Kontribusi Pendapatan Usahatani Bunga Bahan Canang terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Banjarangkan, Klungkung
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i02.p13
Kontribusi Pendapatan Usahatani Bunga Bahan Canang terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Banjarangkan, Klungkung
DESAK MADE PRADNYA GAYATRI, KETUT BUDI SUSRUSA,
I GUSTI AYU AGUNG LIES ANGGRENI
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jalan PB Sudirman Denpasar 80232, Bali
Email: [email protected] *[email protected]
Abstract
Contribution of Canang Flower Farming Income to Farmer's Household Income in Banjarangkan District, Klungkung
Balinese Hindu life can’t be separated from the consumption of flowers such as canang flowers. The income will contribute to farmer's household income so the contribution needs to be known. This study aims to determine: a) the income of canang flower using farming analysis methods, b) the source of household income by household income analysis, and c) the contribution of canang flowers income to household income by contribution of farming income analysis. The result showed that the income of canang flowers is Rp2.605.107/year/person for pacar air flowers, Rp39.626.893/year/person for gemitir flowers, and Rp12.267.678/year/person for both commodities. Sources of household income of farmers come from the income of canang flower, farming income other than canang flowers (plants and livestocks), and non-farming income. The contribution of canang flower income to farmers' household income is in the very low category, namely 23.58%. This showed that farmers do not rely on income from canang flower farming to meet their household needs. Training and mentoring of farmers, providing market information and the accuracy of fertilizer distribution are expected to increase farm productivity so it can increase income as well as its contribution.
Keywords: canang flower, farm income, farmer household income, income contribution
Kehidupan masyarakat Hindu di Bali tidak dapat lepas dari konsumsi bunga sebagai salah satu sarana wajib persembahan dan persembahyangan. Persembahan merupakan salah satu bentuk bhakti umat Hindu dengan mengaturkan sesajen atau banten (upakaraning bebanten) yang biasa dilakukan sebelum acara
persembahyangan (kramaning sembah) dilakukan (Widana,2020). Salah satu sentra produksi bunga bahan canang dalam hal ini bunga pacar air dan bunga gemitir yaitu Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.
Penelitian yang dilakukan oleh Rustariyuni (2011) didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan laba dari berjualan canang pada hari biasa jika dibandingkan dengan pada hari raya/rerahinan. Walaupun demikian fenomena ini berbanding terbalik jika dilihat dari sisi petani. Terlebih lagi dalam kondisi pandemi Covid-19 ini yang sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian. Jumlah permintaan menurun disertai dengan penurunan harga jual dari biasanya. Tingkat harga yang layak pada petani mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang selanjutnya berkontribusi pada pendapatan rumah tangga petani. Kontribusi pendapatan usahatani bunga bahan canang perlu diketahui untuk mengetahui sejauh mana pentingnya cabang usahatani tersebut dilihat dari pendapatan secara keseluruhan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
-
1. Berapa pendapatan usahatani bunga bahan canang di Kecamatan Banjarangkan?
-
2. Darimana saja sumber pendapatan rumah tangga petani di Kecamatan Banjarangkan?
-
3. Seberapa besar kontribusi pendapatan usahatani bunga bahan canang terhadap pendapatan rumah tangga petani di Kecamatan Banjarangkan?
Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut:
-
1. Untuk mengetahui pendapatan usahatani bunga bahan canang di Kecamatan
Banjarangkan,
-
2. Untuk mengetahui sumber pendapatan rumah tangga petani di Kecamatan Banjarangkan,
-
3. Untuk mengetahui kontribusi pendapatan usahatani bunga bahan canang terhadap pendapatan rumah tangga petani di Kecamatan Banjarangkan.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2020, terhitung selama enam bulan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive).
Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi field research menggunakan metode wawancara mendalam untuk mendapatkan data primer (karakteristik petani, pendapatan usahatani dan non-usahatani) dan library research
dengan membaca buku pustaka terkait karakteristik wilayah Kecamatan Banjarangkan baik pada website resmi Badan Pusat Statistik Kecamatan Klungkung, website resmi Kecamatan Banjarangkan maupun pada website resmi desa se-Kecamatan Banjarangkan untuk mendapatkan data sekunder (luas lahan, jumlah keseluruhan petani, kondisi tempat penelitian).
Populasi penelitian ini adalah semua petani yang berusahatani bunga bahan canang di Kecamatan Banjarangkan. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik non probability sampling yaitu dengan purporsive sampling. Menurut Sugiyono (2001) dalam Susilana (2015), non probability sampling merupakan teknik yang tidak memberi peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 50 orang di 13 subak se-Kecamatan Banjarangkan.
Variabel yang digunakan penelitian ini adalah karakteristik petani, pendapatan usahatani bunga bahan canang, pendapatan usahatani selain bunga bahan canang, pendapatan non-usahatani, dan kontribusi pendapatan usahatani bunga bahan canang.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui besar pendapatan bersih yang diperoleh petani, menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Masruroh (2015) sebagai berikut.
Pu = TR – TC
= TR – (VCc + FCc + VCn + DC) (1)
Keterangan:
Pu = pendapatan usahatani
TR = total revenue (penerimaan)
TC = total cost (biaya)
VCc = cash variable cost (biaya variabel tunai)
FCc = cash fixed cost (biaya tetap tunai)
VCn = non-cash variable cost (biaya variabel bukan tunai)
DC = depreciation cost (biaya penyusutan)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui total pendapatan rumah tangga petani yang dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
Prt = Pu + Pnu
= Pub + Plub + Pnu (2)
Keterangan:
Prt = pendapatan rumah tangga petani
Pu = pendapatan usahatani
Pub = pendapatan usahatani bunga bahan canang
Plub = pendapatan usahatani selain bunga bahan canang
Pnu = pendapatan non-usahatani
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kontribusi pendapatan usahatani bunga bahan canang terhadap total pendapatan rumah tangga, menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Masruroh (2015) sebagai berikut.
Pub
Kut(%) = x 100% (3)
Prt
Keterangan:
Kut Put Prt |
= kontribusi pendapatan usahatani bunga bahan canang = pendapatan usahatani bunga bahan canang = pendapatan rumah tangga petani |
Selanjutnya nilai kontribusi tersebut dikategorikan berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Widodo (2001), seperti pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Kriteria Kontribusi Pendapatan Usahatani Bunga Bahan Canang | |
No. 1.
|
Kontribusi (%) Kategori
25-49 Rendah 50-75 Tinggi
|
Sumber: Widodo (2001)
Identifikasi usia petani sangat penting untuk mengetahui kemampuan petani dalam menggarap lahan pertanian (Novendi dan Pitoyo,2019). Menurut Sukmaningrum dan Imron (2017), penduduk digolongkan menjadi tiga golongan meliputi penduduk belum produktif, penduduk usia produktif, dan penduduk non-produktif. Berdasarkan penelitian ini, sebagian besar petani berada pada usia produktif yaitu 40 orang (80,00%), sedangkan 20,00% pada usia non-produktif. Hal ini menunjukkan bahwa petani di Kecamatan Banjarangkan masih memiliki tingkat produktivitas yang tinggi.
Peranan laki-laki dan perempuan di pedesaan dapat dikelompokkan menjadi yaitu peran tradisi dan peran transisi (Sumarni,2014). Jumlah responden laki-laki
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022 lebih banyak daripada perempuan, dimana responden laki-laki sebanyak 42 orang (84,00%) sedangkan responden perempuan sebanyak 9 orang (16,00%). Hal ini menunjukkan bawah sektor pertanian masih menjadi salah satu sektor pendukung perekonomian keluarga yang dilakukan oleh kepala keluarga.
