Daya Saing Sektor Pertanian dalam Pembangunan Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i02.p23
Daya Saing Sektor Pertanian dalam Pembangunan Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara
LENI MARIA TARIGAN, I MADE SUDARMA*,
I NYOMAN GEDE USTRIYANA
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar, 80232, Bali
Email: [email protected] *[email protected]
Abstract
Competitiveness of the Agricultural Sector in the Development of Tebing Tinggi City North Sumatra Province
The rapid land conversion in the agricultural sector in Tebing Tinggi City indicates that the agricultural sector requires more efforts to support the development of Tebing Tinggi City. This study aims to determine the role of the agricultural sector, the leading sector, and the competitiveness of the agricultural sector and other sectors in Tebing Tinggi City for the 2015-2019 period. This study uses a descriptive method, the location quetient (LQ) method, and the shift share method. The results showed that the agricultural sector in Tebing Tinggi City was not the largest contributor and food crops played a major role in the growth of the agricultural sector. Tebing Tinggi City has 12 leading sectors and 5 non-sectors. In the future, there are 5 leading sectors, 7 prospective sectors, 5 lagging sectors, and no mainstay sector. Good competitive sectors, namely, wholesale and retail trade; repair of cars and motorcycles, and the health services sector and social activities. Research suggestions to maintain food security are important to use yards as community gardens, mikan ponds, and livestock, immediately implement the Culinary Tourism City concept, increase incentives or facilities that can support underdeveloped sectors, continue to pay attention to the development of leading sectors, and further research related to sector development strategies left behind.
Keywords: agricultural sector, regional development, leading sectors,
competitiveness
Kebijakan pembangunan memerlukan perencaanan yang memperhatikan keunggulan daerah. Setiawan dan Handoko (2005) menyatakan kondisi perekonomian dapat dilihat dari besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Besar kecilnya PDRB tergantung pada tujuh belas sektor perekonomian yang
menyumbang ke PDRB, sehingga dalam hal ini peran pemerintah sangat penting seperti optimalisasi sektor unggulan (Niara dan Zulfa, 2019). Indonesia sebagian besar mata pencarian penduduknya ada di sektor pertanian. Sektor pertanian berperan sangat penting baik dalam pembangunan nasional, penyedia bahan makanan, kebutuhan pokok, penyedia bahan baku industri, meningkatkan ekspor, penyerap tenaga kerja, dan sumber mata pencaharian (Hayati, et al., 2017). Beberapa daerah sektor pertanian tidak memberikan sumbangan PDRB yang paling besar seperti di Kota Tebing Tinggi yang menyumbang sebesar 1,25 persen bahkan setiap tahunnya cenderung menurun (BPS Kota Tebing Tinggi, 2019). Hal tersebut dikarenakan semakin sempitnya lahan pertanian perkotaan bahkan terjadi alih fungsi lahan sawah sebesar 48 ha tahun 2016 dan meningkat menjadi 57 ha tahun 2017 (BPS Kota Tebing Tinggi, 2017).
Turunnya luas lahan pertanian dapat menjadi indikasi bahwa pemerintah, turutama masyarakat Kota Tebing Tinggi masih menganggap sektor pertanian hanya sebagai sarana pendukung sektor lainnya. Padahal tanpa disadari peran sektor pertanian di daerah perkotaan sangat penting dalam ketahanan pangan bahkan sebagai peluang agribisnis yang menguntungkan karena lokasi produksi yang dekat dengan konsumen, sehingga biaya transportasi lebih murah, serta perubahan perilaku konsumen dapat segera diketahui, dan tingkat kesejahteraan masyarakat perkotaan relative lebih tinggi (Dereinda dkk., 1992 dalam Malian, 2000). Kota Tebing Tinggi ditopang oleh sektor perdagangan skala besar ataupun eceran, sektor jasa seperti konstruksi dan daerah yang berpotensi sebagai tempat pariwisata seperti wisata kuliner. Letak wilayah yang tidak jauh dari Ibukota Provinsi Sumatra Utara, Bandara Kualalanamu, Lintas Timur Sumatera dan Tengah Sumatera seperti Medan-Pematangsiantar, Pematangsiangtar-Danau Toba, Pelabuhan Kuala Tanjung, dan Kawasan Ekonomi khusus (KEK) Sei Mangken yang mendukung daerah ini menjadi wisata kuliner. Wisata kuliner jika dapat dilaksanakan dengan baik maka akan memberikan efek positif terhadap perkembangan pertanian di Kota Tebing Tinggi. Berdasarkan permasalahan yang ada di lapangan, peneliti ingin menganalisis peran sektor pertanian, sektor unggulan serta daya saing sektor tersebut dalam pembangunan daerah di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2015-2019.
