Dampak Alih Fungsi Lahan terhadap Eksistensi Subak Kedungu, di Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i02.p01
Dampak Alih Fungsi Lahan terhadap Eksistensi Subak Kedungu, di Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
I KADEK ADI YOGA LESMANA, I KETUT SUAMBA*, NI WAYAN SRI ASTITI
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar, 80232
Email: [email protected] *[email protected]
Abstract
The Impact of Land Functions on the Existence of Subak Kedungu, Pererenan Village, Mengwi District, Badung Regency
Subak is very thick in community life in Bali. Subak is closely related to Tri Hita Karana, which is a guideline for the community in religious social activities carried out by the indigenous community in Bali.The purpose of this study is to determine the impact of land use change and the causes of land use change on the existence of Subak Kedungu in terms of social, economic and technical aspects.The location of this research was conducted in Subak Kedungu, Pererenan Village, Mengwi District, Badung Regency from November 2020 to January 2021.The selection of the research location was carried out by using the perposive method using key informants.The determination of informants in this study involved all elements related to the Kedungu Subak, such as members of the subak, subak landowners, subak members who sold land, tenants, tenants, subak institutions, and village institutions.The results showed the causes of land conversion that occurred in Subak Kedungu, among others, an increase in the number of family members, an increase in community needs, and a decrease in the interest of young people in Pererenan Village to replace their parents as farmers.Meanwhile, the impact of land conversion that occurs is that the social aspects do not have an impact on the community, the economic aspect of income from farming does not experience a reduction, and the technical aspects are not too affected because basically the members of Subak Kedungu only plant rice.
Keywords: transfer of land function, impact, existence, subak
Bali merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang mengalami alih fungsi lahan pertanian. Konversi lahan pertanian di Bali tidak dapat dihindari di tengah besarnya perimintaan investor. Hilangnya lahan sawah di Bali dapat mengancam keberlangsungan subak. Subak merupakan organisasi petani yang mengelola air
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022 irigasi untuk anggota-anggotanya. Sebagai suatu organisasi, subak mempunyai pengurus dan aturan-aturan ke organisasian (awig-awig), baik tertulis maupun tidak tertulis. Menurut Andika, Sudarta & Djelantik, 2017 subak merupakan organisasi tradisional di bidang tata guna air dan atau tata tanaman di tingkat usaha tani pada masyarakat adat Bali yang bersifat sosioagraris, religius dan ekonomis yang secara hitoris terus tumbuh dan berkembang.
Pada hakekatnya subak merupakan suatu sistem dan himpunan petani sawah yang bertujuan mengatur tata pengairan sebaik-bainya berdasarkan asas gotong royong yang murni, tanpa membedakan asal, kedudukan dan golongan para anggotanya. Subak sebagai aset keunikan budaya Bali yang telah dikenal di manca Negara perlu dijaga kelastarianya (Arnawa, 2004). Subak merupakan lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosio-religius terutama bergerak dalam pengolahan air untuk produksi tanaman setahun khususnya padi berdasarkan prinsip Tri Hita Karana (Parmadi & Kuasuma, 2016). Secara realita, saat ini subak menghadapi tantangan serius dalam mempertahankan eksistensinya. Tantangan tersebut yakni persaingan dalam pemasaran hasil-hasil pertanian, ketersediaan air semakin terbatas, kerusakan lingkungan khususnya pencemaran sumber daya air, dan berkurangnya minat pemuda untuk bekerja sebagai petani (Wulandari, Windia, & Sarjana, 2020). Subak adalah suatu masyarakat hukum adat yang memiliki karakteristik sosioagraris-religius yang merupakan perkumpulan dari petani-petani yang mengelola air irigasi di lahan sawah.
