Resolusi Konflik Internal Subak Taman Desa Taman Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i02.p03
Resolusi Konflik Internal Subak Taman Desa Taman Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung
AGUS ANANDA WIBAWA, I DEWA PUTU OKA SUARDI*, I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB. Sudirman, Denpasar, 80323
Email: [email protected] *[email protected]
Abstract
Internal Conflict Resolution in Subak Taman, Taman Village, Abiansemal District, Badung Regency
Subak is an organization that oversees farmers to regulate irrigation, in its activities Subak cannot avoid problems in the form of conflict. Internal conflicts within the subak organization can be triggered by various factors, namely water scarcity and weak coordination between tempek to distribute water resources. Various conflicts that can arise in subak as a consequence of interaction between individuals in the organization, in this case farmers are members of the subak, it is very necessary to handle conflicts that can be applied in the form of management of any problems that arise from the subak organization. This study aims to determine the conflicts that occur in Subak Taman and the conflict resolutions taken to overcome these internal conflicts. This research was conducted with a qualitative descriptive analysis using primary and secondary data. Data were collected through in-depth interviews, observations, documentation studies and literature studies. The results showed that the conflicts that occurred in Subak Taman, Taman Village, Abiansemal District, Badung Regency were lack of irrigation water, work situations where there was blurring of task boundaries, communication failures, cropping patterns and cropping schedules, irrigation water pollution, and individual characteristics, namely differences. traits and personalities and differences in values and needs. Conflict resolution carried out in Subak Taman is by the methods of cooperation (cooperation), avoidance, competition, compromise, accommodation, domination, and problem solving. From the results of the study it can be concluded that there are six internal conflicts that occur in Subak Taman and conflict resolution is carried out using seven methods. The results of this study are expected to be a reference for those who need it.
Keywords: subak, internal conflict, resolution conflict
Subak merupakan sistem irigasi tradisional bercorak sosio religious berdasarkan filosofi Tri Hita Karana, yang bermakna menjaga keselarasan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya serta manusia dengan alam sekitarnya. Subak yang dikenal di Bali sebagai wadah atau organisasi berhimpunnya petani yang memiliki tekad dan semangat yang tinggi untuk bekerjasama atau bergotong royong dalam upaya mendapatkan air dengan tujuan memproduksi tanaman pangan khususnya padi dan palawija (Sutawan, 2008).
Konflik di dalam organisasi subak (konflik internal subak), dapat terjadi antara petani secara individu dengan petani (individu) lainnya, petani secara individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, dan bahkan kelompok dengan organisasi. Konflik internal dalam organisasi subak dapat dipicu berbagai faktor yang dapat menimbulkan konflik pada organisasi subak.
Faktor-faktor yang dapat memicu konflik dalam kehidupan organisasi Subak Taman yaitu kelangkaan air dan lemahnya koordinasi antara tempek untuk mendistribusikan sumberdaya air. Pada subak Taman kelangkaan air sangant sering terjadi hal ini disebabkan oleh sumber air yang terbatas. Tandikula yang tidak merata (terlalu dalam) juga banyak terjadi di subak taman. Perbuatan ini banyak dilakukan oleh petani yang ingin mengairi lahan sawahnya. Lemahnya aturan yang mengatur kecurangan ini berdampak pada banyaknya konflik yang terjadi antara petani subak taman.
Upaya-upaya dilakukan untuk menghentikan atau mengurangi dampak yang dapat ditimbulkan pada saat terjadinya konflik, salah satunya adalah melalui peran kalangan tertentu, baik secara individu maupun atas nama organisasi tertentu. Penyelesaian konflik juga dilakukan dengan mengikuti pola tertentu dalam manajemen konflik. Tidak hanya meredakannya, mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan pihak-pihak yang berselisih adalah salah satu tujuan utama dalam menyelesaikan konflik. Peran kelembagaan dalam penyelesaian konflik sangat penting karena lembaga atau organisasi (dengan strukturnya), memiliki aturan dan peraturan yang mengikat, serta wajib dipatuhi semua anggota. Penerapan aturan dan peraturan ini menuntut cara dan teknik tertentu, sehingga pihak-pihak yang berselisih tetap nyaman di dalam posisi masing-masing dan dapat melakukan kegiatannya kembali seperti semula, bahkan dapat berkolaborasi untuk tujuan bersama.
