Profil Petani Bunga Teratai di Subak Duaji, Desa Sibanggede, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i02.p12
Profil Petani Bunga Teratai di Subak Duaji, Desa Sibanggede, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali
GEDE DELIN SANJAYA, KETUT BUDI SUSRUSA*, GEDE MEKSE KORRI ARISENA
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jl. PB Sudirman, Denpasar 80232, Bali
Email: [email protected] *[email protected]
Abstract
Profile of Lotus Flower Farmers in Subak Duaji, Sibanggede Village, Abiansemal Sub-District, Badung Regency of Bali Province
The rapid development of lotus flower plantations in Subak Duaji is certainly very influential on the parties involved in the management of farming, namely farmers. The success of farmers can be measured by the ability of farmers to manage their farms. The motivation behind this examination is to analyze the profile of lotus flower farmers through inside and outside qualities of farmers, farmers income and the obstacles faced by farmers. The research was conducted in Subak Duaji, Sibanggede Village with 53 respondents. The analytical method used is descriptive quantitative and qualitative analysis. The results of the analysis show that the land is managed by the farmers themselves, with family labor, the capital comes from the farmers themselves, with their own agricultural tools and machines, the age of the lotus farmer is the production level, the number of dependents in the family is less than 3 people, the education level is high school, the average area of land is 30.4 acres, have experience in farming between 5-10 years. There is no counseling to lotus farmers, information and communication media are obtained between farmers, the role of the government is available, with flower marketing done by direct marketing to consumers. The average net income of farmers from lotus farming is IDR 18.067.751/30.4 Are/year. Constraints faced by farmers are the lack of water availability during irrigation improvements upstream, the lack of consumers to buy lotus flowers on the day and the constraints of the presence of pests that attack plants. This farming is quite profitable.
Keywords: characteristics, revenue, costs, income, constraints
-
1. Pendahuluan
-
1.1 Latar Belakang
-
Usahatani merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia/petani dalam mengusahakan tanahnya dengan tujuan memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil selanjutnya (Sailikin, 2003). Sektor pertanian meliputi 5 subsektor, salah satu sub sektornya adalah sub sektor Pertanian Perkebunan. Subsektor Pertanian Perkebunan tanaman teratai merupakan sub sektor pertanian perkebunan baru (Bappeda, 2013).
Subak Duaji merupakan salah satu subak yang terdapat di Desa Sibanggede, dengan luas lahan sebesar 47,315 Ha dengan jumlah anggota subak sebanyak 130 orang. Petani di Subak Duaji dikenal sebagai petani yang melakukan usahatani bunga yang digunakan sebagai sarana upacara agama. Tanaman teratai merupakan salah satu tanaman yang paling banyak dibudidayakan. Tanaman teratai memiliki tempat dengan keluarga besar "Nymphaeaceae" (Sutara, 2016). Produksi bunga teratai di Desa Sibanggede mempunyai peran yang cukup besar dalam menunjang upaya peningkatan pendapatan para petani.
Pesatnya perkembangan perkebunan bunga teratai di Subak Duaji tentu sangat berpengaruh terhadap pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan usahatani tersebut. Namun sebenarnya pelaku utama dari usahatani bunga teratai yang sekaligus perlu untuk menjadi perhatian semua pihak adalah para petaninya, perkembangan perekonomian suatu daerah tidak akan berarti apabila tidak terdapat manfaat yang dirasakan dalam pembangunan tersebut oleh masyarakat.
Kesuksesan petani dapat diukur dari kemampuan yang dimiliki petani dalam mengelola usahataninya. Kesuksesan tersebut dapat memberikan keuntungan bagi petani untuk mencapai kesejahteraan keluarga. Pengelolaan usahatani yang dilakukan oleh petani dipengaruhi oleh karakteristik internal dan eksternal petani yang nantinya akan menggambarkan bagaimana profil dari petani tersebut. Karakteristik internal adalah semua yang berasal dari petani yang menggambarkan diri petani. Karakteristik eksternal ialahhsegala sesuatu yang berasal darilluar diri petani yang memilikiihubungan dengan pengelolaanuusahatani (Haryani, 2018).
Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah:
-
1. Bagaimana profil petani bunga teratai di Subak Duaji?
-
2. Berapa besar pendapatan usahatani bunga teratai di Subak Duaji?
-
3. Apakah terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh petani bunga teratai di Subak Duaji?
Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
-
1. Menganalisis profil petani bunga teratai di Subak Duaji.
-
2. Menganalisis besar pendapatan usahatani bunga teratai di Subak Duaji.
-
3. Menganalisis kendala-kendala yang dihadapi oleh petani bunga teratai di Subak Duaji.
Penelitian ini dilakukan di Subak Duaji Desa Sibanggede, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2021. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa Desa Sibanggede merupakan salah satu pusat produksi bunga upacara di Kabupaten Badung.
Pemilihan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Sumber data dari penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan kepada petani responden. Data Sekunder penelitian ini diperoleh dari jurnal, buku, pustaka-pustaka, dan data dari instansi-instansi tertentu. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terstruktur dengan alat bantu kuesioner serta wawancara mendalam.
Penentuan responden pada penelitian ini menggunakan metode sensus (sampling jenuh), menggunakan seluruh populasi sebagai sampel. Populasi petani bunga teratai di Subak Duaji berjumlah 53 orang. Sehingga jumlah respondenlyang digunakan adalah 53 responden petani.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan tujuan satu dengan menganalisis profil petani menggunakan variabel keadaan umum usahatani, karakteristik internal, dan karakteristik eksternal dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan penyajian data persentase, rumus formula persentase:
P =-x 100%..........................................(1)
Keterangan: P = persentase; f = frekuensi; n = jumlah; 100% = Angka ketetapan untuk responden
Metode analisis data tujuan dua menggunakan metode.analisis pendapatan usahatani, yaitu:
Keterangan: Π = Pendapatan Bersih (Rp); TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp); TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp); P = Price (Harga) (Rp); Q = Produksi (ikat); FC = Biaya Tetap (Rp); VC = Biaya Variabel (Rp).
Metode analisis data untuk menjawab rumusan masalah tiga yaitu kendala-kendala yang dihadapi oleh petani bunga teratai di Subak Duaji dianalisis menggunakan analisis kualitatif deskriptif yang dapat mendeskripsikan dan
menggambarkan kendala yang dihadapi petani dengan elemen kendala fisik, kendala non fisik, dan kendala dalam pengelolaan.
-
3. Hasil dan Pembahasan
-
3.1 Profil Petani Bunga Teratai di Subak Duaji, Desa Sibanggede, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
-
3.1.1 Keadaan umum usahatani
-
-
-
a) Lahan.
Petani sebagai individu yang mengawasi budidaya harus mengambil pilihan untuk memanfaatkan tanah yang mereka miliki atau tanah yang disewa sehingga dapat mencapaiikesejahteraan keluarga.
Tabel 1.
Status Lahan Petani
No. |
Lahan |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) |
1 |
Lembaga Adat |
2 |
3,77 |
2 |
Milik Sendiri/Warisan |
37 |
69,81 |
3 |
Penyakap |
6 |
11,32 |
4 |
Sewa |
8 |
15,09 |
Jumlah |
53 |
100,00% |
Sumber: Data Primer (diolah), 2021
Tabel 1 menunjukkan bahwa status lahan yang dikelola oleh petani sebagian besar mengelola lahan milik sendiri dengan jumlah 37 orang. Sejalanddengan penelitian Varah (2018) status lahan yang dikelola merupakan milik sendiri/warisan, tanah warisan keluarga dapat dikelola sehingga tidak memerlukan pengeluaran biaya lebih dalam biaya sewa maupun bagi hasil.
-
b) Tenaga Kerja
Tenaga Kerja merupakan bagian penting dari variabel penciptaan untuk mengembangkan usaha/bisnis. Pemanfaatan tenaga kerja yang kuat dan memiliki kemampuan dan kapasitas yang memuaskan sangat penting dalam membuat kemajuan.. (Asrawati, 2017).
