Profil Sosial Ekonomi Usaha Penganyam Daun Kelapa (Klangsah) di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i02.p29
Profil Sosial Ekonomi Usaha Penganyam Daun Kelapa (Klangsah) di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung
I MADE PUJA ASTAWA, I G. A. A. AMBARAWATI*, A. A. A. WULANDIRA SAWITRI DJELANTIK
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232
Email: [email protected] *[email protected]
Abstract
Socio-Economic Profile of Coconut Leaf Weaver (Klangsah) in Abiansemal District, Badung Regency
One example of the use of coconut leaves in Bali is klangsah. Klangsah are plaits made from old coconut leaves. Klangsah is used as a substitute for the roof in tents for traditional activities in Bali.The activity of weaving coconut leaves (klangsah) can provide job opportunities for the Balinese people. This research was conducted at the klangsah weaver business in Abiansemal District with the aim of knowing the socio-economic profile of the klangsah weavers and the income level of the klangsah weavers.The selection of the location was done intentionally and the selection of respondents was carried out by census, namely 18 klangsah weavers in Abiansemal District.The data analysis technique used in this research is descriptive qualitative analysis and descriptive quantitative analysis. The results showed that the social profile of the klangsah weavers in Abiansemal District according to their identity, all of the klangsah weavers were productive age with low education with the majority of women as business owners. Meanwhile, the economic profile of the klangsah weavers in Abiansemal District when viewed from (1) the business network, where the origin of the supply of raw materials comes from collectors in Jembrana Regency and farmers around the business location, (2) business characteristics, where the capital owned comes from loan funds and personal funds assisted by family workers and casual workers having an average number of working hours of 7 hours per day, (3) income, in 2020 the total income of klangsah weavers is Rp29.881.003.
Keywords: socio-economic profile, klangsah weaver, business, income
Proses pembangunan ekonomi biasanya tidak hanya ditandai dengan terjadinya perubahan atau pergeseran pada struktur permintaan dan penawaran barang dan jasa yang diproduksi, namun juga ditandai oleh terjadinya perubahan struktur penduduk dan ketenagakerjaan (Sengka, 2015). Pergeseran pertumbuhan sektor produksi ini
secara langsung juga akan berpengaruh pada perubahan komposisi rumah tangga dari yang semula bermata pencaharian utama pada sektor pertanian, bergeser ke sektor industri, perdagangan dan jasa. Perubahan struktural tersebut juga memberikan dampak tidak langsung terhadap perubahan struktur ketenagakerjaannya. Ketidakserasian antara perkembangan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, secara umum akan menimbulkan kelemahan pada sistem penawaran dan permintaan rumah tangga (Yuliarti, 2006).
Permintaan dalam ilmu ekonomi adalah sejumlah barang yang diminta oleh konsumen pada tingkat harga tertentu. Tersedianya lapangan atau kesempatan kerja baru untuk mengatasi peningkatan penawaran tenaga kerja merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi daerah. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya investasi langsung pada sektor-sektor yang bersifat padat karya, seperti konstruksi, infrastruktur maupun industri pengolahan. Sementara pada sektor jasa, misalnya pariwisata (Arida, 2015).
