Adopsi Inovasi Teknologi Sambung Samping Dalam Peremajaan Kakao Oleh Petani Subakabian Padma Sari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i02.p02
Adopsi Inovasi Teknologi Sambung Samping Dalam Peremajaan Kakao Oleh Petani Subakabian Padma Sari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana
I PUTU ADITYA WARMAN, I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA*, NI WAYAN SRI ASTITI
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar, 80232
Email: [email protected] *[email protected]
Abstract
Adoption of Side Cleft Grafting Technology Innovations in Cocoa Rejuvenation by Farmers Subakabian Padma Sari, Kec. Melaya, Kab. Jembrana
Subakabian Padma Sari is one of the farmer groups that has implemented unproductive cocoa rejuvenation using side grafting technology innovations side cleft grafting in cocoa rejuvenation. The research was conducted from January to March 2021 in Subakabian Padma Sari, Nusasari Village, Melaya District, Jembrana Regency. Sampling using simple random sampling technique with the calculation of the formula Slovin, the research sample is 50 farmers. Methods of data collection through in-depth interviews and structured interviews (questionnaires), then analyzed using a qualitative descriptive method. The results showed that the characteristics of farmers in Subakabian Padma Sari have an average age belonging to productive age, education level at high school level, experience in cocoa farming, small number of family dependents, narrow land area, small population of cocoa trees, and most of them cultivate. follow-up clone varieties. The stages of the adoption process of sidegrafting technology innovations have a graph of decreasing stages from the conscious stage to the adoption stage. The pace of innovation adoption is slow, which is influenced by six factors, namely: the nature of innovation is moderate, the type of decision making is good, the nature of the target is slow, the communication channel is good, the social system is good, and the role of reforming agents is moderate. Cocoa farmers in Subakabian Padma Sari should spend more time on cocoa cultivation, because side-grafting technology innovations can increase production yields, thereby increasing farmers' income. Extension workers should be more aggressive in introducing side-grafting technology innovations, by providing intensive assistance to farmers, paying attention to the innovation decision process starting from the conscious stage to adopting the innovation given. The innovator should disseminate side-grafting technological innovations by showing evidence of success that other farmers can observe directly.
Keywords: adoption, innovation, side cleft grafting, rejuvenation, cocoa
Kabupaten Jembrana merupakan salah satu sentral budidaya kakao di Provinsi Bali. Menurut Data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2018) luas areal kakao di Kabupaten Jembrana mencapai 6258.64 ha, yang terdiri dari luas tanaman tua atau rusak sebesar 1352.73 ha, dengan total produksi sebesar 2.954 ton, namun rata-rata produksinya hanya 598 kg/ha. Masih tergolong rendah dari produksi rata-rata perkebunan besar yaitu 900 kg/ha/tahun (Sunanto, 1994). Faktor terbesar penyebab rendahnya produktivitas kakao di Kabupaten Jembrana adalah umur tanaman kakao yang sudah cukup tua dan rusak. Salah satu inovasi dalam upaya peremajaan kakao untuk meningkatkan produktifitas kakao yang sudah tua atau kurang produktif dengan menggunakan teknologi sambung samping (Putra, 2012).
Subakabian Padma Sari merupakan salah satu Subakabian yang terletak di Desa Nusasari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Mengacu pada Data Program Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Melaya Tahun 2020, Subakabian Padma Sari memiliki luas lahan anggota keseluruhan 52,67 ha dengan jumlah keseluruhan anggota yang aktip dan memiliki lahan kakao sebanyak 98 orang. Adopsi petani anggota Subakabian Padma Sari terhadap inovasi teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao memiliki proses yang cukup lama dalam pengadopsiannya. Belum sepenuhnya petani kakao di Subakabian Padma Sari menerapkan inovasi teknologi sambung samping, padahal inovasi tersebut sangat bagus untuk meningkatkan produktivitas kakao. Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini menarik untuk dikaji sehingga perlu diteliti mengenai adopsi inovasi teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao oleh petani Subakabian Padma Sari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
-
1. Bagaimanakah karakteristik petani anggota Subakabian Padma Sari?
-
2. Bagaimanakah tahapan proses adopsi inovasi petani Subakabian Padma Sari terhadap teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao?