Tabel 2.
Tenaga Kerja yang digunakan
No. |
Tenaga Kerja |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) |
1 |
Keluarga |
41 |
77,36 |
2 |
Keluarga dan luar keluarga |
10 |
18,87 |
3 |
Luar keluarga |
2 |
3,77 |
Jumlah |
53 |
100,00 |
Sumber: Data Primer (diolah), 2021
Dari Tabel 2 diatas menunjukkan, pemanfaatan pekerja yang palinggbanyak adalah dalam keluargaa berjumlah 41 orang dengan persentase 77,36%. Hal ini dikarenakan untuk penekanan biaya variabel yang dikeluarkan petani dalam pengelolaan usahataninya. Berbeda dengan penelitian Andro (2014) yang menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga lebih dominan.
-
c) Modal
Modal merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan produktifitassusaha. Modal pertanian dapat berasal dariimilik sendiri atau pinjaman dari luar. Tabel 3 di bawah menunjukkan bahwa untuk modal yang diperoleh untuk melakukan usahatani hampir semua responden menggunakan modal sendiri dengan jumlah sebanyak 52 orang dengan persentase 98,11% dan hanya terdapat 1 orang responden yang memperoleh modal awal usahatani dari Lembaga Keuangan (Bank) dengan persentase 1,89%. Sejalan dengan penelitian Varah (2018) terdapat modal usahatani yang dikelola merupakan modal sendiri, modal merupakan aspek penting untuk memulai suatu usahatani.
Tabel 3.
Asal modal petani
No. |
Modal |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) |
1 |
Modal Sendiri |
52 |
98,11 |
2 |
Pinjaman Lembaga Keuangan (Bank) |
1 |
1,89 |
Jumlah |
53 |
100,00 |
Sumber: Data Primer (diolah), 2021
-
d) Alat dan Mesin Pertanian
Alat dan mesin pertanian merupakan cakupan mengenai peralatan yang difungsikan dalam suatu pekerjaan budidaya pertanian. Alat dan mesin pertanian yang difungsikan petani dalam melakukan usaha tani bunga teratai berasal dari petani tersebut. Alat dan mesin pertanian pada Subak Duaji tidak menerima subsidi dari pemerintah. Subsidi dari pemerintah terhadap alat dan mesin pertanian sangat diperlukan untuk dapat memudahkan kegiatan usaha tani dan meringankan beban biaya yang dikeluarkan petani dalam usaha tani.
-
a) Umur.
Umur dapat menunjukkan kapasitas individu dari segi fisik dan mental. Ada kecenderungan bahwa individu yang masih muda pada umumnya akan benar-benar lebih mudah menerima inovasi daripada individu yang lebih tua, namun secara mental, individu yang lebih berpengalaman lebih dewasa dalam berpikir daripada anak muda dan lebih terlibat dalam berkultivasi.(Amin, 2017).
Tabel 4.
Umur Petani
Interval Umur (Tahun) |
Frekuensi |
Persentase (%) | |
22 |
27 |
3 |
5,66 |
28 |
33 |
4 |
7,55 |
34 |
39 |
11 |
20,75 |
40 |
45 |
11 |
20,75 |
46 |
51 |
5 |
9,43 |
52 |
57 |
11 |
20,75 |
58 |
63 |
7 |
13,22 |
64 |
69 |
1 |
1,89 |
Jumlah |
53 |
100,00 |
Sumber: Data Primer (diolah) 2021
Tabel 4 menjelaskannbahwa petani bunga teratai memiliki petani dengan umur paling muda adalah 22ttahun dan umur paling tuaaadalah 65 tahun. Tabel diatas menunjukkan petani paling banyak pada kategori dewasa. (Tjiptoherijanto, 2001) yang menggolongkan bahwa umur 15-64 tahun merupakan usia produktiffseseorang untuk melakukan pekerjaan dan tergolong usia kerja b) Jumlah Tanggungan Keluarga.
Banyaknya jumlah kelurga akan mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran karena semakin banyak jumlah keluarga maka semakin banyak pula biaya yang harus dikeluarkan oleh kepala keluarga.