Jenis pekerjaan yang dilakukan petani dibagi menjadi dua, yaitu pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. Berdasarkan penelitian ini, sebagian besar responden memiliki pekerjaan utama sebagai petani yaitu 42 orang (86,00%), sedangkan sisanya sebagai buruh tani 8,00%, ASN 4,00% dan ibu rumah tangga 2,00%. Pekerjaan sampingan yang dilakukan responden meliputi peternak 28,00%, petani 14,00%, buruh bangunan 8,00%, wirausaha 4,00%, dan penggilingan padi 2,00%, tetapi hampir sebagian responden tidak memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebanyak 22 orang atau 44,00%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa petani masih menjadi pekerjaan dominan yang dipilih sebagai pekerjaan utama dan diandalkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga tanpa mencari pekerjaan sampingan.
Domisili responden terbanyak berasal dari Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung dengan jumlah 12 orang (24,00%). Domisili responden pada penelitian ini tidak hanya berasal dari Kecamatan Banjarangkan tetapi juga dari Kecamatan Klungkung dan Kecamatan Rendang. Masyarakat dari luar Kecamatan Banjarangkan menyewa lahan di Kecamatan Banjarangkan bermula dari erupsi Gunung Agung tahun 2019 lalu yang menyebabkan masyarakat dari Kecamatan Rendang terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman salah satunya di Kecamatan Banjangkan dan menyewa lahan di sekitar lokasi pengungsian untuk berusahatani agar dapat mencukupi kebutuhan rumah tangganya salah satunya dengan menanam bunga gemitir.
Sektor pertanian biasanya memiliki kualitas sumber daya manusia yang lebih rendah dibandingkan sektor lain (Saputro dan Sariningsih, 2020). Pendidikan terakhir responden terbanyak pada tingkat SMA/SLTA sederajat yaitu 20 orang (40,00%). Hal ini dapat disebabkan oleh adanya keterbatasan biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga lebih memilih bekerja sebagai prioritas utama dibandingkan melanjutkan pendidikan.
Karakteristik usahatani pada penelitian ini meliputi luas lahan garapan, status kepemilikan lahan, dan pola tanam usahatani. Berdasarkan penelitian ini, sebagian besar responden yaitu 33 orang atau 66,00% menggarap lahan kurang dari 45 are.
Status kepemilikan lahan garapan terbanyak yaitu lahan milik sendiri dengan persentase mencapai 38,00% yaitu 19 orang. Pola tanam terbanyak pada penelitian ini yaitu padi-palawija-padi dengan jumlah petani sebanyak 23 orang (46,00%). Hal ini menunjukkan bahwa pada sebagian besar subak di Kecamatan Banjarangkan tersedia air yang cukup untuk mengairi lahan sawah sehingga sebagian besar petani dapat menanam padi selama dua musim tanam.
Anggota rumah tangga yaitu seseorang atau sekelompok orang yang tinggal dan makan bersama dari satu pengelolaan dapur (BPS,2021). Berdasarkan penelitian ini, responden dengan jumlah anggota rumah tangga kurang dari lima orang lebih banyak daripada responden dengan jumlah anggota rumah tangga lebih dari atau sama dengan lima orang, yaitu sebanyak 27 orang (54,00%).