Alih fungsi lahan merupakan perubahan fungsi lahan menjadi fungsi lainnya untuk memenuhi keinginan-keinginan tertentu dari pemilik lahan. Perkembangan industri menjadi salah satu penyebab terjadinya alih fungsi lahan (Pasaribu & Agusta, 2018). Alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali apabila tidak ditanggulangi dapat mendatangkan permasalahan yang serius, antara lain dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan (Wiraraja et al., 2016). Alih fungsi lahan pertanian merupakan proses pengalihan fungsi lahan pertanian dari penggunaan untuk pertanian kepenggunanaan lainnya, pada sebagian atau keseluruhan kawasan lahan yang umumnya mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan maupun pada potensi lahan tersebut (Jannah, dkk, 2017). Konversi lahan sawah adalah suatu proses yang disengaja oleh manusia (anthropogenic), bukan suatu proses alami. Konversi lahan sawah terus berlangsung, namun data luas lahan sawah nasional tidak memperlihatkan kecenderungan penurunan, sehingga menimbulkan keraguan sehubungan dengan maraknya konversi lahan pertanian (Mulyani, dkk 2016).
Alih fungsi lahan akibat pariwisata dari sektor pertanian menjadi usaha akomodasi pariwisata merupakan masalah yang harus mendapatkan perhatian. Jika berbicara tentang pariwisata di Kabupaten Badung dan Desa Pererenan khususnya, kita harus menyadari bahwa alam dan budaya merupakan roh pariwisata. Jika hal ini dibiarkan bukan tidak mungkin pariwisata yang awalnya diharapkan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat justru akan mengancam kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Sebelum sektor pariwisata berkembang di desa Pererenan,
sektor pertanian menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat. Di Desa Pererenan terdapat tiga Subak yaitu Subak Kedungu, Subak Munggu Tegalantang, dan Subak Pangi. Ketiga subak ini menjadi penyangga kehidupan masyarakat di Desa Pererenan, namun seiring berjalannya waktu alih fungsi lahan sebagai akomodasi pariwisata terus meningkat yang mengakibatkan jumlah lahan produktif di Desa Pererenan terus berkurang. Subak yang paling besar mengalami alih fungsi dari lahan produktif menjadi lahan non produktif adalah Subak Kedungu untuk menjaga hal tersebut tidak berkelanjutan perlu adanya peran dari pemerintah untuk mengedukasi masyarakat melalui aturan atau legalitas yang sudah ada bila perlu bersinergi dengan Desa Adat untuk menuangkan aturan yang mengatur tentang alih fungsi lahan didalam awig-awig atau pararem untuk meminimalisir terjadinya alih fungs lahan yang berkelanjutan (Profil Desa Pererenan 2020).
-
1. Apa penyebab terjadinya alih fungsi lahan di Subak Kedungu, Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung?
-
2. Bagaimana dampak alih fungsi lahan terhadap eksistensi Subak Kedungu ditinjau dari aspek sosial budaya, ekonomi dan teknis?
-
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya alih fungsi lahan di Subak Kedungu, Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
-
2. Untuk mengetahui dampak alih fungsi lahan terhadap eksistensi Subak Kedungu ditinjau dari aspek sosial budaya, ekonomi dan teknis.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Subak Kedungu Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung dari bulan November 2020 sampai dengan Januari 2021.
Berdasarkan jenis data yang digunakan, penelitian ini menggunakan data kualitatif. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain.
Teknik pengumpulan data untuk keabsahan dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data meliputi, observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi (Mulyadi, M. 2013).
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan teknis analisis Miles dan Huberman meliputi pengumpulan data, reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing / verification). Milles & Huberman (1984).
Alih fungsi lahan yang terjadi beberapa tahun terakhir berkembang semakin pesat, hal ini tidak saja terjadi di Subak Kedungu Desa Pererenan, namun hampir di setiap kabupaten di Bali mengalami hal serupa. Alih fungsi lahan tidak selalu memberikan dampak negatif, namun ada yang memberikan dampak positif pada suatu daerah. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya alih fungsi lahan, dan faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan di setiap wilayah akan berbeda-beda. Eksistensi organisasi Subak di Bali bisa menjadi salah satu faktor penyebab alih fungsi lahan. Hal ini dikarenakan organisasi Subak di Bali yang mengatur sistem pengairan atau irigasi subak dan mengatur pola tanam di lahan anggota Subak.Konsep Tri Hita Karana yaitu Palemahan (hubungan manusia dengan alam), Pawongan (hubungan manusia dengan manusia), dan Parhyangan (hubungan manusia dengan Tuhan).