Salah satu contoh usaha yang diterapkan oleh masyarakat adalah usaha pada bidang kerajinan. Produk kerajinan yang digunakan berasal dari tanaman perkebunan yang mayoritas tumbuh di daerah tempat tinggal tersebut. Tanaman perkebunanyang biasanya digunakan sebagai bahan baku kerajinan adalah tanaman kelapa. Kelapa dikenal sebagai tanaman yang memiliki seribu kegunaan (Wulandari, 2015). Pemanfaatan tanaman kelapa di Provinsi Bali tidak hanya untuk dikonsumsi tetapi dapat digunakan sebagai sarana pendukung upacara. Salah satu bagian kelapa yang sering digunakan untuk pendukung sarana upacara adalah daunnya. Salah satu contoh pemanfaatan daun kelapa di Bali adalah kelabang (klangsah). Kelabang (klangsah)adalah anyaman yang terbuat dari daun kelapa yang sudah tua. Klangsah digunakan sebagai bahan pengganti atap pada tenda acara kegiatan adat istiadat di Bali. Pada saat ini usaha penganyam daun kelapa (klangsah) sudah jarang ditemukan, padahal usaha tersebut dapat melestarikan budaya di Bali. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan upacara adat di Bali sudah lebih memilih menggunakan tenda konvensional karena lebih efisien. Dampak dari hal tersebut mengakibatkan pelaku usaha rumah tangga penganyam klangsah mencari alternatif pekerjaan lain sebagai sumber pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari.
-
1. Bagaimana profil sosial ekonomi usaha penganyam klangsah di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung?
-
2. Berapakah pendapatan usaha penganyam klangsah di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung?
-
1. Menjabarkan profil sosial ekonomi usaha penganyam klangsah di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.
-
2. Mengetahuipendapatan usaha penganyam klangsah di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Abiansemal, pada penganyam klangsah. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2020 sampai bulan Januari 2021. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, yaitu penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer yang diperoleh dari hasil wawancara, sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari arsip resmi yang sudah ada. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, dokumentasi, serta studi kepustakaan.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari usaha penganyam daun kelapa di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung sebanyak 18 usaha penganyam daun kelapa. Untuk menentukan pengambilan sampel penelitian menggunakan metode sensus dimana semua populasi dijadikan sampel penelitian.
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu profil rumah tangga dan tingkat pendapatan rumah tangga penganyam klangsah.
Analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar variabel untuk mendapatkan kebenaran. Analisis data kualitatif dalam analisisnya dilakukan untuk memperbandingkan antara beberapa pendapat kemudian diperoleh jumlah dari masing-masing pendapat dan akhirnya mendapatkan gambaran angka maupun kata-kata.
-
3. Hasil dan Pembahasan
Profil sosial ekonomi usaha penganyam daun kelapa (klangsah) di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung yang diteliti mengacu pada: (1) Identitas diri penganyam yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, asal penganyam,
dan jumlah tanggungan keluarga. (2) Jaringan usaha yang meliputi asal pasokan daun kelapa dan mitra pasokan daun kelapa. (3) Karakteristik usaha penganyam daun kelapa yang meliputi sumber modal, jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja, dan volume penjualan.
Identitas diri penganyam merupakan kondisi yang menggambarkan karakteristik masing-masing penganyam yang berada di Kecamatan Abiansemal, meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, asal penganyam, dan jumlah tanggungan keluarga yang dimilikinya.
-
A. Umur responden
Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (2020) struktur umur penduduk dapat dibagi menjadi dua yaitu penduduk usia produktif dengan usia 15-64 tahun serta penduduk usia non produktif dengan usia dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun.
Tabel 1.
Umur Penganyam Daun Kelapa (Klangsah) di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung
No |
Umur (Tahun) |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) |
1 |
<15 |
0 |
0 |
2 |
15-64 |
18 |
100 |
3 |
>64 |
0 |
0 |
Total |
18 |
100 |
Sumber : Data primer (diolah), 2021
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 18 responden diketahui umur penganyam daun kelapa (klangsah) di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung berada dalam golongan usia produktif dengan rata-rata usia 41 tahun, sehingga cukup potensial untuk memperoleh pendapatan serta melakukan kegiatan usahanya.
-
B. Jenis kelamin responden
Tabel 2.