Berbagai konflik yang dapat muncul dalam subak sebagai bentuk konsekuensi dari interaksi antar individu dalam organisasi dalam hal ini petani anggota subak, maka sangat diperlukan penanganan konflik yang sekiranya dapat diterapkan dalam bentuk manajemen dari setiap permasalahan yang timbul dari organisasi subak. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Resolusi Konflik Internal di Subak Taman, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung”.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumusankan masalah penelitian sebagai berikut.
-
1. Bagaimanakah konflik internal yang terjadi di Subak Taman, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung?
-
2. Bagaimanakah resolusi konflik yang diambil untuk mengatasi konflik internal di Subak Taman, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung?
Tujuan penelitian ini berdasarkan rumus masalah di atas sebagai berikut.
-
1. Mengetahui konflik internal yang terjadi di Subak Taman, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.
-
2. Mengetahui resolusi konflik yang diambil untuk mengatasi konflik internal di Subak Taman, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat berupa: informasi dan masukan mengenai konflik yang terjadi maupun resolusi konflik yang terdapat di internal subak, membantu petani atau subak dalam mengidentifikasi internal yang terjadi di Subak Taman, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, dan membantu pengurus Subak di dalam merumuskan kebijakan dalam mengatasi konflik internal yang terjadi di Subak Taman, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal.
Penelitian ini dilakukan di Subak Taman, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Waktu pengambilan data dilaksanakan bulan Mei sampai bulan Juli 2018. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive yaitu secara sengaja yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu jumlah anggota subak, jumlah munduk subak, sedangkan data kualitatif berupa data yang diperoleh dari informan kunci. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh dari informan kunci dan data sekunder yang dieroleh dari literatur, jurnal dan artikel.
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan wawanara mendalam (indept interview), observasi, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan.
Penentuan sampel berdasarkan dari populasi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh keanggotaan subak yaitu sebanyak 310 orang. Kemudian pada populasi yang sudah ditentukan, dicari sampel dengan menggunakan informan kunci yang didasari atas tugas dan tanggung jawab dari informan kunci, narasumber, atau partisipan tersebut yang dianggap mampu memberikan keterangan sesuai dengan yang diperlukan dalam penelitian ini. Informan kunci dalam penelitian ini yaitupekaseh Subak Taman, wakil pekaseh, bendahara Subak Taman, dan kelian munduk di Subak Taman.
Variabel resolusi konflik internal subak taman desa taman kecamatan abiansemal kabupaten badung menggunakan enam belas indikator yang dilihat dari konflik internal subak. Pada penelitian ini data yang diperoleh kemudian dianalisis dan analisis yang dipergunakan untuk menjelaskan rumusan masalah adalah analisis analisis deskriptif kualitatif.
-
3. Hasil dan Pembahasan
-
3.1 Konflik Internal yang terjadi di Subak Taman, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung
-
3.1.1 Tingkatan konflik Subak Taman
-
-
Konflik berdasarkan tingkatan pada Subak Taman lebih cenderung pada konflik antar individu dimana konflik tersebut terjadi dalam satu subak. Kelian Subak Taman memaparkan bahwa beberapa kali salah satu warga mengeluh terhadap warga lainnya terkait dengan air. Hasil wawancara dengan salah satu kelian munduk, yakni Kelian Munduk Blong dan Kelian Munduk Blong Tengah menyampaikan bahwa kerap terjadi perebutan air pada munduk mereka dibandingkan dengan munduk lain. Menurut mereka letak munduk Blong dan Blong Tengah berada di ujung subak dan saluran air pada munduk tersebut belum diperbaiki, sehingga banyak petani yang secara individu memotong air sebelum masuk ke munduk mereka.