Alih fungsi lahan di Subak Kedungu terjadi hampir setiap tahun, lahan pertanian yang tersisa pun semakin berkurang, Subak Kedungu dalam waktu 4 (empat) tahun terakhir dari tahun 2017 sampai tahun 2020 yaitu luas awalnya sekitar ±57 Ha sekarang yang tersisa ±43,25 Ha. Seperti pada tabel 1.
Tabel 1.
Data Luas Lahan Sawah Desa Pererenan
No Nama Subak Nama Pekaseh |
Luas Lahan Sawah (Ha) 2017 2018 2019 2020 |
Lantang Suta |
76 75,15 69,98 69,76 57 53,49 49,65 43,25 111 110 109,17 108,85 |
-
3.2 Penyebab Terjadinya Alih Fungsi Lahan di Subak Kedungu
Penyebab terjadinya alih fungsi lahan, berdasarkan kajian hasil wawancara dengan informan kunci di Subak Kedungu, Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, sebagai berikut.
Faktor internal yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan di Subak Kedungu, Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, meliputi sebagai berikut.
-
a. Limbah
Pada Kondisi normal, telabah pada Subak Kedungu selalu dalam keadaan bersih, namun pada kondisi hujan biasanya terdapat sampah yang tersangkut pada telabah di Subak Kedungu.Kondisi telabah Subak Kedungu pasca banjir akibat hujan. Tim kebersihan Subak yang di pimpin oleh Pengliman turun langsung ke lapangan sebanyak dua sampai tiga kali dalam sebulan untuk membersihkan areal subak, tergantung dari situasi di lapangan. Kebersihan Subak Kedungu tidak hanya menjadi tanggung jawab anggota Subak, Pemerintah Desa Pererenan juga membentuk tim kebersihan desa yang ikut menjaga kebersihan lingkungan di areal Desa Pererenan, meliputi menjaga kebersihan jalan, sungai dan sawah yang dipimpin oleh Prajuru masing-masing Banjar di Desa Pererenan.
-
b. Kekeringan
Subak Kedungu sempat mengalami kekurangan air akibat rusaknya empelan di Subak Selingsing.Setelah perbaikan saluran-saluran irigasi di empelan yang menjadi sumber air Subak Kedungu, menyebabkan air selalu mengalir sepanjang tahun di telabah atau sungai kecil sepanjang Subak Kedungu.Selain dari Subak Selingging, Subak Kedungu memperoleh sumber air dari Subak Tegal Lantang. Subak kedunggu bisa dibilang napak tiris, yaitu mendapatkan mendapatkan sumber air buangan dari kedua subak tersebut. Jadi Subak Kedungu tidak mengalami masalah akan kekeringan.
-
c. Kesuburan tanah
Subak Kedungu memiliki kondisi tanah yang cukup subur. Hasil observasi di lapangan, terlihat kondisi tanaman petani dalam keadaan baik dan tumbuh dengan subur. Untuk menjaga kesuburan tanah di Subak Kedungu, saat ini anggota Subak secara perlahan sudah mulai beralih ke pupuk organik, namun belum bisa beralih sepenuhnya karena hasil panen yang diperoleh petani tidak sebanyak saat menggunakan pupuk kimia sepenuhnya. Berdasarkan hasil kajian dari wawancara dengan informan, sumber daya alam di Subak Kedungu tidak mempengaruhi terjadi alih fungsi lahan, karena tidak ada permasalahan yang dihadapi oleh petani, sehingga mengakibatkan petani harus menyewakan lahan bahkan menjual lahan yang dimiliki.
-
a. Pengetahuan atau wawasan petani
Data yang diperoleh di lapangan, tidak semua anggota Subak Kedungu menempuh pendidikan formal, tetapi untuk masalah pengetahuan tentang tanaman
cukup baik. Adanya pelatihan-pelatihan serta penyuluhan tentang pertanian dari Pemerintah dapat membantu petani memperoleh pengetahuan tentang bagaimana cara mengolah lahan yang dimiliki anggota Subak Kedungu agar mendapatkan hasil yang optimal.