Jenis Kelamin Penganyam Daun Kelapa (Klangsah) di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung
No |
Jenis Kelamin |
Responden (Orang) |
Persentase (%) |
1 |
Laki-laki |
8 |
45 |
2 |
Perempuan |
10 |
55 |
Total |
18 |
100 |
Sumber : Data primer (diolah), 2021
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa jenis kelamin penganyam klangsah di Kecamatan Abiansemal didominasi oleh perempuan sebanyak 10 orang (55%). Bekerja di sektor informal sebagai penganyam klangsah merupakan pekerjaan dengan waktu yang fleksibel dan tidak mempunyai banyak syarat untuk memasukinya, sehingga fungsi sebagai ibu rumah tangga juga masih dapat dilakukan.
-
C. Tingkat Pendidikan responden
Tabel 3.
Tingkat Pendidikan Penganyam Daun Kelapa (Klangsah) di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung
No |
Pendidikan |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) |
1 |
SD/Sederajat |
3 |
17 |
2 |
SMP/Sederajat |
8 |
44 |
3 |
SMA/Sederajat |
7 |
39 |
Jumlah |
18 |
100 |
Sumber : Data primer (diolah), 2021
Berdasarkan data yang diperoleh, pada Tabel 3 pendidikan penganyam klangsah di Kecamatan Abiansemal sebanyak 44% berpendidikan dasar. Sesuai dengan hasil penelitian Yuniati (2019), bahwa tenaga kerja dengan pendidikan rendah cenderung memilih jenis pekerjaaan di sektor informal yang dapat dimasuki tanpa tingkat pendidikan yang tinggi. Oleh sebab itu, penganyam klangsah di Kecamatan Abiansemal sebagai pekerja informal cenderung berpendidikan rendah. Meskipun begitu, semua penganyam masih dapat mengelola usahanya dengan baik hingga saat ini.
-
D. Jumlah tanggungan keluarga responden
Jumlah tanggungan dalam keluarga merupakan banyaknya jumlah jiwa (anggota rumah tangga) yang masih menempati atau menghuni satu rumah dengan kepala rumah tangga, serta masih menjadi beban tanggungan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (Hanum, 2018).
Tabel 4.
Jumlah Tanggungan dalam Keluarga Penganyam Daun Kelapa (Klangsah) di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung
No |
Jumlah Tanggungan (Orang) |
Responden (Orang) |
Persentase (%) |
1 |
3 |
7 |
38,9 |
2 |
4 |
4 |
22,2 |
3 |
5 |
6 |
33,3 |
4 |
6 |
1 |
5,6 |
Jumlah |
18 |
100 | |
Sumber |
: Data primer (diolah), 2021 |
Menurut Lestari (2016), jumlah tanggungan anggota keluarga dalam suatu kehidupan rumah tanggadapat mempengaruhi tingkat konsumsi yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga yang bersangkutan karena berhubungan dengan kebutuhannya yang semakin banyak. Semakin banyak penganyam klangsah di KecamatanAbiansemal memiliki tanggungan didalam keluarganya, maka waktu yg tersedia untuk bekerja harus semakin efektif. Efektivitas waktu ini bertujuan untuk memaksimalkan penghasilan yang akan diperoleh. Selain itu, jumlah tanggungan juga berdampak terhadap kesejahteraan keluarga karena akan mempengaruhi tingkat konsumsi yang harus dikeluarkan. Selain itu, jumlah tanggungan juga berdampak terhadap kesejahteraan keluarga karena akan mempengaruhi tingkat konsumsi yang harus dikeluarkan.
Hendriyanto (2015) menyatakan bahwa jaringan usaha melibatkan unit usaha lain dalam kegiatan usaha yang dilakukan oleh produsen, baik dalam kegiatan produksi maupun pemasaran produk.
-
A. Asal pasokan daun kelapa
Asal pasokan daun kelapa adalah daerah asal daun kelapa yang diperoleh dari produsen, petani, dan juga pengepul untuk dijual kepada penganyam daun kelapa di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Pada penelitian ini, asal pasokan daun kelapa yang didapat penganyam daun kelapa berasal dari Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Badung.