-
a. Keterbatasan Sumber daya
Kekurangan air irigasi merupakan salah satu sumber konflik dari keterbatasan sumber daya yang diperoleh berdasarkan observasi lapangan di Subak Taman. Dampak langsung yang terjadi adalah para petani melakukan tindakan yang menyimpang dari norma dan aturan yang berlaku pada subak tersebut, seperti pencurian air ataumelubangi pembatas sawah secara sengaja karena tandikundayang tidak merata. Terkadang terdapat petani yang melakukan kecurangan jika tidak mendapat air, karena lahan sawanhnya berada jauh ditengah. Petani yang jarang mendapat air melakukan hal hingga mencuri air dengan cara yang tidak baik seperti
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022 melubangi pembatas sawah, menutup saluran air petani lain dan cara lainnya. Kekurangan air banyak terjadi di Munduk Blong dan Munduk Blong Tengah dengan cara mencuri air. Petani melakukan hal tersebut dengan menutup pematang sawah atau menutup saluran air, sehingga banyak petani yang melaporkan kejadian tersebut kepada beliau.
Masalah terbesar bagi petani adalah sedikitnya sumber atau debit air yang mengalir menuju sawah atau subak. Sistem pembagian air yang belum berfungsi secara efektif berpengaruh terhadap petani yang memiliki lahan sawah yang jauh dari saluran air utama. Tandikunda merupakan kunci dari sistem pembagian air bagi lahan yang sulit terjangkau.
-
b. Situasi Kerja
Kekaburan batas tugas terjadi pada Munduk Delog Empelan, yakni kekaburan batas sehingga menyebabkan perebutan batas wilayah kerja. Situasi ini terjadi karena pematang sawah yang terdapat lahan sawa hanyut disapu air sungai. Selain itu, terdapat petani yang iseng untuk mengubah batas area sawah. Masalah ini adalah hal yang paling sulit apabila tidak cepat diselesaikan, akan menjadi masalah besar.
Kegagalan komunikasi merupakan salah satu konflik situasi kerja yang terjadi pada Subak Taman yaitu pelanggaran aturan pada anggota petani, yang dapat diketahui peraturan sudah dibuat dan ditetapkan oleh Kelian Subak Taman. Petani yang melanggar memiliki alasan petani tersebut tidak menghadiri peparuman subak atau rapat yang diselenggarakan oleh pengurus. Terdapat petani dari munduknya yang pernah melanggar aturan. Petani tersebut tidak menanam padi bersamaan dengan petani lainnya. Petani tersebut tidak mengikuti aturan karena petani tersebut menganggap jika menanam padi bersamaan, maka dia tidak mendapatkan pekerja tambahan untuk menanam padi dan tidak mendapatkan traktor.
Pola tanam dan jadwal tanam yang tidak sesuai terjadi pada Kelian Munduk Babakan Citra. Terdapat petani yang tidak ingin menanam padi sesuai dengan jadwal, yang dapat diketahuisaat itu sudah memasuki jadwal tanam padi. Petani tersebut justru menanam palawija seperti ubi, kangkung, dan terdapat juga petani yang hanya membiarkan lahannya ditumbuhi rumput. Kelian Munduk Babakan Citra menanggapi permasalan tersebut, tetapi beliau kesulitan untuk menegur petani tersebut, padahal sudah terdapat aturan secara tertulis yang mengatur hal tersebut.Beliau sebagai ketua munduk menyatakan sejujurnya bahwa tidak terlalu berani karena itu adalah kehendak mereka dan mereka yang memiliki lahan.
Pencemaran air irigasi terjadi di Subak Taman, yaitu sampah. Beberapa petani yang tidak membersihkan saluran air atau tandikundayang melewati lahannya, sehingga terdapat saluran pembagian air yang tersumbat yang berdampak terhadap kekurangan air di lahan petani lainnya. Hal tersebut menciptakan suatu konflik internal dengan perselisihan antarpetani dengan media verbal atau ribut sesama petani. Sumber konflik tersebut diketahui berasal dari beberapa petani yang lahannya berdekatan dengan saluran air utama, karena petani tersebut merasa mudah
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022 mendapatkan air sehingga tidak membantu untuk membuang sampah pada saluran air yang melewati lahannya.
Berdasarkan hal tersebut diketahui kebersihan temuku, kekalenatau tandikunda masih belum terjaga dan dilaksanakan secara optimal. Kebersihan seharusnya dikerjakan bersama dengan petani lain yang menerima air dari saluran tersebut, namun dalam kenyataannya terdapat beberapa petani yang tidak membersihkan saluran air sehingga terbatasnya sumber air irigasi dan menimbulkan ketidakharmonisan dengan antarpetani, baik antara satu munduk maupun dari munduk lainnya.