-
b. Minat menjadi petani
Berdasarkan data di lapangan anggota Subak yang masih aktif sudah cenderung tua, apabila anggota Subak sudah tidak mampu ke mengolah lahan yang dimiliki, maka perlu adanya generasi penerus yang menggantikan orang tuanya menjadi petani.Minimnya keinginan anak muda yang tertarik menjadi petani, perlu ditanggapi secara serius.Perlu ada sosialisasi mengenai pentingnya pertanian untuk keberlangsungan hidup manusia, tidak hanya kepada anggota subak tetapi seluruh pemuda yang ada di Desa Pererenan.Harus ada dorongan yang membuat anak muda tertatik menggatikan orang tuanya menjadi petani.Hal ini ke depannya dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya alih fungsi lahan.
-
c. Peraturan atau awig-awig
Awig-awig yang disepakati oleh seluruh anggota Subak Kedungu umumnya diterapkan dengan penuh rasa tanggung jawab. Setiap penyimpangan atau pelanggaran terhadap kesepakatan atau keputusan yang telah ditetapkan dapat dikenakan sanksi yang cukup berat. Dengan adanya awig-awig, diharapkan tetap terciptanya ketentraman dan ketertiban dalam lingkungan Subak. Pada awig-awig Subak Kedungu tidak ada yang mengatur tentang alih fungsi lahan serta tidak ada larangan anggota Subak untuk menyewakan lahan, karena itu merupakan hak setiap anggota Subak sebagai pemilik lahan.
Berdasarkan kajian hasil wawancara dengan informan kunci, faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan di Subak Kedungu, Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, meliputi sebagai berikut.
Perkembangan pariwisata di Desa Pererenan, mengakibatkan banyak investor tertarik untuk sekedar investasi atau bahkan membeli lahan pertanian untuk menetap dan tinggal di Desa Pererenan.Dukungan Pemerintah Desa Pererenan sangat membantu berkembangnya Desa Pererenan menjadi salah satu tujuan wisata.Perkembangan pariwisata mengakibatkan banyak terjadi alih fungsi lahan di Desa Pererenan, terutama di Subak Kedungu karena letak Subak Kedungu dekat dengan pantai Pererenan.
Berkembangnya Desa Pererenan menjadi salah satu tujuan wisata harus
didukung dengan sarana dan prasarana penunjang wisata yang memadai. Banyaknya wisatawan yang datang dan menetap di Desa Pererenan, membuka peluang bagi anggota Subak ikut berbisnis di sektor Pariwisata dengan mengalih fungsikan lahan persawahan, untuk membangun fasilitas umum lainnya, seperti tempat Gym, mini market, warung, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil observasi di Subak Kedungu, pembangunan makin berkembang dan meluas tidak hanya di pinggir jalan utama Pantai Pererenan namun sampai di tengah areal Subak. Apabila ini tidak dicegah akan mengancam keberlangsungan Subak Kedungu ke depannya.
Selain masyarakat dan anggota subak itu sendiri, Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Desa berperan penting dalam memajukan pertanian serta mencegah terjadinya alih fungsi lahan. Tidak ada aturan yang mengatur tentang kawasan yang boleh dibangun dan kawasan yang tidak boleh dibangun, sedangkan sebagian besar wilayah Subak Kedungu berada pada zona permukiman, hal ini menyebabkan alih fungsi lahan terjadi terus menerus.
Dampak alih fungsi lahan yang terjadi di Subak Kedungu, Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, berdasarkan hasil wawancara yang mendalam dengan informan, sebagai berikut.
Dampak sosial yang dirasakan anggota Subak Kedungu akibat terjadinya alih fungsi lahan, dikaitkan dengan konsep Tri Hita Karana, yaitu sebagai berikut.