Pendapatan usahatani bunga bahan canang diperoleh dari pengurangan penerimaan usahatani bunga bahan canang dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan usahatani dalam satu tahun. Rincian rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan usahatani bunga bahan canang di Kecamatan Banjarangkan disajikan dalam Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa rata-rata penerimaan terbesar yaitu dari petani yang menanam bunga gemitir sedangkan yang terendah yaitu dari petani yang menanam bunga pacar air. Besar kecilnya penerimaan tunai bergantung pada harga jual, jumlah produksi, dan luas lahan garapan. Harga jual bunga pacar air dan bunga gemitir yang saat data diambil berkisar antara Rp10.000-Rp25.000/kg saat hari raya/rerahinan, sedangkan pada hari biasa harga jual bunga pacar air berkisar antara Rp2.000-Rp5.000/kg dan harga jual bunga gemitir berkisar antara Rp5.000-10.000/kg. Jika dilihat nilai rata-rata biaya usahatani, petani yang menanam bunga gemitir mengeluarkan biaya tertinggi sedangkan petani yang menanam bunga pacar air mengeluarkan biaya terendah. Biaya terbesar petani yang menanam bunga pacar air berasal dari biaya variabel bukan tunai yaitu 65,70% dimana biaya variabel bukan tunai ini merupakan biaya tenaga kerja dalam keluarga. Berbeda dengan petani yang hanya menanam bunga gemitir dan petani yang menanam kedua komoditi bunga bahan canang tersebut, biaya terbesar berasal dari biaya sarana produksi yaitu 72,89% pada komoditi bunga gemitir dan 73,99% pada komoditi bunga pacar air dan bunga gemitir, dimana biaya sarana produksi ini meliputi sewa lahan, bagi hasil, pembelian pupuk, pembelian pestisida, pembelian pengatur tumbuh, pembelian sarana pendukung seperti keranjang, koran, bambu, dan tali rafia serta biaya transportasi untuk melakukan usahatani.
Tabel 2.
Rata-Rata Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Bunga Bahan Canang | |||
Uraian |
Rata-Rata (Rp/tahun) | ||
Bunga Pacar Air |
Bunga Gemitir |
Bunga Pacar Air dan Gemitir | |
Penerimaan - Penerimaan tunai |
5.492.313 |
84.828.571 |
46.612.000 |
- Penerimaan bukan tunai |
151.850 |
24.857 |
425.500 |
Total penerimaan Biaya tunai - Biaya variabel tunai |
5.645.475 |
84.853.429 |
47.037.500 |
Biaya tenaga kerja luar keluarga |
172.281 |
11.683.714 |
4.816.667 |
Biaya sarana produksi |
658.793 |
32.967.464 |
25.727.883 |
- Biaya tetap tunai |
207.649 |
78.905 |
0 |
Biaya bukan tunai - Biaya variabel bukan tunai |
1.997.497 |
4.289.286 |
4.187.917 |
- Biaya penyusutan |
22.673 |
292.881 |
37.355 |
Total biaya |
3.040.368 |
45.226.536 |
34.769.822 |
Pendapatan usahatani bunga bahan |
2.605.107 |
39.626.893 |
12.267.678 |
canang
Sumber: Diolah dari data primer (2021)
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui juga petani yang menanam bunga gemitir memperoleh pendapatan tertinggi sedangkan pendapatan terendah diperoleh oleh petani yang menanam bunga pacar air. Tinggi atau rendahnya pendapatan usahatani dapat dipengaruhi oleh penerimaan dan biaya usahatani. Jika penerimaan usahatani tinggi sedangkan biaya usahatani rendah maka pendapatan usahatani menjadi tinggi dan petani mendapatkan keuntungan, tetapi jika penerimaan usahatani rendah sedangkan biaya usahatani tinggi maka pendapatan usahatani menjadi rendah. Total pendapatan petani yang hanya menanam bunga gemitir cenderung tinggi karena harga jual bunga gemitir perkilogram cenderung lebih tinggi dari bunga pacar air dan hasil produksi bunga gemitir yang jauh lebih tinggi akibat diusahakan pada lahan yang lebih luas juga
Pendapatan rumah tangga petani tidak hanya diperoleh dari pendapatan usahatani bunga bahan canang saja tetapi juga dari pendapatan usahatani selain bunga bahan canang dan pendapatan non-usahatani. Kegiatan usahatani yang dilakukan petani di Kecamatan Banjarangkan dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa sumber pendapatan tertinggi dari usahatani tanaman yaitu usahatani padi sedangkan dari usahatani hewan yaitu beternak sapi.