-
B. Mitra pasokan daun kelapa
Mitra pasokan daun kelapa adalah pola jaringan usaha yang dilakukan oleh penganyam daun kelapa di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, dimana penganyam daun kelapa membeli pasokan daun kelapa langsung di petani atau melalui pengepul
Secara skematis jaringan usaha penganyam klangsah dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1
Jaringan Usaha Profil Sosial Ekonomi Usaha Penganyam Daun Kelapa di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung
-
A. Sumber modal
Menurut Ganitri (2014), modal merupakan uang maupun harta lainnya yang memiliki nilai uang yang digunakan untuk menjalankan usaha. Sebanyak 13 responden (72,2%) modal usahanya berasal dari dana pinjaman, sedangkan lima responden (27,8%) berasal dari dana pribadi. Modal usaha yang dipinjam berasal dari lembaga keuangan daerah tempat usaha responden seperti LPD (Lembaga Perkreditan Desa). Responden yang meminjam modal ke LPD menggunakan surat tanah (sawah atau kebun) dan surat kepemilikan kendaraan sebagai jaminan atas pinjamannya. Pengembalian modal pinjaman tersebut dapat dicicil dalam jangka waktu yang telah disepakati antara kedua belah pihak.
-
B. Jumlah tenaga kerja
Tenaga kerja pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja tetap yang berasal dari anggota keluarga dan tenaga kerja lepas. Tenaga kerja tetap bertugas untuk memproduksi anyaman sekaligus mengawasi tenaga kerja lepas. Tenaga kerja lepas tidak dipekerjakan setiap harinya dan hanya diperlukan pada saat adanya jumlah permintaan dalam jumlah banyak dimana pemilik usaha anyaman daun kelapa (klangsah) akan menghubungi tenaga kerja lepas tersebut. Upah yang diberikan kepada tenaga kerja sebesar Rp10.000/ikat dimana satu ikat terdiri dari 10 anyaman.
-
C. Jumlah jam kerja
Jumlah jam kerja dalam penelitian ini adalah lama waktu memproduksi pesanan anyaman klangsah yang digunakan oleh penganyam klangsahdi Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung dalam waktu satu hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden tenaga kerja tidak sepenuhnya bekerja dalam satu
bulan. Hal ini dikarenakan oleh proses pengerjaan anyaman klangsah dilaksanakan jika terdapat pesanan dari konsumen. Dalam satu hari bekerja, tenaga kerja diberikan waktu selama 7 jam. Setiap tenaga kerja, baik tenaga kerja tetap maupun tenaga kerja lepas dapat memproduksi maksimal tiga ikat pelepah daun kelapa (30 klangsah).
-
D. Volume penjualan
Volume penjualan adalah jumlah anyaman daun kelapa (klangsah) yang dijual dalam bentuk ikat dimana satu ikat tersebut berisi 10 anyaman daun kelapa (klangsah). Pada penelitian ini volume penjualan merupakan rata-rata jumlah anyaman daun kelapa (klangsah) yang dijual oleh penganyam di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.
Rata-rata Volume Penjualan Anyaman Daun Kelapa (Klangsah) di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Tahun 2020
Bulan |
Rata-rata Volume Penjualan (ikat) |
Januari |
86 |
Februari |
80 |
Maret |
61 |
April |
47 |
Mei |
48 |
Juni |
37 |
Juli |
56 |
Agustus |
60 |
September |
74 |
Oktober |
93 |
November |
93 |
Desember |
81 |
Sumber: Data primer (diolah), 2021
Berdasarkan Tabel 5, volume penjualan terbesar terjadi dari bulan Oktober dan November 2020, sedangkan volume penjualan terendah terjadi pada bulan Juni. Rendahnya rata-rata volume penjualan yang terjadi pada bulan Juni tidak lepas dari akibat adanya pandemi Covid-19., pada awal tahun 2020 permintaan untuk anyaman daun kelapa (klangsah) masih tinggi dikarenakan terdapat hari raya umat Hindu seperti Galungan dan Kuningan serta hari baik untuk melaksanakan upacara pernikahan.
