Tinggi |
15 |
50 |
Total |
30 |
100 |
Sumber : Data primer (2021)
Dapat dilihat pada Tabel 7 dari hasil wawancara pencapaian skor pengetahuan petani yang mengikuti program AUTP dalam perilaku petani terhadap program AUTP tertinggi adalah pada kategori sangat tinggi dengan skor 46,2 – 55 sebanyak 15 (50%) petani dari 30 responden yang mengikuti program AUTP. Petani yang mengikuti program AUTP mendapatkan informasi mengenai program AUTP dari komunikasi antar anggota subak, kelian subak dan penyuluh pertanian di Kecamatan Negara. Penerapan program AUTP di Subak Pangkung Jajung sudah baik dengan pemahaman petani yang sangat tinggi terhadap manfaat, tujuan, kebijakan, dan ketentuan premi program AUTP. Petani sangat merespons program yang ditawarkan
dikarenakan petani membutuhkan perlindungan terhadap usahataninya bila nantinya terjadi gagal panen akibat banjir, kekeringan dan serangan OPT, sehingga program AUTP yang diberikan pemerintah dapat diadopsi petani, dapat disimpulkan bahwa petani Subak Pangkung Jajung memiliki tingkat pengetahuan yang sangat tinggi tentang program AUTP.
Distribusi frekuensi pengetahuan petani terhadap program AUTP di Subak Pangkung Jajung yang tidak ikut program AUTP dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.
Pengetahuan Petani yang Tidak Ikut Program AUTP tentang Program AUTP
Interval Capaian Skor |
Kategori |
Frekuensi Petani | |
Orang |
% | ||
11 – 19,7 |
Sangat Rendah |
0 |
0 |
19,8 - 28,5 |
Rendah |
0 |
0 |
28,6 - 37,3 |
Sedang |
9 |
30 |
37,4 - 46,1 |
Tinggi |
19 |
63 |
46,2 - 55 |
Sangat Tinggi |
2 |
7 |
Total |
30 |
100 |
Sumber : Data primer (2021)
Berdasarkan data hasil penelitian didapatkan pencapaian skor pengetahuan petani yang tidak mengikuti program AUTP dalam perilaku petani terhadap program AUTP tertinggi adalah pada kategori tinggi dengan skor 37,4 – 46,1 sebanyak 19 (63%) orang dari 30 responden yang tidak mengikuti program AUTP. Petani yang tidak mengikuti program asuransi sudah mendapatkan informasi mengenai program AUTP. Penerapan program AUTP di Subak Pangkung Jajung sudah baik dengan pemahaman petani terhadap program AUTP, beberapa petani di Subak Pangkung Jajung lamban merespons dan tidak menindaklanjuti dari program yang ditawarkan dikarenakan petani terlambat mendapatkan informasi dari kelian subak maupun dari penyuluh pertanian setempat yang dipengaruhi oleh faktor kurangnya komunikasi terhadap petani dengan kelian subak. Dapat disimpulkan bahwa petani Subak Pangkung Jajung yang tidak mengikuti program AUTP memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang program AUTP dengan lambannya respon petani kepada kelian subak yang mengakibatkan petani tidak mengikuti program AUTP.
Menurut Gerungan (2004) pengertian sikap atau attitude sebagai suatu reaksi pandangan atau perasaan seorang individu terhadap objek tertentu. Walaupun objeknya sama, namun tidak semua individu mempunyai sikap yang sama, hal itu dapat dipengaruhi oleh keadaan individu, pengalaman, informasi dan kebutuhan masing- masing individu berbeda. Sikap seseorang terhadap objek akan membentuk
perilaku individu terhadap objek. Kategori nilai skor pengetahuan petani terhadap program AUTP di Subak Pangkung Jajung dapat dilihat dalam Tabel 6
Tabel 6.
Nilai Skor Sikap Petani terhadap Program AUTP
Nilai Skor |
Kategori |
6.552 – 7.800 |
Sangat Setuju |
5.304 – 6.551 |
Setuju |
4.056 – 5.303 |
Ragu |
2.808 – 4.055 |
Tidak Setuju |
1.560 – 2.807 |
Sangat Tidak Setuju |
Sumber : Data primer (2021)
Pada indikator sikap capaian skor total dari seluruh responden yaitu 6.655 dimana pada Tabel 6 kategori sikap petani termasuk dalam kategori sangat setuju. Kategori ini dapat tercapai karena petani yang menjadi responden menilai bahwa dengan adanya pihak yang memberikan perlindungan apabila petani mengalami gagal panen yang disebabkan oleh bencana banjir, kekeringan dan serangan OPT. maka kekhawatiran akibat gagal panen tidak lagi membuat petani merugi secara total dan memperoleh ganti rugi, dengan adanya ganti rugi tersebut, maka petani mendapatkan modal kerja kembali untuk melakukan kegiatan pertanaman selanjutnya.