-
1. Bagaimana peranan sektor pertanian terhadap perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)?
-
2. Sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan dalam pembangunan perekonomian daerah di Kota Tebing Tinggi?
-
3. Bagaimana daya saing sektor pertanian dibandingkan sektor-sektor lainnya di Kota Tebing Tinggi?
-
1. Mengidentifikasi peranan sektor pertanian terhadap perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
-
2. Mengidentifikasi sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan dalam pembangunan perekonomian daerah di Kota Tebing Tinggi.
-
3. Menganalisi daya saing sektor pertanian dibandingkan sektor-sektor lainnya di Kota Tebing Tinggi.
Penelitian ini dilaksanakan di daerah Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2021.
Jenis data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif yang diambil dari Badan Pusat Statistik secara time series dan hasil wawancara secara Video Conference. Pengumpulan data dengan cara dokumentasi, wawancara tidak langsung, dan studi pustaka.
Desktiptif untuk mengetahui besarnya peran sektor pertanian terhadap perekonomian PDRB Kota Tebing Tinggi yang menggunakan data hasil perhitungan kontribusi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tebing Tinggi.
Location Quetient (LQ) untuk menentukan sektor unggulan dalam perekonomian Kota Tebing Tinggi. Penerapan LQ diakomodasi dari Miller dan Wright (1991), Isserman (1997), dan Ron Hood (1998). Rumus LQ yang digunakan sebagai berikut:
LQ = (Sib : Sb) : (Sia : Sa)……………….………………….. (1) Keterangan:
LQ = Location Quetient.
Sib = PDRB sektor i di Kota Tebing Tinggi.
Sb = PDRB total semua sektor di Kota Tebing Tinggi.
Sia = PDRB sektor i di Provinsi Sumatra Utara.
Sa = PDRB total semua sektor i di Provinsi Sumatra Utara.
Terdapat tiga kategori pada metode Location Quetient, yaitu
-
1. LQ > 1 artinya sektor ke-i di Kota Tebing Tinggi tergolong sektor basis.
-
2. LQ < 1 artinya sektor ke-i di Kota Tebing Tinggi tergolong sektor nonbasis.
-
3. LQ = 1 artinya keswasembadaan.
DLQ untuk melihat sektor unggulan atau tidak dimasa mendatang. Rumus DLQ menurut Hidayat dan Supriharjo (2014) sebagai berikut.
DLQ = [ Z∙ι j-z-i∖ι j-z- i 1t
Q ….………………………………..…( )
Keterangan,
DLQ = indeks potensi sektor i di Kota Tebing Tinggi.
gij = rata-rata pertumbuhan PDRB sektor i di Kota Tebing Tinggi. gj = rata-rata pertumbuhan total PDRB di Kota Tebing Tinggi.
Gi = rata-rata pertumbuhan PDRB sektor i di Provinsi Sumatra Utara.
G = rata-rata pertumbuhan total PDRB di Provinsi Sumatra Utara.
t = waktu (tahun)
Hasil perhitungan DLQ memberikan penjelasan sebagai berikut:
-
1. DLQ > 1, potensi perkembangan sektor i di Kota Tebing Tinggi lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Sumatra Utara.
-
2. DLQ > 1, potensi perkembangan sektro i di Kota Tebing Tinggi lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Sumatra Utara
-
3. DLQ = 1, potensi perkembangan sektor i di Kota Tebing Tinggi sama dengan sektor yang sama di Provinsi Sumatra Utara.
Analisis ini memberikan klasifikasi-klasifikasi suatu sektor perekonomian (Kuncoro, et.al., 2009 dalam Hidayat dan Supriharjo, 2014).
-
1. Jika, LQ>1 dan DLQ>1 sektor tersebut tergolong unggulan.
-
2. Jika, LQ>1 dan DLQ<1 sektor tersebut tergolong prospektif.
-
3. Jika, LQ<1 dan DLQ> 1 sektor tersebut tergolong sektor andalan.
-
4. Jika, LQ<1 dan DLQ<1 sektor tersebut tergolong sektor tertinggal
Shift Share melihat daya saing suatu sektor di Kota Tebing Tinggi. Budiharsono (2001) dalam Sabahan dan Yuliansyah (2017), terdapat tiga komponen analisis Shift Share, yaitu komponen pertumbuhan nasional (PN), komponen pertumbuhan proporsional (PP), komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Langkah-langkah perhitungan Shift Share sebagai berikut, (Feberina et al., 2015). 1. Menghitung rasio indikator kegiatan ekonomi untuk melihat perbandingan produksi (ri, Ri, dan Ra).