-
3. Bagaimanakah kecepatan adopsi inovasi petani Subakabian Padma Sari terhadap teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
-
1. Untuk mengetahui karakteristik petani anggota Subakabian Padma Sari.
-
2. Untuk mengidentifikai tahapan proses adopsi inovasi petani Subakabian Padma
Sari terhadap teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao.
-
3. Untuk mengidentifikasi kecepatan adopsi inovasi petani Subakabian Padma Sari terhadap teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao.
Lokasi penelitian dilakukan di Subakabian Padma Sari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Penentuan lokasi penelitian tersebut dilakukan secara sengaja (purposive). Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari hingga Maret 2021.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data yang digunakan yaitu data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan bantuan kuesioner, sedangkan data sekunder didapatkan dari data-data resmi seperti jurnal dan buku penunjang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara dan dokumentasi. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (Sugiyono, 2017).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang aktip dan memiliki lahan kakao yang ada di Subakabian Padma Sari berjumlah 98 orang. Penentuan sampel penelitian dihitung menggunakan rumus slovin. Jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Penentuan informan kunci pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan informan dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015). Informan kunci dalam penelitian ini yaitu: Kelian Subakabian Padma Sari, Ketua Koperasi Kerta Semaya Samaniya, dan Kepala Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Melaya.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik petani, tahapan proses adopsi, dan kecepatan adopsi inovasi. Indikator variabel karakteristik petani adalah umur, lamanya pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani, luas lahan, populasi pohon kakao, dan varietas kakao dengan pengukuran interval klas. Indikator variabel tahapan proses adopsi adalah tahap sadar, tahap minat, tahap menilai, tahap mencoba, dan tahap adopsi dengan pengukuran skor. Indikator variabel kecepatan adopsi inovasi adalah sifat inovasi, tipe keputusan, sifat sasaran, saluran komunikasi, sistem sosial, dan agen pembaru dengan pengukuran skor.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan dengan maksud untuk menjabarkan data agar memperoleh gambaran kompleks dengan mencermati tanggapan responden. Pengukuran menggunakan metode skor atau Skala Likert.
(NT - NR) i =---------- K …………………………………….(1)
Keterangan : i = Interval, NT = Nilai tertinggi, NR = Nilai terendah, K = Kategori. Berdasarkan rumusan di atas maka dapat diperoleh interval kelas untuk hasil kuesioner yang disesuaikan dengan masing-masing variabel dalam kuesioner.
Umur produktif secara ekonomi dibagi menjadi tiga klarifikasi, yaitu umur 0 s.d 14 tahun tergolong usia belum produktif, umur 15 s.d 64 tahun tergolong usia produktif, dan umur 65 tahun ke atas tergolong usia tidak lagi produktif (Mantra, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden dalam kategori usia produktif sebanyak 44 responden. Sedangkan pada kategori usia tidak lagi produktif sebesar 6 responden.
Tingkat pendidikan merupakan jumlah tahun mengikuti pendidikan formal yang ditempuh petani pada bangku sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan responden petani anggota Subakabian Padma Sari adalah 10 tahun tergolong kategori sedang, dengan jumlah responden yang menempuh pendidikan pada jenjang setara SMA presentase sebesar 42% sebanyak 21 responden yang merupakan jumlah tertinggi dalam kategori tingkat pendidikan responden.
Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi petani dalam menerima suatu inovasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tanggungan keluarga responden petani anggota Subakabian Padma Sari adalah sebanyak 3 orang tergolong kategori sedang, dengan persentase 62% sebanyak 31 orang responden yang merupakan jumlah tertinggi.