Distribusi frekuensi sikap petani peserta program AUTP terhadap program AUTP di Subak Pangkung Jajung dilihat dalam Tabel 7.
Tabel 7.
Sikap Petani Peserta Program AUTP terhadap Program AUTP
Interval Capaian Skor |
Kategori |
Frekuensi Petani | |
Orang |
% | ||
26 – 46,7 |
Sangat Tidak Setuju |
0 |
0 |
46,8 - 67,5 |
Tidak Setuju |
0 |
0 |
67,6 - 83,3 |
Ragu |
0 |
0 |
88,4 - 109,1 |
Setuju |
12 |
40 |
109,2 - 130 |
Sangat Setuju |
18 |
60 |
Total |
30 |
100 |
Sumber : Data primer (2021)
Dapat dilihat pada Tabel 7 dari hasil wawancara didapat pencapaian skor sikap petani yang mengikuti program AUTP terhadap program AUTP tertinggi menyatakan bahwa kategori sangat setuju sejumlah 18 orang (60%). Petani mengapresiasi tujuan, sasaran, dan manfaat dari program yang ingin dicapai oleh program AUTP. Petani sangat setuju dengan adanya program AUTP dimana petani menilai bahwa dengan adanya pihak yang memberikan perlindungan apabila petani
mengalami gagal panen yang disebabkan oleh bencana banjir, kekeringan dan serangan OPT, maka kekhawatiran akibat gagal panen tidak lagi membuat petani merugi secara total dan memperoleh ganti rugi, dengan adanya ganti rugi tersebut, maka petani mendapatkan modal kerja kembali untuk melakukan kegiatan pertanaman selanjutnya sehingga dengan demikian keberlangsungan dalam berusahatani padi dapat terus berlanjut dengan meningkatkan aksesibilitas petani terhadap sumber-sember pembiyaan, maka petani tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh bantuan permodalan yang nantinya berimbas pada semakin berkembangnya usahatani padi sehingga kesejahteraan petani dapat diwujudkan. Selama ini akses petani terhadap sumber-sumber keuangan masih sangat terbatas sehingga dengan adanya asuransi pertanian dapat meningkatkan akses-akses pembiayaan tersebut, dapat disimpulkan petani yang mengikuti program AUTP di Subak Pangkung Jajung memiliki sikap sangat setuju terhadap program AUTP.
Distribusi frekuensi sikap petani yang tidak lagi mengikuti program AUTP atau petani yang tidak sama sekali mengikuti program AUTP terhadap program AUTP di Subak Pangkung Jajung dilihat dalam Tabel 8.
Tabel 8.
Sikap Petani yang Tidak Ikut Program AUTP terhadap Program AUTP | |||
Interval Capaian Skor |
Kategori |
Frekuensi Petani | |
Orang |
% | ||
26 – 46,7 |
Sangat Tidak Setuju |
0 |
0 |
46,8 - 67,5 |
Tidak Setuju |
0 |
0 |
67,6 - 83,3 |
Ragu |
0 |
0 |
88,4 - 109,1 |
Setuju |
13 |
43 |
109,2 - 130 |
Sangat Setuju |
17 |
57 |
Total |
30 |
100 |
Sumber : Data primer (2021)
Dapat dilihat pada Tabel 8 bahwa pencapaian skor sikap petani yang tidak mengikuti program AUTP tertinggi menyatakan bahwa kategori sangat setuju sejumlah 17 orang (57%). Petani yang tidak mengikuti program AUTP mengapresiasi tujuan, sasaran, manfaat, dan klaim dari program yang ingin dicapai oleh program AUTP. Petani yang tidak mengikuti program sangat setuju dengan adanya program AUTP dimana petani menilai bahwa dengan adanya pihak yang memberikan perlindungan apabila petani mengalami gagal panen yang disebabkan oleh bencana banjir, kekeringan dan serangan OPT, tetapi dari beberapa petani yang tidak mengikuti program menyatakan alasan tidak mengikuti program karena tidak adanya respon terhadap kelian subak maupun penyuluh pertanian setempat yang membuat petani tidak mengikuti program AUTP, dapat disimpulkan petani memiliki sikap sangat setuju dengan program tetapi tidak tahu bagaimana cara untuk menjadi peserta program AUTP, sedangkan alasan dari petani yang pernah mengikuti
program AUTP tidak merasakan klaim yang didapat karena rata-rata kerusakan dan intensitas kerusakan tidak mencapai ≥75% yang menyebabkan tidak menerima dana klaim AUTP, ketentuan klaim dari program AUTP yang berkaitan dengan besaran tingkat kerusakan usaha tani yang mendapat ganti rugi, perlu ditinjau kembali. Dimana tingkat kerusakan ≥75% petani menilai terlalu tinggi, sehingga petani peserta program AUTP sulit memperoleh ganti rugi dan dana klaim karena kerusakan lahan petani tidak mencapai 75% dari ketentuan yang sudah ditetapkan, petani sangat mengharapkan kebijakan dan penurunan ketentuan klaim pada program AUTP agar petani lebih merasakan manfaat dari program AUTP.