Pendapatan usaha penganyam klangsah adalah selisih antara total penerimaan yang diperoleh dengan seluruh total biaya yang dikeluarkan. Pendapatan penganyam klangsah yang dihitung yaitu pendapatan usaha rumah tangga per bulan selama satu tahun pada tahun 2020. Penerimaan penganyam klangsah merupakan total
penerimaan dalam jangka waktu satu tahun yaitu pada Bulan Januari sampai Desember tahun 2020 yang terdiri dari hasil kali antara jumlah penjualan dan harga jual anyaman klangsah, sedangkan total biaya adalah jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh penganyam klangsah selama melakukan kegiatan usahanya yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Berikut merupakan pendapatan usaha rumah tangga penganyam klangsah di Kecamatan Abiansemal per bulan selama satu tahun yaitu pada tahun 2020 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.
Rata-rata Pendapatan Usaha Penganyam Daun Kelapa (Klangsah) di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Tahun 2020
Bulan |
Penerimaan (Rp) |
Total Biaya (Rp) |
Pendapatan (Rp) |
Januari |
6.880.000 |
3.727.000 |
3.153.000 |
Februari |
6.400.000 |
3.460.333 |
2.939.667 |
Maret |
4.880.000 |
2.618.666 |
2.261.334 |
April |
3.760.000 |
2.079.777 |
1.680.223 |
Mei |
3.840.000 |
2.124.222 |
1.715.778 |
Juni |
2.960.000 |
1.652.000 |
1.308.000 |
Juli |
4.480.000 |
2.407.555 |
2.072.445 |
Agustus |
4.800.000 |
2.596.444 |
2.203.556 |
September |
5.920.000 |
3.213.111 |
2.706.889 |
Oktober |
7.440.000 |
4.027.000 |
3.413.000 |
November |
7.440.000 |
4.002.000 |
3.438.000 |
Desember |
6.480.000 |
3.490.889 |
2.989.111 |
Total |
65.280.000 |
35.398.997 |
29.881.003 |
Rata-rata |
5.440.000 |
2.949.916 |
2.490.084 |
Sumber: Data primer (diolah), 2021
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat pada tahun 2020 total pendapatan yang diperoleh penganyam klangsah yaitu sebesar Rp29.881.003 dengan rata-rata pendapatan per bulan yaitu Rp2.490.084. Pendapatan terendah yang diperoleh penganyam klangsah pada tahun 2020 terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar Rp1.308.000, ini disebabkan tidak adanya izin untuk melaksanakan upacara keagamaan yang dihadiri oleh masyarakat mengakibatkan permintaan menurun. Dampak ini mulai dirasakan selama tiga bulan yaitu dari bulan April sampai Juni.
Pendapatan tertinggi yang diperoleh penganyam klangsah yaitu pada bulan November yaitu sebesar Rp3.438.000. Pada Tabel 6 dapat dilihat pendapatan mengalami peningkatan setelah bulan Juni dimana puncak pendapatan terbesar terjadi pada bulan November tahun 2020. Hal ini disebabkan olehmasyarakat sudah memulai menyelenggarakan upacara-upacara keagamaan yang sebagaimana mestinya dengan aturan-aturan baru dari pemerintah mengenai protokol kesehatan untuk menyelenggarakan upacara keagamaan di tengah pandemi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu profil penganyam daun kelapa (klangsah) di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung bila dilihat dari (1) identitasnya, penganyam daun kelapa (klangsah) di Kecamatan Abiansemal seluruhnya berusia produktif berpendidikan rendah dengan mayoritas perempuan sebagai pemilik usaha, (2) jaringan usaha, dimana asal pasokan bahan baku berasal dari Kabupaten Jembranadan Kabupaten Badung (3) karakteristik usaha, dimana modal yang dimiliki bersumber dari dana pinjaman dan dana pribadi yang dibantu oleh tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja lepas memiliki jumlah jam kerja yaitu rata-rata 7 jam per hari. Total pendapatan penganyam daun kelapa (klangsah) di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung pada tahun 2020 yaitu sebesar Rp29.881.003 dengan pendapatan tertinggi pada bulan November dan terendah pada bulan Juni.