-
a. Rumus ri: ⅛^ ……………………………..............................(3)
-
- Yij = PDRB dari sektor di Kota Tinggi pada tahun 2015.
-
- Ytij = PDRB dari sektor i di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2019.
-
b. Rumus Ri: ……………………………………………....….(4)
-
- Yi = PDRB dari sektor i di Provinsi Sumatra Utara pada tahun 2015.
-
- Yti = PDRB dari sektor i di Provinsi Sumatra Utara pada tahun 2019.
Yt-Y
-
c. Rumus Ra: …………………………………..……………….(5)
-
- Y = Total PDRB di Provinsi Sumatra Utara pada tahun 2015.
-
- Yt = Total PDRB di Provinsi Sumatra Utara pada tahun 2019.
-
2. Menghitung komponen pertumbuhan wilayah terdiri dari Pertumbuhan Nasional (PN), Pertumbuhan Proporsional (PP), dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Rumus PN, PP, dan PPW sebagai berikut,
-
a. Pertumbuhan nasional (PN)
PNij =(Ra)Yij…………….....…………...…………(6)
-
- PNij = pertumbuhan sektor i di Kota Tebing Tinggi.
-
- Yij = PDRB dari sektor i di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2015.
-
b. Rumus pertumbuhan proporsional (PP)
PPij =(Ri-Ra) Yij………………….………….……..(7)
-
- PPij = pertumbuhan proporsional sektor i di Kota Tebing Tinggi.
-
- Yij = PDRB dari sektor i di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2015.
-
- Ri = Rasio PDRB dari sektor i di Provinsi Sumatra Utara.
-
- Ra = Rasio PDRB di Provinsi Sumatra Utara.
Hasil dari pertumbuhan proporsional (PP) dijelaskan sebagai berikut,
-
- PPij < 0, sektor i di Kota Tebing Tinggi pertumbuhan lambat.
-
- PPij > 0 sektor i di Kota Tebing Tinggi pertumbuhan cepat.
-
c. Rumus pertumbuhan pangsa pilayah (PPW)
PPWij = (ri – Ri) Yij………….................................(8)
-
- PPWij = pertumbuhan pangsa wilayah sektor i di Kota Tebing Tinggi.
-
- Yij = PDRB dari sektor i di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2015.
-
- ri = rasio PDRB dari sektor i di Kota Tebing Tinggi.
-
- Ri = rasio PDRB dari sektor i di Provinsi Sumatra Utara.
Hasil dari pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) dijelaskan sebagai berikut,
-
1. PPW > 0, sektor i di Kota Tebing Tinggi berdaya saing baik dibanding sektor yang sama di Provinsi Sumatra Utara.
-
2. PPW < 0, sektor i di Kota Tebing Tinggi tidak berdaya saing baik dibanding sektor yang sama di Provinsi Sumatra Utara.
Penggabungan PP dan PPW untuk mengidentifikasi pertumbuhan suatu sektor perekonomian, yaitu (Ramadhani dan Yulhendri, 2019).
-
b. PP + PPW ≥ 0, sektor i di Kota Tebing Tinggi pertumbuhan maju/progresif.
-
c. PP + PPW < 0 sektor i di Kota Tebing Tinggi pertumbuhan tidak progresif.
Menurut Wibisono, et al. (2019) penggabungan hasil analisis ketiga metode LQ, DLQ, dan PPW akan memberikan gambaran klasifikasi-klasifikasi pada 17
sektor perekonomian yang lebih jelas lagi. Penjelasan klasifikasi sektor tersebut pada Tabel 1.
Tabel 1.
Gabungan LQ, DLQ, dan PPW
PPW |
LQ>1 |
LQ<1 | |
DLQ>1 |
PPW>0 |
Sektor i unggulan kompetitif |
Sektor i andalan kompetitif |
PPW<0 |
Sektor i unggulan tidak kompetitif |
Sektor i andalan tidak kompetitif | |
DLQ<1 |
PPW>0 PPW<0 |
Sektor i prospektif kompetitif Sektor i prospektif tidak kompetitif |
Sektor i tertinggal kompetitif Sektor i tertinggal tidak kompetitif |
-
3. Hasil dan Pembahasan
Peranan sektor pertanian terhadap PDRB Kota Tebing Tinggi diidentifikasi secara subsektor periode 2015-2019 pada Tabel 2.