-
c. Karakteristik Individu
Konflik yang terjadi berdasarkan karakteristik individu banyak terjadi pada beberapa Munduk di Subak Taman. Perbedaan sifat dan kepribadian serta perbedaan nilai-nilai dan kebutuhan merupakan salah satu kasus yang terjadi pada Munduk Blong. Petani lebih mementingkan diri sendiri dibandingkan kebutuhan bersama sehingga memutuskan keterlibatan bersama yang menyebabkan kerugian pada petani lain. Banyak petani yang keras kepala dan tidak boleh diatur. Masalah banyak bermunculan, sepertimenanam padi pada waktunya, tetapi petani tersebut malah menanam rumput, ubi, bahkan membuat kolam. Inilah yang menyebabkan petani yang lain marah karena petani merasa dirugikan karena lahan mereka menjadi banyak tikus yang membuat sarang, terdapat burung yang menjadi hama saat padi mulai berbuah, tidak mendapat air karena semua air di alirkan ke kolam.
Hal ini juga terjadi pada Klian Munduk Blong, yaitu anggota subaknya memiliki sifat kecemburuan karena petani lain ada yang membantah peraturan yang dibuat. Anggota subak tidak setuju dengan peraturan tersebut, anggota subak memiliki alasan kalau bergiliran dalam menanam padi akan menimbulkan kecemburuan dengan anggota subak lainnya dan jika ada petani yang memiliki lahan sawah pada dua belah sisi akan menanam secara terus menerus, mengeluarkan biaya berlebih untuk buruh. Beliau juga menyampaikan bahwa petanimenjadi terlalu banyak biaya untuk membeli obat-obatan dan pupuk.
-
a. Kerjasama (Cooperation)
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap informan metode kerjasama sering diterapkan pada kejadian ketergantungan tugas seperti saat memperbaiki saluran air irigasi yang ada di lahan mereka. Awalnya, petani saling menunggu dalam hal membersihkan saluran air, sehingga pengurus subak bertindak untuk memediasi para petani melakukan metode kerjasama dalam hal mengatasi konflik yang terjadi. Mereka harus bekerja sama dengan anggota petani lain dalam hal membersihkan saluran air irigasi dengan gotong royong baik pemilik lahan yang memerlukan air atau dengan seluruh anggota subak. Metode kerjasama yang
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022 diterapkan disini iyalah petani yang menerima air dari saluran irigasi harus bertanggung jawab terhadap tugas mereka.
-
b. Menghindari (Avoidance)
Metode ini diterapkan pada kasus yang bersifat pribadi, dikarenakan tidak ingin memperbesarkan masalah yang ada dengan pertimbangan masalah tersebut tidak merugikan anggota subak lainnya. Petani subak ketika menghadapi pola tanam dan jenis tanaman yang ditanam yang tidak menentu, mereka lebih mengatasi masalah dengan cara menghindar karena menurut mereka jika hal ini ditindak lanjuti, maka konflik semakin berlanjut dan meranah kepada konflik lainnya sehingga tidak menyelesaikan masalah dengan tuntas. Penyebab petani memilih untuk menghindar karena karakteristik individu dari salah satu petani yang mengalami konflik memiliki sifat yang susah diatur dan keras kepala, sehingga petani lainnya lebih memilih untuk menghindari masalah tanpa melibatkan pengurus subak.
-
c. Kompetisi (Competition)
Keadaan Subak Taman yang kerap kekurangan air irigasi maka pengurus subak sempat menerapkan metode kompetisi pada munduk yang berada di sebelah barat jalan raya dan sebelah timur jalan raya. Berdasarkan informasi yang di terima, metode ini diharapkan dapat mengatasi keterbatasan sumberdaya air pada musim kemarau. Dimana subak taman hanya dapat bergantung pada mata air yang ada di sekitar desa taman. Sementara pada musim kemarau pasokan air belum dapat memenuhi kebutuhan di Subak Taman.
Namun dalam hal ini, banyak penolakan yang terjadi dari petani karena petani merasa semakin rugi. Kerugian yang dirasakan yaitu petani yang memiliki lahan di dua belah sisi akan memerlukan banyak biaya untuk pembelian obat, selain itu petani perlu merawat dua jenis tanaman sekaligus dalam satu musim dan masih banyak lagi alasan petani untuk menolak metode kompetisi yang di laksanakan.