Tindakan merupakan suatu perbuatan, perilaku, atau aksi yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya guna mencapai tujuan tertentu. Tindakan dipandang sebagai tingkah laku yang dibentuk oleh pelaku sebagai ganti respon yang didapat dari dalam dirinya. Tindakan manusia menghasilkan karakter yang berbeda sebagai hasil dari bentuk proses interaksi dalam dirinya sendiri. Untuk bertindak seseorang individu harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dia inginkan (Soeprapto, 2001).
Tabel 9.
Nilai Skor Tindakan Petani terhadap Program AUTP
Nilai Skor |
Kategori |
1134 - 1350 |
Sangat Baik |
918 - 1133 |
Baik |
702 - 917 |
Cukup Baik |
486 - 701 |
Kurang Baik |
270 - 485 |
Sangat Kurang Baik |
Sumber : Data primer (2021)
Pada indikator tindakan capaian skor total yang didapat dari petani yang menjadi peserta program AUTP pada musim tanam utama yaitu 1.126 dimana pada tabel 9 nilai skor tindakan petani termasuk dalam kategori baik. Kategori ini didapat karena petani sudah mampu bertindak baik terhadap program AUTP dapat di lihat dari tindakan-tindakan petani dalam menyukseskan program AUTP seperti petani bersedia membayar premi asuransi tepat waktu, membayar premi asuransi sesuai yang sudah ditetapkan ikut serta mengevaluasi kerusakan lahan akibat banjir, kekeringan dan serangan OPT. Petani yang masih mengikuti program AUTP merupakan petani yang berada didaerah lahan cekungan pesisir sungai yang sering terjadi banjir jika curah hujan deras. Pada indikator tindakan yang dianalisis hanya petani yang mengikuti program AUTP saja sebanyak 30 petani yang dijadikan responden, karena petani yang tidak mengikuti program AUTP belum adanya tindak nyata petani yang tidak mengikuti program terhadap program AUTP, maka dari itu
pada indikator tindakan hanya menganalisis tindakan petani yang masih mengikuti program AUTP.
Distribusi frekuensi tindakan petani terhadap program AUTP di Subak Pangkung Jajung yang mengikuti program AUTP dapat dilihat dalam Tabel 10.
Tabel 10.