Tabel 5.
Jumlah Tanggungan Keluarga
No. |
Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang) |
Jumlah (Orang) |
Peresentasee (%) |
1 |
< 3 |
35 |
66,04 |
2 |
3 |
14 |
26,42 |
3 |
> 3 |
4 |
7,55 |
Jumlah |
53 |
100.00% |
Sumber: Data Primer (diolah) 2021
Tabel 5 menjelaskan jumlah tanggungan keluarga yang palinggbanyak terdapat pada jumlah tanggungan kurang dari 3 orang (diluar kepala keluarga) dengan jumlah 35 orang petani dengan persentase 66,04%. Sejalan dengan penelitian Yulinda (2015) terdapat jumlah tanggungan keluarga paling banyak 1-4 orang, jumlah tanggungan ini merupakan jumlah orang yang menjadi tanggungan dalam sebuah keluarga.
-
c) Tingkat Pendidikan
Pendidikan dipandang sebagai salah satu implikasi dasar yang dapat membuka kebebasan baru bagi individu yang hidup di bawah garis kemiskinan untuk menghadapi peningkatan nasib mereka. Dilihat dari Tabel 6 di bawah menyatakan bahwa tingkattpendidikan petani paling banyak berada pada tingkat SMA/SMK dengan jumlah 29 orang dengan persentase 54,72%. Sejalan dengan penelitian Opik (2018) sebagian besar petani memiliki tingkat pendidikan tingkat SMA/SMK, pada dasarnya pendidikan memiliki peran penting dalam pengembangan mutu dan kemampuan yang dimiliki manusia.
Tabel 6.
Tingkat Pendidikan Petani
No. |
Tingkat Pendidikan |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) |
1 |
SD |
6 |
11.32% |
2 |
SMP |
4 |
7.55% |
3 |
SMA/SMK |
29 |
54.72% |
4 |
Perguruan Tinggi |
14 |
26.42% |
Jumlah |
53 |
100.00% |
Sumber: Data Primer (diolah) 2021
-
d) Luas Lahan.
Salah satu faktor utama dalam melakukan budidaya adalah luasnya lahan yang digarap oleh petani, semakin luas lahan yang ditanami maka semakin tinggi pula kreasi yang diperoleh, begitu pula sebaliknya. Tabel 7 di bawah menjelaskan luas lahan petani bunga teratai di Subak Duaji, Desa Sibanggede dengan luas paling banyak diantara luas lahan 25-30 are, dengan rata-rata luas lahan keseluruhan sebanyak 30,4 are. Sejalan dengan penelitian Adawiyah (2018) luas lahan yang berbeda tiap petani, dengan luas lahan rata-rata total kurang dari 1 Ha, luas lahan yang dimiliki petani pada umumnya menandakan status sosial ekonomi yang lebih baik dan dapat memanfaatkan lahan untuk menjalankan usahatani dan mendapatkan hasil produksi yang lebih tinggi.
Tabel 7.
Luas Lahan petani
No. |
Luas Lahan (are) |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) |
1 |
< 25 |
16 |
30.19% |
2 |
25-30 |
23 |
43.40% |
3 |
>30 |
14 |
26.42% |
Jumlah |
53 |
100.00% |
Sumber: Data Primer (diolah) 2021
-
e) Pengalaman Berusahatani
Petani memiliki tingkat pengalaman yang berbeda dalam menjalankannusahanya. Petani yang memiliki pengalaman yang lebih lama memiliki tingkat pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan tinggi dalam menjalankan usahanya...
Tabel 8.
Pengalaman Berusahatani petani
No. |
Pengalaman Berusahatani (Tahun) |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) |
1 |
< 5 |
6 |
11.32% |
2 |
5-10 |
41 |
77.36% |
3 |
>10 Tahun |
6 |
11.32% |
Jumlah |
53 |
100.00% |
Sumber: Data Primer (diolah) 2021
Tabel 8 menjelaskan bahwasanya pengalaman petani dalam berusahatani bunga teratai paling banyak dengan lama 5-10 tahun dengan banyak 41 orang yang artinya cukup berpengalaman. Sejalan dengan penelitian Opik (2018) bila dibandingkan dengan petani pada umumnya usahatani yang dijalankan tergolong baru, menjalankan usahatani bertujuan untuk memperoleh pendapatan bagi kebutuhan hidup keluarga petani.