Tabel 2.
Kontribusi Sektor Pertanian Kota Tebing Tinggi
Sektor Pertanian Kontribusi atas Dasar Harga Berlaku
Tahun dasar (Persen)
2015 |
2016 |
2017 |
2018 |
2019 | |
1. Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan |
1,26 |
1,23 |
1,19 |
1,20 |
1,17 |
Jasa Pertanian | |||||
a. Tanaman Pangan |
0,84 |
0,81 |
0,78 |
0,78 |
0,77 |
b. Tanaman Hortikultura |
0,06 |
0,05 |
0,05 |
0,05 |
0,05 |
c. Tanaman Perkebunan |
0,01 |
0,01 |
0,01 |
0,01 |
0,01 |
d. Peternakan |
0,34 |
0,34 |
0,34 |
0,34 |
0,34 |
e. Jasa Pertanian dan Perburuan |
0,01 |
0,01 |
0,01 |
0,01 |
0,01 |
2. Kehutanan dan Penebangan kayu |
0,02 |
0,02 |
0,02 |
0,02 |
0,02 |
3. Perikanan |
0,07 |
0,07 |
0,07 |
0,07 |
0,06 |
PDRB Pertanian, Kehutanan, dan |
1,35 |
1,31 |
1,27 |
1,28 |
1,25 |
Perikanan
Sumber: BPS Kota Tebing Tinggi 2019 (Data diolah)
Pada Tabel 2 menunjukan subsektor tanaman pangan mengalami penurunan. Tahun 2015 sumbangan 0,84% dan tahun 2016 hanya 0,81% turun sebesar 0,03%. Tahun 2017 kembali turun sebesar 0,03% dan tahun 2018 tidak terjadi perubahan yaitu, 0,78%. Tahun 2019 kontribusi hanya 0,77% terjadi penurunan 0,01%. Kontribusi subsektor holtikultura relatif tetap dimana tahun 2015 kontribusi sebesar 0,06%, tahun 2016 sebesar 0,05% terjadi penurunan sebesar 0,01% sedangkan tahun 2017-2019 tidak terjadi perubahan yaitu 0,05%. Kontribusi subsektor tanaman perkebunan (0,01%), subsektor peternakan (0,34%), subsektor jasa pertanian dan perburuan (0,01), dan subsektor kehutanan dan penebangan kayu (0,02%) tidak terjadi perubahan atau relative tetap. Kontribusi subsektor perikanan tahun 2016 sebesar 0,07% dan ditahun berikutnya dari tahun 2017-2019 relatif tetap sebesar
0,06%. Subsektor yang paling berperan adalah subsektor tanaman pangan dan yang paling kecil subsektor jasa pertanian dan perburuan seta perkebunan. Peran sektor pertanian secara keseluruhan mengalami fluktuasi. Kontribusi terbesar yang diberikan terhadap pembentukan PDRB Kota Tebing Tinggi yaitu 1,35% dan terkecil 1,25%. Fluktuasi kontribusi sektor pertanian sejalan dengan meningkatnya alih fungsi lahan pertanian yang dapat memperngaruhi besar kecilnya produksi pertanian.
Sektor unggulan adalah sektor-sektor yang memiliki kemampuan untuk mengirimkan (ekspor) barang atau jasa ke luar daerah. Sektor unggulan menggunakan data PDRB atas dasar harga konstan Kota Tebing Tinggi dan Provinsi Sumatra Utara periode tahun 2015-2019. Berikut ini tabel hasil perhitungan Location Quotient (LQ).
Tabel 3.