-
a. Parhyangan
Parhyangan adalah hubungun manusia dengan Tuhan.Hubungan anggota Subak Kedungu dengan Tuhan dapat dilihat pada saat upacara-upacara keagamaan di Pura Subak (Pura Pengulun Carik) yang diadakan setiap enam bulan sekali. Anggota Subak Kedungu yang sudah mengontrakkaan lahannya masih ikut terlibat dalam kegiatan upacara.
-
b. Pawongan
Pawongan adalah hubungan manusia dengan manusia.Hubungan sesama anggota Subak Kedungu terihat pada saat kegiatan gotong royong untuk membersihkan areal Subak dan rapat-rapat rutin yang dilakukan oleh anggota Subak.Berdasarkan hasil observasi ke lapangan, di Balai Subak masih terlihat interaksi sesama anggota Subak Kedungu seusai petani mengolah sawah mereka.Balai Subak biasnya menjadi tempat petani beristirahat sembari berbincang-bincang dengan sesama anggota Subak, maupun dengan masyarakat sekitar.
-
c. Palemahan
Palemahan adalah hubungan manusia dengan alam. Anggota Subak Kedungu
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022 melakukan pemeliharaan secara berkala atas berbagai fasilitas yang dimiliki oleh subak. Hal ini terlihat dari anggota Subak Kedungu menjaga kebersihan lingkungan, menjaga kebersihan air di areal Subak Kedungu dan merawat bangun bagi atau sistem irigasinya, sesuai dengan tugas yang dipimpin oleh Pengliman.
Jika bandingkan antara hasil usaha tani dengan hasil membuka usaha non pertanian seperti membuka restaurant, membuat villa ataupun sebagainya jauh berbeda, dengan keadaan normal dari pertanian lebih sedikit mendapatkan hasil. Berdasarkan fakta di lapangan, hasil antara sektor pertanian dan pariwisata sering mengalami pasang surut, di saat hasil pendapatan pariwisata menurun, hasil pertaniannya tetap stabil. Menurut Perbekel Bapak Made Rai Yasa, sumber perekonomian atau pendapatan masyarakat di Desa Pererenan pada awalnya adalah bidang pertanian, namun sekarang perkembangan pariwisata sudah sangat pesat di Desa Pererenan yang menyebabkan terjadinya banyak alih fungsi lahan.
-
a. Dampak positif
Salah satu program kerja Pemerintah Desa adalah mengurangi kemiskinan dan pengangguran, alih fungsi lahan akibat berkembangnya pariwisata sangat membantu dalam penyerapan tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran anak muda di Desa Pererenan.
Dampak positif yang dirasakan oleh Penduduk Desa Pererenan pada umumnya dan anggota Subak Kedungu pada khususnya akibat alih fungsi lahan yaitu penyerapan tenaga kerja lokal, kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan lebih bersih dan tertata, serta peningkatan taraf hidup pada masyarakat.
Peningkatan perekonomian Desa Pererenan akibat berkembangnya sektor pariwisata juga dirasakan oleh anggota Subak Kedungu, yaitu meningkatnya taraf hidup petani karena ada penghasilan tambahan yang dapat diperoleh dari sektor pariwisata, munculnya peluang bagi petani untuk berbisnis dapat dilihat dari banyaknya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di sepanjang jalan Desa Pererenan, dan terbukanya lapangan pekerjaan bagi anak-anak petani yang lebih memilih sektor pariwisata untuk bekerja.
-
b. Dampak negatif
Berkurangnya lahan milik petani, secara tidak langsung penghasilan petani menjadi berkurang. Banyaknya peluang bisnis yang ada, mengakibatkan berkurang minat anak muda menjadi petani dan lebih memilih bekerja di sektor pariwisata. Keberadaan Subak Kedungu akan terancam keberlangsungan beberapa tahun ke depan, apabila petani tetap ingin mengontrakkan atau menjual lahannya dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.Kebiasaan anak muda yang dulunya sepulang sekolah atau bekerja mereka membantu orang tuanya bertani, kini mereka lebih memilih mencari tamu sebagai guide, maupun sekedar menjadi ojek untuk mengantarkan tamu dari pantai menuju penginapan, ataupun dari penginapan
menuju objek wisata di sekitar Desa Pererenan.