-
a) Interaksi dengan instruktur pelatih atau penyuluh, media informasi dan komunikasi serta peranan pemerintah
Tabel 9 menjelaskannbahwa tidak terdapatnya interaksi dengan instruktur pelatih atau penyuluh petani, dari hasil wawancara penyuluhan hanya dilakukan pada petani yang melakukan usahatani tanaman pangan. Seperti yang di kemukakan dalam penelitian Opik (2018) dan Adawiyah (2018) sebagian besar petani tidak mendapatkan pelatihan, pelatihan merupakan pendidikan non formal yang dapat membantu memberikan pengetahuan/inovasi teknologi pertanian terhadap petani. Media informasi dan komunikasi yang tersedia hanya sebatas antar petani yang sama-sama melakukan usahatani teratai di Subak Duaji, Desa Sibanggede. Sejalan dengan penelitian Opik (2018) dengan informasi yang berupa lahan, harga produk usahatani dan pemasaran usahatani. Peranan pemerintah dalam usahatani bunga teratai dilihat dari bantuan subsidi pupuk yang diserahkan kepada subak untuk pengelolaan usahatani yang diusahakan oleh petani di Subak Duaji, Desa Sibanggede.
Tabel 9.
Interaksi dengan Instruktur Pelatih atau Penyuluh, Media Informasi dan Komunikasi serta Peranan Pemerintah, 2020
No |
Indikator |
Tersedia |
Kadang-Kadang Jum- Persenlah tase |
Tidak Tersedia Jum- Persen- | ||
Jumlah |
Persentase | |||||
lah |
tase | |||||
1 |
Interaksi dengan Instruktur |
- |
- |
- - |
53 |
100% |
2 |
Pelatih atau Penyuluh Media Informasi dan |
53 |
100% |
- - |
- |
- |
3 |
Komunikasi Peranan Pemerintah |
53 |
100% |
- - |
- |
- |
Sumber: Data Primer (diolah) 2021 b) Pemasaran Usahatani.
Tabel 10 menunjukkan sebagian besarrpetani dalam memasarkan hasil produksinya dilakukan cara memasarkan langsung kepada konsumen sebanyak 35 orang dengan persentase 66,04% yang dijual pada pasar tradisional. Sejalan dengan penelitian Haryani (2018) dan Ariyanti (2016) pemasaran dilakukan pada dua saluran yaitu dengan memasarkan langsung kepada konsumen dan memasarkan dengan pengecer yang menjadi tempat transaksi jual beli produk usahatani.
Tabel 10.
Pemasaran Usahatani Bunga Teratai di Subak Duaji, Desa Sibanggede | |||
No. |
Pemasaran Usahatani |
Jumlah (Orang) |
Presentase (%) |
1 |
Memasarkan langsung kepada konsumen |
35 |
66.04% |
2 |
Memasarkan kepada pengepul |
10 |
18.87% |
3 |
Memasarkan Kepada konsumen dan Pengepul |
8 |
15.09% |
Jumlah |
53 |
100.00% |
Sumber: Data Primer (diolah) 2021
-
3.2 Pendapatan Petani dalam Usahatani Bunga Teratai di Subak Duaji, Desa Sibanggde, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali
-
3.2.1 Biaya usahatani bunga teratai di Subak Duaji, Desa Sibanggede
-
-
a) Biaya Variabel.
Biaya Variabel merupakan biayaaayang dipengaruhi oleh bersar kecilnya produksi. Terdapat tiga biaya variabel dalam penelitian ini adalah biaya pupuk, biaya obat-obatan, dan biaya upah tenaga kerja (Dompasa, 2014).
Tabel 11.