Hasil Location Quotient (LQ) pada Sektor Unggulan Kota Tebing Tinggi Periode
Tahun 2015-2019
Lapangan usaha |
Rata-rata LQ |
Keterangan |
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan |
0,058 |
Sektor Non Unggulan |
Pertambangan dan Penggalian |
0,127 |
Sektor Non Unggulan |
Industri Pengolahan |
0,697 |
Sektor Non Unggulan |
Pengadaan Listrik dan Gas |
1,422 |
Sektor Unggulan |
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang |
2,508 |
Sektor Unggulan |
Kontruksi |
1,187 |
Sektor Unggulan |
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor |
1,259 |
Sektor Unggulan |
Transportasi dan Pergudangan |
1,721 |
Sektor Unggulan |
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum |
1,931 |
Sektor Unggulan |
Informasi dan Komunikasi |
0,974 |
Sektor Non Unggulan |
Jasa Keuangan dan Asuransi |
1,653 |
Sektor Unggulan |
Real Estate |
1,966 |
Sektor Unggulan |
Jasa Perusahaan |
0,506 |
Sektor Non Unggulan |
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib |
3,236 |
Sektor Unggulan |
Jasa Pendidikan |
3,059 |
Sektor Unggulan |
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial |
1,256 |
Sektor Unggulan |
Jasa Lainnya |
2,060 |
Sektor Unggulan |
Sumber: BPS Kota Tebing Tinggi (data diolah menggunakan metode LQ)
Pada Tabel 3 dari 17 sektor lapangan usaha terdapat 12 sektor sebagai sektor unggulan (LQ>1), yaitu, sektor pengadaan listrik dan gas (1,422); sektor pengadaan
air, pengelolaan sampah, limbah dan daur (2,508); sektor konstruksi (1,187); sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor (1,259); sektor transportasi dan pergudangan (1,721); sektor penyediaan akomodasi dan makan minum (1,931); sektor jasa keuangan dan asuransi (1,653); sektor real estate (1,966); sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial (3,236); sektor jasa pendidikan (3,058); sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (1,256); dan sektor jasa lainnya (2,060). Sektor bukan unggulan sebanyak 5 sektor (LQ<1) yaitu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (0,058); sektor pertambangan dan penggalian (0,127); sektor industri pengolahan (0,697); sektor informasi dan komunikasi (0,974); dan sektor jasa perusahaan (0,506).
Dynamic Location Quetient (DLQ) dapat melihat sektor-sektor mana saja yang berpotensi menjadi sektor unggulan dimasa mendatang. Pada Tabel 4. adalah hasil dari perhitungan DLQ dimana menunjukan dari 12 sektor sebagai sektor unggulan hanya ada 5 sektor yang dapat bertahan menjadi sektor unggulan (DLQ>1), yaitu sektor pengadaan listrik dan gas (1,245116); sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur (1,268374); sektor konstruksi (1,152437); sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor (5,828975); sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (1,552141).
Tabel 4.
Dynamic Location Quetient Sektor Unggulan
Lapangan Usaha |
DLQ |
Keterangan |
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan |
0,560631329 |
Non Basis |
Pertambangan dan Penggalian |
0,278188599 |
Non Basis |
Industri Pengolahan |
0,081765941 |
Non Basis |
Pengadaan Listrik dan Gas |
1,245115815 |
Basis |
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang |
1,268374185 |
Basis |
Kontruksi |
1,152436644 |
Basis |
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor |
5,82897501 |
Basis |
Transportasi dan Pergudangan |
0,755189724 |
Non Basis |
Penyedian Akomodasi dan Makan Minum |
0,308420849 |
Non Basis |
Informasi dan Komunikasi |
0,221661622 |
Non Basis |
Jasa Keuangan dan Asuransi |
0,173294979 |
Non Basis |
Real Estate |
0,242502391 |
Non Basis |
Jasa Perusahaan |
0,015279255 |
Non Basis |
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib |
0,278837317 |
Non Basis |
Jasa Pendidikan |
0,663678231 |
Non Basis |
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial |
1,552140519 |
Basis |
Jasa Lainnya |
0,061973334 |
Non Basis |
Sumber: BPS Kota Tebing Tinggi (data diolah metode DLQ)
Penggabungan hasil metode LQ dan DLQ memberikan klasifikasi sektor ekonomi yang lebih baik lagi. Klasifikasi sektor ekonomi yaitu, sektor unggulan, sektor prospektif, sektor andalan, dan sektor tertinggal yang dipapar pada Tabel 5. Pada Tabel 5. menunjukan bahwa sektor unggulan sebanyak 5 sektor (LQ>1, DLQ>1) yaitu, sektor pengadaan listrik, dan gas; sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur; sektor konstruksi; sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor; sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Sektor prospektif sebanyak 7 sektor (LQ>1, DLQ<1) yaitu, sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial, sektor jasa pendidikan, dan sektor jasa lainnya. Sektor tertinggal sebanyak 5 sektor (LQ<1, DLQ<1) yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahaan, sektor informasi dan komunikasi, dan sektor jasa perusahaan. lima sektor tersebut tidak bisa menjadi sektor basis dimasa sekarang dan masa depan serta tidak terdapat sektor andalan di Kota Tebing Tinggi.
Tabel 5.
Klasifikasi Sektor Perekonomian di Kota Tebing Tinggi (2015-2019).