Rendahnya perekonomian anggota Subak Kedungu mengakibatkan petani menyewakan lahan miliknya. Kekurangan biaya untuk memenuhi keperluan hidupnya, seperti biaya sekolah anak, kebutuhan akan tempat, kebutuhan akan upacara keagamaan, dan sebagainya, mengontrakan atau menjual lahan yang dimiliki oleh petani adalah solusi yang diambil oleh sebagian besar anggota Subak Kedungu. Berkembangnya pariwisata di Desa Pererenan dan banyak investor yang datang ke Desa Pererenan sehingga banyak petani yang tergiur akan jumlah uang yang ditawarkan oleh para investor guna memenuhi kebutuhan dan meningkatkan taraf hidup anggota Subak.
Secara teknis alih fungsi lahan di Subak Kedungu memiliki dampak positif dan dampak negatif, yaitu sebagai berikut.
-
a. Dampak positif
Alih fungsi lahan yang terjadi di Subak Kedungu, akses jalan menuju villavilla dan restoran sangat perlu dipertimbangkan. Pembuatan jalan maupun perbaikan jalan pertanian menuju lokasi villa, harus dilakukan oleh pemilik villa. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, pemilik villa berkoordinasi dahulu dengan pekaseh dan di damping oleh pemilik lahan mengenai akses jalan menuju villa. Pertemuan ini menghasilkan keputusan apakah bole menggunakan jalan Subak atau harus membuat jalan menuju villa yang akan dibangun. Secara teknis pembangunan jalan atau perbaikan jalan Subak sangat membantu petani dalam mendistribusikan pupuk dan mengangkut hasil panen petani.
-
b. Dampak negatif
Anggota Subak yang menjual maupun menyewakan lahan, otomatis lahan yang mereka miliki berkurang, permasalahan yang terjadi dil lapangan, petani tersebut tidak melaporkan kepada pekaseh. Sehingga petani tersebut mendapatkan pupuk dengan jumlah yang sama sebelum menjual atau menyewakan lahan. Untuk mengatasi masalah tersebut, pada saat pembagian pupuk Pekaseh mewajibkan mengumpulkan KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan menanyakan apakah pupuk sudah diterima dengan jumlah yang benar atau tidak, agar tepat sasaran dalam pembagian pupuknya. Sekaligus mendata anggota kelompok yang menjual maupun menyewakan lahan mereka. Berkurangnya lahan berarti harus melakukan perubahan sistem pembagian air, agar jumlah air yang di dapatkan oleh petani merata, karena ada beberapa sawah yang terhalangi villa sehingga untuk mendapatkan air hingga merata perlu dibuatkan jalur air atau telabah.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, Subak Kedungu dikatakan tidak strategis lagi karena beberapa petani harus mengambil jalur memutar untuk mencapai lahan mereka akibat adanya bangunan dan villa-villa yang menutupi akses menuju ke lahan petani.
Penyebab alih fungsi lahan yang terjadi di Subak Kedungu dilihat dari faktor internalnya adalah akibat kurangnya minat anak muda untuk menggantikan orang tuanya menjadi petani. Alih fungsi lahan yang terjadi di Subak Kedungu dilihat dari faktor eksternalnya akibat berkembangnya pariwisata di Desa Pererenan dan petani merasa berbisnis di sektor pariwisata lebih menguntungkan daripada sektor pertanian, tidak ada aturan yang mengikat petani untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan. Dampak alih fungsi lahan terhadap eksistensi Subak Kedungu dari segi sosial tidak berdampak karena interaksi antara anggota Subak Kedungu masih terjalin dengan baik. Dampak ekonomi akibat terjadinya alih fungsi lahan di Subak Kedungu, yaitu dari segi positif adalah penyerapan tenaga kerja lokal akibat banyak terbukanya lapangan pekerjaan, dan petani memperoleh hasil tambahan dari sektor pariwisata dengan membuat UMKM. Dari segi negatifnya adalah berkurangnya pendapatan petani akibat terjadinya alih fungsi lahan, dan terancamnya eksistensi Subak Kedungu akibat pembangunan yang terjadi secara terus menerus. Dampak Teknis akibat terjadinya alih fungsi lahan dari segi positif adalah akibat pembuatan perbaikan akses jalan menuju villa-villa di Subak Kedungu, mempermudah petani membawa pupuk dan mengangkut hasil panen. Sedangkan segi negatifnya adalah petani harus memutar untuk menuju lahan yang akan dikelola akibat jalan menuju lahannya dihalangi oleh bangunan villa-villa yang mengelilingi Subak Kedungu.