-
d. Kompromi (Compromise)
Metode kompromi merupakan metode yang banyak dilakukan oleh Subak Taman. Metode ini dikatakan sebagai alternatif penyelesaian konflik jika metode kompetisi tidak berhasil. Berdasarkan informasi I Gusti Made Winten yang didapatkan, tidak sepenuhnya para petani menghindari sebuah konflik yang terjadi pada internal subak. Umumnya pengurus subak tetap berupaya menyarankan jalan terbaik agar semua anggota subak merasa nyaman.Ditambahkan oleh beliau konflik yang sering terjadi kebanyakan cekcok antara petani, adapun masalah ini tidak berlangsung lama dan sampai memakan korban. Menurut beliau konflik ini dapat dikendalikan dengan memanggil petani yang terlibat konflik dan menyarankan untuk mereka mengalah satu dengan yang lain.
-
e. Menyesuaikan (Accomodation)
Resolusi ini diterapkan pada konflik keterbatasan sumber daya yang terjadi pada Subak Taman. Kekurangan air umumnya terjadi pada Subak Taman. Keadaan kekurangan air membuat petani berpikir untuk melakukan metode dengan pengaturan jadwal tanam dengan petani melakukan penanaman pohon palawija yang diterapkan
saat musim kemarau. Jadwal tanam bergilir menjadi jalur solusi yang memiliki tujuan agar penggunaaan air lebih efisien dan merata kepada seluruh anggota yang bergabung pada Subak Taman.
-
f. Dominasi (Domination)
Metode dominasidilaksanakan oleh pengurus Subak Taman agar konflik tidak meluas dan mengatur petani agar tetap patuh terhadap aturan subak.Kekaburan batas tugas pada situasi kerja juga terjadi pada Munduk Delog Empelan, yakni kekaburan batas sehingga menyebabkan perebutan batas wilayah kerja merupakan konflik yang dapat meluas hingga merugikan orang lain yang tidak terlibat jika tidak segera diselesaikan sehingga dalam hal ini Kelian Subak Taman menerapkan metode dominasi agar konflik ini segera terselesaikan.
Salah satu munduk, yaitu Munduk Babakan Citra yang anggota petaninya pernah melanggar aturan. Petani tersebut tidak menanam padi bersamaan dengan petani lainnya. Petani tersebut keras kepala dan tidak mengikuti aturan karena petani tersebut menganggap jika menanam padi bersamaan, maka dia tidak mendapatkan pekerja tambahan untuk menanam padi dan tidak mendapatkan traktor. Jika tidak mau mengikuti aturan, akan dikenakan denda seperti yang berlaku.
-
g. Kolaborasi (Collaboration)
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, metode ini belum pernah diterapkan pada Subak Taman.
-
h. Pemecahan Masalah (Problem-Solving)
Berdasarkan informasi yang diterima konflik mengenai tandikunda dapat cepat diselesaikan karena kelian subak yang menentukan dimana posisi yang tepat batas lahan yang mereka miliki.Selain itu, metode ini digunakan saat pencurian air. Dalam kasus ini, ketua Subak Taman sebagai akar dari pemecahan masalah telah memanggil petani yang telah terlibat konflik guna menyelesaikan masalah dengan cara menyarankan petani yang menerima alirain air harus membersihkan saluran mereka. Ketua subak juga memberi penjelasan bahwa kalau diluar saluran air utama harus di bersihkan pemilik lahan sementra kalau saluran air utama akan dikerjakan oleh semua anggota subak melalui gotong royong.
Kekaburan batas tugas terjadi pada Munduk Delog Empelan, yakni perebutan batas wilayah kerja karena pematang sawah yang terdapat lahan sawa hanyut disapu air sungai dan mengubah batas area sawah. Masalah iniadalah hal yang paling sulit apabila tidak cepat diselesaikan, akan menjadi masalah besar. Masalah ini cepat teratasi, yang awalnya petani melakukan pelaporan pada pengurus subak, karena sedikit riskan maka ketua subak sebagai penengah yang juga mencari jalan keluarnya. Pemberi keputusan hanya ketua subak karena beliau sebagai pemegang wewenang.