Biaya Variabel Usahatani Bunga Teratai
No |
Jenis Biaya |
Nilai(Rp/30,4 Are/Tahun) |
1 |
Biaya Pupuk |
1.756.269 |
2 |
Biaya Obat-Obtan |
5.362.560 |
3 |
Biaya Tenaga Kerja |
11.784.320 |
Jumlah |
18.903.149 |
Sumber: Data Primer (diolah) 2021
Tabel 11 menunjukkan besar rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani bunga teratai sebesar Rp 18.903.149/30,4 are/tahun atau Rp 62.181.411/ha/tahun.
-
b) Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang bersifat tetap tidak dipengaruhi besar kecilnya produksi (Asrawati, 2017)i. Biaya tetap dalam penelitian iniiimeliputi biaya pajak lahan, penyusutan alat, dan iuran subak.
Tabel 12.
Biaya Tetap Usahatani Bunga Teratai
No |
Jenis Biaya |
Nilai (Rp/30,4 are/tahun) |
1 |
Pajak Lahan |
- |
2 |
Penyusutan Alat |
1.564.500 |
3 |
Iuran Subak |
101.600 |
Jumlah |
1.666.100 |
Sumber: Data Primer (diolah) 2021
Tabel 12 menunjukkan bahwa rata-rata besarannnbiaya tetap yang dikeluarkan olehhhpetani bunga teratasi sebesar Rp 1.666.100/30,4 are/tahun atau Rp 5.480.592/ha/tahun. Kabupaten Badung tidak mengenakan petani pajak lahan (PBB).
-
a) Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani merupakan hasill nilai yang didapatkan dari hasil kaliiijumlah produksi dengan harga jual. Jumlah hasil produksi bunga teratai di Subak Duaji, jika produksi di usahatani berkembang, bayaran yang diterima petani juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya (Fauziah, 2019).
Tabel 13 menjelaskan rata-rata biaya total usahatani yaitu Rp 20.569.249/30,4 are/tahun atau sebanyak Rp 67.662.003/ha/tahun, dan besar rata-rata pendapatan bersih yang diperoleh Rp 18.067.751/30,4 Are/tahun atau Rp 59.433.391/ha/tahun. Besar kecilnya penerimaan dan biaya yang didapatkan dan dikeluarkan petani sangat berpengaruh terhadap pendapatan bersih yang didapatkan oleh petani. Apabila dilihat
dari hasil penelitian Pebriantari (2016) tentang Analisis Pendapatan Usaha tani Padi Sawah pada Program Gerbang Pangan Serasi Kabupaten Tabanan yang sama sama melakukan usahatani di lahan sawah basah dalam penelitian tersebut memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 13.935.817/ha/musim atau Rp 41.807.451/ha/tahun untuk 3 kali tanam dalam satu tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan usaha tani teratai lebih tinggi dibandingkan usaha tani padi.
Tabel 13.