Tindakan Petani Peserta Program AUTP terhadap Program AUTP
Interval Capaian Skor |
Kategori |
Frekuensi Petani | |
Orang |
% | ||
9 – 16,1 |
Sangat Kurang Baik |
0 |
0 |
16,2 – 23,3 |
Kurang Baik |
0 |
0 |
23,4 – 30,5 |
Cukup Baik |
0 |
0 |
30,6 – 37,7 |
Baik |
16 |
53 |
37,8 - 45 |
Sangat Baik |
14 |
47 |
Total |
30 |
100 |
Sumber : Data primer (2021)
Berdasarkan tabel 10 pencapaian skor tindakan petani peserta program AUTP dalam perilaku petani terhadap program AUTP tertinggi adalah pada kategori baik dengan perolehan skor 30,6 – 37,7 sebanyak 16 orang (53%) dari 30 responden peserta program AUTP. Kategori ini daapat dicapai karena tindakan petani sudah baik dalam menyukseskan program AUTP seperti membayar premi tepat waktu, selain itu petani juga memiliki tindakan baik dengan ikut serta bersama penyuluh pertanian mengevaluasi kerusakan tanaman padi akibat banjir, kekeringan maupun serangan dari organisme pengganggu tanaman, serta petani Subak Pangkung Jajung tidak keberatan dengan mekanisme pelaksanaan program, proses penyaluran bantuan premi, dan tidak keberatan dengan prosedur penyelesaian klaim program AUTP.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku petani yang mengikuti Program AUTP di Subak Pangkung Jajung, Desa Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana tergolong baik. Perilaku petani tersebut terbentuk atas kondisi komponen-komponen perilaku yaitu pengetahuan petani secara umum tentang program AUTP tergolong tinggi dan petani peserta program AUTP memiliki pengetahuan sangat tinggi, sedangkan petani yang tidak mengikuti program AUTP memiliki pengetahuan tinggi, tetapi pada petani yang sama sekali tidak pernah mengikuti program AUTP tidak mendapatkan informasi dari PPL maupun pekaseh tentang bagaimana cara menjadi peserta program AUTP. Petani yang mengikuti program AUTP memiliki sikap sangat setuju terhadap program AUTP sedangkan yang tidak mengikuti program AUTP memiliki sikap sangat setuju tetapi ada beberapa petani merasa keberatan dengan ketentuan luas lahan yang dianggap terlalu
besar yang menyebabkan petani enggan lagi mengikuti program AUTP. Pelaksanaan Program AUTP oleh petani yang mengikuti program AUTP tergolong baik dengan membayar premi dengan tepat waktu.
Berdasarkan temuan hasil penelitain dan pembahasan dapat disampaikan saran yaitu perlu dilakukan penyuluhan program AUTP secara persuasive kepada petani yang belum mengikuti program tersebut, dimana penyuluh menindaklanjuti langsung sikap petani yang sangat setuju terhadap program AUTP yang bisa dilanjutkan dalam bentuk tindak nyata petani mengikuti program AUTP, sehingga petani tidak kebingungan bagaimana cara ikut serta dalam program AUTP. Ketentuan klaim dari program AUTP yang berkaitan dengan besaran tingkat kerusakan usahatani yang mendapat ganti rugi, perlu ditinjau kembali. Dimana tingkat kerusakan 75% dinilai terlalu tinggi, sehingga petani peserta program AUTP sulit memperoleh ganti rugi.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung terlaksananya e-jurnal ini yaitu terutama kepada petani, pekaseh di Subak Pangkung Jajung, serta kepada keluarga, teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Antara, Made. 2010. Metodologi Penelitian Sosial. PS Agribisnis Udayana.
Denpasar.
Dinas Pertanian Kabupaten Jembrana. 2019 a. Data Kerusakan Komuditas Padi di Jembrana Tahun 2019. Dinas Pertanian Kabupaten Jembrana, Negara.
Dinas Pertanian Kabupaten Jembrana. 2019 b. Data Peserta Asuransi Usahatani
Padi di Kabupaten Jembrana Tahun 2019. Dinas Pertanian Kabupaten Jembrana, Negara.
Gerungan, W. A. 2004. Deskrisi Teori Pengertian Sikap, Definisi Sikap.
https://eprints.uny.ac.id/21850/4/BAB%20II.pdf. Diakses
pada 11 Desember 2019.
Menteri Pertanian Republik Indonesia, Nomor : 30/Kpts/SR.210/B/12/2018.
Tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usahatani Padi. Departemen Pertanian. Jakarta.
Pasaribu, S. M. 2014. Penerapan Asuransi Pertanian di Indonesia. Di dalam: Haryono, E. Pasandaran, M. Rachmat, S.Mardianto, Sumedi, H.P. Salim dan A. Hendriadi., editor. Reformasi Kebijakan Menuju Transformasi Pembangunan Pertanian. Jakarta: IAAD Press. Pp.491-514.
Soeprapto, 2001. Membuat Manusia Berpikir Kreatif Dan Inovatif. Bandung: Nuansa.
Sormin, E. U. 2012. Analisis Tingkat Pengetahuan Petani Terhadap Manfaat Lahan Padi Sawah di Kabupaten Sedang Bedagai.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
863
Discussion and feedback