-
i. Mendesain ulang organisasi (Organization-redesign)
Mendesain ulang organisasi dilakukan jika koordinasi dalam suatu pekerjaan mengalami kekacauan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, metode ini belum pernah diterapkan di Subak Taman.
-
3.3 Sumber konfik dan resolusi konflik internal Subak Taman, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Subak Tamn dapat diperoleh Sumber konflik dan resolusi konflik internal di Subak Tamn, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung seperti pada tabel 1.
Tabel 1.
Sumber konfik dan resolusi konflik internal Subak Taman, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung
No |
Sumber Konflik |
Resolusi Konflik |
1 |
Keterbatasan sumber daya Minimnya debit air Kurang maksimalnya sistem bagi air Pengambilan air oleh perusahaan air minum |
Melakukan metode kompetisi Melakukan kerjasama membersihkan saluran air untuk memperlancar air Melakukan metode Menyesuaikan jadwal tanam Melakukan metode pemecahan masalah |
2 |
Situasi kerja kekaburan batas tugas tidak bersedia untuk mengikuti jadwal tanam pencemaran saluran air oleh sampah buruknya kebersihan saluran air |
melakukan metode kerjasama melakukan metode kompromi melakukan metode dominasi melakukan metode menyesuikan melakuakn metode pemecahan masalah |
3 |
Karakteristik individu petani yang keras kepala petani yang berebut lahan warisan |
melakukan metode menghindari |
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa konflik Internal yang terjadi di Subak Taman yaitu konflik individu yang bersumber dari keterbatasan sumber daya yaitu kekurangan air irigasi, situasi kerja dimana terjadi kekaburan batas tugas, kegagalan komunikasi, pola tanam dan jadwal tanam, pencemaran air irigasi, dan karakteristik individu yakni perbedaan sifat dan kepribadian serta perbedaan nilai-nilai dan kebutuhan. Pada Subak Taman konflik lebih banyak terjadi antara individu dengan individu. Resolusi Konflik yang dilakukan pada Subak Taman yaitu dengan metode kerjasama (cooperation), menghindari (avoidance), kompetisi (competition), kompromi (compromise), menyesuaikan (accomodation), dominasi (domination), dan pemecahan masalah (problem-solving).
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan yaitu Pengurus Subak diharapkan melakukan implementasi awig - awig yang tepat dan tegas pada anggota yang melakukan kecurangan, diharapkan pemerintah kabupaten Badung melakukan pembangunan saluran irigasi dengan tetap mempertahankan sistem bagi
kuno (temuku), dan diharapkan pemerintah Desa dapat ikut membantu penyelesaian sumber konflik yang terjadi di Subak Taman, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal , Kabupaten Badung. Perlu penelitian lanjutan dengan menggunakan variabel dengan indikator yang berbeda untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan konflik subak.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini yaitu kepada pengurus Subak Taman, anggota Subak Taman, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Ardana, Komang, Ni Wayan Mujiati, dan Anak Agung Ayu Sriathi. 2009. Perilaku Organisasi, Edisi 2. Graha Ilmu: Yogjakarta.
Fisher, Simon. et al. (2001). Mengelola Konflik, Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak. Jakarta: The British Council.
Hartono, Timotius. 2001. Manajemen Konflik. Indonesia Multi Management LPA, FIA, Unibraw.
Ibraim, Jabal Tarik. 2002. Sosiologi Pedesaan. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Scott, WR. 2008. Institutions and Organization: Ideas and Interest, Third Edition. Los Angeles: Sage Publications.
Soyomukti, Nurani. 2010. Pengantar Sosiologi. AR-Rozz Media: Jogjakarta.
Sudarta, W. 2016.Sosiologi Pertanian. Udayana University Press: Denpasar.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Sutawan, N. 2009.Organisasi Manajemen dan Subak di Bali. Pustaka Bali Post: Denpasar.
Uphoff. 1999. The Role of Institutions in Rural Community Development: What Have We Learned? Report of APO Study Meeting on Rule of Institutions in Rural Community Develpoment, Asian Productivity Organization, Tokyo.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
517
Discussion and feedback