Pengalaman berusahatani merupakan lamanya petani melakukan berbagai kegiatan usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman berusahatani responden petani Subakabian Padma Sari adalah 27 tahun termasuk dalam kategori berpengalaman, dengan persentase sebesar 48% sebanyak 24 responden yang merupakan jumlah tertinggi.
Luas lahan usahatani merupakan keseluruhan luas lahan yang diusahakan atau dikelola petani responden baik milik sendiri, menyewa, maupun menyakap. (Susilowati dan Maulana, 2012), mengelompokkan petani ke dalam tiga kategori yaitu petani skala kecil dengan luas lahan usahatani < 0,5 ha, petani skala menengah dengan luas lahan usahatani 0,5 – 1 ha, dan petani skala besar denga luas lahan usahatani > 1 ha. Hasil penelitian menunjukkan luas lahan garapan petani responden < 0,5 Ha memperoleh persentase tertinggi yaitu 78% sebanyak 39 responden. Hal ini menunjukkan luas lahan petani responden tergolong kategori lahan skala kecil atau lahan sempit.
Populasi pohon merupakan jumlah keseluruhan tanaman kakao yang dibudidayakan oleh petani responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata populasi pohon kakao yang dibudidayakan responden Subakabian Padma Sari adalah sebanyak 192 pohon tergolong kategori sedikit, dengan persentase sebesar 86 % sebanyak 43 responden yang merupakan jumlah tertinggi.
Varietas kakao merupakan jenis klon kakao yang dibudidayakan oleh responden. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata varietas kakao yang diusahakan responden petani anggota Subakabian Padma Sari adalah sebagian besar membudidayakan varietas klon lindak, dengan persentase sebesar 74 % sebanyak 37 responden merupakan jumlah tertinggi.
Tahap sadar merupakan dimana seseorang pertamakali mendengar tentang inovasi dan mulai terbuka akan inovasi tersebut.
Tabel 1.
Tahap Sadar Responden Terhadap Inovasi Teknologi Sambung Samping dalam Peremajaan Kakao
No |
Skor |
Kategori |
Tnmlfib | |
Orang |
% | |||
1 |
3 – 5,4 |
Sangat Tidak Sadar |
3 |
6 |
2 |
5,5 – 7,8 |
Tidak Sadar |
5 |
10 |
3 |
7,9 – 10,2 |
Sedang |
8 |
16 |
4 |
10,3 – 12,6 |
Sadar |
13 |
26 |
5 |
12,7 – 15 |
Sangat Sadar |
21 |
42 |
Total |
50 |
100 | ||
Sumber |
: Data primer 2021 |
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa responden menyatakan sangat sadar dengan adanya inovasi teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao. Berdasarkan hasil wawancara pencapian skor tertinggi yaitu sangat sadar diperoleh karena setiap responden anggota Subakabian Padma Sari sudah mengetahui inovasi teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao. Hal ini mendukung proses adopsi inovasi seperti pernyataan (Sumardjo, 2019), menyatakan bahwa proses adopsi merupakan proses mental dalam diri seseorang sejak pertama kali ia mendengar suatu inovasi sampai akhirnya menerapkan inovasi.
Tahap minat merupakan dimana individu mulai melakukan aktivitas mencari informasi yang baru diketahuinya.
Tabel 2. Tahap Minat Responden Terhadap Inovasi Teknologi Sambung Samping dalam | ||||
Peremajaan Kakao | ||||
No |
Skor |
Kategori |
Jumlah Orang |
% |
1 |
3 – 5,4 |
Sangat Tidak Baik |
4 |
8 |
2 |
5,5 – 7,8 |
Tidak Baik |
7 |
14 |
3 |
7,9 – 10,2 |
Sedang |
9 |
18 |
4 |
10,3 – 12,6 |
Baik |
18 |
36 |
5 |
12,7 – 15 |
Sangat Baik |
12 |
24 |
Total |
50 |
100 | ||
Sumber : |
Data primer 2021 |
Berdasarkan Tabel 2 pencapaian skor tahap minat responden terhadap inovasi teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao tertinggi adalah pada kategori baik dengan skor 10,3 – 12,67 dengan persentase 36% sebanyak 18 orang dari 50 responden. Ketika proses adopsi inovasi didukung sumber informasi yang tepat dalam tahap minat akan mempengaruhi individu mengadopsi sebuah inovasi. Informasi inovasi teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao di dapat dari penyuluh, pemimpin Subakabian, dan antar petani Subakabian.