Hal ini menunjukkan bahwa 84,00% petani menggantungkan hidupnya dari berusahatani padi dan 48,00% dari beternak sapi. Beberapa komoditi ditanam dengan sistem tumpang sari untuk mengoptimalkan penggunaan lahan, mengefisiensi penggunaan waktu, tenaga, dan sarana produksi, serta petani akan mendapatkan pendapatan yang lebih dalam sekali musim tanam.
Tabel 3.
Sumber Pendapatan Usahatani Selain Bunga Bahan Canang di Kecamatan Banjarangkan
Tiimhh | ||||
No. |
Usahatani |
(Orang) |
Pendapatan (Rp/tahun) |
Rata-Rata (Rp/tahun) |
Tanaman | ||||
1 |
Padi |
42 |
241.002.089 |
5.738.145 |
2 |
Ubi jalar |
5 |
4.322.395 |
864.479 |
3 |
Ketela pohon |
1 |
5.591.734 |
5.591.734 |
4 |
Jagung |
5 |
10.664.127 |
2.132.825 |
5 |
Kacang tanah |
6 |
8.610.640 |
1.435.107 |
6 |
Kacang hijau |
1 |
193.366 |
193.366 |
7 |
Sawi hijau |
11 |
23.088.585 |
2.098.962 |
8 |
Cabai |
18 |
80.555.832 |
4.475.324 |
9 |
Kacang panjang |
10 |
8.671.120 |
867.112 |
10 |
Mentimun |
1 |
1.075.250 |
1.075.250 |
Hewan | ||||
1 |
Sapi |
24 |
153.026.667 |
6.142.853 |
2 |
Bebek |
1 |
19.875.000 |
19.875.000 |
3 |
Babi |
1 |
3.720.000 |
11.985.000 |
Total |
587.334.305 |
11.746.686 |
Sumber: diolah dari data primer (2021)
Beberapa rumah tangga memiliki sumber pendapatan selain dari usahatani dimana pendapatan non-usahatani ini dapat diperoleh oleh seluruh anggota rumah tangga, seperti pada Tabel 4. Sebanyak 42,00% responden tidak melakukan pekerjaan non-usahatani yang dipengaruhi oleh faktor usia, keterbatasan tenaga, waktu, keterampilan yang dimiliki anggota rumah tangga petani, dan jumlah tanggungan rumah tangga. Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa sumber pendapatan non-usahatani tertinggi berasal yaitu profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) meliputi guru, polisi, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), perawat, dan bidan. Jika dilihat dari dominasi jumlah, profesi buruh bangunan menempati posisi tertinggi. Rata-rata pendapatan, pendapatan dari ASN, pensiunan, dan industri masih mendominasi pendapatan rumah tangga petani, hal ini menunjukkan bahwa ketiga profesi tersebut berpengaruh besar pada pendapatan rumah tangga petani untuk menunjang kebutuhan rumah tangga.
Tabel 4.
Sumber Pendapatan Non-Usahatani di Kecamatan Banjarangkan
Tnmlab |
Rata-Rata | |||
No. |
Profesi |
(Orang) |
Pendapatan (Rp/tahun) |
(Rp/tahun) |
1 |
Aparatur Sipil Negara |
7 |
340.276.500 |
48.610.929 |
2 |
Pensiunan |
3 |
140.100.000 |
46.700.000 |
3 |
Karyawan swasta |
6 |
103.841.400 |
17.306.900 |
4 |
Buruh bangunan |
9 |
125.556.300 |
13.950.700 |
5 |
Buruh traktor |
1 |
8.825.000 |
8.825.000 |
6 |
Buruh penggilingan padi |
1 |
4.500.000 |
4.500.000 |
7 |
Industri |
3 |
52.529.700 |
17.509.900 |
8 |
Pedagang |
3 |
20.434.500 |
6.811.500 |
9 |
Penjahit |
1 |
3.000.000 |
3.000.000 |
10 |
Penyewaan traktor |
1 |
10.853.200 |
10.853.200 |
Total |
809.916.600 |
16.198.332 |
Sumber: diolah dari data primer (2021)
-
3.4 Kontribusi Pendapatan Usahatani Bunga Bahan Canang terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung
Kontribusi adalah sumbangan, pengaruh atau pemberian (Salim dan Salim, 2002), dalam penelitian ini merupakan sumbangan pendapatan usahatani bunga bahan canang terhadap pendapatan rumah tangga petani yang dihitung dengan mempresentasekan hasil bagi pendapatan usahatani bunga bahan canang dengan pendapatan rumah tangga petani dalam satu tahun.