Rekapitulasi Pendapatan Bersih Usahatani
No |
Uraian |
Nilai (Rp/30.4 are/tahun) |
Nilai (Rp/ha/tahun) |
1 |
Produksi (ikat) |
21.465 |
70.609 |
2 |
Harga/ikat |
1.8 |
1.8 |
3 |
Rata-rata Penerimaan |
38.637.000 |
127.095.395 |
4 |
Biaya Usaha tani A. Biaya Variabel Biaya Obat-obatan |
5,362,560 |
17,640,000 |
Biaya Pupuk |
1.756.269 |
5.777.201 | |
Upah Tenaga Kerja |
11.784.320 |
38.764.211 | |
Rata-Rata Biaya Variabel |
18.903.149 |
62.181.411 | |
B. Biaya Tetap Pajak Lahan |
- |
- | |
Penyusutan Alat |
1.564.500 |
5.146.382 | |
Iuran Subak |
101.6 |
334.211 | |
Rata-Rata Biaya Tetap |
1.666.100 |
5.480.592 | |
5 |
Total Biaya (A+B) |
20.569.249 |
67.662.003 |
6 |
Pendapatan (3-5) |
18.067.751 |
59.433.391 |
Sumber: Data Primer (diolah)
-
3.3 Kendala-Kendala yang dihadapi oleh Petani Bunga Teratai di Subak Duaji, Desa Sibanggede, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Kendala adalahhhsesuatu yang dapat menggagalkan berjalannya kerangka kerja dalam mencapai yang lebih baik. Ada dua kendala utama, yaitu batasan fisik dan batasan non-fisik.a(Jusnaeni, 2017)
Kendala dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi: Kendala fisik. Kendala non fisik, dan kendala dalam pengelolaan. Kendala fisik petani mendapatkan sesekali kendala dalam memperoleh air apabila terjadi perbaikan senderan irigasi di hulu sumber air, sehingga dalam mengatasi hal tersebut petani menggunakan mesin pompa air untuk dapat mengairi lahan usahataninya. Kendala non fisik pada saat hari biasa (bukan hari raya) penjualan bunga tidak terjual secara optimal hal ini dikarenakan kurangnya permintaan konsumen dalam penggunaan bunga pada hari
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022 biasa tersebut. Kendala dalam pengelolaan semua responden menyatakan terdapatnya hama yang mengganggu lahan usahtani bunga teratai yaitu berupa hama wereng, kepiting, dan keong yang mengakibatkan kerusakan pada daun teratai bahkan pada bunga teratai, untuk mengatasi hal tersebut petani melakukan penyemprotan dengan menggunakan obat pembasmi yang mengandung bahan kimia, Sejalan dengan penelitian Prabandari, (2013) terhadap usahatani yang menggunakan pengairan yang banyak, terdapat kendala kekurangan air pada saat perbaikan irigasi air di hulu dan terserangnya tumbuhan oleh kepiting.
Profil petani bunga teratai di lihat melalui karakteristik internal dan karakteristik eksternal petani menggunakan analisis persentase. Hasil analisis persentase yang dominan menunjukkan bahwa lahan yang dikelola petani paling banyak milik sendiri, dengan tenaga kerja keluarga, dengan modal sendiri, alat dan mesin pertanian milik sendiri, dengan petani umur petani teratai tergolong produktif, jumlah tanggungan keluarga kurang dari 3 orang. Tingkat pendidikan SMA/SMK dengan rata-rata luas tanah yang dikelola 30,4 are, memiliki pengalaman yang cukup dalam berusahatani teratai. Para petani bunga teratai tidak mendapatkan penyuluhan dalam usahataninya, dengan media informasi dan komunikasi yang hanya didapatkan dari kalangan petani, peran pemerintah hanya dalam subsidi pupuk, dan pemasaran hasil usahataninya dilakukan dengan pemasaran langsung kepada konsumen. Hasil analisis pendapatan petani bunga teratai menunjukkan produksi yang diperoleh sebanyak 21.465 ikat dengan harga Rp 1.800/ikat dengan penerimaan rata-rata Rp 38.637.000 / 30,4 are / tahun. Total biaya Rp 20.569.246 / 30,4 Are / tahun dengan pendapatan bersih rata-rata petani dari usahatani teratai adalah Rp. 18.067.751 / 30.4 Are / tahun. Kendala petani bunga teratai mengalami beberapa kendala, meliputi: kendala fisik berupa ketersediaan air saat perbaikan irigasi di hulu, kendala non fisik kurangnya pembeli bunga (dihari biasa) dan kendala dalam pengelolaan keberadaan hama yang menyerang tanaman.
-
4.2. Saran
Pemerintah dalam mendukung keberlangsungan usaha tani teratai ini diperlukan perhatian dan rencana yang dapat direalisasikan untuk optimalisasi berupa bantuan sarana dan prasarana dan juga penyuluhan terhadap masyarakat petani dalam rangka meningkatkan produktifitas dan diperlukan perhatian dan rencana juga dalam menarik minat masyarakat dalam daya tarik wisata berbasis pertanian dengan tersedianya keindahan alam, komoditas pertanian, dan aktifitas ritual untuk pembangunan pengembangan pembangunan Agrowisata Joging Track di wilayah Subak Duaji. Kendala pembasmian hama sebaiknya dalam pembasmian hama di lahan tanaman teratai petani dapat menyebar pembasmi hama alami, seperti wereng yang dapat diminimalisir keadaannya dengan menyebarkan ikan yang nantinya hama
wereng tersebut bisa menjadi makanan ikan, dan untuk keberadaan keong itu sendiri, petani dapat memanfaatkan keong tersebut sebagai bahan makanan yang dapat dijual ke pasaran atau sebagai pakan ternak.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh stakeholder terkait yang sudah banyak membantu selama proses penelitian ini berlangsung.