LQ>1 |
LQ<1 |
DLQ>1 Sektor Unggulan |
Sektor Andalan |
sampah, limbah, dan daur
eceran; reparasi mobil dan sepeda motor
sosial |
- Tidak ada |
DLQ<1 Sektor Prospektif |
Sektor Tertinggal |
- Sektor transportasi dan pergudangan |
- Sektor pertanian, |
- Sektor penyediaan akomodasi dan |
kehutanan, dan perikanan |
makan minum |
- Sektor pertambangan dan |
- Sektor jasa keuangan dan asuransi |
penggalian |
- Sektor real estate |
- Sektor industri |
- Sektor administrasi pemerintah, |
pengolahan |
pertahanan, dan jaminan sosial |
- Sektor informasi dan |
- Sektor jasa pendidikan |
komunikasi |
- sektor jasa lainnya |
- Sektor jasa perusahaan |
Sumber: BPS Kota Tebing Tinggi 2019 (data diolah)
Analisis daya saing suatu sektor dapat memberikan gambaran bagaimana tingkat persaingan sektor i di Kota Tebing Tinggi apakah dapat bersaing baik atau
tidak dengan sektor yang sama di Provinsi Sumatra Utara. Komponen shift share yang digunakan yaitu, Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) dan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) serta gabungan PP dan PPW. Berikut ini adalah tabel hasil perhitungannya.
Tabel 6.
Daya Saing Sektor Perekonomian Kota Tebing Tinggi Periode Tahun 2015-2019
Lapangan Usaha |
PP |
Keterangan |
PPW |
Keterangan |
PB |
Keterengan |
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan |
-0,405 |
P. Lambat |
-1,802 |
Daya saing tidak baik |
-4,68 |
P. Lamban |
Pertambangan dan Penggalian |
-0,014 |
P. Lambat |
-0,342 |
Daya saing tidak baik |
-6,44 |
P. Lamban |
Industri Pengolahan |
-42,956 |
P. Lambat |
-13,251 |
Daya saing tidak baik |
-12,51 |
P. Lamban |
Pengadaan Listrik dan Gas |
0,024 |
P. Cepat |
-0,355 |
Daya saing tidak baik |
-5,17 |
P. Lamban |
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang |
-0,006 |
P. Lambat |
-0,084 |
Daya saing tidak baik |
-1,17 |
P. Lamban |
Kontruksi |
24,553 |
P. Cepat |
-2,418 |
Daya saing tidak baik |
4,71 |
P. Maju |
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor |
27,124 |
P. Cepat |
84,624 |
Daya saing baik |
16,62 |
P. Maju |
Transportasi dan Pergudangan |
14,252 |
P. Cepat |
-9,701 |
Daya saing tidak baik |
1,76 |
P. Maju |
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum |
16,611 |
P. Cepat |
-12,591 |
Daya saing tidak baik |
2,76 |
P. Maju |
Informasi dan Komunikasi |
13,811 |
P. Cepat |
-10,762 |
Daya saing tidak baik |
3,69 |
P. Maju |
Jasa Keuangan dan Asuransi |
-23,877 |
P. Lambat |
-4,012 |
Daya saing tidak baik |
-16,23 |
P. Lamban |
Real Estate |
9,297 |
P. Cepat |
-23,240 |
Daya saing tidak baik |
-5,16 |
P. Lamban |
Jasa Perusahaan |
1,038 |
P. Cepat |
-3,065 |
Daya saing tidak baik |
-13,15 |
P. Lamban |
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib |
-4,123 |
P. Lambat |
-36,029 |
Daya saing tidak baik |
-11,18 |
P. Lamban |
Jasa Pendidikan |
0,672 |
P. Cepat |
-7,760 |
Daya saing tidak baik |
-3,49 |
P. Lamban |
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial |
2,104 |
P. Cepat |
1,202 |
Daya saing baik |
8,92 |
P. Maju |
Jasa Lainnya |
2,316 |
P. Cepat |
-5,296 |
Daya saing |
-8,40 |
P. Lamban |
tidak baik
Sumber: BPS Kota Tebing Tinggi (data diolah menggunakan metode shift share).
Keterangan: Pertumbuhan Proporsional (PP), Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW), Pertumbuhan Bersih (PB), Pertumbuhan (P).