Tabel 5.
Kontribusi Pendapatan Usahatani Bunga Bahan Canang Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Banjarangkan
Rata-Rata Uraian Nilai (Rp/tahun) (Rp/tahun) Pendapatan usahatani bunga bahan 437.595.573 8.751.911 canang Pendapatan usahatani selain bunga bahan canang
Pendapatan non-usahatani 809.916.600 16.198.332 Pendapatan rumah tangga petani 1.834.846.478 36.696.930 |
Kontribusi (%) 23,85 20,92 11,09 44,14 100,00 |
Sumber: diolah dari data primer (2021)
Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa kontribusi pendapatan usahatani bunga bahan canang terhadap pendapatan rumah tangga petani di Kecamatan Banjarangkan tergolong kategori sangat rendah yaitu sebesar 23,58%. Kondisi ini menunjukkan bahwa petani di Kecamatan Banjarangkan tidak mengandalkan
pendapatan dari usahatani bunga bahan canang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Kontribusi yang sangat rendah tersebut dapat disebabkan oleh tingkat harga yang kurang stabil. Walaupun kontribusinya tergolong sangat kecil, tetapi usahatani bunga bahan canang ini masih tetap dilakukan karena dalam berusahatani bunga pacar air tidak memerlukan perawatan yang intensif, biaya yang dikeluarkan rendah, serta panen yang dapat dilakukan berkali-kali sehingga dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Dalam hal berusahatani bunga gemitir, meskipun biaya yang dikeluarkan untuk berusahatani cenderung tinggi tetapi penerimaannya masih jauh lebih besar karena produksi yang tinggi dengan harga bunga yang tinggi juga ketika hari raya/rerahinan sehingga dapat menutupi pengeluaran dan mengimbangi penerimaan yang rendah akibat harga bunga yang rendah ketika hari biasa. Jika ditinjau dari masing-masing rumah tangga, sembilan orang (18,00%) mengandalkan pendapatan usahatani bunga bahan canang, 21 orang (42,00%) mengandalkan pendapatan usahatani selain bunga bahan canang, dan 20 orang (40,00%) mengandalkan pendapatan non-usahatani.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta uraian dari hasil dan pembahasan sebelumnya, maka terdapat beberapa simpulan mengenai hasil penelitian yaitu pendapatan usahatani bunga bahan canang di Kecamatan Banjarangkan sebesar Rp2.605.107/tahun/orang untuk bunga pacar air, Rp39.626.893/tahun/orang untuk bunga gemitir, dan Rp12.267.678/tahun/orang untuk kedua komoditi. Sumber pendapatan rumah tangga petani di Kecamatan Banjarangkan berasal dari pendapatan usahatani bunga bahan canang, pendapatan usahatani selain bunga bahan, dan pendapatan non-usahatani. Kontribusi pendapatan usahatani bunga bahan canang terhadap pendapatan rumah tangga petani di Kecamatan Banjarangkan tergolong kategori sangat rendah yaitu sebesar 23,58% dengan nilai pendapatan Rp437.595.573/tahun atau dengan rata-rata pendapatan Rp8.751.911/tahun/orang.