Seorang individu telah melewati proses setelah memperoleh informasi yang cukup individu kemudian menimbang sebelum mulai mencoba inovasi tersebut.
Tabel 3.
Tahap Menilai Responden Terhadap Inovasi Teknologi Sambung Samping dalam Peremajaan Kakao
No |
Skor |
Kategori |
Jumlah | |
Orang |
% | |||
1 |
3 – 5,4 |
Sangat Tidak Baik |
7 |
14 |
2 |
5,5 – 7,8 |
Tidak Baik |
9 |
18 |
3 |
7,9 – 10,2 |
Sedang |
19 |
38 |
4 |
10,3 – 12,6 |
Baik |
8 |
16 |
5 |
12,7 – 15 |
Sangat Baik |
7 |
14 |
Total 50 100
Sumber : Data primer 2021
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa pencapaian skor tahap menilai responden terhadap inovasi teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao tertinggi adalah pada kategori sedang dengan skor 7,9– 0,2 dengan persentase 38% sebanyak 19 responden. Pada tahap menilai sebagian besar petani melakukan kegitan menimbang-nimbang sebelum menggunakan suatu inovasi baru.
Suatu inovasi dirasa menguntungkan maka tindakan untuk mencoba akan diambil oleh responden.
Tabel 4.
Tahap Mencoba Responden Terhadap Inovasi Teknologi Sambung Samping dalam Peremajaan Kakao
No |
Skor |
Kategori |
Jumlah | |
Orang |
% | |||
1 |
3 – 5,4 |
Sangat Tidak Baik |
14 |
28 |
2 |
5,5 – 7,8 |
Tidak Baik |
18 |
36 |
3 |
7,9 – 10,2 |
Sedang |
10 |
20 |
4 |
10,3 – 12,6 |
Baik |
5 |
10 |
5 |
12,7 – 15 |
Sangat Baik |
3 |
6 |
Total 50 100
Sumber : Data primer 2021
Berdasarkan Tabel 4 pencapaian skor pada tahap mencoba tertinggi adalah pada kategori tidak baik dengan pencapaian skor 5,5–7,8 persentase sebesar 36% sebanyak 18 responden. Belum sepenuhnya responden mendapat kesempatan mencoba inovasi karena kesempatan untuk mencoba inovasi tersebut harusnya mendapat pelatihan dari tenaga ahli, kendala yang dirasakan responden adalah waktu untuk mencoba inovasi terbatas faktor cuaca sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan penyambungan.
Tahap adopsi merupakan tahap dimana seseorang telah menerima inovasi karena memberikan keuntungan secara teknis maupun ekonomis. Berdasarkan hasil penelitian pada tahap adopsi inovasi teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao petani responden menyatakan tidak baik. Inovasi teknologi sambung samping menuntut perawatan khusus pada proses budidaya, selain itu dikarenakan jumlah populasi kakao yang sedikit dan lahan yang sempit mempengaruhi petani mengadopsi inovasi tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian kecepatan adopsi inovasi teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao di Subakabian Padma Sari tergolong kategori lambat.