Tabel 6. menunjukan sektor pertanian memiliki nilai PP bernilai -0,40457 artinya sektor pertanian di Kota Tebing Tinggi memiliki pertumbuhan lambat dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Sumatra Utara. Sektor
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022 pertumbuhan cepat sebanyak 10 sektor dan pertumbuhan lambat sebanyak 6 sektor. Sektor yang memiliki pertumbuhan paling cepat adalah Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (27,12388) dan sektor paling lambat adalah Industri Pengolahan (-42,9561).
Tabel 6. menunjukan bahwa PPW sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan bernilai -1,8019 (PPW<0), Artinya sektor tersebut tidak memiliki daya saing yang baik. Sektor berdaya saing paling baik adalah sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor (84,6244). Hasil LQ, DLD, dan Shift share menunjukan sektor yang paling konsisten adalah sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor dan kemudian diikuti oleh sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Hal ini didukung dari pihak Koordinator Fungsi Seksi Nerwilis BPS Kota Tebing Tinggi, secara lapangan bahwa memang perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi ditopang oleh sektor perdagangan dan jasa. Tabel 6 menunjukan terdapat 11 sektor tergolong pertumbuhan lamban dan pertumbuhan maju sebanyak 6 sektor.
Pada Tabel 6. menunjukan terdapat 11 sektor tergolong pertumbuhan lamban yaitu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahaan; sektor pengadaan listrik dan gas; sektor pengadaan pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang; sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor real estate; sektor jasa perusahaan; sektor administrasi pemerintahan, pertanian, dan jaminan sosial wajib; sektor pendidikan; sektor jasa lainnya. Sektor yang tergolong pertumbuhan maju sebanyak 6 sektor yaitu, sektor perdagangan besar, dan eceran; reparasi, mobil, dan sepeda motor; sektor transportasi dan pergudangan; sektor penyediaan akomodasi, dan makan minum; sektor informasi dan komunikasi; sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
Pertanian di Kota Tebing Tinggi sudah cukup baik salah satunya membudidayakan sayuran organik, padi organik, bawang merah, dan pisang kepok keling bahkan untuk mendorong ekonomi telah mampu membuat penangkar bibit padi, bawang merah, dan pisang kepok keling yang akan dijual keluar daerah hanya saja perlu ditingkatkan lagi. Tebing Tinggi berpotensi sebagai wisata kuliner namun, wisata kuliner tersebut belum berjalan dengan baik jika berhasil dilaksankaan secara konsisten maka akan memberikan efek positif terhadap pertumbuhan sektor pertanian, sehingga tingkat pemasaran penjulan hasil produk pertanian di daerah Kota Tebing Tinggi semakin meningkat, artinya akan memberikan peningkatan pendapatan petani-petani. Hal tersebut diharapakan dapat membantu memperkecil adanya alih fungsi lahan yang setiap tahunnya terus menurun.
Gabungan LQ, DLQ, PPW-Shift Share menunjukan gambaran 17 sektor perekonomian Kota Tebing Tinggi secara lebih rinci lagi terpapar pada Tabel 7. Tabel 7 menjelaskan dari 17 sektor perekonomian yang termasuk sektor unggulan kompetitif adalah Sektor perdagangan besar, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (LQ>1,DLQ>1,PPW>1). Sektor unggulan tidak kompetitif sebanyak 3 sektor yaitu sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur, sektor konstruksi (LQ>1,DLQ>1, PPW<1). Sektor prospektif tidak kompetitif sebanyak 3 sektor yaitu, sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor jasa pendidikan, dan sektor jasa lainnya (LQ>1, DLQ<1,PPW<1). Sektor tertinggal tidak kompetitif sebanyak 5 sektor yaitu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahaan, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa perusahaan (LQ<1,DLQ<1,PPW<1). Dari 17 sektor perekonomian di Kota Tebing Tinggi tidak memiliki sektor andalan kompetitif, sektor andalan tidak kompetitif, sektor prospektif kompetitif, dan sektor tertinggal kompetitif.