Daftar Pustaka
Adawiyah, Cut Rabiatul, NFN Sumardjo, dan Eko S. Mulyani. 2018. “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Peran Komunikasi Kelompok Tani dalam Adopsi Inovasi Teknologi Upaya Khusus (Padi, Jagung, Dan Kedelai) Di Jawa Timur.” Jurnal Agro Ekonomi 35 (2): 151.
https://doi.org/10.21082/jae.v35n2.2017.151-170.
Amin, Muchamad Al, dan Dwi Juniati. 2017. “Klasifikasi Kelompok Umur Manusia.” MATHunesa 2 (6): 34.
https://media.neliti.com/media/publications/249455-none-23b6a822.pdf.
Andro, Kuntoro. 2014. “Profil dan Karakter Sosial Ekonomi Petani Tanaman” 3: 167–79.
Ariyanti. 2016. “Profil Pedagang Buah di Pasar Buah Kotabumi Kabupaten Lampung Utara Tahun 2015” 42 (1): 1–10.
Asrawati, dan Made Antara. 2017. “Analisis Pendapatan Usahatani Cengkeh di Desa Talaga Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala.” Jurnal Agrotekbis 5 (4): 476–82.
Bappeda. 2013. “Sektor Pertanian,” 53–59.
Dompasa, Stella, dan Ir Tommy F Lolowang. 2014. “Jurnal Profil Usahatani Pola Penanaman Tumpang Sari di Desa Sea Kecamatan Pineleng.”
Fauziah, Naili. 2019. “Profil Petani Karet Desa Bumiarjo Makmur Kecamatan Lempuing Kabupaten Oki Provinsi Sumatera Selatan.”
Haryani, Sri, Khaidir Sobri, dan Rafeah Abubakar. 2018. “Profil Suroso Dalam Pengembangan Tanaman Sayuran di Kelurahan Talang Jambe Kecamatan Sukarami Kota Palembang.” Journal of Chemical Information and Modeling VI (2): 138–48. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.
Jusnaeni, Sri. 2017. “Peran Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Sektor Pertanian di Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto.” Journal of Chemical Information and Modeling 53 (9): 1689–99.
Opik Ahmad Taopik, Dayat, Achdiyat, Muhammad Tassim Billah dan Oeng Anwarudin. 2018. “Profil Petani Muda di Kabupaten Cianjur Jawa Barat” 9 (2).
Pebriantari, Ade, I Nyoman Ustriyana, dan I Made Sudarma. 2016. “Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah pada Program Gerbang Pangan Serasi Kabupaten Tabanan.” Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951– 952., 5–24.
Prabandari, Ade Candra, Made Sudarma, dan Putu Udayani Wijayanti. 2013. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah pada Daerah Tengah Dan Hilir Aliran Sungai Ayung.” E-Jurnal Agribisnis Dan Agrowisata 2 (3): 89–98.
Tjiptoherijanto, Prijono. 2001. “Tenaga Kerja dan Peran Serikat Pekerja dalam Peningkatan Kesejahteraan,” 1–10.
Varah, Sifra. 2018. “Profil Usahatani di Desa Kambatatana Kecamatan Pandawai Kabupaten Sumba Timur.” Journal of Chemical Information and Modeling 53 (9): 1689–99.
Yulinda, Rosa, dan Jumi’aty Yusri. “Profil Petani Kelapa Sawit Pola Swadaya di Desa Senama Nenek Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar,” 1–11.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
620
Discussion and feedback