Perlu adanya kerjasama antara Pemerintah Desa, Kelihan Banjar, dan Kelihan Subak (Pekaseh) mengadakan pertemuan dan mensosialisasikan tentang teknik-teknik pertanian dengan generasi muda, guna menggugah minat generasi muda agar lebih tertarik terjun di sektor pertanian. Sebaiknya Pemerintah Desa membuat aturan yang mengatur tentang RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) untuk menentukan wilayah dan batasan lahan yang boleh dibangun, atau Pekaseh membuat awig-awig yang mengatur tentang seberapa besar petani boleh memanfaatkan lahannya untuk pariwisata, agar perkembangan pariwisata tidak terlalu bebas untuk memanfaatkan alih fungsi lahan.
-
5. Ucapan Terimakasih
Penulis ucapkan terimakasih atas seluruh pihak yang telah memberikan masukan, kritik, dan dukungan sehingga e-jurnal ini dapat penulis selesaikan sebaik-baiknya. Penulis berharap jurnal ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Daftar Pustaka
Andika, I. P. T., Sudarta, W., & Djelantik, A. A. . W. S. (2017). Pengetahuan dan Penerapan Tri Hita Karana dalam Subak untuk Menunjang Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan (Kasus Subak Mungkagan, Desa Sembung,
Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung) Jurnal Agribisnis Dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism), 6 (2), 211–220.
https://doi.org/10.24843/jaa.2017.v06.i02.p04
Anonim. 2020. Profil Desa Pererenan Tahun 2020.
Arnawa, I. K. (2004). Kajian Tentang Pelestarian Subak Ditinjau Dari Aktivitasnya Yang Berlandaskan Konsep Tri Hita Karana. Agrimeta, 1(1), 91–106.
Jannah, R., Eddy, B. T., & Dalmiyatun, T. (2017). Alih Fungsi Lahan Pertanian Dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Penduduk Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Agrisocionomics: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian,1(1), 1. https://doi.org/10.14710/agrisocionomics.v1i1.1629
Milles, M.B.,&Huberman,M.A. (1984). Qualitative Data Analysis.Sage Publication.
Mulyadi, M. (2013). Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 15(1), 128.
https://doi.org/10.31445/jskm.2011.150106
Mulyani, A., Kuncoro, D., Nursyamsi, D., & Agus, F. (2016). Analisis Konversi Lahan Sawah: Penggunaan Data Spasial Resolusi Tinggi Memperlihatkan Laju Konversi yang Mengkhawatirkan. s4-II(40), 329–330.
https://doi.org/10.1093/nq/s4-II.40.329-b
Parmadi, I. G. N. W., & Kuasuma, P. (2016). Perancangan Karya Ilustrasi Guna Pengenalan Sistem Irigasi Subak Kepada Masyarakat Muda di Pulai Bali. 1(1), 81–100.
Pasaribu, D. A., & Agusta, I. (2018). Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Industri Perumahan TerhadapEkonomi Rumah Tangga. 300.
Wiraraja, I., Windia, I., & Sudarta, I. (2016). Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Petani Pemilik terhadap Kehidupan Rumah Tangganya (Studi Kasus di Subak Lange, di Kawasan Desa Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat). EJournal Agribisnis Dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism), 5(2), 468–477.
Wulandari, N. M. M., Windia, I. W., & Sarjana, I. M. (2020). Strategi Mewujudkan Ekowisata di Subak Intaran Barat , di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar.9(1), 99–108.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
496
Discussion and feedback