Tabel 7. |
Klasifikasi pada 17 sektor perekonomian Kota Tebing Tinggi
PPW |
LQ>1 LQ<1 |
DLQ>1 PPW>0 |
Sektor unggulan kompetitif Sektor andalan kompetitif
kegiatan sosial |
PPW<0 |
Sektor unggulan tidak Sektor andalan tidak kompetitif kompetitif
dan gas
|
DLQ<1 PPW>0 |
Sektor prospektif kompetitif Sektor tertinggal kompetitif 1. Tidak ada 1. Tidak ada |
PPW<0 |
Sektor prospektif tidak Sektor tertinggal tidak kompetitif kompetitif
pergudangan kehutanan, kehutanan, dan
akomodasi dan makan minum 2. Sektor pertambangan,
pengolahaan
|
Sumber: BPS Kota Tebing Tinggi 2019 (data diolah)
Sektor pertanian di Kota Tebing Tinggi periode 2015-2019 tidak berperan besar dan fluktuasi. Sektor tanaman pangan adalh penyumbang terbesar dan perkebunan sebagai penyumbang terkecila pada PDRB sektor pertanian. Sektor perekonomian di Kota Tebing Tinggi tahun 2015-2019, terdapat 12 sektor unggulan, 5 sektor bukan unggulan, sektor prospektif sebanyak 7 sekor, sektor tertinggal sebanyak 5 sektor, tidak ada sektor andalan, dan sektor yang berpeluang menjadi sektor unggulan dimasa mendatang 5 sektor yaitu, yaitu, sektor pengadaan listrik dan gas; sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur; sektor konstruksi; sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor; sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Pada 2015-2019 sektor pertanian kurang berdaya saing dan memiliki pertumbuhan yang lambat dan tidak progresif. Sektor yang berdaya saing baik adalah sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Sektor yang sangat berdampak positif terhadap pembangunan Kota Tebing Tinggi adalah sektor unggulan kompetitif yaitu sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
Mendukung sektor pertanian dalam menjaga ketahanan pangan pemerintah dapat membuat demo pelatihan dalam memanfaatkan pekarangan seperti kebun masyarakat, kolam ikan, ataupun peternakan. Wisata kuliner yang kurang konsisten dapat menggunakn konsep kuliner produk pertanian atau komoditi ungguln seperti pisang kapok keling, penakar bawang, dan padi. Meningkatkan insentif atau fasilitas pada sektor tertinggal terutama sektor pertanian seperti aplikasi penjualan hasil-hasil produk pertanian. Terus meningkatkan perkembangan sektor unggulan kompetitif dan unggulan tidak kompetitif seperti fasilitas atau insentif. Perlu adanya penelitian lanjutan terkait strategi pengembangan sektor tertinggal pada Kota Tebing Tinggi terutama sektor pertanian.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga e-jurnal ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Daftar Pustaka
BPS Kota Tebing Tinggi. 2017. Statistik Luas Lahan Sawah Kota Tebing Tinggi 2017.
BPS Kota Tebing Tinggi. 2019. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kota Tebing Tinggi 2015-2019.
Febriansyah, A. 2017. Tinjauan Atas Proses Penyusunan Laporan Keuangan Pada
Young Enterpreneur Academy Indonesia Bandung. Jurnal Riset Akuntansi, 8(2).
Hayati, M., Elfiana, dan Martina. 2017. Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Jurnal
S.Pertanian, 1(3): 213–222.
Hidayat, E., dan Supriharjo, R. 2014. Identifikasi Sub Sektor Unggulan Kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah. Jurnal Teknik Pomits, 3(1): 1–4.
Isserman, Andrew M. 1997. The Location Quotient Approach to Estimating Regional Economic Impacts. Journal of the American Planning Association. 43 (1):.33-41.
Malian, A.H., dan Siregar, M. 2000. Peran Pertanian Pinggiran Perkotaan dalam Penyediaan Kesempatan Kerja dan Pendapatan Keluarga. Jurnal FAE, 18(1): 65-76.
Miller. M..M dan. Wright.1991. Location Quotient Basic Tool for Economic Development Analysis. Economic Development Review, 9(2): 65.
Niara, A., dan Zulfa, A. 2019. Pengaruh Kontribusi Sektor Pertanian dan Industri. Jurnal Ekonomi Regional Unimal, 02(4): 28–36.
Ron Hood, 1998. Economic Analysis: A Location Qutient. Primer. Principal Sun Region Associates. Inc.
Sabahan, S., dan Yuliansyah, Y. 2017. Kajian Daya Saing Sektor Pariwisata Kabupaten Sambas. Jurnal Akuntasi, Ekonomi Dan Manajemen Bisnis, 5(2): 274–278.
Setiawan, S., dan Handoko, R. 2005. Pertumbuhan Ekonomi 2006: Suatu Estimasi dan Arah Pencapaian Pertumbuhan yang Merata dan Berkualitas. Kajian Ekonomi Dan Keuangan, 9(4): 1–16.
Wibisono, E., Amir, A., dan Zulfanetti, Z. 2019. Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Sektor Industri Pengolahan di Provinsi Jambi. Journal of Regional and Rural Development Planning, 3(2): 105–116.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
746
Discussion and feedback