Jika usaha anyaman klangsah ini akan diteruskan oleh anggota keluarga, sebaiknya anggota keluarga tersebut memiliki pekerjaan sampingan. Hal ini bertujuan untuk menambah pemasukan yang didapat, karena kita tidak akan tahu kondisi seperti penyebaran virus covid-19 atau masalah yang tidak dapat diprediksi bisa terjadi kapan saja. Untuk menjaga eksistensi anyaman klangsah, para pelaku usaha mampu mengembangkan nilai guna klangsah seperti membuat dekorasi karangan bunga berbahan anyaman klangsah yang ramah lingkungan. Dengan inovasi tersebut, penggunaan bahan dasar karangan bunga seperti gabus atau sterofoam dapat dikurangi dan perlahan beralih menggunakan bahan ramah lingkungan. Pelaku usaha anyaman klangsah bersama instansi terkait bekerjasama mengembangkann tanaman kelama di Kecamatan Abiansemal dengan harapan dapat menghasilkan pelepah daun kelapa seperti di Kabupaten Jembrana. Hal ini bertujuan agar nantinya para pelaku usaha mampu menekan biaya pembelian bahan baku serta ongkos kirim yang dikeluarkan setiap bulannya.
-
5. UcapanTerima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung terlaksananya e-jurnal ini yaitu terutama kepada penganyam daun kelapa (klangsah) di Kecamatan Abiansemal, serta kepada keluarga, teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Arida, A. Zakiah, dan Julaini. 2015. Analisis Permintaan dan Penawaran Rumah tangga Pada Sektor Pertanian di Provinsi Aceh. Agrisep Vol (16) No. 1, 2015.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2020. Statistik Indonesia Dalam Infografis 2020.
Jakarta: Badan Pusat Statistik Nasional
Ganitri, Putu Trisna, dkk. 2014. Pengaruh Modal Sendiri, Modal Pinjaman, dan Volume Usaha Terhadap Selisih Sisa Hasil Usaha pada Koperasi Simpan Pinjam. E-journal Bisma Universitas Pendidikan GaneshaJurusan Manajemen Vol: 2 Tahun 2014
Hanum, Nurlaila. 2018. Pengaruh Pendapatan, Jumlah Tanggungan Keluarga dan pendidikan Terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Nelayan di Desa Seuneubok Rambong Aceh Timur. Jurnal Samudra Ekonomika 2(1): 75-84.
Hendriyanto, Asepta. 2015. Analisis Pengaruh Jaringan Usaha dan Inovasi Terhadap Kinerja UMKM. Jurnal ilmu manajemen dan akuntansi terapan (JIMAT). Volume 6 Nomor 1:45-50
Lestari, Wardiyah Puji. 2016. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Rumah Tangga PNS Guru SD di Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo. Universitas Brawijaya Malang.
Sengka, Chrystiawan Adjie. 2015. Analisis Rumah tangga Sektoral di Kota Tomohon. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado.
Wulandari, Siti Abir. 2015. Analisis Saluran Tataniaga Dan Marjin Tataniaga Kelapa Dalam (Cocos nucifera) Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3.
Yuniati, Musniasih. 2019. Profil Tenaga Kerja Perempuan Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, Sektor Formal, Informal di Provinsi NTB Tahun 20162018 Beserta Analisis Ekonominya. eJournal Binawakya 13 (12): 1855-1862.
Yuliarti, E. 2006. Analisis Pertumbuhan Kesempatan Kerja Pasca Kebijakan Upah Minimum Di Kabupaten Bogor. Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
790
Discussion and feedback