Tabel 5
Kecepatan Adopsi Inovasi Teknologi Sambung Samping dalam Peremajaan Kakao di
Subakabian Padma Sari | |||||
No |
Kecepatan Adopsi Inovasi |
Skor |
Jumlah |
Kategori | |
Orang |
% | ||||
1 |
Sifat Inovasi |
14 – 17 |
22 |
44 |
Sedang |
2 |
Tipe Pengambilan |
10,3 – 12,6 |
23 |
46 |
Baik |
Keputusan | |||||
3 |
Sifat Sasaran |
10 – 13 |
21 |
42 |
Penganut Lambat |
4 |
Saluran Komunikasi |
6,7 – 8,4 |
17 |
34 |
Baik |
5 |
Sistem Sosial |
3,5 – 4,2 |
27 |
54 |
Baik |
6 |
Agen Pembaru |
7,9 – 10,2 |
18 |
36 |
Sedang |
Sumber : Data primer 2021
Terdapat enam faktor yang menentukan kecepatan adopsi inovasi petani di Subakabian Padma Sari terhadap teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao yaitu:
(Prabayanti, 2010), menyebutkan terdapat lima sifat-sifat inovasi yang menentukan kecepatan proses adopsi inovasi diantaranya: keuntungan relatif, kesesuaian, kerumitan, dapat dicoba, dan dapat diamati. Berdasarkan pada Tabel 5 hasil penelitian mengenai sifat inovasi responden terhadap inovasi teknologi sambung samping di Subakabian Padma Sari menunjukkan kategori sedang dengan pencapain skor 14–17 persentase 44 % sebanyak 22 responden. Sebagaian besar responden belum merasakan keuntungan yang didapat dari penerapan inovasi teknologi sambung samping, petani merasakan kerumitan dari penerapan inovasi teknologi sambung samping, dan sebagian besar betani belum mendapat kesempatan mencoba teknologi sambung samping.
Tipe keputusan inovasi yang mempengaruhi keputusan adopsi, semakin banyak orang yang terlibat dalam proses pembuatan keputusan inovasi, semakin lambat tempo adopsinya (Rogers, 2003). Berdasarkan Tabel 5 hasil penelitian menunjukkan tipe pengambilan keputusan responden di Subakabian Padma Sari terhadap inovasi teknologi sambung samping termasuk kategori baik dengan pencapaian skor 10,3–12,6 dengan persentase 46 % sebanyak 23 responden. Sebagian besar responden menyatakan dalam hal penerapan inovasi teknologi sambung samping petani memutuskan berdasarkan keputusan sendiri atau secara optional.
Setiap individu petani memiliki karateristik sosial ekonomi yang berbeda yang dapat menyebabkan berbeda pula kecepatan dalam mengadopsi suatu inovasi. Berdasarkan pada Tabel 5 hasil penelitian mengenai sifat sasaran responden di Subakabian Padma Sari terhadap inovasi teknologi sambung samping menunjukkan kategori penganut lambat dengan pencapaian skor 10–13 persentase 42 % sebanyak 21 responden.
Saluran komunikasi yakni alat yang dipergunakan untuk menyebarluaskan suatu inovasi (Fisher, 1986). Berdasarkan pada Tabel 5 hasil penelitian mengenai saluran komunikasi responden terhadap inovasi teknologi sambung samping di Subakabian Padma Sari menunjukkan kategori baik dengan skor 6,7–8,4 persentase 34 % sebanyak 17 responden. Sebagian besar responden di Subakabian Padma Sari menggunakan saluran antar petani (interpersona)l untuk mendapatkan informasi mengenai inovasi teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao.
Sistem sosial merupakan hal lain yang mempengaruhi kecepatan adopsi suatu inovasi terutama norma-norma sistem sosial. Berdasarkan pada Tabel 5 hasil penelitian mengenai sistem sosial terhadap inovasi teknologi sambung samping di Subakabian Padma Sari menunjukkan kategori baik dengan pencapaian skor 3,5–4,2 dengan persentase 54 % sebanyak 27 responden. Sebagian besar responden
menyatakan inovasi teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao tidak bertentangan dengan norma-norma sistem sosial yang berada di Subakabian petani.