Beberapa saran yang dapat diberikan penulis berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah pemerintah diharapkan dapat memberikan pelatihan dan pendampingan petani dalam memanfaatkan teknologi melalui pengoptimalan kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap petani dalam berusahatani, menyediakan berbagai informasi pasar yang memadai dan mudah diakses, serta memastikan penyaluran pupuk subsidi untuk usahatani agar berjalan tepat guna dan tepat sasaran. Petani diharapkan dapat memanfaatkan peluang yang ada dan memotivasi petani lain untuk meningkatkan pendapatan usahatani dengan mencari informasi pasar mengenai permintaan dan penawaran bunga, melakukan sistem tanam tumpang sari untuk memperkecil resiko
kerugian, serta melakukan pengolahan bunga bahan canang menjadi produk lain bernilai ekonomis.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang membantu kelancaran penelitian ini, pihak tersebut meliputi BPP Kecamatan Banjarangkan, kelihan subak se-Kecamatan Banjarangkan, 50 petani bunga pacar air dan bunga gemitir di Kecamatan Banjarangkan yang menjadi responden dalam penelitian ini, serta keluarga dan pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. 2021. Istilah.
https://www.bps.go.id/istilah/index.html?Istilah%5Bberawalan%5D=R&Istil ah_page=4 (diakses pada 1 Juli 2021)
Masruroh, Ariyani. 2015. “Kontribusi Usaha Tani Tembakau Terhadap Pendapatan Pendapatan Rumah Tangga di Desa Salamrejo Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung Jawa Tengah.” Skripsi. Fakultas Ekonomi.
Universitas Negeri Yogyakarta. https://eprints.uny.ac.id/26170/ (diakses pada 3 Februari 2021)
Novendi, Elma, dan Agus Joko Pitoyo. 2019. Kontribusi Pendapatan Usahatani Lahan Tegalan terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga Petani di Desa Candirejo Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Bumi Indonesia 8 (2): 1-17.
http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/view/1074 (diakses pada 30 Juni 2021)
Rustariyuni, Surya Dewi. 2011. Analisis Tingkat Pendapatan Pedagang Canang Di Pasar Badung. JEJAK: Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan 4 (2): 144–53.
https://doi.org/10.15294/jejak.v4i2.4649 (diakses pada 8 Februari 2021)
Salim, Peter, dan Yenhi Salim. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modren English Press (diakses pada 8 Februari 2021)
Saputro, Wahyu Adhi, dan Wiwik Sariningsih. 2020. Kontribusi Pendapatan Usahatani Kakao Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Taman Teknologi Pertanian Nglanggeran Kecamatan Pathuk Kabupaten Gunungkidul. SEPA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis 16 (2): 208-217. https://doi.org/10.20961/sepa.v16i2.35825 (diakses pada 30 Juni 2021)
Sukmaningrum, Adisti, dan Ali Imron. 2017. Memanfaatkan Usia Produktif dengan Usaha Kreatif Industri Pembuatan Kaos pada Remaja di Gresik. Jurnal Paradigma 05 (03).
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/21647 (diakses pada 1 Juli 2021)
Sumarni. 2015. Perbedaan Peran Laki-Laki dan Perempuan Pada Usaha Sapi Potong di Desa Bentang Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar.
https://docplayer.info/45613932-Perbedaan-peran-laki-laki-dan-perempuan-pada-usaha-sapi-potong-di-desa-bentang-kecamatan-galesong-selatan-kabupaten-takalar-skripsi.html (diakses pada 1 Juli 2021)
Susilana, Rudi. 2015. Modul 6 Populasi dan http://file.upi.edu/Direktori/DUAL- MODES/PENELITIAN_PENDIDIKAN/BBM_6.pdf (diakses November 2020) |
Sampel. pada 8 |
Widana, I Gusti Ketut. 2020. Etika Sembahyang Umat Hindu. Denpasar: UNHI Press
Widodo, Hg Susena Triyanto. 2001. Indikator Ekonomi: Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia. Jakarta: Kanisius
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
632
Discussion and feedback