Peran agen pembaru dalam mempromosikan inovasi teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao, dalam hal ini penyuluh berperan untuk memperkenalkan inovasi, penyuluh mampu mendemontrasikan inovasi, dan peran penyuluh untuk membantu petani dalam mengambil keputusan untuk menerapkan
inovasi teknologi sambung samping. Berdasarkan pada Tabel 5 hasil penelitian mengenai peran agen pembaru terhadap inovasi teknologi sambung samping di Subakabian Padma Sari menunjukkan kategori sedang dengan pencapaian skor 7,9 – 10,2 dengan persentase 36 % sebanyak 18 responden.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu karakteristik petani di Subakabian Padma Sari yaitu memiliki usia produktif, tingkat pendidikan sedang, jumlah tanggungan keluarga ideal, berpengalaman berusahatani, luas lahan skala kecil, populasi pohon kakao sedikit, dan sebagian besar membudidayakan varietas kakao klon lindak. Tahapan proses adopsi inovasi teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao sebagai berikut: (a)Tahap sadar tergolong kategori sangat sadar, (b)Tahap minat tergolong kategori baik, (c)Tahap menilai tergolong kategori sedang, (d)Tahap mencoba tergolong kategori tidak baik, (e)Tahap adopsi tergolong kategori tidak baik. Kecepatan adopsi inovasi petani Subakabian Padma Sari terhadap teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao tergolong lambat, yang dipengaruhi oleh enam faktor yang menentukan kecepatan adopsi inovasi yaitu: sifat inovasi tergolong kategori sedang, tipe pengambilan keputusan tergolong kategori baik, sifat sasaran tergolong kategori penganut lambat, saluran komunikasi tergolong kategori baik, sistem sosial tergolong kategori baik, dan agen pembaru tergolong kategori sedang.
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan yang telah dijabarkan, maka saran yang dapat diberikan adalah petani kakao di Subakabian Padma Sari sebaikknya meluangkan waktu lebih banyak untuk budidaya kakao, sebab dengan inovasi teknologi sambung samping dalam peremajaan kakao dapat meningkatkan hasil produksi dan mutu kakao sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Penyuluh lebih gencar menyebarluaskan inovasi teknologi sambung samping kepada petani, dengan pendampingan secara intensip. Inovator sebaikknya menyebarluaskan inovasi teknologi sambung samping untuk peremajaan kakao dengan jalan menunjukkan bukti keberhasilan yang bisa diamati secara langsung oleh petani lainnya.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung terlaksananya e-jurnal ini yaitu terutama kepada petani, pekaseh di Subakabian Padma Sari, serta kepada keluarga, teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Mantra, Ida Bagoes. 2008. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fisher, B. Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Putra, Dhenny Permana. 2012. Analisis Perbandingan Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Kakao (Theobroma cacao L.) Sambung Samping dan NonSambung Samping Pada Tanaman Kakao Berumur Tua di Kecamatan Simpang Alahan mati Kabupaten Pasaman. [Skripsi]. Padang. Universitas Andalas.
Prabayanti, Herning. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi Biopestisida oleh Petani di Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar. [Skripsi]. Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
https://core.ac.uk/download/pdf/12348364.pdf.
Rogers, E.M., 2003. Diffusion of Innovation. Fifth Edition. The Free Press. New York.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.
Sumardjo, Gunawan. 2019. Penguatan Adopsi dan Keberlanjutan Usaha Pertanian Padi Organik di Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi Jawa Timur. Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat.
Sunanto. X.F. 1994. Tanaman Kakao. Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisius, Yogyakarta.
Susilowati, S.H.dan M.Maulana, 2012. Luas Lahan Usahatani dan Kesejahteraan Petani : Eksistensi Petani Gurem dan Urgensi Kebijakan Reforma Agraria. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. 10 (1) : 17 – 30.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
507
Discussion and feedback